Disusun Oleh:
2020
REVIEW VIDEO
JUDUL KPK DALAMI KRONOLOGI KASUS SUAP BPK
SUMBER / LINK https://www.youtube.com/watch?v=GJAIvbJmKtY
PENULIS Berita Satu
TAHUN 2017
Wahyu Christian M
REVIEWER
17013010144
TANGGAL REVIEW 06 APRIL 2020
KRONOLOGI
Komisi Pemberatansan Korupsi (KPK) melakukan Operasi Tangkap Tangan (OTT) terkait
kasus suap yang melibatkan pejabat Kementerian Desa Pembangungan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi, pejabat, serta auditor BPK RI. KPK mendalami soal pemberian uang pada kasus
dugaan suap untuk pemberian opini Wajar Tanpa Pengecualian WTP oleh BPK RI terhadap
laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran 2016. Pada Maret 2017, KPK memeriksa
laporan keuangan tersebut.
KPK yang melakukan penyidikan kemudian melakukan operasi OTT di kantor BPK RI
di Jalan Jenderal Gatot Subroto, Jakarta, pada Jumat (26/5/2017) sekitar pukul 15.00 WIB. Dari
kantor BPK, KPK sempat mengamankan enam orang, yaitu pejabat Eselon I BPK Rochmadi
Saptogiri, Auditor BPK Ali Sadli, pejabat Eselon III Kemendes PDTT Jarot Budi Prabowo,
sekretaris Rochmadi Saptogiri, sopir Jarot Budi Prabowo, dan satu orang satpam. Kemudian di
kantor Kemendes PDTT di Kalibata, Jakarta Selatan, menangkap Irjen Kemendes PDTT
Sugito. Dari tujuh orang, empat diantaranya dijadikan tersangka yaitu Rochmadi Saptogiri, Ali
Sadli, Jarot Budi Prabowo, dan Sugito, sementara tiga lainnya berstatus saksi. KPK
menyimpulkan adanya tindak pidana korupsi penerimaan hadiah atau janji terkait dengan
pemeriksaan BPK RI terhadap laporan keuangan Kemendes PDTT tahun anggaran 2016.
KPK menyatakn total commitment fee untuk pejabat KPK yang disuap sebesar
Rp.240.000.000,-. KPK menduga Rp.200.000.000,- telah diserahkan lebih dulu pada Mei 2017.
KPK kemudian menggeledah ruangan milik Rochmadi Saptogiri ditemukan uang
Rp.1.145.000.000,- dan $3.000 AS yang setara dengan Rp.39.800.000,- di dalam brankas.
Setelah melakukan rangkaian penangkapan dan penggeledahan, hasil gelar perkara KPK
meningkatkan status perkara kasus ini menjadi penyidikan.
REVIEW
Kaitan dengan Nilai Bela Negara – Kemampuan Awal Bela Negara
Nilai-nilai Pancasial sebagai ideologi negara merupakan sumber semangat bagi para
penyelenggara negara dan para pelaksana pemerintahan. Kerelaan untuk mengorbankan
segalanya demi bangsa dan negara harus dimiliki oleh setiap warga negara, pemahaman
kerelaan berkorban untuk bangsa dan negara yang merupakan salah satu nilai-nilai bela negara
harus ditanamkan serta menumbuhkan kesadaran kepada warga negara melalui pendidikan
formal maupun non-formal. Indicator seseorang memiliki kemampuan bela negara yaitu: (1)
memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, emosional, dan kecerdasan dalam bertahan hidup
atau mengatasi kesulitan, (2) senantiasa memelihara kesehatan jiwa dan raganya, (3) ulet dan
pantang menyerah dalam menghadapi tantangan, (4) terus membina kemampuan jasmani dan
rohani, (5) memiliki keterampilan bela negara. Kasus suap Kemendes merupakan kejadian
buruk karena pejabat seharusnya menjalankan tugas untuk mensejahterakan masyarakat bukan
hanya untuk kepentingan pribadi. OTT yang terjadi pada Kemendes sangat jelas bahwa hal
tersebut tidak mencerminkan nilai-nilai bela negara dan tidak menjalankan tugasnya sesuai
kode etik yang tidak menerapkan independensi.
LATAR BELAKANG
Pendidikan dipandang sebagai cara yang tepat untuk membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas untuk mendukung tercapainya tujuan pembangunan nasional. Melalui pendidikan,
manusia mendapatkan pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap sehingga dapat berpikir
lebih sistematis, rasional, dan kritis terhadap permasalahan yang dihadapi.
Pendidikan dapat dikatakan ebrahsil apabila telah memenuhi tujuan pendidikan
nasional. Pendidikan juga dikatakan berhasil apabila proses belajar mengajar dilaksanakan
secara efektif dan efisien sehingga hasil belajar dapat dicapai dengan optimal. Untuk
mengetahui ketercapaian tingkat keberhasilan tersebut, perlu diadakan evaluasi. Evaluasi
artinya penilaian terhadap tingkat keberhasilan peserta didik mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program (Muhhibin Syah, 2008: 141).
Prestasi belajar mahasiswa adalah hasil penilaian dari kegaitan belajar yang telah
dilakukan dan merupakan bentuk perumusan akhir yang diberikan oleh deosen untuk melihat
sampai dimana kemampuan mahasiswa yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai. Prestasi belajar
mahasiswa dapat dilihat dari Indeks Prestasi Mahasiswa (IPK) yang diperoleh mahasiswa.
Namun untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik bukanlah hal yang mudah, tetapi
membutuhkan usaha yang optimal.
Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar mahasiswa
pendidikan akuntansi dibedakan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Menurut Slameto (2010: 54), terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain fisik/jasmani, kematangan fisik,
kelelahan, psikologi berupa bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan kognitif
maupun prestasi. Faktor eksternal meliputi lingkungan alam, lingkungan keluarga (cara orang
tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga,
pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan), lingkungan sekolah (metode mengajar,
media pembelajaran, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin
sekolah, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, metode belajar, tugas rumah), dan
lingkungan masyarakat (kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, bentuk kehidupan
masyarakat).
DEFINISI OPERASIONAL
a. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian usaha belajar. Seperti yang
dinyatakan oleh Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43) bahwa “prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan yang dinyatakan dalam bentuk symbol, angka, huruf
maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak
dalam periode tertentu”.
b. Disiplin Belajar
Menurut Suharsimi (2003:114) “disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan
pengendalian diri seseorang terhadap bentuk-bentuk aturan dimana aturan tersebut
diterapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar”. Menurut Slameto
(2010: 67) “agar siswa belajar lebih maju, siswa harus disiplin baik di sekolah, di
rumah, dan di perpustakaan”.
c. Lingkungan Teman Sebaya
Menurut Slavin (2008: 98) “Lingkungan Teman Sebaya merupakan suatu interaksi
dengan orang-orang yang mempunyai kesamaan dalam usia dan status”.
KESIMPULAN
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari disiplin belajar
dan lingkungan terhadap prestasi belajar mahasiswa ini menunjukkan bahwa prestasi masih
harus dipengaruhi oleh faktor eksternal atau faktor dari luar diri mahasiswa itu sendiri. Sebagai
seorang yang menyandang status mahasiswa seharusnya sudah dapat berfikir secara luas dan
dapat mengetahui mana yang baik dan tidak dalam hidupnya. Seorang mahasiswa harus dapat
menimbulkan disiplin belajar dari kesadarannya sendiri untuk memperoleh hasil yang
maksimal, hal tersebut dapat dilakukan dengan mencari motivasi sendiri seperti ingin
membahagiakan orang tua dan lain sebagainya. Sehingga akan memacu mahasiswa untuk
berprestasi dibidang akademik.
Prestasi belajar seharusnya tidak menggantungkan kondisi faktor eksternal, melainkan harus
dapat memiliki motivasi sendiri dalma upaya meningkatkan prestasi belajar, karena dengan
motivasi yang timbul dari dalam diri akan bertahan lebih lama dan konsisten karena merasa
ada sesuatu yang ingin dicapai.