Anda di halaman 1dari 3

Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko mencerminkan penilaian terhadap

kecukupan sistem pengendalian Risiko yang mencakup seluruh pilar penerapanManajemen


Risiko sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenaipenerapan Manajemen
Risiko bagi Bank Umum. Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko bertujuan untuk
mengevaluasi efektivitas penerapan Manajemen Risiko Bank sesuai prinsip-prinsip yang
diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai penerapan Manajemen Risiko bagi Bank
Umum.Penerapan Manajemen Risiko Bank sangat bervariasi menurut skala, kompleksitas,
dan tingkat Risiko yang dapat ditoleransi oleh Bank. Dengan demikian, dalam menilai
kualitas penerapan Manajemen Risiko perlu diperhatikan karakteristik dan kompleksitasusaha
Bank. Penilaian kualitas penerapan Manajemen Risiko merupakan penilaianterhadap 4
(empat) aspek yang saling terkait yaitu:
1. Tata Kelola Risiko
Tata Kelola adalah proses penyelenggaran oleh dewan dreksi untuk mengotorisasi,
memimpin dan mengawasi menajemen terhadap pencapaian tujuan organisasi.1 Tata kelola
risiko mencakup evaluasi terhadap perumusan tingkat risiko yang akan diambil (risk appetie)
dan toleransi risiko (risk tolerance), serta kecukupan pengawasan aktif (oversight) oleh
Dewan Komisaris dan Direksi terkait dengan pelaksanaan kewenangan dan tanggung jawab
Dewan Komisaris dan Direksi.
2. Kerangka Manajemen Risiko
Kerangka manajemen risiko mencakup evaluasi terhadap:
a) Kecukupannya perangkat organisasi dalam mendukung terlaksananya manajemen
risiko secara efektif termasuk kejelasan wewenang dan tanggung jawab.
b) Kecukupan kebijakan manajemen risiko, prosedur, dan penetapan limit risiko terkait
dengan strategi manajemen risiko yang searah dengan risk appetie dan risk tolerance.2
3. Proses manajemen risiko, kecukupan sumber daya manusia, dan kecukupan sistem
informasi manajemen
a) Proses manajemen risiko
Berikut ini merupakan proses penerapan manajemen risiko antara lain:
1) Identifikasi Risiko
Tujuan dilakukannya identifikasi risiko adalah untuk mengidentifikasi seluruh jenis
risiko yang melekat pada setiap aktivitas fungsional yang berpotensi merugikan bank. Hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam menerapkan identifikasi risiko antara lain:
 Bersifat proaktif (anticipativae) dan bukan reaktif.
 Mencakup seluruh aktivitas fungsional (kegiatan operasional).

2
 Menggabungkan dan menganalisa informasi risiko dari seluruh sumber informasi
yang tersedia.
 Menganalisa probabilitas timbulnya risiko serta konsekuensinya.3
a. Pengukuran Risiko
Pendekatan pengukuran risiko digunakan untuk mengukur profil risiko bank guna
memperoleh gambaran efektifitas penerapan manajemen risiko. Pendekatan tersebut harus
dapat mengukur:
 Sensitivitas produk/aktivitas terhadap perubahan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, baik dalam kondisi normal maupun tidak normal.
 Kecenderungan perubahan faktor-faktor dimaksud berdasarkan fluktuasi perubahan
yang terjadi di masa lalu dan korelasinya.4
b. Pemantauan dan Limit Risiko
Dalam rangka pengendalian risiko, limit digunakan sebagai ambang batas untuk
menentukan tingkat intensitas mitigasi risiko yang akan dilaksanakan manajemen. Limit
risiko ditentukan sesuai dengan tingkat risiko yang akan diambil, toleransi risiko, dan strategi
bank secara keseluruhan, memperhatikan kemampuan modal bank untuk dapat menyerap
eksposur risiko atau kerugian yang timbul, pengalaman kerugian di masa lalu, kemampuan
sumber daya manusia, dan kepatuhan terhadap ketentuan eksternal yang berlaku.5
b) Kecukupan Sumber Daya Manusia
Bank harus memiliki SDM yang cukup, diantaranya adalah:
 Bank harus menetapkan kualifikasi SDM yang jelas untuk setiap jenjang jabatan yang
terkait dengan penerapan manajemen risiko.
 Untuk menjamin pelaksanaan proses manajemen risiko yang berlandaskan prinsip
kehati-hatian, maka bank harus meningkatkan tingkat kompetensi dan integritas
pejabat terutama pimpinan satuan kerja operasional dan Satuan Kerja Manajemen
Risiko (SKMR), dengan memperhatikan faktor-faktor seperti pengetahuan,
pengalaman (track record), kemampuan, serta pendidikan yang memadai di bidang
manajemen risiko.
 Bank harus mengembangkan sistem penerimaan pegawai, pengembangan dan
pelatihan pegawai, serta penyeleksian yang memadai untuk memastikan tersedianya
pegawai yang kompeten di bidang manajemen risiko.

5
 Bank harus menempatkan pejabat dan staf yang kompeten pada Satuan Kerja
Manajemen Risiko (Risk Management Unit) sesuai dengan sifat, jumlah, dan
kompleksitas usaha Bank.6
c) Kecukupan Sistem Informasi Manajemen
Selain memiliki kecukupan SDM, bank juga harus memiliki kecukupan sistem
informasi manajemen diantaranya adalah:
 Sistem informasi manajemen risiko merupakan bagian dari sistem informasi
manajemen yang harus dimiliki dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan bank,
dalam rangka penerapan manajemen risiko yang efektif.
 Sebagai salah satu output sistem informasi manajemen risiko, laporan eksposur risiko
disusun secara berkala oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko atau sekelompok petugas
yang diberikan wewenang dan bersifat independen terhadap unit kerja yang
melakukan kegiatan operasional.
 Frekuensi penyampaian laporan kepada Direksi terkait dan Komite Manajemen
Risiko harus ditingkatkan apabila kondisi pasar berubah dengan cepat.

4. Kecukupan sistem pengendalian risiko dengan memperhatikan


karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
Pelaksanaan proses pengendalian risiko harus digunakan Bank untuk mengelola risiko
tertentu, terutama yang dapat membahayakan kelangsungan usaha Bank. Dalam pengendalian
risiko, direksi secara aktif melakukan diskusi/memberikan masukan serta memantau kondisi
internal dan perkembangan faktor eksternal yang secara langsung maupun tidak langsung
mempengaruhi strategi bisnis perbankan.

Sumber ; 1 Sulad Sri Hardanto, Manajemen Risiko Bank Umum, (Jakarta: Elex Medi
Komputindo,2009), hal. 97. 2 Ikatan Bankir Indonesia, Manaejmen Kesehatan Bank Berbasis
Risiko, (Jakarta: PTGramedia Pustaka Utama, 2016), hal. 87

Anda mungkin juga menyukai