Anda di halaman 1dari 7

Berikut penjelasan setiap bagian dari rumah joglo:

Pendhopo adalah bangunan tambahan yang terletak di bagian depan Rumah Joglo. Pendopo ini
digunakan untuk menerima tamu, pertemuan formal, upacara adat, dan pertunjukkan seni seperti
wayang kulit dan tarian. Bagian ini tidak memiliki meja maupun kursi melainkan hanya beralaskan tikar,
ini dilakukan untuk menciptakan kesetaraan antara tamu dan pemilik rumah. Pendopo di Rumah Joglo
ini pun tidak memiliki dinding karena mencerminkan sifat orang Jawa yang ramah dan terbuka.

Pringgitan adalah bangunan penghubung antara Pendopo dengan Omah (rumah utama). Fungsinya
sebagai lorong untuk jalan masuk ke rumah.

Emperan adalah teras depan yang menghubungkan Pringgitan dengan Omah atau rumah.

Omah njero yaitu rumah utama.

Senthong atau krobongan adalah bagian tengah dalam rumah tradisional jawa. Bagian ini berada di
bagian tengah dari pada omah jero dari suatu rumah. Senthong umumnya dibentuk berupa kamar
berukuran kecil atau juga berbentuk seperti tempat tidur bertiang yang dikenal dengan istilah
krobongan.

Dalam senthong diletakkan patung loro blonyo. Selain itu senthong dihias dengan bantal, tirai, kecohan,
bokor, dan aneka kain kainan. Pada senthong umunya dihias dengan tiraai dan kelambu, seprai, bantal
dan guling berhias kain cindai kembang atau cindai cakar.

Senthong dipakai untuk menyimpan aneka pusaka dan beras pertama hasil panen. Senthong merupakan
bagian paling sakral dalam rumah tradisional jawa.

Gandhok adalah bangunan tambahan yang terletak di sebelah kiri dan kanan rumah. Bangunan ini
biasanya digunakan sebagai tempat tidur keluarga atau tamu yang berkunjung.

Bagian Belakang Rumah. Pada bagian paling belakang dan luar Rumah Joglo, terdapat dapur, kamar
mandi dan sumur. Sumur biasanya terletak di sebelah timur.

Pupuh Sinom

Pada 1

15. Nulada laku utama,

Tumrape wong tanah jawi,

Wong agung ing Ngeksiganda,

Panembahan Senopati,

Kepati amarsudi,

Sudane udara lan nepsu,

Pinepsu tapa brata,


Tanapi ing siyang ratri,

Amamangun karyenak tyasing sesama.

Contohlah perilaku utama,

Untuk kalangan orang Jawa (Nusantara),

Orang besar dari Ngeksiganda (Mataram),

Panembahan Senopati,

Yang tekun dalam usaha,

Mengurangi hawa nafsu,

Dengan jalan prihatin (bertapa),

Tanpa henti siang malam,

Selalu berkarya membuat hati tenteram bagi sesama (kasih sayang)

Pupuh Sinom

Pada 2

16. Samangsane pasamuan,

Memangun marta martani,

Sinambi ing saben korban,

Kala kalaning asepi,

Lelana teki-teki,

Nggayuh geyonganing kayun,

Kayungyun eninging tyas,

Sanityasa pinrihatin,

Puguh panggah cegah dhahar lawan nendra.

Dalam setiap pergaulan,

Membangun sikap tahu diri (santun),

Setiap ada kesempatan,

Di saat waktu longgar,


Mengembara untuk bertapa,

Menggapai cita-cita hati,

Hanyut dalam keheningan kalbu.

Selalu menjaga hati untuk prihatin (menahan nafsu),

Dengan tekad kuat, membatasi makan dan tidur.

1. Salam pembuka

Sesuai dengan namanya, salam pembuka berisi salam yang disampaikan kepada para hadirin untuk
membuka jalannya acara, Adjarian.

Kita bisa menggunakan berbagai salam dari tradisi sejumlah agama yang ada di Indonesia, seperti
“Assalamualaikum” atau “Om Swastyastu”.

Bisa juga ucapan sapaan selamat, sesuai dengan waktu acara.

Sugeng enjang = Selamat pagi

2. Purwaka

Purwaka yaiku atur pangandikan minangka pambuka. Artinya, pembukaan yang disampaikan kepada
hadirin.

Di bagian ini, kita dapat menyampaikan beberapa hal, di antaranya adalah:

Penghormatan kepada tamu, diurutkan mulai dari yang tertua hingga muda.

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Urutan acara, mulai dari pembukaan hingga penutup.

3. Isi

4. Wasana

Wasana yaiku atur kang minangka panutup yang artinya penguraian yang berfungsi sebagai penutup.
Pada bagian ini, terdapat beberapa hal yang perlu disampaikan:

Permintaan maaf terhadap semua kekurangan saat menjalankan peran sebagai pranatacara.
Mempersilakan para hadirin untuk pulang

5. Salam penutup

Pupuh Pocung
Pada 1

33. Ngelmu iku Kalakone kanthi laku

Lekase lawan kas

Tegese kas nyantosani

Setya budaya pangekese dur angkara

Dalam Bahasa Indonesia

Ilmu(hakekat) itu diraih dengan cara menghayati dalam setiap perbuatan,

Diawali kemauan.

Artinya, kemauan membangun kesejahteraan sesama,

Teguh membudi daya menaklukkan semua angkara

Dalam Bahasa Jawa

Ilmu (inti) wis ditampa dening urip ing saben tumindak,

Diwiwit kepinginan.

Artosipun, kepinginan mbangun kesejahteraan bebarengan,

Kanthi ngalestarikno budaya naklukno kabeh angkara.

Pupuh Pocung

Pada 2

34. Angkara gung Neng angga anggung gumulung

Gegolonganira

Triloka lekeri kongsi

Yen den umbar ambabar dadi rubeda.

Dalam Bahasa Indonesia

Nafsu angkara yang besar ada di dalam diri,

Kuat menggumpal,

Menjangkau hingga tiga zaman,


Jika dibiarkan berkembang akan berubah menjadi gangguan.

Dalam Bahasa Jawa

Nafsu angkara kang gedhe ana ing awak dewe, kuat ngempel,

Tekan nganti telung zaman,

Yen diumbarke nyebar dadi alangan.

Berikut adalah perangan sesorah:

1. Salam pambuka (salam pembuka).

2. Purwaka basa (pembuka teks pidato).

3. Surasa basa (isi pidato).

4. Dudutan (kesimpulan pidato yang telah disampaikan).

Gambuh

Pada 1

Samengko ingsun tutur,

Sembah catur supaya lumuntur,

Dihin raga, cipta jiwa, rasa, kaki,

Ing kono lamun tinemu,

Tandha nugrahing Manon.

Artinya

Kelak saya bertutur,

Empat macam sembah supaya dilestarikan,

Antara lain sembah raga, cipta, jiwa, rasa, anakku!

Disanalah akan bertemu,

Tandha anugrah Tuhan.

Pada 2

Sembah raga punika,

Pakartine wong amagang laku,


Susucine asarana saking warih,

Kang wus lumrah limang wektu,

Wantu wataking wawaton.

Artinya

Sembah raga adalah,

Perbuatan orang yang olah batin,

Menyucikan diri dengan sarana air,

Yan sudah biasa lima waktu,

Sebagai rasa hormat terhadap waktu.

1. Mitos

Mitos adalah sebuah cerita yang di dalamnya mengandung kisah-kisah dari dewa-dewi yang sifatnya
penuh dengan mistis dan juga sakral. Misalnya saja seperti Dewi Sri, Nyai Roro Kidul, dan Hikayat Sang
Manon

2. Parabel

Parabel adalah sebuah cerita yang menggambarkan ajaran moral dengan menggunakan perbandingan.
Isinya mengajarkan mengenai nilai baik untuk anak.

3. Fabel

Fabel adalah sebuah cerita rakyat yang mempunyai tokoh seorang binatang yang bisa berperilaku
seperti manusia pada umumnya. Misalnya saja Serigala yang Licik dan Kancil yang Cerdik.

4. Legenda

Cerita dalam legenda mempunyai unsur yang memuat sesuatu terkait dengan asal-usul terjadinya suatu
daerah atau tempat. Misalnya saja Asal-Usul Danau Toba, Terbentuknya Tangkuban Perahu, dan Asal-
Usul Banyuwangi.

5. Cerita Jenaka

Cerita jenaka bercerita terkait dengan kebodohan maupun kelucuan. Misalnya saja Pak Belalang, Pak
Pandir, dan Cerita si Kabayan.

6. Epos

Cerita dari epos menggambarkan sebuah kepahlawanan. Contoh cerita rakyat epos adalah cerita
Mahabarata dan Ramayana.

7. Sage
Cerita yang terkandung di dalam sage mempunyai sebuah kandungan unsur dari sebuah sejarah.
Misalnya saja Rara Jonggrang, Ciung Wanara, dan Damarwulan.

Anda mungkin juga menyukai