Anda di halaman 1dari 15

TINJAUAN HUKUM KELUARGA TERHADAP TINGGINYA PERNIKAHAN

DIBAWAH UMUR DI ERA COVID-19

Dosen Pembimbing : Prof. Dr. HJ. Rahayu Hartini., S.H. M.Si., M.Hum.

Mata Kuliah : Hukum Perdata

Oleh :
Arya Febry Zemayel
202210110311326

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Tahun 2023
ABSTRAK

Pandemi covid-19 berdampak pada meningkatnya pernikahan dibawah umur


dipengengaruhi oleh, ekonomi, budaya, dimana orang tua membolehkan anaknya untuk
menikah dibawah umur, pernikahan di anggap sebagai jalan pintas meringankan beban
orangtua, dalam kondisi pandemi covid-19 merubah banyak perekonomian salah satunya
berdampak pada penghentian kerja atau dirumahkan sementara. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis yuridis-normatif, dengan menggunakan bahan-bahan pustaka
baik yang termasuk bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Bahan hukum
primer yang digunakan berupa norma dasar atau kaidah, peraturan dasar serta peraturan
perundang-undangan terkait. Sedangkan bahan hukum sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini adalah segala sumber yang dapat dijadikan referensi untuk menjelaskan lebih
lanjut dari bahan hukum primer berupa literatur , artikel, jurnal. Hasil penelitian ini bahwa
kaitan erat dengan keadaan perekonomian keluluarga mempengaruhi keputusan untuk
pernikahan dibawah umur keadaan ini diperparah dengan keadaan covid-19 berpengaruh
kedunia pendidikan dimana melakukan pembelajaran secara online yang mengakibatkan
remaja menjadi bisa bebas bergaul. Kenakalan remaja bahkahkan sampai di puncaknya
ketika remaja hamil diluar nikah, sehingga banyak yang mengajukan dari faktor ini.
Kurangnya pemahaman terhadap penerapan Undang-undang Perkawinan No. 16 Tahun
2019 mengenai batasan usia perkawinan.
A. LATAR BELAKANG

Perkawinan yakni ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita yang
pada umumnya berasal dari lingkungan yang berbeda, kemudian mengikatkan diri untuk
mencapai tujuan keluarga yang kekal dan bahagia. Perkawinan diartikan sebagai suatu akad
untuk menghalalkan hubungan antara laki-laki dan perempuan dalam melakukan
persetubuhan sekaligus sebagai ikatan lahir bathin untuk hidup bersama secara sah untuk
membentuk keluarga yang kekal, tenteram dan Bahagia

Sebelum melaksanakan pernikahan terdapat syarat yang harus di penuhi


diantaranya harus cukup umur sesuai dengan undang-undang Nomor 16 Tahun 2019
tentang perkawinan yang bersangkutan dengan usia diperbolehkan apabila sudah mencapai
umur 19 tahun pada pasal 7 ayat (1), maka dibawah umur tersebut jika dilaksanakan
pernikahan pernikahan tersebut termasuk pernikahan dibawah umur.

Covid-19 yang melanda Indonesia di maret 2020 merubah segalanya baik dari segi
sosial, politik, ekonomi, dan budaya yang ada dimasyarakat, salah satu imbasnya adalah
banyak pernikahan dibawah umur. Pandemi menjadi hal yang paling banyak diberitakan di
tahun 2020 ini, termasuk dampaknya pada sejumlah sektor. Termasuk anak-anak yang
akhirnya harus merasakan sekolah di rumah atau pembelajaran jarak jauh, begitupun para
orang tua yang harus bekerja dari rumah dan tidak sedikit yang harus menerima PHK.

Dimasa pandemi COVID – 19 sangatlah memperburuk situasi pernikahan usia dini


khususnya di indonesia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendapat laporan
sepanjang masa pandemi (2020-2021) sejumlah anak dari keluarga miskin yang duduk di
bangku sekolah menengah pertama dan atas, putus sekolah karena menikah.
Perempuan berumur 20-24 tahun yang menikah sebelum berusia 18 tahun di tahun
2018 diperkirakan mencapai sekitar 1.220.900 orang.dari sisi angka Survei Badan Pusat
Statistik menunjukan pernikahan usia dini menurun, tapi trennya diperkirakan meningkat
dimasa pandemi, menyusul persoalan ekonomi yang dihadapi masyarakat termasuk
keluarga-keluarga yang tinggal diwilayah bencana. Meskipun pemerintah sudah merevisi
batas usia minimal perkawinan di indonesia melalui Undang-undang Nomor 16 tahun 2019
tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan telah
menaikkan usia minimal kawin perempuan dari 16 tahun menjadi 19 tahun dengan
demikian usia kawin perempuan dan laki-laki sama-sama berusia 19 tahun. Selain itu, ada
aturan yang menetapkan penyimpangan batas usia minimal dalam pernikahan hanya bisa
dimohonkan dispensasi ke pengadilan. Faktnya, regulasi ini belum menekan praktik
pernikahan dini di indonesia, dispensasi ke pengadilan semakin meningkat . Data Badan
Peradilan Agama (Badilag) Mahkamah Agung, Sepanjang 2020 jumlah permohonan
dispensasi perkawinan yang masuk dipengadilan agama di seluruh mencapai 64.000
permohonan.

Angka ini naik dibandingkan tahun 2019 sebanyak 24.865 permohonan. Dengan
meningkatnya angka permohonan dispensasi perkawinan ke pengadilan agama diseluruh
indonesia menyebabkan kekhawatiran akan akibat buruknya perkawinan di usia dini dan
dampak kedepannya yang akan terjadi seperti potensi akan kegagalan dalam melanjutkan
pendidikan, karena perkawinan di usia dini sangatlahberesiko besar dalam gagal untuk
mencapai pendidikan yang seharusnya diera digital sekarang sangatlah wajib untuk
mendapatkan pendidikan yang layak dan berpendidikan tinggi supaya para penduduk di
indonesia mencapai kualitas sumber daya manusia yang memadai untuk kemajuan
indonesia kedepannya, Perempuan yang menikah di bawah usia 18 tahun memiliki peluang
empat kali lebih kecil untuk menyelesaikan pendidikan lebih tinggi dari SMA.
B. PENELITIAN TERDAHULU
Adapun landasan jurnal yang digunakan sebagai pedoman dasar penelitian sebagai berikut :

No Peneliti Tujuan Penelitian Analisi Data Hasil Penelitian

1. Maemunah, Tujuan dari Metode penelitian Dampak


Hasanah penelitian ini untuk yang digunakan perkawinan anak
dalam penelitian terhadap jumlah
mengetahui
ini adalah metode kekerasan dalam
penyebab dari penelitain hukum rumah tangga
perkawinanan anak empiris. Metode (KDRT) memiliki
pengumpulan data dampak negatif
di bawah umur
menggunakan yaitu dampak yang
serta bagaima metodeo bservasi, tidak hanya
dampaknya setelah wawancara, merugikan anak
dokumentasi, maupun keluarga,
terjadinya
sedangkan teknik tetapi secara
perkawinan anak di analisis data keseluruhan juga
bawah umur pada melalui tahapan merugikan Negara,
reduksi data, akibat BDR sehingga
era covid-19 di
penyajian data, peserta didik
Provinsi NTB. dan penarikan melakukan
kesimpulan. pernikahan tanpa
memikirkan masa
depan,
terganggunnya
kesehatan mental
anak dan ibu,
munculnya pola
asuh yang saah
pada anak, hingga
intifikasi anak yang
tidak tercatat
karena tidak
memiliki akta
kelahiran, sehingga
memunculkan
resiko terburuk
yaitu terjadinya
perdagangan anak.

2. Syauqi Mubarok Penelitian ini Penelitian ini Hasil penelitian ini


Husni menganalisa merupakan field menunjukkan
apakah batas usia research dengan bahwasanya
menggunakan penerapan UUP
perkawinan dalam
analisis teori yang mengatur
Undang-Undang efektivitas, tentang batas usia
PerkawinanNo. 16 pengumpulan data pernikahan belum
melalui wawancara efektif karena
Tahun 2019 telah
dan dokumentasi beberapa faktor, di
berlaku secara antaranya:
efektif selama peraturan tersebut
belum ditaati oleh
masa pandemi di
masyarakat Bandar
Pengadilan Agama Lampung secara
Tanjung Karang menyeluruh, tidak
adanya sanksi yang
tegas bagi
pelanggaran batas
usia tersebut,
kurangnya
sosialisasi dan
fasilitas pendukung
sosialiasasi dari
penegak hukum
untuk sehingga
banyak masyarakat
yang belum paham
tentang aturan
UUP, juga
kurangnya
pengawasan dan
pendidikan agama
orangtua sehingga
anak-anaknya
banyak terjerumus
ke dalam pergaulan
bebas yang
memaksa mereka
harus menikah
sebelum waktunya
C. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah dirumuskan, maka :

1. Apakah penyebab terjadinya pernikahan anak dibawah umur di Era pandemi


covid-19 ?
2. Apakah dampak pernikahan anak dibawah umur bagi remaja di Era pandemi
covid-19 ?
3. Apakah solusi dari masalah pernikahan anak dibawah umur di Era pandemi
covid-19 ?

D. METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode yuridis normatif, merupakan metode dengan


bahan-bahan pustaka yang termasuk dalam hukum primer mapun bahan hukum sekunder.
Bahan hukum primer yang digunakan berupa norma mengenai asasasas, norma, kaidah dari
peraturan perundangan, perjanjian serta doktrin (ajaran). Sedangkan bahan hukum
sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah segala sumber yang dapat dijadikan
referensi untuk menjelaskan lebih lanjut dari bahan hukum primer berupa literatur, artikel,
jurnal. Maupun hasil penelitian yang relevan.1 Jenis penelitian ini digunakan karena ingin
mengamati segala sesuatu yang berhubungan dengan mekanisme penerapan pereraturan
perundang-undangan Nomor 16 Tahun 2019 tentang batas minimal umur perkawinan.
E. KAJIAN PUSTAKA

Dalam penelitian kali ini berkaitan dengan pernikahan dibawah umur dan pengaruh
yang ditimbulkan dari adanya pandemi covid-19 yang ada di Indonesia. Hasil penelitian
sebelumnya dari penelitian terdahulu dan dasar hukum yang berkaitan dengan penelitian
yang sedang di lakukan ini antara lain:

Pernikahan dibawah umur adalah proses pernikahan yang dilaksanakan oleh semua
pasangan yang belum tidak memenuhi ketentuan usia yang telah dipastikan norma
perundang-undangan. Pernikahan usia dini juga disebut dispensasi nikah, yaitu pernikahan
yang terjadi pada pasangan atau kandidat yang ingin bersuami pada usia di bawah standar
pada usia nikah yang sudah ditetapkan oleh aturan hukum pernikahan (Sohari 2009).

Pernikahan dibawah umur atau dikenal dengan pernikahan dini adalah pernikahan
yang seharusnya tidak dilaksanakan karena belum adanya kesiapan baik secara jasmani dan
rohani untuk dapat melaksanakan pernikahan atau pernikahan dini merupakan sebuah
ikatan dua insan lawan jenis antara seorang wanita dan seorang laki-laki yang berada pasa
masa remaja untuk hidup bersama dalam satu ikatan keluarga (Dian, 2014).

Perkawinan dibawah umur merujuk pada Undang-Undang Perkawinan Nomor 16


tahun 2019 yang berarti sebuah perkawinan dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang
berusia dibawah batas minimumnya. Dimana kedua calon mempelai belum siap secara lahir
maupun batin dan belum punya mental serta secara materia (UU No.16 Tahun 2019)

Pandemi yang melanda Indonesia berpengaruh mengapa dispensasi nikah


meningkat. Karena virus tersebut, banyak anak muda yang tidak bisa melanjutkan sekolah
lagi karena ekonomi keluarga yang sulit dimasa pandemi. Pandemi virus itu juga membuat
kebanyakan anak muda merasa bosan dirumah sebab kehadiran virus covid 19 mengaruskan
masyarakat untuk berdiam diri dirumah agar tidak tertular virus covid 19 sehingga berujung
pada timbulnya keinginan anak-anak muda untuk menikah (Muhibudin, 2022).
F. PEMBAHASAN

Covid-19 resmi berakhir semenjak Badan Kesehatan Dunia (WHO) resmi


menyatakan covid-19 tidak menjadi kondisi darurat kesehatan global per Jumat 5 mei 2023
kemarin. Kemunculan covid-19 banyak menimbulkan masalah baru dan masalah yang telah
ada dan belum tertangani semakin sulit dikendalikan salah satunya adalah pernikahan
dibawah umur.
UU 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
memiliki latar belakang sehubungan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia telah
mengeluarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 22/PUU-XV/2017 yang salah satu
pertimbangan Mahkamah Konstitusi dalam putusan tersebut yaitu "Namun tatkala
pembedaan perlakuan antara pria dan wanita itu berdampak pada atau menghalangi
pemenuhan hak-hak dasar atau hak-hak konstitusional warga negara, baik yang termasuk ke
dalam kelompok hak-hak sipil dan politik maupun hak-hak ekonomi, pendidikan, sosial, dan
kebudayaan, yang seharusnya tidak boleh dibedakan semata-mata berdasarkan alasan jenis
kelamin, maka pembedaan demikian jelas merupakan diskriminasi." Faktanya meningkatnya
pernikahan dibawah umur di era covid-19 disebabkan beberapa faktor yaitu :
“Faktor ekonomi/kemiskinan, pernikahan usia muda juga terjadi karena hidup
dibawah garis kemiskinan sehingga untuk meringankan beban orang tua maka anaknya
dinikahkan dengan orang yang dianggap mampu untuk memenuhi kebutuhan anaknya.
Covid-19 berpengaruh sangat besar bagi perekonomian pembatasan yang terjadi membuat
roda ekonomi menjadi berhenti, banyak dari para orang tua yang harus kehilangan
pekerjaan sehingga menjadi sulit untuk mengurus keaadan rumah tangga ini.”
“Faktor pendidikan atau putusnya sekolah dimana pihak yang putus sekolah
kebanyakan adalah pihak wanita, mereka hanya menempuh pendidikan sampai ketingkat
sekolah dasar (SD) saja, bukan cuma Sekolah Dasar, juga ada dari Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) sehingga mereka tidak melanjutkan lagi
sekolah mereka. Jadi, dikarenakan mereka sudah tidak bersekolah lagi /faktor pendidikan
tersebut menyebabkan mereka bingung harus bagaimana kedepannya sehingga muncul
hasrat/keinginan mereka untuk menikah. Saat sekolah online di era covid-19 membuat para
remaja cenderung malas untuk sehingga saat lulus sekolah menimbulkan keinginan untuk
menikah, namun hal itu banyak mengaikatkannya dengan faktor ekonomi yang rendah”
“Faktor pergaulan bebas, dikarenakan pergaulan pasangan kekasih antara lelaki
dan perempuan yang terbilang sudah terlalu jauh dan membuat khawatir para orang tua
dan masyarakat, sementara mereka tidak paham bahwa yang mereka lakukan tersebut
mengkhawatirkan orang tua dan juga masyarakat. Posisi orang tua yang takut anaknya
terjebak dalam perzinahan pastinya akan menikahkan anak mereka yang keadaaan masih
pandemi covid-19 dengan pemikiran biaya akan ringan karena pembatasan sosial yang
terjadi.”
“Faktor hamil diluar nikah, dikarenakan faktor pergaulan bebas tadi menyebabkan
perilaku mereka tidak terkontrol sehingga mengakibatkan banyaknya perempuan yang
hamil dilluar nikah. Sementara mereka tidak paham dampak dan resiko yang akan terjadi
kedepannya dari perbuatan yang mereka lakukan. Sehingga faktor hamil diluar nikah ini juga
menjadi salah satu alasan banyaknya dispensasi nikah yang diajukan.”

Pernikahan dibawah umur yang terjadi berdasarkan beberapa factor diatas terjadi
karena kondisi ekonomi, kurangnya kesadaran orang tua, perilaku remaja yang tidak
terkontrol seperti kenakalan remaja, namun keadaan pernikahan dibawah umur ini
diperparah dengan batas usia yang tertera pada UU No.16 Tahun 2019 yang belum efektif
karena tidak adanya sanksi yang ditetapkan UU. Semestinya jika terdapat orang yang
melanggar maka akan diberi sanksi untuk menghindari terjadinya perkawinan di bawah
umur. Akan tetapi peraturan yang ditulis kebalik, sanksi ditiadakan kesempatan untuk dapat
menikah dilaksanakan. Pelanggaran terhadap UU ini dapet mengajukan dispensasi
pernikahan ke PA ataupun pejabat yang berwenang yang ditunjuk oleh kedua orangtua
pihak laki-laki maupun perempuan. maka nikah dini masih dijalani serta menyebabkan
bertambahnya angka dispensasi pernikahan juga tingkat perceraian.
Perkawinan anak semestinya bisa dicegah oleh semua pihak karena dampaknya
sangat berbahaya baik bagi keluarga maupun negara, karena akan berdampak Panjang bagi
keluarga baru yang terbentuk baik dari segi Kesehatan fisik maupun mental.
Belum matangnya organ-organ reproduksi pada anak, membuat mereka berpotensi
mengalami komplikasi berbagai jenis penyakit baik pada proses kehamilan maupun ketika
melahirkan.Tak hanya itu, bayi yang lahir dari seorang ibu yang usianya di bawah 20 tahun
juga memiliki potensi meninggal dua kali lebih tinggi pada usia 28 hari pertama.
Kondisi mental anak-anak yang usianya masih di bawah 20 tahun juga belum matang untuk
membangun rumah tangga karena emosi yang belum stabil. Ini akan berpotensi munculnya
kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) serta meningkatnya angka perceraian.
Pernikahan dibawah umur dapat dihindari jika masyarakat sadar akan peraturan
dan dan dampak dari pernikahan dibawah umur, para orang tua juga sadar akan bahaya
yang bisa saja menimpa anaknya jika dilakukan pernikahan di bawah umur. Peran orang tua
penting agar menjaga para anaknya untuk mengawasi tingkah laku agar anak mereka tidak
terjebak akan kenakalan remaja.
Agama sebagai proteksi anak agar tidak terjadi peyimpangan seks / Perzinaan
lingkungan sekitar jika dibiarkan mengalir tanpa arah akan berbahaya juga, Begitu juga seks,
jika tidak disalurkan, akan menimbulkan banyak goncangan jiwa yang tidak baik bagi
perkembangan mental remaja. Pembatasan konten porno juga harus di tegakkan karena
mudahnya mengakses konten ini diremaja membuat perzinahan menjadi lebih banyak yang
mana remaja memang sering penasarang dengan hal baru dilihatnya.
Masyarakat merupakan salah satu satu faktor demi terselenggara peraturan
Undang-Undang No 16 Tahun 2019 secara efektif, yaitu adanya kesadaran masyarakat.
Kesadaran hukum tidak bisa tumbuh secara instan, namun harus melalui beberapa tahap
sehingga masyarakat benar-benar paham dan patuh terhadap hukum. Sehingga semua hal
tersebut merupakan wujud sampainya hukum pada kehidupan masyarakat yang kemudian
menjadi pola dalam menjalani kehidupan.
Pelaksanaan Undang-Undang itu masih rendah di dalam urusan tempat, serta
masih belum ada acara khusus untuk menyuluhkannya. Hal itu disebabkan oleh tiada
konsistensi dari penegak hukum bahkan lebih ironisnya lagi di Kantor Urusan Agama belum
dapat mensosialisasikannya dengan kontinyu kepada semua masyarakat dikarenakan
terhalang oleh faktor minimnya sarana yang mencukupi.
Pemerintah dalam hal ini telah berusaha mengedukasi para remaja dengan
meberikan sosialisasi melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) dengan mengedukasi remaja melalui program GENRE (Generasi berencana) yang
bertujuan mengedukasi remaja tentang kesehatan reproduksi, penyakit HIV/AIDS,
bahayanya pernikahan dibawah umur dan pengarunya dimasa yang akan datang.
Usaha lain pemerintah untuk bisa mengurangi pernikahan dibawah umur karena
factor ekonomi atau kemiskinan terdapat beberapa bantuan yang diberikan pemerintah
untuk mengatasi kemiskinan akibat covid-19 ini diantaranya, kartu prakerja Bantuan ini
diberikan bagi mereka yang belum bekerja atau kehilangan pekerjaan karena pandemi,
diskon listrik Pemerintah memberikan subsidi diskon listrik bagi pelanggan golongan rumah
tangga. Diskon diberikan bagi pelanggan golongan rumah tangga dengan daya 450 VA, akan
mendapat diskon 50 persen. Sementara, rumah tangga dengan daya 900 VA akan mendapat
diskon 25 persen, Bsu atau BLT subsidi gaji Pemerintah melalui Kementerian
Ketenagakerjaan menyalurkan Bantuan Subsidi Upah (BSU) atau BLT subsidi sebesar Rp 1
juta, kepada para pekerja Indonesia yang terdampak pandemi Covid-19. Bantuan diberikan
bagi pekerja/buruh yang bekerja di wilayah PPKM level 3 dan 4, yang gajinya di bawah Rp
3,5 juta.
Penerapan dari peran orang tua, budaya, agama serta pemerintah di harapkan
dapat mendorong pencegahan trerjadinya pernikahan dibawah umur. Orang tua sebagai
orang terdekat anaknya mencegah terjadinya kenakalan remaja, agama menjaga spiritual
remaja agar terhindar dari perbuatan dosa sehingga dapat membedakan yang mana benar
dan mana yang salah, pemerintah dalam andil sebagai penegak hukum
adalah para pihak yang bersangkutan di dalam prosedur pembentukan hingga pada tahap
pelaksanaan sebuah ketentuan serta para pihak yang memiliki posisi serta kewenangan
pada sebuah aturan yang berlaku. Pihak yang termasuk dalam penegak hukum di sini adalah
para pihak yang terlibat pada proses pembentukan hingga dalam pelaksanaan suatu aturan
baik yang sifatnya praktis juga non-praktis

Hukum yang baik ialah ketentuan yang dimengerti oleh masyarakat serta untuk
membentuk masyarakat yang memahami hukum yang diberlakukan. Atas dasar data yang
didapatkan bahwasanya beberapa pihak yang ada di bawah lingkup Pengadilan Agama
dilibatkan untuk mensosialisasikan ketentuan UU No.16/2019 terkait batasan umur
pernikahan supaya aturan tersebut berjalan dengan optimal. Atas dasar penjelasan di atas
dapat dipahami bahwasanya penegak hukum tidak hanya terlibat di dalam pembuatan
aturan, akan tetapi sebagai pendukung untuk efektivitas aturan. Penegak hukum belum
konsisten menerapkan regulasi yang ada dan belum maksimal mensosialisasikan aturan
batasan umur pernikahan.
KESIMPULAN

Merebaknya Pandemi Corona Virus Disease 2019 telah menjadi perhatian serius
bagi negara – negara diseluruh dunia termasuk indonesia. Dalam kurun waktu yang singkat
pandemi ini secara massif telah berdampak ke hampir keseluruh aspek kehidupan. Dimasa
pandemi covid-19 sangatlah memperburuk situasi pernikahan usia dini khususnya di
indonesia. Komisi Perlindungan Anak Indonesia mendapat laporan sepanjang masa pandemi
sejumlah anak dari keluarga miskin yang duduk di bangku sekolah menengah pertama dan
atas, putus sekolah karena menikah. Penerapan Undang-undang Perkawinan No. 16 Tahun
2019 mengenai batasan usia perkawinan dapat dikatakan belum efektif di masyarakat dan
belum ditaati oleh masyarakat. Selain kurangnya sosialisasi masyarakat banyak tidak paham
tentang batas usia perkawinan dalam UU No. 16 Tahun 2019. Faktor penyebab lainya
adanya fenomena terjadi para remaja yakni kenakalan serta pergaulan bebas yang
mengakibatkan hamil. Peran pemerintah bisa mengurangi pernikahan dibawah umur
dengan mempertegas hukum dan melaksanakan program sosialisasi serta memberikan
bantuan kepada keluarga terdampak covid-19

SARAN

Pemerintah diharapkan dapat memberikan sosialisasi dan penyuluhan tentang


dampak hukum jika melakukan perkawinan dibawah umur agar mengurangi remaja yang
melakukan perkawinan dibawah umur serta resiko yang melakukan perkawinan dibawah
umu ini sangat besar bagi kehidupan kedepanya.
Daftar Pustaka

Maemunah, Hafsah. Dampak-Dampak Terjadinya Perkawinan Anak di Era Pandemi Covid-


19. Vol. 9 No. 2 September 2021

Syauqi Mubarok Husni. Efektivitas Penerapan Batas Usia Perkawinan Menurut Undang-
Undang Perkawinan No.16 Tahun 2019 Pada Masa Pandemi Covid-19. Familia Jurnal
Hukum Keluarga Vol. 03 No. 2 Tahun 2022

Candra, M. (2021). Aspek Perlindungan Anak Indonesia: Analisis tentang Perkawinan di


Bawah Umur. Kencana.

Muhibuddin Zaini. Tinjauan Yudiris Tentang Tingginya Tingkat Perkawinan Dibawah Umur
Di Masa Pandemi Covid 19 Kota Pekanbaru Tahun 2022. Vol, 2 No, 1, Januari, 2023

Idris Ramulyo, 1996, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Analisis dari Undang-undang No.1
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam. cet. Ke-2, Jakarta, Bumi Aksara.

Nuria Hikmah, 2019, Faktor-faktor Yang Menyebabkan Terjadinya Pernikahan Dini Di Desa
Muara WIS Kec. Muara Wis Kabupaten Kartanegara, Vol 7, No. 1, Kartanegara

D. P. Ningsih and D. S. Rahmadi, Dampak Pernikahan Dini Di Desa Keruak Kecamatan Keruak
Kabupaten Lombok Timur, J. Ilm. Mandala Educ., vol. 6, no. 2, 2020.

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pasal 13 dan pasal 22

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019 tentang Perkawinan

Anda mungkin juga menyukai