F H.PDT A 36 326 Arya Febry Zemayel
F H.PDT A 36 326 Arya Febry Zemayel
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. HJ. Rahayu Hartini., S.H. M.Si., M.Hum.
Oleh :
Arya Febry Zemayel
202210110311326
Perkawinan yakni ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita yang
pada umumnya berasal dari lingkungan yang berbeda, kemudian mengikatkan diri untuk
mencapai tujuan keluarga yang kekal dan bahagia. Perkawinan diartikan sebagai suatu akad
untuk menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan
persetubuhan sekaligus sebagai ikatan lahir bathin untuk hidup bersama secara sah untuk
membentuk keluarga yang kekal, tenteram dan Bahagia
Covid-19 yang melanda Indonesia di maret 2020 merubah segalanya baik dari segi
sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang ada dimasyarakat, salah satu imbasnya adalah
banyak pernikahan dibawah umur. Pandemi menjadi hal yang paling banyak diberitakan di
tahun 2020 ini, termasuk dampaknya pada sejumlah sektor. Termasuk anak-anak yang
akhirnya harus merasakan sekolah di rumah atau pembelajaran jarak jauh, begitupun para
orang tua yang harus bekerja dari rumah dan tidak sedikit yang harus menerima PHK.
Angka ini naik dibandingkan tahun 2019 sebanyak 24.865 permohonan. Dengan
meningkatnya angka permohonan dispensasi perkawinan ke pengadilan agama diseluruh
indonesia menyebabkan kekhawatiran akan akibat buruknya perkawinan di usia dini dan
dampak kedepannya yang akan terjadi seperti potensi akan kegagalan dalam melanjutkan
pendidikan, karena perkawinan di usia dini sangatlahberesiko besar dalam gagal untuk
mencapai pendidikan yang seharusnya diera digital sekarang sangatlah wajib untuk
mendapatkan pendidikan yang layak dan berpendidikan tinggi supaya para penduduk di
indonesia mencapai kualitas sumber daya manusia yang memadai untuk kemajuan
indonesia kedepannya, Perempuan yang menikah di bawah usia 18 tahun memiliki peluang
empat kali lebih kecil untuk menyelesaikan pendidikan lebih tinggi dari SMA.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Adapun landasan jurnal yang digunakan sebagai pedoman dasar penelitian sebagai berikut :
D. METODE PENELITIAN
Dalam penelitian kali ini berkaitan dengan pernikahan dibawah umur dan pengaruh
yang ditimbulkan dari adanya pandemi covid-19 yang ada di Indonesia. Hasil penelitian
sebelumnya dari penelitian terdahulu dan dasar hukum yang berkaitan dengan penelitian
yang sedang di lakukan ini antara lain:
Pernikahan dibawah umur adalah proses pernikahan yang dilaksanakan oleh semua
pasangan yang belum tidak memenuhi ketentuan usia yang telah dipastikan norma
perundang-undangan. Pernikahan usia dini juga disebut dispensasi nikah, yaitu pernikahan
yang terjadi pada pasangan atau kandidat yang ingin bersuami pada usia di bawah standar
pada usia nikah yang sudah ditetapkan oleh aturan hukum pernikahan (Sohari 2009).
Pernikahan dibawah umur atau dikenal dengan pernikahan dini adalah pernikahan
yang seharusnya tidak dilaksanakan karena belum adanya kesiapan baik secara jasmani dan
rohani untuk dapat melaksanakan pernikahan atau pernikahan dini merupakan sebuah
ikatan dua insan lawan jenis antara seorang wanita dan seorang laki-laki yang berada pasa
masa remaja untuk hidup bersama dalam satu ikatan keluarga (Dian, 2014).
Pernikahan dibawah umur yang terjadi berdasarkan beberapa factor diatas terjadi
karena kondisi ekonomi, kurangnya kesadaran orang tua, perilaku remaja yang tidak
terkontrol seperti kenakalan remaja, namun keadaan pernikahan dibawah umur ini
diperparah dengan batas usia yang tertera pada UU No.16 Tahun 2019 yang belum efektif
karena tidak adanya sanksi yang ditetapkan UU. Semestinya jika terdapat orang yang
melanggar maka akan diberi sanksi untuk menghindari terjadinya perkawinan di bawah
umur. Akan tetapi peraturan yang ditulis kebalik, sanksi ditiadakan kesempatan untuk dapat
menikah dilaksanakan. Pelanggaran terhadap UU ini dapet mengajukan dispensasi
pernikahan ke PA ataupun pejabat yang berwenang yang ditunjuk oleh kedua orangtua
pihak laki-laki maupun perempuan. maka nikah dini masih dijalani serta menyebabkan
bertambahnya angka dispensasi pernikahan juga tingkat perceraian.
Perkawinan anak semestinya bisa dicegah oleh semua pihak karena dampaknya
sangat berbahaya baik bagi keluarga maupun negara, karena akan berdampak Panjang bagi
keluarga baru yang terbentuk baik dari segi Kesehatan fisik maupun mental.
Belum matangnya organ-organ reproduksi pada anak, membuat mereka berpotensi
mengalami komplikasi berbagai jenis penyakit baik pada proses kehamilan maupun ketika
melahirkan.Tak hanya itu, bayi yang lahir dari seorang ibu yang usianya di bawah 20 tahun
juga memiliki potensi meninggal dua kali lebih tinggi pada usia 28 hari pertama.
Kondisi mental anak-anak yang usianya masih di bawah 20 tahun juga belum matang untuk
membangun rumah tangga karena emosi yang belum stabil. Ini akan berpotensi munculnya
kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) serta meningkatnya angka perceraian.
Pernikahan dibawah umur dapat dihindari jika masyarakat sadar akan peraturan
dan dan dampak dari pernikahan dibawah umur, para orang tua juga sadar akan bahaya
yang bisa saja menimpa anaknya jika dilakukan pernikahan di bawah umur. Peran orang tua
penting agar menjaga para anaknya untuk mengawasi tingkah laku agar anak mereka tidak
terjebak akan kenakalan remaja.
Agama sebagai proteksi anak agar tidak terjadi peyimpangan seks / Perzinaan
lingkungan sekitar jika dibiarkan mengalir tanpa arah akan berbahaya juga, Begitu juga seks,
jika tidak disalurkan, akan menimbulkan banyak goncangan jiwa yang tidak baik bagi
perkembangan mental remaja. Pembatasan konten porno juga harus di tegakkan karena
mudahnya mengakses konten ini diremaja membuat perzinahan menjadi lebih banyak yang
mana remaja memang sering penasarang dengan hal baru dilihatnya.
Masyarakat merupakan salah satu satu faktor demi terselenggara peraturan
Undang-Undang No 16 Tahun 2019 secara efektif, yaitu adanya kesadaran masyarakat.
Kesadaran hukum tidak bisa tumbuh secara instan, namun harus melalui beberapa tahap
sehingga masyarakat benar-benar paham dan patuh terhadap hukum. Sehingga semua hal
tersebut merupakan wujud sampainya hukum pada kehidupan masyarakat yang kemudian
menjadi pola dalam menjalani kehidupan.
Pelaksanaan Undang-Undang itu masih rendah di dalam urusan tempat, serta
masih belum ada acara khusus untuk menyuluhkannya. Hal itu disebabkan oleh tiada
konsistensi dari penegak hukum bahkan lebih ironisnya lagi di Kantor Urusan Agama belum
dapat mensosialisasikannya dengan kontinyu kepada semua masyarakat dikarenakan
terhalang oleh faktor minimnya sarana yang mencukupi.
Pemerintah dalam hal ini telah berusaha mengedukasi para remaja dengan
meberikan sosialisasi melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dengan mengedukasi remaja melalui program GENRE (Generasi berencana) yang
bertujuan mengedukasi remaja tentang kesehatan reproduksi, penyakit HIV/AIDS,
bahayanya pernikahan dibawah umur dan pengarunya dimasa yang akan datang.
Usaha lain pemerintah untuk bisa mengurangi pernikahan dibawah umur karena
factor ekonomi atau kemiskinan terdapat beberapa bantuan yang diberikan pemerintah
untuk mengatasi kemiskinan akibat covid-19 ini diantaranya, kartu prakerja Bantuan ini
diberikan bagi mereka yang belum bekerja atau kehilangan pekerjaan karena pandemi,
diskon listrik Pemerintah memberikan subsidi diskon listrik bagi pelanggan golongan rumah
tangga. Diskon diberikan bagi pelanggan golongan rumah tangga dengan daya 450 VA, akan
mendapat diskon 50 persen. Sementara, rumah tangga dengan daya 900 VA akan mendapat
diskon 25 persen, Bsu atau BLT subsidi gaji Pemerintah melalui Kementerian
Ketenagakerjaan menyalurkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) atau BLT subsidi sebesar Rp 1
juta, kepada para pekerja Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19. Bantuan diberikan
bagi pekerja/buruh yang bekerja di wilayah PPKM level 3 dan 4, yang gajinya di bawah Rp
3,5 juta.
Penerapan dari peran orang tua, budaya, agama serta pemerintah di harapkan
dapat mendorong pencegahan trerjadinya pernikahan dibawah umur. Orang tua sebagai
orang terdekat anaknya mencegah terjadinya kenakalan remaja, agama menjaga spiritual
remaja agar terhindar dari perbuatan dosa sehingga dapat membedakan yang mana benar
dan mana yang salah, pemerintah dalam andil sebagai penegak hukum
adalah para pihak yang bersangkutan di dalam prosedur pembentukan hingga pada tahap
pelaksanaan sebuah ketentuan serta para pihak yang memiliki posisi serta kewenangan
pada sebuah aturan yang berlaku. Pihak yang termasuk dalam penegak hukum di sini adalah
para pihak yang terlibat pada proses pembentukan hingga dalam pelaksanaan suatu aturan
baik yang sifatnya praktis juga non-praktis
Hukum yang baik ialah ketentuan yang dimengerti oleh masyarakat serta untuk
membentuk masyarakat yang memahami hukum yang diberlakukan. Atas dasar data yang
didapatkan bahwasanya beberapa pihak yang ada di bawah lingkup Pengadilan Agama
dilibatkan untuk mensosialisasikan ketentuan UU No.16/2019 terkait batasan umur
pernikahan supaya aturan tersebut berjalan dengan optimal. Atas dasar penjelasan di atas
dapat dipahami bahwasanya penegak hukum tidak hanya terlibat di dalam pembuatan
aturan, akan tetapi sebagai pendukung untuk efektivitas aturan. Penegak hukum belum
konsisten menerapkan regulasi yang ada dan belum maksimal mensosialisasikan aturan
batasan umur pernikahan.
KESIMPULAN
Merebaknya Pandemi Corona Virus Disease 2019 telah menjadi perhatian serius
bagi negara – negara diseluruh dunia termasuk indonesia. Dalam kurun waktu yang singkat
pandemi ini secara massif telah berdampak ke hampir keseluruh aspek kehidupan. Dimasa
pandemi covid-19 sangatlah memperburuk situasi pernikahan usia dini khususnya di
indonesia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia mendapat laporan sepanjang masa pandemi
sejumlah anak dari keluarga miskin yang duduk di bangku sekolah menengah pertama dan
atas, putus sekolah karena menikah. Penerapan Undang-undang Perkawinan No. 16 Tahun
2019 mengenai batasan usia perkawinan dapat dikatakan belum efektif di masyarakat dan
belum ditaati oleh masyarakat. Selain kurangnya sosialisasi masyarakat banyak tidak paham
tentang batas usia perkawinan dalam UU No. 16 Tahun 2019. Faktor penyebab lainya
adanya fenomena terjadi para remaja yakni kenakalan serta pergaulan bebas yang
mengakibatkan hamil. Peran pemerintah bisa mengurangi pernikahan dibawah umur
dengan mempertegas hukum dan melaksanakan program sosialisasi serta memberikan
bantuan kepada keluarga terdampak covid-19
SARAN
Syauqi Mubarok Husni. Efektivitas Penerapan Batas Usia Perkawinan Menurut Undang-
Undang Perkawinan No.16 Tahun 2019 Pada Masa Pandemi Covid-19. Familia Jurnal
Hukum Keluarga Vol. 03 No. 2 Tahun 2022
Muhibuddin Zaini. Tinjauan Yudiris Tentang Tingginya Tingkat Perkawinan Dibawah Umur
Di Masa Pandemi Covid 19 Kota Pekanbaru Tahun 2022. Vol, 2 No, 1, Januari, 2023
Idris Ramulyo, 1996, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang-undang No.1
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. cet. Ke-2, Jakarta, Bumi Aksara.
Nuria Hikmah, 2019, Faktor-faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Pernikahan Dini Di Desa
Muara WIS Kec. Muara Wis Kabupaten Kartanegara, Vol 7, No. 1, Kartanegara
D. P. Ningsih and D. S. Rahmadi, Dampak Pernikahan Dini Di Desa Keruak Kecamatan Keruak
Kabupaten Lombok Timur, J. Ilm. Mandala Educ., vol. 6, no. 2, 2020.