Cukup kau pergi dari keributan batin yang terpicu sebab kedunguan Aku bisa menemani kesendirianku Dengan sunyi di kala geriliya Pergilah sejauh cita-cita kebahagiaan yang kau dapat dengan cucur keringat.
Apabila hari ini dijamah dengan penuh kemessraan
Tentu yang dulu-dulu Tak akan tahu tentang pesawat kata yang melintasi rasa Tentu juga tak ada bedanya dengan yang sekarang Dan intiuisi yang tertata akan tetap sukar di jamah oleh kata.
Aku adalah jelmaan bumi yang di tinggalkan, terabaikan, dan sendirian.
Oleh sinar dan matahari Oleh langit dan awan Oleh bulan dan bintang Cinta dan perempuan Hingga yang tersisa tinggal kenangan dan tulisan Dan sesungguhnya yang bercinta bukan kita Tapi kenangan. “Keracunan yang di nanti”
Diluar sana, kau tidak jauh lebih hebat dari ku
Sekalipun saling menaruh kepala dibawah kaki masing-masing Kau semua tidak jauh lebih hebat dari ku Kendatipun saling membatin dengan dalam di atas mesin-mesin Karena kau semua, di dalam hati terdalam ku
Aku mengingatmu di setiap pelukan
Tanganmu dan tanganku tak lepas dari gengagaman Aku mengingatmu di setiap kecupan Bibirmu dan bibirku tak mati dari keracunan Meski ku sadari genggaman mu menjadi rindu Dan rindumu menjadi racun yang membuat ku pilu
Mengingat mu adalah kerinduan paling purba
Seperti ketika aku sedang mengingat tuhan Tak lekang dalam ayat yang dilantunkan Dan kau mencabut kerinduan untuk mempertemukan