Anda di halaman 1dari 5

ISLAM

DAN
MATERIALISME

KH. ABDULLAH BIN NUH

Bojongneros - Bogor

1965
AGAMA DALAM ZAMAN MODERN

Zaman modern ini mempunyai sifat-sifat istimewa diantara mana terutama ialah
timbulnya konsepsi-konsepsi baru dalam alam pikiran manusia. Dengan munculnya Darwin,
umpamanya, timbulnya suatu konsepsi baru, yang dirumuskan dalam kata-kata “The Survival
of The fittest” atau “ kelangsungan dari yang kuat”dan “Revolusi Umat Manusia”, Kemudian
datang Sigmund Freud dengan teori-teorinya dalam psychologi yang menguncangan sendi-
sendi lama.Tidak lama kemudian muncul pula Albert Einstein dengan teori –teori nisbahnya
atau Relativiteits-theori. Karl Mark, terutama dengan Das Kapital-nya, sangat mempengaruhi
alam pikiran masa sekarang.

Saya yakin, tidak sedikit diantara para pembaca yang bertanya-tanya: Apa nasib agama di
zaman yang penuh perubahan-perubahan radikal?. Perlukah diadakan perubahan pula untuk
menyatakan kebenaran agama?.

Faktor baru yang mempunyai arti yang besar dalam perubahan cepat dizaan modern ini
ialah ilmu pengetahuan. Dan oleh karena perubahan-perubahan itu berjalan begitu cepat
dengan cara yang membingungkan, maka tidaklah sedikit jumlah orang-orang beragama yang
“mengasingkan diri” untuk memegang teguh faham-faham keagamaannya. Akan tetapi tetapi,
sebenarnya, kebenaran agama itu dapat dinyatakan dengan cara-cara baru, Dan memang
sejak dahulu expresi kegamaan itu senantiasa berubah. Dan tantangan dari ilmu pengetahuan
atau science ini meminta suatu bentuk baru dari ilmu kalam, dari keterangan teologisnya.

Kalau kita memandang arti agama untuk manusia, dan apa ilmu pengetahuan itu , tidalah
kita melebih-lebihkan jika kita mengatakan bahwa perjalanan sejarah dimasa depan adalah
tergantung dari sikap kehidupan sekarang, tergantung pada keputusannya mengenai
hubungan anatara agama dan ilmu pengetahuan. Dan kekuatan besar yang mempengaruhi
manusia yang nampaknya bertentangan satu sama lain, yaitu perasaan semangat keagamaan
pada pihak dan kesukaan berpikir dilain pihak yang memandang secara cermat dan seksama
dan lalu menark kesimpulan yang ma’kul, logis.

Marilah kita memandang semua persoalan teori kehidupan dari atas, atau malaiu peta,
dengan skala yang cukup besar, dan dalam peta itu kita harus melepaskan diri dari segala
pengaruh yang dapat menyimpitkan pandangan kita. Jika kita berhasil dalam hal ini,maka
segera kita akan menemui dua kenyataan besar.

Pertama, kenyataan bahwa dalam sejarah selalu terjadi pertengkaran antara agama dan
ilmu pengetahuan, atau dengan kata yang lebih tepat, anatara faham golongan agama dan
golongan intelektual (sebab anatara agama yang hak dengan pengetahuan yang benar tidak
ada pertentangan);.

Kedua, baik agama maupun ilmu pengetahuan adalah sejak dahulu mengalami
pertumbuhan, perkembangan, (disinipun yang dimaksud: faham golongan agama dan
pendapat ilmuwan, sebab hakekat abadi, baikpun dari agama maupun ilmu tidak, berobah).
Akan tetapi ilmu pengetahuan adalah lebih banyak mengalmi perubahan dan perkembnagan
daripada faham keagamaan. Perlu pula diperhatikan, bahwa kedua unsur ini titdak selamanya
bertentangan, dan bahwa dalam kalangan agama sendiri terkadang timbul pertentangan,
dimana kalangan ilmiah tinggal netral atau memihak salah satu pihak. Begitpun diantara
kalangan ilmiah sering timbul perselisihan dimana golongan agama tinggal netral atau
memihak salah satu pihak.

Sangat salah sekali, apabila kita menetapkan, bahwa dalam perselisihan anatara faham
keagamaan dan faham ilmiah itu selalu ada kebenaran ada dipihak yang kedua atau yang
pertama.

Ilmu pengatahuan tidak mengatakan, selalu benar, tetapi selalu berusaha untuk mencapai
kebenaran, melalui kenyataan-kenyataan alam. Dan teori ilmiah yang lama bisa diganti dengan
yang baru.

Dalam perselisihan anatara suatu faham keagamaan dan pendapat ilmiah, adakalanya bagi
kita lebih baik bersikap tawakuf, menunggu,tetapi tdak dengan secara pasif atau putus asa.
Pertumbuhan dan perselisihan itu adalah suatu tanda bahwa disitu ada suatu kebenaran yang
lebih luas dan suatu hakekat yang lebih halus didalam mana akan terdapat suatu perdamaian
antara suatu faham keagamaan yang lebih mendalam dengan suatu pendapat ilmiah yang
lebih luas.

Karena itu, perselisihan anatara faham keagamaan dan pendapat ilmiah adalah suatu soal
mudah tetapi biasanya terlalu ditekankan atau dibesar-besarkan. Dan terkadang perselisihan
itu timbul dari kelemahan kedua belah pihak. Pihak ilmiah memperhatikan keadaan umum
yang diteliti hanya untuk menyusun kenyataan alam, sedangkan pihak keagamaan selalu
memperhatikan susila dan keindahan batiniah.disatu pihak selalu lahirliah (bendawiah),
dipihak lain ada batiniah dan rohaniah.

Di Eropah, dua abad terakhir pihak keagamaan merupakan pihak yang mempertahankan
(on the defensive), ini pun hanya dengan cara yang lemah. Dalam tiap keadaan baru, pemikir-
pemikir agama selalu tidak bersiap. Setelah bersusah payah baru mereka menemukan
interpretasi yang sesuai.

Agama di Eropah, tidak akan mencapai kembali kekuasaan yang dimilikinya dahulu kecuali
ia dapat menghadapi perubahan zaman dengan jiwa yang sama seperti yang dimiliki oleh ilmu
pengetahuan. Soalnya, baik Eropah maupun yang alainya, cara menyatakan faham keagamaan
harus selalu tumbuh berkembang. Peristiwa saling mempengaruhi anatara kedua pihak adalah
perkembangan

Peristiwa saling mempengaruhi ini dengan jelas kita lihat dalam tafsir-tafsir Al quran sejak
dahulu hingga sekarang. Expresi dan interprestasi dalam tafsir itu tumbuh dan berkembang
mengenai soal-soal yang ada hubungannya dengan falsafah dan ilmu pengetahuan. Kita dapat
melihat ini dengan menelah tafsir dari Al Razi Al Zamakhsari, Muhamad Abduh, Thantawi
Jauhari, Al Maraghi, Mahmud Saltus dan sebagimanya. Disini terlihat proses pertumbuhan
dan perkembangan dalam perpuluh abad. Proses sejarah menunjukan, bahwa duania penuh
perselisihan sedang berjalan menuju kesuatu titik pertemuan yaitu untuk menyelamatkan
manusia dari kehancuran.

Keadaan ini membuat kita lebih yakin akan kebenaran ajaran yang diserukan oleh Nabi
Penutup (SAW). Beliau menyerukan suatu ajakan kepada seluruh umat manuasia untuk
berkumpul pada titik pertemuan, yaitu bahwa kita iman, kepada Tuhan Yang Maha Esa, tidak
menyembah melainkan kepada NYA, tidak mempertuhankan atau memndewakan apa atau
siapa saja selain daripadaNYA Subhanahu Wa Ta’ala. Ini semua dimaksudkan untuk
mengembalikan seluruh manusia kepada persatuan, perdamaian, kerjasama dan
persaudaraan.itulah ajakan Nabi Muhammad dengan tanpa paksaan namun dengan
penjelasan yang cukup. Beliau SAW menganjurkan persaudaraan bagi seluruh umat manusia,
dan sabdanya: “ Al –insan akhlul –insan sya-a am aba” (manusia itu adalah saudara sesama
manusia, mau atau tidak mau).

Kemajuan pesat dari ilmu pengetahuan, kita percaya akan membantu membersihkan
faham-faham dari segala takhayul dan sebagainya. Yang tak patut baginya, dan dengan ini
maka ilmu pengetahuan akan ikiu merintis jalan menuju keitik kebenaran.

ISLAM DAN DUNIA MODERN

APA HUKUM ASURANSI MENURUT SYARIAT ISLAM ?

Suatu bandingan bagi tulisan DR. MUHAMMAD YUSUF MUSA.

Dalam “Pembina” no 39 termuat tulisan dari DR. Muhammad Yusuf Musa tentang
hukumnya Asuransi dalam Syara’ menurut Ijtihad dari seorang Ulama Besar ahli fiqih pada
abad 13 Hijriah.

Menurut fatwa beliau, asuransi barang dagangan dari seberang laut itu tidak daat
dibenarkan, sebab berarti menanggung (menjamin)sesuatu yang tidak ada ditangan
sipenanggung, tetapi ada ditangan yang mengusai kapal yang mengangkut barang itu. Ini suatu
contoh ijtihadnya seorang ulama ahli fiqh pada ketika itu. Dan DR Muhammad Yusuf Musa
juga tidak melihat alasan untuk tidak menyetujui pendapat itu.

Sekarang saya tidak bermaksud membantah (apalagi mencela) pendapat atau fatwa itu
adalah hasil dari ijtihad seorang ahli besar dalam suatu soal furu’ (bukan soal usuluddin). Akan
tetapi disini saya teringat kepada sejarah islam di Indonesia yang berhubungan soal Asuransi,
yaitu pada masa jayanya Kesultanan Banten dimana syariat islam benar benar dijalankan
dengan taat. Saya katakan demikian bersadarkan kenyataan sejarah. Baiklah kita kita ambil
seorang penulis Belanda atau keturunan Belannda, sebagai saksi, yaitu DR Douwes Dekker
(setelah masuk islam bernama Setia Budi). Dalam bukunya yang berjudul : “ Vluchting
Overzicht van de Geschidenis van Indonesia”( halaman 79) ia menulis yang terjemahannnya
sebagai berikut:
“ Ia (Maulana Hidayatullah, Sunan Gunung Jati) diganti putra sulungnya, Hasanuddin,
menjadi Gubernur Banten,adapun adik Hasanuddin Pengeran Paserean, menjadi Gubernur
Cirebon. Banten maju pesat karna perdagangan disana berkembang, dan karena penduduknya
yang beragama Islam giat bekerja. Banten pada ketika itu dibawah kekuasaan Demak, tetapi
Demak ditaklukan oleh kekuasaan Pajang. Banten kuat karena perdangannya dan
kekuasaannya, tidak mau mengakui kekuasaan pajang, dan pajang terpaksa memberinya
kemerdekaan, maka sejak itu Hasanuddin memakai gelar Sultan Banten Pertama. Hasanuddin
adalah seorang bijak seperti ayahnya. Ia dapat mengusai tanah Lampung untuk mendapatkan
Lada. Dalam usahanya menaklukkan Lampung tidak menjumpai perlawan.Ia menikahi Puteri
dari Indrapura. Negeri ini menjadi dibawah kekuasaannya. Selain itu ia telah menyebarkan
Agama Islam didaerah lebih luas. Maka saudagar Muslimin berhijrah ke Banten sebab mereka
meyakini kesultanan inilah yang bisa melindungi agama dan aqidah mereka.

“Pada tahun 1545 M seorang Portugis sering datang ke Banten sebagai pedagang.
Ibukotanta itu dekat dari panatai, dan disekitar kota itu didirikan tembok dan benteng sebagai
pelindung dan dipasang meriam untuk mempertahankan Kesultanan Banten.

Anda mungkin juga menyukai