Anda di halaman 1dari 2

Peran Mahasiswa Santri Dalam Menghadapi Era Disrupsi

Santri adalah salah satu unsur yang tidak terpisahkan dari dunia pesantren. Santri diartikan
orang yang sedang belajar ilmu agama Islam kepada kyai atau ustaz di pondok pesantren.

Ormas Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Persis, dan ormas lainnya
mendirikan pondok pesantren hampir di setiap daerah di Indonesia. Di pondok pesantren, para
santri digembleng ilmu agama, dibina karakternya, dan dibekali ilmu-ilmu lainnya untuk bekal
menghadapi masa depan. Bahkan, ada juga pondok pesantren yang mengajarkan ilmu bela diri
kepada para santri. Tujuannya untuk menjaga diri saat diperlukan.

Untuk menghormati peran penting santri dalam perjuangan kemerdekaan RI dan kiprahnya
dalam pembangunan pasca kemerdekaan RI, presiden Joko Widodo menetapkan tanggal 22
Oktober 2015 sebagai Hari Santri. Dan sejak saat itu, setiap tanggal 22 Oktober rutin diperingati
sebagai Hari Santri.

Santri harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Santri saat ini bukan
hanya berposisi sebagai orang yang belajar ilmu agama Islam, tetapi juga bisa berperan
sebagai agen perubahan (agent of change). Di era disrupsi (gangguan/kekacauan) saat ini,
santri diharapkan bisa berperan untuk ikut menangkal berita hoaks, ujaran kebencian, atau
fitnah yang biasanya beredar melaui media sosial. Dia sendiri tidak ikut-ikutan menyebarkan
berita bohong, provokatif, atau fitnah. Santri selain melek ilmu agama, juga diharapkan melek
peraturan perundang-undangan terkait larangan menyebarkan berita bohong, fitnah, atau
ujaran kebencian. Dengan demikian, santri bisa menjadi ujung tombak kampanye perdamaian.
Dalam dakwah-dakwah yang disampaikannya, santri selain membahas hal tersebut dari
perspektif ajaran agama Islam, juga mengaitkannya dengan hukum negara seperti UU
Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) sehingga umat Islam menjadi melek hukum.

Untuk mewujudkan hal tersebut, menurut Saya, pola pendidikan di pondok pesantren pun harus
mengondisikan para santri dapat melek terkait peraturan perundang-undangan atau bidang lain
yang akan menambah wawasan atau keterampilan santri. Setiap pondok pesantren biasanya
memiliki kurikulumnya masing-masing. Di pesantren salafiyah yang kecil, biasanya sang kiai
yang memutuskan kitab-kitab apa saja yang akan dipelajari santri, sedangkan di pesantren
yang relatif besar bahkan modern, biasanya sudah ada sistem yang mengatur kurikulumnya.
Pola pendidikan di pondok pesantren diharapkan mampu melahirkan santri yang memiliki
karakter nyantri seperti memiliki ilmu agama yang luas, keimanan dan ketakwaan yang tinggi
kepada Allah SWT, rendah hati, berintegritas, mandiri, dan peduli terhadap sesama.

Dalam mendidik dan membina para santri, pengelola pondok pesantren bisa bekerja sama
dengan berbagai pihak terkait, mulai dari aparat penegak hukum, TNI/POLRI, cendekiawan,
peneliti, pengusaha, penulis, atau praktisi lainnya. Intinya, santri benar-benar dibentuk menjadi
manusia yang kompeten, siap guna, dan berakhlakulkarimah.

Anda mungkin juga menyukai