Proposal Penelitian
Vika Amelia
2221652001
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
A. Judul Penelitian :Aplikasi Bioteknologi Bakteri Asam laktat Isolat Sala Lauak
Asal Kabupaten Padang Pariaman dalam Pembuatan Susu
Fermentasi Kefir
B. Bidang Kajian : Mikrobiologi Molekular
C. Latar Belakang
Salah satu cara menjaga keseimbangan microflora pada saluran pencernaan adalah
dengan mengkonsumsi olahan pangan yang bermutu, bergizi dan memiliki peran penting
bagi tubuh. Salah satu olahan pangan bermutu yaitu mengandung probiotik seperti olahan
hasil fermentasi. Menurut Santi (2008) fermentasi adalah proses penguraian atau
perubahan bahan organik yang dibantu oleh mikroorganisme fermentatif dalam keaadaan
tertentu. Usmiati (2007) mengungkapkan bahwa salah satu produk hasil fermentasi adalah
susu kefir. Menurut Farnworth (2008) kefir adalah produk fermentasi hasil aktivitas bakteri
asam laktat, yeast dan kefir grain pada susu sapi atau kambing yang menyebabkan cita rasa
asam pada kefir dan tersusun atas protein dan karbohidrat yang kompleks.
Penelitian dilakukan oleh Usmiati (2007) menyatakan bahwa kefir adalah susu
yang memiliki aroma khas seperti tape dan memiliki rasa, warna dan konsistensi seperti
yoghurt. Di Indonesia tingkat konsumsi susu oleh masyarakat tergolong rendah dengan
angka 11,09 liter/ kapita setiap tahun. Sanam et al., (2014) mengungkapkan kandungan zat
gizi dalam susu terdiri atas air, lemak, protein, laktosa dan mineral dengan angka (87,20%,
3,70%, 3,50%, 4,90%, dan 0,07%) yang baik untuk kesehatan. Selain kandungan gizi susu
yang baik bagi tubuh, menurut Zakaria (2009) susu kefir mampu membunuh bakteri
patogen yang ada pada pencernaan. Hong et al., (2009) melakukan penelitian dimana pada
kefir terdapat komponen non mikroba peptide bioaktif untuk degradasi protein susu selama
fermentasi. Yusriyah (2014) juga mengungkapkan bahwa kefir mampu menekan
pertumbuhan bakteri patogen karena asam laktat pada kefir mampu menghasilkan senyawa
antimikroba yaitu bakteriosin. Sedangkan menurut Sari (2007) susu kefir tahan terhadap
infeksi dalam usus, mampu memproduksi vitamin B, senyawa antimikroba dan dapat
mencegah penyakit sembelit.
Menurut Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (2007),
menyatkan kefir tersusun atas asam laktat kefir sebesar 0,8-1,1%, alkohol 0,5-2,5%,
kelompok vitamin B dan sedikit gas karbon dioksida. Tidak hanya itu, kefir juga terdiri
atas air, lemak, protein, dan laktosa dengan nilai (89,5%, 1,5%, 3,5%, 4,5%) dengan nilai
pH 4,6 (Usmiati, 2007). Sedangkan menurut Anonymous (2014) kefir memiliki pH sekitar
3,77- 4,19 dengan tingkat keasaman 1% yang terbentuk selama fermentasi BAL. Edwin
(2002) mengungkapkan bahwa didalam koloni kefir mampu memproduksi vitamin seperti
asam folat, biotin, vitamin B6 dan vitamin B12 yang baik bagi tubuh. Penelitian juga
dilakukan Ot et al., (2003) mengungkapkan bahwa waktu fermentasi juga mempengaruhi
protein yang terdapat pada kefir dengan lama fermentasi 18-24 jam sebanyak 3,3% protein.
Sedangkan menurut Susanti (2014) 24 jam adalah waktu fermentasi kefir terbaik dalam
menghasilkan protein dengan nilai protein 23,9%. Tidak hanya lama fermentasi, jenis susu
dan persentase starter juga mempengaruhi kualitas kefir. Menurut penelitian Zakaria
(2009), susu UHT dan starter 10% adalah kombinasi terbaik dalam menghasilkan kefir
yang berkualitas.
Menurut penelitian yang dilakukan Sulmiyati (2018) mengungkapkan bahwa
fermentasi kefir terbaik terbuat dari susu kambing dengan nilai pH 3,89 %, asam laktat
0,14%, dan kadar etanol 0,72%. Purnomo et al., (2012) mengungkapkan bahwa kadar
laktosa pada susu kambing lebih tinggi dari susu sapi dengan nilai 4,30±,0,190 atau 4,8%
(g/100g). Susu kambing memiliki kadar protein dan karbohidrat lebih tinggi dan
mengandung laktosa yang akan diubah menjadi asam laktat oleh enzim β-galaktosidase
(Figlar et al., 2006). Menurut Balia et al.,(2011) susu kambing berasal dari asam lemak
rantai pendek seperti asam kaproat, asam kaprilat dan asam kaprat yang memiliki
kandungan gizi lengkap yang baik untuk tubuh. Sedangkan menurut Anonymous (2008),
susu kambing lebih cepat terdispersi, mudah dicerna, tidak mengandung β- lactoglobulin
penyebab terjadinya alergi dan campurannya lebih homogen. Aristya et al.,(2013) juga
mengungkapkan bahwa susu kambing yang mengandung asam lemak rantai pendek lebih
mudah dicerna sehingga susu kambing dapat menambah kualitas kefir. Menurut Noor
(2002), susu kambing mengandung protein yang lebih tinggi dari susu sapi dimana terdapat
10 asam amino esensial, laktosa yang lebih rendah dengan nilai 4,1% disbanding susu sapi.
Susanti (2014) mengungkapkan bahwa pada fermentasi susu kefir terdapat Bakteri
Asam Laktat (BAL) seperti Lactobacillus lactis, dan lactobacillus delbruckii. Menurut
Moradi et al., (2014) mengungkapkan BAL adalah kelompok bakteri gram positif yang
mampu memproduksi asam laktat dengan fermentasi karbohidrat. BAL mampu
menghasilkan enzim amilase yang bersifat amilolitik dan mampu menghidrolisis pati
menjadi gula sederhana. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Edam (2017), BAL dari
ekstrak kubis mampu memodifikasi tepung singkong dengan lama fermentasi 48 jam.
Loebis (2012) juga melakukan penelitian dimana BAL mampu membuat mocaf
termobilisasi secara efektif.
Menurut Ros et al., (2002) BAL mampu menghambat pertumbuhan bakteri
pembusuk dan patogen karena BAL mampu memproduksi metabolit asam laktat dan asam
asetat, hydrogen peroksida, dan bakteriosin. Menurut penelitian Rahmiati (2017), BAL
mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen E.coli. Penelitian yang dilakukan oleh
Sunaryanto et al., (2014) berhasil mengisolasi bakteri Lactobacillus casei dari susu
fermentasi dimana bakteri mampu menghambat pertumbuhan E.coli, Staphylococcus aures
dan Enterococcus faecalis. Hal ini sejalan dengan penelitian Rahmiati (2017), dimana BAL
mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen E.coli.
Menurut Utami (2011), bakteri asam laktat banyak ditemukan pada tanaman,
saluran pencernaan hewan, produk susu, buah-buahan, produk fermentasi dan produk
makanan. Salah satu produk makanan yang mengandung BAL adalah Sala Lauak. Menurut
Kamsiana et al., (2011) sala lauak adalah makanan khas Pariaman Sumatera Barat.
Kamsiana et al., (2011) juga mengungkapkan bahwa sala lauak terbuat dari tepung beras,
ikan dan bumbu lainnya. Anni (2012) mengungkapkan bahwa sala lauak biasanya
menggunakan ikan yang diawetkan (ikan asin) sebagai salah satu bahan untuk membuat
sala lauak. Menurut DKBM Indonesia (2013) ikan asin mengandung 193 kal, 42 g protein,
1,5 lemak, 200 mg kalsium, 300 mg fosfor, 2,5 mg zat besi, 0,01 mg vitamin B1 dan 40 g
air pada setiap 100 g ikan asin. Olahan fermentasi ikan asin di dalam sala lauak
berkemungkinan mengandung BAL, hal ini sejalan dengan pernyataan Hwanhlem et al.,
(2011) mengungkapkan bahwa fermentasi ikan adalah proses autolitik pendegradasian
protein ikan dengan bantuan BAL. Namun, belum ada penelitian yang membuktikan
adanya BAL pada sala lauak, untuk itu dilakukan isolasi BAL pada sala lauak sebagai
makanan khas Pariaman Sumatera barat.
Pembuatan susu fermentasi menggunakan BAL yang di isolasi dari sala lauak
memiliki potensi sebagai pangan sumber probiotik dan juga pangan fungsional. Untuk
meningkatkan kualitas susu fermentasi agar dapat menjadi pangan yang bersifat
fungsional, dilakukan penambahan probiotik berupa BAL dan ekstrak buah naga
(Hylocereus polyrhizus) yang dapat meningkatkan nilai gizi dan kualitas dari susu
fermentasi sebagai pangan fungsional. Buah naga (Hylocereus polyrhizus) diketahui
memiliki sifat antioksidan yang berperan dalam pengikatan oksigen dalam fermentasi,
menghambat pertumbuhan bakteri patogen dan mampu meningkatkan kadar antioksidan
saat fermentasi. Menurut panjuantiningrum (2009), buah naga (Hylocereus polyrhizus)
kulit putih mengandung antioksidan sebesar 9 mg/100 g. Penelitian yang dilakukan
Zainoldin et al., (2009), menyatakan penambahan buah naga sebesar 30% pada yogurt
mampu meningkatkan aktivitas antioksidan sebesar 45,74%. Penelitian juga dilakukan oleh
Ningsih (2022), dimana pada penambahan 45% ekstrak jus buah naga (Hylocereus
polyrhizus) pada pembuatan susu fermentasi kefir dapat mempengaruhi kualitas warna,
aroma dan rasa serta aktivitas antioksidan yang meingkat sebesar 79,24%. Sedangkan
menurut Pratiwi (2018), dengan penambahan 30% ekstrak buah naga (Hylocereus
polyrhizus) kedalam fermentasi kefir susu kedelai memiliki aktivitas antioksidan dan total
BAL tertinggi.
D. Rumusan Masalah
1. Apakah isolat BAL yang terdapat pada Sala Lauak di kabupaten Padang Pariaman
berpotensi sebagai probiotik dalam pembuatan susu fermentasi?
2. Apakah penambahan berbagai persentase ekstrak buah naga (Hylocereus
polyrhizus) dan lama penyimpanan susu fermentasi terhadap kadar air, protein,
lemak, jumlah total koloni BAL,TPC, nilai pH, TAT, aktivitas antioksidan susu
fermentasi?
3. Pada penambahan persentase ekstrak buah naga (Hylocereus polyrhizus) dan lama
penyimpanan susu fermentasi berapakah yang akan menghasilkan produk terbaik
jika dilihat dari kadar air, protein, lemak, jumlah total koloni BAL,TPC, nilai pH,
TAT, aktivitas antioksidan susu fermentasi?
E. Tujuan Penelitian
1. Mendapatkan isolat BAL dari Sala Lauak sebagai probiotik dalam pembuatan susu
fermentasi.
2. Mendapatkan pengaruh dari penambahan berbagai persentase ekstrak buah naga
(Hylocereus polyrhizus) dan lama penyimpanan susu fermentasi terhadap kadar
air, protein, lemak, jumlah total koloni BAL,TPC, nilai pH, TAT, aktivitas
antioksidan susu fermentasi.
3. Mendapatkan persentase ekstrak buah naga Hylocereus polyrhizus) dan lama
penyimpanan susu fermentasi yang akan menghasilkan produk terbaik jika dilihat
dari kadar air, protein, lemak, jumlah total koloni BAL,TPC, nilai pH, TAT,
aktivitas antioksidan susu fermentasi.
F. Manfaat Penelitian
1. Dapat memberikan informasi ilmiah tentang identifikasi molecular BAL asal Sala
lauak yang berpotensi sebagai probiotik dalam pembuatan susu fermentasi.
2. Mendapatkan interaksi serta hasil terbaik antara penambahan persentase ekstrak
buah naga Hylocereus polyrhizus) dan lama penyimpanan susu fermentasi yang
akan menghasilkan produk terbaik jika dilihat dari kadar air, protein, lemak,
jumlah total koloni BAL,TPC, nilai pH, TAT, aktivitas antioksidan susu
fermentasi.
G. Tinjauan Pustaka
1. Fermentasi
Fermentasi adalah pemecahan molekul karbohidrat dan asam amino tanpa
memerlukan oksigen. Menurut Dirmanto (2006), fermentasi adalah respirasi dalam
lingkungan anaerobik tanpa akseptor elektron eksternal. Fermentasi akan menghasilkan
energi dimana donor dan akseptornya adalah kimia organik. Menurut Stanbury et al.,
(2003) senyawa kimia organik yang umum digunakan adalah glukosa. Wasito (2005),
menyatakan fermentasi terjadi karena adanya aktivitas mikroba yang mengubah
komponen kimiawi. Menurut Lestari (2001), fermentasi adalah proses metabolisme enzim
mikroorganisme melakukan oksidasi, reduksi, dan hidrolisa sehingga terjadi perubahan
kimia pada substrat organik. Hidayat (2006), mengungkapkan bahwa perubahan kimia
dari fermentasi meliputi pengasaman susu, oksidasi senyawa nitrogen organik dan
perubahan pati serta gula menjadi alkohol.
Fermentasi dapat mengubah molekul kompleks seperti protein, lemak dan
karbohidrat menjadi molekul yang lebih sederhana, mudah dicerna, tahan lama dan dapat
merubah rasa dan aroma. Menurut Ingrid (2003), pada proses fermentasi terdapat enzim
yang akan mengatur aktivitas pada saat fermentasi. Tidak hanya enzim, lama fermentasi
akan mempengaruhi hasil fermentasi dimana menurut Yuliani (2003), semakin lama
proses fermentasi maka asam yang dihasilkan akan lebih banyak. Penurunan pH pada
fermentasi dapat terjadi karena terbentuknya asam selama fermentasi berlangsung, asam-
asam ini yang akan menurunkan pH. Sugiarti (2007) menyatakan bahwa semakin lama
fermentasi maka semakin tinggi kadar alkohol. Menurut Sriyanti (2003), tinggi rendah
kadar alkohol dipengaruhi oleh kadar karbohidrat.
Menurut Sefriana (2012), proses fermentasi terbagi atas 4 fase yaitu : 1) fase lag,
pada fase ini sel – sel bakteri akan berkembang tetapi tidak terjadi pembelahan sel. 2) fase
log, pada fase ini terjadi pembelahan sel, populasi bakteri akan berlipat ganda, pada fase
ini juga akan terbentuk produk seperti asam amino, protein, karbohidrat lemak dan
lainnya. 3) fase stasioner, pada fase ini pembelahan sel bakteri seimbang dengan sel
kematian bakteri terjadi karena adanya pengurangan sumber nutrisi. 4) fase kematian,
dimana sel mati tidak melakukan pembelahan karena stok nutrisi habis menyebabkan sel
mengalami lisis. Menurut Kunaepah (2008), fermentasi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yaitu medium (substrat) yang menyediakan nutrisi bagi mikroba untuk tumbuh,
pembentukan sel, dan metabolisme selnya. Vupalla et al., (2015) juga berpendapat bahwa
medium fermentasi sangat penting dalam pertumbuhan mikroba dan menyediakan nutrisi
yang cukup. Hal ini sejalan dengan penelitian Yanti et al., (2017), dimana dengan
penambahan glukosa dan urea pada media fermentasi berpengaruh terhadap produksi nata
de coco yang dihasilkan Acetobacter xylinum.
Faktor lain yang mempengaruhi fermentasi adalah suhu, suhu fermentasi akan
menentukan jenis mikroba yang dominan selama fermentasi, umumnya BAL tumbuh pada
suhu optimum 30⸰C (Kunaepah, 2008). Tidak hanya suhu, mikroba juga menjadi faktor
yang mempengaruhi terjadinya fermentasi. Menurut Pradas et al.,(2017) mikroba
disiapkan dalam bentuk kultur starter baik cair maupun padat, hasil dari bantuan kultur
starter adalah perubahan spesifik dalam komposisi kimia dan substrat untuk mendapatkan
produk fermentasi yang lebih homogen. Dalam fermentasi mikroorganisme yang
digunakan untuk starter harus mempunyai kemampuan beradaptasi dengan lingkungan
fermentasinya dan memiliki aktivitas metabolik yang efeknya diinginkan dalam suatu
fermentasi. Salah satu mikroba yang berperan dalam fermentasi adalah BAL.
Bakteri asam laktat (BAL) berpotensi sebagai probiotik, hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Oh et al., (2000), menyatakan bahwa bakteri asam laktat
Lactobacillus acidophilus 305c memproduksi bahan yang berpotensi sebagai probiotik.
Selain sebagai probiotik, bakteri asam laktat (BAL) memiliki kemampuan
memfermentasikan gula menjadi asam laktat. Penelitian yang dilakukan Delfahedah et al.,
(2013) bakteri asam laktat mampu menghasilkan berbagai komponen antimikroba seperti
asam laktat, bakteriosin, dan hydrogen peroksida (H 2O2). Komponen ini yang mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif ditandai dengan
terbentuknya zona hambat pada uji antimikroba.
Bakteri asam laktat (BAL) terbagi atas 2 kelompok, yaitu homofermentatif dan
heterofermentatif. Fermentasi bersifat homofermentatif ketika hanya menghasilkan satu
jenis komponen saja contohnya asam laktat, sedangkan fermentasi yang bersifat
heterofermentatif jika menghasilkan berbagai senyawa, seperti etanol, karbodioksida dan
asam laktat. Selain menghasilkan asam laktat bakteri asam laktat (BAL) juga dapat
memproduksi enzyme selama proses fermentasi berlangsung. Menurut Irawati (2011),
bakteri asam laktat (BAL) berperan dalam menjaga kekebalan tubuh, dimana BAL
mampu digunakan sebagai bahan probiotik yang baik untuk menunjang metabolism
tubuh. Purwandhani et al., (2003) mengungkapkan bahwa salah satu bakteri asam laktat
(BAL) yang mempunyai potensi sebagai probiotik dan mampu meningkatkan sistem
kekebalan tubub adalah Lactobacillus sp. Menurut Umniyati (2007), selain meningkatkan
kekebalan tubuh bakteri asam laktat (BAL) juga mampu mencegah berbagai penyakit
seperti infeksi saluran urine, menurunkan kadar kolesterol, mengurangi resiko kanker dan
tumor, merangsang terbentuknya sistem imun, membantu penderita lactose intolerance
dalam mengkonsumsi susu, dan melancarkan buang air besar.
b. Susu kefir
Menurut Tomar et al., (2019) susu adalah salah satu bahan pangan yang memiliki
peran penting terhadap kesehatan masyarakat karena kaya akan nutrisi. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (2009), produksi susu sapi di Indonesia pada tahun 2019 yaitu 957,22
ribu ton dan meningkat pada tahun 2020 sebanyak 4,19% menjadi 997,35 ribu ton. Pada
tahun 2019 -2020 konsumsi susu dan produk susu meningkat sebesar 1,22% mencapai
4332,88 ribu ton tahun 2019 dan 4406,94 ton pada tahun 2020. Susu sebagai produk hasil
peternakan yang memiliki nilai gizi baik sangat rentan rusak jika tidak dilakukan dengan
penanganan yang tepat. Susu dapat diolah dengan cara difermentasi dan penambahan
bakteri asam laktat agar produk susu dapat tahan lama dan aman jika dikonsumsi. Usmiati et
al., (2009) mengungkapkan bahwa susu hasil fermentasi sangat baik bagi kesehatan dan
memiliki beberapa keunggulan, yaitu susu fermentasi yang mudah dicerna serta diserap oleh
pencernaan, mengurangi kejadian lactose intolerance, konsisten relative kental disbanding
susu murni. Menurut Usmiati et al., (2009) susu fermentasi dibagi dua berdasarkan
metabolitnya, yaitu fermentasi asam laktat seperti yogurt, susu achidophilus dan susu casei
yang kedua fermentasi asam laktat dan alkohol, contohnya kefir dan koumiss.
Salah satu produk hasil fermentasi susu yang paling banyak dikonsumsi adalah susu
kefir. Susu kefir adalah salah satu minuman probiotik yang bermanfaat bagi pencernaan
ditubuh. Susu kefir memiliki sifat mudah dicerna dibandingkan susu dikarenakan sebagian
proteinnya sudah terhidrolisis dan tidak mengganggu pencernaan apabila dikonsumsi. Susu
kefir mampu menstabilkan microflora dalam pencernaan dengan mengeluarkan bakteri
patogen melalui pelekatan dinding saluran pencernaan dan bersaing mendapatkan nutrisi.
Menurut Bayu et al., (2017) susu kefir dibuat dengan cara menambahkan langsung kefir
grain kedalam susu baik susu sapi, kerbau maupun susu kambing melalui proses fermentasi.
Albaarri et al., (2003) mengungkapkan kefir grain atau kefir granule terdiri dari beberapa
jenis bakteri seperti Streptococcus sp., Lactobacilli dan ragi atau khamir non patogen. Otes
et al., (2003) menyatakan selain mengandung bakteri serta ragi kefir mengandunh vitamin,
asam amino, dan mineral yang mampu memperbaiki fungsi tubuh. Menurut Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2019), susu kefir terdiri atas kadar asam laktat 0,8-
1,1%, alkohol 0,5-2,5%, sedikit CO2, vitamin B serta diasetil dan asetaldehid. Untuk kadar
nutrisi susu kefir dapat dilihat pada table berikut.
Informasi gizi Nilai Referensi
Air 89,5%
Lemak 1,5%
Susu kefir
Protein 3,5% Badan litbang pertanian (2019)
Abu 0,6%
Laktosa 4,5%
pH 4,6
Kefir merupakan produk susu yang difermentasikan dengan menggunakan bakteri
asam laktat seperti Lactobacillus lactis, Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus bersama
ragi dan menghasilkan asam dan alkohol. Pada tahap akhir proses dilakukan pematangan
dalam kemasan tertutup agar terbentuk karbonat (Albaarri dan Murti, 2003). Kefir berasal
dari Kaukasian sebelah utara atau sebelah Timur Laut Mongolia, dan telah diproduksi dalam
skala rumah tangga secara tradisional. Bahan untuk pembuatan kefir biasanya adalah susu
sapi atau susu kambing. Kefir diproduksi di negaranegara di Rusia dan hanya sedikit
diproduksi di negara-negara Eropa. Kefir mengandung 0.5 – 1,0 % alkohol dan 0,9 – 1,1 %
asam laktat (Surono, 2004). Nilai gizi kefir hampir sama dengan susu yang digunakan
sebagai bahan kefir tetapi ada beberapa kelebihan apabila dibandingkan dengan susu segar.
Kelebihan tersebut adalah asam yang terbentuk dapat memperpanjang masa simpan,
mencegah pertumbuhan mikroorganisme pembusuk dan patogen sehingga meningkatkan
keamanan produk kefir.
Tabel. Pengaruh jenis susu terhadap pH kefir
Jenis susu perlakuan pH Referensi
Pengaruh pemberian perlakuan terhadap kadar karbohidrat pada kefir susu kambing
Jenis susu perlakuan Karbohidrat (%) Abu (%) Referensi
Keasaman merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas kefir.
Jenis susu yang berbeda dapat memengaruhi keasaman pada kefir. Keasaman pada kefir
dapat diketahui melalui nilai pH dan total asam tertitrasi. Berdasarkan Tabel 4 dan 5,
didapat bahwa kefir dengan jenis susu berbeda menghasilkan pH dan total asam tertitrasi
yang bervariasi. Kefir yang menggunakan susu kerbau cenderung memiliki pH yang lebih
rendah, sedangkan kefir yang menggunakan susu kambing cenderung memiliki pH yang
paling tinggi. Total asam tertitrasi pada kefir susu sapi dan kefir susu kerbau telah
memenuhi standar mutu berdasarkan CODEX yaitu minimal sebesar 0,6%. Kefir susu
kambing yang telah memenuhi syarat hanya didapat pada penelitian Sarica dan Coșkun
(2020). Hal ini dikarenakan penggunaan kultur starter pada kefir, sedangkan Sulmiyati et al.
(2019) serta Setyawardani dan Sumarmono (2015) menggunakan bibit kefir. Hasil nilai pH
kefir susu kambing yang tinggi pada penelitian Sulmiyati et al. (2019), dikarenakan waktu
fermentasinya lebih singkat yaitu 12 jam bila dibandingkan dengan waktu yang umumnya
digunakan dalam pembuatan kefir yaitu 18-30 jam (Barão et al., 2019). Hal ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan Kinteki et al. (2018) yang meneliti pengaruh lama
fermentasi pada kefir susu kambing. Kefir susu kambing dengan perlakuan waktu
fermentasi tersingkat (12 jam), memiliki pH yang paling tinggi dibandingkan perlakuan
dengan waktu fermentasi yang lebih lama (24, 36 dan 48 jam).
Berdasarkan hasil penelitian Tomar et al. (2019), kefir susu kerbau memiliki total
asam tertitrasi yang lebih tinggi dibanding kefir susu sapi. Pada penelitian yang dilakukan
oleh Gul et al. (2015), total asam tertitrasi antara kefir susu kerbau dan kefir susu sapi
serupa. Nilai pH yang tinggi pada kefir susu sapi hasil penelitian Gul et al. (2015),
dikarenakan adanya pelarutan susu dengan air untuk menurunkan total padatan pada susu,
sehingga mengurangi nutrisi pada susu dan berdampak pada pemenuhan nutrisi bagi
mikroba dalam kefir untuk menghasilkan senyawa metabolit (Shaikz et al., 2013; Rossi et
al., 2016).
2. Sala lauak
Sala lauak adalah makanan tradisional khas Pariaman Sumatera Barat. Yogi (2011),
berpendapat bahwa makanan tradisional adalah makanan dan minuman yang dikonsumsi
oleh masyarakat tertentu, serta cita rasa khas yang diterima masyarakat tersebut. Sala lauak
adalah makanan yang terbuat dari tepung beras, ikan asin serta bumbu lainnya dan
berbentuk bulat. Kamsiana et al., (2011) mengungkapkan bahwa sala lauak adalah
makanan khas Kota Pariaman Sumatera Barat yang terbuat dari ikan asin, tepung beras,
bumbu lainnya, cabe dengan cara diadon kemudian dimasak dengan api kecil sampai
berwarna kuning keemasn. Sala lauak biasanya dihidangkan sebagai makanan pelengkap
yang banyak diminati masyarakat.
Salah satu bahan utama pembuatan sala lauak adalah tepung beras. Menurut
DKBM Indonesia (2009), kandungan gizi tepung beras terdiri atas air 11,3 g, protein 9,4 g,
vitamin B 3,3 g, serat 4,6 g dan karbohidrat 72,2 g. penelitian telah dilakukan Febriana
(2014), menyatakan nilai gizi sala lauak terbaik dibuat dengan tepung beras hitam yang
memiliki kadar air (55,105%), kadar abu (10,352%), protein (24,613%), dan lemak
(0,725). Dengan tingginya kadar gizi yang dimiliki tepung beras sehingga tepung beras
dijadikan salah satu bahan utama pembuatan sala lauak. Selain tepung beras, ikan asin juga
menjadi bahan utama pembuatan sala lauak. Ikan asin merupakan ikan yang difermentasi
dan sudah awetkan. Menurut Anni (2012), ikan asin adalah sumber protein hewain dari
daging ikan yang diawetkan dengan menambahkan garam, sehingga ikan menjadi asin.
Ikan asin menjadi sumber protein dalam pembuatan sala lauak. Menurut Depkes RI (2005)
ikan asin mengandung kalori (193 kal), protein (42 gr), lemak (1,5 gr), kalsium (200 mg),
fosfor (300 mg), zat besi (2,5 mg), vitamin B1 (0,01 mg), dan air (40 gr) pada setiap 100 gr
ikan asin.
Menurut Badan Pengawas Obat dan makanan (BPOM) (2005), telah menetapkan
format pelabelan kandungan gizi pada kemasan pangan. Informasi nilai gizi dari sala lauak
dapat dilihat pada table berikut.
Buah naga (Hylocereus polyrhizus) mengandung senyawa fenol, flavonoid, betasianin serta
vitamin C yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan. Senyawa antioksidan pada buah
naga (Hylocereus polyrhizus) mampu melindungi tubuh terhadap kerusakan yang
disebabkan oleh oksigen reaktif dan menghambat terjadinya penyakit degeneratif.
Penelitian dilakukan oleh Purwanti (2015), menyatakan bahwa aktivitas antioksidan
terbaik pada buah naga (Hylocereus polyrhizus) yaitu sebesar 20,7%. Penelitian juga
dilakukan Cruez et al., (2017), dengan menggunakan metode ABTS dengan hasil kapasitas
antioksidan buah naga (Hylocereus polyrhizus) yang bervariasi antara 9,21±0,84 –
2,41±0,36 µmol Trolox/g. Susanty et al., (2017) berpendapat, bahwa pada hari pertama
panen sari buah naga (Hylocereus polyrhizus) memiliki kadar antosianin sebanyak
21,62%. Sedangkan menurut Widianingsih (2016) menyatakan bahwa pada daging buah
naga (Hylocereus polyrhizus) terdapat senyaea fenolat berupa antosianin sebanyak 8,8
mg/100 g.
Selain antioksidan di dalam buah naga (Hylocereus polyrhizus) terdapat betasianin,
yaitu suatu pigmen berwarna red-violet yang akan memberi warna merah. Penelitian
dilakukan Waladi (2015), menyatakan bahwa penambahan ekstrak kulit buah naga
(Hylocereus polyrhizus) dalam pembuatan es krim berpengaruh terhadap warna yang
dihasilkan. Konsentrasi betasianin dalam buah naga (Hylocereus polyrhizus) terdapat
sebesar 14,4 mg/100 g. Wu et al., (2006) mengungkapkan konsentrasi betasianin pada
buah naga sebesar 10,3 mg/100g. Menurut pendapat Phebe et al., (2009) konsentrasi
betasianin dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah naga (Hylocereus polyrhizus) merah,
semakin matang buah naga semakin tinggi konsentrasi betasianin.
Menurut Nurul et al., (2014) kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus) mengandung
karbohidrat alami dan dapat dimanfaatkan bakteri asam laktat (BAL) sebagai alternatif
sumber energi untuk hidup dan tumbuh dalam suatu produk. Setianto (2014)
mengungkapkan bakteri asam laktat (BAL) memanfaatkan monosakarida yang terdapat
pada sari buah naga (Hylocereus polyrhizus) merah selama proses fermentasi berlangsung,
sehingga terbentuk asam laktat menjadi asam dan pH turun. Menurut Paseephol et al.,
(2009) menyatakan dengan menambahkan sari buah naga (Hylocereus polyrhizus) selama
penyimpanan akan terjadi penurunan pH dengan meningkatnya rasa asam pada yogurt.
Sari atau kulit dari buah naga (Hylocereus polyrhizus) diyakini mampu
meningkatkan produk probiotik hasil fermentasi dan berpotensi dalam meningkatkan mutu
produk fermentasi. Menurut Jamillah et al., (2011) kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus)
berpotensi dalam meningkatkan mutu yogurt beku. Penelitian dilakukan oleh Apriyani
(2018), menyatakan bahwa dengan penambahan ekstrak kulit buah naga (Hylocereus
polyrhizus) pada yogurt susu UHT menghasilkan total asam sebanyak 0,73-1,14%. Hal ini
sesuai dengan persyaratan mutu minuman probiotik yang telah ditetapkan Standar Nasional
Indonesia (SNI) dengan total asam 0,5 - 2,0%.
Berdasarkan penelitian Maleta (2018), menyatakan bahwa dengan penambahan
ekstrak buah naga (Hylocereus polyrhizus) sebesar 10% berpengaruh nyata terhadap total
bakteri asam laktat, aktivitas antioksidan, pH, total asam dan konsentrasi betasianin pada
Caspian sea yogurt. Penelitian juga dilakukan Andila (2018), dengan penambahan ekstrak
buah naga (Hylocereus polyrhizus) sebanyak 8% terhadap susu fermentasi dengan
lactobacillus casei Subsp. casei R-68 berpengaruh terhadap susu yang dihasilkan dengan
nilai pH 5,32%, asam laktat 0,92%, total BAL 12,49 log CFU/ml serta kadar protein
sebanyak 5,10%. Menurut Ningsih (2022), penambahan 45% jus buah naga (Hylocereus
polyrhizus) pada fermentasi susu kefir mempengaruhi kualitas warna, aroma, rasa serta
aktivitas antioksidan susu kefir tertinggi sebesar 79,24%. Namun, menurut penelitian Agil
(2022), penambahan ekstrak kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus) dengan konsentrasi
5% menghasilkan yogurt susu kecambah kacang merah terbaik dengan pH 4,34, viskositas
4006 mPas, antioksidan 26,17% RSA dan sensoris sebesar 4,02.
H. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang akan mengisolasi bakteri asam
laktat (BAL) dari sala lauak asal Padang Pariaman Sumatera Barat untuk pembuatan susu
fermentasi kefir.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari – Juni 2023 di laboratorium penelitian
Fakultas Peternakan Universitas Andalas.
3. Rancangan penelitian
Proses isolasi bakteri asam laktat (BAL) dari sala lauak khas Pariaman Sumatera Barat
untuk fermentasi susu kefir dilakukan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Faktorial 3 x 4 dengan 3 ulangan.
Tahap kedua dari penelitian ini adalah pembuatan susu kefir dengan menambahkan
BAL yang sudah di isolasi dari sala lauak.
4. Alat dan Bahan
a. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu timbangan analitik, sentrifuge,
inkubator, waterbath, ultraviolet illumination, tisu, bunsen, sendok steril, aluminium foil,
mikropipet, hockeystick, autoclave, Eppendorf, blue tip, yellow tip, anaerob jar,
mikroskop, PCR, erlenmeyer, tabung reaksi, petridish, indicator phenolphtalin, pH meter,
desikator, kertas saring, satu perangkat alat soxhlet, labu destilasi, labu ukur, dan labu
kieldahl.
b. Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sala lauak yang daimbil dari Nagari
Pauh kambar Kecamatan Nan Sabaris Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.
Bahan analisis labor yang digunakan adalah selenium, NaOH, metil merah, N-Hexan,
buffer, Plate Count Agar (PCA) (Biolife Italia), de Mann Rogosa Sharpe (MRS) Broth
(Neogen Culture Media), MRS Agar (Merck), Pepton Water (PW) (Neogen Culture
Media), Nutrient Agar (NA), bakteri uji (Listeria monocytogenes, Eschericia coli 0157,
Propionibacterium acnes dan Acinetobacter baumannii), antibiotic (penisilin, ampisilin,
dan kanamisin), kristal violet, iodin, safranin, etanol, imeersion oil, H2O2, Ethylene
DiamineTetra Acid (EDTA) 50 mM, lysozyme, liquid lysozyme, KIT promega (nuclei
lysis solution, DNA rehydration solution, cell lysis solution, protein precipitation
solution, RNase solution), isopropanol, etanol 70%, agarose, Tris Acid EDTA (TAE), gel
view, loading dye, marker, green master mix, primer F, primer R, nucleus free
water/ddH2O, H2SO4, NaOH, selenium dan aquadest.
AOAC (2005). Tahap-tahap yangdilakukan dalam analisis protein terbagi atas tiga
1. Tahap Destruksi
tidak berwarna. sesekali guncang labu kjeldahl agar larutan homogen sehingga
proses penjernihan lebih cepat. Dinginkan labu setelah labu bewarna bening.
2. Tahap Destilasi
Masukkan larutan ke dalam labu ukur 500 ml lalu diencerkan dengan aquadest
semua N dari cairan yang ada dalam labu tertangkap oleh H 2SO4 0.05 N yang
terlebih dahulu dicampur dengan tiga tetes indikator metil merah pada
Erlenmeyer.
3. Tahap Titrasi
Erlenmeyer yang berisi hasil sulingan dititer dengan NaOH 0.01 N (Z ml).
merah dan dititer dengan NaOH 0.1 sehingga terjadi perubahan warna dari
( 3
Kadar Protein= Y 8
- x
Z F
) P
B
x e
r
N a
N t
a S
O a
H m
p
x e
l
0
,
0
1
4
6
,
x 100%
Keterangan:
Y = Volume pentiter blangko
(ml) Z = Volume pentiter sampel (ml)
N = Normalitas NaOH
6,38 = Faktor konversi dari total N ke dalam
protein Fp = Faktor Pengenceran
B. Kadar Lemak
1. Oven labu lemak yang akan digunakan selama 30 menit pada suhu 100-105oC.
2. Dinginkan labu lemak dalam desikator untuk menghilangkan uap air dan
ditimbang (A)
6. Tuangkan pelarut heksan sampai sampel terendam dan lakukan refluks atau
ekstraksi selama 5-6 jam atau sampai pelarut lemak yang turun ke labu
berwarna jernih.
ekstrak lemak yang ada dalam labu lemak dengan cara dioven dengan suhu
8. Dinginkan labu lemak dalam desikator, kemudian timbang labu lemak (C).
C−A
Kadar Lemak = x 100
B
Keterang
an:
A = berat labu alas bulat kosong (g)
B = berat sampel (g)
C = berat labu alas bulat dan lemak hasil ekstraksi (g)
C. Kadar Air
Cawan aluminium dikeringkan dengan oven pada suhu 100°C selama 1 jam lalu
gram. Kemudian keringkan dalam oven pada suhu dalam oven pada suhu 105 °C
4. Nilai pH dapat diketahui dengan membaca skala yang ditunjukkan oleh jarum
penunjuk.
dengan prosedurnya adalah sebagai berikut (Purwati, Syukur dan Hidayat, 2005)
2. Media yang digunakan adalah 23,5 gram Plate Count Agar (PCA) (Biolife
Italia) yang dilarutkan dengan 1000 ml aquades dan 20 gram Pepton Water
homogenisasi dengan magnetic stirrer diatas hot plate pada suhu 100°C dan
yang telah berisi 9 ml larutan Pepton Water, kemudian vortex selama 5 menit
tabung eppendrof pertama yang telah berisi 900 μl larutan Pepton Water lalu
5. Hasil pengenceran pada 10-2 diambil 100 μl dan masukan ke dalam tabung
eppendrof kedua yang telah berisi 900 μl larutan Pepton Water lalu divortex.
Hasil pengenceran ini adalah 10-3. Pengenceran ini dilakukan sampai 10-4.
6. Pada pengenceran 10-4 diambil sebanyak 100 μl dan lakukan penanaman pada
petridish yang telah berisi medium plate count agar dengan cara diratakan
7. Simpan petridish tersebut dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37°C
sampel.
8. Setelah 24 jam hitung koloni yang tumbuh dengan menggunakan alat Quebec
Colony Counter Colony Forming Unit/ gram sampel. Jumlah koloni yang
menghitung total koloni bakteri asam laktat (BAL) adalah sebagai berikut:
1. Semua peralatan yang dibutuhkan seperti cawan petri (petridish), tabung
dalam autoclave pada suhu 121°C selma 15 menit dengan tekanan 15 lbs.
2. Siapkan media yaitu de Mann Ragosa Sharpe (MRS) Broth (Neogen Culture
Media) dengan pembuatan secara umum adalah 52,2 gram MRS Broth dalam
plate pada suhu 100°C, kemudian di autoclave (15 menit, 121°C dan tekanan
15 lbs)
pembuatan secara umum adalah 68,2 gram MRS agar dalam 1000 ml aquades,
kemudian dihomogenisasi dengan magnetic stirrer, diatas hot plate pada suhu
100°C, lalu di autoclave, setelah agak dingin (±55°C) lalu dituangkan ke dalam
foil, kemudian larutkan dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan de mann
Ragosa Sharpe (MRS) Broth, lalu divortex sampai homogen. Hasil disebut
pengenceran 10-1.
6. Hasil pengenceran 10-7 diambil 100 μl sampel dan tanam dengan metode
spread pada petridish yang telah berisi media MRS agar kemudian ratakan
dengan hockey stick yang sebelumnya telah diberi alkohol dan dibakar dengan
Bunsen. Pekerjaan ini dilakukan dalam lamina flow dan dekat Bunsen.
7. Simpan inokulum dalam anaerob jar lalu masukkan dalam inkubator selama
48 jam pada suhu 37°C dan lakukan pengkodean petridish dengan menandai
masing-masing petridish.
8. Setelah 48 jam, koloni BAL yang tumbuh dilihat dengan menggunakan quebec
total BAL.
CFU 1 1
x
= Jumlah Faktor Pengenceran
Gram
Koloni x
C. Isolasi dan
Identifikasi BAL
x 10
Berat Sampel
dalam autoclave pada suhu 121 °C selama 15 menit dengan tekanan 15 lbs.
2. Siapkan media yaitu de Mann Ragosa Sharpe (MRS) Broth (Neogen Culture
Media) dengan pembuatan secara umum adalah 52,2 gram MRS Broth dalam
hot plate pada suhu 100°C, kemudian di autoclave (15 menit 121°C dan
tekanan 15 lbs).
pembuatan secara umum adalah 68,2 gram MRS agar dalam 1000 ml aquades,
kemudian homogenisasi dengan magnetic stirrer, diatas hot plate pada suhu
100° C lalu di autoclave, setelah agak dingin (±55°C) lalu tuangkan kedalam
gram, kemudian larutkan dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan de Mann
Ragosa Sharpe (MRS) Broth, lalu divortex sampai homogen. Hasil disebut
suhu 37°C.
eppendrof yang berisi 900 μl larutan de mann Rogosa Sharpe (MRS) Broth,
lalu divortex sampai homogen. Hasil pengenceran ini disebut pengenceran 10 -2,
6. Dari pengenceran 10-6 ambil 100 μl sampel dan tanam dengan metode spread
pada petridish yang telah berisi MRS agar kemudian diratakan dengan hockey
stick yang sebelumnya telah disterilkan dengan alkohol dan dibakar dengan
selama 48 jam pada suhu 37°C dan lakukan pengkodean petridish dengan
8. Setelah 48 jam, single colony yang mencirikan BAL yaitu bulat licin berwarna
alkohol encer.
(minyak inersi).
Uji sifat biokimia dapat dilihat dari uji gas dan uji katalase sebagai berikut:
tabung durham.
b. Uji Katalase
Uji ketahanan terhadap asam dilakukan menurut metode Anik dan Hanifa
(pH diatur dengan penambahan HCl 5N) kemudian inkubasi selama 90 menit.
3. Kemudian tanam dengan metode spread ke media MRS Agar lalu inkubasi
4. Hitung jumlah bakteri yang mampu bertahan dengan metode hitungan cawan
inokulasi pada media MRS Broth 9 ml lalu inkubasi pada suhu 37ºC selama 24
jam. Selanjutnya ambil 1 ml kultur bakteri dari MRS Broth ke dalam tabung
reaksi yang berisi 9 ml larutan MRS Broth tanpa pengaturan oxgall (kontrol) an
pada MRS Broth pengaturan oxgall 0.3% diinkubasi selama 24 jam. Kemudian
kultur pengaturan oxgall 0.3% dan tanpa pengaturan oxgall (kontrol) lakukan
pengenceran hingga 10-6 kemudian tanam dengan metode spread ke media MRS
Agar lalu inkubasi pada suhu 37ºC selama 48 jam. Hitung jumlah bakteri yang
mampu bertahan dengan metode hitungan cawan dengan satuan Colony Forming
Unit (CFU). Perbandingan jumlah sel sebelum dan setelah diinkubasi akan
dinyatakan dalam bentuk viabilitas (%). Semakin tinggi persentasi viabilitas yang
CFU 1 1
= x
Gram
Jumlah Faktor Pengenceran
Koloni x B
v. Aktivitas Antimikroba dan Uji Antibiotik
Fan, Jiang, Doucette dan Fillmore (2012) dengan rangkaian sebagai berikut:
tip pipet mikro, disterilkan dalam autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit
4. Setelah media agak dingin (± 45ºC) tuang ke dalam cawan petri sebanyak ±20
ml, ditambahkan 0,2% bakteri uji yang sudah di-enrichment 24 jam terlebih
5. Setelah agar mengeras, buat sumur (well) sebanyak isolat yang akan diujikan
mikro.
10. Lakukan pengamatan terhadap zona bening yang terbentuk pada jam ke-24.
Identifikasi Bakteri Asam Laktat 16S rRNA. Tahapan dari metode ini adalah
sebagai berikut:
a. Ekstraksi Genom Bakteri Gram Positif dengan KIT Promega (USA)
Ekstraksi Genom Bakteri Gram Positif dengan KIT Promega (USA) adalah
sebagai berikut:
1. Sampel isolat BAL yang single koloni dari MRS Broth dipipet sebanyak 1000
2. Sentrifuse 14000 rpm selama 2 menit. Lalu buang supernatan dan pelet
diambil.
6. Sentrifuse selama 2 menit 14000 rpm, lalu dibuang supernatan dan pelet
diambil.
12. Sentrifuse selama 3 menit 14000 rpm. Lalu dipipet supernatannya, pindahkan
14. Sentrifuse selama 2 menit 14000 rpm, lalu diambil pellet dan supernatan
dibuang.
dibuang.
microwave.
lalu homogenkan.
menit.
5 menit.
penanda.
1. PrimerR (16S-1492R, Tm 47 °C, 5’GTT TAC CTT GTT ACG ACTT-3) dan F
(16S- 27F, Tm 54.3 °C, 5’AGA GTT TGA TCC TGG CTC AG-3), disiapkan
(konsentrasi 10pM).
1. Ambil 90 μl dH2O + 10μl (Primer R dan F). ( Primer R dan F dalam TE buffer
(konsentrasi 100μM).
e. PCR
Reveres 16S-1492R, Master Mix, Template, dan dH 2O. Campuran yang telah
lalu dihomogenkan.
comb dengan hati-hati dan setelah itu masukkan agar tersebut kedalam
sampel dari hasil PCR yang terbaca kemudian menjadi stock DNA disimpan
sekuens yang diperoleh (query) dengan yang telah ada pada Gene Bank dengan
4. Analisis Filogenik
aplikasi DNA STAR, setelah itu diubah dalam format FASTA. Hasil contige
yang telah diubah kemudian di-BLAST. Pengerjaan BLAST dilakukan pada situs
dipilih adalah other dengan organism bacteria. Program yang dipilih adalah mega
blast, data yang diperoleh berupa sequence bakteri-bakteri yang berkerabat dekat.
multiple alignment dengan sequence isolat bakteri asam laktat yang pernah
untuk dilihat kekerabatannya. Isolat bakteri yang pernah ditemukan diambil dari
setelah itu pohon filogenik dapat dilihat dengan menggunakan program Mega.
DAFTAR PUSTAKA
Alhadi, F dan R. Hidayat. 2012. Identifikasi Streptococcus equi dari kuda yang
diduga menderita strangles. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 17(3) :
199-203.
Carr, F. J., D. Chill and N. Maida. 2002. The lactic acid bacteria: a literature
survey. Critical Reviews in Microb, 8: 281-370.
Fuller, R. 1992. Probiotics: The scientific Basis. Ed. Fuller R. London: Chapman
and Hall.
Godam. 2012. Isi Kandungan Gizi Susu Kerbau - Komposisi Nutrisi Bahan
Makanan. Ilmu. http:// isi-kandungan-gizi-susu-kerbau-komposisi-
nutrisi-bahanmakanan. html (14 Desember 2012).
Ljungh, A., and Wadstrom, T. 2006. Lactic acid bacteria as probiotics. Curr
Issues Intest Microbiol. 7(2):73-89.
Malaka, R. 2007. Ilmu dan Teknologi Pengolahan Susu. Yayasan Citra Emulsi.
Makassar.
Miller, S., A. Harley dan P. John. 2005. Zoology, Sixth Edition. TheMc Graw-
Hill Companies, New York.
Novitasari, D., E. Aryani, R. Roslim dan D. Indriyani. 2014. Teknik isolasi dan
elektroforesis DNA total pada Kryptopterus apogon (bleeker 1851) dari
Sungai Kampar Kiri dan Tapung Hilir Kabupaten Kampar Provinsi
Riau. Kampus Bina Widya Pekanbaru, 1(2): 258-261.
Pato, U. 2003. Potensi bakteri asam laktat yang diisolasi dari dadih untuk
menurunkan risiko penyakit kanker. Jurnal NaturIndonesia 5(2): 162-
166.
Pato, U. 2008. Potensi Bakteri Asam Laktat yang diidolasi dari Dadih untuk
Menurunkan Resiko Penyakit Kanker. J Natur Indonesia (5)2: 162-166.
Purwanto, H. 2012. Identifikasi DNA dan Gen Resisten Terhadap Virus AI (Avian
Influenza) pada Itik Pitalah sebagai Sumber Daya Genetik Sumatera
Barat dengan PCR (Polymerase Chain Reaction). [Tesis]. Fakultas
MIPA. Universitas Andalas. Padang.
Purwati, E., S. Syukur dan Z Hidayat. 2005. Lactobacillus Sp. isolasi dari
Biovicophitomega sebagai Probiotik. Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Jakarta. Bandung.
Seldin, L. 2003. 16S rDNA targeted PCR for the detection of paenbacillus
macerans. Letters in Applied Microbiology. 37: 415-420.
Sheeladevi, A., and N. Ramanathan. 2011. Lactic Acid Production using Lactic
Acid Bacteria under Optimized Conditions. Internasional Journal
Pharm Biol Arch. 2(6): 168-169.
Sirait, C.H dan H. setiyanto. 1995. Evaluasi mutu dadih di daerah produsen.
Hlm:284-280. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi
Peternakan, Bogor 25-26 Oktober 1995. Balai Penelitian Ternak, Ciawi,
Bogor.
Sirait, C.H., N. Cahyadi, T. Pangabean, dan I. G. Putu. 1995. Identifikasi dan
pembiakan kultur bakteri pengolah dadih. Laporan Penelitian. Balai
Penelitian Ternak, Ciawi, Bogor.
Sisriyenni, D. dan Y. Zurriyati. 2004. Kajian kualitas dadih susu kerbau di dalam
tabung bambu dan tabung plastik. Jurnal Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian 7(2): 171-179.
Sunarlim, R. 2009. Potensi Lactobacillus sp. asal dari dadih sebagai starter pada
pembuatan susu fermentasi khas Indonesia. Buletin Teknologi
Pascapanen Pertanian (5): 69-76.
Surono, I.S. & Nurani, D. 2001. Exploration of indigenous dadih lactic bacteria
for probiotic and starter cultures. Domestic Research Collaboration
Grant-URGE-IBRD World Bank
Surono, I.S., Sishigaki, T., Endaryanto, A.P. 2008. Indonesia Biodiversity from
Microes to Herbal as Potential Functional Foods. J of Agriculture
Shinshu University. 44(1): 23-27.
Syukur, S., A. Utami, Della dan A. Darma. 2010. Isolation and Moleculer
Identification of Lactid Acid Bacteria, purification of Bakteriosin from
fermentation of (Annona maricata L) in West Sumatera Indonsia. In
Proceding International of Biotecnology IBIO. Dahlian, China 25-30.
Syukur, S., A. Utami, Della dan A. Darma. 2010. Isolation and Moleculer
Identification of Lactid Acid Bacteria, purification of Bakteriosin from
fermentation of (Annona maricata L) in West Sumatera Indonsia. In
Proceding International of Biotecnology IBIO. Dahlian, China 25-30.
Syukur, S., E. Fachrial and Jamsari. 2014. Isolation, antimicrobial activity and
protein bacteriocin characterization of lactic acid bacteria isolated from
dadih in Solok, West Sumateran Indonesia. Reseach Journal of
Pharmaceutical, Biological and Chemical Science. P. 1096-1104.
Syukur, S., L. S. Utami, E. Purwati, Urnemi and Jamsari. 2011. Screening And
Invitro Antimikrobial, Protease activities From Lactid acid Bacteria
Associated With Green Cacao Fermentation in West Sumatra Indonesia.
Proseding Seminar Internasinak HKI. Pekanbaru, Juli 17-21.
Usmiati, S., Broto, W., Setiyanto, H. 2011. Karakteristik Dadih Susu Sapi yang
Menggunakan Starter Bakteri Probiotik. Indonesia Journal of Animal and
Veterinary Science. 16(2): 140-152.
Waugh, J. 2007. DNA barcoding in animal species: progress. potential and pitfalls.
Bio essays. 29(2): 188–197.