Anda di halaman 1dari 34

ASPEK TEKNIS DAN PERANCANGAN IPAL

METODE LAHAN BASAH BUATAN SESUAI


PERMEN LHK NO. 05/2022

Ipung Fitri Purwanti


Laboratorium Remediasi Lingkungan
Departemen Teknik Lingkungan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan

PERMEN kegiatan dalam rangka pengelolaan dan pengusahaan


mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum,
LHK NO. eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan/atau pemurnian atau pengembangan
05/2022 dan/atau pemanfaatan, pengangkutan dan penjualan,
serta kegiatan pasca tambang.
20XX 2
PERMEN LHK NO. 05 TAHUN 2022 dikatakan bahwa

PERMEN kegiatan pengolahan air limbah dari usaha dan/atau


kegiatan pertambangan dapat dilakukan sesuai standar
LHK NO. teknologi dengan metode lahan basah buatan, untuk
menurunkan beban pencemar air dan tidak
05/2022 menyebabkan terjadinya pencemaran air.
.
3
Pasal 2 ayat 3
Usaha dan/atau Kegiatan Pertambangan wajib melakukan Pengolahan Air
Limbah Proses Utama dan Air Limbah Proses Penunjang, usaha dan/atau
kegiatan Pertambangan tersebut meliputi :

KBLI 0510 Pertambangan KBLI 0729 Pertambangan


batu bara; bijih logam lainnya yang tidak
mengandung besi, tidak
termasuk bijih logam mulia;
KBLI 0520 Pertambangan
lignit;
KBLI 0730 Pertambangan
KBLI 0710 Pertambangan bijih logam mulia.
pasir besi dan bijih besi;
LIMBAH Limbah
radio aktif Metaloid
PERTAMBANGAN
Limbah tambang adalah
buangan atau limbah yang Limbah
Logam Tambang
dihasilkan dari suatu proses Air asam
produksi kegiatan atau
berat Mengandung

perusahaan pertambangan
dan masuk kedalam
kategori limbah industri,
Bahan kimia
proses

Nikel (Ni) merupakan logam berat yang dapat mencemari air


tanah maupun air permukaan baik perairan laut maupun darat
seperti sungai, danau dan waduk.
Limbah ini mengandung senyawa nikel berbahaya seperti NiSO4
dan NiCl2 (Kartika, 2010)

20XX 5
Diagram alir penentuan kebutuhan unit pada Pengolahan Air Limbah pada Lahan Basah Buatan
FITOREMEDIASI
• Penggunaan tumbuhan untuk
menghilangkan, memindahkan,
menstabilkan, atau menghancurkan
Phyton
bahan pencemar baik itu senyawa
“Tumbuhan”
organik maupun anorganik (Purakayastha
et al., 2010).
Remedium • Dapat diterapkan secara ex-situ
“Menyembuhkan” menggunakan kolam buatan atau reactor
maupun in-situ (langsung di lapangan)
pada tanah atau daerah yang
terkontaminasi limbah
Presentation title 20XX 7
Presentation title 8
FITOREMEDIASI
Kelebihan Kekurangan
Tidak memerlukan biaya yang banyak Fitoremediasi tidak sesuai untuk kontaminan yang
berada di kedalaman yang signifikan karena distribusi
akar tanaman dangkal
Teknologi ramah lingkungan dan teknologi Membutuhkan waktu yang lama
pengolahan yang sederhana
Biaya operasional dan biaya perawatan lebih rendah Banyaknya konsentrasi zat kontaminan
mempengaruhi pertumbuhan pada tumbuhan yang
digunakan
Tumbuhan yang digunakan dapat meningkatkan Hanya jenis limbah tertentu yang dapat menggunakan
kualitas udara dan mengisolasi gas rumah kaca fitoremediasi

Tidak mempengaruhi struktur tanah (mampu Tumbuhan yang telah mengandung kontaminan tidak
mempertahankan dan merangsang struktur tanah) dapat dibuang secara langsung

Bisa dikombinasikan dengan metode pengolahan Sampling dan analisa jaringan inti tanaman
limbah yang lain
Presentation title
diperlukan untuk memastikan perpindahan 9
MEKANISME
FITOREMEDIASI

• Fitoekstraksi
• Fitovolatilisasi
• Fitodegradasi
• Fitostabilisasi
• rhizofiltrasi
• Mikroorganisme

10
Sumber: (Osman et al., 2020)
Presentation title 20XX 11
Tidak semua tanaman dapat digunakan dikarenakan semua
tanaman tidak dapat melakukan metabolisme, volatilisasi dan
akumulasi semua polutan dengan mekanisme yang sama. Pada
fitoremediasi dipilih tanaman yang mempunyai sifat:

Mampu
mengkonsumsi air Sejumlah tumbuhan dari
Cepat tumbuh dalam jumlah yang banyak famili memiliki
banyak pada waktu
yang singkat sifat hipertoleran
(mampu mengakumulasi
logam dengan
konsentrasi tinggi pada
Mampu meremediasi
Toleransi yang tinggi jaringan akar dan tajuknya
lebih dari satu
terhadap polutan → hiperakumulator.
polutan

Presentation title 20XX 12


Tumbuhan Hiperakumulator
• Tumbuhan hiperakumulator memiliki kemampuan untuk melarutkan unsur logam pada
rizosfer dan menyerap logam bahkan dari fraksi tanah yang tidak bergerak sehingga
menjadikan penyerapan logam oleh tumbuhan hiperakumulator melebihi tumbuhan normal
(McGrath et al. 1997).
• Proses penyerapan logam oleh akar pada tumbuhan hiperakumulator lebih cepat
dibandingkan tumbuhan normal, terbukti dengan adanya konsentrasi logam yang tinggi pada
akar (Lasat 1996).
• Akar tumbuhan hiperakumulator memiliki daya selektifitas yang tinggi terhadap unsur logam
tertentu (Gabbrielli et al. 1991).
• Sistem translokasi unsur dari akar ke tajuk pada tumbuhan hiperakumulator lebih efisien
dibandingkan tanaman normal → rasio konsentrasi logam tajuk/akar pada tumbuhan
hiperakumulator lebih dari satu (Gabbrielli et al. 1991)

Presentation title 20XX 13


Beberapa indikator untuk menentukan tumbuhan
hiperakumulator

[Logam berat di akar]


BAC = BF =
[Logam berat di media] Kategori Nilai
Tumbuhan
Biological Accumulation Coefficient 1 – 10
hiperakumulator
(BAC) atau Bioaccumulation Factor (BF) Tumbuhan akumulator
0,1 – 1
BAC atau BF digunakan untuk sedang
mengukur kemampuan tumbuhan Tumbuhan akumulator 0,01 –
untuk menyerap logam dari substrat rendah 0,1
(Bini et al. 1995). Tumbuhan bukan
< 0,01
hiperakumulator
Presentation title 20XX 14
Beberapa indikator untuk menentukan tumbuhan
hiperakumulator

[Logam berat di batang]


TF =
[Logam berat di akar] Tumbuhan disebut
sebagai tumbuhan
Translocation Factor atau TF hiperakumulator
Nilai TF menunjukkan kemampuan logam berat
tumbuhan untuk metranslokasikan apabila nilai TF > 1
logam berat dari akar ke bagian atas
tumbuhan (aerial part) atau ke batang
dan daun tumbuhan tersebut.
Presentation title 20XX 15
Beberapa indikator untuk menentukan tumbuhan
hiperakumulator

Total logam berat di batang


Persentase translokasi (%) =  100
Total logam berat di tumbuhan
Persentase translokasi

Besaran yang menyatakan banyaknya logam berat yang telah ditranslokasi


ke bagian batang atau bagian atas tumbuhan.
Tumbuhan dikatakan sebagai tumbuhan hiperakumulator logam berat
apabila nilai persentase translokasi > 50% (Wang et al. 2002, Zhang et al.
2002).
Presentation title 20XX 16
CONSTRUCTED Constructed
Wetland
WETLAND
Constructed wetland
Free Water
adalah lahan basah Surface Flow
Subsurface Flow
buatan, dengan fungsi
Level permukaan air Level permukaan air
pemurnian air limbah
di atas permukaan di bawah
dengan menggunakan media permukaan media
fisik, kimia dan metode
biologi dalam sebuah Sumber: (Gauss, 2008) Sumber: (Masoud et al., 2022)

ekosistem, memanfaatkan
proses filtrasi, adsorpsi,
sedimentasi, pertukaran
ion dan penguraian
mikroba (Torrens, 2015).

Presentation title 20XX 17


Presentation title 20XX 18
Dari kedua tipe tersebut sistem SSF-Wetlands lebih dianjurkan
CONSTRUCTED (Tangahu & Warmadewanthi, 2001) dengan pertimbangan :
WETLAND • Dapat mengolah limbah domestik, pertanian dan sebagian
limbah industri termasuk logam berat
• Efisiensi pengolahan tinggi (80%)
• Biaya perencanaan, pengoperasian dan pemeliharaan
murah dan tidak membutuhkan keterampilan yang tinggi.

Sumber : Al-Baldawi et al. (2013) 19


MEKANISME CONSTRUCTED WETLAND

Fisik Sedimentasi, filtrasi, akumulasi, adsorpsi

Photochemical, oksidasi, denitrifikasi,


Kimia
volatilisasi, presipitasi, nitrifikasi, sorption

Oksidasi, presipitasi, plant uptake, adsorpsi,


Biologi
fermentasi, biodegradasi, fitoremediasi

Geo- Kompleksasi, oksidasi-reduksi, adsorpsi,


kimia ion exchange, presipitasi

Mekanisme
CWs

Sumber: (Hassan et al., 2021)

Presentation title 20
Jenis tumbuhan berpotensi sebagai hiperakumulator
Nikel

Berkheya coddii Thlaspi goesingense


Alyssum bertolonii A. lesbiacum Hybanthus floribundus

T. montanum Senesio coronatus Phyllanthus serpentinus Knema Matanesis


Lolium miscanthus Sarcotheca celebica
Tumbuhan di Indonesia
Beberapa jenis tumbuhan yang ada di Indonesia yang berpotensi menjadi tumbuhan
hiperakumulator menurut Irhamni et al. (2017) dan Widyasari (2021):
Vetivera zizanioides (Akar wangi) Eichhornia crassipes (Enceng gondok) Typha latifolia (Tanaman obor)

Sansevieria trifasciata (Lidah mertua) Salvinia molesta (Kiambang)

22
Metal Influent
Metode Vegetasi % Removal Referensi
(mg/L)
Constructed Cyperus Ni (10.79) 98 (Hernandez &
Wetland alternifolius Cr (11.42) 99 Villar, 2022)

Constructed Betula (Birch


Ni (-) 96.4 (Hambley, 1996)
Wetland tree)

Constructed (Eger & Beatty,


- Ni (-) >90 2013)
Wetland
Fe (17.861) 95-96
Cu (14.620) 89-92
PENELITIAN Constructed Desmostachya
Zn (29.367) 77-78
(Dufresne et al.,
Pb (1.753) 89-90
YANG Wetland bipinnata
Co (0.323) 68-72
2015)

SUDAH Ni (0.388) 30-64


Mn (2.143) 36-76
DILAKUKAN

23
Metal Influent
Metode Vegetasi % Removal Referensi
(mg/L)

Fe (38.1) 98.6/89.8
Constructed Typhia Mn (2.6) 75.5/−20.3 (Dufresne et al.,
Wetland latifolia Ni (0.4) 88.5/58.1 2015)
Zn (9.0) 96.7/96.3

Fe (166) 82.35
Constructed Typha sp. (Mitsch &
Typha latifolia
Al (83) 61.25 Wise, 1998)
Wetland
Mn (250) 94.9

PENELITIAN Constructed Typha latifolia


B (187)
Ca (54.9)
30–37
20–25 (Nyquist &
YANG Wetland Phragmites
australis Mn (19.6) 30–34 Greger, 2009)
Na (318) 30–33.5
SUDAH
DILAKUKAN Constructed
- Ni (3) 70 (Ettner, 2012)
Wetland

24
Desain Satuan Tipe FWS

Waktu tinggal
Hari 4 - 15
hidrolis

Kedalaman air meter 0,09144 – 0,609

Laju beban BOD5 Kg/ha/hari < 112

Laju beban hidrolis m3/m2.hari 0,01 – 0,05

KRITERIA Luas spesifik Ha/m3.d 0,002 – 0,014

DESAIN Lebar : Panjang - 1 : 2-10

Sumber :Bendoricchio,G., Dal Cin, L. and Persson J., 2000


Presentation title 20XX 25
GAMBAR TEKNIS CWs
Denah Constructed Wetland
Sumber : (Safrodin et al., 2016)

Potongan Constructed Wetland


26
Sumber : (Safrodin et al., 2016)
GAMBAR TEKNIS CWs

Denah Constructed Wetland


Sumber : (Sakinah, 2018)

Potongan Constructed Wetland


Sumber : (Sakinah, 2018) 27
Standar Kualitas Air

➢ Air Limbah
➢ Effluent Standard → efluen IPAL
➢ Stream Standard → badan air penerima
Effluent Standard
Effluent Standard
Stream Standard
Stream Standard
Constructed Wetland harus dikelola jika ingin bekerja
dengan baik. Pengelolaan lahan basah harus fokus pada
faktor yang paling penting dalam kinerja maintenance:
a. Memberikan banyak peluang pada air untuk kontak
dengan mikroba dan pollutant
b. Memastikan bahwa aliran mencapai semua bagian lahan
basah (constructed wetland)
c. Menjaga lingkungan yang baik dan sesuai untuk
mikroba mempertahankan pertumbuhan vegetasi yang
kuat
SOP
33
Terima Kasih
Ipung Fitri Purwanti
0812 311 1480
purwanti@enviro.its.ac.id

Anda mungkin juga menyukai