Anda di halaman 1dari 65

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
“Aku Ingin Hidup ku lebih dari Orang Tuaku”
“Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.
Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhan-lah yang terlaksana.”
“Amsal 19:20:21”

Persembahan :

Skripsi Ini Kupersembahkan Kepada :

 Tuhan Yesus yang begitu mengasihiku


 Orang tua yang kubanggakan dan kusayangi (Bapa) Irenius Sarkol,dan (mama)
Margareta Rahangiar (sarkol), yang telah bersusah payah dalam menopang studiku
dan selalu mendoakan untuk kesuksesanku.
 Kaka Enerika (alm),kaka Yosep (alm),kaka Beni (alm),kaka Steven, yang selalu
memberi motivasi dan doa.
 Keponakan tercinta Katalia Sarkol, dan Elisabet Sarkol
 Nene Paulina konjanan (alm),Tete kanisius Rahangiar (alm),Nene Ursula Sarkol
(alm),Tete Sabinus Sarkol (alm).
 Almamater Tercinta Fakultas Matematika,Ilmu Pengetahuan Alam dan
Kebumian,Jurusan Biologi UNIMA

1
ABSTRAK

MELANIA DELA SARKOL, 18 507 133. “ Meningkatkan Hasil Belajar Menggunakan


Strategi Pembelajaran Problem Based Learning di Kelas XI SMA Negeri 2 Tondano ”. (suatu
penelitian tindakan kelas). Jurusan Pendidikan Biologi: Fakultas Matematika, Ilmu
Pengetahuan Alam dan Kebumian, Universitas Negeri Manado. Dosen Pembimbing: Dr.
Jantje Ngangi, MS dan Dr. Anatje Lihiang, MP

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA NEGERI 2 TONDANO proses
pembelajaran biologi dalam kelas masih memiliki beberapa permasalahan yang menyebabkan
pembelajaran kurang optimal, disebabkan pemilihan model pembelajaran yang kurang
bervariatif, dimana guru lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga keterlibatan peserta
didik sangat kecil. Peserta didik hanya sekedar mendengarkan apa yang di sampaikan oleh
guru tanpa merasa tertantang untuk mencari informasi.
Dari penjelasan di atas dapat diuraikan, ditemukan masalah kurangnya tingkat
pemahaman konsep peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu
peserta didik yaitu dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model
Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang membawa peserta
didik pada masalah autentik (nyata), sehingga peserta didik dapat menyusun dan
mengembangkan pengetahuannya sendiri. Pembelajaran berbasismasalah merupakan model
pembelajaran aktif yang efektif untuk meningkatkan prestasi dan mencegah terbentuknya
suatu alternatif konsepsi, keterbatasan konseptual dan kurangnya pengetahuan peserta didik
(Damapolii, 2018). Identifikasi Masalah: Belum maksimalnya penerapan pembelajaran
biologi menggunakan strategi problem based learning (PBL), Rendahnya hasil belajar siswa
yang strategi pembelajarannya diberikan guru kurang tepat, Kurangnya aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran. Batasan Masalah: Batasan masalah pada penelitian ini:
meningkatkan hasil belajar pada materi sistem pencernaan menggunakan strategi
pembelajaran problem based learning di kelas XI SMA NEGERI 2 TONDANO. Berdasarkan
hasil tindakan pembelajaran pada siklus I, peneliti memperoleh hasil belajar siswa hanya
mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 59%. Hal yang menyebabkan ketidakberhasilan ini
adalah kurangnya kemampuan siswa dalam menangkap penjelasan yang disampaikan oleh
guru, karena daya tangkap siswa yang masih lemah, sehingga guru sedikit mengalami
kesulitan dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Ketidakberhasilan ini pula,
karena dalam menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning, guru belum terlalu menguasainya, sehingga pembelajaran yang
disampaikan terlalu bersifat monoton dan membosankan bagi siswa, menyebabkan hasil
ketuntasan belajar siswa rendah. Dari tindakan pembelajaran pada siklus I, hasil ketuntasan
belajar siswa hanya mencapai nilai ketuntasan 59%. Sedangkan pada siklus II, melalui proses
tindakan pembelajaran, ditemukan bahwa hasil ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi
86%. Hal ini mau menunjukan bahwa ada peningkatan yang sangat signifikan, karena
dipengaruhi oleh keseriusan dari siswa sendiri dalam mengikuti proses pembelajaran dan
adanya penguasaan metode pembelajaran dari guru dalam menyampaikan pembelajaran
kepada siswa, sehingga siswa mampu menelah penjelasan yang disampaikan oleh guru
dengan baik dan menerapakannya sesuai dengan penjelasan yang disampaikan. Dengan
demikian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan Penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Biologi dengan materi pokok
pembelajaran “Sistem Gerak pada Manusia” di kelas XI IPA SMA N 2 Tondano.
Kesimpulan: (1) Melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, dalam
proses pembelajaran Biologi dengan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia” dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI IPA SMA N 2 Tondano, (2) Melalui penerapan

2
model pembelajaran Problem Based Learning, membantu siswa agar mengembangkan
dengan cepat daya nalar dan daya tangkap siswa. (3) Melalui penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning, membantu guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang
pengajar dan pendidik. Karena dengan pendampingan secara khusus kepada masing-masing
siswa, maka para siswa semakin merasa terbantu secara emosional, sehingga para siswa
dengan cepat dan mudah menangkap penjelasan yang disampaikan oleh guru. Saran: Bagi
Guru: Agar dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning untuk
meningkatkan hasil belajar Biologi, dengan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia” di
kelas XI IPA SMA N 2 Tondano. Bagi Siswa: Agar semakin rajin dan giat dalam belajar
“Sistem Gerak pada Manusia” demi mengembangkan pengetahuannya kearah kematangan
intelektual yang lebih baik dan dewasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Kata Kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning, Hasil Belajar Biologi.

3
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat hikmat dan
kasihNya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang bejudul:
“Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Gerak Menggunakan Strategi Pembelajaran
Problem Based Learning di Kls XI SMA Negeri 2 Tondano” . Skripsi dapat terselesaikan
dengan baik atas dukungan, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak yang tidak putus-
putusnya memberi bantuan kepada penulis untuk mengatasi segala hambatan dan kesulitan
yang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu secara
langsung maupun tidak langsung. Terimakasih kepada:

1. Prof. Dr.Deitje A Katuuk,M.Pd,Selaku Rektor Universitas Negeri

Manado,bersama wakil Rektor UNIMA

2. Prof.Dr.Rolles N Palilingan,M.S. Selaku Dekan dan beserta Wakil Dekan 1,Wakil

Deakan II,dan Wakil Dekan III, Fakultas Matematika,Ilmu Pengetahuan Alam dan

kebumian, Universitas Negeri Manado.

3. Dr. Meity N Tanor,MS,Selaku Ketua Jurusan Biologi

4. Dr. Jantje Ngangi,MS, Selaku dosen Pembimbing akademik 1, dan Dr.

Anatje.,MP.Selaku dosen Pembimbing akademik II, terima kasih atas waktu dan

pikiran yang telah diberikan untuk membimbing penulis.

5. Prof Dr Rolles Nixon Palilingan,M.S. Sebagai Deakan Fakulta matematika,ilmu

pengetahuan alam dan kebumian

6. Seluruh dosen dan staf Tata usaha Jurusan Biologi Fakultas Matematika,Ilmu

Pengetahuan alam dan Kebumian,Universitas Negeri Manado.

7. Maria S.Pd,Selaku Kepala Sekolah SMA N 2 Tondano, Guru Pamong Drs.Essau

Masialu selaku guru Biologi di SMA N 2 Tondano,dan seluruh staf, Tata Usaha

serta seluruh peserta didik Kls XI IPA Biologi SMA N 2 Tondano,yang sudah

4
memberikan izin serta banyak membantu dalam proses penelitian sehingga dapat

terlaksana dengan baik.

8. Keluarga Sarkol,Rahangiar

9. Untuk orang tua tercinta Bapa (Irenius Sarkol) dan Mama (Margareta

Rahangiar/Sarkol), yang selalu memberikan motivasi,dan dukungan, serta

membiayai studi penulis juga begitu sabar, pengertian, dan selalu mendoakan

penulis serta memberi nasihat-nasihat selama proses perkulihaan bagi penulis di

rasakan sangatlah berarti.

10. Kaka Enerika Sarkol (alm),kaka Yosep sarkol (alm),kaka Beni Sarkol (alm),kaka

Steven Sarkol, yang selalu mendoakan dan memotivasikan penulis

11. Keponakan tercinta Katalia sarkol dan Elisa Sarkol yang selalu memberikan

semangat kepada penulis

12. Untuk Bapa (Tarsisius Sarkol dan keluarga), yang telah membantu dan

memberikan motivasi,dukungan bagi penulis.

13. Mama Benigna Fautngil (alm),Zaxveriana kelanit (alm) Opa Liberaltus Sarkol

(alm),Oma Clara Sarkol (alm) yang selalu mendoakan penulis,dan menjadi

motivasi bagi penulis

14. Om Herman Rahangiar,Om Rikhard Rahangiar,Om Primus Rahangiar,yang selalu

membantu penulis.

15. Om Anton Rahangiar beserta keluarga,yg selalu membantu penulis

16. Bapa Marsianus Sarkol dan mama Brigita Sarkol beserta keluarga yang selalu

memotivasi penulis

17. Tanta (Erika Sarkol),kaka andrian Basma, kaka Paulina fatubun,kaka Ardiles

Sarkol, kaka Aty Baranyanan/Sarkol, kaka Stela,yang selalu membantu penulis

dan memberikan dukungan serta motivasi kepada penulis.

5
18. Saudara-saudara di rantau,Cisilia Sangur,Maria Paula Sangur,Mario Sarkol,Nunu

Fautngil,Susan Sarkol, Riski Sarkol,Anggel Rahangiar, kaka Pepi yang selalu

memberikan semangat dan doa kepada penulis

19. Teman-teman jurusan Biologi angkatan 2018,kelas E yang telah berjuang

bersama dan saling menguatkan

20. Semua pihak yang sudah membantu penlis dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak disebtkan satu persatu, terimakasih banyak untuk semuanya. Semoga Tuhan

Yesus senantiasa mencurahkan berkat, rahmat dan kasih kepada semua pihak yang

sudah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Tondano, Mei 2023

Penulis

Melania Dela Sarkol

Nim.18507133

6
DAFTAR ISI

MOTTO................................................................................................................................ii
ABSTRAK............................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................x
BAB I PEMBAHASAN.......................................................................................................
A.Latar Belakang.......................................................................................................1
B.Identifikasi Masalah...............................................................................................3
C.Batasan Masalah.....................................................................................................3
D.Rumusan Masalah..................................................................................................4
E.Tujuan Penilitian....................................................................................................4
F.Manfaat Penilitian...................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................................
A.Deskripsi Teori.............................................................................................................5
1. Projek Bsed Learning.............................................................................................5
2. Hasil Belajar...........................................................................................................9
3. Rangkuman Materi.................................................................................................11
4. Kerangka Berpikir..................................................................................................30
BAB III METODE PENILITIAN......................................................................................
A.Rancangan Penilitian..............................................................................................31
B.Tempat dan Waktu Pelaksanaan............................................................................36
C.Subjek Penilitian....................................................................................................36
D.Faktor yang di Teliti..............................................................................................36
E.Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................36
F.Teknik Analisis Data................................................................................................37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................

7
A.Hasil Penilitian..........................................................................................................38
B.Pembahasan...............................................................................................................48
BAB V PENUTUP................................................................................................................
A.Kesimpulan...............................................................................................................52
B.Saran..........................................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................53
Lampiran lampiran.............................................................................................................

8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pembentukan tulang.............................................................................................13
Gambar 2.Struktur tulang pipi...............................................................................................14
Gambar 3.Tulang tidak beraturan..........................................................................................15
Gambar 4.Tulang sesamoid...................................................................................................15
Gambar 5.Tulang kompak dan Tulang spon..........................................................................16
Gambar 6.Fungsi tulang pada manusia..................................................................................16
Gambar 7.Struktur mikroskopik tulang kompak...................................................................18
Gambar 8.Sendi putar............................................................................................................23
Gambar 9.Sendi pelana..........................................................................................................24
Gambar 10 Sendi geser....................................................................................................................24
Gambar 11 Sendi peluru...................................................................................................................24
Gambar 12.Struktur otot...................................................................................................................25
Gambar 13.Aktin dan miosin dalam sel............................................................................................26
Gambar 14.Filamen Aktin dan miosin yang saling meluncur...........................................................26
Gambar 15.Tiga bentuk pata tulang kiri............................................................................................28

9
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Hasil siklus 1.............................................................................................................43
Tabel 2.Hasil siklus 2.............................................................................................................47

10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Profil Sekolah.....................................................................................................
Lampiran 2.Silabus................................................................................................................
Lampiran 3. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran .............................................................
Lampiran 4.Lembar Kerja Siswa...........................................................................................
Lampiran 5.Dokumentasi penilitian.......................................................................................

11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik isi

dari bidang yang dikaji. Biologi sebagai ilmu pengetahuan, tersusun atas kumpulan

pengetahuan yang bersifat ilmiah, sehingga belajar biologi sama halnya memahami fakta-

fakta, konsep-konsep atau prinsip dan juga suatu proses penemuan untuk dapat memahami itu

semua, tidak harus atau hanya menggunakan satu cara misalnya hanya dengan langsung kerja

ilmiah, akan tetapi perlu memahami informasi ilmiah yang sudah ada. Dengan demikian

pembelajaran biologi merupakan transfer kumpulan pengetahuan dari sumber belajar yang

ada di lingkungan alam sekitar yang di fasilitasi oleh guru (Santosa, 2018).

Salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran biologi adalah sistem gerak ini di berikan

di kelas XI pada semester ganjil,dengan kompetensi dasar: menganalisis hubungan antar

struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak dan mengaitkannya dengan bioproses

sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak serta ganguan fungsi yang mungkin terjadi

pada sistem gerak manusia.

Guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing sedangkan peserta didik harus

berusaha belajar dalam memecahkan problem dalam mengembangkan kemampuan

menganalisis dan mengelola informasi. Hasil penelitian yang dilakukan Shoimin (2014)

menyimpulkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan motivasi belajar peserta

didik dan hasil belajar kognitif pesertadidik.

Setelah munculnya wabah Covid-19 di belahan bumi, sistem pendidikan pun mulai

mencari suatu inovasi untuk proses kegiatan belajar mengajar. Terlebih adanya Surat Edaran

no. 4 tahun 2020 dari Menteri Pendidikan dan kebudayaan yang menganjurkan seluruh

12
kegiatan di institusi pendidikan harus jaga jarak dan seluruh penyampaian materi akan

disampaikan di rumah masing-masing.Pandemi covid 19 menyebar sejak akhir tahun 2019

hingga saat ini, terhitung 193 negara telah berjuang untuk melawan serangan Covid yang

tidak pandang bulu. Penyakit virus corona (Covid-19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh jenis corona virus yang baru ditemukan. Walaupun lebih banyak menyerang

ke lansia, virus ini sebenarnya bisa juga menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak,

hingga orang dewasa. Virus corona ini bisa menyebabkan ganguan ringan pada sistem

pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian.Pembelajaran “daring” sebagai

pilihan tunggal dalam kondisi pencegahan penyebaran covid 19 memberi warna khusus pada

masa perjuangan melawan virus ini. Bahkan bentuk pembelajaran ini juga dapat dimaknai

pembatasan akses pendidikan. Pendidikan yang lumrah berlangsung dengan interaksi

langsung antar unsur (pendidik dan tenaga kependidikan dan peserta didik) beralih menjadi

pembelajaran interaksi tidak langsung. Pembatasan interaksi langsung dalam pendidikan

terkadang terjadi pada situasi tertentu namun tidak dalam rangka pembatasan sosial seperti

yang masyarakat jalani sebagai upaya pencegahan penyebaran virus. Sistem pembelajaran

daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung

antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet.

Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di

rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan

memanfaatkan media daring (online).

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA NEGERI 2 TONDANO proses

pembelajaran biologi dalam kelas masih memiliki beberapa permasalahan yang menyebabkan

pembelajaran kurang optimal, disebabkan pemilihan model pembelajaran yang kurang

bervariatif, dimana guru lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga keterlibatan peserta

13
didik sangat kecil. Peserta didik hanya sekedar mendengarkan apa yang di sampaikan oleh

guru tanpa merasa tertantang untuk mencari informasi.

Dari penjelasan di ats dapat diuraian , ditemukan masalah kurangnya tingkat pemahaman

konsep peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik

yaitu dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based

Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang membawa peserta didik pada masalah

autentik (nyata), sehingga peserta didik dapat menyusun dan mengembangkan

pengetahuannya sendiri. Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran aktif

yang efektif untuk meningkatkan prestasi dan mencegah terbentuknya suatu alternatif

konsepsi, keterbatasan konseptual dan kurangnya pengetahuan peserta didik (Damapolii,

2018). kelas XI SMA NEGERI 2 Tondano.

Berdasarkan hal di atas,maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan

judul “Meningkatkan Hasil Belajar Konsep gerak Menggunakan Strategi Pembelajaran

Problem Baseed Learning di Kelas XI SMA Negeri 2 Tondano”.

B. Identifikasi Masalah

1. Belum maksimalnya penerapan pembelajaran biologi menggunakan strategi problem

based learning (PBL)

2. Rendahnya hasil belajar siswa yang strategi pembelajarannya di berikan guru kurang

tepat

3. Kurang nya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini: meningkatkan hasil belajar konsep gerak

menggunakan strategi pembelajaran problem based learning di kelas XI SMA

NEGERI 2 TONDANO

14
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Apakah terdapat peningkatkan hasil belajar pada materi system gerak menggunakan

PBL di Kelas XI SMA NEGERI 2 TONDANO?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini: Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi system

gerak menggunakan strategi PBL di kls XI SMA NEGERI 2 TONDANO?

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Hasil peneliti ini di harapkan menjadi reverensi bagi penulis sebagai mahasiswa

program studi Pendidikan Biologi yang akan terjun dalam dunia Pendidikan.

2. Bagi Peserta Didik

Dapat menigkatkan hasil belajar siswa dan mampu memahami materi

pembelajaran secara menyeluruh.

3. Bagi Sekolah

Dapat menjadi masukan untuk perbaikan dan peningkatan mutu Pendidikan di

masa yang akan datang.

15
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan pembelajaran yang

penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan

pertanyaa-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan dan membuka dialok permasalahan

kontekstual yang ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan

harus dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep dan prinsip yang dipelajari dan

tercakup dalam kurikulum mata pelajaran. Penelitian lain menyebutkan bahwa pembelajaran

dengan model Problem Based Learning (PBL) adalah pendekatan pengajaran yang

memberikan tantangan bagi siswa untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata secara

individu maupun kelompok (Henny, 2016).

Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar

tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh

pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Problem Based Learning (PBL)

merupakan pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang didalamnya termasuk teori belajar

konstruktivisme. Menurut teori konstruktivisme, keterampilan berpikir dan memecahkan

masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri, dan memindahkan

kekomplekan pengetahuan yang ada (Nafiah, 2014).

Pembelajaran berbasis masalah Problem Based Learning (PBL) sebagai pembelajaran

yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah

tersebut dipertemukan pertama tama dalam proses pembelajaran. Problem Based Learning

16
(PBL) merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma

pembelajaran.Jadi, fokusnya adalah pada pembelajaran peserta didik dan bukan pada

pengajaran guru. Ada tiga elemen yang seharusnya muncul dalam pelaksanaan Problem

Based Learning (PBL) menginiasi pemicu/ masalah awal (initiating trigger), meneliti isu- isu

yang diidentifikasi sebelumnya, dan memanfaatkan pengetahuan dalam memahami lebih jauh

situasi masalah. Problem Based Learning (PBL) tidak hanya bisa diterapkan oleh guru dalam

ruang kelas, akan tetapi juga oleh pihak sekolah untuk pengembangan kurikulum, Problem

Based Learning (PBL) merupakan kurikulum sekaligus proses. Kurikulumnya meliputi

masalahmasalah yang dirancang dengan cermat yang menuntut upaya kritis peserta

didikuntuk memperoleh pengetahuan, menyelesaikan masalah, belajar secara mandiri, dan

memiliki skill partisipasi yang baik (Huda, 2016).

b. Karakteristik pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Karakteristik pada pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu fokus pelajaran

terletak pada pemecahan masalah, kemampuan siswa dalam menganalisis masalah sehingga

siswa mampu memecahkan masalah yang di sediakan oleh guru yang berperan sabagai

fasilitator dan pengawasan dalam kegiatan pembelajaran. Guru memiliki peran dalam

membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimiliki. Agar guru

berperan sebagai pembimbing yang baik maka beberapa hal yang harus dimiliki adalah

memiliki pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar tentang potensi dan bakat yang

dimiliki anak. Guru harus memahami dan terampil dalam merencanakannya, baik

merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai maupun merencanakan proses

pembelajaran. Guru dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terlibat dalam

presentasi dan penjelasan yang lebih menekankan sebagai pembimbing dan fasilitator

sehinggs siswa belajar untuk berfikir, mencari, menemukan, memecahkan dan

mengemukakan pendapatnya tentang pemecahan masalah tersebut.

17
Menurut Amir (2016), Problem Based Learning (PBL) memiliki ciri-ciri seperti

pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya maslah memiliki konteks dengan

dunia nyata, pemelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi

kesengjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait

dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah. Sementara pendidik lebih banyak

memfasilitasi, ketimbang memberikan kuliah.

c. Tahapan pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Proses Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan jika pengajar siap dengan

segala perangkat yang telah diperlukan. Pembelajar pun harus sudah memahami prosesnya,

dan telah membentuk kelompok-kelompok kecil. Umumnya, setiap kelompok menjalankan

prosesnya sebagai berikut:

1. Mengklarifikasi istilah dan konsep yang jelas. Memastikan anggota memahami

berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat

dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang

sama atas istilah-istilah atau konsep yang ada dalam masalah

2. Merumuskan masalah. Fenomena yang ada dalam maslah menuntut penjelasan

hubungan-hubungan apa yang terjadi diantara fenomena itu. Hubungan antar

fenomena harus jelas sehingga sub-sub maslah harus diperjelas terlebih dahulu

3. Menganalisis masalah. Anggota menegeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah

dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual

(yang tercantum pada masalah) dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota

4. Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya. Bagian yang sudah

dianalisis dilihat keterkaitannya satu sma lain, dikelompokkan, mana yang saling

menunjang dan mana yang bertentangan dan sebagainya. Analisis adalah upaya

memilah-milahsesuatu menjadi bagian-bagian yang membentuknya

18
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran. Kelompok dapat merumuskan tujuan

pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan

mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis

masalah yang dibuat. Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat

laporan.

6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain di luar diskusi kelompok. Saat ini

kelompok sudah tahu informasi apa yang telah dimiliki, dan sudah punya tujuan

pembelajaran. Kini saatnya siswa mencari informasi tambahan itu, menentukan

sumber informasi. Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk

tahapan ini, agar mendapatkan informasi yang relevan, seperti misalnya menentukan

kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, publikasi dari sumber

pembelajaran

7. Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru dan membuat laporan

untuk dosen atau kelas. Dari laporan-laporan individu atau sub kelompok, yang

dipersentasikan dihadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan

informasi-informasi baru

d. Kelebihan dan Kelemahan Problem Based Learning (PBL)

Kelebihan dan kelemahan Problem Based Learning (PBL)menurut Lisa (2019) antara

lain:

 Kelebihan

1. Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia yang menemukan

konsep tersebut.

2. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut

keterampilan berfikir peserta didik yang lebih tinggi.

19
3. Pengetahuan tertanam berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik,

sehingga pembelajaran lebih bermakna.

4. Peserta didik dapat merasakan manfaat pembelajaran, karena masalah- masalah

yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini bisa

meningkatkan motivasi dan ketertarikan peserta didik terhadap bahan yang

dipelajarinya.

5. Menjadikan peserta didik lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan

menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial dengan peserta didik

lainnya. Problem Based Learning (PBL) diyakini pula dapat menumbuhkan

kembangkan kemampuan kreativitas peserta didik. Baik secara individual maupun

kelompok, karena hampir disetiap langkah menuntut keaktifan peserta didik.

 Kelemahan

1. Bagi peserta didik yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak tercapai

2. Membutuhkan banyak waktu,serta

3. Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan model Problem Based Learning

(PBL).

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar.

Menurut Kurniawan (2014) mendefinisikan belajar merupakan proses aktif internal

individu dimana melalui pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan menyebabkan

terjadinya perubahan-perubahan tingkah laku yang permanen. Belajar membawa sesuatu

perubahan pada individu yang belajar.Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah

pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian,

penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai sega aspek organisme atau

pribafi seseorang. Karena itu seorang yang belajar itu tidak sama lagi dibandingkan dengan

20
saat sebelumnya, karena ia lebihsanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau

menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia tidak hanya menambah pengetahuannya, akan tetapi

dapat pula menerapkannya secara funsional dalam situasi-situasi hidupnya.

b.Macam-macam Hasil Belajar.

Nana sudjana (2006:23) menjelaskan berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar

dalam rangka studi di capai melalui tiga kategori, yaitu:

1. Ranah Kognitif, yang berkenan dengan hasil belajar intelektual.

2. Ranah Afektif, yang berkenan dengan sikap dan nilai.

3. Ranah Psikomotori, yang meliputi keterampilan motoric

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar menurut Djamarah dalam Miranda

(2018) yaitu:

1) Faktor internal Faktor internal berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri meliputi

dua aspek yaitu:

a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah)

b) Aspek psikologis yaitu faktor intelegensi, perhatian, minat, motivasi, kematangan

dan kesiapa.

2) Faktor eksternal Faktor eksternal peserta didik juga terdiri dari dua macam yakni

faktor sosial dan faktor lingkungan non sosial.

a) Faktor lingkungan sosial, yang meliputi para guru yang selalu menunjukkan sikap

dan perilaku yang simpatik dan memperhatikan suri tauladan yang baik khususnya

dalam hal belajar.

b) Faktor lingkungan non sosial, yang meliputi tempat tinggal keluarga peserta didik

dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan

peserta didik.

21
3. Rangkuman Materi Sistem Gerak

1. Sistem Rangka pada Manusia

Manusia memiliki rangka dalam yang disusun oleh tulang keras (disebut juga tulang

rangka atau tulang) dan tulang rawan. Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau

gabungan tulang (seperti tengkorak) yang ditunjang oleh struktur lain, seperti ligamen

(jaringan ikat yang menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulang lainnya), tendon

(jaringan ikat yang menghubungkan otot dengan tulang), dan otot.

a. Fungsi dan Kegunaan Sistem Rangka

Sistem rangka memiliki lima fungsi utama yaitu:

1. Penopang/Penegak Tubuh

Sistem rangka menyediakan struktur yang mampu menopang seluruh tubuh. Tulang-

tulang penyusun rangka secara sendiri atau dalam kelompok menyediakan tempat sangkutan

bagi berbagai jaringan lunak dan organ.

2. Tempat Penyimpanan Kalsium dan Lemak

Di dalam tulang terdapat berbagai mineral seperti kalsium, kalium, dan natrium.

Kalsium (zat kapur) merupakan mineral utama pembentuk tulang. Apabila tubuh kekurangan

kalsium, tubuh akan mengambilnya dari tulang dan jika terjadi terus menerus, tulang dapat

menjadi tipis, rapuh, dan mudah patah. Selain sebagai cadangan mineral, tulang rangka

menyimpan cadangan energi dalam bentuk lemak yang disimpan pada sumsum tulang

kuning.

3. Penghasil Sel-Sel Darah

Sel darah merah, sel darah putih, dan komponen darah lainnya dihasilkan pada sumsum

tulang merah yang mengisi ruangan dalam kebanyakan tulang, terutama pada tulang pendek,

tulang pipih, tulang tak beraturan, jaringan kanselus (tulang berbentuk spons) pada ujung

tulang pipa, tulang rusuk, dan tulang dada.

22
4. Pelindung Alat-Alat Tubuh Penting

Jaringan dan organ lunak dikelilingi dan dilindungi rangka. Sebagai contoh, tulang

rusuk melindungi jantung dan paru-paru; tengkorak melindungi otak; ruas- ruas tulang

belakang melindungi sumsum tulang belakang; gelang panggul melindungi sistem reproduksi

dan sistem pencernaan.

5. Alat Pergerakan

Tulang-tulang bertindak sebagai pengungkit apabila otot-otot yang melekat pada tulang

itu berkontraksi menghasilkan gerakan yang bertumpu pada sendi. b. Perkembangan dan

Pertumbuhan Tulang

Tulang pada bayi sebagian besar disusun oleh tulang rawan. Tulang rawan, sebagian

besar terdiri atas kolagen, bersifat pejal dan lentur. Dengan tumbuhnya bayi, sel-sel tulang

rawan digantikan dengan tulang keras yang memiliki struktur lingkaran konsentris dari

kalsium dan fosfat di antara sel-sel tulang. Proses perubahan dari tulang rawan ke sel tulang

keras dinamakan penulangan (osifikasi). Proses penulangan berlanjut hingga remaja dan

dewasa. Epifisis adalah area bagi pertumbuhan secara memanjang bagi tulang-tulang panjang

sewaktu kanak-kanak. Pada masa pertumbuhan ini sel-sel pada epifisis membelah dan

memanjangkan tulang. Ketika kita tumbuh, tulang bertambah keras dan bertambah berat,

tetapi kelenturannya berkurang. Hal itu berarti tulang bertambah kuat tetapi mudah patah.

Gambar 1 . pembentukan tulang

(Sumber : http://www.slideshare.net/satyakiverma) /stages-of-bone-formation

23
Gambar,di atas menunjukkan pembentukan tulang dari tulang rawan. Sewaktu embrio,

semua tulang pipa pada mulanya berupa batang tulang rawan yang diselubungi oleh suatu

membran (perikondrium). Sebuah pusat penulangan pertama disebut diafisis tampak di

tengah jaringan yang kemudian menjadi tulang pipa. Kalsium ditimbun dalam matriks dan

sel-sel tulang berkembang. Perikondrium menjadi periosteum, selanjutnya tulang tumbuh

baik secara melingkar maupun memanjang. Selanjutnya tulang yang sedang tumbuh terdiri

atas batang (diafisis) dan ujung (epifisis).

c. Struktur Tulang

Tulang (osteon), terdiri atas sel-sel tulang yang banyak mengandung senyawa kapur dan

fosfat. Senyawa kapur dan fosfat yang terkandung alam tulang mengakibatkan tulang menjadi

keras.

 Macam-Macam Tulang Berdasarkan Bentuk Tulang:

1. Tulang panjang atau tulang pipa.

Kelompok tulang ini secara umum lebih panjang, lebar, berbentuk silinder dan

berfungsi sebagai pengungkit. Tulang panjang terletak pada lengan atas, lengan bawah, paha,

betis, telapak kaki, jari, dan ibu jari. Tulang paha merupakan tulang panjang terbesar dan

terberat pada tubuh.

2. Tulang pendek

Tulang pendek bentuknya mirip kubus, contohnya adalah tulang-tulang pada

pergelangan tangan dan tulang-tulang pada pergelangan kaki, berperan memindahkan daya.

Tulang bentuk ini sebagian besar disusun oleh jaringan tulang jarang (berbentuk spons).

3. Tulang pipih

Tulang pipih bentuknya tipis dan lengkung terdiri atas dua lapisan tulang kompak

(tulang keras), di tengahnya terdapat lapisan tulang seperti spons (Gambar 38). Tulang pipih

antara lain membentuk atap pada tulang kepala, juga ditemukan pada tulang dada, tulang

24
rusuk, dan tulang belikat. Tulang ini menyediakan perlindungan bagi penempatan jaringan

lunak dan menyediakan permukaan bagi perlekatan otot-otot rangka.

Gambar 2. Struktur tulang pipih

(Sumber: http://www.ikonet.com/en/visualdictionary/human-

being/anatomy/skeleton/types-of-bones.php)

4. Tulang yang tidak beraturan

Tulang jenis ini adalah tulang yang tidak dapat digolongkan dalam salah satu dari

ketiga bentuk tadi. Bentuk dari kelompok tulang ini tidak beraturan (Gambar 33). Tulang

tersebut berfungsi sebagai tempat pelekatan otot atau persendian. Tulang tidak beraturan

ditemukan pada ruas-ruas tulang belakang, tulang pada panggul, dan beberapa tulang

tengkorak.

Gambar 3, Tulang tidak beraturan


(Sumber: https://www.studyblue.com/notes/note/n/kine-3600-test1/deck/15216137)

5. Tulang sesamoid

Umumnya berukuran kecil, pipih, dan bentuknya mirip biji wijen (lihat Gambar 34).

Tulang ini berkembang di dalam tendon dan otot-otot, umumnya berada dekat sendi misal

pada lutut, tangan dan tungkai.

25
Gambar 4,Tulang sesamoid

(Sumber:http://m.dev.tempo.co/read/news/2010/12/23/060301024/Mengatasi-

Sesamoiditis, diunduh tanggal 3/9/2015)

6. Tulang sutura

Tulang sutura berukuran kecil, pipih, dan bentuknya tidak beraturan. Tulang sutura

terletak di antara tulang pipih pada tengkorak, dengan jumlah, bentuk, dan posisi bervariasi

pada tiap individu.

d. Macam- Macam Tulang Berdasarkan Bahan Penyusun Tulang

1) Tulang atau Osteon

Tulang terdiri atas hampir 50% air. Bagian padat tulang, terdiri atas berbagai bahan

mineral (sekitar 33,5%) terutama garam kalsium dan bahan seluler (sekitar 16,5%).

Struktur tulang yang dapat dilihat dengan mata telanjang adalah struktur kasar.

a) Struktur Kasar

Setiap tulang rangka berisi dua bentuk jaringan tulang yaitu (1) tulang kompak (padat)

dan (2) tulang berbentuk spon. Tulang kompak selalu berada pada permukaan tulang

membentuk lapisan pelindung yang kuat. Tulang spon terletak di bagian dalam tulang.

Gambar 5 Tulang kompak dan tulang spon

(Sumber : http://budisma.net/2015/01/struktur-dan-fungsi-jaringan-tulang.html,

diunduh tanggal 3/9/2015)

26
Gambar 42 di bawah ini memperlihatkan anatomi tulang paha, tulang yang mewakili

tulang panjang. Tulang panjang memiliki batang yang berbentuk tubular (pipa) disebut

diafisis. Pada setiap ujung tulang terdapat suatu area perpanjangan dikenal sebagai epifisis.

Diafisis dihubungkan dengan setiap epifisis melalui suatu area dikenal sebagai metafisis.

Gambar 6 struktur tulang panjang

Sumber:http://fungsi.web.id/2015/05/fungsi-tulang-pada-manusia-secara umum.html,

diunduh tanggal 6/1/2016)

Dinding diafisis terdiri atas lapisan tulang kompak yang mengelilingi ruang pusat

disebut rongga sumsum. Epifisis sebagian besar berupa tulang berbentuk spon dengan

pembungkus yang tipis disebut korteks (tulang kompak). Sel-sel pada tulang spon

membentuk banyak rongga. Susunan rongga seperti itu menyediakankekuatan untuk

mendukung beban yang berat. Tulang spon bertindak sebagai bantalan yang mampu

menyerap kejutan atau benturan.

Rongga sumsum pada diafisis dan ruang di antara epifisis dan lempengan epifisis

mengandung sumsum tulang, dan berkurang kandungan jaringan ikatnya. Dikenal ada dua

macam sumsum tulang yaitu sumsum tulang kuning dan sumsum tulang merah. Sumsum

tulang kuning didominasi oleh sel-sel lemak. Sumsum tulang merah sebagian besar terdiri

dari sel darah merah, sel darah putih, dan sel-sel induk yang menghasilkan kedua jenis sel

darah tersebut. Sumsum tulang kuning merupakan cadangan energi yang penting, juga dapat

membuat sel-sel darah dalam keadaan darurat, misalnya setelah orang mengalami perdarahan.

b) Struktur Halus

27
Periosteum adalah membran yang melapisi dan melekat erat pada bagian luar tulang,

kecuali di antara persendian karena di bagian ini dilapisi oleh tulang rawan. Di dalam

periosteum banyak terdapat pembuluh darah. Pembuluh darah yang berasal dari periosteum

bercabang-cabang ke dalam tulang. Periosteum penting untuk menebalkan tulang dan

menyembuhkan patah tulang (fraktur). Pada irisan melintang tulang kompak, dapat dilihat

adanya suatu bentuk yang terdiri atas lingkaran-lingkaran atau lempengan konsentris (lihat

Gambar di bawah . Di dalam pusat setiap lingkaran terdapat suatu saluran yang disebut

saluran Havers. Lempengan tulang atau lamela disusun konsentris sekitar saluran havers. Di

antara lempeng itu terdapat ruang-ruang kecil disebut lakuna. Lakuna mengandung sel-sel

tulang yang saling bersambungan satu dengan yang lain, juga disambungkan dengan saluran

Havers di bagian tengah oleh saluran kecil yang disebut kanalikuli. Satu sistem Havers yang

lengkap adalah sebagai berikut.:

1. Saluran Havers, berada di pusat berisi urat saraf, pembuluh darah, dan pembuluh

limfe.

2. Lamela (lempeng tulang) yang tersusun memusat.

3. Lakuna yang mengandung sel tulang.

4. Kanalikuli yang memancar di antara lakuna dan menggandengkannya dengan saluran

Havers.

Gambar 7, Struktur Mikroskopik Tulang Kompak

A. Bagian tulang panjang dalam irisan melintang dan membujur

B.Tiga lamela yang konsentris mengelilingi saluran Havers

(Sumber: Setiawan, 2007)

28
2) Matriks dan Sel Tulang

Tulang terdiri atas sel-sel dan matriks. Matriks adalah kompenen non hidup pada

jaringan ikat, yang dibangun atas suatu anyaman serat yang terbenam dalam suatu bahan

dasar homogen. Bahan dasar homogen ini biasanya berbentuk cairan, ada pula yang

berbentuk jeli, ataupun berupa padatan. Jenis-jenis matriks adalah:

a. mineral, misalnya kalsium, fosfat, dan karbonat;

b.semen, tersusun dari molekul karbohidrat;

c.kolagen, bentuknya seperti serat.

Ada tiga jenis sel tulang, yaitu:

a.osteoblas, sel yang membangun tulang;

b.osteosit, sel tulang yang matang; dan

c.osteoklas, yaitu sel yang menghancurkan tulang.

Dengan aksi dari sel-sel tersebut, tulang dalam keadaan hidup dibentuk dan

dihancurkan secara terus menerus.

3) Tulang Rawan atau Kartilago

Tulang rawan terbuat dari bahan yang padat, bening, dan putih kebiru-biruan, bersifat

sangat kuat. Tulang tersebut ditemukan terutama pada sendi dan di antara dua tulang. Tulang

rawan tidak mengandung pembuluh darah, tetapi diselubungi membran, yaitu perikondrion,

tempat tulang rawan mendapatkan darah.

Tiga jenis utama tulang rawan :

a) Tulang rawan hialin

Terdiri atas serabut kolagen (serat berbahan protein sejenis gelatin) yang terbenam

dalam bahan dasar yang bening dan ulet. Dijumpai menutupi ujung tulang pipa sebagai tulang

rawan sendi. Juga pada tulang rawan rusuk, pada hidung, laring, trakea, dan pada bronkus.

29
b) Tulang rawan fibrosa

Tulang rawan fibrosa disusun oleh berkas-berkas serabut dengan sel tulang rawan

tersusun di antara berkas serabut itu, dijumpai pada tempat yang memerlukan kekuatan besar.

Tulang rawan fibrosa ada di bagian dalam rongga tulang panggul, dan tulang belikat. Juga

sebagai tulang rawan penghubung seperti pada cakram intervertebralis pada tulang belakang,

dan bantalan tulang rawan pada tulang kemaluan.

c) Tulang rawan elastik

Sering disebut tulang rawan elastik kuning, karena mengandung sejumlah besar serabut

elastik berwarna kuning. Terdapat pada daun telinga, epiglotis, dan tabung Eustachius.

Jika ditekan atau dibengkokkan terasa lentur dan cepat kembali ke bentuknya semula.

d. Struktur Rangka

1). Rangka Badan (Aksial) terdiri atas:

a) Tengkorak

Terdiri atas 8 buah tulang kranium atau tempurung kepala dan 14 buah tulang wajah).

Tulang-tulang pada tengkorak melindungi otak dan menjaga saluran masuk sistem

pencernaan (rongga mulut) serta lobang masuk sistem respirasi (rongga hidung). Tengkorak

terdiri atas 22 buah tulang, yaitu 8 buah tulang yang membentuk tempurung kepala (kranium)

dan 14 buah tulang yang bersambungan membentuk tulang wajah.

Tujuh buah tulang tambahan bergabung dengan tengkorak yaitu 6 buah tulang- tulang

pendengaran (tulang landasan, martil, dan sanggurdi masing-masing satupasang) berada di

sebelah dalam tulang pelipis, dan tulang hioid dihubungkan dengan bagian bawah tulang

pelipis oleh sepasang ligamen.

Tempurung kepala terdiri atas 8 buah tulang, yaitu 1 buah tulang kepala belakang, 2

buah tulang ubun-ubun, 1 buah tulang dahi, 2 buah tulang pelipis, 1 buah tulang baji, dan 1

buah tulang tapis yang tersambung oleh sutura. Tempurung kepala memiliki fungsi yang

30
sangat penting. Fungsi tulang tengkorak adalah melindungi otak. Tulang-tulang yang

berhubungan dengan tengkorak (terdiri atas 6 buah tulang pendengaran dan 1 buah tulang

hioid).

2). Rangka dada

Terdiri atas 1 buah tulang dada dan 24 buah tulang rusuk) Tulang-tulang pada daerah

dada membentuk sejenis sangkar yang melindungi jantung dan paru-paru. Tulang dada

merupakan tulang pipih berada di bagian tengah dan depan rongga dada. Tulang dada

merupakan tempat melekatnya tulang rusuk dan otot-otot yang membantu kita bernapas.

Tulang rusuk juga melindungi jantung.

Tujuh pasang tulang rusuk paling atas pada ujungnya terdapat tulang rawan dan

langsung bersambungan dengan tulang dada (tulang rusuk sejati). Tiga pasang tulang rusuk di

bawahnya tidak langsung berhubungan dengan tulang dada (tulang rusuk palsu). Ketiga

pasang tulang ini berhubungan dengan tulang rawan yang menyambung pada tulang dada.

Dua pasang tulang rusuk paling bawah sama sekali tidak melekat pada tulang dada. Kedua

pasang tulang rusuk ini hanya melekat di bagian belakang.

3). Rangkaian tulang belakang

Terdiri atas 7 ruas tulang leher, 12 ruas tulang belakang bagian dada, 5 ruas tulang

bagian pinggang 1 buah tulang kelangkang yang disusun oleh 5 ruas yang rudimenter menjadi

satu, dan 1 buah tulang tungging yang disusun oleh 4 ruas yang rudimenter menjadi satu).

Ruas-ruas tulang belakang disusun oleh 33 buah tulang kecil yang dikenal sebagai vertebra.

Ruas-ruas tulang belakang melindungi sumsum tulang belakang. Setiap tonjolan tulang

belakang merupakan satu ruas tulang yang terpisah. Di antara tulang-tulang itu terdapat

lempengan tulang rawan disebut cakram yang bertindak sebagai bantalan untuk meredam

kejutan.

31
1. Ruas-ruas tulang leher (7 buah) terdapat pada daerah leher yang mendukung kepala.

Adanya ruas-ruas tulang ini membuat leher dapat lentur dan memungkinkan kepala

dapat digerakkan ke berbagai arah.

2. Di bawah leher terdapat 12 ruas tulang belakang bagian dada. Tulang ini ikut

membantu mendukung kerangka rongga dada.

3. Selanjutnya 5 buah ruas tulang belakang bagian pinggang merupakan penyangga

utama berat badan. Tulang pinggang merupakan ruas tulang belakang terbesar dan

terkuat.

4. Selanjutnya 5 ruas tulang kelangkang yang menyatu di daerah kelangkang. Tulang ini

pun menyatu dengan tulang panggul di kedua sisinya. Gabungan tulang kelangkang

dengan tulang usus disebut tulang panggul. Di bawah tulang kelangkang terdapat

tulang tungging (tulang ekor) yang terdiri atas 3 – 5 ruas tulang yang menyatu.

4) Rangka Anggota Gerak (Apendikular)

a) Gelang Bahu

Tulang belikat bersama tulang selangka membentuk gelang bahu. Gelang bahu

menyediakan tempat hubungan bagi lengan pada rangka aksial.

b) Lengan

Salah satu ujung tulang lengan atas melekat pada gelang bahu. Ujung bawah bertemu

dengan dua buah tulang lengan bawah pada sendi siku.

c) Tangan

Terdapat delapan buah tulang pada pergelangan tangan, tersusun atas dua baris, empat

tulang dalam setiap baris. Adanya tulang ini membuat pergelang tangan leluasa bergerak.

Tulang-tulang pergelangan tangan bersambungan dengan lima tulang yang membentuk

telapak tangan. Setiap jari memiliki tiga buah tulang, kecuali pada ibu jari yang hanya dua

tulang. Ujung ibu jari dapat menyentuh semua ujung jari lainnya.

32
d) Gelang Panggul

Tulang panggul membentuk gelang yang kuat dapat menyeimbangkan berat tubuh pada

kaki. Gelang panggul juga melindung kebanyakan organ yang ada pada rongga perut,

khususnya organ reproduksi. Walaupun gelang panggul terdiri atas banyak tulang, tulang-

tulang itu bersambungan sangat erat dan menyatu, sehingga tampaknya hanya sebuah tulang.

e) Tungkai

Tulang paha merupakan tulang terbesar, terkuat, dan terberat di dalam tubuh. Hal itu

disebabkan tulang paha harus mendukung berat tubuh bagian atas sewaktuberjalan, berlari,

atau sewaktu kita melompat. Masing-masing tulang paha memanjang dari panggul sampai

lutut. Di bawah lutut, terdapat dua buah tulang yang lebih kecil yang membagi beban berat

tubuh. Tulang yang lebih besar (tulang kering) menyangga beban lebih banyak yang berasal

dari tulang paha dan diteruskan pada kaki. Tulang yang lebih kecil (tulang betis) membantu

tumit bergerak dengan leluasa. Tempurung lutut selalu berada di tempatnya, diikat oleh

tendon dari otot sekitarnya. Tulang ini melindungi sendi lutut dan memungkinkan lutut

membengkok secara halus.

f) Kaki

Struktur kaki mirip struktur tangan, tetapi kaki lebih kuat dan lebih kaku. Sebagaimana

halnya tangan, lima buah tulang membentuk telapak kaki. Tulang- tulang ini berhubungan

dengan tulang-tulang jari kaki. Ibu jari kaki, mirip dengan ibu jari tangan, hanya terdiri atas

dua buah tulang. Jari kaki lainnya terdiri atas tiga buah tulang. Tulang terbesar pada kaki dan

tulang yang terkecil pada jari kaki berperan menyerap kejutan sewaktu berjalan.

g. Sendi

Tempat bertemunya dua buah tulang dinamakan sendi. Sendi diikat oleh ligamen dan

tendon. Terdapat tiga jenis sendi

33
1) sendi dengan gerakan bebas,

2) sendi dengan gerakan terbatas,

3) sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi dengan gerakan bebas ada 4 jenis, yaitu:

Gambar 8, Sendi putar

(Sumber : Setiawan, 2007)

3). Sendi pelana

Sendi pelana memungkinkan tulang yang satu meluncur pada tulang yang lain (Gambar

46). Tulang-tulang pada pergelangan tangan membentuk sendi pelana, dengan fleksibilitas

yang tinggi. Sendi semacam ini terdapat juga pada tulangtulang pergelangan kaki.

Gambar 9, Sendi pelana

(Sumber: Setiawan, 2007)

4). Sendi geser

Sendi geser terdapat pada hubungan antar tulang yang memungkinkan pergerakan

menggeser suatu tulang dengan tulang lain (Gambar 47). Contohnya seperti pada tulang

belakang.

34
Gamba

r 10, Sendi Geser

( Sumber:Seeley, Rod. R. 2014)

5). Sendi peluru

Sendi peluru terbentuk dengan ujung tulang yang berbentuk bola masuk pada bagian

tulang lainnya yang berbentuk mangkuk (Gambar 48). Sendi yang terdapat pada bahu dan

panggul merupakan contoh sendi ini. Sendi peluru memungkinkan gerakan ke semua arah.

Gambar 11, Sendi peluru

Sumber: http://biologipedia.blogspot.com/2010/10/sendi-pelana.html, diunduh tanggl

4/9/2015)

2. Sistem Otot Manusia

a. Jenis Otot Manusia

Otot manusia dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penampakannya:

1). Otot Lurik

Dikatakan otot lurik karena adanya daerah gelap dan daerah yang terang berselangan kalau

dilihat dengan mikroskop. Otot lurik diisebut juga otot sadar karena bekerja menurut

perintah otak.

35
2). Otot Polos

Di bawah mikroskop otot polos tampak polos. Bekerjanya dibawah kesadaran kita,

misalnya pada rahim, usus, pembuluh darah, dan saluran kelamin.

3). Otot Jantung

Bekerjanya dibawah kesadaran kita, bentuknya bergaris melintang. Otot jantung hanya

terdapat pada dinding jantung.

b. Struktur Anatomi Otot

Setiap otot terdiri dari beberapa ratus hingga beberapa ribu sel otot. Di dalam setiap sel

otot terdapat banyak struktur yang mirip benang yang disebut myofibril

Gambar 12, Struktur otot

(Sumber : http://contohlaporan.blogspot.com/2009/11/mekanisme-kerja-otot.html,

diunduh tanggal 4/9/2015)

Pada setiap miofibril terdapat banyak filamen tebal dan filamen tipis yang susunannya

sejajar. Setiap filamen tipis terdiri atas dua untaian manik-manik yang saling berpilin. Butir-

butir manik-manik tersebut adalah molekul globular dari aktin. Setiap filamen tebal terdiri

atas sekumpulan molekul miosin. Aktin dan miosin merupakan protein yang menggerakkan

otot.

c. Mekanisme Kontraksi Otot

Otot dalam tubuh akan berkontraksi jika mendapatkan rangsangan. Proses kontraksi

otot didahului dengan datangnya impuls saraf. Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama

36
lain di sepanjang sel otot, yang diselingi dengan filamen yang lebih tebal yang terbentuk dari

protein yang disebut miosin

Gambar 13, Aktin dan miosin dalam sel

(Sumber: Campbell, 2002)

Kontraksi sel otot terjadi akibat filamen aktin dan miosin yang saling meluncur

melewati yang lain, yang akan memperpendek selnya. Dalam sel otot, filamen aktin terletak

sejajar dengan filamen miosin tebal. Miosin bertindak sebagai molekul motor dengan bantuan

lengan yang “menjalankan” kedua jenis filamen itu untuk saling melewati yang lainnya. Kerja

tim dari banyak filamen yang meluncur seperti ini membuat seluruh sel otot dapat memendek

Gambar 14 Filamen aktin dan miosin yang saling meluncur

(Sumber: http://deborafilifos.blogspot.com/2013/03/sistem-otot.html, diunduh tanggal

4/9/2015)

37
d. Cara Kerja Otot

1) Otot sinergis

Yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya saling mendukung/bekerja

sama/menimbulkan gerakan yang searah. Untuk menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi

yang lain, kemudian kembali ke posisi semula, diperlukan paling sedikit dua macam otot

dengan kerja berbeda.

Contoh:

a). Seluruh otot pronator yang mengatur pergerakan telapak tangan untuk

menelungkup.

b). Seluruh otot supinator yang mengatur pergerakan telapak tangan menengadah.

2) Otot antagonis

Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya berlawanan. Contoh otot

antagonis adalah otot bisep dan trisep. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep

berkontraksi dan otot trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep

berkontraksi dan otot bisep berelaksasi.

Macam otot antagonis:

a). Otot ekstensor (meluruskan) dengan fleksor (membengkokkan).

b). Otot abductor (menjauhi sumbu badan) dengan adductor (mendekatisumbu badan).

c). Otot supinator (menengadah) dengan pronator (menelungkup).

d). Otot depressor (gerakan ke bawah) dengan elevator (gerakan ke atas).

38
3. Gangguan/Penyakit pada Sistem Rangka

a. Osteoporosis :

Osteoporosis adalah kondisi di mana tulang menjadi tipis, rapuh, keropos dan mudah

patah akibat berkurangnya massa tulang, khususnya kalsium yang terjadi pada waktu

lama. Komplikasi serius dari osteoporosis yang sering terjadi adalah patah tulang.

b. Patah Tulang

Patah tulang disebut juga fraktura dapat berupa sebagian dapat pula seluruhnya.

memperlihatkan tiga bentuk patah tulang.

1). “Fraktura batang hijau” merupakan patah tulang sebagian yang umum terjadi pada

anak-anak.

2).Patah tulang sederhana terjadi jika tulang retak menjadi dua bagian, tetapi ujung

tulang yang patah tidak keluar kulit

3). patah tulang riuk (terbuka), ujung tulang yang patah menyobek kulit dan muncul ke

luar. Pada patah tulang jenis ini ujung tulang yang keluar mudah di serang bibit

penyakit.

Gambar 15 . Tiga Bentuk Patah

Tulangkiri:green-stick; tengah: sederhana; kanan: terbuka

(Sumber: Setiawan, 2007)

c. Luka pada Sendi

Kecelakaan pada sendi yang paling umum adalah keseleo. Keseleo terjadi jika ligamen

dan tendon di sekitar sendi terenggut. Pada keseleo yang hebat jaringan itu dapat robek.

39
Bentuk lain kecelakaan pada sendi adalah dislokasi. Pada kasus dislokasi, ujung tulang

tertarik ke luar sendi. Ligamen yang menghubungkan tulang pada sendi terenggut dan sobek.

Bursitis merupakan masalah sendi yang tidak secara langsung berhubungan dengan

luka. Bursitis merupakan peradangan dengan rasa sakit pada kantung kecil di dekat sendi.

Kantung ini, disebut bursae, terletak di antara tendon atau di antara tendon dan tulang. Tanpa

kantung ini tendon akan bergesekan satu dengan yang lainnya.

d. Masalah pada Kaki

Ketika kita berdiri dengan telapak kaki menempel pada lantai, tampak bahwa bagian

tengah telapak kaki kita tidak menyentuh lantai. Bagian ini dinamakan lengkung kaki.

Lengkung kaki terbentuk dari susunan tulang-tulang pada kaki dan tekanan di antara tulang-

tulang itu yang diikat oleh ligamen dan otot. Struktur ini membuat telapak kaki mirip pegas.

Jika kaki menginjak lantai, lengkung kaki sedikit memipih lalu melengkung kembali. Kerja

pegas ini mampu meredam kejutan dan menggunakan energi untuk melengkungkan kembali

lengkung kaki pada langkah berikutnya. Kadangkala lengkung kaki menjadi pipih. Hal itu

berarti semua bagian alas kaki menyentuh lantai. Hal itu berakibat berat badan tidak berada

di pusat. Membuat kulit dan otot pergelangan kaki bekerja lebih berat untuk

menyeimbangkan tubuh. Sakit pada lengkung kaki, pergelangan kaki, dan otot betis

merupakan pertanda turunnya lengkung kaki. Wanita yang mengenakan sepatu dengan hak

tinggi dapat menyebabkan lengkung kaki memipih. Sepatu dengan bantalan kecil, disebut

arch supports dapat membantu keadaan ini.

Problem pada kaki lainnya adalah bunion. Bunion merupakan pembengkakan yang

berat pada sendi ibu jari kaki. Bunion dapat disebabkan oleh arthritis atau tidak seimbangnya

otot pada kaki dan tungkai. Juga dapat disebabkan karena menggunakan sepatu sempit yang

menekan jari secara bersamaan. Persendian pada ibu jari merupakan sendi engsel yang

memungkinkan ibu jari bergerak ke atas dan ke bawah. Mengenakan sepatu sempit,

40
mengakibatkan jari dan sendi mendapat tekanan dari satu sisi. Pada tahap awal terbentuk

bunion, sepatu yang lebar diperlukan, namun pembedahan sangat diperlukan pada kasus

lanjutan.

e. Arthritis

Penyakit ini ditandai dengan pembengkakan dan pengembangan jaringan di sekitar

sendi. Dengan beberapa macam arthriris, sendi menjadi kaku dan terjadi kerusakan tetap

karena robeknya jaringan sendi. Dengan mengetahui beberapa gangguan dan penyakit di atas,

kita layak untuk bersyukur kepada Allah, Tuhan YME atas nikmat berupa kesehatan pada

sistem gerak kita. Dengan pemahaman ini semoga mendorong guru untuk lebih aktif dan giat

belajar dan mengajar, menekuni profesinya dengan baik.

4. Kerangka Berpikir

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran

yang berpusat pada siswa. Serta proses belajar mengajar yang berorientasi pada model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah membantu siswa menjadi mandiri. Pada

saat dilakukannya observasi ditemukan bahwa salah satu permasalahan adalah rendahnya

hasil belajar siswa pada materi sistem gerak pada manusia. Untuk itu penelitian ini akan

menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Dengan digunakan

model pembelajaran ini diharapkan dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa dan juga siswa

dapat mengembangkan keterampilan memecahkan masalah.

41
Pokok Permasalahan

Rendahnya Hasil Belajar Siswa pada materi sistem gerak pada manusia

Solusi Masalah

Penggunaan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran biologi mengalami perubahan serta


BAB III
peningkatan setelah menggunakan metode Problem Based Learning (PBL).
METODE PENELITIAN

42
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Metode yang dilakukan dalam proses penelitian ini menggunakan penelitian tindakan

kelas (PTK) untuk mengumpul dan mengukur keberhasilan siswa dalam mempelajari

pembelajaran Biologi yang dilakukan dalam dua siklus. Dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan alur penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart (dalam Zainal Aqib, 2006:31)

dengan mengikuti alur yang disusun secara sistematis sebagai berikut: 1) Perencanaan

(Plening), 2) Pelaksanaan Tindakan (Action), 3) Observasi (Observation), dan 4) Refleksi

(Reflection).

Gambar 3.1. Siklus Penelitian (Kemmis dan Mc. Taggart, (dalam Zainal Aqib, 2006:31)

43
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) mengatakan bahwa, metode penelitian

adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan

kelas dalam bahasa inggris disebut dengan istilah classroom action research. Dari nama

tersebut terkandung tiga kata yakni :

1. Penelitian,

Menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan cara menggunakan

cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat

dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan,

Menujukkan pada suatu obyek kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu.Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.

3. Kelas,

Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang

lebih spesifik, yakni sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran

yang sama dari guru yang sama pula. Sehingga dengan menggabungkan ketiga kata tersebut

menjadi, Penelitian Tindakan Kelas. Dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas

merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang

sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.Tindakan tersebut

diberikan oleh guru atau dngan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

Siklus I

1. Perencanaan

Tindakan proses penelitian dilakukan dengan menggunakan beberapa unsur penting

dalam penelitian ini, yakni:

44
a. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala Sekolah SMA Negeri 2

Tondano.

b. Membangun kerja sama dengan Wali Kelas XI IPA dan Kepala Sekolah untuk

menyesuaikan bahan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam penelitian.

c. Menyusun rancangan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning.

d. Membuat perangkat pembelajaran untuk setiap pertemuan meliputi: silabus dan


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

f. Menyiapkan materi pembelajaran, media pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS),

lembar evaluasi/penilaian, dan lembar observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran mengikuti langkah-langkah model pembelajaran

problem based learning, sebagai berikut:

a. Para siswa dapat bekerja dalam berpasangan atau kelompok.

b. Setiap kelompok di beri seperangkat kartu yang bertulisan kata-kata frasa atau

gambar yang sama terkait dengan pertanyaan kunci.

c. Setiap kelompok juga diberi gambar kosong untuk diisi (template) dengan

pertanyaan kunci disamping Problem Based Learning.

d. Para siswa bekerja dengan mempelajari kartu-kartu berisi kata, frasa, atau gambar

yang diterima kelompoknya dan memutuskan dalam kelompok tentang bagaimana

relevansi kata/frasa/gambar satu sama lain dengan pertanyaan kunci.

e. Bila ada perbedaaan dengan hasil karya kelompok lain mereka diberi kesempatan

untuk melakukan perbaikan.

45
3. Observasi

Pengamatan (observasi) dilakukan pada saat sebelum dan sesudah proses belajar

mengajar di kelas, dengan memberikan catatan dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh

peneliti. Dari hasil pengamatan tersebut akan dijadikan sebagai bahan pengujian dan

pertimbangan untuk memberikan penilaian terhadap ketuntasan belajar siswa di kelas dengan

menggunkan lembaran penilaian dan lembaran kerja siswa.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan (observasi), perencanaan, dan pelaksanaan tindakan,

maka peneliti akan melakukan tindakan reflektif terhadap proses pembelajaran yang telah

dilakukan dengan melihat dan menemukan, apakah hasil belajar siswa telah mencapai nilai

ketuntasan belajar atau belum, jika belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, maka

tindakan penelitian dilanjutkan ke siklus II.

Siklus II

1. Perencanaan

Tindakan perencanaan pada siklus II ini, masih mengikuti sistematika tindakan pada

siklus I, tetapi peneliti akan memperhatikan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus

I, agar dilakukan perbaikan pada siklus II, sehingga hasil belajar siswa jadi meningkat.

a. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala Sekolah SMA Negeri 2

Tondano.

b. Membangun kerja sama dengan Wali Kelas XI IPA dan Kepala Sekolah untuk

menyesuaikan bahan pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam penelitian.

c. Menyusun rancangan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

problem based learning.

d. Membuat perangkat pembelajaran untuk setiap pertemuan meliputi: silabus dan


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

46
f. Menyiapkan materi pembelajaran, media pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS),

lembar evaluasi/penilaian, dan lembar observasi.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran mengikuti langkah-langkah model pembelajaran

problem based learning, sebagai berikut:

a. Para siswa dapat bekerja dalam berpasangan atau kelompok.

b. Setiap kelompok di beri seperangkat kartu yang bertulisan kata-kata frasa atau

gambar yang sama terkait dengan pertanyaan kunci.

c. Setiap kelompok juga diberi gambar kosong untuk diisi (template) dengan

pertanyaan kunci disamping Problem Based Learning.

d. Para siswa bekerja dengan mempelajari kartu-kartu berisi kata, frasa, atau gambar

yang diterima kelompoknya dan memutuskan dalam kelompok tentang bagaimana

relevansi kata/frasa/gambar satu sama lain dengan pertanyaan kunci.

e. Bila ada perbedaaan dengan hasil karya kelompok lain mereka diberi kesempatan

untuk melakukan perbaikan.

3. Observasi

Pengamatan (observasi) dilakukan pada saat sebelum dan sesudah proses belajar

mengajar di kelas, dengan memberikan catatan dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh

peneliti. Dari hasil pengamatan tersebut akan dijadikan sebagai bahan pengujian dan

pertimbangan untuk memberikan penilaian terhadap ketuntasan belajar siswa di kelas dengan

menggunkan lembaran penilaian dan lembaran kerja siswa.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan (observasi), perencanaan, dan pelaksanaan tindakan,

maka peneliti akan melakukan tindakan reflektif terhadap proses pembelajaran yang telah

dilakukan dengan melihat dan menemukan, apakah hasil belajar siswa telah mencapai nilai

47
ketuntasan belajar atau belum, jika telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, maka

tindakan penelitian ini, dicukupkan pada siklus II.

A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Tondano, Kabupaten Minahasa, Kec.

Tondano Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 dengan

pokok bahasan Sistem Gerak Pada Manusia.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA N 2 Tondano, dengan jumlah 20

siswa. Laki-laki 11 dan perempuan 9.

C. Faktor yang Diteliti

Adapun faktor yang teliti dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Faktor input yaitu meliputi kehadiran siswa, kesiapan siswa, untuk mengikuti

rancangan proses pembelajaran. Dan materi berbasis pada penerapan model

pembeljaran

2. Faktor proses yaitu keterlaksanaan strategi penerapan pembelajaran problem

based learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa

3. Faktor auput yaitu hasil belajar siswa di kelas XI SMA N 2 TONADNO. Setelah

melakukan kegiatan model PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yang di

berikan evaluasi dalam bentuk pilihan ganda (PG) dan Essay

D. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan tindakan Observasi dan pemberian Tes, dengan

penjelasan sebagai berikut:

1. Observasi

Tindakan observasi (pengamatan) yang diadakan oleh peneliti untuk memantau

kegiatan dan aktivitas belajar mengajar di kelas selama pembelajaran berlangsung.

48
Dalam kegiatan observasi ini pengamat menggunakan lembaran penilaian observasi

yang telah disiapkan, dengan cara mencontreng pada setiap kolom penilaian.

Pengamatan dilakukan pada siklus I dan Siklus II selama proses tindakan

pembelajaran berlangsung.

2. Pemberian Tes

Pemberian tes ini berupa 5 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan dan daya

tangkap siswa terhadap pembelajaran. Jika hasil tes yang diberikan kepada siswa

belum mencapai ketuntasan belajar, maka penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus

II, dengan memperhatikan kelelaian dari guru dalam menyampaikan pembelajaran

dan kelelaian dari siswa sendiri dalam mengikuti proses pembelejaran.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dilakukan dengan melihat presentase ketuntasan hasil belajar

siswa. Dimana akan dilihat apakah hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan belajar

secara klasikal atau belum. Hasil belajar siswa pada siklus I akan diberikan perbandingan

dengan hasil belajarsiswa pada siklus II, dengan menggunakan rumus dibawah ini:

T
KB = X 100 %
Tt

Dimana, KB = Ketuntasan Belajar

T = Jumlah Skor yang Diperoleh Siswa

Tt = Jumlah Skor Total

Dengan rumus tersebut, akan dilihat hasil presentase belajar siswa, jika telah

mencapai ketuntasan belajar secara klasikal ≥ 75%, maka tindakan proses pembelajaran dapat

dikatakan telah mencapai ketuntasan belajar dengan baik. Trianto (2010:63).

49
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Tindakan yang dilakukan dalam proses penelitian ini menggunakan metode

penelitian tindakan kelas (PTK) dengan jumlah siswa 20 orang siswa, yakni 11 orang siswa

laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di XI IPA SMA N 2

Tondano.

Deskripsi Siklus I

1. Perencanaan

Tindakan proses perencanaan ini dipusatkan pada pembelajaran Biologi dengan materi

pokok “Sistem Gerak pada Manusia”, oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan yang

akan dibahas dalam hasil penelitian ini, maka peneliti menyusun rencana pembelajaran agar

dapat digunakan pada proses tindakan penelitian ini. Rencana pelaksanaan pembelajaran

tersebut, yakni sebagai berikut:

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Tindakan proses perencanaan pelaksanaan pembelajaran ini, peneliti memakai Model

pembelajaran problem based learning, sebagai salah satu model pembelajaran yang

peneliti pilih dan gunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai “Sistem

Gerak pada Manusia”, karena dengan menggunakan model pembelajaran problem based

learning sangat cocok bagi pengembangan kecepatan siswa dalam belajar mengenai

“Sistem Gerak pada Manusia”, karena model pembelajaran ini menekakan pada kerja sama

dalam kelompok maupun individu untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan

menemukan solusi pemecahannya.

50
b. Menetapkan Materi Pembelajaran

Penetapan materi pembelajaran menggunakan model pembelajaran problem based

learning. Dengan menggunakan model pembelajaran ini diharapkan dapat meningkatkan

daya tangkap siswa dalam mempelajari materi pembelajaran “Sistem Gerak pada

Manusia”, dimana dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning

sangat membantu siswa dengan cepat dan mudah memahami penjelasan yang disampaikan

oleh guru.

c. Menetapkan Media Pembelajaran

Peneliti menyiapkan media pembelajaran sebagai alat bantu bagi siswa untuk

mempermudah mereka dalam memahami penjalasan yang disampaikan oleh guru, yakni

peneliti menempelkan gambar-gambar pada selembar karton manila, yaitu gambar

mengenai Sistem Gerak pada Manusia, kemudian ditunjukan kepada seluruh siswa.

d. Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Guru menyiapkan lembar kerja siswa berupa gambar-gambar yang peneliti tempelkan pada

selembar karton manila, kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk menyebutkan

nama dari gambar-gambar tersebut secara tepat dan benar.

e. Menyiapkan Lembar Evaluasi/Penilaian (LP)

Lembar penilaian berupa 5 soal pertanyaan essay yang diberikan kepada seluruh siswa

untuk dijawab, kemudian guru memberikan penilaian dari hasil kerja siswa tersebut untuk

mengukur keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran di kelas.

f. Menyiapkan Lembar Observasi

Lembar observasi ini dimaksudkan untuk memberikan pengujian terhadap keberhasilan

dari proses pembelajaran. Lembar observasi ini diisi oleh pengamat, yaitu guru kelas untuk

memberikan penilaian. Pengamat berfungsi, selain memberikan penilaian ia juga

memberikan kontribusi-kontribusi positif dalam pengembangan proses pembelajaran di

51
kelas. Jika dalam proses pembelajaran belum mencapai ketuntasan belajar mengajar, maka

akan dilaksanakan proses perbaikkan, dengan merujuk pada perencanaan yang telah

disiapkan.

2. Pelaksanaan / Tindakan

Dalam proses pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mengacu pada tindakan perencanaan

pembelajaran yang telah disiapkan untuk menjawab materi pembelajaran “Sistem Gerak

pada Manusia”, dengan mengikuti alur pada model pembelajaran problem based learning,

antara lain sebagai berikut:

a. Kegiatan Awal

Kegiatan belajar mengajar dibuka dengan pemberian salam dan doa bersama,

dilanjutkan dengan pengolahan kelas. pengolahan kelas dimaksudkan untuk mengatur

tempat duduk siswa agar mereka menerima pelajaran dengan baik. Kemudian guru

mengambil absensi dan dilanjutkan dengan tindakan apersepsi, dengan menanyakan

kepada siswa tentang materi pelajaran yang telah mereka pelajari pada minggu

sebelumnya, kemudian diteruskan dengan penegasan terhadap pokok bahasan yang akan

diajarkan kepada siswa, antara lain tentang “Sistem Gerak pada Manusia”, dengan

tujuan untuk membuka pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran yang akan

diajarkan.

b. Kegiatan Inti

Pelaksanaan tindakan pembelajaran mengikuti langkah-langkah model pembelajaran

problem based learning, sebagai berikut:

1. Para siswa dapat bekerja dalam berpasangan atau kelompok.

2. Setiap kelompok di beri seperangkat kartu yang bertulisan kata-kata frasa atau

gambar yang sama terkait dengan pertanyaan kunci.

52
3. Setiap kelompok juga diberi gambar kosong untuk diisi (template) dengan

pertanyaan kunci disamping Problem Based Learning.

4. Para siswa bekerja dengan mempelajari kartu-kartu berisi kata, frasa, atau gambar

yang diterima kelompoknya dan memutuskan dalam kelompok tentang bagaimana

relevansi kata/frasa/gambar satu sama lain dengan pertanyaan kunci.

5. Bila ada perbedaaan dengan hasil karya kelompok lain mereka diberi kesempatan

untuk melakukan perbaikan.

c. Kegiatan Akhir

Pada akhir kegiatan pembelajaran guru memberikan tugas rumah kepada siswa,

kemudian guru membuat kesimpulan dari seluruh materi yang baru saja di pelajari.

Selanjutnya guru memotivasi siswa agar mereka belajar lebih giat lagi. Proses

pembelajaran di tutup dengan doa bersama dan salam mengakhiri pembelajaran.

3. Observasi

Dari hasil observasi (pengamatan), peneliti menemukan bahwa proses pembelajaran

pada siklus I ini, dengan memakai model pembelajaran problem based learning sebagai salah

satu model pembelajaran yang peneliti pilih untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran Biologi, dengan menerapkan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia”,

maka peneliti menemukan bahwa hasil belajar pada siklus I ini, siswa belum mampu

mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal, yaitu: ≥75%. Ketidakmampuan siswa untuk

mencapai nilai ketuntasan belajar, disebabkan oleh kurangnya kemampuan dan daya tangkap

siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan melalui penjelasan atau pengejaran

oleh guru. Karena lemahnya daya tangkap siswa, maka guru perlu melakukan pendampingan

secara khusus terhadap seluruh siswa melalui tindakan bimbingan dan pengajaran secara

mendalam dengan mendatangi setiap siswa lalu guru menyampaikan pembelajaran kepada

siswa secara perlahan-lahan, dengan menerapkan model pembelajaran problem based

53
learning. Karena kurangnya kemampuan dan daya tangkap siswa ini, maka proses

pembelajaran pada siklus I ini, siswa belum mampu mencapai nilai ketuntasan belajar secara

klasikal, yaitu: ≥75%.

4. Refleksi

Berdasarkan hasil pengamatan, sehingga peneliti menemukan dalam tindakan refleksi,

maka tindakan proses pembelajaran pada siklus I melalui tindakan pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran problem based learning demi meningkatkan hasil belajar

siswa untuk mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal, yakni ≥75%, pada mata

pembelajaran Biologi, dengan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia”, peneliti temukan

bahwa belum berhasil. Hal yang menyebabkan ketidakberhasilan ini adalah kurangnya

kemampuan siswa dalam menangkap penjelasan yang disampaikan oleh guru. Pengetahuan

siswa tentang pembelajaran yang guru sampaikan tersebut peneliti mengukurnya melalui

pemberian tes, berupa 5 soal tes yang peneliti berikan kepada masing-masing siswa untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Dengan melihat kekurangan dan keterbatasan pada siklus I yang belum mencapai

ketuntasan belajar secara klasikal, yakni: ≥75% maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II,

dengan memperhatikan problem yang terjadi pada siklus I untuk diadakan tindakan

perubahan pada siklus II demi meningkatkan hasil belajar siswa.

Bertitik tolak dari hasil pembelajaran Biologi yang dilaksanakan pada sikus I,

dengan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia” yang peneliti kembangkan melalui hasil

evaluasi setelah akhir pembelajaran dalam bentuk evaluasi berupa tes 5 soal essay yang

dibagikan kepada masing-masing siswa kelas XI IPA SMA N 2 Tondano. Maka hasil proses

pembelajaran pada siklus I dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

54
Tabel 1. Hasil Siklus I

Butir/Bobot Soal
1 2 3 4 5
No Nama Siswa Jumlah
2
10 10 20 40
0
1 10 10 2 60
Agus Riski Majore 20 -
0
2 10 10 2 40
Ahaz Sunyap - -
0
3 10 10 2 80
Alexandro Nesta Saiya - 40
0
4 Aliviska Imelda Warouw 10 10 20 - - 40
5 10 10 2 60
Bintang Injilia Kolopita - -
0
6 10 10 2 60
Brillian Gradeo Tulenan 20 -
0
7 Carlo Kojo 10 10 - - 40 60
8 10 10 2 60
Daniel Jefrio Supit 20 -
0
9 10 10 2 40
Juvalentino Claudio Messy Ugu - -
0
10 Leonardo Johanes Rangkuan 10 10 20 - 40 80
11 10 10 2 60
Lovely Imanuella Chyntia Watung 20 -
0
12 10 10 2 80
Maria Regina Celi Sampouw - 40
0
13 Marthinus G. Gerson Wakelulu 10 10 20 - - 40
14 10 10 2 80
Meylisya Dhea Supit - 40
0
15 10 10 2 60
Nadia Mitzu Preeti Supit 20 -
0
16 Nathanael Clyment Sumenge 10 10 20 - - 40
17 10 10 2 80
Petrus Tubur - 40
0
18 Sarlince Renahuremba 10 10 20 - - 40
19 10 10 2 40
Venia Brigita Waworuntu - -
0
20 Winsy Lovely Waworuntu 10 10 20 - 40 80
Jumlah 1180

Dari tabel 1. Hasil Siklus I, dapat dengan jelas bahwa hanya 6 orang siswa yang

mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal, sedangkan 14 siswa belum mencapai nilai

ketuntasan belajar. Oleh karena itu, maka hasil belajar siswa pada siklus I dapat rincikan

sebagai berikut:

55
a. Pada soal nomor satu, siswa yang berjumlah 20 orang, semuanya menjawab dengan

benar.

b. Pada soal nomor dua, siswa yang berjumlah 20 orang, semuanya menjawab dengan

benar.

c. Pada soal nomor tiga, siswa yang berjumlah 20 orang, yang menjawab dengan

benar 11 orang siswa dan yang menjawab salah 9 orang siswa.

d. Pada soal nomor empat, siswa yang berjumlah 20 orang, yang menjawab dengan

benar 13 orang siswa dan yang menjawab salah 7 orang siswa.

e. Pada soal nomor lima, siswa yang berjumlah 20 orang, yang menjawab dengan

benar 7 orang siswa dan yang menjawab salah 10 orang siswa.

Presentasi ketuntasan belajar siswa dapat dihitung dengan menggunakan rumus

sebagai berikut:

1180
KB = x 100 %
2000

KB = 59 %

Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus, maka hasil belajar siswa

pada siklus I, ditemukan bahwa belum mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal,

yakni ≥75%. Dimana hasil belajar siswa pada siklus I ini, hanya mencapai 59%.Dengan

demikian, maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II.

Deskripsi Siklus II

1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan pada siklus II ini mengikuti sistematika pada siklus I. Tetapi pada

siklus II ini peneliti melakukan perbaikkan terhadap ketidakberhasilan pada proses

pembelajaran di siklus I, sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar secara klasikal,

yakni ≥75%. Oleh karena itu, susunan rencana pembelajaran dapat dipaparkan sebagai

berikut: Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Menetapkan Materi

56
Pembelajaran, Menetapkan Media Pembelajaran, Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS),

Menyiapkan Lembar Evaluasi/Penilaian (LP), dan Menyiapkan Lembar Observasi.

2. Pelaksanaan /Tindakan

a. Kegiatan Awal

Kegiatan belajar mengajar dibuka dengan pemberian salam dan doa bersama,

dilanjutkan dengan pengolahan kelas. pengolahan kelas dimaksudkan untuk mengatur

tempat duduk siswa agar mereka menerima pelajaran dengan baik. Kemudian guru

mengambil absensi dan dilanjutkan dengan tindakan apersepsi, dengan menanyakan

kepada siswa tentang materi pelajaran yang telah mereka pelajari pada minggu

sebelumnya, lalu diteruskan dengan penegasan terhadap pokok bahasan yang akan

diajarkan kepada siswa, antara lain tentang “Sistem Gerak pada Manusia”, dengan

tujuan untuk membuka pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran yang akan

diajarkan.

b. Kegiatan Inti

1. Para siswa dapat bekerja dalam berpasangan atau kelompok.

2. Setiap kelompok di beri seperangkat kartu yang bertulisan kata-kata frasa atau

gambar yang sama terkait dengan pertanyaan kunci.

3. Setiap kelompok juga diberi gambar kosong untuk diisi (template) dengan

pertanyaan kunci disamping Problem Based Learning.

4. Para siswa bekerja dengan mempelajari kartu-kartu berisi kata, frasa, atau gambar

yang diterima kelompoknya dan memutuskan dalam kelompok tentang bagaimana

relevansi kata/frasa/gambar satu sama lain dengan pertanyaan kunci.

5. Bila ada perbedaaan dengan hasil karya kelompok lain mereka diberi kesempatan

untuk melakukan perbaikan.

c. Kegiatan Akhir

57
Pada akhir kegiatan pembelajaran guru memberikan tugas rumah kepada siswa,

kemudian guru membuat kesimpulan dari seluruh materi yang baru saja di pelajari.

Selanjutnya guru memotivasi siswa agar mereka belajar lebih giat lagi. Proses

pembelajaran di tutup dengan doa bersama dan salam mengakhiri pembelajaran.

3. Observasi

Berdasarkan proses tindakan observasi (pengamatan) yang diadakan, peneliti

menemukan bahwa tindakan belajar mengajar pada siklus II mengalami perkembangan yang

sangat baik, dimana para siswa semakin memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru.

Perkembangan daya pengetahuan siswa berkambang melalui pendampingan guru secara

khusus kepada masing-masing siswa, sehingga para siswa dapat dengan cepat dan mudah

memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, yakni materi tentang “Sistem

Gerak pada Manusia”. Dengan adanya pendampingan secara khusus ini, membuat daya

tangkap siswa semakin berkembang dengan baik dan mempercepat daya tangkap siswa.

Keberhasilan siswa ini diketahui melalui pengadaan tes kepada masing-masing siswa, tes ini

dilakuan dengan pemberian 5 soal tes tertulis, kemudian guru memeriksa hasil kerja siswa

tersebut dan guru memberikan penilaian. Keberhasilan ini didukung pula oleh kemampuan

guru dalam mengorganisir para siswa melalui penggunaan model pembelajaran Problem

Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar Biologi dengan materi pokok “Sistem

Gerak pada Manusia”.

4. Refleksi

Dari hasil belajar mengajar pada siklus II, peneliti menemukan bahwa adanya

perkembangan hasil belajar yang baik dari para siswa, dimana pada siklus I hasil belajar

siswa hanya mencapai nilai ketuntasan belajar 59%, namun setelah diadakan proses

58
pembaharuan dalam tindakan belajar mengajar pada siklus II, maka nilai ketuntasan belajar

siswa berkembang menjadi 86%. Berkembangnya hasil belajar siswa ini, dipengaruhi oleh

adanya keprihatinan khusus dari guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Selain itu pula, adanya

penguasaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan

pembelajaran kepada para siswa di kelas.

Berdasarkan hasil belajar siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar secara

klasikal, yakni ≥75%, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan Penerapan

pembelajaran Problem Based Learning dapat Meningkatkan hasil Belajar Biologi di kelas XI

IPA SMA N 2 Tondano. Karena hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara

klasikal, maka penelitian ini dicukupkan sampai pada siklus II. Hasil proses pembelajaran

pada siklus II dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 2. Hasil Siklus II

Butir/Bobot Soal
1 2 3 4 5
No Nama Siswa Jumlah
2
10 10 20 40
0
1 Agus Riski Majore 10 10 20 - 40 80
2 10 10 - 2 40 80
Ahaz Sunyap
0
3 10 10 20 2 40 100
Alexandro Nesta Saiya
0
4 Aliviska Imelda Warouw 10 10 20 - 40 80
5 Bintang Injilia Kolopita 10 10 20 - 40 80
6 10 10 - 2 40 80
Brillian Gradeo Tulenan
0
7 Carlo Kojo 10 10 20 - 40 80
8 10 10 - 2 40 80
Daniel Jefrio Supit
0
9 10 10 - 2 40 80
Juvalentino Claudio Messy Ugu
0
10 10 10 20 2 40 100
Leonardo Johanes Rangkuan
0
11 Lovely Imanuella Chyntia Watung 10 10 20 - 40 80
12 10 10 20 2 40 100
Maria Regina Celi Sampouw
0

59
13 Marthinus G. Gerson Wakelulu 10 10 20 - 40 80
14 10 10 20 2 40 100
Meylisya Dhea Supit
0
15 Nadia Mitzu Preeti Supit 10 10 20 - 40 80
16 10 10 - 2 40 80
Nathanael Clyment Sumenge
0
17 10 10 20 2 40 100
Petrus Tubur
0
18 Sarlince Renahuremba 10 10 20 - 40 80
19 Venia Brigita Waworuntu 10 10 20 - 40 80
20 10 10 20 2 40 100
Winsy Lovely Waworuntu
0
Jumlah 1720

Berdasarkan tabel hasil siklus II di atas, menunjukan dengan jelas bahwa hasil belajar

siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, ketuntasan belajar siswa tersebut

dapat dirinci sebagai berikut:

a. Pada soal nomor satu, siswa yang berjumlah 20 orang, semuanya menjawab dengan

benar.

b. Pada soal nomor dua, siswa yang berjumlah 20 orang, semuanya menjawab dengan

benar.

c. Pada soal nomor tiga, siswa yang berjumlah 20 orang, yang menjawab dengan

benar 15 orang siswa dan yang menjawab salah 5 orang siswa.

d. Pada soal nomor empat, siswa yang berjumlah 20 orang, yang menjawab dengan

benar 11 orang siswa dan yang menjawab salah 9 orang siswa.

e. Pada soal nomor lima, siswa yang berjumlah 20 orang, semuanya menjawab

dengan benar.

Presentasi ketuntasan belajar siswa dihitung dengan rumus sebagai berikut:

1720
KB = x 100 %
2000

KB = 86 %

Dari hasil perhitungan yang dilakukan pada siklus II ini, maka ditemukan bahwa hasil

belajar siswa telah mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal, yakni ≥75%, melalui

60
perolehan nilai ketuntasan belajar, yaitu 86%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, sangat membantu guru

dalam meyampaikan pembelajaran kepada siswa, karena siswa dengan mudah memahami

penjelasan yang disampaikan oleh guru. Karena itu, penelitian ini dicukupkan sampai pada

siklus II, karena hasil belajar siswa telah mencapai atau melampaui ketuntasan belajar secara

klasikal.

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil tindakan pembelajaran pada siklus I, peneliti memperoleh hasil

belajar siswa hanya mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 59%. Hal yang menyebabkan

ketidakberhasilan ini adalah kurangnya kemampuan siswa dalam menangkap penjelasan yang

disampaikan oleh guru, karena daya tangkap siswa yang masih lemah, sehingga guru sedikit

mengalami kesulitan dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Ketidakberhasilan ini

pula, karena dalam menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

Problem Based Learning, guru belum terlalu menguasainya, sehingga pembelajaran yang

disampaikan terlalu bersifat monoton dan membosankan bagi siswa, menyebabkan hasil

ketuntasan belajar siswa rendah.

Guru dituntut memiliki kemampuan mengelola komponen-komponen pembelajaran

yang dapat membuat suasana proses belajar mengajar efektif. Ketertiban dalam proses belajar

mengajar didambakan oleh setiap para pendidik dan peserta didik, untuk itu guru harus

mampu menciptakan suasana kelas yang dapat membuat siswa dalam proses belajar

bersemangat, mempunyai tantangan dan berkeleluasaan. Seorang guru idealnya menguasai

teknik-teknik pengelolaan kelas. Guru yang dapat menerapkan prinsip kehangatan dan

keantusiasan dalam proses belajar mengajar akan lebih disenangi oleh para peserta didik.

Selain itu guru harus dapat menerapkan prinsip tantangan dalam proses belajar sebagai bahan

motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat. Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah

61
proses belajar mengajar (PBM). Kualitas belajar siswa serta para lulusan banyak ditentukan

oleh keberhasilan pelaksanaan PBM tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh

fungsi dan peran guru. Pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan

PBM. Seringkali muncul berbagai keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa ataupun

guru berkaitan dengan pelaksanaan PBM tersebut.

Dari tindakan pembelajaran pada siklus I, hasil ketuntasan belajar siswa hanya

mencapai nilai ketuntasan 59%. Sedangkan pada siklus II, melalui proses tindakan

pembelajaran, ditemukan bahwa hasil ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 86%. Hal

ini mau menunjukan bahwa ada peningkatan yang sangat signifikan, karena dipengaruhi oleh

keseriusan dari siswa sendiri dalam mengikuti proses pembelajaran dan adanya penguasaan

metode pembelajaran dari guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa, sehingga

siswa mampu menelah penjelasan yang disampaikan oleh guru dengan baik dan

menerapakannya sesuai dengan penjelasan yang disampaikan. Dengan demikian, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa dengan Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning

dapat meningkatkan hasil belajar Biologi dengan materi pokok pembelajaran “Sistem Gerak

pada Manusia” di kelas XI IPA SMA N 2 Tondano.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning

didukung pula oleh penelitian-penelitian sebelumnya, antara lain sebagai berikut:

Menurut Lusi Angraini,Rahmadhani fitri, dan Rahmawati Darussyamsu (2022). Bahwa

siswa yang belajar menggunakan model Problem based learning menunjukan hasil belajar

yang lebih baik dan aspek kognitif,afektif,dan psikomotorik di bandingkan dengan siswa yang

belajar tidak menggunakan model pembelajaran PBL. Hal ini, model pembelajaran based

learning berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Ristiana Wulandari1,Didi jaya santri 2,dan Djunaidah Zen3,.Penelitian yang bertujuan

untuk mempelajari dampak kegiatan siswa dan hasil belajar dengan penerapan model

62
pembelajaran problem based learning (PBL). Hasil penelitian ini menunjukan PBL dapat

membuat siswa aktif,seperti yang ditunjukan beberapa indicator aktifitas yang meliputi

keterlibatan siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran problem based learning (PBL) dalam pembelajaran biologi dan kegiatan dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Rita Magdalena (2015) Salah satu permasalahan pembelajaran yang terjadi di sekolah

menengah atas (SMA) adalah minimnya variasi strategi pembelajaran dalam hal ini model

pembelajaran yang di gunakan guru untuk memvasilitasi hasil belajar siswa, terutama hasil

belajar kognitif tingakat tinggi yakni kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan kondisi

ini maka tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran

problem based learning terhadap hasil belajar kognitif tingkat tinggi.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil belajar siswa di kelas XI IPA
SMA N 2 Tondano, dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, dalam proses
pembelajaran Biologi dengan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia” dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI IPA SMA N 2 Tondano.
2. Melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, membantu siswa
agar mengembangkan dengan cepat daya nalar dan daya tangkap siswa.
3. Melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, membantu guru
dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Karena
dengan pendampingan secara khusus kepada masing-masing siswa, maka para
siswa semakin merasa terbantu secara emosional, sehingga para siswa dengan cepat
dan mudah menangkap penjelasan yang disampaikan oleh guru.

63
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang tertera di atas, maka peneliti memberikan saran,
sebagai berikut:
1. Bagi Guru : Agar dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning untuk meningkatkan hasil belajar Biologi, dengan materi
pokok “Sistem Gerak pada Manusia” di kelas XI IPA SMA N 2
Tondano.
2. Bagi Siswa : Agar semakin rajin dan giat dalam belajar “Sistem Gerak pada
Manusia” demi mengembangkan pengetahuannya kearah
kematangan intelektual yang lebih baik dan dewasa dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.

DAFTAR PUSTAKA

Santosa, Priya. 2018. Mahir Praktikum Biologi Penggunaan Alat-Alat Sederhana dan Murah
untuk Percobaan Biologi. Yogyakarta: Deepublish.

Damopolii, Insar. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Peserta didik Kelas VII SMP. Jurnal Edubiotik. Vol 3(1). ISSN:
2597-9833

Shoimin. 2014. Strategi pembelajaran implementasi kurikulum. Bandung: PT. Rineka


Cipta.

Aren,2004. Peningkatan Strategi Pembelajaran. Jurnal pendidikan peserta didik.

Nafiah, YuninNurun. 2014. Penerapan Model Problem-Based Learning Untuk Meningkatkan


Keterampilan Berpikir Kritis Dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal pendidikan vokasi. Vol
4 (1).

Lisa Yasnitadan Nelly Wedyawati. 2019. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Yogyakarta:
Deepublish.

Sudjana, Nana. 2017. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

64
Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Prena media Group.

Sugiyono, 2012. Statistika untuk penelitian. Bandung: Alfabeta.


Dahar, Ratna W. 2013. Teori-Teori Belajardan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Damopolii Insar. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Peserta didik Kelas VII SMP. Jurnal Edubiotik. Vol 3(1). ISSN:
2597-9833.

Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suhana, Cucu. 2014. KonsepStrategiPembelajaran. Bandung: Refika Aditama.

Kurniawan, Deni. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Yogyakarta: Gava Media.


SistemPencernaanManusia: SebuahPerjalananPanjang https://akupintar.id› info-pintar › blogs
› sistem-pence.

 http://repository.upi.edu› s_pwk_0905275_chapt...
Model PTK (PenelitianTindakanKelas)MenurutKemmisdanMc Taggart (Arikunto, 2008:16).
https://diknas.okukab.go.id/berita/detail/pembelajaran-di-masa-pandemi-covid19.
https://smanegeri1gringsing.sch.id/read/31/strategi-belajar-daring-yang-efektif-di-masa-
pandemi.

65

Anda mungkin juga menyukai