Anda di halaman 1dari 7

AKUNTANSI BELA NEGARA

REVIEW JURNAL

Disusun Oleh:
KELOMPOK 5
KELAS D / AKUNTANSI

KRISMAYANTO RAGIL S. (17013010019)


DEWI TAMARA R. (17013010022)
MUHAMMAD NAFI A. (17013010241)
WIDYA NANDA H. (17013010247)
INDAH MUNIROH (17013010249)
DIAN PRAMESTI (17013010258)
LISTIN LUTFITRIYAH (17013010274)
DLUHA MADANANTO I. (17013010300)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL“VETERAN”
JAWA TIMUR
2020
JURNAL 1

JUDUL Cultural Ethics and Consequences in Whistle-Blowing


Among Professional Accountants: An Empirical
Analysis (Etika Budaya dan Konsekuensi dalam Whistle-
Blowing Diantara Akuntan Profesional: Sebuah Analisis
Empiris)
JURNAL Journal of Applied Economic Sciences
VOLUME & HALAMAN Volume XII, Fall 6(52): 1725– 1731.
TAHUN 2017
PENULIS Tulus Suryanto dan Eleftherios L. Thalassinos
DIAKSES 19 Februari 2020
REVIEWERS Kelompok 5 Akuntansi BelaNegara

1. LATAR BELAKANG
Sebuah langkah yang dilakukan untuk seseorang atau beberapa orang karyawan untuk
membocorkan kecurangan entah yang dilakukan oleh perusahaan atau atasannya kepada
pihak lain disebut whistle blowing. Di tahun 2, menjadi tahun yang berharga bagi 3 orang
wanita karena menerima penghargaan dari Time Magazine berkat tindakan mereka menjadi
whistle-blowers. Dikenal sebagai "orang yang melakukan hal yang benar dengan hanya
melakukan hal yang benar". Mereka juga dihargai karena keberanian mereka dalam
melakukan whistle-blowing.
Whistle-blowing dipengaruhi oleh konteks budaya karena persepsi yang benar atau
salah, keadilan, moralitas dan kesetiaan bisa sangat berbeda dalam deskripsi dan praktik,
tergantung pada negara dan aliran pemikiran dari mana orang tersebut berasal. Pelopor
penelitian lintas budaya menemukan bahwa budaya dapat memengaruhi whistle-blowing
hingga batas yang luas (Patel dan Millanta 2011). Budaya adalah cerminan dari sikap
sekelompok orang atau masyarakat. Di Indonesia, ia terdiri dari berbagai kelompok etnis
yang memiliki budaya beragam yang mencerminkan karakteristik daerah untuk masing-
masing dari mereka sesuai dengan daerah masing-masing. Salah satu suku di Indonesia
dengan populasi tinggi adalah orang Jawa. Mayoritas suku Jawa ada di Jawa, tetapi seiring
berjalannya waktu orang Jawa telah berpindah ke berbagai daerah di Indonesia.
Suku Jawa terkenal karena budayanya dengan beberapa karakteristik perilaku di
antaranya yang disebut "Tepo Seliro". Ini berkonotasi toleransi yang berarti menoleransi dan
menghargai orang lain. “Tepo Seliro” atau menjunjung tinggi rasa toleransi tidak hanya
penting dalam mewujudkan keharmonisan kehidupan tetapi juga membuat orang mencapai
martabat yang baik di masyarakat setempat. Terkait dengan whistle-blowing, calon whistle-
blower dapat merasakan bahwa whistle-blowing hanya akan merusak kepercayaan pada
organisasi (Dandekar 1991). Oleh karena itu, pengaduan dapat memengaruhi keyakinan,
persepsi, dan perasaan rekan kerja. Ini juga mempengaruhi hubungan antara karyawan,
koperasi, dan mitra di tempat kerja.
Penelitian ini mengidentifikasi sejumlah faktor budaya yang mempengaruhi keinginan
untuk meningkatkan kondisi whistle-blowing di Pulau Jawa, Indonesia. Hasilnya dapat
digunakan dalam keadaan yang sama dengan mempertimbangkan perbedaan budaya di
negara atau / dan wilayah menggunakan akuntansi dan keuangan Islam.

2. TUJUAN PENELITIAN
Menguji dampak etika budaya dalam whistle-blowing
Meneliti konsekuensi di antara akuntan profesional yang berasal dari budaya jawa
Menentukan beberapa karakteristik khusus dalam praktik profesional mereka
Menyelidiki minat mereka untuk menjadi whistle-blower di masyarakat Indonesia.

3. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi
Budaya cerminan dari sikap sekelompok orang atau masyarakat.
keuangan Islam lembaga keuangan milik umat Islam, melayani umat Islam, ada
dewan syariah, merupakan anggota organisasi internasional
bank Islam (IAIB) dan sebagainya.
Auditing Pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu
perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan untuk
menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan
secara wajar, dalam semua hal material, posisi keuangan dan
hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut.
Whistle-blowing didefinisikan sebagai pengungkapan oleh anggota organisasi
(sebelumnya atau sekarang) tentang praktik ilegal, tidak
bermoral, atau tidak sah yang dikendalikan oleh atasan kepada
orang atau organisasi yang dapat mengambil tindak lanjut
sebagaimana dinyatakan dalam karya-karya oleh Near dan
Miceli (2016).

4. KESIMPULAN
Poin dari penelitian ini telah menunjukkan, bahwa “budaya Jawa Tepo Seliro 'dapat
menghambat dan mengurangi keinginan untuk menyelidiki whistle-blowing di masyarakat,
karena telah dicampur dengan pandangan dunia tentang whistle-blowing.

5. TANGGAPAN & KRITIK


1. Whistle blowing internal maupun eksternal sebaiknya diselesaikan secara baik-baik agar
tidak terjadi perembetan masalah yang dapat menjatuhkan nama instansi, lembaga atau
organisasi tersebut maupun masyarakat yang dirugikan.
2. Kurangnya penjelasan informasi mengenai isi artikel dan bagaimana teknis analisis
datanya bisa menghasilkan sebuah kesimpulan.
3. Dalam penelitian ini diperlukan untuk menyelidiki kasus-kasus spesifik whistle-blowing
dalam budaya Jawa, atau kasus-kasus spesifik dari kegagalan pengendalian internal
dalam budaya Jawa untuk memastikan apakah whistle-blowing dapat mencegah
berbagai macam dari kegagalan tersebut.
4. Diharapkan di penelitian di masa depan dapat memeriksa berbagai penyebab yang
menghambat whistle-blowing, yang mendorong pelapor dan keinginan untuk melakukan
whistle-blowing
5. Dari penelitian temuan ini akan memungkinkan para pembuat kebijakan dan akuntan
profesional untuk mengantisipasi dan memprediksi pengaduan.
JURNAL 2

JUDUL Urgensi Internalisasi Nilai Bela Negara di kalangan


Mahasiswa dan tantangan Integritas Bangsa di Era
Globalisasi
JURNAL Jurnal Moderat
VOLUME & HALAMAN Volume 4, Nomor 3, hlm 1-10.
TAHUN 2018
PENULIS Kalidjernih dan Scott, J.
DIAKSES 19 Februari 2020
REVIEWERS Kelompok 5 Akuntansi BelaNegara

1. LATAR BELAKANG

Mahasiswa sebagai agent of change dan agent of control. Agent of change yaitu suatu
tindakan yang membawa suatu keadaan dari kondisi yang kurang baik ke kondisi yang lebih
baik, dan yang sudah baik menjadi lebih baik lagi. Sedangkan Agent of Control yaitu
mahasiswa berfungsi sebagai kapten dari kapal pemerintahan yang mengawasi
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh nahkoda pemerintah.

Faktanya sekarang nilai-nilai kebangsaan semakinmemudar dikalangan mahasiswa,


berdasarkan observasi dan berbagai data empiris lainnya, bahwa mahasiswa sekarang sangat
disibukkan oleh sistem SKS dan kontrak kuliah yang harus segera diselesaikan. Dan pada
zaman ini, di era globalisasi yang dimana peran mahasiswa tergerus oleh budaya atau
kebiasan Negara asing.

Oleh karena itu, mahasiswa harus sadar akan nilai-nilai dasar bela Negara yaitu cinta
tanah air, sadar berbangsa dan bernegara, yakin pada pancasila sebagai ideology Negara,
rela berkorban untuk bangsa dan Negara, dan kemampuan awal bela Negara baik psikis
maupun fisik. internalisasi di kalangan mahasiswa dihadapkan kepada potensi implikasi
negatif globalisasi yang jika tidak disikapi dipastikan dapat menggerus orientasi dan nilai
kehidupan integritas Bangsa Indonesia di masa depan.

2. TUJUAN PENILITIAN
1. Mengetahui pentingnya nilai bela Negara bagi mahasiswai
2. Menelisik peran mahasiswa di era globalisasi
3. DEFINISI OPERASIONAL
Variabel Definisi
Internalisasi merupakan sebuah jawaban atas persoalan dampak negatif
globalisasi dikalangan mahasiswa, dimana mahasiswa yang
memiliki daya kritis yang luar biasa dan ditunjang dengan
proses internalisasi nilai-nilai bela Negara akan menghasilkan
mahasiswa kritis yang berwawasan kebangsaan dan cinta tanah
air.
Nilai Bela Negara Kecintaan kepada tanah air, Kesadaran berbangsa dan
bernegara, Yakin kepada Pancasila sebagai ideologi negara,
Rela berkorban untuk bangsa dan negara, Memiliki
kemampuan bela negara baik secara psikis maupun fisik
Integritas Bangsa sebuah kesatuan dari berbagai kelompok budaya atau kelompok
sosial dalam suatu wilayah.
Globalisasi oses integrasi internasional yang terjadi karena pertukaran
pandangan dunia, produk, pemikiran, dan aspek-aspek
kebudayaan lainnya.

4. KESIMPULAN

Tidak ada satu Negara yang dapat menangkal tentang masuknya arus globalisasi
kedalam negaranya, yang dapat dilakukan adalah mengelola arus globalisasi sehingga
tidak mengancam keutuhan suatu bangsa. Mahasiswa sebagai kaum intelektual muda tidak
dapat terhindarkan dari masuknya arus globalisasi, sehingga idealisme yang dimiliki oleh
mahasiswa dapat terganggu dan mengakibatkan katimpangan terhadap kontrol sosial yang
terjadi didalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bela Negara merupakan konsep yang
ditawarkan Negara untuk menumbuh kembangkan rasa nasionalisme setiap warga
negaranya, namun penanaman nilai-nilai bela Negara terhadap mahasiswa tidak cukup
dilakukan dalam tataran konsep melalui pelatihan dan seminar-seminar, namun lebih
kepada proses internalisasi nilainilai bela Negara.

Internalisasi nilai-nilai bela Negara dikalangan mahasiswa merupakan hal yang relavan
dilakukan didalam menghadapi arus negatif globalisasi, dimana dengan adanya
intenalisasi nilai-nilai bela setiap individu mahasiswa diberikan pembekalan terhadap
pengetahuan tentang wawasan kebangsaan dan cinta tanah air, dan juga sebagai aktor
utama didalam melaksanakan nilai-nilai bela

Negara di dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian proses pelaksanaan bela


Negara di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak lagi berada dalam tataran
penanaman nilai-nilai konseptual bela Negara, namun jauh dari itu. Dengan kekritisan
mahasiswa dan bekal yang didapatkan dari proses internalisasi nilainilai bela Negara akan
dapat menangkal arus negatif globalisasi, namun justru dapat memanfaatkan arus
globalisasi sebagai bagian dari penguatan nilai-nilai kebangsaan. Hal ini juga akan
menjadikan penguatan tentang nilai-nilai bela Negara di kalangan masyarakat umum,
karena mahasiswa sebagai motor penggerak terhadap penyebaran nilainilai bela Negara
kepada masyarakat umum.

Internalisasinilai-nilai bela Negara di lingkungan mahasiswa akan menjadikan motor


penggerak tentang penguatan nilai-nilai nasionalisme di lingkungan masyarakat umum.

5. TANGGAPAN DAN KRITIK

Begitu pentingnya rasa bela Negara bagi setiap warga Negara didalam
menghadapi arus negatif globalisasi, sehingga dalam hal ini penulis berpendapat bahwa
terdapat lima cara yang harus dilakukan Negara berkembang terhadap menangkal arus
negatif globalisasi dengan menerapkan internalisasi nilai-nilai bela negara, cara
tersebut adalah, sebagai berikut:

1. Bagaimana mengelola globalisasi dan bagaimana memperkuat akar kebangsaan,


kemampuan bangsa untuk menghadapi globalisasi.
2. Memilih apa yang dilakukan negara lain dan bahkan perusahaan multinasional di dalam
memperkuat kompetensinya.
3. Melakukan kerja sama atau merjer.
4. Menggali segala potensi dalam negeri disegala bidang.
5. Peningkatan kualitas SDM, mobilisasi daya dan dana dalam negeri seperti jaminan
social.

Anda mungkin juga menyukai