Perkembangan Tehnik Transplantasi
Perkembangan Tehnik Transplantasi
Kata Pengantar
B
uku ini disusun berdasarkan hasil riset dari program insentif
Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa yang didanai oleh
Kementrian Riset dan Teknologi Tahun Anggaran 2012. Kegiatan ini
mengevaluasi cara-cara transplantasi yang selama ini dipraktekkan
di Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya. Pada awalnya kegiatan
transplantasi karang dimulai dari hasil penelitian kerjasama antara Pusat
Penelitian Oseanografi – LIPI, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup-IPB dan
Asosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias Indonesia (AKKII) yang dilaksanakan di
Pulau Pari. Hasil penelitian teknik transplantasi ini kemudian dipraktekkan
dan diimplementasikan untuk berbagai keperluan antara lain untuk tujuan
membuat terumbu karang buatan (artificial reefs), untuk rehabilitasi terumbu
karang yang mengalami kerusakan, untuk tujuan wisata dan perdagangan.
Dari berbagai tujuan teknik transplantasi tersebut, teknik transplantasi untuk
tujuan perdaganganlah yang berkembang dengan pesat. Hal ini dipacu untuk
memperoleh anakan karang yang baik dari segi kualitasnya maupun efisiensi
untuk menghasilkan produk transplantasi yang berkualitas. Semakin tinggi
kualitasnya semakin tinggi harganya. Tidak seperti komoditas budidaya
lainnya budidaya terumbu karang ini tata cara budidayanya selalu memperoleh
bimbingan dan pengawasan dari institusi ilmiah (Scientific Authority) yang
dalam hal ini adalah LIPI dan institusi pengelola (Management Authority) dari
Kementrian Kehutanan. Hal ini dilakukan oleh karena produk hasil transplantasi
yang berupa anakan karang diperdagangkan secara internasional dan telah
masuk dalam apendik II CITES. Dengan mengevaluasi praktek transplantasi
yang saat ini baik untuk tujuan wisata maupun untuk tujuan perdagangan maka
buku ini diharapkan dapat memberikan petunjuk yang praktis guna melakukan
transplantasi secara efisien dan tepat sasaran. Kami mengucapkan terima
kasih pada AKKII dan perusahaan-perusahaan antara lain: Aneka Tirta Surya,
Sagoro utomo, Dinar, Bali Aquarium, Bali Biru, Golden Marindo, yang telah
mengijinkan dan membantu tim dari LIPI untuk melihat dan mewawancarai para
pelaku pembudidaya karang. Selamat membaca buku ini. Saran dan kritik dari
para pembaca kami harapkan untuk menyempurnaan dimasa yang akan datang.
Jakarta, 2013
Tim Penulis
II
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB 2 HAL – HAL POKOK PELAKSANAAN TRANSPLANTASI 3
a. Kebutuhan Modal Yang Cukup Besar 4
b. Perdagangan Keluar Negeri Dikontrol Oleh CITES 4
c. Pembudidayaan Yang Dikontrol Oleh MA Dan SA 5
d. Prinsip Yang Harus Ditaati Untuk Produk Alam 5
Mengikuti “Blue Economy”
e. Permintaan Pasar Terbatas Dan Butuh Kualitas Tinggi 6
f. Pemasaran 7
g. Transplantasi Sebagai Kegiatan Ramah Lingkungan 8
Dan Sarana Konservasi, Pendidikan Dan Riset
BAB 3 HAMA DAN PENYAKIT 9
BAB 4 TRANSPLANTASI KARANG 12
a. Pembuatan Substrat 13
b. Cara Pembuatan Bibit 14
c. Penempelan Anakan Pada Substrat 15
d. Pembuatan Rak 17
e. Pemilihan Lokasi 19
f. Penempatan Rak 20
g. Penempatan Bibit Pada Rak 20
h. Pemeliharaan 22
i. Pengukuran Pertumbuhan 22
III
Transplantasi karang pada akhir-akhir ini telah banyak dilakukan orang untuk
berbagai keperluan antara lain untuk perdagangan, restorasi, rehabilitasi dan
kegiatan wisata. Namun saat ini tujuan melakukan transplantasi yang paling
popular adalah untuk perdagangan dan untuk kegiatan wisata.
dilakukan dalam ruangan dengan sirkulasi air dengan sistem tertutup sehingga
faktor lingkungan dapat terkontrol baik, salinitas, pH, suhu, “hardeness” dan
intensitas cahaya dapat dikendalikan maka sistem ini baru dikatakan sebagai
budidaya penuh atau “captive breeding”.
itu ditanam, lokasi tanam, asal indukan, perusahaan yang memproduksi dan
lain-lain. Sehingga tagging menjadi sangat penting artinya. Komoditas yang
diperdagangkan juga harus diketahui legalitasnya, seperti misalnya jangan
sampai indukan yang dibudidayakan berasal dari indukan yang illegal.
f. Pemasaran
Sembilan puluh persen dari pemasaran karang masih diperuntukkan pasar
luar negeri dan sisanya dipasarkan ke dalam negeri. Pemilik akuarium air
laut Indonesia masih terbatas dan belum popular karena biaya pemeliharaan
yang tinggi. Pasar dalam negeri biasanya untuk memenuhi kebutuhan
hotel-hotel besar yang memajang akuarium air laut di lobinya. Permintaan
pasar luar negeri naik turun sesuai dengan kondisi musim pada saat musim
panas permintaan akan turun dan akan meningkat pada saat musim dingin.
Perdagangan karang ini merupakan komoditas yang cukup unik oleh karena
permintaan pasar relatif kecil namun harga satuannya cukup tinggi. Karang
umumnya di perdagangkan ke negara Eropa, Amerika dan Jepang. Karang
digunakan untuk dinikmati keindahannya yang dipelihara di dalam akuarium.
Oleh karena itu warna dan bentuk pertumbuhan karang menentukan harga
8
karang. Indonesia yang memiliki 596 jenis karang seharusnya dapat bertindak
sebagai trend setter dan penentu harga karang. Oleh karena pemilik akuarium
air laut pada umumnya para hobbiest yang fanatik atau orang-orang yang
sudah mapan dan uang bukan lagi menjadi masalah maka harga tinggi juga
tidak menjadi masalah asal mendapatkan karang yang berkualitas baik,
dengan warna unik dan antik.
Dalam setiap kegiatan budidaya atau bercocok tanam akan selalu diikuti oleh
adanya biota pengganggu, hama dan penyakit. Begitu juga dalam kegiatan
transplantasi karang juga ada biota pengganggu, hama dan penyakit. Biota
pengganggu dalam kegiatan transplantasi berupa pertumbuhan berbagai
jenis makro algae seperti Caulerpa spp, turf algae, filamentus algae,
coralin algae dan crutosa algae serta karang lunak dari marga Xenia spp.
Di samping itu karang juga mempunyai hama yang terdiri dari biota-biota yang
sifatnya dapat menyebabkan kerusakan secara fisik. Biota yang masuk katagori
hama untuk transplantasi karang antara lain: ikan, moluska atau keong,
ekinodermata dan spons. Beberapa jenis ikan karang merupakan pemakan
polip karang. Ikan ini sendiri dibedakan menjadi ikan yang bersifat obligate dan
11
fakultatif, artinya ikan yang obligate makanan pokoknya berupa polip karang
sedangkan yang fakultatif adalah ikan-ikan yang memakan karang hanya
sebagai cadangan atau selingan. Jenis ikan pemakan polip karang terutama dari
jenis ikan kepe-kepe atau butterfly fish Chaetodon trifasciatus dan Chaetodon
trifascialis, sedangkan ikan kakatua sering memakan tidak hanya polip karang
tetapi juga kerangka kapurnya. Bibit karang yang sedang tumbuh sangat rentan
terhadap pemangsaan ikan kakatua. Beberapa pembudidaya melindungi anakan
karang dengan cara menutup dengan jaring agar anakan tidak dimakan ikan.
Biota lain yang cukup potensial menjadi hama adalah muluska dari jenis
Drupella spp. , ekinodermata dari jenis Acanthaster planci, Linkia spp.
Sedangkan spons dan moluska, dan cacing ada yang bersifat mengebor
atau membuat lubang dalam kerangka karang yang masih hidup.
Penyakit karang sering muncul pada saat musim tenang dan suhu yang hangat
hal ini biasanya terjadi pada saat-saat musim peralihan antara musim barat
ke timur atau sebaliknya. Anakan karang rentan pada saat awal penanaman
oleh karena adanya bekas luka saat karang dipatahkan atau dipecah menjadi
beberapa bagian. Pada minggu pertama dan kedua penanaman biasanya
karang akan berusaha menyembuhkan luka bekas patahan terlebih dahulu
dan minggu selanjutnya baru mulai tumbuh. Penyakit karang sering muncul
adalah “black band” atau “white band” yang mempunyai tanda-tanda
berupa bintik-bintik hitam atau berupa bintik-bintik putih yang dengan
cepat akan menyebar keseluruh koloni karang. Black band dan white
band diseases (BBD dan WBD) merupakan dua jenis bakteri yang sering
menyerang polip karang. Masih ada beberapa jenis bakteri lainnya yang
juga dapat menimbulkan penyakit karang terutama pada saat kualitas
kondisi lingkungan menurun. Di samping itu masih ada Cyanobacteria dari
jenis Lyngbya confervoides yang berupa filament-filament halus berwarna
coklat kemerahan. Cyanobacteria ini akan dengan cepat menyebar dan
menyelimuti seluruh koloni dan dalam waktu singkat karang yang terserang
akan mati. Penyakit karang ini akan berkurang atau menghilang dengan
membaiknya kondisi lingkungan seiring dengan berakhirnya musim peralihan
dan arus mulai berjalan kembali serta suhu air laut mulai normal kembali.
Bab 4
Transplantasi Karang
13
a. Pembuatan substrat
Substrat untuk pelekatan anakan karang dibuat dari berbagai bahan-bahan
dan dengan berbagai macam bentuk dan warna. Pada umumnya pembuatan
substrat untuk indukan bahannya dibedakan dengan bahan yang diperuntukan
untuk anakan atau untuk diperdagangkan. Bahan untuk anakan pada
prinsipnya dibuat sekecil mungkin dan seringan-ringannya. Sedangkan untuk
indukan biasanya dibuat dengan ukuran yang lebih berat dan lebih besar. Hal
ini dimaksudkan bila karang yang dipakai untuk indukan tumbuh besar tidak
mudah jatuh. Bahan yang dipakai umumnya terdiri dari campuran antara
semen, pasir, batu apung atau batu gamping. Bentuk substrat (Gambar 1) dan
cara pemasangannya sangat bervariasi, disesuaikan dengan rancangan dari
si karang.
digunakan untuk transplanta
del rak yang
Gambar 2. Mo
tujuannya. Sebagai contoh ada yang menggunakan bahan penempel dari semen
dan pasir tanpa atau dengan bahan pengeras (Gambar 4). Pembudidaya yang
lain menggunakan bahan dari dempul kayu dan sebagian lagi menggunakan
resin untuk melekatkan anakan karang.
Untuk “ soft coral “ karang lunak seperti Sarcophyton sp., Lobophytum sp.,
Sinularia sp., Xenia sp. dan Dendronephtya sp. tidak memerlukan bahan
perekat. Oleh karena calon anakan karang lunak berupa jaringan segar dan
basah maka cara penempelannya dilakukan dengan menjepit anakan memakai
karet gelang atau dengan kawat tipis untuk mengikatkan pada substrat.
Adapula yang membuat substrat khusus untuk karang lunak dengan membuat
lubang lubang kecil pada dasar substrat. Anakan karang lunak yang akan
ditanam dijepit dengan menggunakan tusuk gigi secara menyilang pada dasar
substrat melalui lubang-lubang yang telah dipersiapkan (gambar 5).
d. Pembuatan rak.
Pembuatan rak pada prinsipnya harus memudahkan untuk penempatkan
anakan karang dan dapat memuat transplant karang sebanyak mungkin atau
efisien dalam pemakaian ruang serta harganya murah. Untuk itu ukuran
rak sebaiknya seragam, tidak terlalu
lebar, mudah dibersihkan, tahan lama,
kaki-kaki rak tidak terlalu tinggi tetapi
juga tidak terlalu rendah tergantung
dasar perairan dan kondisi arus.
Tahan terhadap arus dan gelombang.
Permukaan atas sebaiknya dapat dengan
mudah dilewati sedimen atau tidak
menahan sedimen dan tidak mudah
tertutup oleh kotoran, tidak mudah
ditumbuhi oleh algae lumut, spons dan
biota penempel lainnya.
Gambar 8. Contoh perbedaan tinggi rendahnya rak pada dasar yang berbeda.
Ukuran rak sebaiknya seragam bentuk segi empat yang memanjang agar
memudahkan pada waktu membersihkan dan memantau. Dalam satu rak
sebaiknya ditempatkan anakan dari jenis yang sama dan dalam jumlah yang
sama agar memudahkan untuk melakukan penghitungan jumlah anakan yang
ada. Penempatan anakan karang pada rak diatur secara rapi dalam baris dan
lajur yang sejajar dengan tepi rak (Gambar 7).
Kaki-kaki rak harus kokoh agar dapat menahan arus dan gelombang. Tinggi
rendahnya kaki-kaki agar disesuaikan kondisi lingkungan setempat terutama
komposisi dari substrat dasar. Jika dasar berupa pecahan karang, kaki-kaki
rak setinggi 40 cm tetapi bila substrat dasarnya berupa pasir halus atau
lumpur maka sebaiknya kaki-kaki rak lebih tinggi. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya pengadukan dasar perairan oleh arus atau ombak
sehingga sedimen tidak mencapai dasar rak. Pembuatan kaki-kaki rak yang
terlalu tinggi tidak baik jika ada arus atau ombak karena akan mudah goyah
atau roboh (Gambar 8).
19
e. Pemilihan lokasi.
Penempatan lokasi rak sangat menentukan kecepatan tumbuh anakan karang.
Pemilihan lokasi yang salah akan berakibat pertumbuhan anakan tidak
optimal, rak mudah kotor dan pertumbuhan biota lainnya jauh lebih cepat
dan banyak, sehingga harus lebih sering dibersihkan. Dengan demikian biaya
pemeliharaan menjadi lebih mahal.
f. Penempatan rak
Penempatan rak sebaiknya di atas karang mati atau pecahan karang mati
(rubble) sehingga mengurangi dampak sedimentasi pada karang transplant.
(Gambar 10). Penempatan di atas dasar yang berpasir akan memerlukan
kaki-kaki rak yang lebih tinggi agar rak dapat tertancap lebih dalam sehingga
berdiri lebih kokoh. Perhatikan pola aliran arus pada saat air pasang dan air
surut. Adanya aliran arus yang cukup baik akan membantu membersihkan
rak dari sedimen dan kotoran lainnya. Selain itu kedalaman air pada saat
terjadinya surut terendah perlu diperhatikan. Penempatan rak tidak boleh
lebih tinggi dari pada permukaan air saat terjadinya surut terendah. Minimal
kedalaman rak masih satu meter di bawah permukaan air pada saat air
surut terendah. Penempatan rak disesuaikan dengan jenis karang yang akan
ditransplantasikan. Untuk jenis karang yang hidup di tempat dangkal dengan
kebutuhan sinar matahari penuh perlu dibedakan dengan karang yang hidup
ditempat dalam atau terlindung.
Gambar 11. Dalam satu rak ditempatkan satu jenis karang yang sama
Gambar 12.
Cara
penempatan
bibit untuk
anakan dan
indukan
ansplantasi
ac am bio ta pengganggu tr
acam-m c)
Gambar 14. M taster planci, b) Drupella sp.;
chan
karang; a) A
d) Ulva fasciata
Cyanobacteria;
h. Pemeliharaan
Pemeliharaan sebaiknya dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk
membersihkan rak dari biota penempel atau hewan pengganggu lainnya.
Pembersihan dilakukan tergantung dari kondisi sekitarnya terutama
tergantung dari lokasi dan kedalaman. Hal ini dikarenakan pemilihan lokasi
dan penempatan rak akan menentukan berapa sering rak harus dibersihkan.
Tiap lokasi berbeda-beda dan juga tergantung dari musim. Pada satu lokasi
tertentu dalam waktu 2-3 hari telah muncul berbagai tumbuhan algae dan
biota penempel lainnya mengakibatkan rak terlihat kotor. Sedangkan pada
daerah yang mempunyai tingkat sedimentasi rendah dan pola arus yang baik
maka pembersihan hanya dibutuhkan seminggu sekali (Gambar 13).
pada saat air tenang kemungkinan serpihan algae atau soft coral dapat saja
menyangkut di rak lainnya. Potongan atau serpihan algae jika menempel di
rak akan dengan mudah tumbuh kembali. Kecepatan pertumbuhan algae akan
sangat bergantung dari kondisi dan kualitas air yang ada disekitarnya.
i.Pengukuran pertumbuhan
Pengukuran pertumbuhan sebaiknya dilakukan untuk mengetahui kecepatan
tumbuh dan kondisi lingkungan perairan setempat. Karang yang tumbuh
pada lokasi dan lingkungan yang tepat akan tumbuh cepat dan normal.
Pengukuran pertumbuhan dapat dipakai sebagai alat monitoring kondisi
lingkungan setempat. Bila terjadi ketidak normalan pertumbuhan maka lokasi
penempatan rak sebaiknya dipindahkan. Hal yang perlu diukur atau diamati
antara lain tingkat pelekatan koloni karang, pertambahan panjang koloni,
jumlah tunas dan percabangan. Untuk karang dengan pertumbuhan merayap
atau massive yang diukur adalah pertambahan diameter koloni.
Bab 5
Evaluasi Hasil Pengamatan Cara
Transplantasi Karang
25
a.Pemanenan
Pemanenan hasil transplantasi dapat bervariasi tergantung dari tujuannya.
Untuk tujuan konservasi atau rehabilitasi, pemanenan anakan karang dapat
langsung ditanam atau ditempatkan pada lokasi-lokasi yang telah disediakan.
Untuk tujuan rehabilitasi substrat dasarnya harus lebih lebar, berat dan lebih
kuat agar memudahkan pada saat penempatan. Sedangkan untuk tujuan
wisata, transplant karang yang ditanam tidak di panen tetapi dibiarkan
tumbuh secara permanen di tempat yang telah dirancang sebelumnya.
Gambar 15. Macam-macam bentuk substrat dan bahan yang digunakan untuk
membuat substrat.
27
Substrat ceper dengan cekungan di tengah atau berupa lubang, saat ini paling
banyak digunakan terutama untuk karang yang akan diperdagangkan. Bentuk
ini lebih sederhana, lebih ringan dan lebih murah untuk membuatnya. Bentuk
ini juga mudah untuk dipasang dan dilepas dari rak pada saat dibersihkan
namun perlu waktu yang lebih lama untuk memasang kembali. Penempatan
dalam rak untuk bentuk ini juga menggunakan karet sebagai pengikat namun
kelenturan karet kurang dapat bertahan dalam waktu yang lama. Untuk
tujuan rehabilitasi bentuk substrat ceper sulit untuk penempatannya pada
dasar perairan. Agar dapat diletakkan dengan kokoh pada dasar perairan
memerlukan usaha tambahan. Seperti contoh anakan karang diikat dengan
tali pada koloni-koloni karang mati. Bentuk ini juga sulit untuk merehabilitasi
lokasi-lokasi yang dasar perairannya berupa pasir.
akai
transplantasi yang biasa dip
tuk rak
Gambar 16. Ben engan penjepit karet.
besi d
terbuat dari
n, namun
ng terbuat dari bahan beto
ya
Gambar 18. Rak n pada saat penempatan.
enyulitka
rak ini m
membuat rak dari bahan semen (Gambar 18). Bentuk rak dengan dasar
menggunakan ram plastik atau kawat mulai ditinggalkan karena lebih cepat
ditempeli oleh biota laut lainnya dan lebih sulit untuk membersihkannya
sehingga memerlukan biaya operasional yang lebih besar.
29
PERKEMBANGAN
PERK
PERK
KEM
EMBA
BANG
BANG
GAN TTEKNIK
EKNI
EK
KNI
NIK TR
NIK TRAN
TRANSPLANTASI
ANS
AN
NSPLANTASI KARANG
KA DI INDONESIA
Gambar 20. Bentuk bentuk substrat untuk penempelan transplan yang umum
dipakai
f.Pertumbuhan terbaik
Karang transplantasi dapat tumbuh baik pada semua lokasi namun kecepatan
tumbuh berbeda-beda untuk masing-masing lokasi. Karang yang ditumbuhkan
di rataan terumbu mempunyai kecepatan tumbuh yang lebih rendah
dibandingkan dengan karang yang ditumbuhkan di lereng terumbu. Secara
ekologi, daerah rataan terumbu kurang stabil dibandingkan daerah lereng
terumbu. Kondisi pasang surut di rataan terumbu mempunyai pengaruh yang
besar terhadap kecepatan tumbuh karang. Di samping itu, kondisi kenaikan
dan penurunan salinitas serta temperatur juga mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap pertumbuhan karang. Pertumbuhan algae baik mikro maupun
makro algae akan lebih cepat di rataan terumbu dibandingkan di lereng
terumbu. Namun perlu diingat bahwa karang yang ditumbuhkan di rataan
terumbu mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih bervariasi oleh karena
intensitas cahaya yang lebih dinamis. Karang yang berasal dari hasil budidaya
akan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan karang yang
baru diambil dari alam. Hal ini mudah dimengerti karena karang anakan dari
hasil transplantasi telah beradaptasi dengan lingkungan di tempat budidaya
sehingga tidak perlu menyesuaikan diri lagi untuk tumbuh di lingkungan baru.
g. Kondisi lingkungan
Secara umum dalam satu tahun, kondisi lingkungan berubah dan ini berakibat
pada pertumbuhan algae dan biota pengganggu transplantasi. Pertumbuhan
algae sangat dinamis mengikuti perubahan lingkungan yang terjadi. Untuk
daerah Serangan Bali, algae akan tumbuh dengan baik mulai bulan ke 4 dan
mencapai puncaknya pada bulan ke 9 dan ke 10. Hal ini sejalan dengan adanya
masa air dingin yang dibawa oleh arus dari kutub selatan. Pada bulan Juli
hingga Oktober di Bali bagian selatan, air laut menjadi dingin dan ini sangat
bagus untuk pertumbuhan karang transplan. Pada saat yang bersamaan warna
karang juga sedang bagus-bagusnya oleh karena pada saat itu matahari bersinar
cukup kuat bersamaan terjadinya musim kemarau. Akan tetapi pada saat yang
bersamaan, pertumbuhan makro algae juga sedang mencapai puncaknya.
Hal ini merepotkan bagi para petani penanam transplantasi karang, mereka
harus bekerja lebih keras untuk membersihkan algae yang tumbuh sangat
subur. Dalam waktu kurang tiga hari seluruh rak akan ditutupi oleh algae dari
jenis Ulva sp., Caulerpa sp. dan spons. Pada Bulan November sampai Bulan
Februari dengan adanya hujan akan menurunkan salinitas air laut. Turunnya
salinitas berakibat menurunnya populasi algae. Pertumbuhan algae menjadi
hilang atau sangat sedikit pada bulan Februari dan hampir hilang pada bulan
3 dan 4. Pada bulan-bulan dimana terjadi musim hujan yang cukup banyak
dengan intensitas penyinaran matahari yang lebih rendah menyebabkan
warna karang menjadi coklat. Bulan berikutnya yaitu pada bulan Maret hingga
Mei merupakan bulan perubahan dimana arus air dan ombak relatif tenang,
32
Tujuan dari pengembalian ini untuk konservasi dan restorasi oleh kerena
indukan karang diambil dari alam. Jenis karang yang dikembalikan ke alam
sesuai dengan apa yang ditransplantasikan. Karang transplantasi yang tidak
memenuhi syarat untuk di eksport oleh karena bentuk pertumbuhannya yang
kurang bagus atau karena warnanya yang kurang baik atau ukurannya terlalu
besar juga harus dikembalikan kealam.
a. Pembudidaya mandiri
Merupakan pembudidaya yang melakukan transplantasi secara mandiri yang
produknya dijual ke eksportir. Mereka umumnya tidak mempunyai fasilitas
yang besar dan terkadang juga menjadi pedagang pengumpul dari hasil
nelayan yang lain.
Dalam sistem ini ada beberapa eksportir yang menerapkan sistem setengah
lepas yaitu dengan memberikan penggajian minimal dan memberikan biaya
transportasi untuk operasional harian. Untuk menekan terjadinya penjualan
produk hasil budidaya ke eksportir lain maka eksportir pembina membeli
produk mendekati harga pasaran.
39
Pada beberapa tahun terakhir banyak pengelola resort atau diving center
mengeluh bahwa terumbu karang sebagai daya tarik untuk turis mengalami
penurunan kualitasnya, bahkan dibeberapa lokasi tujuan wisata telah
mengalami kerusakan yang cukup serius. Terutama di lokasi-lokasi yang agak
jauh dari jangkauan pengawasan.
Beberapa pengelola hotel dan pemandu wisata bawah air juga mengeluhkan
hal yang sama tentang menurunnya kualitas keindahan terumbu karang. Pada
musim-musim tertentu juga terjadi kematian secara masal dari koloni karang
yang tadinya telah tumbuh dengan baik.
ya dibuat
karang buatan yang umumn
i terumbu
odel variasi dar
Gambar 22. M
eton.
dari besi dan b
sehingga pada waktu karang tumbuh membesar tidak mudah lepas dari
tempat penempelannya. Jarak tanam untuk penempelan sebaiknya juga
diperhitungkan dengan baik agar anakan karang dapat tumbuh bebas serta
dapat saling memperkuat struktur dasar yang kokoh. Perlu diingat bahwa
beberapa jenis karang mempunyai hirarki dalam agresivitas. Beberapa jenis
karang sangat agresif dan akan menyerang koloni karang yang ada didekatnya,
sedangkan beberapa jenis karang ada yang sangat toleran terhadap karang yang
lainnya. Untuk itu, sebaiknya karang-karang bersifat agresif tidak dicampur
atau didekatkan dengan karang yang lainnya. Jenis karang yang agresif tidak
terlalu banyak namun beberapa karang yang agresif mempunyai warna yang
bagus dengan bentuk pertumbuhan serta tentakel yang bagus pula.
Hasil pengamatan evaluasi di Amed dan Pemuteran Bali membuat terumbu
43
karang buatan untuk menarik turis. Substrat dasar yang dipakai untuk
membuat terumbu karang buatan terdiri dari berbagai macam strukur dan
bentuk (Gambar 22).
Substrat dasar ini pada umumnya terbuat dari beton yang komponen utamanya
adalah dari semen pasir dan batu. Ukuran bangunan atau struktur substrat
dasar ini bervariasi mulai dari kurang satu meter hingga beberapa meter.
Dengan menempatkan substrat dasar yang terbuat dari beton ini, diharapkan
karang dan biota laut lainnya dapat menempel dan tumbuh serta berkembang
hingga membentuk terumbu karang. Beberapa koloni karang dengan ukuran
yang cukup besar ditempelkan dengan cara mengikat pada substrat dasar
tersebut. Beberapa karang terlihat dapat hidup dan beberapa terlihat mati.
Kebanyakan karang yang ditempelkan, tidak mau melekat dan menyatu
dengan substrat yang telah ada. Pada umumnya kekuatan perlekatan hanya
bergantung pada kekuatan ikatan yang ada, sehingga bila ikatan ini lama-
kelamaan putus maka seluruh koloni akan lepas. Beberapa koloni karang yang
berasal dari larva karang, menempel dan tumbuh serta berkembang dengan
baik namun jumlahnya relatif sedikit. Beberapa biota laut seperti karang
lunak, spons dan biota lainnya juga tumbuh dengan baik.
karang yang telah diikatkan telah tumbuh dan berkembang, namun beberapa
bulan kemudian mengalami kematian atau mereka dapat tumbuh tetapi tidak
mau menempel pada substrat jika tidak diikat. Pemakaian koloni karang yang
sudah cukup besar mempunyai kelemahan tidak akan terbentuk pertumbuhan
koloni yang merayap di substrat dasar. Berbeda dengan karang transplant
yang ditanam dengan ukuran koloni yang kecil, pertumbuhan karang akan
dimulai dengan membentuk koloni yang merayap sesuai dengan substrat
dasarnya yang kemudian baru diikuti dengan pertumbuhan ke atas. Hal ini
dilakukan oleh semua karang, baik yang mempunyai bentuk pertumbuhan
masif, merayap maupun bercabang. Oleh karena itu, disarankan untuk
memakai anakan karang hasil transplant agar karang dapat menempel dengan
baik pada substrat.
Koloni karang dengan ukuran besar yang ditempelkan pada substrat sering
mengalami kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan koloni karang tersebut
biasanya diambil dari tempat lain, sehingga memerlukan proses adaptasi yang
cukup lama. Pada waktu proses adaptasi, karang tersebut tidak cukup kuat
untuk menghadapi perubahan kondisi lingkungan yang akhirnya mengalami
kematian. Kelebihan karang hasil transplant adalah sejak dari awal karang
telah dikondisikan untuk menyesuaikan diri di lingkungan yang berubah,
sehingga waktu ditanam kembali mereka akan lebih tahan terhadap kondisi
lingkungan yang berubah. Disamping itu, karang hasil transplant mempunyai
kecepatan tumbuh yang lebih baik.
akan meningkatkan tingkat kelulusan hidup anakan karang dan biaya untuk
pemindahan juga dapat ditekan serendah mungkin.
Karang hasil transplantasi dapat dijual kepada wisatawan dan wisatawan dapat
menanam bibit karang pada tempat yang telah disediakan. Bila suatu saat nanti
dia kembali lagi akan dapat melihat koloni karang yang pernah ditanam dan
tumbuh menjadi besar. Dengan demikian, dia termasuk wisatawan yang peduli
dengan kelestarian lingkungan. Bibit hasil transplantasi ditawarkan kepada
para wisatawan dengan harga yang cukup tinggi. Kemudian wisatawan diajak
untuk menanam karang secara langsung ditempat yang telah disediakan yaitu
pada struktur yang telah dibuat sebelumnya. Kewajiban kita adalah untuk
memelihara dan memastikan bahwa bibit karang yang telah ditanam tetap
hidup dan berkembang. Sehingga bila wisatawan tersebut suatu saat kembali
untu
untuk menengok anakan karang
yang telah dibeli dan ditanam telah
tumbuh
tum dengan baik. Hal ini akan
memberi
mem kepuasan dan kebanggaan
bagi wisatawan tersebut bahwa dia
tela ikut melestarikan terumbu
telah
karang.
kar
Saat
Saa ini tengah marak adanya
kegiatan
ke ekowisata bahari dan
pe
penawaran semacam ini akan
menarik
m minat para wisatawan
untuk
un berpartisipasi dalam
memperbaiki
m lingkungan laut. Di
lihat
li dari sudut pandang turis,
o
operator atau pemilik terumbu
k
karang buatan, mereka akan
memperoleh
m dua keuntungan
yaitu pemasukan baik dari
kunjungan wisatawan yang
ingin melihat terumbu karang
buatan dan pemasukan dari
penjualan bibit tranplantasi
karang untuk ditanam di
untuk terumbu karang buatan
n karang asuh
Gambar 21. Ikla an mereka (Gambar 21).
menarik wisataw
Bab 10
Jenis Karang Yang Telah Berhasil
Di Transplantasikan
47
Sedangkan karang yang bersifat soliter dan tidak membentuk koloni merupakan
jenis karang yang paling sulit untuk ditransplantasikan. Di samping itu,
kecepatan tumbuh untuk masing-masing karang berbeda-beda tergantung
jenis dan bentuk pertumbuhannya. Karang bercabang tumbuh paling cepat
jika ditransplantasikan dibandingkan dengan karang masif. Kecepatan
tumbuh karang bercabang dapat mencapai 10-20cm setiap tahun, sedangkan
karang masif hanya sekitar 1-2 cm per tahun. Oleh karena itu, ada pembagian
jenis karang berdasarkan kecepatan tumbuhnya yaitu fast growing, moderate
dan slow growing (cepat, sedang dan lambat).
Acropora nasuta
Porites cylindrica
Echinophyllia aspera
Turbinaria peltata
Euphyllia cristata
Goniastrea pectinata
Montastrea annuligera
DAFTAR
PUSTAKA
Erwin, P.M., B. Song and A.M. Szmant. 2008. Settlement behavior of Acropora
palmata planulae: Effects of biofilm age and crustose coralline algal cover.
Prod. Int Coral Reef Symp. Ft. Lauderdale, Florida, 7-11 July 2008: 1219-
1223.
Birkeland, C., R. H. Randal and G. Grimm. 1979. Three methods of coral
transplantations for the purpose of re-establishing a coral community
in the thermaleffluent area of The Tanguission Power Plant. Technical
report 60. University of Guam laboratory, Guam.
Johan, O., K. Sugama dan I. Insan. 2007. Propagasi Karang di Indonesia.
Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakarta. 45 PP.
Soedarma, D dan D. Arafat. 2007. Perkembangan Transplantasi Karang
di Indonesia dalam Prosiding seminar transplantasi karang. Bogor 8
September 2005: Hal 5 – 14.
Soong, K and T. Chen. 2003. Coral transplantation: regeneration and growth
of Acropora fragment in a nursery. Restoration Ecology, 1: 1-10.
Suharsono. 2008. Bercocok Tanam Karang dengan Transplantasi. Pusat
Penelitian Oseanografi, Jakarta 67 PP.
Yap, H. T., R. M. Alvarez, H. M. Custody and R. M. Dizon. 1998. Physiological
and ecological aspects of coral transplantation. Journal of Experimental
marine Biology and Ecology, 229: 69-84.
Yap H. T. 2004. Differential survival of coral tranpslants on various substrates
under elevated water temperatures. Marine Pollution Bulletin, 49. 306-
312.
57