Anda di halaman 1dari 18

PENGERTIAN EVALUASI SECARA UMUM

Oleh : Aryadie Adnan


Dihimpun dari berbagai sumber
(Tidak untuk diperjual belikan)

A. EVALUASI SECARA UMUM


1. Latar Belakang
Program Studi Pendidikan Kepelatihan merupakan ujung tombak
dari Universitas Negeri Padang, merupakan dapur dari perguruan tinggi
dalam menghasilkan lulusan yang nantinya akan bekerja mendidik,
melatih, membina dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia.
Oleh karena itu dalam konsep perencanaan sumber daya manusia
program studi adalah dasar perencanaan yang akan berfungsi sebagai
efek domino terhadap generasi berikutnya.

Perencanaan sumber daya manusia adalah suatu proses


pengambilan keputusan yang dilakukan dalam pengembangan sumber
daya manusia terutama dalam hal kualitas, karena kualitas sumber daya
akan sangat mempengaruhi produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Evaluasi sebagai suatu sistim dalam pendidikan merupakan langkah
pengambilan keputusan yang sangat vital dalam perspektif perencanaan
sumber daya manusia, oleh karena itu perlu mengkaji bagaimana sistim
evaluasi yang kita lakukan di perguruan tinggi agar diperoleh kualitas
sumber daya manusia yang sesuai dengan harapan.

2. Pengertian
Jika kita membahas evaluasi dalan perspektif perencanaan
pembangunan sumber daya manusia, ada beberapa pengertian yang
harus kita pahami secara seksama agar permasalahannya menjadi lebih

1
jelas, Evaluasi yang dipelajari pada mata kuliah ini sebetulnya adalah
Evaluasi Hasil Belajar, namun karena ada juga mata kuliah Tes dan
Pengukuran Olahraga, maka perkuliahan evaluasi difokuskan pada tes
teori, sementara tes pengukuran difouskan pada tes praktek. Namun
demikian jika kita bicara hanya pada masalah evaluasi saja, maka
pengertiannya bukan hanya mengevaluasi hasil belajar, tetapi banyak
kegiatan atau program yang bisa dievaluasi utnuk melihat keberhasilan
suatu kegiatan atau program, sehingga kita mengenal juga evaluasi
dengan sebutan Ëvaluasi Program”. Evaluasi program ini juga akan kita
singgung secara sepintas dalam perkuliahan ini, demikian juga dengan
Evaluasi sebagai dasar perencanaan sumber daya manusia. Untuk
Evaluasi hasil belajar, ada beberapa pengertian dalam ranah evaluasi
yang harus dipahami yaitu :

a. Mengukur adalah suatu identifikasi sesuatu yang belum tahu


ukurannya dengan yang sudah diketahui ukurannya
b. Menilai adalah mengambil keputusan terhadap sesuatu dengan
ukuran baik buruk
c. Evaluasi adalah suatu proses yang meliputi penilaian dan
pengukuran (Arikunto, 2002)
d. Evaluator adalah orang yang bertanggung jawab terhadap proses
pelaksanaan evaluasi
e. Perencanaan adalah proses memilih pengalokasian sumber daya
yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
f. Pendidikan adalah Human investment yang dlakukan rumah
tangga untuk memperoleh rate return dimasa depan
(Bratakusumah, 2005)

Sistim evaluasi merupakan pola yang digunakan dalam


menentukan hasil belajar mahasiswa, pola ini meliputi unsur-unsur
penentu untuk tujuan belajar dan tujuan penilaian, yaitu membuat soal,

2
mengoreksi, mengolah data, membuat kesimpulan. Tujuan penilaian yang
dimaksud sebenarnya adalah mengukur tingkat kemampuan penguasaan
materi mahasiswa agar sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan dalam
kurikulum, selayaknya dosen telah mampu membuat tes, mengukur dan
melakukan penilaian dengan baik, namun demikian masih sering didengar
keluhan sebagian dosen yang masih merasa banyak kekurangan dan
kesulitan dalam menentukan hasil belajar mahasiswanya sehingga timbul
keluhan mahasiswa akan cara penilaian dosen yang akhirnya berdampak
pada penilaian dosen oleh publik.Berdasarkan hal-hal tersebut diatas
maka dapat dikatakan bahwa “Tanpa sistim evaluasi yang baik dan benar
dibidang pendidikan, perencanaan dan pengembangan sumber daya
manusia tidak akan dapat mencapai tujuannya sehingga akan berdampak
pada rendahnya kualitas lulusan”

Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia pendidikan menjadi


tiang utama yang harus dibangun dengan fondasi yang lebih kokoh, UU
No 20 Tahun 2003 mengisyaratkan hal itu agar bisa diimplementasikan
dalam pelaksanaan proses pendidikan. Pendidikan butuh biaya,
kemampuan masyarakat untuk membiayai pendidikan masih rendah,
namun kita harus tahu bahwa lembaga lembaga pendidikan juga bukanlah
panti amal yang mampu membiayai pendidikan masyarakat secara
merata. Pembiayaan sektor pendidikan sebesar 20 % yang dinyatakan
dalam UUD 1945 dan harus diimplementasikan melakui UU No 20 tahun
2003, Kepres No 3 tahun 2003 tentang tunjangan pendidikan serta UU
Guru dan Dosen mengisyaratkan bahwa ada keseriusan pemerintah untuk
membenahi pendidikan. Oleh karena itu dituntut keseriusan dari para
tenaga pendidik,guru, dosen dan lain sebagainya untuk meningkatkan
kinerja dalam proses pendidikan, sehingga dapat meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Kualitas Sumber Daya Manusia dapat ditingkatkan
melalui pendidikan dan kesehatan, hal ini sudah harus dipikirkan oleh
orang tua sebelum bayi dilahirkan karena perkembangan otak adalah

3
semasa bayi balita, otak adalah modal utama untuk memasuki arena
pendidikan, dengan kualitas otak yang baik diharapkan keberhasilan
dalam pendidikan akan lebih baik. Sehingga secara makro bayi yang
sehat merupakan endowment penting pembentukan manusia secara fisik
utuh dan berkualitas. (Elfindri, 2003)
Dalam perspektif perencanaan pendidikan adalah investasi modal
manusia yang dilakukan rumah tangga untuk anggota keluarganya agar
memperoleh keuntungan berupa pendapatan dari hasil suatu pekerjaan
dikemudian hari. Teori Human Capital yang menyebutkan bahwa
investasi sumber daya manusia dapat mendorong pertumbuhan ekonomi,
sebenarnya telah dipikirkan sejak zaman Adam Smith sebelum abad 19
yang menekankan pentingnya investasi keterampilan manusia (Suryadi,
1991) Kemudian studi studi yang dilakukan Theodore Schultz (1961) dan
Denison (1962) juga memperlihatkan bahwa pendidikan memberikan
kontribusi langsung terhadap pertumbuhan pendapatan negara, melalui
peningkatan keterampilan dan kemampuan produksi dari tenaga kerja.

Teori Human Capital adalah teori yang mendukung bahwa manusia


dalam konteks perekonomian merupakan modal yang tidak dapat
dipisahkan dari faktor produksi, ahli ekonomi menyebutkan bahwa teori ini
merupakan pemikiran yang menganggap manusia sebagai suatu bentuk
kapital sebagaimana bentuk kapital lainnya, Melalui investasi dirinya
sendiri, seseorang dapat memperluas alternatif untuk memilih profesi,
pekerjaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. “Human
Capital” bisa dikembangkan melalui pendidikan formal, pendidikan non
formal,, pengalaman kerja, kesehatan dan gizi, dan sebagainya. (Suryadi,
1991). Profesor Frederick Harbison menyatakan bahwa “Sumber daya
manusia…… merupakan modal dasar dari kekayaan suatu bangsa. Modal
fisik dan sumber daya alam hanyalah faktor produksi yang pada dasarnya
bersifat pasif, manusialah yang merupakan agen-agen aktif yang akan
mengumpulkan modal, mengekploitasi sumber daya alam, membangun

4
berbagai organisasi sosial, ekonomi dan politik serta melaksanakan
pembangunan nasional” (Todaro, 2000). Dalam membangun sumber
daya manusia melalui pendidikan, guru berperan penting sebagai penentu
proses pembentukan kualitas, disatu sisi guru diberi kewajiban mengajar
sesuai dengan kurikulum yang telah disusun dan direncanakan, kewajiban
ini harus menjadi tanggung jawab yang teruji bagi seorang guru. Dedikasi
yang tinggi dari seorang guru memang sangat dibutuhkan dalam
meningkatkan kualitas pendidikan. Apalagi perubahan besar telah terjadi
dengan beralihnya tanggung jawab pendidikan dari orang tua kepada
sekolah, karena kesibukan bekerja orang tua menyerahkan sebagian
tanggung jawabnya kepada sekolah untuk mendidik anak-anaknya. Tak
mengherankan jika orang tua memilih sekolah yang dinilainya baik dan
berkualitas. (Lutan,1991).

B. EVALUASI HASIL BELAJAR


Evaluasi adalah proses pengumpulan data untuk mengetahui
sejauhmana tujuan pendidikan telah dicapai, sebagaimana dijelaskan
Ralp Tyler dalam (Arikunto, 2002) bahwa Evaluasi merupakan sebuah
proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa
dan bagaimana tujuan pendidikan sudah tercapai, bahkan menurut
Cronbach dan Stufflebeam dalam (Arikunto, 2002) menambahkan definisi
tersebut bahwa proses evaluasi bukan sekadar mengukur sejauh mana
tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan. Dari sisi
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam rangka menciptakan
tenaga kerja yang produktif, evaluasi hasil belajar adalah gerbang dan
portir terakhir yang menentukan apakah seseorang sudah layak
menyelesaikan pendidikannya atau belum, dengan kurikulum berbasis
kompetensi diharapkan sistim evaluasi yang dilaksanakan benar benar
mengarah kepada kompetensi mahasiswa yang sebenarnya.

5
Sebagaimana yang telah diuraikan pada bagian tedahulu tentang
investasi yang ditanamkan rumah tangga dan pemerintah dalam
pendidikan untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas,
maka sistim evaluasi sangat menentukan apakah investasi yang
ditanamkan tersebut sesuai dengan yang diharapkan, relevan dan dapat
merangsang para rumah tangga dan masyarakat lainnya untuk
berinvestasi. Jika sistim evaluasi hasil belajar masih subjektif, tidak
menunjukkan kualitas sumber daya manusia yang sesungguhnya, maka
sistim evaluasi hasil belajar tidak menunjukkan hasil dari kurikulum
berbasis kompetensi, menghasilkan tenaga kerja yang tidak berkualitas
dan ini akan merupakan penipuan di pasar tenaga kerja, karena apa yang
diharapkan pasar kerja tidak terlihat pada produk pendidikan yang ada.

Dari diagram berikut dapat kita lihat suatu tranformasi proses


pendidikan dimana evaluasi sebagai salah satu unsur dalam transformasi
pendidikan akan menghasilkan output yang harus siap bersaing di pasar
kerja, apabila peluang untuk memperoleh pekerjaan dipasar kerja dapat
diraih maka akan terjadilah outcome. Di pasar kerja, segala sesuatu yang
berhubungan dengan peluang kerja harus didukung secara relevan dar
latar belakang pendidikan, sehingga pasar kerja akan memberikan umpan
balik terhadap transformasi pendidikan.

OUTPUT Pasa
INPUT OUTCOME
TRANSFORMAS r

UMPAN BALIK

6
Dalam transformasi tersebut terdapat unsur unsur yang dijelaskan
(Arikunto, 2002) sebagai berikut :

1. Siswa
2. Guru dan personil lainnya
3. Bahan pelajaran
4. Metode mengajar dan Sistim Evaluasi
5. Sarana penunjang
6. Sistim pendidikan
Seandainya sistim evaluasi hasil belajar yang diterapkan pada
sistim pendidikan sesuai dengan prosedur dan norma yang sebenarnya,
maka untuk siswa yang akan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, atau siswa yang akan mencari pekerjaan. Baik
perusahaan atau lembaga penerima tenaga kerja dan lembaga pendidikan
lanjutan tidak perlu lagi melaksanakan tes masuk penerimaan karyawan
atau SPMB, karena apa yang ada pada nilai hasil belajar siswa adalah
kemampuan mereka sendiri, perusahaan atau lembaga pendidikan
lanjutan tinggal meminta rangking siswa yang lulus sesuai dengan
kebutuhannya.

Kita tidak menyadari bahwa melaksanakan tes penerimaan


pegawai, SPMB adalah pekerjaan yang memerlukan dana besar, ini
dilaksanakan karena kita tidak bisa mempercayai tes hasil belajar siswa
SMU/SMK, pemborosan yang dilakukan setiap tahun sangat besar untuk
pelaksanaan tes ini, akan lebih efisien jika dana untuk tes ini diberikan
kepada sekolah untuk memperbaiki sistim evaluasi hasil belajarnya
kearah yang standard dan benar. Sebagai seorang dosen kita memiliki
dua hal yang saling berhubungan,

1. Mempunyai hak yang dapat dipertanggung jawabkan


a. Hak menerima income
b. Hak memberi nilai

7
c. Hak menentukan pendapat
d. Dan lain sebagainya.

2. Mempunyai kewajiban yang dapat dipertanggung jawabkan


a. Kewajiban yang Horizontal

1) Kewajiban mengajar.
2) Kewajiban mendidik.
3) Kewajiban menilai
4) Dan lain sebagainya
b. Kewajiban yang Vertikal Adalah kewajiban kepada Tuhan, dalam
mempertanggung jawabkan Apa yang kita laksanakan.
Untuk seorang dosen, maka menilai dan mengevaluasi
mahasiswa adalah suatu pekerjaan yang harus dipertanggung jawabkan
secara vertical dan horizontal, untuk itu perlu memahami setiap tindakan
atau pekerjaan yang akan dilakukan melalui suatu prosedur yang baik
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada kenyataannya masih ada
diantara kita dalam pekerjaan memberi nilai seorang mahasiswa tidak
melalui prosedur yang benar, yang dapat dipertanggung jawabkan,
bagaimana mempertanggung jawabkan nilai seorang mahasiswa jika
tanpa melaksanakan tatap muka sesuai dengan kuantitas yang ditentukan
mahasiswa dapat memperoleh nilai A, B, atau yang lainnya sementara
kita hanya duduk duduk diwarung kopi atau mengurusi pekerjaan yang
dapat mempertahankan reputasi, kedudukan dan sebagainya.

Fenomena ini terjadi akibat banyak factor yang tidak sesuai dengan
tuntutan kebutuhan seorang dosen dalam mengajar baik itu jam pelajaran,
kurikulum, materi pelajaran, peralatan, fasilitas, gaji, kemampuan dan lain
sebagainya. Dalam kemampuan harus kita sadari tidak semua dosen
mampu melakukan penilaian dengan baik, karena untuk menilai dengan
baik itu perlu alat yaitu tes, tes ini harus dicari, jika tidak ada harus dibuat
sesuai dengan kebutuhan. Didasari dengan latar belakang sebagaimana

8
tersebut diatas maka mari kita mencoba menata kemampuan diri dalam
menilai dan mengevaluasi mahasiswa dengan baik sesuai dengan
prosedur yang dapat dipertanggung jawabkan, sehingga pelaksanaan
perkuliahan dapat memberikan rangsangan dan keyakinan kepada
masyarakat dan orang tua untuk berinvestasi dibidang pendidikan.

Dengan baiknya sikap masyarakat dan rumah tangga dalam


berinvestasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka
secara agregat perencanaan dan pengembangan sumber daya manusia
dapat ditingkatkan kearah yang lebih maju sesuai dengan tuntutan era
globalisasi dan pasar kerja. Tanpa sistim evaluasi yang baik maka kualitas
sumber daya manusia tidak akan dapat direncanakan dengan baik, dari
sisi lain tetap menjadikan pendidikan sebagai arena meraih ijazah dan
sertifikat belajar tanpa mampu merobah kualitas sumber daya manusia,
sehingga masyarakat menjadi enggan untuk berinvestasi secara total
yang berdampak pada proses perencanaan sumber daya manusia
kedepan. Ada juga yang mengatakan bahwa arti evaluasi ini ialah suatu
kegiatan atau aktivtias mengumpulkan informasi mengenai kinerja sesuatu
(metode, manusia, peralatan), yang mana informasi itu akan dipakai untuk
bisa menentukan alternatif terbaik didalam membuat keputusan. Evaluasi
tersebut sangat dibutuhkan didalam berbagai bidang kehidupan manusia
sehingga meningkatkan efektivitas serta juga produktivitas, baik itu dalam
lingkup individu, kelompok, atau juga lingkungan kerja. Dibawah ini
merupakan beberapa informasi yang didapatkan dari proses evaluasi
diantaranya sebagai berikut:

1. Tingkat kemajuan suatu kegiatan.


2. Tingkat pencapaian suatu kegiatan sesuai dengan tujuannya.
3. Hal-hal yang harus dilakukan di masa mendatang.

9
Pengertian Evaluasi Menurut Para Ahli
Supaya lebih memahami mengenai apa itu evaluasi, maka kita dapat
merujuk pada beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli
diantaranya sebagai berikut :

1. Anne Anastasi
Menurut Anne Anastasi (1978), arti evaluasi ialah suatu proses sistematis
untuk menentukan sejauh mana tujuan instruksional tersebut dicapai oleh
seseorang. Evaluasi merupakan kegiatan atau aktivitas untuk menilai
sesuatu secara terencana, sistematik, serta juga terarah dengan
berdasarkan tujuan yang jelas.

2. Sajekti Rusi
Menurut Sajekti Rusi (1988), pengertian evaluasimerupakan suatu proses
menilai sesuatu, yang mencakup deskripsi tingkah laku siswa baik itu
dengan secara kuantitatif (pengukuran) atau juga kualitatif (penilaian).

3. Suharsimi Arikunto
Menurut Suharsimi Arikunto (2003), arti evaluasi ini merupakan
serangkaian kegiatan atau aktivitas yang bertujuan untuk dapat mengukur
tingkat keberhasilan pada suatu program pendidikan.

4. A.D Rooijakkers
Menurut A.D Rooijakkers, pengertian evaluasi ini merupakan suatu usaha
atau proses didalam menentukan nilai-nilai. Secara khusus evaluasi atau
penilaian tersebut juga diartikan ialah sebagai proses pemberian nilai
dengan berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan
pengambilan keputusan.

10
5. Norman E. Gronlund
Menurut Norman E. Gronlund (1976), evaluasi ini ialah suatu proses yang
sistematis untuk dapat menentukan atau juga membuat keputusan sampai
sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran itu sudah dicapai siswa.

6. Abdul Basir
Menurut Abdul Basir (1996), arti evaluasi merupakan suatu proses
pengumpulan data yang deskriptif, informative, prediktif, dilaksanakan
dengan secara sistematik serta juga bertahap untuk dapat menentukan
kebijaksanaan dalam usaha memperbaiki pendidikan.

7. William A. Mehrens dan Irlin J. Lehmann


Menurut William A.Mehrens dan Irlin J. Lehmann (1978), pengertian
evaluasi ini merupakan suatu proses merencanakan, memperoleh, serta
juga menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk dapat membuat
alternatif-alternatif keputusan.

Evaluasi disini dilakukan bukan tanpa tujuan, namun terdapat hal-hal yang
ingin dicapai  dengan melalui kegiatan ini. Secara khusus, dibawah ini
merupakan beberapa tujuan evaluasi diantaranya sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui seberapa baik tingkat penguasaan seseorang
terhadap kompetensi yang sudah ditetapkan.
2. Untuk mengetahui apa saja kesulitan yang dialami seseorang
dalam kegiatan atau aktivitasnya sehingga bisa dilakukan diagnosis
serta kemungkinan memberikan remedia teaching.
3. Untuk mengetahui tingkat efisiensi serta juga efektivitas suatu
metode, media, serta sumber daya lainnya didalam melaksanakan
suatu kegiatan.
4. Sebagai umpan balik serta juga informasi penting bagi pelaksana
evaluasi untuk dapat memperbaiki kekurangan yang ada yang

11
mana hal itu dapat dijadikan ialah sebagai acuan didalam
mengambil keputusan di masa mendatang.

Kegiatan atau aktivitas evaluasi ini mempunyai beberapa fungsi yang


bermanfaat bagi pihak yang melakukan evaluasi atau juga pihak yang
dievaluasi.
Dibawah ini merupakan beberapa fungsi evaluasi diantaranya sebagai
berikut:

1. Fungsi Selektif
Fungsi selektif ini merupakan fungsi yang dapat menyeleksi seseorang
apakah mempunyai komptensi yang sesuai dengan standar yang
ditetapkan. Contohnya; menentukan seseorang diterima kerja atau juga
tidak, menentukan seseorang naik jabatan atau juga tidak, dan lain
sebagainya.

2. Fungsi Diagnosa
Fungsi diagnosa ini bertujuan untuk mengetahui dapat kelebihan serta
kekurangan seseorang dalam bidang kompetensi tertentu. Contohnya
seperti untuk mengetahui kelebihan serta kekurangan seorang siswa
didalam bidang studi yang didapatkannya di sekolah.

3. Fungsi Penempatan
Fungsi penempatan bertujuan untuk dapat mengetahui di mana posisi
terbaik seseorang pada suatu bidang tertentu. Contohnya seperti untuk
mengetahui posisi terbaik seorang karyawan itu sesuai dengan bidangnya
di dalam sebuah perusahaan.

12
4. Fungsi Pengukuran Keberhasilan
Dalam hal ini, evaluasi tersebut berfungsi untuk dapat mengukur tingkat
keberhasilan padasuatu program, termasuk juga metode yang dipakai,
penggunaan sarana, serta pencapaian tujuan.

Tahapan Evaluasi :
Dalam kegiatan atau aktivitas evaluasi ini terdapat beberapa tahapan
penting yang saling berelasi satu sama lainnya. Mengacu pada pengertian
evaluasi, dibawah ini merupakan beberapa tahapan-tahapan evaluasi
diantaranya sebagai berikut:
1. Menentukan topik evaluasi, yakni kegiatan atau aktivitas penentuan
topik yang akan dievaluasi. Contohnya seperti; evaluasi hasil kerja,
atau evaluasi rencana kerja.
2. Merancang kegiatan atau aktivitas evaluasi, yakni kegiatan
mendesain proses evaluasi sehingga didalam pelaksanaannya itu
tidak melewatkan hal-hal yang penting.
3. Pengumpulan data, yakni kegiatan atau aktivitas mengumpulkan
serta mencatat tiap-tiap informasi itu sesuai dengan perencanaan
dengan berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah.
4. Pengolahan serta analisis data, merupakan suatu kegiatan atau
aktivitas mengolah informasi dengan cara mengelompokkan data
supaya dapat lebih mudah dalam melakukan analisis, dan juga
menentukan tolak ukur waktu ialah sebagai hasil evaluasi.
5. Pelaporan hasil evaluasi, merupakan membuat laporan hasil
evaluasi supaya dapat diketahui oleh pihak-pihak yang
berkepentingan.

Kriteria Evaluasi antara lain adalah :


1. Efektifitas: yang mengidentifikasi apakah pencapaian tujuan yang
diinginkan telah optimal.

13
2. Efisiensi: menyangkut apakah manfaat yang diinginkan benar-
benar berguna atau bernilai dari program publik sebagai fasilitas
yang dapat memadai secara efektif.
3. Responsivitas: yang menyangkut mengkaji apakah hasil kebijakan
memuaskan kebutuhan/keinginan, preferensi, atau nilai kelompok
tertentu terhadap pemanfaatan suatu sumber daya.

Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan dalam Evaluasi, berikut adalah
teknik evaluasi, antara lain:
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut
dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untu menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan
merupakan suatu komunikasi yang direncanakan. Tujuan dari
wawancara adalah untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan
dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin hubungan antara
perawat dengan klien. Selain itu wawancara juga bertujuan untuk
membantu klien memperoleh informasi dan berpartisipasi dalam
identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta membantu perawat
untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan komunikasi.
Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang kompleks dan
memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi. Komunikasi
keperawatan biasanya digunaan untuk memperoleh riwayat
keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang
berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertuar pikiran dan
perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal
maupun non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi. Teknik
verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali jawaban dan
memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi : mendengarkan

14
secara aktif, diam, sentuhan dan konta mata. Mendengarkan secara
aktif merupakan suatu hal yang penting dalam pengumpulan data,
tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit dipelajari. Tahapan
wawancara / komunikasi adalah :

a. Persiapan, Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat


harus melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat
diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien, karena
akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya
dengan klien. Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi,
perawat tidak boleh memaksa atau memberi kesempatan kepada
klien kapan mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik
yang akan digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian
rupa guna memperlancar wawancara.
b. Pembukaan atau perkenalan Langkah pertama perawat dalam
mengawali wawancara adalah dengan memperkenalkan diri : nama,
status, tujuan wawancara, waktu yang diperlukan dan faktor-faktor
yang menjadi pokok pembicaraan. Perawat perlu memberikan
informasi kepada klien mengenai data yang terkumpul dan akan
disimpan dimana, bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang
boleh mengetahuinya.
c. Isi / tahap kerja Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat
memfokuskan arah pembicaraan pada masalah khusus yang ingin
diketahui. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1) Fokus wawancara adalah klien
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian.
3) Jelaskan bila perlu.
4) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
5) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
6) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya.

15
7) Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaannya
8) Sentuhan edukasional, bila diperlukan dan memungkinan.

Terminasi
Pewawancara mempersiapkan untuk penutupan wawancara. Untuk itu
klien harus mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari wawancara
pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir wawancara
pewawancara dan klien mampu menilai keberhasilan dan dapat
mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, pewawancara perlu
membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan klien adalah :
1) Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya.
2) Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan
keluhan-keluhannya secara bebas.
3) Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman
dan nyaman bagi klien.
4) Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian.
5) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
6) Tidak bersifat menggurui.
7) Memperhatikan pesan yang disampaikan.
8) Mengurangi hambatan-hambatan.
9) Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara
duduk).
10) Menghindari adanya interupsi.
11) Mendengarkan penuh dengan perasaan.
12) Memberikan kesempatan istirahat kepada klien

2. Pengamatan/observasi
Pengamatan adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.

16
Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra
lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi
klien melalui kepekaan alat panca indra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah :
Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara
terinci kepada klien (meskipun komunikasi tetap harus dilakukan),
karena terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau
mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak murni).
Misalnya : “Pak, saya akan menghitung menunggu jawaban bapak
dalam satu menit”. Kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi
tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur
dan mencari jawabannya.

3. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi adalah tekni evaluasi yang menggunakan bahan
bahan untuk evaluasi dari dokumen dokumen yang masih actual,
terpakai dan legal, dokumen dokumen ini dapat ditemukan dikantor
atau lembaga yang berhubungan dengan bidang yang akan dievaluasi

17
DAFTAR BACAAN

1. Arma Abdoellah, (1990) Evaluasi Pendidikan Olahraga, FKIK IKIP:


Yogyakarta

2. Baumgartner, Ted A and Jackson, Andrew S (1995)


Measurement and
Evaluation and

3. Kirkendal, D. Joseph, J.Johnson, Robert E (1967) Measurement and


Evaluation for Physical Educator, Champain Illionis.

4. Nurhasan (2000) Tes Pengukuran dan Evaluasi Olahraga FPOK UPI


Bandung.

5. Suharsimi Arikunto, (2000) Dasar dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi


Aksara,
Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai