Anda di halaman 1dari 20

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH: FILSAFAT ILMU


Kelas E
===============================================
Nama : Johny Peter Lengkong
NPM : 170130080010
Bidang Ilmu : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (S3)
BKU : Ilmu Administrasi
Dosen : Prof, (em.) H.R. Husen Djajasukanta, Ir., M.Sc., Ph.D.
Tanggal : 16 Januari 2009
__________________________________________________________________

Soal No. 1:
Tuliskan penalaran indunktif dengan mengambil contoh dalam
cabang/bidang ilmu yang menjadi perhatian dan kajian anda
melalui:
(a). Generalisasi iduktif dengan deduksinya;
(b). Analogi induktif;
(c). Hubungan kausal (sebab akibat) menurut metode John
Stuart Mill:
(i). Metode pembedaan;
(ii). Metode variasi;
Dengan catatan contoh-contoh untuk butir (a), (b), dan (c) (i),
(c) (ii) harus berbeda materinya.
JAWAB:
(a) Contoh genelasisasi induktif dengan deduksinya;
Setelah penerapan Undang-undang No 32 Tahun 2004
( Pemerintahan Daerah),dalam hal pengelolaan (Penerimaan)
Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/Kota di Propinsi
Sulawesi Utara di evaluasi, didapati ternyata PAD Kab.
Minahasa, Kota Manado, Kota Bitung, dan Kab. Bolaang-

1
Mongondow naik rata-rata 15% pertahun. PAD Kab. Minahasa
Utara, Kab. Minahasa Selatan, dan Kota Tomohon naik rata-
rata 10% pertahun. PAD kab. Kepulauan Sangihe, dan Kota
Kotamubagu naik rata-rata 5% pertahun. Sementara
Kabupaten dan Kota Lainya naik rata-rata dibawah 5%. Dapat
disimpulkan bahwa penerapan UU. No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah dalam hal pengelolaan
keuangan daerah (penerimaan PAD) di Propinsi Sulawesi Utara
berhasil.
(b). Analogi Induktif;
Jika Amerika Serikat mampu menjadi negara demokrasi
terkemuka karena prinsip-prinsip demokrasi ditegakan,
dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan, Maka
Indonesia akan mampu menjadi negara demokrasi utama, jika
prinsip-prinsip demokrasi ditegakan, dijalankan secata
konsisten dan berkelanjutan.

(c) Hubungan Kausal (sebab-akibat) menurut metode John


Stuart Mill:
(i). Metode Perbedaan ( method of difference);
Apabila sebuah peristwa mengandung gejala yang diselidiki
dan sebuah peristiwa lain yang tidak mengandungnya, namun
faktor-faktornya sama kecuali satu, yang mana faktor (yang
satu) itu terdapat pada peristiwa pertama, maka itulah satu-
satunya faktor yang menyebabkan peristiwa itu berbeda.
Karenanya dapat disimpulan bahwa satu faktor (yang berbeda)
itu sebagai suatu penyebab terjadinya suatu gejala pembedaan
(yang diselidiki) tersebut.
Contoh;

2
Negara Indonesia mengalami krisis ekonomi karena; nilai tukar
mata uang yang terus merosot, hutang luar negeri yang
besar, krisis poltik dalam negeri yang berlarut-larut.
Negara Thailand tidak mengalami krisis ekonomi walaupun
nilai tukar mata uangnya terus merosot, krisis politik dalam
negeri yang berlarut-larut.
Dari kedua peristiwa tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa
terjadinya krisis ekonomi suatu negara karena besarnya
hutang luar negeri.
(ii). Metode Variasi (Method of concomitan variations);
Apabila suatu gejala mengalami perubahan ketika gejala lain
berubah dengan cara tertentu, maka gejala itu adalah sebab
atau akibat dari gejala lain, atau berhubungan secara sebab
akibat.
Contoh;
Stabilitas politik suatu negara yang mantap dan dinamis
sangat ditentukan oleh tingkat partisipasi politik masyarakat
yang tinggi (warga negara).
Stabilitas politik suatu negara dipengaruhi juga oleh stabilitas
politik lingkungan regional/kawasan (negara-negara sekitar).
Stabilitas politik suatu regional/kawasan dipengaruhi oleh
stabilitas politik global.
Dapat disimpulkan bahwa stabilitas politik suatu negara
sangat dipengaruhi oleh partisipasi politik masyarakatnya
yang tinggi, pada saat bersamaan pula dipengarihi oleh
stabilitas politik regional, dan juga stabilitas politik global.
Demikian terjadi secara timbal balik/sebab akibat.

Soal No. 2:
Berkaitan dengan soal (2) UTS. Sekali lagi anda diminta
pendapat dan kritik mengenai yang dibahas dalam kelima
buku bukan hanya perkembangan pengetahuan/sains dan

3
berbagai aliran filsafat yang mendasarinya, tetapi juga
bagaimana anda akan melaksanakan dan mengimplementasi
perubahan dari ’sains Barat Sekuler’ ke ’sains ”Baru”
transendental sebagaimana tersurat/tersirat dalam buku-buku
itu, yaitu: (i) buku-buku Hidayat Nataatmaja, terutama "Krisis
Manusia Modern" (1994), (li) Mahdi Ghulsyani (1988): "Filsafat
Sains menurut al-Quran", terutama bagian "Pengantar" oleh
Haidar Bagir dan Zainal Abidin ("Fllsafat Sains Islam, Kenyataan
atau Khayalan"), (iii) Syed Muhammad Naquib al-Attas (1995):
"Islam dan Filsafat Sains", (iv) Herman Soewardi (1999): "Roda
Berputar Dunia BerguLir, Kognisi Baru Tentang Timbul
Tenggelamnya Sivilisasi" dan buku-bukunya yang lain, (v) Donny
Gahral Adian (2002): "Menyoal Obyektivisme Ilmu Pengetahuan".
Jawaban :

Hidayat Nataatmafa (1994) dalam “Krisis Manusia


Modern" secara tegas dan cermat menyatakan bahwa
"Manusia yang belum merdeka dalam arti subjektif kalau
diberi hak kemerdekaan dalam arti objektif akan
menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk memperbudak
orang lain, dan karena itu mustahil mereka menyadari hakikat
perbudakan yang mereka jalankan terhadap orang lain,
sehingga lahirlah Ilmu pencuri teriak pencuri". Akibatnya
sampai hari ini Indonesia sebagai bangsa, kurang manusiawi
dalam pendidikan, kesehatan dan daya beli, keadilan,
lingkungan yang porak poranda dengan illegal loggingnya,
termasuk dalam kebebasan beragama seperti yang terjadi
akhir-akhir ini terjadi bentrokan bahkan pembakaaran tempat
ibadah antara salah satu golongan terhadap golongan lain
yang mengakibatkan terjadi pengebirian serta kecurigaaan
antara sesama anak bangsa. Apapun sebabnya segala bentuk
pemerkosaan keyakinan dan penyempitan, pemberangusan,

4
pembredelan, pembodohan dan pembusukan yang dilakukan
secara struktural maupun kultural telah berhasil membuat
bangsa ini melupakan panggilan tanggungjawabnya terhadap
pnkemanusian dan perikeadilan yang beradab.
Kaitan bagaimana kita akan melaksanakan dan
mengimplementasikan perubahan dari ‘sains Barat Sekuler’
ke ‘sains “Baru” transendental, Hidayat Nataatmadja
memberikan hukum-hukum baru sebagai jalan rintisan,
yaitu : rukun paritas dan rukun kewargaan.
Rukun Paritas; Merupakan manifestasi dari intisari kitab
suci yang menyatakan bahwa Allah mennciptakan segala
sesuatu dalam pasangan, yaang berarti obyektivitas itu harus
subyektif. Istilah ‘dunia-akhirat’ merupakan kata majemuk
yang mencerminkan kesatuan pasangan. Manusia seutuhnya
berarti manusia yang mengenal dimensi spiritual dan dimensi
sekular yang baik, mengenal keduanya sebagai pasangan yang
tidak terpisahkan selama manusia itu hidup di bumi.
Rukun Kewargaan; Bersama-sama dengan rukun paritas
membentuk paradigma keilmuan baru dengan rukun iman
sebagai intinya (nilai kebersamaan antar umat/manusia)
bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri dan harus bersama-
sama membentuk peradaban baru, yang diadasarkan nilai-
nilai spiritual (keagamaan).
Dapat disimpulkan bahwa dalam pencarian kebenaran
ilmu pengetahuan baik aspek teoritis, maupun praktis
menurut tulisan Hidayat Nataatmadja harus didasarkan pada
pandangan agama, terutama dalam pemanfaatan ilmu bagi
kebaikan umat manusia, karena nalai-nilai (perinsip Kesatuan
Ilahi/Tauhid) yang terkandung didalamnya sangat universal
dan berlaku sepanjang masa, dan teritimewa pasti membawa
berkah bagi peradaban manusia.

5
Mahdi Ghulsyani (1988) mengemukakan dalam "Filsafat
Sains menurut al-Quran”, bahwa Al-Quran memang
merupakan Kitab petunjuk bagi manusia, dan mencakup apa
saja yang diperlukan manusia dalam wilayah iman dan amal.
Al-Quran bukan merupakan ensiklopedi sains, dan mencocok-
cocokannya dengan teori-teori sains yng berubah tidaklah
tepat. Tetapi, hal yang juga ddak bisa dipungkiri bahwa Al-
Quran memberi rujukan-rujukan terhadap sebagian fenomena
alam. Hal ini bukan untuk mengajarkan sains, tetapi harus
digunakan sebagai bantuan dalam menarik perhatian orang
kepada keagungan Allah dan dengan begitu membawanya
dekat kepada-Nya. Kemajuan sains juga membawa membawa
kemudahan dalam memahami berbagai ayat-ayat kealaman,
misalnya : Tidakkah mereka orang-orang kafir itu melihat
bahwa langit dan bumi keduanya dulu merupakan sesuatu
yang padu, kemudian kami pisahkan keduanya, dan dari air
kami jadikan segala-sesuatu yang hidup (21:30). Merujuk
kepada evolusi jagad raya dan peranan air dalam kehidupan.
Pendapat ini sesuai dengan Al-Maraghi : "Bukan maksud
saya untuk mengatakan bahwa Kitab Suci ini mencakup
secara rinci atau ringkas, seluruh sains dalam gaya buku teks,
tetapi saya ingin mengatakan bahwa Al_Quran mengandung
prinsip-prinsip umum dalam arrian seseorang dapat
menurunkan seluruh pengetahuan tentang fisik dan spiritual
manusia yang ingin diketahuinya dengan bantuan prinsip-
prinsip tersebut. Adalah penting untuk tidak memperluas
makna ayat sejauh itu, agar kita dapat menafsirkannya dalam
sorotan sains. Juga seseorang ddak boleh melebih-lebihkan
penafsiran fakta-fakta ilmiah sehingga cocok dengan Al-Quran.
Bagaimana pun, jika makna lahiriah ayat itu konsisten dengan
sebuah fakta ilmiah yang mantap, kita dapat menafsirkannya
denga bantuan fakta itu. Pesan Al-Quran bagi Ilmuwan

6
Muslim; dalam Al-Quran terdapat lebih dari 750 ayat
membahas berbagai fenomena alam. Ayat-ayat ini melibatkan
sebuah pesan penting bagi para ilmuwan Muslim. (1)
Dianjurkan untuk mengkaji seluruh aspek alam dan
menemukan misteri-misteri penciptaan. "Dan pada penciptaan
kalian dan pada binatangObinatang melata itu terdapat ayat-
ayat bagi kaum yang meyakininya (45:5)"; Tetapi mengkaji
ayat-ayat keilmuan dalam Al-Quran harus mendorong kaum
Muslim untuk mengejar sains dan ddak hanya terpaku pada
petunjuk-petunjuk yang ada; (2) Ayat-ayat itu menegaskan
bahwa segala sesuatu di dunia itu teratur dan bertujuan. Dan
ddak ada cacat. "... Dan Dia ciptakan segala sesuatu,
kemudian Dia mengaturnya dengan sangat tepat (25:2)"; (3) Al-
Quran menyuruh kita mengenali hukum-hukum alam (pola-
pola Allah di alam semesta) dan mengeksploitasinya untuk
kesejahteraan manusia dengan tidak melampaui batas-batas
syariah. " .... Allah telah meninggikan langit dan
menyeimbangkannya, janganlah kalian menyalahi
keseimbangan (55:5-8)". Eksploitas material harus membawa
kita pada kemajuan spiritual dan bukan menghancurkannya;
(4) Sains adalah perwujudan berbeda dari satu dunia yang
diciptakan dan yang dikelola oleh satu Tuhan. Karena itu
kombinasi ilmu-ilmu tersebut harus menggiring kita kepada
gambaran tunggal dunia; (5) Al-Quran dan hubungannya
dengan sains, adalah keunikan pandangan dunia dan
epistemologinya. Kebanyakan kesalahan yang terjadi pada
perkembangan sains memiliki akar pada pandangan
materialistik yang menyertai sains modern. Al-Quran
memperingatkan kita pada perangkap-perangkap ini dan
memberitahukan rintangan-rintangan terhadap pengetahuan
alam yang benar kepada kita.

7
Dalam bahasan ini kita terfokus pada bagian "Pengantar"
oleh Haidar Bagir dan Zainal Abidin ("Fllsafat Sains Islam,
Kenyataan atau Khayalan"), mengemukakan bahwa apa yang
disebut peradaban modern, saat ini sedang berada pada masa
kritis. Lahirnya sains modern adalah untuk diterapkan, untuk
memberikan tempat pada manusia sebagai penguasa alam
sehinga manusia bisa bebas mengeksploitasinya demi
kepentingan manusia sendiri dalam kehidupan sehari-harinya.
Sains modern tidak bisa dipisahkan dari penerapannya, baik
atau buruk, dan akibatnya ia tidak netral. Dampaknya adalah
terlihat pada pola pikir manusia berlanjut pada perilakunya,
contoh adalah pandangan sekularisme dan utilitarian yang
memisahkan antara dunia material dan spiritual, yang pada
akhirnya membentuk ”epistemologi peradaban barat”.
Bagaimana manusia modern melepaskan dirinya dari
belenggu ”epistemologi peradaban barat”, manusia harus
menyadari bahwa fitrah manusia itu terbatas (keterbatasan
pengetahuan manusia) dan manusia harus meyakini akan
”Realitas Suprafisik” yang mengendalikan seluruh keberadaan
alam semesta termasuk didalamnya manusia. Menurut Al-
Quran, kita dapat mengenali alam jika kita menggunakan
indera dan intelektualitas. Mempelajari alam adalah untuk
menyingkap misteri-misteri penciptaan-penciptaan agar kita
sadar akan kebijaksanaan dan kekuasaan Allah.
Syed Muhammad Narquib al-Attas (1995) dalam "Islam
dan Filsafat Sains" menyadari bahwa "virus" yang
terkandung dalam Ilmu Pengetahuan Barat modern-sekuler
merupakan tantangan yang paling besar bagi kaum Muslimin
saat ini. Dalam pandangannya, peradaban Barat modern telah
membuat ilmu menjadi problematis. Selain telah salah-
memahami makna ilmu, peradaban Barat juga telah
menghilangkan maksud dan tujuan ilmu. Sekalipun,

8
peradaban Barat modern menghasilkan juga ilmu yang
bermanfaat, namun peradaban tersebut juga telah
menyebabkan kerusakan dalam kehidupan manusia. Dalam
pandangan Syed Muhammad Naquib al-Attas, Westernisasi
ilmu adalah basil dan kebingungan dan skeptisisme.
Westernisasi ilmu telah mengangkat keraguan dan dugaan ke
tahap metodologi 'ilmiah/ Bukan hanya itu, Westernisasi ilmu
juga telah menjadlkan keraguan sebagai alat epistemologi yang
sah dalam keilmuan. Menurutnya lagi, Westernisasi ilmu tidak
dibangun di atas Wahyu dan kepercayaan agama. Namun
dibangun di atas tradisi budaya yang diperkuat dengan
spekulasi filosofis yang terkait dengan kehidupan sekular yang
memusatkan manusia sebagai makhluk rasional. Akibatnya,
ilmu pengetahuan dan nilai-nilai etika dan moral, yang diatur
oleh rasio manusia, terus menerus berubah. Ilmu pengetahuan
modern yang diproyeksikan melalui pandangan-hidup itu
dibangun di atas visi intelektual dan psikologis budaya dan
peradaban Barat. Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas,
ada 5 faktor yang menjiwai budaya peradaban Barat: (1) akal
diandalkan unruk membimbing kehidupan manusia; (2)
bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran; (3)
menegaskan aspek eksisterisi yang memproyeksikan
pandangan hidup sekular; (4) membela doktrin humanisme; (5)
menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang
dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan. Karena
ilmu pengetahuan dalam budaya dan peradaban Barat
itujustru menghasilkan krisis ilmu pengetahuan yang
berkepanjangan, Syed Muhammad Naquib al-Attas
berpendapat ilmu yang berkembang di Barat tak semestinya
harus diterapkan di dunia Muslim. Ilmu bisa dijadikan alat
yang sangat halus dan tajam bagi menyebarluaskan cara dan
pandangan hidup sesuatu kebudayaan. Sebabnya, ilmu bukan

9
bebas-nilai (value-free), tetapi sarat nilai (value laden). Memang
antara Islam dengan filsafat dan sains modern, sebagaimana
yang disadari oleh Syed Muhammad Naquib al-Attas terdapat
persamaan khususnya dalam hal-hal yang menyangkut
sumber dan metode ilmu, kesatuan cara mengetahui secara
nalar dan empiris, kombinasi realisme, idealisme dan
pragmatisme sebagai fondasi kognitif bagi filsafat sains; proses
dan filsafat sains. Bagaimanapun, ia menegaskan terdapat
juga sejumlah perbedaan mendasar dalam pandangan hidup
(divergent worldviews) men-genai Realitas akhir. Baginya,
dalam Islam, Wahyu merupakan sumber ilmu tentang realitas
dan kebenaran akhir berkenaan dengan makhluk ciptaan dan
Pencipta. Wahyu merupakan dasar kepada kerangka metafisis
untuk mengupas filsafat sains sebagai sebuah sistem yang
meng-gambarkan realitas dan kebenaran dan sudut pandang
rasionalisme dan empirisme. Tanpa Wahyu, ilmu sains
dianggap satu-satunya pengetahuan yang otentik (science is
the sole authentic knowledge). Kosong dari Wahyu, ilmu
pengetahuan ini hanya terkait dengan fenomena. Akibatnya,
kesimpulan kepada fenomena akan selalu berubah sesuai
dengan perkembangan zaman. Tanpa Wahyu, re-alitas yang
dipahami hanya terbatas kepada alam nyata ini yang dianggap
satu-satunya realitas. Mendiagnosa virus yang terkandung
dalam Westernisasi ilmu, Syed Muhammad Naquib al-Attas
mengobatinya dengan Islamisasi ilmu. Alasannya, tantangan
terbesar yang dihadapi kaum Muslimin adalah ilmu
pengetahuan modern yang tidak netral dan telah diinfus ke
dalam praduga-praduga agama, budaya dan filosofis, yang
sebenarnya berasal dan refleksi kesadaran dan pengalaman
manusia Barat. Jadi, ilmu pengetahuan modern harus
dilslamkan. Menglslamkan ilmu bukanlah pekerjaan mudah
seperti labelisasi. Selain itu, tidak semua dan Barat berarti

10
ditolak, karena terdapat sejumlah persamaan dengan Islam
seperti disebutkan di atas. Oleh sebab itu, seseorang yang
menglslamkan ilmu, perlu memenuhi prasyarat, yaitu ia harus
mampu mengidentifikasi pandangan-hidup Islam (the Islamic
worldview) sekaligus mampu memahami budaya dan
peradaban Barat. Pandangan hidup dalam Islam adalah visi
mengenai realitas dan kebenaran (the vision of reality and
truth). Realitas dan kebe-naran dalam Islam bukanlah semata-
mata fikiran tentang alam fisik dan keterlibatan manusia
dalam sejarah, sosial, politik dan budaya sebagaimana yang
ada di dalam konsep Barat sekular mengenai dunia, yang
dibatasi kepada dunia yang dapat dilihat. Realitas dan
kebenaran dimaknai berdasarkan kajian metafisis terhadap
dunia yang nampak dan tidak nampak. Jadi, pandangan hidup
Islam mencakup dunia dan akhirat, yang mana aspek dunia
harus dihubungkan dengan cara yang sangat mendalam
kepada aspek akhirat, dan aspek akhirat memiliki signifikansi
yang terakhir dan final. Pandangan hidup Islam tidak
berdasarkan kepada metode dikotomis seperti obyektif dan
subyektif, historis dan normatif Namun, realitas dan
kebenaran dipahami dengan metode yang menyatukan.
Pandangan hidup Islam bersumber kepada wahyu yang
didukung oleh akal dan intuisi. Substansi agama seperti:
nama, keimanan dan pengamalannya ibadahnya, doktrinya
serta sistem teologinya telah ada dalam wahyu dan dijelaskan
oleh Nabi. Islam telah lengkap, sempurna dan otentik. Tidak
memerlukan progresifitas, perkembangan dan perubahan
dalam hal-hal yang sudah sangat jelas (al-ma'lum min al-din bi
al-dariirah). Pandangan hidup Islam terdiri dan berbagai
konsep yang saling terkait seperti konsep Tuhan, wahyu, pen-
ciptaan, psikologi manusia, ilmu, agama, kebebasan, nilai dan
kebaikan serta kebahagiaan. Konsep-konsep tersebut yang

11
menentukan bentuk perubahan, perkembangan dan kemajuan
Pandangan hidup Islam dibangun atas konsep Tuhan yang
unik, yang tidak ada pada tradisi filsafat, budaya, peradaban
dan agama lain. Oleh sebab itu, Islam adalah agama sekaligus
peradaban. Islam adalah agama yang mengatasi dan melintasi
waktu karena sistem nilai yang dikandungnya adalah mutlak.
Kebenaran nilai Islam bukan hanya untuk masa dahulu,
namun juga sekarang dan akan datang. Nilai-nilai yang ada
dalam Islam adalah sepanjang masa. Jadi, Islam memuliki
pandangan hidup mutlaknya sendiri, merangkumi persoalan
ketuhanan, kenabian, kebenaran, alam semesta dll. Islam
memuliki penafsiran ontologis, kosmologis dan psikologis
tersendiri terhadap hakikat. Islam menolak ide dekonseknasi
nilai karena merelatifkan semua sistem akhlak. Setelah
mengetahui secara mendalam mengenai pandangan hidup
Islam dan Barat, maka proses Isiamisasi baru bisa dilakukan.
Sebabnya, Islamisasi ilmu pengetahuan saat ini (the
Islaimzation of present-day knowledge), melibatkan dua proses
yang saling terkait: mengisolir unsur-unsur dan konsep-
konsep kunci yang membentuk budaya dan peradaban Barat
(5 unsur yang telah disebutkan sebelumnya), dan setiap
bidang ilmu pengetahuan modern saat ini, khususnya dalam
ilmu pengetahuan humaniora. Bagaimanapun ilmu-ilmu alam,
fisika dan aplikasi harus dilslamkan juga khususnya dalam
penafskan-penafskan akan fakta-fakta dan dalam formulasi
teori-teori. Menurut Syed Muhammad Naquib al-Attas, jika
tidak sesuai dengan pandangan hidup Islam, maka fakta
menjadi tidak benar. Selain itu, ilmu-ilmu modern harus
diperiksa dengan teliti. ini mencakup metode, konsep,
praduga, simbol dan ilmu modern; beserta aspek-aspek empkis
dan rasional, dan yang berdampak kepada nilai dan etika,
penafsiran historisitas ilmu tersebut, bangunan teori ilmunya,

12
praduganya berkaitan dengan dunia, dan rasionalitas proses-
proses ilmiah, teori ilmu tersebut tentang alam semesta,
klasifikasinya, batasannya, hubungan dan kaitannya dengan
ilmu-ilmu lainnya serta hubungannya dengan sosial harus
diperiksa dengan teliti. Memasukkan unsur-unsur Islam
beserta konsep-konsep kunci dalam setiap bidang dan ilmu
pengetahuan saat ini yang relevant. Jika kedua proses tersebut
selesai dilakukan, maka Islamisasi akan membebaskan
manusia dan magik, mitologi, animisme, tradisi budaya
nasional yang bertentangan dengan Islam, dan kemudian dan
kontrol sekular kepada akal dan bahasanya. Islamisasi akan
membebaskan akal manusia dan keraguan, dugaan (zann) dan
argumentasi kosong menuju keyakinan akan kebenaran
mengenai realitas spiritual, intelligible dan maten. Islamisasi
akan mengeluarkan penafsiran-penafsiran ilmu pengetahuan
kontemporer dan ideologi, makna dan ungkapan sekular.
Suatu ilmu yang baik adalah dapat memberitahu serta
menjelaskan tempat yang tepat dan betul dan benar bagi
manusia, ilmu yang dapat menjelaskan batasan dan had dan
kegunaan dan tujuan maksud sesuatu. Ilmu yang dapat
menjelaskan perbedaan antara yang benar dan hak dengan
yang palsu dan batil, ilmu yang dapat membimbing kearah
kebenaran. Semuanya masing-masing diberi keutamaan dalam
Agama yang didasarkan pada kenyataan kitab suci. Tujuan
manusia menuntut ilmu adalah untuk memupuk serta
menjelmakan insan yang sempurna untuk kebaikan yang
bermaksud keadilan dalam diri manusia insani.
Herman Soewardi (2004), dalam bukunya ”Roda
Berputar Dunia Bergulir” sejalan dengan pandangan Kuhn
dan Tarnas menyatakan SBM (istilahnya adalah Sains Barat
Sekuler) ahirnya menjurus kepada 3-R, ialah Resah, Renggut,
dan Rusak. Resah ialah orangnya. Renggut perenggutan

13
(penguasaan) negara-negara berkembang oleh negara-negara
maju, dan rusak adalah kerusakan alam yang menyeluruh.
Resah: sifat resah orang-orang barat. Atau "insecurity
feeling"seperti dikatakan oleh Eric Fromm, bukan merupakan
sifat "intrinsic". Akan tetapi merupakan akibat dan pandangan
dan sepak terjang masyarakat barat itu sendiri. Eric Fromm
menguraikan bahwa dasar bagi terjadinya sifat ini berpokok
pangkal pada "freedom" yang merupakan acuan individu dan
masyarakat namun suatu kebebasan yang "menyebelah"
secara psikologis ia juga "submissiveness" sama-sama
diperlukan. Kebebasan atau freedom yang menyebelah ini lama
kelamaan menjadikan mereka tidak tahan ("unbearable")
mengahadapi-nya, maka mereka pun minggat dari kebebasan
itu. Dalam tiga bentuk: sadism, masochism, dan automation
itu. (lihat fromm "Escape from freedom". 1941).selanjutnya
"feeling of in security "ini menjadikan mereka bergulat
sungguh-sungguh agar bisa menguasai segala yang mereka
perlukan sebanyak-banyaknya. Namun kata Fromm, semua
orang barat begitu. Maka mereka mau tidak mau harus
berkompetisi secara ketat dengan sesama mereka. Maka
menjelmalah masyarakat barat sebagai masyarakat konflik.
Kemudian, dalam bukunya lainnya yang berjudul "the sane
society" (1952), ia melanjutkan bahwa sifat resah ini dianggap
sifat yang "normal", atau orang barat itu normalnya pada
keadaan resah yang disebut "pathologi of normalcy". Lebih
lanjut Herman membanding-kan antara masyarakat barat dan
masyarakat muslim, Surat Al-Hujurat ayat 10 memerintahkan
persaudaraan (Ukhuwwah). Persaudaraan adalah kebalikan
dari konflik dan konflik ini pasti berlatar belakang pada nafsu
amarah (Q. Yusuf: 53), atau jiwa yang mudah sekali dibawah
kearah kejahatan inilah sifat "normal" Masyarakat barat, yang
membawa mereka kearah keserakahan dan pelimpahan hawa

14
nafsu atau hedonisme suatu kehidupan yang tidak ada puas-
puasnya seperti dikatakan oleh Marshall; "Variety is the spice
of life." Renggut, adalah perenggutan SDA (Sumberdaya Alam)
di negara-negara berkembang oleh negara-negara maju, kini
terjadilah ketimpangan yang luar biasa. Seperti dikemukakan
oleh The Club of Rome, 20% penduduk negara-negara maju
mengkonsumir 80% SDA dunia. Sedangkan 80% penduduk
negara-negara berkembang hanya mengkonsumsi 20% SDA
dunia. Apa sebab demikian? Inilah akibat system
perekonomian liberalistic kapitalistik "profit maximization
principle" yang berbeda dengan prinsip yang dianut oleh
kebanyakan penduduk negara-negara berkembang, ialah
prinsip kebutuhan sebagai "inner driving force" (lihat Yuyun
Wirasasmita, 1999). Dengan perbedaan prinsip ini, SDA dari
negara-negara berkembang menjadi terkuras habis, adapun
implikasi dari ketentuan ini adalah bahwa bila negara-negara
berkembang ingin mempertahankan keutuhan SDA mereka.
Mereka pun harus serakah seperd orang-orang barat.
Benarkah? Rusak, Kerusakan dunia kita, menurut pakar
lingkungan (lihat Kruift, 1994) dimulai sejak abad pertama
(kelahiran Nabi Isa A.S atau kristus). Kerusakan ini membesar
dan menguat setiap tahun, dan penghujung abad 20
kerusakan alam telah sangat menghawatirkan, yang dikatakan
oleh Tarnas, semakin hari semakin mengga\vat. Adapun,
menurut Mander Goldsmith (eds, 1996) Globalisasi dan "satu
ekonomi dunia" yang datang bersamanya akan menjadikan
kerusakan bumi semakin menghebat. Prinsip "Comparative
advantage" menjadikan barang-barang harus didatangkan dari
tempat-tempat yang ribuan mil jauhnya. Termasuk pangan.
Hal mana akan meningkatkan polusi air, udar dan darat, hal
mana kerusakan ekologi laut oleh pukat harimau, kecelakaan-
kecelakaan pabrik insekdsida di Bhopal (India), Bocornya

15
reactor nuklir seperd di Chernobil (Rusia), kerusakan hutan
yang dahsyat seperd di Indonesia dsb. Pendek kata, saya kira,
boleh khawatir oleh datang nya kiamat sebelum kiamat yang
sebenarnya terjadi. Mengapa resah, renggut, rusak itu
semuanya terjadi dan terus menghebat? bagaimana
mekanismenya sehingga Sains Barat sekuler (SBS) yang
canggih itu tak kuasa mencegahnya?
Secara Epsitomologis kita akan melihat adanya kealpaan
besar pada kemampuan SBS, ialah bahwa ia hanya mampu
menghadapi kausalitasyang bersifat "co-extensive" (sebab dan
akibat terjadi pada waktu yang sama. Namum tidak berdaya
dalam menghadapi kausalitas yang bersifat "Sekuensial"
(sebab yang akibatnya terjadi pada waktu belakangan setelah
"a span of time"). Dua buah contoh dapat dikemukakan disini,
ialah pada limbah CFC (Chloro fluoro-Carbon), dan pada
toksisitas al dan fe dibidang pertanian yang merusak tanah
dan menurunkan produksi. Limbah CFC yang memjadikan
bolong-bolongnya lapisan ozon baru diketahui setelah terjadi
akumulasi limbah itu didunia. Dan toksisitas al dan fe,
dibidang pertanian diketahui hanya setelah 30 tahun
digunakan pupuk-pupuk urea dan TSP dengan "overdosis".
Kedua contoh ini menunjukkan akibat dari akumulasi, atau
akumulasi akibat yang bersifat "sekuensial". Sains
Tauhidullah. Herman Soewardi menyodorkan Sains yang
Islami, sebagai alternatif terhadap Sains Barat Sekuler yang
hampir kandas, karena landasannya adalah induktif empirical
yang tidak layak dilanjutkan lagi karena adanya cacat besar
dalam observasi sehubungan adanya "lensa" yang ada didepan
mata,. Lensa inilah yang menyebabkan ”knowabilyty” manusia
rendah dalam mengobservasi jagat raya yang sebenarnya, jagat
raya yang dipertanyakan manusia. Namun kini menguasai
hajat hidup orang banyak dan dipuja puji sebagai agama baru

16
yang bersifat sekuler, namun pada penghujung abad ke 20
Sains Barat Sekuler telah menuju ke 3-R (Resah, Renggut,
Rusak). Ontologi dari Sains Tauhidulloh adalah alur pikir lain
dari yang ditempuh oleh SBM, ialah alur pikir yang dipandu
dan diridhoi oleh oleh Allah SWT, sebagaimana dalam Quran
surat Al-Alaq, ayat 5 "Allah mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya " Maka karakteristik utama ST adalah
"naqliah memandu aqliah" atau wahyu yang memandu fitrah
atau akal manusia dalam menangkap rangsangan inderawi
untuk mengungkap jagat raya yang merupakan Kalam Allah
(maju menjadi "Kalam" dari "qolam") Ini berarti bahwa
observasi harus dipandu oleh Kalam Allah ("mengingat Allah
sambil berdiri, duduk, dan berbaring"). Akan tetapi dalam
dalam konkritisasinya ST dihadapkan pada masalah teknis
yang cukup besar bagaimana menggunakan wahyu sebagai
pemandu observasi, yang merupakan asas ST. Dengan
perkataan lain diperlukan kemampuan tafsir dari petunjuk
Wahyu-wahyu sebagaimana yang tertera dalam Al-Quran .
Dalam hali ini Arkoun telah memberi contoh agar sampai pada
"Kalam Allah" yang maknawiyah dari teks atau nash yang
bersifat harfiah. Selain contoh tafsir tematis sebagaimana yang
diuraikan oleh Quraish Shihab, dan tafsir kontektual
sebagaimana diuraikan oleh Syed Qutub.
Dalam bagian akhir bukuHerman Soewardi kita melihat
inti dari letak fundamental wacana Islam dalam
pengembangan sains masa depan adalah bagaimana manusia
itu dapat mentransformasikan Transendentalisme (Petunjuk
Allah atau Wahyu Allah) kedalam prinsip-prinsip sains
moderen agar dapat membentuk peradaban baru (sivilisasi)
yang dapat membawa kebahagian lahir batin bagi manusia.
Donny Gahral Adian (2002), dalam bukunya ”Menyoal
Obyektivisme Ilmu Pengetahuan; dari David hume Sampai

17
Thomas Kuhn” menyatakan sifat ilmu pengetahuan dan
teknologi (Iptek) diibaratkan sebilah pedang bermata dua,
selain menghasilkan kemajuan peradaban yang demikian
pesat, Iptek juga memunculkan persoalan etis, seperti
pencemaran lingkungan, aborsi, eutanasia, dan kloning adalah
merupakan turunan dari teknologi yang seakan lepas dari
pertimbangan etis. Ini disebabkan sejak awal
perkembangannya, ilmu pengetahuan dinyatakan bebas nilai.
Etika diletakan pada domain yang berbeda dan mengurusi
persoalan yang berbeda. Ilmu pengetahuan mengurusi fakta-
fakta sedang etika menggarap norma.
Dirasakan perlu adanya pertimbangan moral terhadap
laju perkembangan Iptek yang sangat pesat dan tidak terarah.
Perkembangan Iptek lebih cepat dari etika. Ini menunjukan
perlunya penyatuan pandangan dari para ilmuwan akan
pentingnya interaksi antara iptek dan etika agar tidak
membawa peradaban manusia pada kehancuran baik fisik
maupun moral.

Kesimpulan:
Dari kelima buku diatas kita dapat menganbil kesimpulan
bahwa dalam menghadapi perubahan dari sains barat yang
sekuler ke sains Baru transendental adalah: Pertama, Kita
sebagai insan-insan Allah harus lebih mendalami dan lebih tekun
dalam beribadah, dengan demikian pengetahuan akan lebih
bertambah teristimewa dalam memupuk sains yang berguna
untuk kebahagian manusia lahir dan batin; Kedua, Perubahan
pola pikir, dimana yang selama ini kita secara sadar maupun tidak
sadar hanya berorientasi pada pola pikir yang ”Sekular” yang
didasarkan pada logika dan filsafat barat kearah pola pikir ”Baru”
yang didasari oleh prinsip-prinsip agama; Ketiga, Kita harus
punya keyakinan bahwa mampu dan diberkati oleh Allah untuk

18
mengelola alam semesta tanpa merusaknya guna kebaikan
seluruh umat manusia dan alam semesta; Keempat, Yang
terpenting yang harus kita lakukan adalah saat ini juga kita
memulai perubahan itu dengan menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari, dan juga dalam pengembangan sains kedepan guna
perkemgangan peradaban manusia yang berguna untuk
kebahagian lahir dan batin.

Soal No. 3 :
Menurut anda hal-hal apa sebenarnya tak perlu dibahas dan
hal-hal apa yang seharusnya dibahas dalam kegiata akademik
’Filsafat Ilmu’ serta apa pendapat anda mengenai
penyelenggaraan dan pelaksanaan mata kuliah ini selama
semester yang segera akan berakhir.

JAWAB :

Jika kita melihat pada ruang lingkup mata kuliah, bagian-


bagiannya seperti yang telah tercantum dalam silabus mata
kuliah, bukan hanya mencantumkan materi yang akan diberikan
semata tetapi juga jadwal perkiliahan susah tertata sedemikian
rupa dan sangat baik, disamping itu juga referensi/buku-buku
acuan yang diberikan sangat lengkap dan rinci sesuai dengan
pokok bahasaanya.
Dalam hal-hal apa yang sebenarnya tak perlu dibahas dalam
penyelenggaraan akademis ’Filsafat Ilmu’ menurut saya semuanya
sangat perlu untuk dibahas, baik perkembangan pemikiran
filsafat ilmu, aplikasi filsafat ilmu, dan logika berpikir ilmiah,
memberikan pemahaman yang lebih baik bagi saya dalam
menganalisis masalah keilmuan terutama dalam disiplin ilmu
politik (administrasi negara) baik dalam tataran teoritis maupun
praktis.

19
Sebagai perrnyataan mengenai penyelenggaraan mata kuliah
ini selama satu semester sangat baik; Pertama, Dari aspek
materi-materi perkuliahan diberkan sangat terperinci dan runtut
(berurutan berdasarkan sistematika) didukung oleh referensi yang
lengkap sehingga kita mudah untuk mengembangkannya; Kedua,
Dari aspek cara penyajian materi sangat baik, Bapak Prof. H. R.
Husen Djajasukanta, Ir., M.Sc., Ph.D, sangat menguasai lingkup
seluruh materi yang diberikan dan dengan jelas dapat kita
tangkap. Yang sangat berkesan adalah ketika kita kesulitan
mencari literatur untuk ujian mid semester, Bapak langsung
memberikan; Ketiga, Model ujian, baik ujian tengah smester dan
ujian akhir smester adalah ‘take home’ dan diberikan waktu dua
minggu untuk membuatnya memberikan kita waktu yang cukup
untuk menggali materi lebih dalam lagi.
Sebagai masukan dan saran saya dalam perkuliahan
kedepan adalah materi-materi perkuliahan filsatat ilmu ini bukan
hanya dalam tulisan tangan yang disajikan dengan OHP
(transparan), tetapi dalam bentuk buku/hand out yang berisikan
kumpulan materi filsafat ilmu dan menggunakan
infokus/proyektor.

Terima Kasih,

Johny Peter Lengkong


NPM 170130080010

20

Anda mungkin juga menyukai