Anda di halaman 1dari 3

TUGAS PENGANTAR SOSIOLOGI & ANTROPOLOGI

SUBKULTUR SHAMATE DARI CHINA

Dosen Pengampu :
Lilis Suryani, S.AP., M.A.P.

Disusun Oleh :
Nama : Achmad Fikri Ashari
NIM : 222.632.013.868

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


REGULER SIANG
SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI TABALONG
TAHUN 2022
Shamate lahir dari sekumpulan buruh pabrik yang bekerja setiap pagi sampai malam dalam
seminggu. Karena waktu bekerja yang padat, para buruh pabrik tersebut mencari
kesenangan untuk menghibur diri. Cara yang dilakukan cukup unik yaitu dengan mewarnai
rambut mereka dan menggunakan model rambut seperti jarum atau model rambut
bervolume. Selain itu, cara berpakaian juga nyentrik dengan bertema gaya gothic, glam
rock sampai anime.
Latar belakang para penganut ini hampir sama dengan yang lainnya. Mereka merupakan
anak-anak muda kurang mampu yang putus sekolah atau tidak punya biaya untuk sekolah.
Agar bisa meneruskan hidup, anak muda tersebut akhirnya memilih merantau ke kota dan
menjadi buruh pabrik. Fenomena Shamate mulai memuncak di Cina pada tahun 2009-2013
setelah Lou Fuxing, pencetus Shamate mulai mengumpulkan anak-anak muda buruh pabrik
yang sama-sama mewarnai rambut mereka. Hal tersebut membuat subkultur Shamate
semakin mendapat perhatian bahkan sampai ke penjuru China.
Walaupun mewarnai rambut merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri mereka dalam
berekspresi, para penganut Shamate dibenci oleh masyarakat China. Hal tersebut
dikarenakan, mayoritas penganut Shamate berasal dari perdesaan. Selain itu, pandangan
masyarakat China menganggap Shamate kampungan dan melawan arus dengan
menciptakan budaya yang nyeleneh. Padahal para penganut Shamate ini tidak melakukan
tindakan kriminal dan mewarnai rambut murni bentuk menghibur diri.
Kesimpulan :
Berdasarkan video youtube yang berjudul “Jamet Di Cina Selalu & Jadi Subkultur
Yang Paling Dibenci ?” bisa disimpulkan dengan menggunakan Teori spiral keheningan
(spiral of silence) Spiral keheningan adalah sebuah teori media yang lebih memberikan
perhatian pada pandangan mayoritas dan menekan pandangan minoritas. Mereka yang
berada di pihak minoritas cenderung kurang tegas dalam mengemukakan pandangannya..
Secara sederhana, teori ini menggambarkan bagaimana pendapat pribadi seseorang bisa
sangat dipengaruhi oleh apa yang diharapkan orang lain. Dilansir dari Communication
Theory, pada dasarnya, manusia cenderung takut akan isolasi atau pemisahan diri dari
orang di sekitarnya. Ketakutan ini membuat mereka yang merasa dirinya minoritas, lebih
memilih menjaga sikap dan tidak mengemukakan pendapat pribadinya yang bertentangan
dengan mayoritas. Contohnya Shamate jadi salah satu subkultur di China yang
terkenal, bukan dengan prestasi yang dimiliki namun penampilan mereka yang dinilai
kontroversial sehingga dibenci dan diasingkan dari masyarakat disana. Shamate tumbuh
dari monotonnya pemuda pedesaan yang hidup dengan gambaran langka tentang
kehidupan dan perjuangan kelompok yang terpinggirkan dan seringkali miskin. Mereka
berasal dari daerah kecil dengan pendidikan rendah. Mereka kebanyakan akan
meninggalkan desa untuk mencari pekerjaan di pabrik-pabrik kota besar, pedagang kaki
lima, dan salon rambut dan akan tinggal di ruang bawah tanah yang sempit. Terpikat oleh
uang dan kebebasan, banyak dari mereka malah dibiarkan terasing dan dieksploitasi.
Pabrik-pabrik yang mempekerjakan sering kali tidak adil. Memaksa lembur, menahan
mereka dari pagi ke pagi, menipu upah, dan mengancam jika mencoba pergi.

Shamate menurut teori ini adalah pihak minoritas di dalam sebuah kelompok (dalam hal ini
masyarakat kota) mendapatkan tekanan dari pihak mayoritas yang menyebabkan pihak
minoritas tidak bisa mengutarakan pendapat dan pandangan mereka karena tidak memiliki
kepercayaan diri. Hilangnya percaya diri minoritas disebabkan oleh besarnya percaya diri
pihak mayoritas yang memungkinkan mereka (mayoritas) untuk menekankan pandangan
dan pendapat mereka ke pihak lain (minoritas) sehingga pihak minoritas harus
menyembunyikan pendapat dan pandangan mereka, dengan kata lain menyembunyikan
identitas mereka.
Kenapa sampai harus menyembunyikan identitas mereka? Jawabannya cuma satu, takut
terisolasi. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan orang lain dalam kehidupannya,
apabila mereka melanggar dan melawan aturan yang ada di dalam masyarakat (mayoritas)
maka keberlangsungan hidup mereka sebagai minoritas akan terancam yang akhirnya
memaksa mereka untuk "diam" dan harus mengikuti "arus" normal.
Dalam kasus ini, identitas mereka sebagai Shamate (yang padahal tidak mengganggu)
harus mereka tinggalkan agar tidak dihakimi dalam kehidupan sehari-hari.
Komentar :
Menurut saya subkultur seperti shamate ini sebenaranya bagus, subkultur yang suka
bergaya unik seperti shamate, kesannya seperti memberi warna tersendiri di masyarakat
yang monoton dan kaku, mereka menghibur diri atau melampiaskan sesuatu yang tidak
merugikan orang lain, Mereka ini hobby bergaya seperti itu dan ngumpul-ngumpul sesama
yang istilah jaman sekarang itu “sefrekuensi”. Karena setiap orang berhak bahagia dengan
cara mereka masing masing, jadi lakukan apa yang kamu suka, dan cintai apa yang kamu
lakukan. selama tidak meresahkan dan menganggu masyarakat umum, itu tidak akan jadi
masalah.
Alasan :
Dari sini pentingnya melihat dari dua sisi yang berbeda. Berawal dari ketidakterimaan
masyarakat, diskriminasi dan membuat mereka membentuk subkultur baru yang bisa
menerima mereka. Karena subkultur itu ibarat pelindung orang-orang yang ditolak ataupun
merasa tertolak oleh akar budaya (Budaya Daerah), tapi mereka sendiri tahu akar budaya
mereka sendiri. sub-culture tidak pernah membenci akar budayanya sendiri. mereka hanya
ingin eksistensinya di lihat dan di apresiasi oleh orang lain.

Anda mungkin juga menyukai