Koreksi fiskal biasanya muncul karena terdapat perbedaan dalam penempatan atau
pengakuan penghasilan serta biaya dalam laporan keuangan akuntansi komersial dengan
akuntansi pajak. Koreksi fiskal ialah aktivitas pembetulan pencatatan keuangan yang akan
dilaporkan ke dirjen pajak dan selainnya. Umumnya, revisi ini dilakukan apabila draft laporan
tidak sesuai dengan format yang menjadi standar pajak. Koreksi fiskal telah tercantum dalam
peraturan perpajakan UU No. 36 tentang PPh Koreksi Fiskal.
Ada dua jenis koreksi fiskal yaitu koreksi fiskal negatif dan koreksi fiskal positif. Koreksi positif
ialah perbaikan yang dilakukan pada catatan penghasilan dan biaya yang memiliki efek pada
kenaikan jumlah biaya wajib pajak.
Sedangkan, koreksi fiskal negatif ialah perbaikan yang dilakukan dan hasilnya mengurangi
jumlah biaya pajak, sehingga beban pajak pun menjadi lebih ringan.
Penyebab koreksi fiskal negatif ialah penghasilan yang dikenakan PPh Final dan penghasilan
yang tidak termasuk objek pajak, tetapi termasuk dalam peredaran usaha. Selanjutnya, selisih
penyusutan atau amortisasi komersial di bawah penyusutan atau amortisasi fiskal. Kemudian,
penyesuaian fiskal negatif lain yang tidak berasal dari berbagai hal yang telah disebutkan di
atas.
Warisan
Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat
Harta hibahan yang diterima oleh keluarga kandung dengan satu garis keturunan, badan
pendidikan, badan keagamaan, koperasi, badan sosial, atau orang pribadi yang memiliki
UMKM
Harta setoran tunai yang diterima oleh badan pengganti saham atau pengganti
penyertaan modal
Pengantian atau imbalan
Pembayaran dari perusahaan asuransi
Iuran yang diterima dana pensiun
Penghasilan dari modal
Bagian laba yang diterima dari perseroan komanditer.
Contoh koreksi fiskal negatif adalah pendapatan sewa. Pendapatan yang diperoleh
perusahaan atas kegiatan menyewakan aktiva tetap, seperti gedung atau bangunan,
menurut PSAK diakui sebagai pendapatan lain-lain dan diakui dalam laporan laba rugi.
Namun tidak demikian halnya dengan ketentuan perpajakan karena pendapatan sewa
dikenakan pajak bersifat final sesuai Undang-Undang Pajak Penghasilan pasal 4 ayat 2,
sehingga harus dilakukan koreksi fiskal negatif.
Beda tetap merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPH) yang
sifatnya permanen artinya koreksi fiscal yang dilakukan tidak akan diperhitungkan dengan
laba kena pajak. Artinya, dalam beda tetap ini, penghasilan dan biaya yang diakui dalam
penghitungan laba neto untuk akuntansi komersial, tidak diakui dalam penghitungan
akuntansi pajak.
Beda waktu merupakan perbedaan pengakuan baik penghasilan maupun biaya antara
akuntansi komersial dengan ketentuan Undang-Undang PPH yang sifatnya bersifat
sementara artinya koreksi fiscal yang dilakukan diperhitungkan dengan laba kena pajak.
Dalam beda waktu ini, penghasilan dan biaya yang dapat diakui saat ini oleh akuntansi
komersial atau sebaliknya, tidak dapat diakui sekaligus oleh akuntansi pajak. Biasanya,
karena perbedaan metode pengakuan. Contoh penghasilan yang menimbulkan beda waktu
adalah pendapatan laba selisih kurs. Sementera untuk contoh biayanya adalah biaya
penyusutan dan biaya sewa.