Written by
Muhammad Muhyidin
Irvan Ubaidillah
Yuliana Alviyanti
Irvan Ubaidillah
Sinopsis :
NALA
Iya, piye, Vin?
VINA
Materi kanggo presentasi mengko wis dadi, ta?
NALA
Durung kabih, tapi mengko tak lengkapi ne
VINA
Oke deh, soale mengko aku ono kumpul organisasi dulu
NALA
Iya gapapa, tinggal dikit kok, nanti tak selesaiine
NALA
Turu lah
ADIK
Kok meripatmu sayu koyok wong ora turu ngono?
ADIK
Mbak, kowe mimpi iku meneh?
(pelan)
NALA
Wis, ndang di entekke sarapan e, terus mangkat sekolah
ADIK
(mengangguk)
Iyo, mbak
ADIK
Iyo mbak. Assalamu’alaikum
NALA
Wa’alaikumussalam
NIKO
Cuek banget
(bergumam dengan nada bercanda)
NALA
Ma-maaf, mbak
NALA
Makasih
(menerima botol)
NALA
Nala
(tidak membalas uluran tangan Niko)
NIKO
Mmm … kamu tadi kenapa?
NALA
Gapopo
NIKO
Hah?
NALA
Gapapa, bukan hal penting
(acuh)
NALA
Angkutan
NIKO
Mau aku antar? Kebetulan ini udah sore, biasanya udah
jarang angkot lewat.
NALA
(mengangguk)
NIKO
Ayo
(berdiri)
NALA
Terke aku balik
NIKO
Hah?
NALA
Anterin aku pulang, tolong
NIKO
Iya, ayo
NALA
(menoleh)
Hai
NIKO
Nyari buku apa?
NALA
Psikologi kepribadian
NIKO
Mau aku bantu?
NALA
Gak usah, iki wis nemu
(menunjukkan buku yang baru saja ia temukan)
Nala tersenyum dan mereka berjalan Bersama menuju tempat
baca. Mereka asik membaca berdua sambil sesekali Niko
memandang Nala dalam.
CUT TO
NIKO
Niko, eee iya, makasih
(meminumnya pelan)
ADIK
Mas e iki konco ne mbak Nala yo?
NIKO
Hah?
ADIK
Mas Niko konco ne mbak Nala?
NIKO
Mmm … maaf, saya tidak mengerti Bahasa jawa. Bisa pakai
Bahasa Indonesia aja?
ADIK
Oohh, pantes. Mas temannya mbak Nala?
NIKO
Eh, oh, i-iya
(mengangguk)
ADIK
Maaf yo mas, mas Niko harus lihat kondisi mbak Nala yang
kayak tadi.
NIKO
Mmm … emang Nala kenapa, kalau boleh tahu?
ADIK
Ibu sama ayah sudah pisah semenjak aku masih di dalam
kandungan. Dulu, ibu pernah cerita kalau ayah sering
kasar sama mbak Nala. Sejak aku kecil, mbak Nala juga
sering diajak ibu berobat padahal mbak Nala enggak sakit.
Tapi semenjak aku sudah masuk sekolah SMP, aku tahu kalau
mbak Nala bukan sakit biasa, ia punya trauma. Mbak Nala
takut sama ayah, dia trauma sama perilaku kasar ayah pas
dulu dia masih kecil.
(berhenti sejenak mengambil napas)
Mbak Nala sama ibu itu tanggal lahirnya sama, jadi kalau
ngerayain ultah ya bareng-bareng. Saat mbak Nala umur 17
tahun, saat itu juga ibu berulang tahun. Aku sama mbak
Nala punya kejutan buat ibu. Kami mau merayakan ultah ibu
dan mbak Nala yang ke tujuh belas. Namuan, saat kita mau
ngasih kejutan ke ibu, malah kita yang terkejut.
(meneteskan air mata lalu mengusapnya)
Ibu malah enggak ada tepat di hari ulang tahunnya. Ibu
meninggal.
NIKO
(balik menatapnya tersenyum)
Sama-sama
SELESAI