Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

EKONOMI MIKRO PADA KOMODITI CABAI

Disusun oleh :

SITI RASYIDATUL ARAFAH (2203010321)


YENY WAHYU NINGSIH (2203010297)
VANOSA CISTA VANGIESTA (2203010570)
RIKY WIDIYANTO (2203010593)

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM


STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MUHAMMAD
ARSYAD ALBANJARI
BANJARMASIN
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang

Komoditas sayuran merupakan salah satu kelompok komoditas pangan yang memiliki
fluktuasi harga yang tinggi sehingga berkontribusi terhadap inflasi nasional,Kondisi tersebut
berulang terjadi setiap tahun, seperti tidak dapat diselesaikan. Cabai merupakan komoditas
sayuran yang cukup strategis, baik cabai merah maupun cabai rawit. Pada musim tertentu,
kenaikan harga cabai cukup signifikan sehingga mempengaruhi tingkat inflasi. Fluktuasi harga
ini terjadi hampir setiap tahun dan meresahkan masyarakat. Upaya pemerintah dalam
mengatasi gejolak harga cabai dengan melakukan upaya peningkatan luas tanam cabai pada
musim hujan, pengaturan luas tanam dan produksi cabai pada musim kemarau, stabilisasi harga
cabai dan pengembangan kelembagaan kemitraan yang andal dan berkelanjutan.
Fluktuasi harga tersebut disebabkan oleh tidak stabilnya produksi cabai setiap bulannya.
Hal tersebut disebabkan oleh pengambilan keputusan petani yang ditentukan oleh luas lahan
yang dikuasai, iklim dan pasar tradisional sebagai target pasar. Pasar tradisional tidak meminta
pasokan yang berkesinambungan sehingga petani tidak terdorong untuk melakukan pola tanam
yang menjamin produksi berkesinambungan. Kondisi tersebut tidak dapat dibiarkan karena
akan mendorong konsumen untuk memilih produk impor untuk menggantikan cabai lokal.
Selain itu, petani menghadapi resiko bisnis yang tinggi karena ketidakpastian harga jual produk
sehingga usaha taninya berpeluang untuk merugi. Dikhawatirkan dalam jangka panjang, minat
petani untuk berusaha tani cabai akan berkurang, demikian halnya juga dengan investor atau
perbankan yang semakin enggan untuk membiayai usaha tani cabai.
Dampak dari tingginya harga komoditas pangan berdampak pada stabilitas maroekonomi
(pengendalian inflasi) yang kemudian berdampak pula pada hal yang menyangkut
kesejahteraan masyarakat, baik pada level produsn (petani) maupun pada level konsumen
(rakyat). Untuk mengantisipasi agar harga komoditas sayuran ini tidak mengalami kenaikan
harga yang tinggi, ketersediaan barang harus terjaga. Untuk menjaga ketersediaan cabai, para
petani harus meningkatkan produksi cabai . Dalam hal ini, jika supplai barang memadai maka
kenaikan harga pun tidak akan terjadi sehingga mampu membantu mengendalikan laju inflasi.
1.2. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman mengapa harga
cabai sering mengalami kenaikan dipasaran:
1. Agar masyarakat mengetahui mengapa sering terjadi kenaikan harga cabai.
2. Mengetahui bagaimana tahapan distribusi.
3. Mengetahui solusi dari kenaikan cabai yang sering melonjak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Deskripsi Tananam Cabai
Cabai merupakan bahan pokok yang sangat penting yang tidak akan pernah
ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia, sehingga cabai sudah menjadi bagian dari budaya
orang Indonesia. Cabai menjadi bumbu dapur yang wajib ada, meskipun harga cabai mahal
masyarakat tetap mengkonsumsi cabai. Cabai merah merupakan salah satu tanaman sayuran
penting di Indonesia, karena mampu memenuhi kebutuhan khas masyarakat Indonesia akan
rasa pedas. Mulai dari pasar tradisional, supermarket, warung pinggir jalan, restoran, usaha
katering, hotel berbintang, pabrik saus, hingga pabrik mi instan membutuhkan cabai untuk
bahan baku. Saat ini permintaan cabai di tingkat nasional masih dipenuhi pasokan dari daerah
sentra produksi dan mengimpor dari luar negeri apabila terjadi kekurangan produksi. Dimusim
hujan, harga cabai cenderung naik, dengan pengelolaan tanaman secara tradisional sulit
diharapkan hasilnya yang optimal, sebab pada musim hujan serangan hama dan penyakit sangat
hebat dan resiko kebanjiran, ternyata selain itu, cabai ternyata mampu sebagai penyebab
tingginya laju inflasi nasional.

2.2. Masalah Kenaikan Harga Cabai dari Tahun 2017-2022


Mengikuti perkembangan di berbagai daerah yang ada di Indonesia kenaikan harga
cabai selalu menjadi pusat perhatian di kalangan masyarakat walaupun harga cabai pasti selalu
ada perubahan di setiap tahunnya mengingat cabai adalah sayuran yang memiliki produksi
tertinggi masyarakat di Indonesia. Sejak awal tahun 2017, harga komoditas cabai masih tinggi,
berada pada kisaran Rp 96,4 ribu per kilogram,harga tertnggi berada di provinsi Kalimantan
barat yang mencapai Rp 135.000 ribu,sedangkan harga termurah ada di provinsi Aceh hnya Rp
37.000 ribu. Di tahun 2018 harga cabai memimpin kenaikan harga pokok, Harga cabai pada
Desember tahun lalu naik 10,8% menjadi Rp 40.506/kg di banding posisi Desember tahun
sebelumnya . selama Juli di taun 2019 harga cabai terus naik, rata-rata harga cabai tertinggi
yang di jual di pasar tradisional berada di kepualauan Riau sebesar Rp 85.900/kg. sedangkan
di DKI Jakarta dan Papua Barat harga cabai sebesar Rp 85.000/kg kedua tertinggi setelah
kepulauan Riau.
Kenaikan tertinggi terlihat terjadi di pertengahan hingga akhir Maret 2021. Pada April
2021 harga cabai mencapai Rp 70.400/kg , harga cabai pada Maret 2022 adalah Rp 41.759/kg
atau naik Rp 10.850 dari Rp 30.900 /kg pada 23 Februari 2022 . Sementara itu, secara umum
harga cabai berada di angka Rp 36.200/kg atau naik Rp 10.100 dari Rp 26.100/kg pada 23
Februari 2022.

2.3. Faktor- Faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Kenaikan Harga Cabai


Kenaikan harga cabai yang kita rasakan setiap tahunnya memiliki banyak faktor
penyebabnya yang bias kita rasakan yaitu faktor cuaca yang tidak menentu, Tanah yang juga
mengalami pengurangan produktifitasnya . di karenakan penggunaan pupuk kimia yang
berlebihan selama bertahuun tahun. Hama atau penyakit yang menyebabkan gagalnya panen
cabai ( Hama patek, virus kuning, virus mozaik, jamur, dan ulat buah), Bencana alam juga
termasuk penyebab terjadinya kenaikan harga cabai
Dari berbagai faktor tersebut, Faktor utama yang mengakibatkan harga cabai melonjak
yaitu akibat cuaca yang sangat extrim dan tidak dapat di prediksi, akibatnya sangat berpengaruh
kepada perkembangan pertanian, dan akibat itu para petani mengakibatkan gagal panen terus
menerus dan para petani pun mengalami kerugian yang sangat besar. Sedangkan para petani
membutuhkan pemasukan atau modal untuk menjaga tanaman mereka. Kepala Badan Pusat
Statistik ( BPS ), Rusman Heriawan pun mengemukakan pendapatnya tentang kenaikkan harga
cabai di Indonesia.Belau mengemukakan bahwa “kenaikkan harga cabai dikarenakan anomaly
musim, yang menyebabkan produktifitas cabai menurun, seperti kurangnya sinar matahari,
busuk, ada penyakit jamur; kuning, dan patek”. Jadi menurut beberapa sumber yang ada, dapat
di simpulkan bahwa yg paling mempengaruhi kenaikan harga cabai adalah perubahan cuaca
yang extrim dan unpredictable.

2.4. Harga Cabai Berdampak Terhadap Inflasi


Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, kenaikan harga cabai turut
menyebabkan inflasi pada Desember 2021 sebesar 0,57 persen (mtm) sehingga tercatat sebagai
inflasi tertinggi sepanjang dua tahun terakhir. Selain itu, inflasi pada Desember 2021 yang
secara tahun ke tahun sebesar 1,87 persen ini juga tertinggi sejak Juli 2020. Kenaikan harga
Cabai memiliki andil sebesar 0,11 persen terhadap kelompok pengeluaran makanan, minuman
dan tembakau yang menjadi pemicu terjadi inflasi pada Desember.
Kenaikan harga sejumlah komoditas pangan terutama cabai merah, cabai rawit dan
bawang merah mengerek inflasi pada Juni menjadi sebesar 0,61% secara bulanan dan 4,35%
secara tahunan. Badan Pusat Statistik mencatat hargai cabai merah melonjak ke Rp 73,88 ribu
per kg pada Juni. Kenaikan harga tersebut memberi andil 0,34% terhadap inflasi secara bulanan
pada Juni. Harga cabai merah berbalik setelah pada dua bulan sebelumnya memberikan andil
deflasi ke IHK April dan Mei. Hal serupa juga pada cabai rawit yang harganya menyentuh Rp
77,06 ribu per kg, dari bulan sebelumnya di bawah Rp 55 ribu per kg. Kenaikan harga ini
memberi andil 0,1% ke inflasi secara bulanan pada Juni. Pengaruh cuaca juga terlihat dari sisi
andil tiga komoditas tersebut terhadap inflasi secara tahunan. Inflasi tahunan yang mencapai
4,35% disumbang cabai Merah sebesar 0,35%. Cabai rawit juga memberi andil 0,1%.

2.5. Solusi Yang Bisa Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah Kenaikan Harga Cabai
Berikut solusi untuk mengatasi kenaikan harga cabai Pertama, Kementan perlu
memiliki database ketersediaan bahan pangan yang terpercaya. Database kementan seringkali
bias. Data Juni 2022 tercatat cabai masih mengalami surplus secara nasional namun kenaikan
harga terjadi merata diseluruh propinsi. Kedua, pemerintah harus berfikir komprehensif dalam
urusan tata niaga cabai dan bahan pokok lainnya. Ini bukan persoalan pasokan semata, namun
persoalan distribusi, perilaku para spekulan dan ketercukupa. persediaan nasional. Indonesia
membutuhkan Badan Pangan Nasional (BPN) yang lebih aktif. Saat ini BPN terkesan pasif,
belum memadai melakukan pengawasan ketersediaan bahan pangan di pasar secara detail.
Ketiga, memberikan solusi jangka pendek melalu penyelenggaraan operasi pasar terbuka di
lokasi yang harga cabai tidak terkendali dengan sumber pasokan cabai dari daerah pemasok
yang diketahui memiliki suplus pengendalian harga cabai sangat penting, karena kenaikan
harga cabai ikut berpengaruh pada inflasi di Indonesia.
Dengan adanya pengendalian harga cabai diharapkan agar inflasi akan lebih terkendali.
Oleh karena itu disarankan agar pemerintah melakukan tindakan untuk menekan harga cabai
agar harga cabai wajar,contohnya yaitu :
2.5.1. Sosialisasi tentang bagaimana cara efektif untuk menanam cabai di saat musim hujan
Petani cabai lebih sering menanam cabai pada saat akhir musim hujan. Hal ini
disebabkan karena banyak yang menganggap bahwa musim hujan bukan merupakan musim
yang kondusif untuk menanam cabai, lebih banyak rugi dibandingkan untung yang dihasilkan.
Lalu apa yang bisa dilakukan pemerintah? Dimulai dari pemerintah desa mengundang
narasumber ahli untuk mengajari dan memberi solusi bagaimana menanam cabai pada saat
musim hujan. Jika terulang begini terus maka permasalahan kenaikan harga cabai akan
berulang pada saat musim hujan.
2.5.2. Impor cabai dengan namun dibatasi dengan kuota impor
Pada saat musim hujan seperti ini pemerintah harus mengantisipasi kenaikan harga
barang pokok, dengan cara mengimpor cabai. Dengan adanya impor cabai maka diharapkan
harga cabai bisa lebih stabil. Namun dalam mengimpor cabai harus ada kuota yang ditetapkan
oleh pemerintah, agar tidak terjadinya surplus cabai yang menyebabkan harga turun secara
drastis.
2.5.3. Menetapkan harga maksimum
Penetapan harga maksimum atau harga eceran tertinggi dilakukan pemerintah untuk
melindungi konsumen. Penetapan ini akan ada jika harga pasar dianggap terlalu tinggi dan di
luar daya beli masyarakat.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas kita dapat simpulkan bahwa kenaikan harga cabai dipasar tidak
selamanya disebabkan oleh kesengajaan di pasar untuk menaikan harga sendiri-sendiri dan
mencari keuntungan semata, namun karena beberapa faktor yaitu cuaca yang tidak menentu,
tanah yang mengalami pengurangan produktifitasnya karna penggunaan pupuk kimia yang
berlebihan selama bertahun-tahun, hama yang menyebabkan gagalnya panen dan bencana
alam, tetapi faktor utamanya yaitu cuaca yang extrim dan unpredictable, yang telah diterangkan
diatas.

Anda mungkin juga menyukai