Skripsi Della Fix
Skripsi Della Fix
Motto :
“Aku Ingin Hidup ku lebih dari Orang Tuaku”
“Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan.
Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhan-lah yang terlaksana.”
“Amsal 19:20:21”
Persembahan :
1
ABSTRAK
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA NEGERI 2 TONDANO proses
pembelajaran biologi dalam kelas masih memiliki beberapa permasalahan yang menyebabkan
pembelajaran kurang optimal, disebabkan pemilihan model pembelajaran yang kurang
bervariatif, dimana guru lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga keterlibatan peserta
didik sangat kecil. Peserta didik hanya sekedar mendengarkan apa yang di sampaikan oleh
guru tanpa merasa tertantang untuk mencari informasi.
Dari penjelasan di atas dapat diuraikan, ditemukan masalah kurangnya tingkat
pemahaman konsep peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu
peserta didik yaitu dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model
Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang membawa peserta
didik pada masalah autentik (nyata), sehingga peserta didik dapat menyusun dan
mengembangkan pengetahuannya sendiri. Pembelajaran berbasismasalah merupakan model
pembelajaran aktif yang efektif untuk meningkatkan prestasi dan mencegah terbentuknya
suatu alternatif konsepsi, keterbatasan konseptual dan kurangnya pengetahuan peserta didik
(Damapolii, 2018). Identifikasi Masalah: Belum maksimalnya penerapan pembelajaran
biologi menggunakan strategi problem based learning (PBL), Rendahnya hasil belajar siswa
yang strategi pembelajarannya diberikan guru kurang tepat, Kurangnya aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran. Batasan Masalah: Batasan masalah pada penelitian ini:
meningkatkan hasil belajar pada materi sistem pencernaan menggunakan strategi
pembelajaran problem based learning di kelas XI SMA NEGERI 2 TONDANO. Berdasarkan
hasil tindakan pembelajaran pada siklus I, peneliti memperoleh hasil belajar siswa hanya
mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 59%. Hal yang menyebabkan ketidakberhasilan ini
adalah kurangnya kemampuan siswa dalam menangkap penjelasan yang disampaikan oleh
guru, karena daya tangkap siswa yang masih lemah, sehingga guru sedikit mengalami
kesulitan dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa. Ketidakberhasilan ini pula,
karena dalam menyampaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
Problem Based Learning, guru belum terlalu menguasainya, sehingga pembelajaran yang
disampaikan terlalu bersifat monoton dan membosankan bagi siswa, menyebabkan hasil
ketuntasan belajar siswa rendah. Dari tindakan pembelajaran pada siklus I, hasil ketuntasan
belajar siswa hanya mencapai nilai ketuntasan 59%. Sedangkan pada siklus II, melalui proses
tindakan pembelajaran, ditemukan bahwa hasil ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi
86%. Hal ini mau menunjukan bahwa ada peningkatan yang sangat signifikan, karena
dipengaruhi oleh keseriusan dari siswa sendiri dalam mengikuti proses pembelajaran dan
adanya penguasaan metode pembelajaran dari guru dalam menyampaikan pembelajaran
kepada siswa, sehingga siswa mampu menelah penjelasan yang disampaikan oleh guru
dengan baik dan menerapakannya sesuai dengan penjelasan yang disampaikan. Dengan
demikian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan Penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar Biologi dengan materi pokok
pembelajaran “Sistem Gerak pada Manusia” di kelas XI IPA SMA N 2 Tondano.
Kesimpulan: (1) Melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, dalam
proses pembelajaran Biologi dengan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia” dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI IPA SMA N 2 Tondano, (2) Melalui penerapan
2
model pembelajaran Problem Based Learning, membantu siswa agar mengembangkan
dengan cepat daya nalar dan daya tangkap siswa. (3) Melalui penerapan model pembelajaran
Problem Based Learning, membantu guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang
pengajar dan pendidik. Karena dengan pendampingan secara khusus kepada masing-masing
siswa, maka para siswa semakin merasa terbantu secara emosional, sehingga para siswa
dengan cepat dan mudah menangkap penjelasan yang disampaikan oleh guru. Saran: Bagi
Guru: Agar dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning untuk
meningkatkan hasil belajar Biologi, dengan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia” di
kelas XI IPA SMA N 2 Tondano. Bagi Siswa: Agar semakin rajin dan giat dalam belajar
“Sistem Gerak pada Manusia” demi mengembangkan pengetahuannya kearah kematangan
intelektual yang lebih baik dan dewasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.
Kata Kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning, Hasil Belajar Biologi.
3
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena berkat hikmat dan
kasihNya sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang bejudul:
“Meningkatkan Hasil Belajar Konsep Gerak Menggunakan Strategi Pembelajaran
Problem Based Learning di Kls XI SMA Negeri 2 Tondano” . Skripsi dapat terselesaikan
dengan baik atas dukungan, bantuan dan bimbingan dari banyak pihak yang tidak putus-
putusnya memberi bantuan kepada penulis untuk mengatasi segala hambatan dan kesulitan
yang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini. Untuk itu melalui kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu secara
langsung maupun tidak langsung. Terimakasih kepada:
Deakan II,dan Wakil Dekan III, Fakultas Matematika,Ilmu Pengetahuan Alam dan
Anatje.,MP.Selaku dosen Pembimbing akademik II, terima kasih atas waktu dan
6. Seluruh dosen dan staf Tata usaha Jurusan Biologi Fakultas Matematika,Ilmu
Masialu selaku guru Biologi di SMA N 2 Tondano,dan seluruh staf, Tata Usaha
serta seluruh peserta didik Kls XI IPA Biologi SMA N 2 Tondano,yang sudah
4
memberikan izin serta banyak membantu dalam proses penelitian sehingga dapat
8. Keluarga Sarkol,Rahangiar
9. Untuk orang tua tercinta Bapa (Irenius Sarkol) dan Mama (Margareta
membiayai studi penulis juga begitu sabar, pengertian, dan selalu mendoakan
10. Kaka Enerika Sarkol (alm),kaka Yosep sarkol (alm),kaka Beni Sarkol (alm),kaka
11. Keponakan tercinta Katalia sarkol dan Elisa Sarkol yang selalu memberikan
12. Untuk Bapa (Tarsisius Sarkol dan keluarga), yang telah membantu dan
13. Mama Benigna Fautngil (alm),Zaxveriana kelanit (alm) Opa Liberaltus Sarkol
membantu penulis.
16. Bapa Marsianus Sarkol dan mama Brigita Sarkol beserta keluarga yang selalu
memotivasi penulis
17. Tanta (Erika Sarkol),kaka andrian Basma, kaka Paulina fatubun,kaka Ardiles
5
18. Saudara-saudara di rantau,Cisilia Sangur,Maria Paula Sangur,Mario Sarkol,Nunu
20. Semua pihak yang sudah membantu penlis dalam penyusunan skripsi ini yang
tidak disebtkan satu persatu, terimakasih banyak untuk semuanya. Semoga Tuhan
Yesus senantiasa mencurahkan berkat, rahmat dan kasih kepada semua pihak yang
Penulis
Nim.18507133
6
DAFTAR ISI
MOTTO................................................................................................................................ii
ABSTRAK............................................................................................................................iii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................................x
BAB I PEMBAHASAN.......................................................................................................
A.Latar Belakang.......................................................................................................1
B.Identifikasi Masalah...............................................................................................3
C.Batasan Masalah.....................................................................................................3
D.Rumusan Masalah..................................................................................................4
E.Tujuan Penilitian....................................................................................................4
F.Manfaat Penilitian...................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA...............................................................................................
A.Deskripsi Teori.............................................................................................................5
1. Projek Bsed Learning.............................................................................................5
2. Hasil Belajar...........................................................................................................9
3. Rangkuman Materi.................................................................................................11
4. Kerangka Berpikir..................................................................................................30
BAB III METODE PENILITIAN......................................................................................
A.Rancangan Penilitian..............................................................................................31
B.Tempat dan Waktu Pelaksanaan............................................................................36
C.Subjek Penilitian....................................................................................................36
D.Faktor yang di Teliti..............................................................................................36
E.Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................36
F.Teknik Analisis Data................................................................................................37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................
7
A.Hasil Penilitian..........................................................................................................38
B.Pembahasan...............................................................................................................48
BAB V PENUTUP................................................................................................................
A.Kesimpulan...............................................................................................................52
B.Saran..........................................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................53
Lampiran lampiran.............................................................................................................
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Pembentukan tulang.............................................................................................13
Gambar 2.Struktur tulang pipi...............................................................................................14
Gambar 3.Tulang tidak beraturan..........................................................................................15
Gambar 4.Tulang sesamoid...................................................................................................15
Gambar 5.Tulang kompak dan Tulang spon..........................................................................16
Gambar 6.Fungsi tulang pada manusia..................................................................................16
Gambar 7.Struktur mikroskopik tulang kompak...................................................................18
Gambar 8.Sendi putar............................................................................................................23
Gambar 9.Sendi pelana..........................................................................................................24
Gambar 10 Sendi geser....................................................................................................................24
Gambar 11 Sendi peluru...................................................................................................................24
Gambar 12.Struktur otot...................................................................................................................25
Gambar 13.Aktin dan miosin dalam sel............................................................................................26
Gambar 14.Filamen Aktin dan miosin yang saling meluncur...........................................................26
Gambar 15.Tiga bentuk pata tulang kiri............................................................................................28
9
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Hasil siklus 1.............................................................................................................43
Tabel 2.Hasil siklus 2.............................................................................................................47
10
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Profil Sekolah.....................................................................................................
Lampiran 2.Silabus................................................................................................................
Lampiran 3. Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran .............................................................
Lampiran 4.Lembar Kerja Siswa...........................................................................................
Lampiran 5.Dokumentasi penilitian.......................................................................................
11
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran yang baik merupakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik isi
dari bidang yang dikaji. Biologi sebagai ilmu pengetahuan, tersusun atas kumpulan
pengetahuan yang bersifat ilmiah, sehingga belajar biologi sama halnya memahami fakta-
fakta, konsep-konsep atau prinsip dan juga suatu proses penemuan untuk dapat memahami itu
semua, tidak harus atau hanya menggunakan satu cara misalnya hanya dengan langsung kerja
ilmiah, akan tetapi perlu memahami informasi ilmiah yang sudah ada. Dengan demikian
pembelajaran biologi merupakan transfer kumpulan pengetahuan dari sumber belajar yang
ada di lingkungan alam sekitar yang di fasilitasi oleh guru (Santosa, 2018).
Salah satu pokok bahasan dalam pembelajaran biologi adalah sistem gerak ini di berikan
struktur jaringan penyusun organ pada sistem gerak dan mengaitkannya dengan bioproses
sehingga dapat menjelaskan mekanisme gerak serta ganguan fungsi yang mungkin terjadi
Guru berperan sebagai penggerak atau pembimbing sedangkan peserta didik harus
menganalisis dan mengelola informasi. Hasil penelitian yang dilakukan Shoimin (2014)
menyimpulkan bahwa penerapan model PBL dapat meningkatkan motivasi belajar peserta
Setelah munculnya wabah Covid-19 di belahan bumi, sistem pendidikan pun mulai
mencari suatu inovasi untuk proses kegiatan belajar mengajar. Terlebih adanya Surat Edaran
no. 4 tahun 2020 dari Menteri Pendidikan dan kebudayaan yang menganjurkan seluruh
12
kegiatan di institusi pendidikan harus jaga jarak dan seluruh penyampaian materi akan
hingga saat ini, terhitung 193 negara telah berjuang untuk melawan serangan Covid yang
tidak pandang bulu. Penyakit virus corona (Covid-19) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh jenis corona virus yang baru ditemukan. Walaupun lebih banyak menyerang
ke lansia, virus ini sebenarnya bisa juga menyerang siapa saja, mulai dari bayi, anak-anak,
hingga orang dewasa. Virus corona ini bisa menyebabkan ganguan ringan pada sistem
pilihan tunggal dalam kondisi pencegahan penyebaran covid 19 memberi warna khusus pada
masa perjuangan melawan virus ini. Bahkan bentuk pembelajaran ini juga dapat dimaknai
langsung antar unsur (pendidik dan tenaga kependidikan dan peserta didik) beralih menjadi
terkadang terjadi pada situasi tertentu namun tidak dalam rangka pembatasan sosial seperti
yang masyarakat jalani sebagai upaya pencegahan penyebaran virus. Sistem pembelajaran
daring (dalam jaringan) merupakan sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung
antara guru dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet.
Guru harus memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada di
rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran sebagai inovasi dengan
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA NEGERI 2 TONDANO proses
pembelajaran biologi dalam kelas masih memiliki beberapa permasalahan yang menyebabkan
bervariatif, dimana guru lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga keterlibatan peserta
13
didik sangat kecil. Peserta didik hanya sekedar mendengarkan apa yang di sampaikan oleh
Dari penjelasan di ats dapat diuraian , ditemukan masalah kurangnya tingkat pemahaman
konsep peserta didik. Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu peserta didik
yaitu dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Model Problem Based
Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang membawa peserta didik pada masalah
yang efektif untuk meningkatkan prestasi dan mencegah terbentuknya suatu alternatif
B. Identifikasi Masalah
2. Rendahnya hasil belajar siswa yang strategi pembelajarannya di berikan guru kurang
tepat
C. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini: meningkatkan hasil belajar konsep gerak
NEGERI 2 TONDANO
14
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka rumusan masalah dalam
“Apakah terdapat peningkatkan hasil belajar pada materi system gerak menggunakan
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini: Untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi system
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Hasil peneliti ini di harapkan menjadi reverensi bagi penulis sebagai mahasiswa
program studi Pendidikan Biologi yang akan terjun dalam dunia Pendidikan.
3. Bagi Sekolah
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
kontekstual yang ditemukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan
harus dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep dan prinsip yang dipelajari dan
tercakup dalam kurikulum mata pelajaran. Penelitian lain menyebutkan bahwa pembelajaran
dengan model Problem Based Learning (PBL) adalah pendekatan pengajaran yang
memberikan tantangan bagi siswa untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata secara
menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar
tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Problem Based Learning (PBL)
merupakan pembelajaran berdasarkan teori kognitif yang didalamnya termasuk teori belajar
masalah dapat dikembangkan jika peserta didik melakukan sendiri, dan memindahkan
yang diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Masalah
tersebut dipertemukan pertama tama dalam proses pembelajaran. Problem Based Learning
16
(PBL) merupakan salah satu bentuk peralihan dari paradigma pengajaran menuju paradigma
pembelajaran.Jadi, fokusnya adalah pada pembelajaran peserta didik dan bukan pada
pengajaran guru. Ada tiga elemen yang seharusnya muncul dalam pelaksanaan Problem
Based Learning (PBL) menginiasi pemicu/ masalah awal (initiating trigger), meneliti isu- isu
yang diidentifikasi sebelumnya, dan memanfaatkan pengetahuan dalam memahami lebih jauh
situasi masalah. Problem Based Learning (PBL) tidak hanya bisa diterapkan oleh guru dalam
ruang kelas, akan tetapi juga oleh pihak sekolah untuk pengembangan kurikulum, Problem
masalahmasalah yang dirancang dengan cermat yang menuntut upaya kritis peserta
Karakteristik pada pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu fokus pelajaran
terletak pada pemecahan masalah, kemampuan siswa dalam menganalisis masalah sehingga
siswa mampu memecahkan masalah yang di sediakan oleh guru yang berperan sabagai
fasilitator dan pengawasan dalam kegiatan pembelajaran. Guru memiliki peran dalam
membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimiliki. Agar guru
berperan sebagai pembimbing yang baik maka beberapa hal yang harus dimiliki adalah
memiliki pemahaman tentang gaya dan kebiasaan belajar tentang potensi dan bakat yang
dimiliki anak. Guru harus memahami dan terampil dalam merencanakannya, baik
merencanakan tujuan dan kompetensi yang akan dicapai maupun merencanakan proses
pembelajaran. Guru dalam pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terlibat dalam
presentasi dan penjelasan yang lebih menekankan sebagai pembimbing dan fasilitator
17
Menurut Amir (2016), Problem Based Learning (PBL) memiliki ciri-ciri seperti
pembelajaran dimulai dengan pemberian masalah, biasanya maslah memiliki konteks dengan
dunia nyata, pemelajar secara berkelompok aktif merumuskan masalah dan mengidentifikasi
kesengjangan pengetahuan mereka, mempelajari dan mencari sendiri materi yang terkait
dengan masalah dan melaporkan solusi dari masalah. Sementara pendidik lebih banyak
Proses Problem Based Learning (PBL) akan dapat dijalankan jika pengajar siap dengan
segala perangkat yang telah diperlukan. Pembelajar pun harus sudah memahami prosesnya,
berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat
dikatakan tahap yang membuat setiap peserta berangkat dari cara memandang yang
fenomena harus jelas sehingga sub-sub maslah harus diperjelas terlebih dahulu
dimiliki anggota tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual
(yang tercantum pada masalah) dan juga informasi yang ada dalam pikiran anggota
4. Menata gagasan anda dan secara sistematis menganalisisnya. Bagian yang sudah
dianalisis dilihat keterkaitannya satu sma lain, dikelompokkan, mana yang saling
menunjang dan mana yang bertentangan dan sebagainya. Analisis adalah upaya
18
5. Memformulasikan tujuan pembelajaran. Kelompok dapat merumuskan tujuan
pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan
mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis
masalah yang dibuat. Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat
laporan.
6. Mencari informasi tambahan dari sumber lain di luar diskusi kelompok. Saat ini
kelompok sudah tahu informasi apa yang telah dimiliki, dan sudah punya tujuan
sumber informasi. Setiap anggota harus mampu belajar sendiri dengan efektif untuk
tahapan ini, agar mendapatkan informasi yang relevan, seperti misalnya menentukan
kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, publikasi dari sumber
pembelajaran
untuk dosen atau kelas. Dari laporan-laporan individu atau sub kelompok, yang
informasi-informasi baru
Kelebihan dan kelemahan Problem Based Learning (PBL)menurut Lisa (2019) antara
lain:
Kelebihan
1. Peserta didik lebih memahami konsep yang diajarkan lantaran ia yang menemukan
konsep tersebut.
2. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam memecahkan masalah dan menuntut
19
3. Pengetahuan tertanam berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh peserta didik,
yang diselesaikan langsung dikaitkan dengan kehidupan nyata. Hal ini bisa
dipelajarinya.
5. Menjadikan peserta didik lebih mandiri dan dewasa, mampu memberi aspirasi dan
menerima pendapat orang lain, serta menanamkan sikap sosial dengan peserta didik
Kelemahan
1. Bagi peserta didik yang malas, tujuan dari metode tersebut tidak tercapai
3. Tidak semua mata pelajaran bisa diterapkan dengan model Problem Based Learning
(PBL).
2. Hasil Belajar
perubahan pada individu yang belajar.Perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah
penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai sega aspek organisme atau
pribafi seseorang. Karena itu seorang yang belajar itu tidak sama lagi dibandingkan dengan
20
saat sebelumnya, karena ia lebihsanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau
menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia tidak hanya menambah pengetahuannya, akan tetapi
Nana sudjana (2006:23) menjelaskan berdasarkan teori taksonomi Bloom hasil belajar
Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar menurut Djamarah dalam Miranda
(2018) yaitu:
1) Faktor internal Faktor internal berasal dari dalam diri peserta didik itu sendiri meliputi
dan kesiapa.
2) Faktor eksternal Faktor eksternal peserta didik juga terdiri dari dua macam yakni
a) Faktor lingkungan sosial, yang meliputi para guru yang selalu menunjukkan sikap
dan perilaku yang simpatik dan memperhatikan suri tauladan yang baik khususnya
b) Faktor lingkungan non sosial, yang meliputi tempat tinggal keluarga peserta didik
dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan
peserta didik.
21
3. Rangkuman Materi Sistem Gerak
Manusia memiliki rangka dalam yang disusun oleh tulang keras (disebut juga tulang
rangka atau tulang) dan tulang rawan. Rangka manusia dibentuk dari tulang tunggal atau
gabungan tulang (seperti tengkorak) yang ditunjang oleh struktur lain, seperti ligamen
(jaringan ikat yang menghubungkan antara tulang yang satu dengan tulang lainnya), tendon
1. Penopang/Penegak Tubuh
Sistem rangka menyediakan struktur yang mampu menopang seluruh tubuh. Tulang-
tulang penyusun rangka secara sendiri atau dalam kelompok menyediakan tempat sangkutan
Di dalam tulang terdapat berbagai mineral seperti kalsium, kalium, dan natrium.
Kalsium (zat kapur) merupakan mineral utama pembentuk tulang. Apabila tubuh kekurangan
kalsium, tubuh akan mengambilnya dari tulang dan jika terjadi terus menerus, tulang dapat
menjadi tipis, rapuh, dan mudah patah. Selain sebagai cadangan mineral, tulang rangka
menyimpan cadangan energi dalam bentuk lemak yang disimpan pada sumsum tulang
kuning.
Sel darah merah, sel darah putih, dan komponen darah lainnya dihasilkan pada sumsum
tulang merah yang mengisi ruangan dalam kebanyakan tulang, terutama pada tulang pendek,
tulang pipih, tulang tak beraturan, jaringan kanselus (tulang berbentuk spons) pada ujung
22
4. Pelindung Alat-Alat Tubuh Penting
Jaringan dan organ lunak dikelilingi dan dilindungi rangka. Sebagai contoh, tulang
rusuk melindungi jantung dan paru-paru; tengkorak melindungi otak; ruas- ruas tulang
belakang melindungi sumsum tulang belakang; gelang panggul melindungi sistem reproduksi
5. Alat Pergerakan
Tulang-tulang bertindak sebagai pengungkit apabila otot-otot yang melekat pada tulang
itu berkontraksi menghasilkan gerakan yang bertumpu pada sendi. b. Perkembangan dan
Pertumbuhan Tulang
Tulang pada bayi sebagian besar disusun oleh tulang rawan. Tulang rawan, sebagian
besar terdiri atas kolagen, bersifat pejal dan lentur. Dengan tumbuhnya bayi, sel-sel tulang
rawan digantikan dengan tulang keras yang memiliki struktur lingkaran konsentris dari
kalsium dan fosfat di antara sel-sel tulang. Proses perubahan dari tulang rawan ke sel tulang
keras dinamakan penulangan (osifikasi). Proses penulangan berlanjut hingga remaja dan
dewasa. Epifisis adalah area bagi pertumbuhan secara memanjang bagi tulang-tulang panjang
sewaktu kanak-kanak. Pada masa pertumbuhan ini sel-sel pada epifisis membelah dan
memanjangkan tulang. Ketika kita tumbuh, tulang bertambah keras dan bertambah berat,
tetapi kelenturannya berkurang. Hal itu berarti tulang bertambah kuat tetapi mudah patah.
23
Gambar,di atas menunjukkan pembentukan tulang dari tulang rawan. Sewaktu embrio,
semua tulang pipa pada mulanya berupa batang tulang rawan yang diselubungi oleh suatu
tengah jaringan yang kemudian menjadi tulang pipa. Kalsium ditimbun dalam matriks dan
baik secara melingkar maupun memanjang. Selanjutnya tulang yang sedang tumbuh terdiri
c. Struktur Tulang
Tulang (osteon), terdiri atas sel-sel tulang yang banyak mengandung senyawa kapur dan
fosfat. Senyawa kapur dan fosfat yang terkandung alam tulang mengakibatkan tulang menjadi
keras.
Kelompok tulang ini secara umum lebih panjang, lebar, berbentuk silinder dan
berfungsi sebagai pengungkit. Tulang panjang terletak pada lengan atas, lengan bawah, paha,
betis, telapak kaki, jari, dan ibu jari. Tulang paha merupakan tulang panjang terbesar dan
2. Tulang pendek
pergelangan tangan dan tulang-tulang pada pergelangan kaki, berperan memindahkan daya.
Tulang bentuk ini sebagian besar disusun oleh jaringan tulang jarang (berbentuk spons).
3. Tulang pipih
Tulang pipih bentuknya tipis dan lengkung terdiri atas dua lapisan tulang kompak
(tulang keras), di tengahnya terdapat lapisan tulang seperti spons (Gambar 38). Tulang pipih
antara lain membentuk atap pada tulang kepala, juga ditemukan pada tulang dada, tulang
24
rusuk, dan tulang belikat. Tulang ini menyediakan perlindungan bagi penempatan jaringan
(Sumber: http://www.ikonet.com/en/visualdictionary/human-
being/anatomy/skeleton/types-of-bones.php)
Tulang jenis ini adalah tulang yang tidak dapat digolongkan dalam salah satu dari
ketiga bentuk tadi. Bentuk dari kelompok tulang ini tidak beraturan (Gambar 33). Tulang
tersebut berfungsi sebagai tempat pelekatan otot atau persendian. Tulang tidak beraturan
ditemukan pada ruas-ruas tulang belakang, tulang pada panggul, dan beberapa tulang
tengkorak.
5. Tulang sesamoid
Umumnya berukuran kecil, pipih, dan bentuknya mirip biji wijen (lihat Gambar 34).
Tulang ini berkembang di dalam tendon dan otot-otot, umumnya berada dekat sendi misal
25
Gambar 4,Tulang sesamoid
(Sumber:http://m.dev.tempo.co/read/news/2010/12/23/060301024/Mengatasi-
6. Tulang sutura
Tulang sutura berukuran kecil, pipih, dan bentuknya tidak beraturan. Tulang sutura
terletak di antara tulang pipih pada tengkorak, dengan jumlah, bentuk, dan posisi bervariasi
Tulang terdiri atas hampir 50% air. Bagian padat tulang, terdiri atas berbagai bahan
mineral (sekitar 33,5%) terutama garam kalsium dan bahan seluler (sekitar 16,5%).
Struktur tulang yang dapat dilihat dengan mata telanjang adalah struktur kasar.
a) Struktur Kasar
Setiap tulang rangka berisi dua bentuk jaringan tulang yaitu (1) tulang kompak (padat)
dan (2) tulang berbentuk spon. Tulang kompak selalu berada pada permukaan tulang
membentuk lapisan pelindung yang kuat. Tulang spon terletak di bagian dalam tulang.
(Sumber : http://budisma.net/2015/01/struktur-dan-fungsi-jaringan-tulang.html,
26
Gambar 42 di bawah ini memperlihatkan anatomi tulang paha, tulang yang mewakili
tulang panjang. Tulang panjang memiliki batang yang berbentuk tubular (pipa) disebut
diafisis. Pada setiap ujung tulang terdapat suatu area perpanjangan dikenal sebagai epifisis.
Diafisis dihubungkan dengan setiap epifisis melalui suatu area dikenal sebagai metafisis.
Sumber:http://fungsi.web.id/2015/05/fungsi-tulang-pada-manusia-secara umum.html,
Dinding diafisis terdiri atas lapisan tulang kompak yang mengelilingi ruang pusat
disebut rongga sumsum. Epifisis sebagian besar berupa tulang berbentuk spon dengan
pembungkus yang tipis disebut korteks (tulang kompak). Sel-sel pada tulang spon
mendukung beban yang berat. Tulang spon bertindak sebagai bantalan yang mampu
Rongga sumsum pada diafisis dan ruang di antara epifisis dan lempengan epifisis
mengandung sumsum tulang, dan berkurang kandungan jaringan ikatnya. Dikenal ada dua
macam sumsum tulang yaitu sumsum tulang kuning dan sumsum tulang merah. Sumsum
tulang kuning didominasi oleh sel-sel lemak. Sumsum tulang merah sebagian besar terdiri
dari sel darah merah, sel darah putih, dan sel-sel induk yang menghasilkan kedua jenis sel
darah tersebut. Sumsum tulang kuning merupakan cadangan energi yang penting, juga dapat
membuat sel-sel darah dalam keadaan darurat, misalnya setelah orang mengalami perdarahan.
b) Struktur Halus
27
Periosteum adalah membran yang melapisi dan melekat erat pada bagian luar tulang,
kecuali di antara persendian karena di bagian ini dilapisi oleh tulang rawan. Di dalam
periosteum banyak terdapat pembuluh darah. Pembuluh darah yang berasal dari periosteum
menyembuhkan patah tulang (fraktur). Pada irisan melintang tulang kompak, dapat dilihat
adanya suatu bentuk yang terdiri atas lingkaran-lingkaran atau lempengan konsentris (lihat
Gambar di bawah . Di dalam pusat setiap lingkaran terdapat suatu saluran yang disebut
saluran Havers. Lempengan tulang atau lamela disusun konsentris sekitar saluran havers. Di
antara lempeng itu terdapat ruang-ruang kecil disebut lakuna. Lakuna mengandung sel-sel
tulang yang saling bersambungan satu dengan yang lain, juga disambungkan dengan saluran
Havers di bagian tengah oleh saluran kecil yang disebut kanalikuli. Satu sistem Havers yang
1. Saluran Havers, berada di pusat berisi urat saraf, pembuluh darah, dan pembuluh
limfe.
Havers.
28
2) Matriks dan Sel Tulang
Tulang terdiri atas sel-sel dan matriks. Matriks adalah kompenen non hidup pada
jaringan ikat, yang dibangun atas suatu anyaman serat yang terbenam dalam suatu bahan
dasar homogen. Bahan dasar homogen ini biasanya berbentuk cairan, ada pula yang
Dengan aksi dari sel-sel tersebut, tulang dalam keadaan hidup dibentuk dan
Tulang rawan terbuat dari bahan yang padat, bening, dan putih kebiru-biruan, bersifat
sangat kuat. Tulang tersebut ditemukan terutama pada sendi dan di antara dua tulang. Tulang
rawan tidak mengandung pembuluh darah, tetapi diselubungi membran, yaitu perikondrion,
Terdiri atas serabut kolagen (serat berbahan protein sejenis gelatin) yang terbenam
dalam bahan dasar yang bening dan ulet. Dijumpai menutupi ujung tulang pipa sebagai tulang
rawan sendi. Juga pada tulang rawan rusuk, pada hidung, laring, trakea, dan pada bronkus.
29
b) Tulang rawan fibrosa
Tulang rawan fibrosa disusun oleh berkas-berkas serabut dengan sel tulang rawan
tersusun di antara berkas serabut itu, dijumpai pada tempat yang memerlukan kekuatan besar.
Tulang rawan fibrosa ada di bagian dalam rongga tulang panggul, dan tulang belikat. Juga
sebagai tulang rawan penghubung seperti pada cakram intervertebralis pada tulang belakang,
Sering disebut tulang rawan elastik kuning, karena mengandung sejumlah besar serabut
elastik berwarna kuning. Terdapat pada daun telinga, epiglotis, dan tabung Eustachius.
Jika ditekan atau dibengkokkan terasa lentur dan cepat kembali ke bentuknya semula.
d. Struktur Rangka
a) Tengkorak
Terdiri atas 8 buah tulang kranium atau tempurung kepala dan 14 buah tulang wajah).
Tulang-tulang pada tengkorak melindungi otak dan menjaga saluran masuk sistem
pencernaan (rongga mulut) serta lobang masuk sistem respirasi (rongga hidung). Tengkorak
terdiri atas 22 buah tulang, yaitu 8 buah tulang yang membentuk tempurung kepala (kranium)
Tujuh buah tulang tambahan bergabung dengan tengkorak yaitu 6 buah tulang- tulang
sebelah dalam tulang pelipis, dan tulang hioid dihubungkan dengan bagian bawah tulang
Tempurung kepala terdiri atas 8 buah tulang, yaitu 1 buah tulang kepala belakang, 2
buah tulang ubun-ubun, 1 buah tulang dahi, 2 buah tulang pelipis, 1 buah tulang baji, dan 1
buah tulang tapis yang tersambung oleh sutura. Tempurung kepala memiliki fungsi yang
30
sangat penting. Fungsi tulang tengkorak adalah melindungi otak. Tulang-tulang yang
berhubungan dengan tengkorak (terdiri atas 6 buah tulang pendengaran dan 1 buah tulang
hioid).
Terdiri atas 1 buah tulang dada dan 24 buah tulang rusuk) Tulang-tulang pada daerah
dada membentuk sejenis sangkar yang melindungi jantung dan paru-paru. Tulang dada
merupakan tulang pipih berada di bagian tengah dan depan rongga dada. Tulang dada
merupakan tempat melekatnya tulang rusuk dan otot-otot yang membantu kita bernapas.
Tujuh pasang tulang rusuk paling atas pada ujungnya terdapat tulang rawan dan
langsung bersambungan dengan tulang dada (tulang rusuk sejati). Tiga pasang tulang rusuk di
bawahnya tidak langsung berhubungan dengan tulang dada (tulang rusuk palsu). Ketiga
pasang tulang ini berhubungan dengan tulang rawan yang menyambung pada tulang dada.
Dua pasang tulang rusuk paling bawah sama sekali tidak melekat pada tulang dada. Kedua
Terdiri atas 7 ruas tulang leher, 12 ruas tulang belakang bagian dada, 5 ruas tulang
bagian pinggang 1 buah tulang kelangkang yang disusun oleh 5 ruas yang rudimenter menjadi
satu, dan 1 buah tulang tungging yang disusun oleh 4 ruas yang rudimenter menjadi satu).
Ruas-ruas tulang belakang disusun oleh 33 buah tulang kecil yang dikenal sebagai vertebra.
Ruas-ruas tulang belakang melindungi sumsum tulang belakang. Setiap tonjolan tulang
belakang merupakan satu ruas tulang yang terpisah. Di antara tulang-tulang itu terdapat
lempengan tulang rawan disebut cakram yang bertindak sebagai bantalan untuk meredam
kejutan.
31
1. Ruas-ruas tulang leher (7 buah) terdapat pada daerah leher yang mendukung kepala.
Adanya ruas-ruas tulang ini membuat leher dapat lentur dan memungkinkan kepala
2. Di bawah leher terdapat 12 ruas tulang belakang bagian dada. Tulang ini ikut
utama berat badan. Tulang pinggang merupakan ruas tulang belakang terbesar dan
terkuat.
4. Selanjutnya 5 ruas tulang kelangkang yang menyatu di daerah kelangkang. Tulang ini
pun menyatu dengan tulang panggul di kedua sisinya. Gabungan tulang kelangkang
dengan tulang usus disebut tulang panggul. Di bawah tulang kelangkang terdapat
tulang tungging (tulang ekor) yang terdiri atas 3 – 5 ruas tulang yang menyatu.
a) Gelang Bahu
Tulang belikat bersama tulang selangka membentuk gelang bahu. Gelang bahu
b) Lengan
Salah satu ujung tulang lengan atas melekat pada gelang bahu. Ujung bawah bertemu
c) Tangan
Terdapat delapan buah tulang pada pergelangan tangan, tersusun atas dua baris, empat
tulang dalam setiap baris. Adanya tulang ini membuat pergelang tangan leluasa bergerak.
telapak tangan. Setiap jari memiliki tiga buah tulang, kecuali pada ibu jari yang hanya dua
tulang. Ujung ibu jari dapat menyentuh semua ujung jari lainnya.
32
d) Gelang Panggul
Tulang panggul membentuk gelang yang kuat dapat menyeimbangkan berat tubuh pada
kaki. Gelang panggul juga melindung kebanyakan organ yang ada pada rongga perut,
khususnya organ reproduksi. Walaupun gelang panggul terdiri atas banyak tulang, tulang-
tulang itu bersambungan sangat erat dan menyatu, sehingga tampaknya hanya sebuah tulang.
e) Tungkai
Tulang paha merupakan tulang terbesar, terkuat, dan terberat di dalam tubuh. Hal itu
disebabkan tulang paha harus mendukung berat tubuh bagian atas sewaktuberjalan, berlari,
atau sewaktu kita melompat. Masing-masing tulang paha memanjang dari panggul sampai
lutut. Di bawah lutut, terdapat dua buah tulang yang lebih kecil yang membagi beban berat
tubuh. Tulang yang lebih besar (tulang kering) menyangga beban lebih banyak yang berasal
dari tulang paha dan diteruskan pada kaki. Tulang yang lebih kecil (tulang betis) membantu
tumit bergerak dengan leluasa. Tempurung lutut selalu berada di tempatnya, diikat oleh
tendon dari otot sekitarnya. Tulang ini melindungi sendi lutut dan memungkinkan lutut
f) Kaki
Struktur kaki mirip struktur tangan, tetapi kaki lebih kuat dan lebih kaku. Sebagaimana
halnya tangan, lima buah tulang membentuk telapak kaki. Tulang- tulang ini berhubungan
dengan tulang-tulang jari kaki. Ibu jari kaki, mirip dengan ibu jari tangan, hanya terdiri atas
dua buah tulang. Jari kaki lainnya terdiri atas tiga buah tulang. Tulang terbesar pada kaki dan
tulang yang terkecil pada jari kaki berperan menyerap kejutan sewaktu berjalan.
g. Sendi
Tempat bertemunya dua buah tulang dinamakan sendi. Sendi diikat oleh ligamen dan
33
1) sendi dengan gerakan bebas,
3) sendi yang tidak dapat bergerak. Sendi dengan gerakan bebas ada 4 jenis, yaitu:
Sendi pelana memungkinkan tulang yang satu meluncur pada tulang yang lain (Gambar
46). Tulang-tulang pada pergelangan tangan membentuk sendi pelana, dengan fleksibilitas
yang tinggi. Sendi semacam ini terdapat juga pada tulangtulang pergelangan kaki.
Sendi geser terdapat pada hubungan antar tulang yang memungkinkan pergerakan
menggeser suatu tulang dengan tulang lain (Gambar 47). Contohnya seperti pada tulang
belakang.
34
Gamba
Sendi peluru terbentuk dengan ujung tulang yang berbentuk bola masuk pada bagian
tulang lainnya yang berbentuk mangkuk (Gambar 48). Sendi yang terdapat pada bahu dan
panggul merupakan contoh sendi ini. Sendi peluru memungkinkan gerakan ke semua arah.
4/9/2015)
Dikatakan otot lurik karena adanya daerah gelap dan daerah yang terang berselangan kalau
dilihat dengan mikroskop. Otot lurik diisebut juga otot sadar karena bekerja menurut
perintah otak.
35
2). Otot Polos
Di bawah mikroskop otot polos tampak polos. Bekerjanya dibawah kesadaran kita,
Bekerjanya dibawah kesadaran kita, bentuknya bergaris melintang. Otot jantung hanya
Setiap otot terdiri dari beberapa ratus hingga beberapa ribu sel otot. Di dalam setiap sel
otot terdapat banyak struktur yang mirip benang yang disebut myofibril
(Sumber : http://contohlaporan.blogspot.com/2009/11/mekanisme-kerja-otot.html,
Pada setiap miofibril terdapat banyak filamen tebal dan filamen tipis yang susunannya
sejajar. Setiap filamen tipis terdiri atas dua untaian manik-manik yang saling berpilin. Butir-
butir manik-manik tersebut adalah molekul globular dari aktin. Setiap filamen tebal terdiri
atas sekumpulan molekul miosin. Aktin dan miosin merupakan protein yang menggerakkan
otot.
Otot dalam tubuh akan berkontraksi jika mendapatkan rangsangan. Proses kontraksi
otot didahului dengan datangnya impuls saraf. Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama
36
lain di sepanjang sel otot, yang diselingi dengan filamen yang lebih tebal yang terbentuk dari
Kontraksi sel otot terjadi akibat filamen aktin dan miosin yang saling meluncur
melewati yang lain, yang akan memperpendek selnya. Dalam sel otot, filamen aktin terletak
sejajar dengan filamen miosin tebal. Miosin bertindak sebagai molekul motor dengan bantuan
lengan yang “menjalankan” kedua jenis filamen itu untuk saling melewati yang lainnya. Kerja
tim dari banyak filamen yang meluncur seperti ini membuat seluruh sel otot dapat memendek
4/9/2015)
37
d. Cara Kerja Otot
1) Otot sinergis
sama/menimbulkan gerakan yang searah. Untuk menggerakan tulang dari satu posisi ke posisi
yang lain, kemudian kembali ke posisi semula, diperlukan paling sedikit dua macam otot
Contoh:
a). Seluruh otot pronator yang mengatur pergerakan telapak tangan untuk
menelungkup.
b). Seluruh otot supinator yang mengatur pergerakan telapak tangan menengadah.
2) Otot antagonis
Otot antagonis adalah dua otot atau lebih yang tujuan kerjanya berlawanan. Contoh otot
antagonis adalah otot bisep dan trisep. Untuk mengangkat lengan bawah, otot bisep
berkontraksi dan otot trisep berelaksasi. Untuk menurunkan lengan bawah, otot trisep
b). Otot abductor (menjauhi sumbu badan) dengan adductor (mendekatisumbu badan).
38
3. Gangguan/Penyakit pada Sistem Rangka
a. Osteoporosis :
Osteoporosis adalah kondisi di mana tulang menjadi tipis, rapuh, keropos dan mudah
patah akibat berkurangnya massa tulang, khususnya kalsium yang terjadi pada waktu
lama. Komplikasi serius dari osteoporosis yang sering terjadi adalah patah tulang.
b. Patah Tulang
Patah tulang disebut juga fraktura dapat berupa sebagian dapat pula seluruhnya.
1). “Fraktura batang hijau” merupakan patah tulang sebagian yang umum terjadi pada
anak-anak.
2).Patah tulang sederhana terjadi jika tulang retak menjadi dua bagian, tetapi ujung
3). patah tulang riuk (terbuka), ujung tulang yang patah menyobek kulit dan muncul ke
luar. Pada patah tulang jenis ini ujung tulang yang keluar mudah di serang bibit
penyakit.
Kecelakaan pada sendi yang paling umum adalah keseleo. Keseleo terjadi jika ligamen
dan tendon di sekitar sendi terenggut. Pada keseleo yang hebat jaringan itu dapat robek.
39
Bentuk lain kecelakaan pada sendi adalah dislokasi. Pada kasus dislokasi, ujung tulang
tertarik ke luar sendi. Ligamen yang menghubungkan tulang pada sendi terenggut dan sobek.
Bursitis merupakan masalah sendi yang tidak secara langsung berhubungan dengan
luka. Bursitis merupakan peradangan dengan rasa sakit pada kantung kecil di dekat sendi.
Kantung ini, disebut bursae, terletak di antara tendon atau di antara tendon dan tulang. Tanpa
Ketika kita berdiri dengan telapak kaki menempel pada lantai, tampak bahwa bagian
tengah telapak kaki kita tidak menyentuh lantai. Bagian ini dinamakan lengkung kaki.
Lengkung kaki terbentuk dari susunan tulang-tulang pada kaki dan tekanan di antara tulang-
tulang itu yang diikat oleh ligamen dan otot. Struktur ini membuat telapak kaki mirip pegas.
Jika kaki menginjak lantai, lengkung kaki sedikit memipih lalu melengkung kembali. Kerja
pegas ini mampu meredam kejutan dan menggunakan energi untuk melengkungkan kembali
lengkung kaki pada langkah berikutnya. Kadangkala lengkung kaki menjadi pipih. Hal itu
berarti semua bagian alas kaki menyentuh lantai. Hal itu berakibat berat badan tidak berada
di pusat. Membuat kulit dan otot pergelangan kaki bekerja lebih berat untuk
menyeimbangkan tubuh. Sakit pada lengkung kaki, pergelangan kaki, dan otot betis
merupakan pertanda turunnya lengkung kaki. Wanita yang mengenakan sepatu dengan hak
tinggi dapat menyebabkan lengkung kaki memipih. Sepatu dengan bantalan kecil, disebut
Problem pada kaki lainnya adalah bunion. Bunion merupakan pembengkakan yang
berat pada sendi ibu jari kaki. Bunion dapat disebabkan oleh arthritis atau tidak seimbangnya
otot pada kaki dan tungkai. Juga dapat disebabkan karena menggunakan sepatu sempit yang
menekan jari secara bersamaan. Persendian pada ibu jari merupakan sendi engsel yang
memungkinkan ibu jari bergerak ke atas dan ke bawah. Mengenakan sepatu sempit,
40
mengakibatkan jari dan sendi mendapat tekanan dari satu sisi. Pada tahap awal terbentuk
bunion, sepatu yang lebar diperlukan, namun pembedahan sangat diperlukan pada kasus
lanjutan.
e. Arthritis
sendi. Dengan beberapa macam arthriris, sendi menjadi kaku dan terjadi kerusakan tetap
karena robeknya jaringan sendi. Dengan mengetahui beberapa gangguan dan penyakit di atas,
kita layak untuk bersyukur kepada Allah, Tuhan YME atas nikmat berupa kesehatan pada
sistem gerak kita. Dengan pemahaman ini semoga mendorong guru untuk lebih aktif dan giat
4. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran
yang berpusat pada siswa. Serta proses belajar mengajar yang berorientasi pada model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah membantu siswa menjadi mandiri. Pada
saat dilakukannya observasi ditemukan bahwa salah satu permasalahan adalah rendahnya
hasil belajar siswa pada materi sistem gerak pada manusia. Untuk itu penelitian ini akan
model pembelajaran ini diharapkan dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa dan juga siswa
41
Pokok Permasalahan
Rendahnya Hasil Belajar Siswa pada materi sistem gerak pada manusia
Solusi Masalah
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode yang dilakukan dalam proses penelitian ini menggunakan penelitian tindakan
kelas (PTK) untuk mengumpul dan mengukur keberhasilan siswa dalam mempelajari
pembelajaran Biologi yang dilakukan dalam dua siklus. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan alur penelitian dari Kemmis dan Mc Taggart (dalam Zainal Aqib, 2006:31)
dengan mengikuti alur yang disusun secara sistematis sebagai berikut: 1) Perencanaan
(Reflection).
Gambar 3.1. Siklus Penelitian (Kemmis dan Mc. Taggart, (dalam Zainal Aqib, 2006:31)
43
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:136) mengatakan bahwa, metode penelitian
adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan
kelas dalam bahasa inggris disebut dengan istilah classroom action research. Dari nama
1. Penelitian,
Menunjukkan pada suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan cara menggunakan
cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat
dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan,
Menujukkan pada suatu obyek kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan
3. Kelas,
Dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang
lebih spesifik, yakni sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran
yang sama dari guru yang sama pula. Sehingga dengan menggabungkan ketiga kata tersebut
menjadi, Penelitian Tindakan Kelas. Dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama.Tindakan tersebut
diberikan oleh guru atau dngan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.
Siklus I
1. Perencanaan
44
a. Mengajukan permohonan izin penelitian kepada kepala Sekolah SMA Negeri 2
Tondano.
b. Membangun kerja sama dengan Wali Kelas XI IPA dan Kepala Sekolah untuk
2. Pelaksanaan Tindakan
b. Setiap kelompok di beri seperangkat kartu yang bertulisan kata-kata frasa atau
c. Setiap kelompok juga diberi gambar kosong untuk diisi (template) dengan
d. Para siswa bekerja dengan mempelajari kartu-kartu berisi kata, frasa, atau gambar
e. Bila ada perbedaaan dengan hasil karya kelompok lain mereka diberi kesempatan
45
3. Observasi
Pengamatan (observasi) dilakukan pada saat sebelum dan sesudah proses belajar
mengajar di kelas, dengan memberikan catatan dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti. Dari hasil pengamatan tersebut akan dijadikan sebagai bahan pengujian dan
pertimbangan untuk memberikan penilaian terhadap ketuntasan belajar siswa di kelas dengan
4. Refleksi
maka peneliti akan melakukan tindakan reflektif terhadap proses pembelajaran yang telah
dilakukan dengan melihat dan menemukan, apakah hasil belajar siswa telah mencapai nilai
ketuntasan belajar atau belum, jika belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, maka
Siklus II
1. Perencanaan
Tindakan perencanaan pada siklus II ini, masih mengikuti sistematika tindakan pada
siklus I, tetapi peneliti akan memperhatikan kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus
I, agar dilakukan perbaikan pada siklus II, sehingga hasil belajar siswa jadi meningkat.
Tondano.
b. Membangun kerja sama dengan Wali Kelas XI IPA dan Kepala Sekolah untuk
46
f. Menyiapkan materi pembelajaran, media pembelajaran, lembar kerja siswa (LKS),
2. Pelaksanaan Tindakan
b. Setiap kelompok di beri seperangkat kartu yang bertulisan kata-kata frasa atau
c. Setiap kelompok juga diberi gambar kosong untuk diisi (template) dengan
d. Para siswa bekerja dengan mempelajari kartu-kartu berisi kata, frasa, atau gambar
e. Bila ada perbedaaan dengan hasil karya kelompok lain mereka diberi kesempatan
3. Observasi
Pengamatan (observasi) dilakukan pada saat sebelum dan sesudah proses belajar
mengajar di kelas, dengan memberikan catatan dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti. Dari hasil pengamatan tersebut akan dijadikan sebagai bahan pengujian dan
pertimbangan untuk memberikan penilaian terhadap ketuntasan belajar siswa di kelas dengan
4. Refleksi
maka peneliti akan melakukan tindakan reflektif terhadap proses pembelajaran yang telah
dilakukan dengan melihat dan menemukan, apakah hasil belajar siswa telah mencapai nilai
47
ketuntasan belajar atau belum, jika telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, maka
Tondano Selatan, Provinsi Sulawesi Utara, semester ganjil tahun ajaran 2021/2022 dengan
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA N 2 Tondano, dengan jumlah 20
1. Faktor input yaitu meliputi kehadiran siswa, kesiapan siswa, untuk mengikuti
pembeljaran
3. Faktor auput yaitu hasil belajar siswa di kelas XI SMA N 2 TONADNO. Setelah
melakukan kegiatan model PBL untuk meningkatkan hasil belajar siswa, yang di
Pengumpulan data dilakukan dengan tindakan Observasi dan pemberian Tes, dengan
1. Observasi
48
Dalam kegiatan observasi ini pengamat menggunakan lembaran penilaian observasi
yang telah disiapkan, dengan cara mencontreng pada setiap kolom penilaian.
pembelajaran berlangsung.
2. Pemberian Tes
Pemberian tes ini berupa 5 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan dan daya
tangkap siswa terhadap pembelajaran. Jika hasil tes yang diberikan kepada siswa
belum mencapai ketuntasan belajar, maka penelitian ini akan dilanjutkan ke siklus
Teknik analisis data dilakukan dengan melihat presentase ketuntasan hasil belajar
siswa. Dimana akan dilihat apakah hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan belajar
secara klasikal atau belum. Hasil belajar siswa pada siklus I akan diberikan perbandingan
dengan hasil belajarsiswa pada siklus II, dengan menggunakan rumus dibawah ini:
T
KB = X 100 %
Tt
Dengan rumus tersebut, akan dilihat hasil presentase belajar siswa, jika telah
mencapai ketuntasan belajar secara klasikal ≥ 75%, maka tindakan proses pembelajaran dapat
49
BAB IV
A. Hasil Penelitian
penelitian tindakan kelas (PTK) dengan jumlah siswa 20 orang siswa, yakni 11 orang siswa
laki-laki dan 9 orang siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan di XI IPA SMA N 2
Tondano.
Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
Tindakan proses perencanaan ini dipusatkan pada pembelajaran Biologi dengan materi
pokok “Sistem Gerak pada Manusia”, oleh karena itu, untuk menjawab permasalahan yang
akan dibahas dalam hasil penelitian ini, maka peneliti menyusun rencana pembelajaran agar
dapat digunakan pada proses tindakan penelitian ini. Rencana pelaksanaan pembelajaran
pembelajaran problem based learning, sebagai salah satu model pembelajaran yang
peneliti pilih dan gunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa mengenai “Sistem
Gerak pada Manusia”, karena dengan menggunakan model pembelajaran problem based
learning sangat cocok bagi pengembangan kecepatan siswa dalam belajar mengenai
“Sistem Gerak pada Manusia”, karena model pembelajaran ini menekakan pada kerja sama
dalam kelompok maupun individu untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan
50
b. Menetapkan Materi Pembelajaran
daya tangkap siswa dalam mempelajari materi pembelajaran “Sistem Gerak pada
sangat membantu siswa dengan cepat dan mudah memahami penjelasan yang disampaikan
oleh guru.
Peneliti menyiapkan media pembelajaran sebagai alat bantu bagi siswa untuk
mempermudah mereka dalam memahami penjalasan yang disampaikan oleh guru, yakni
mengenai Sistem Gerak pada Manusia, kemudian ditunjukan kepada seluruh siswa.
Guru menyiapkan lembar kerja siswa berupa gambar-gambar yang peneliti tempelkan pada
selembar karton manila, kemudian diberikan kesempatan kepada siswa untuk menyebutkan
Lembar penilaian berupa 5 soal pertanyaan essay yang diberikan kepada seluruh siswa
untuk dijawab, kemudian guru memberikan penilaian dari hasil kerja siswa tersebut untuk
dari proses pembelajaran. Lembar observasi ini diisi oleh pengamat, yaitu guru kelas untuk
51
kelas. Jika dalam proses pembelajaran belum mencapai ketuntasan belajar mengajar, maka
akan dilaksanakan proses perbaikkan, dengan merujuk pada perencanaan yang telah
disiapkan.
2. Pelaksanaan / Tindakan
Dalam proses pelaksanaan tindakan dilakukan dengan mengacu pada tindakan perencanaan
pembelajaran yang telah disiapkan untuk menjawab materi pembelajaran “Sistem Gerak
pada Manusia”, dengan mengikuti alur pada model pembelajaran problem based learning,
a. Kegiatan Awal
Kegiatan belajar mengajar dibuka dengan pemberian salam dan doa bersama,
tempat duduk siswa agar mereka menerima pelajaran dengan baik. Kemudian guru
kepada siswa tentang materi pelajaran yang telah mereka pelajari pada minggu
sebelumnya, kemudian diteruskan dengan penegasan terhadap pokok bahasan yang akan
diajarkan kepada siswa, antara lain tentang “Sistem Gerak pada Manusia”, dengan
tujuan untuk membuka pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran yang akan
diajarkan.
b. Kegiatan Inti
2. Setiap kelompok di beri seperangkat kartu yang bertulisan kata-kata frasa atau
52
3. Setiap kelompok juga diberi gambar kosong untuk diisi (template) dengan
4. Para siswa bekerja dengan mempelajari kartu-kartu berisi kata, frasa, atau gambar
5. Bila ada perbedaaan dengan hasil karya kelompok lain mereka diberi kesempatan
c. Kegiatan Akhir
Pada akhir kegiatan pembelajaran guru memberikan tugas rumah kepada siswa,
kemudian guru membuat kesimpulan dari seluruh materi yang baru saja di pelajari.
Selanjutnya guru memotivasi siswa agar mereka belajar lebih giat lagi. Proses
3. Observasi
pada siklus I ini, dengan memakai model pembelajaran problem based learning sebagai salah
satu model pembelajaran yang peneliti pilih untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran Biologi, dengan menerapkan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia”,
maka peneliti menemukan bahwa hasil belajar pada siklus I ini, siswa belum mampu
mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal, yaitu: ≥75%. Ketidakmampuan siswa untuk
mencapai nilai ketuntasan belajar, disebabkan oleh kurangnya kemampuan dan daya tangkap
siswa terhadap materi pembelajaran yang disampaikan melalui penjelasan atau pengejaran
oleh guru. Karena lemahnya daya tangkap siswa, maka guru perlu melakukan pendampingan
secara khusus terhadap seluruh siswa melalui tindakan bimbingan dan pengajaran secara
mendalam dengan mendatangi setiap siswa lalu guru menyampaikan pembelajaran kepada
53
learning. Karena kurangnya kemampuan dan daya tangkap siswa ini, maka proses
pembelajaran pada siklus I ini, siswa belum mampu mencapai nilai ketuntasan belajar secara
4. Refleksi
maka tindakan proses pembelajaran pada siklus I melalui tindakan pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran problem based learning demi meningkatkan hasil belajar
siswa untuk mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal, yakni ≥75%, pada mata
pembelajaran Biologi, dengan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia”, peneliti temukan
bahwa belum berhasil. Hal yang menyebabkan ketidakberhasilan ini adalah kurangnya
kemampuan siswa dalam menangkap penjelasan yang disampaikan oleh guru. Pengetahuan
siswa tentang pembelajaran yang guru sampaikan tersebut peneliti mengukurnya melalui
pemberian tes, berupa 5 soal tes yang peneliti berikan kepada masing-masing siswa untuk
Dengan melihat kekurangan dan keterbatasan pada siklus I yang belum mencapai
ketuntasan belajar secara klasikal, yakni: ≥75% maka penelitian ini dilanjutkan ke siklus II,
dengan memperhatikan problem yang terjadi pada siklus I untuk diadakan tindakan
Bertitik tolak dari hasil pembelajaran Biologi yang dilaksanakan pada sikus I,
dengan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia” yang peneliti kembangkan melalui hasil
evaluasi setelah akhir pembelajaran dalam bentuk evaluasi berupa tes 5 soal essay yang
dibagikan kepada masing-masing siswa kelas XI IPA SMA N 2 Tondano. Maka hasil proses
54
Tabel 1. Hasil Siklus I
Butir/Bobot Soal
1 2 3 4 5
No Nama Siswa Jumlah
2
10 10 20 40
0
1 10 10 2 60
Agus Riski Majore 20 -
0
2 10 10 2 40
Ahaz Sunyap - -
0
3 10 10 2 80
Alexandro Nesta Saiya - 40
0
4 Aliviska Imelda Warouw 10 10 20 - - 40
5 10 10 2 60
Bintang Injilia Kolopita - -
0
6 10 10 2 60
Brillian Gradeo Tulenan 20 -
0
7 Carlo Kojo 10 10 - - 40 60
8 10 10 2 60
Daniel Jefrio Supit 20 -
0
9 10 10 2 40
Juvalentino Claudio Messy Ugu - -
0
10 Leonardo Johanes Rangkuan 10 10 20 - 40 80
11 10 10 2 60
Lovely Imanuella Chyntia Watung 20 -
0
12 10 10 2 80
Maria Regina Celi Sampouw - 40
0
13 Marthinus G. Gerson Wakelulu 10 10 20 - - 40
14 10 10 2 80
Meylisya Dhea Supit - 40
0
15 10 10 2 60
Nadia Mitzu Preeti Supit 20 -
0
16 Nathanael Clyment Sumenge 10 10 20 - - 40
17 10 10 2 80
Petrus Tubur - 40
0
18 Sarlince Renahuremba 10 10 20 - - 40
19 10 10 2 40
Venia Brigita Waworuntu - -
0
20 Winsy Lovely Waworuntu 10 10 20 - 40 80
Jumlah 1180
Dari tabel 1. Hasil Siklus I, dapat dengan jelas bahwa hanya 6 orang siswa yang
mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal, sedangkan 14 siswa belum mencapai nilai
ketuntasan belajar. Oleh karena itu, maka hasil belajar siswa pada siklus I dapat rincikan
sebagai berikut:
55
a. Pada soal nomor satu, siswa yang berjumlah 20 orang, semuanya menjawab dengan
benar.
b. Pada soal nomor dua, siswa yang berjumlah 20 orang, semuanya menjawab dengan
benar.
c. Pada soal nomor tiga, siswa yang berjumlah 20 orang, yang menjawab dengan
d. Pada soal nomor empat, siswa yang berjumlah 20 orang, yang menjawab dengan
e. Pada soal nomor lima, siswa yang berjumlah 20 orang, yang menjawab dengan
sebagai berikut:
1180
KB = x 100 %
2000
KB = 59 %
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan rumus, maka hasil belajar siswa
pada siklus I, ditemukan bahwa belum mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal,
yakni ≥75%. Dimana hasil belajar siswa pada siklus I ini, hanya mencapai 59%.Dengan
Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
Kegiatan perencanaan pada siklus II ini mengikuti sistematika pada siklus I. Tetapi pada
pembelajaran di siklus I, sehingga siswa dapat mencapai ketuntasan belajar secara klasikal,
yakni ≥75%. Oleh karena itu, susunan rencana pembelajaran dapat dipaparkan sebagai
56
Pembelajaran, Menetapkan Media Pembelajaran, Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS),
2. Pelaksanaan /Tindakan
a. Kegiatan Awal
Kegiatan belajar mengajar dibuka dengan pemberian salam dan doa bersama,
tempat duduk siswa agar mereka menerima pelajaran dengan baik. Kemudian guru
kepada siswa tentang materi pelajaran yang telah mereka pelajari pada minggu
sebelumnya, lalu diteruskan dengan penegasan terhadap pokok bahasan yang akan
diajarkan kepada siswa, antara lain tentang “Sistem Gerak pada Manusia”, dengan
tujuan untuk membuka pemahaman siswa mengenai materi pembelajaran yang akan
diajarkan.
b. Kegiatan Inti
2. Setiap kelompok di beri seperangkat kartu yang bertulisan kata-kata frasa atau
3. Setiap kelompok juga diberi gambar kosong untuk diisi (template) dengan
4. Para siswa bekerja dengan mempelajari kartu-kartu berisi kata, frasa, atau gambar
5. Bila ada perbedaaan dengan hasil karya kelompok lain mereka diberi kesempatan
c. Kegiatan Akhir
57
Pada akhir kegiatan pembelajaran guru memberikan tugas rumah kepada siswa,
kemudian guru membuat kesimpulan dari seluruh materi yang baru saja di pelajari.
Selanjutnya guru memotivasi siswa agar mereka belajar lebih giat lagi. Proses
3. Observasi
menemukan bahwa tindakan belajar mengajar pada siklus II mengalami perkembangan yang
sangat baik, dimana para siswa semakin memahami penjelasan yang disampaikan oleh guru.
khusus kepada masing-masing siswa, sehingga para siswa dapat dengan cepat dan mudah
memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru, yakni materi tentang “Sistem
Gerak pada Manusia”. Dengan adanya pendampingan secara khusus ini, membuat daya
tangkap siswa semakin berkembang dengan baik dan mempercepat daya tangkap siswa.
Keberhasilan siswa ini diketahui melalui pengadaan tes kepada masing-masing siswa, tes ini
dilakuan dengan pemberian 5 soal tes tertulis, kemudian guru memeriksa hasil kerja siswa
tersebut dan guru memberikan penilaian. Keberhasilan ini didukung pula oleh kemampuan
guru dalam mengorganisir para siswa melalui penggunaan model pembelajaran Problem
Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar Biologi dengan materi pokok “Sistem
4. Refleksi
Dari hasil belajar mengajar pada siklus II, peneliti menemukan bahwa adanya
perkembangan hasil belajar yang baik dari para siswa, dimana pada siklus I hasil belajar
siswa hanya mencapai nilai ketuntasan belajar 59%, namun setelah diadakan proses
58
pembaharuan dalam tindakan belajar mengajar pada siklus II, maka nilai ketuntasan belajar
siswa berkembang menjadi 86%. Berkembangnya hasil belajar siswa ini, dipengaruhi oleh
adanya keprihatinan khusus dari guru dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Selain itu pula, adanya
Berdasarkan hasil belajar siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal, yakni ≥75%, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dengan Penerapan
pembelajaran Problem Based Learning dapat Meningkatkan hasil Belajar Biologi di kelas XI
IPA SMA N 2 Tondano. Karena hasil belajar siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal, maka penelitian ini dicukupkan sampai pada siklus II. Hasil proses pembelajaran
Butir/Bobot Soal
1 2 3 4 5
No Nama Siswa Jumlah
2
10 10 20 40
0
1 Agus Riski Majore 10 10 20 - 40 80
2 10 10 - 2 40 80
Ahaz Sunyap
0
3 10 10 20 2 40 100
Alexandro Nesta Saiya
0
4 Aliviska Imelda Warouw 10 10 20 - 40 80
5 Bintang Injilia Kolopita 10 10 20 - 40 80
6 10 10 - 2 40 80
Brillian Gradeo Tulenan
0
7 Carlo Kojo 10 10 20 - 40 80
8 10 10 - 2 40 80
Daniel Jefrio Supit
0
9 10 10 - 2 40 80
Juvalentino Claudio Messy Ugu
0
10 10 10 20 2 40 100
Leonardo Johanes Rangkuan
0
11 Lovely Imanuella Chyntia Watung 10 10 20 - 40 80
12 10 10 20 2 40 100
Maria Regina Celi Sampouw
0
59
13 Marthinus G. Gerson Wakelulu 10 10 20 - 40 80
14 10 10 20 2 40 100
Meylisya Dhea Supit
0
15 Nadia Mitzu Preeti Supit 10 10 20 - 40 80
16 10 10 - 2 40 80
Nathanael Clyment Sumenge
0
17 10 10 20 2 40 100
Petrus Tubur
0
18 Sarlince Renahuremba 10 10 20 - 40 80
19 Venia Brigita Waworuntu 10 10 20 - 40 80
20 10 10 20 2 40 100
Winsy Lovely Waworuntu
0
Jumlah 1720
Berdasarkan tabel hasil siklus II di atas, menunjukan dengan jelas bahwa hasil belajar
siswa telah mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, ketuntasan belajar siswa tersebut
a. Pada soal nomor satu, siswa yang berjumlah 20 orang, semuanya menjawab dengan
benar.
b. Pada soal nomor dua, siswa yang berjumlah 20 orang, semuanya menjawab dengan
benar.
c. Pada soal nomor tiga, siswa yang berjumlah 20 orang, yang menjawab dengan
d. Pada soal nomor empat, siswa yang berjumlah 20 orang, yang menjawab dengan
e. Pada soal nomor lima, siswa yang berjumlah 20 orang, semuanya menjawab
dengan benar.
1720
KB = x 100 %
2000
KB = 86 %
Dari hasil perhitungan yang dilakukan pada siklus II ini, maka ditemukan bahwa hasil
belajar siswa telah mencapai nilai ketuntasan belajar secara klasikal, yakni ≥75%, melalui
60
perolehan nilai ketuntasan belajar, yaitu 86%. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, sangat membantu guru
dalam meyampaikan pembelajaran kepada siswa, karena siswa dengan mudah memahami
penjelasan yang disampaikan oleh guru. Karena itu, penelitian ini dicukupkan sampai pada
siklus II, karena hasil belajar siswa telah mencapai atau melampaui ketuntasan belajar secara
klasikal.
B. Pembahasan
belajar siswa hanya mencapai nilai ketuntasan belajar sebesar 59%. Hal yang menyebabkan
ketidakberhasilan ini adalah kurangnya kemampuan siswa dalam menangkap penjelasan yang
disampaikan oleh guru, karena daya tangkap siswa yang masih lemah, sehingga guru sedikit
Problem Based Learning, guru belum terlalu menguasainya, sehingga pembelajaran yang
disampaikan terlalu bersifat monoton dan membosankan bagi siswa, menyebabkan hasil
yang dapat membuat suasana proses belajar mengajar efektif. Ketertiban dalam proses belajar
mengajar didambakan oleh setiap para pendidik dan peserta didik, untuk itu guru harus
mampu menciptakan suasana kelas yang dapat membuat siswa dalam proses belajar
teknik-teknik pengelolaan kelas. Guru yang dapat menerapkan prinsip kehangatan dan
keantusiasan dalam proses belajar mengajar akan lebih disenangi oleh para peserta didik.
Selain itu guru harus dapat menerapkan prinsip tantangan dalam proses belajar sebagai bahan
motivasi bagi siswa untuk belajar lebih giat. Inti kegiatan suatu sekolah atau kelas adalah
61
proses belajar mengajar (PBM). Kualitas belajar siswa serta para lulusan banyak ditentukan
oleh keberhasilan pelaksanaan PBM tersebut atau dengan kata lain banyak ditentukan oleh
fungsi dan peran guru. Pada dewasa ini masih banyak permasalahan yang berkaitan dengan
PBM. Seringkali muncul berbagai keluhan atau kritikan para siswa, orang tua siswa ataupun
Dari tindakan pembelajaran pada siklus I, hasil ketuntasan belajar siswa hanya
mencapai nilai ketuntasan 59%. Sedangkan pada siklus II, melalui proses tindakan
pembelajaran, ditemukan bahwa hasil ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 86%. Hal
ini mau menunjukan bahwa ada peningkatan yang sangat signifikan, karena dipengaruhi oleh
keseriusan dari siswa sendiri dalam mengikuti proses pembelajaran dan adanya penguasaan
metode pembelajaran dari guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa, sehingga
siswa mampu menelah penjelasan yang disampaikan oleh guru dengan baik dan
menerapakannya sesuai dengan penjelasan yang disampaikan. Dengan demikian, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa dengan Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
dapat meningkatkan hasil belajar Biologi dengan materi pokok pembelajaran “Sistem Gerak
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning
siswa yang belajar menggunakan model Problem based learning menunjukan hasil belajar
yang lebih baik dan aspek kognitif,afektif,dan psikomotorik di bandingkan dengan siswa yang
belajar tidak menggunakan model pembelajaran PBL. Hal ini, model pembelajaran based
untuk mempelajari dampak kegiatan siswa dan hasil belajar dengan penerapan model
62
pembelajaran problem based learning (PBL). Hasil penelitian ini menunjukan PBL dapat
membuat siswa aktif,seperti yang ditunjukan beberapa indicator aktifitas yang meliputi
pembelajaran problem based learning (PBL) dalam pembelajaran biologi dan kegiatan dapat
Rita Magdalena (2015) Salah satu permasalahan pembelajaran yang terjadi di sekolah
menengah atas (SMA) adalah minimnya variasi strategi pembelajaran dalam hal ini model
pembelajaran yang di gunakan guru untuk memvasilitasi hasil belajar siswa, terutama hasil
belajar kognitif tingakat tinggi yakni kemampuan pemecahan masalah. Berdasarkan kondisi
ini maka tujuan penelitian ini ingin mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan terhadap hasil belajar siswa di kelas XI IPA
SMA N 2 Tondano, dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:
1. Melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, dalam proses
pembelajaran Biologi dengan materi pokok “Sistem Gerak pada Manusia” dapat
meningkatkan hasil belajar siswa di kelas XI IPA SMA N 2 Tondano.
2. Melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, membantu siswa
agar mengembangkan dengan cepat daya nalar dan daya tangkap siswa.
3. Melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, membantu guru
dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Karena
dengan pendampingan secara khusus kepada masing-masing siswa, maka para
siswa semakin merasa terbantu secara emosional, sehingga para siswa dengan cepat
dan mudah menangkap penjelasan yang disampaikan oleh guru.
63
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang tertera di atas, maka peneliti memberikan saran,
sebagai berikut:
1. Bagi Guru : Agar dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based
Learning untuk meningkatkan hasil belajar Biologi, dengan materi
pokok “Sistem Gerak pada Manusia” di kelas XI IPA SMA N 2
Tondano.
2. Bagi Siswa : Agar semakin rajin dan giat dalam belajar “Sistem Gerak pada
Manusia” demi mengembangkan pengetahuannya kearah
kematangan intelektual yang lebih baik dan dewasa dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Santosa, Priya. 2018. Mahir Praktikum Biologi Penggunaan Alat-Alat Sederhana dan Murah
untuk Percobaan Biologi. Yogyakarta: Deepublish.
Damopolii, Insar. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Peserta didik Kelas VII SMP. Jurnal Edubiotik. Vol 3(1). ISSN:
2597-9833
Lisa Yasnitadan Nelly Wedyawati. 2019. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Yogyakarta:
Deepublish.
Sudjana, Nana. 2017. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
64
Sanjaya, Wina. 2014. Strategi Pembelajran Beriorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta:
Prena media Group.
Damopolii Insar. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil
Belajar Kognitif Peserta didik Kelas VII SMP. Jurnal Edubiotik. Vol 3(1). ISSN:
2597-9833.
http://repository.upi.edu› s_pwk_0905275_chapt...
Model PTK (PenelitianTindakanKelas)MenurutKemmisdanMc Taggart (Arikunto, 2008:16).
https://diknas.okukab.go.id/berita/detail/pembelajaran-di-masa-pandemi-covid19.
https://smanegeri1gringsing.sch.id/read/31/strategi-belajar-daring-yang-efektif-di-masa-
pandemi.
65