Anda di halaman 1dari 62

2013

Perkembangan Teknik Transplantasi Karang Di Indonesia


Perkembangan
Teknik Transplantasi Karang
Di Indonesia

SUHARSONO, RIKOH MANOGAR SIRINGORINGO,


TRI ARYONO HADI, GIYANTO, YOSEPHINE TUTI
AGUS BUDIYANTO , SITI SULHA
P2O-LIPI

Pusat Penelitian Oseanografi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG
DI INDONESIA

© 2013 PUSAT PENELITIAN OSEANOGRAFI – LIPI

Penulis : Suharsono, Rikoh Manogar Siringoringo, Tri Aryono Hadi,


Giyanto, Yosephine Tuti, Agus Budiyanto dan Siti Sulha

Desain Sampul dan Isi : Dewirina Zulfianita

Keterangan Gambar Sampul : “Tunas muda dari Fungia fralinae yang


berkembang dalam bak pemeliharaan”

Pusat Penelitian Oseanografi


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Jl. Pasir Putih No. 1, Ancol Timur, Jakarta 11048
Telp. : 021-64712287, 6452425, 64713850
Fax. : 021-64711948, 64712287
E-mail : p2o@oseanografi.lipi.go.id

Perkembangan Teknik Transplantasi Karang Di Indonesia /


Suharsono ...[et al]. –-Jakarta : Pusat Penelitian Oseanografi
LIPI 2013
iii+ 57 hlm.; 17.6 x 25 cm
Bibliografi : hlm 57
ISBN 978-979-3378-60-2
1. Terumbu Karang -- Pelestarian -- Suharsono
639.973 6
I

Kata Pengantar

B
uku ini disusun berdasarkan hasil riset dari program insentif
Peningkatan Kemampuan Peneliti dan Perekayasa yang didanai oleh
Kementrian Riset dan Teknologi Tahun Anggaran 2012. Kegiatan ini
mengevaluasi cara-cara transplantasi yang selama ini dipraktekkan
di Indonesia pada umumnya dan Bali pada khususnya. Pada awalnya kegiatan
transplantasi karang dimulai dari hasil penelitian kerjasama antara Pusat
Penelitian Oseanografi – LIPI, Pusat Penelitian Lingkungan Hidup-IPB dan
Asosiasi Koral Kerang dan Ikan Hias Indonesia (AKKII) yang dilaksanakan di
Pulau Pari. Hasil penelitian teknik transplantasi ini kemudian dipraktekkan
dan diimplementasikan untuk berbagai keperluan antara lain untuk tujuan
membuat terumbu karang buatan (artificial reefs), untuk rehabilitasi terumbu
karang yang mengalami kerusakan, untuk tujuan wisata dan perdagangan.
Dari berbagai tujuan teknik transplantasi tersebut, teknik transplantasi untuk
tujuan perdaganganlah yang berkembang dengan pesat. Hal ini dipacu untuk
memperoleh anakan karang yang baik dari segi kualitasnya maupun efisiensi
untuk menghasilkan produk transplantasi yang berkualitas. Semakin tinggi
kualitasnya semakin tinggi harganya. Tidak seperti komoditas budidaya
lainnya budidaya terumbu karang ini tata cara budidayanya selalu memperoleh
bimbingan dan pengawasan dari institusi ilmiah (Scientific Authority) yang
dalam hal ini adalah LIPI dan institusi pengelola (Management Authority) dari
Kementrian Kehutanan. Hal ini dilakukan oleh karena produk hasil transplantasi
yang berupa anakan karang diperdagangkan secara internasional dan telah
masuk dalam apendik II CITES. Dengan mengevaluasi praktek transplantasi
yang saat ini baik untuk tujuan wisata maupun untuk tujuan perdagangan maka
buku ini diharapkan dapat memberikan petunjuk yang praktis guna melakukan
transplantasi secara efisien dan tepat sasaran. Kami mengucapkan terima
kasih pada AKKII dan perusahaan-perusahaan antara lain: Aneka Tirta Surya,
Sagoro utomo, Dinar, Bali Aquarium, Bali Biru, Golden Marindo, yang telah
mengijinkan dan membantu tim dari LIPI untuk melihat dan mewawancarai para
pelaku pembudidaya karang. Selamat membaca buku ini. Saran dan kritik dari
para pembaca kami harapkan untuk menyempurnaan dimasa yang akan datang.

Jakarta, 2013
Tim Penulis
II

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB 1 PENDAHULUAN 1
BAB 2 HAL – HAL POKOK PELAKSANAAN TRANSPLANTASI 3
a. Kebutuhan Modal Yang Cukup Besar 4
b. Perdagangan Keluar Negeri Dikontrol Oleh CITES 4
c. Pembudidayaan Yang Dikontrol Oleh MA Dan SA 5
d. Prinsip Yang Harus Ditaati Untuk Produk Alam 5
Mengikuti “Blue Economy”
e. Permintaan Pasar Terbatas Dan Butuh Kualitas Tinggi 6
f. Pemasaran 7
g. Transplantasi Sebagai Kegiatan Ramah Lingkungan 8
Dan Sarana Konservasi, Pendidikan Dan Riset
BAB 3 HAMA DAN PENYAKIT 9
BAB 4 TRANSPLANTASI KARANG 12
a. Pembuatan Substrat 13
b. Cara Pembuatan Bibit 14
c. Penempelan Anakan Pada Substrat 15
d. Pembuatan Rak 17
e. Pemilihan Lokasi 19
f. Penempatan Rak 20
g. Penempatan Bibit Pada Rak 20
h. Pemeliharaan 22
i. Pengukuran Pertumbuhan 22
III

BAB 5 EVALUASI HASIL PENGAMATAN CARA TRANSPLANTASI


KARANG 24
a. Pemanenan 25
b. Model Substrat Terbaik 25
c. Model Rak Terbaik 27
d. Bahan Terbaik Untuk Penempelan 29
e. Pemilihan Lokasi Yang Ideal 29
f. Pertumbuhan Terbaik 31
g. Kondisi Lingkungan 31
BAB 6 KEWAJIBAN PARA TRANSPLANTOR UNTUK RESTORASI
DAN KONSERVASI 33
BAB 7 PEMBELAJARAN BAGI NELAYAN DAN SARANA PENELITIAN
UNTUK MAHASISWA 35
BAB 8 PENGELOLAAN TENAGA KERJA 37
a. Pembudidayaan Mandiri 38
b. Sistem Pembentukan Kelompok Nelayan 38
c. Sistem Pekerja Lepas 38
d. Sistem Pekerja Manajer 39
BAB 9 TRANSPLANTASI KARANG SEBAGAI PENDUKUNG
KEGIATAN WISATA BAHARI 40
BAB 10 JENIS KARANG YANG TELAH BERHASIL
DI TRANSPLANTASIKAN 46
KESIMPULAN DAN SARAN 55
DAFTAR PUSTAKA 56
Bab 1
Pendahuluan
2

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Transplantasi karang pada akhir-akhir ini telah banyak dilakukan orang untuk
berbagai keperluan antara lain untuk perdagangan, restorasi, rehabilitasi dan
kegiatan wisata. Namun saat ini tujuan melakukan transplantasi yang paling
popular adalah untuk perdagangan dan untuk kegiatan wisata.

Transplantasi karang di Bali telah berkembang pesat, selain tujuannya untuk


menarik wisatawan sekaligus juga untuk rehabilitasi, konservasi, perdagangan
serta untuk mendukung kegiatan budidaya biota yang lain.

Transplantasi untuk restorasi ataupun rehabilitasi dilakukan karena rendahnya


kemampuan karang untuk kembali lagi dan kurangnya jumlah anakan karang
(rekrutmen) yang muncul di alam (Soong and Chen, 2003). Transplantasi
karang tidak lain adalah bercocok tanam karang dengan cara stek yaitu
dengan cara mematahkan atau memecahkan karang menjadi beberapa bagian
kemudian patahan atau pecahan karang tersebut di lekatkan atau ditempelkan
pada substrat yang keras agar dapat tumbuh kembali.

Karang bersifat modular organisms yaitu potongan kecil dari karang


mempunyai kemampuan untuk tumbuh yang sama seperti koloni karang utuh
(Birkeland et. al., 1979). Untuk dapat bercocok tanam dengan baik tentunya
seseorang harus mengetahui sifat dari karang itu sendiri. Sifat karang yang
harus dikuasai oleh seorang pembudidaya karang atau seorang transplantor
adalah sifat tumbuh, cara bereproduksi, hama dan penyakit karang, sebaran
vertikal dan horizontal karang serta sifat-sifat biologi karang lainnya. Sifat
biologi karang ini unik karena karang bersimbiosa dengan mikroalgae yang
hidup di jaringan tubuhnya, sehingga karang walaupun dia hewan tetapi
mempunyai sifat seperti tumbuhan (Suharsono, 2008). Selain hal tersebut,
pengetahuan tentang kedalaman yang ideal serta kondisi perairan seperti
kualitas air, cahaya, substrat dasar perairan juga sangat menentukan (Yap et.
al., 1998; Yap, 2004)
Bab 2
Hal – Hal Pokok Pelaksanaan
Transplantasi
4

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

a. Kebutuhan modal yang cukup besar


Untuk melakukan transplantasi karang diperlukan modal yang tidak
murah oleh karena bahan-bahan dan alat yang digunakan cukup mahal. Di
samping itu transplantasi karang juga butuh perawatan yang intensif. Untuk
pemeliharaan dari mulai menanam hingga panen dibutuhkan tenaga kerja
yang cukup banyak.

b. Perdagangan keluar negeri dikontrol oleh CITES


Transplantasi karang untuk tujuan diperdagangkan keluar negeri dikontrol
oleh CITES oleh karena semua jenis karang masuk dalam appendik II. Namun
bila diperdagangkan dalam negeri maka tidak lagi mengikuti peraturan CITES.
Sebenarnya produk karang dari hasil budidaya penuh (captive breeding) tidak
lagi dikenakan peraturan CITES namun karena sifat transplantasi ini masih
setengah budidaya maka peraturan CITES masih berlaku. Pengertian budidaya
menurut CITES adalah “captive breeding” yang artinya budidaya yang
dilakukan dalam ruangan atau lingkungan yang faktor-faktor lingkungannya
dapat sepenuhnya dikontrol dan anakan yang dihasilkan dapat ditelusuri
silsilahnya. Sedangkan transplantasi yang dilakukan di sini dikatakan sebagai
setengah budidaya, karena setelah anakan karang ditempelkan ke substrat lalu
ditumbuhkan kembali ke laut dengan cara meletakkan pada rak-rak yang telah
disediakan. Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, salinitas, pH, intensitas
cahaya, kecerahan masih sepenuhnya tergantung dari alam. Bila transplantasi
5

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

dilakukan dalam ruangan dengan sirkulasi air dengan sistem tertutup sehingga
faktor lingkungan dapat terkontrol baik, salinitas, pH, suhu, “hardeness” dan
intensitas cahaya dapat dikendalikan maka sistem ini baru dikatakan sebagai
budidaya penuh atau “captive breeding”.

c. Pembudidayaan yang dikontrol oleh MA dan SA


Perdagangan luar negeri mengikuti peraturan CITES, oleh karena itu cara-
cara transplantasi juga harus mengikuti peraturan penangkaran yang
dikeluarkan oleh Kementrian Kehutanan sebagai otoritas pengelola dan
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia sebagai otoritas ilmiah. Peraturan yang
harus diikuti oleh pembudidaya yang nantinya untuk diperdagangkan antara
lain: pembudidaya paling tidak harus mempunyai tiga rak pemeliharaan yang
berbeda yaitu rak indukan, rak anakan dan rak hasil produksi yang akan
diperdagangkan. Anakan karang diwajibkan untuk diberi tanda/tagging yang
berisi informasi tentang tanggal tanam, nama jenis karang, nama perusahaan
pembudidaya, nomor urut produksi dan sebagainya. Sepuluh persen dari hasil
transplantasi harus dikembalikan ke alam, sebagai bentuk jaminan untuk ikut
melestarikan lingkungan atau dapat dipakai untuk restorasi atau rehabilitasi
terumbu karang yang rusak.

d.Prinsip yang harus ditaati untuk produk alam yang telah


mengikuti “blue economy”
Perdagangan sumberdaya alam yang memanfaatkan biota hidup sebagai hewan
peliharaan selalu mengikuti prinsip sustainability, traceability dan legality.
Perdagangan komoditas internasional yang berasal dari sumberdaya alam
hayati cepat atau lambat akan menuntut prinsip tersebut. Tiga hal ini akan
menjadi persyaratan mutlak yang diperlukan bila kita ingin berdagang secara
internasional dengan nyaman. Hal ini dipicu oleh meningkatnya kesadaraan
konsumen internasional tentang isu-isu lingkungan. Mereka butuh semacam
jaminan bahwa komoditas yang dibeli atau dimakan aman, diproduksi
dengan benar dan tidak menyebabkan kelangkaan dan kerusakan lingkungan.
Sustainability berarti bahwa sumberdaya hayati yang diperdagangkan tidak
menimbulkan kerusakan lingkungan dan komoditas yang diperdagangkan
secara terus menerus dapat dipanen tanpa menimbulkan kelangkaan bahkan
populasi biota yang diperdagangkan semakin berkembang. Traceability artinya
asal usul dari komoditas yang diperdagangkan dapat ditelusuri dengan baik.
Oleh kerena itu, perlu adanya tagging untuk mengetahui kapan komoditas
6

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

itu ditanam, lokasi tanam, asal indukan, perusahaan yang memproduksi dan
lain-lain. Sehingga tagging menjadi sangat penting artinya. Komoditas yang
diperdagangkan juga harus diketahui legalitasnya, seperti misalnya jangan
sampai indukan yang dibudidayakan berasal dari indukan yang illegal.

e. Permintaan pasar terbatas dan butuh kualitas tinggi


Pangsa pasar untuk perdagangan karang relatif sedikit dan terbatas oleh
karena para penggemar akuarium air laut jumlahnya masih relatif sedikit.
Pemilik akuarium air laut biasanya orang-orang kaya saja atau hotel-hotel
besar sebagai sarana keindahan ruangan. Akuarium air laut pemeliharaannya
tidak mudah dan membutuhkan dana yang lebih besar jika dibandingkan
dengan akuarium air tawar. Namun pada saat ini teknologi untuk akuarium
air laut telah mengalami kemajuan cukup pesat. Pemeliharaan karang di
akuarium yang sebelumnya masih dianggap susah, sekarang tidak lagi
menjadi masalah. Walaupun pangsa pasar kecil namun harga untuk komoditas
karang ini cukup tinggi sehingga para pembudidaya berlomba-lomba untuk
7

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

mencoba membudidayakan karang. Karang yang baik untuk diperdagangkan


mempunyai kriteria antara lain koloni sehat dengan warna yang menarik
dan unik, bentuk koloni dengan percabangan yang indah, serta tentakel yang
bervariasi dan unik.

f. Pemasaran
Sembilan puluh persen dari pemasaran karang masih diperuntukkan pasar
luar negeri dan sisanya dipasarkan ke dalam negeri. Pemilik akuarium air
laut Indonesia masih terbatas dan belum popular karena biaya pemeliharaan
yang tinggi. Pasar dalam negeri biasanya untuk memenuhi kebutuhan
hotel-hotel besar yang memajang akuarium air laut di lobinya. Permintaan
pasar luar negeri naik turun sesuai dengan kondisi musim pada saat musim
panas permintaan akan turun dan akan meningkat pada saat musim dingin.
Perdagangan karang ini merupakan komoditas yang cukup unik oleh karena
permintaan pasar relatif kecil namun harga satuannya cukup tinggi. Karang
umumnya di perdagangkan ke negara Eropa, Amerika dan Jepang. Karang
digunakan untuk dinikmati keindahannya yang dipelihara di dalam akuarium.
Oleh karena itu warna dan bentuk pertumbuhan karang menentukan harga
8

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

karang. Indonesia yang memiliki 596 jenis karang seharusnya dapat bertindak
sebagai trend setter dan penentu harga karang. Oleh karena pemilik akuarium
air laut pada umumnya para hobbiest yang fanatik atau orang-orang yang
sudah mapan dan uang bukan lagi menjadi masalah maka harga tinggi juga
tidak menjadi masalah asal mendapatkan karang yang berkualitas baik,
dengan warna unik dan antik.

g. Transplantasi sebagai kegiatan ramah lingkungan dan sarana


konservasi, pendidikan dan riset
Kegiatan budidaya karang termasuk aktivitas yang ramah lingkungan oleh
kerena dalam transplantasi karang ini tidak menambahkan zat atau makanan
apapun dalam menumbuhkan karang. Tidak seperti budidaya ikan dan biota
yang lain yang selalu memberikan makanan atau menambahkan pupuk dan
obat-obatan terutama antibiotik. Sisa-sisa makanan, pemupukan dan obat-
obat yang mengendap di perairan sering menimbulkan masalah pencemaran
terhadap lingkungan sekitar daerah budidaya. Kegiatan transplantasi atau
budidaya karang dapat dijadikan pula untuk sarana pendidikan dan pelatihan
serta penelitian. Di samping itu ada kewajiban bagi para pembudidaya
untuk mengembalikan hasil budidaya ke alam sebanyak 10 persen. Hal ini
dilakukan agar kondisi terumbu karang tetap lestari dan bertambah baik.
Teknik transplantasi yang diperkenalkan kepada masyarakat saat ini adalah
merupakan hasil penelitian LIPI, IPB dan AKKII yang dilakukan pada tahun
1999-2003. Beberapa kegiatan sebelumnya juga dilakukan oleh (Johan et.al.
2007). Oleh karena itu sudah saatnya melakukan kembali evaluasi teknik
yang dikembangkan oleh masing-masing pembudidaya. Pada tataran praktek
masing-masing pembudidaya pasti telah mengembangkan teknik yang
lebih efisien efektif dan murah. Dari hasil wawancara telah menunjukkan
bahwa telah banyak mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi telah belajar
transplantasi karang.
Bab 3
Hama Dan Penyakit
10

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Dalam setiap kegiatan budidaya atau bercocok tanam akan selalu diikuti oleh
adanya biota pengganggu, hama dan penyakit. Begitu juga dalam kegiatan
transplantasi karang juga ada biota pengganggu, hama dan penyakit. Biota
pengganggu dalam kegiatan transplantasi berupa pertumbuhan berbagai
jenis makro algae seperti Caulerpa spp, turf algae, filamentus algae,
coralin algae dan crutosa algae serta karang lunak dari marga Xenia spp.

Jenis-jenis tumbuhan ini mengganggu transplantasi oleh karena kecepatan


tumbuhnya yang sangat cepat sehingga perlu dikontrol dan dibersihkan.
Dalam waktu 3-7 hari jika tidak dibersihkan maka seluruh rak pemeliharaan
akan tertutup oleh pertumbuhan algae ini dan akan dapat menghambat
bahkan mematikan anakan karang yang baru ditumbuhkan. Karang
lunak dari jenis Xenia spp juga merupakan hewan pengganggu yang
sangat cepat pertumbuhannya. Untuk mengatasi gangguan ini jalan satu-
satunya hanya dengan cara rajin dan rutin untuk membersihkannya.

Di samping itu karang juga mempunyai hama yang terdiri dari biota-biota yang
sifatnya dapat menyebabkan kerusakan secara fisik. Biota yang masuk katagori
hama untuk transplantasi karang antara lain: ikan, moluska atau keong,
ekinodermata dan spons. Beberapa jenis ikan karang merupakan pemakan
polip karang. Ikan ini sendiri dibedakan menjadi ikan yang bersifat obligate dan
11

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

fakultatif, artinya ikan yang obligate makanan pokoknya berupa polip karang
sedangkan yang fakultatif adalah ikan-ikan yang memakan karang hanya
sebagai cadangan atau selingan. Jenis ikan pemakan polip karang terutama dari
jenis ikan kepe-kepe atau butterfly fish Chaetodon trifasciatus dan Chaetodon
trifascialis, sedangkan ikan kakatua sering memakan tidak hanya polip karang
tetapi juga kerangka kapurnya. Bibit karang yang sedang tumbuh sangat rentan
terhadap pemangsaan ikan kakatua. Beberapa pembudidaya melindungi anakan
karang dengan cara menutup dengan jaring agar anakan tidak dimakan ikan.

Biota lain yang cukup potensial menjadi hama adalah muluska dari jenis
Drupella spp. , ekinodermata dari jenis Acanthaster planci, Linkia spp.
Sedangkan spons dan moluska, dan cacing ada yang bersifat mengebor
atau membuat lubang dalam kerangka karang yang masih hidup.

Penyakit karang sering muncul pada saat musim tenang dan suhu yang hangat
hal ini biasanya terjadi pada saat-saat musim peralihan antara musim barat
ke timur atau sebaliknya. Anakan karang rentan pada saat awal penanaman
oleh karena adanya bekas luka saat karang dipatahkan atau dipecah menjadi
beberapa bagian. Pada minggu pertama dan kedua penanaman biasanya
karang akan berusaha menyembuhkan luka bekas patahan terlebih dahulu
dan minggu selanjutnya baru mulai tumbuh. Penyakit karang sering muncul
adalah “black band” atau “white band” yang mempunyai tanda-tanda
berupa bintik-bintik hitam atau berupa bintik-bintik putih yang dengan
cepat akan menyebar keseluruh koloni karang. Black band dan white
band diseases (BBD dan WBD) merupakan dua jenis bakteri yang sering
menyerang polip karang. Masih ada beberapa jenis bakteri lainnya yang
juga dapat menimbulkan penyakit karang terutama pada saat kualitas
kondisi lingkungan menurun. Di samping itu masih ada Cyanobacteria dari
jenis Lyngbya confervoides yang berupa filament-filament halus berwarna
coklat kemerahan. Cyanobacteria ini akan dengan cepat menyebar dan
menyelimuti seluruh koloni dan dalam waktu singkat karang yang terserang
akan mati. Penyakit karang ini akan berkurang atau menghilang dengan
membaiknya kondisi lingkungan seiring dengan berakhirnya musim peralihan
dan arus mulai berjalan kembali serta suhu air laut mulai normal kembali.
Bab 4
Transplantasi Karang
13

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Dalam pengamatan evaluasi tata cara transplantasi, dilakukan dengan


mewawancarai secara detail pelaku transplantasi dan pengamatan lapangan
secara langsung. Wawancara dilakukan dengan pelaku budidaya karang
dan pelaksana pembuatan terumbu karang buatan untuk tujuan wisata.
Pelaku budidaya meliputi eksportir, pemilik, manager lapangan, kelompok
pembudidaya, pelaksana pekerjaan budidaya.

Pengamatan lapangan dilakukan dengan cara menyelam menggunakan SCUBA


dan pengamatan pertumbuhan karang di ukur secara langsung pada koloni-
koloni karang. Semua pengamatan lapangan bawah laut didokumentasikan
dengan underwater kamera . Pengamatan dilaksanakan di beberapa lokasi
antara lain di Pulau Serangan, Pantai Amed, Pantai Les, Pantai Penutukan dan
Pantai Pemuteran. Pengamatan difokuskan pada beberapa hal antara lain:

a. Pembuatan substrat
Substrat untuk pelekatan anakan karang dibuat dari berbagai bahan-bahan
dan dengan berbagai macam bentuk dan warna. Pada umumnya pembuatan
substrat untuk indukan bahannya dibedakan dengan bahan yang diperuntukan
untuk anakan atau untuk diperdagangkan. Bahan untuk anakan pada
prinsipnya dibuat sekecil mungkin dan seringan-ringannya. Sedangkan untuk
indukan biasanya dibuat dengan ukuran yang lebih berat dan lebih besar. Hal
ini dimaksudkan bila karang yang dipakai untuk indukan tumbuh besar tidak
mudah jatuh. Bahan yang dipakai umumnya terdiri dari campuran antara
semen, pasir, batu apung atau batu gamping. Bentuk substrat (Gambar 1) dan
cara pemasangannya sangat bervariasi, disesuaikan dengan rancangan dari

Gambar 1. Variasi bentuk substrat transplantasi


14

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

si karang.
digunakan untuk transplanta
del rak yang
Gambar 2. Mo

raknya (Gambar 2). Masing-masing pembudidaya mempunyai bentuk substrat


yang berbeda-beda. Ada yang membuat pola tertentu dan seragam namun ada
yang bentuknya tidak seragam dan lebih merupakan sebuah kerajinan tangan.
Warna substrat pada umumnya mulai dari putih, abu-abu atau kemerahan.

b. Cara pembuatan bibit


Setiap pembudidaya diwajibkan untuk membuat indukan karang yang bibitnya
diambil dengan cara memotong koloni karang yang ada di alam. Karang
yang dipakai sebagai indukan sebaiknya dipilih dari karang sehat, tidak ada
cacat, bersih dari biota pengebor dan mempunyai warna yang bagus. Kualitas
indukan baik warna karang dan bentuk pertumbuhan akan menentukan
kualitas anakan yang pada akhirnya akan menentukan harga. Pembuatan
anakan karang dimulai dengan memotong indukan karang. Untuk karang
bercabang pemotongan dapat dilakukan dengan menggunting tanaman.

Sedangkan untuk karang yang padat atau massive pemotongan dilakukan


dengan gergaji listrik seperti yang digunakan untuk memotong keramik. Anakan
karang dari karang bercabang umumnya berukuran 3-5 cm dengan jumlah
cabang/tunas berjumlah dua tergantung dari bentuk percabangannya. Karang
masif dengan ukuran diameter koralit kurang dari 2 cm maka pemotongan
15

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI


LANTASI KARANG DI INDONESIA

dilakukan sebanyak 3-6


koralit. Untuk karang
dengan dengan ukuran
polip besar atau dengan
pertumbuhan meandroid
pemotongan dilakukan
agar tetap mempunyai
koralit mulut. Untuk
karang yang bentuk
pertumbuhannya paceloid
maka pemotongan untuk
anakan paling tidak terdiri
dari dua cabang atau dua
koralit . Untuk karang yang
mempunyai pertumbuhan
merayap atau seperti
daun pemotongan dapat
berdasarkan jumlah koralit
(2-3 mulut) (Gambar 3).

Pada saat pemotongan


harus dilakukan dengan
cepat yang kemudian segera
dicuci yang bersih untuk
menghilangkan bekas
kotoran atau serpihan akibat
pemotongan. Anakan yang
tasi
berupa potongan-potongan
a pembuatan bibit transplan
segera dikembalikan ke air Gambar 3. Car g, paceloid, meandroid dan
an
untuk mengurangi stres. Jika karang bercab
terlalu lama di udara terbuka encrusting.
anakan karang kemungkinan
besar akan mati.

c.Penempelan anakan pada substrat.


Penempelan anakan karang pada substrat pada prinsipnya harus dilakukan
secepat mungkin untuk menekan tingkat kematian. Bahan pelekat yang
digunakan harus tidak toksik terhadap karang, biota lain atau lingkungan
sekitar. Di samping itu bahan perekat sebaiknya cepat kering, mudah untuk
membuat campurannya, mudah didapat dipasaran dan murah harganya.
Para pembudidaya menggunakan bahan pelekat bervariasi mulai dari bahan
yang sederhana sampai yang berharga mahal. Variasi bahan ini tergantung
16

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Gambar 4. Cara penempelan anakan pada substrat.

tujuannya. Sebagai contoh ada yang menggunakan bahan penempel dari semen
dan pasir tanpa atau dengan bahan pengeras (Gambar 4). Pembudidaya yang
lain menggunakan bahan dari dempul kayu dan sebagian lagi menggunakan
resin untuk melekatkan anakan karang.

Untuk “ soft coral “ karang lunak seperti Sarcophyton sp., Lobophytum sp.,
Sinularia sp., Xenia sp. dan Dendronephtya sp. tidak memerlukan bahan
perekat. Oleh karena calon anakan karang lunak berupa jaringan segar dan
basah maka cara penempelannya dilakukan dengan menjepit anakan memakai
karet gelang atau dengan kawat tipis untuk mengikatkan pada substrat.

Gambar 5. Cara penempelan karang lunak pada substrat


17

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Adapula yang membuat substrat khusus untuk karang lunak dengan membuat
lubang lubang kecil pada dasar substrat. Anakan karang lunak yang akan
ditanam dijepit dengan menggunakan tusuk gigi secara menyilang pada dasar
substrat melalui lubang-lubang yang telah dipersiapkan (gambar 5).

d. Pembuatan rak.
Pembuatan rak pada prinsipnya harus memudahkan untuk penempatkan
anakan karang dan dapat memuat transplant karang sebanyak mungkin atau
efisien dalam pemakaian ruang serta harganya murah. Untuk itu ukuran
rak sebaiknya seragam, tidak terlalu
lebar, mudah dibersihkan, tahan lama,
kaki-kaki rak tidak terlalu tinggi tetapi
juga tidak terlalu rendah tergantung
dasar perairan dan kondisi arus.
Tahan terhadap arus dan gelombang.
Permukaan atas sebaiknya dapat dengan
mudah dilewati sedimen atau tidak
menahan sedimen dan tidak mudah
tertutup oleh kotoran, tidak mudah
ditumbuhi oleh algae lumut, spons dan
biota penempel lainnya.

Rak karang transplan untuk indukan


dan anakan yang akan diperdagangkan
dibedakan untuk memudahkan dalam
pemeliharaan dan pengelolaannya. Rak
untuk indukan dibuat lebih kuat dari rak
untuk karang anakan (Gambar 6).

Jarak tanam untuk calon indukan juga lebih


(a)
besar agar nantinya dapat menampung koloni am b ar 6. Rak untuk indukan
G
yang lebih besar. Bahan untuk pembuatan rak anakan (b)
dan rak untuk
bermacam-macam mulai dari kayu yang tahan
terhadap air, paralon, plastik dan besi serta
semen.

Berbagai rancangan dapat dibuat yang pada prinsipnya mudah dibersihkan,


tidak cepat kotor, sesedikit mungkin menampung sedimen yang jatuh di rak
dan dapat menampung sebanyak mungkin anakan karang. Bahan rak dengan
permukaan halus lebih baik jika dibandingkan rak dengan permukaan yang
kasar. Permukaan kasar mudah ditumbuhi algae, spons, karang lunak dan
biota penempel lainnya. Bahan dengan permukaan halus juga mudah untuk
dibersihkan.
18

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Gambar 7. Penempatan rak


yang teratur memudahkan
untuk pemeliharaan

Gambar 8. Contoh perbedaan tinggi rendahnya rak pada dasar yang berbeda.

Ukuran rak sebaiknya seragam bentuk segi empat yang memanjang agar
memudahkan pada waktu membersihkan dan memantau. Dalam satu rak
sebaiknya ditempatkan anakan dari jenis yang sama dan dalam jumlah yang
sama agar memudahkan untuk melakukan penghitungan jumlah anakan yang
ada. Penempatan anakan karang pada rak diatur secara rapi dalam baris dan
lajur yang sejajar dengan tepi rak (Gambar 7).

Kaki-kaki rak harus kokoh agar dapat menahan arus dan gelombang. Tinggi
rendahnya kaki-kaki agar disesuaikan kondisi lingkungan setempat terutama
komposisi dari substrat dasar. Jika dasar berupa pecahan karang, kaki-kaki
rak setinggi 40 cm tetapi bila substrat dasarnya berupa pasir halus atau
lumpur maka sebaiknya kaki-kaki rak lebih tinggi. Hal ini dilakukan untuk
menghindari terjadinya pengadukan dasar perairan oleh arus atau ombak
sehingga sedimen tidak mencapai dasar rak. Pembuatan kaki-kaki rak yang
terlalu tinggi tidak baik jika ada arus atau ombak karena akan mudah goyah
atau roboh (Gambar 8).
19

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

e. Pemilihan lokasi.
Penempatan lokasi rak sangat menentukan kecepatan tumbuh anakan karang.
Pemilihan lokasi yang salah akan berakibat pertumbuhan anakan tidak
optimal, rak mudah kotor dan pertumbuhan biota lainnya jauh lebih cepat
dan banyak, sehingga harus lebih sering dibersihkan. Dengan demikian biaya
pemeliharaan menjadi lebih mahal.

Jika lokasi penanaman berada di rataan terumbu maka tempatkan rak di


belakang reef rampart (gudus). Letak gudus adalah tempat dimana pecah
gelombang terjadi pada saat air surut. Tempatkan rak di daerah aliran arus
tetapi jangan di tempat pertemuan arus yang bergerak sejajar garis pantai.
Penempatan rak harus pada daerah dimana pada saat terjadi surut terendah
kedalaman air masih sekitar 0,5 – 1 meter dari dasar perairan. Habitat dan
kedalaman air berpengaruh terhadap pertumbuhan karang transplantasi
(Soedarma dan Arafat, 2007)

Penempatan rak di rataan


terumbu akan cepat kotor dan
ditumbuhi oleh berbagai algae,
spons serta biota penempel
lainnya. Penempatan rak di
daerah goba tidak dianjurkan
karena pertumbuhan anakan
akan lambat disebabkan
tingkat sedimentasinya tinggi
dan aliran arusnya lebih
lambat. Pemilihan lokasi di
lereng terumbu sebaiknya
dipilih pada lereng terumbu
yang landai dengan dasar
perairan berupa pecahan
karang atau pasir.

Sebaiknya jangan memilih


lokasi lereng terumbu dengan
substrat dasar berupa lumpur
atau pasir halus. Pilih lokasi
yang tidak terlalu terbuka
Gambar 9. Pemilihan lokasi transplantasi untuk menghindari ombak
tergantung dari panjang pendeknya rataan besar dan arus yang terlalu
terumbu dan profil dasar perairan. kuat. Idealnya, pemilihan
20

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

lokasi sebaiknya di lereng terumbu yang mempunyai bentuk teras atau


undakan dengan arus tidak terlalu kuat. Lokasi dapat juga dipilih pada lereng
terumbu yang landai dengan kemiringan antara 30-40°. Lokasi sebaiknya semi
terlindung terbebas dari hempasan ombak secara langsung. Memilih lokasi
yang ideal biasanya agak sulit karena kadang kita dapat memperoleh suatu
lokasi cukup terlindung pada saat musim barat namun bila terjadi perubahan
musim lokasi tersebut menjadi terbuka dari hempasan ombak atau sebaliknya.

f. Penempatan rak
Penempatan rak sebaiknya di atas karang mati atau pecahan karang mati
(rubble) sehingga mengurangi dampak sedimentasi pada karang transplant.
(Gambar 10). Penempatan di atas dasar yang berpasir akan memerlukan
kaki-kaki rak yang lebih tinggi agar rak dapat tertancap lebih dalam sehingga
berdiri lebih kokoh. Perhatikan pola aliran arus pada saat air pasang dan air
surut. Adanya aliran arus yang cukup baik akan membantu membersihkan
rak dari sedimen dan kotoran lainnya. Selain itu kedalaman air pada saat
terjadinya surut terendah perlu diperhatikan. Penempatan rak tidak boleh
lebih tinggi dari pada permukaan air saat terjadinya surut terendah. Minimal
kedalaman rak masih satu meter di bawah permukaan air pada saat air
surut terendah. Penempatan rak disesuaikan dengan jenis karang yang akan
ditransplantasikan. Untuk jenis karang yang hidup di tempat dangkal dengan
kebutuhan sinar matahari penuh perlu dibedakan dengan karang yang hidup
ditempat dalam atau terlindung.

g. Penempatan bibit pada rak


Penempatan bibit pada rak dilakukan secara hati-hati agar tidak terjadi
luka tambahan. Sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari untuk
menghindari intensitas cahaya matahari yang tinggi. Pastikan bahwa
substrat anakan karang terikat dengan baik dan stabil. Pada rak yang sama
sebaiknya ditempatkan untuk jenis karang yang sama untuk memudahkan
pemeliharaan dan pemantauan ( Gambar 11). Cara mengikatkan substrat pada
rak sebaiknya dibuat sepraktis mungkin agar mudah dipasang dan dilepas
serta untuk memudahkan pada waktu membersihkan dan saat pemeliharaan
transplan karang. Cara penempatan bibit di rak akan berbeda untuk bibit yang
diperuntukkan indukan dan untuk anakan. Untuk indukan substrat harus kuat
dan menempel secara kokoh pada rak (Gambar 12). Bahkan rancangan rak
untuk indukan sebaiknya juga dibedakan agar lebih terjamin pertumbuhan
maksimal.
21

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Gambar 10. Kaki-kaki yang menancap dengan kokoh menghindarkan


kerusakan rak dari gelobang dan arus.

Gambar 11. Dalam satu rak ditempatkan satu jenis karang yang sama

Gambar 12.
Cara
penempatan
bibit untuk
anakan dan
indukan

Gambar 13. Rak


dan substrat
harus selalu
dibersihkan
dari biota
pengganggu
22

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

ansplantasi
ac am bio ta pengganggu tr
acam-m c)
Gambar 14. M taster planci, b) Drupella sp.;
chan
karang; a) A
d) Ulva fasciata
Cyanobacteria;

h. Pemeliharaan
Pemeliharaan sebaiknya dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk
membersihkan rak dari biota penempel atau hewan pengganggu lainnya.
Pembersihan dilakukan tergantung dari kondisi sekitarnya terutama
tergantung dari lokasi dan kedalaman. Hal ini dikarenakan pemilihan lokasi
dan penempatan rak akan menentukan berapa sering rak harus dibersihkan.
Tiap lokasi berbeda-beda dan juga tergantung dari musim. Pada satu lokasi
tertentu dalam waktu 2-3 hari telah muncul berbagai tumbuhan algae dan
biota penempel lainnya mengakibatkan rak terlihat kotor. Sedangkan pada
daerah yang mempunyai tingkat sedimentasi rendah dan pola arus yang baik
maka pembersihan hanya dibutuhkan seminggu sekali (Gambar 13).

Pemeliharaan juga harus dilakukan untuk mengontrol pertumbuhan biota lain


di sekitar lokasi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kehadiran hewan
pemangsa karang seperti Acanthaster planci dan jenis keong Drupella sp.,
serta biota penempel lainnya yang dapat terdeteksi dan segera disingkirkan
(Gambar 14). Pada waktu membersihkan sebaiknya pada saat ada arus
sehingga hasilnya dapat berjalan maksimal. Bila pembersihan dilakukan
23

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

pada saat air tenang kemungkinan serpihan algae atau soft coral dapat saja
menyangkut di rak lainnya. Potongan atau serpihan algae jika menempel di
rak akan dengan mudah tumbuh kembali. Kecepatan pertumbuhan algae akan
sangat bergantung dari kondisi dan kualitas air yang ada disekitarnya.

i.Pengukuran pertumbuhan
Pengukuran pertumbuhan sebaiknya dilakukan untuk mengetahui kecepatan
tumbuh dan kondisi lingkungan perairan setempat. Karang yang tumbuh
pada lokasi dan lingkungan yang tepat akan tumbuh cepat dan normal.
Pengukuran pertumbuhan dapat dipakai sebagai alat monitoring kondisi
lingkungan setempat. Bila terjadi ketidak normalan pertumbuhan maka lokasi
penempatan rak sebaiknya dipindahkan. Hal yang perlu diukur atau diamati
antara lain tingkat pelekatan koloni karang, pertambahan panjang koloni,
jumlah tunas dan percabangan. Untuk karang dengan pertumbuhan merayap
atau massive yang diukur adalah pertambahan diameter koloni.
Bab 5
Evaluasi Hasil Pengamatan Cara
Transplantasi Karang
25

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

a.Pemanenan
Pemanenan hasil transplantasi dapat bervariasi tergantung dari tujuannya.
Untuk tujuan konservasi atau rehabilitasi, pemanenan anakan karang dapat
langsung ditanam atau ditempatkan pada lokasi-lokasi yang telah disediakan.
Untuk tujuan rehabilitasi substrat dasarnya harus lebih lebar, berat dan lebih
kuat agar memudahkan pada saat penempatan. Sedangkan untuk tujuan
wisata, transplant karang yang ditanam tidak di panen tetapi dibiarkan
tumbuh secara permanen di tempat yang telah dirancang sebelumnya.

Hasil transplantasi untuk tujuan perdagangan, pemanenan dapat dilakukan


beberapa kali dalam setahun tergantung jenisnya. Karang-karang yang
mempunyai bentuk pertumbuhan bercabang dan mempunyai kecepatan
tumbuh tinggi dalam setahun dapat dilakukan pemanen 2-3 kali. Sedangkan
untuk karang massive yang mempunyai kecepatan tumbuh rendah pemanenan
dapat dilakukan setelah 1-2 tahun sekali. Karang dengan pertumbuhan
pacheloid dapat dipanen setelah 8-9 bulan dari saat penanaman atau setelah
percabangannya membentuk koloni yang membulat. Hasil pemanenan untuk
keperluan perdagangan lebih ditekankan pada keindahan bentuk koloni,
warna dan ukuran tentakel. Namun yang paling penting adalah warna karang.
Variasi warna yang unik akan menentukan harga karang.

Karang yang tidak memenuhi kriteria untuk diperdagangkan dikarenakan


warnanya kurang menarik atau bentuk percabangan yang kurang indah,
masih dapat dimanfaatkan untuk program rehabilitasi atau penanam
kembali. Seperti telah dijelaskan di atas bahwa pengusaha budidaya karang
mempunyai kewajiban untuk mengembalikan ke alam sebanyak 10 % dari
hasil transplantasi yang dilakukan.

b.Model substrat terbaik


Hasil pengamatan menunjukan bahwa ada berbagai bentuk substrat dan
berbagai bahan yang digunakan untuk membuat substrat. Substrat yang
berupa campuran batu apung, pasir dan semen merupakan yang paling
baik dan paling banyak dipakai oleh para transplantor dengan tujuan untuk
perdagangan karang ( Gambar 15)

Pada awalnya bentuk substrat masing-masing perusahaan mempunyai


bentuk yang sangat bervariasi. Namun pada akhirnya menuju keseragaman
yaitu bentuk ceper dengan cekungan di tengah atau berlubang di tengahnya.
Permukaan substrat dibuat kasar, hal ini untuk memudahkan pelekatan
pada rak. Hal ini dilakukan oleh karena cara pengikatan pada rak umumnya
memakai karet dari bekas ban dalam mobil atau motor.
26

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Gambar 15. Macam-macam bentuk substrat dan bahan yang digunakan untuk
membuat substrat.
27

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Substrat berbentuk seperti wadah es krim dengan tangkai di bawahnya


diletakan pada rak dengan dasar berupa ram dengan lubang bulat atau segi
empat. Jumlah anakan yang ditampung lebih banyak dan cara memasang
atau penempatan lebih mudah sehingga pada waktu membersihkan lebih
cepat dan mudah. Bentuk substrat kukusan atau wadah es krim ini baik untuk
tujuan rehabilitasi, oleh karena dapat ditancapkan di sela-sela batuan atau
ditancapkan di dasar yang berpasir. Kelemahan dari substrat bentuk es krim/
kerucut pada penempatan di rak adalah selalu bergoyang karena bersifat
longgar. Ketidak stabilan ini menyebabkan pertumbuhan karang terganggu.
Bahkan kalau ombak cukup kuat substrat ini dapat terlepas dari rak. Pada
saat pertumbuhan karang semakin besar, tidak menutup kemungkinan
antara koloni karang dapat saling bersentuhan dan beradu serta merusak
bentuk pertumbuhan karang. Bentuk substrat kukusan atau wadah es krim
mempunyai berat yang lebih besar jika dibandingkan bentuk ceper atau datar.
Hal ini akan menjadi beban yang lebih besar pada saat diekspor akibatnya
eksportir akan membayar lebih mahal.

Substrat ceper dengan cekungan di tengah atau berupa lubang, saat ini paling
banyak digunakan terutama untuk karang yang akan diperdagangkan. Bentuk
ini lebih sederhana, lebih ringan dan lebih murah untuk membuatnya. Bentuk
ini juga mudah untuk dipasang dan dilepas dari rak pada saat dibersihkan
namun perlu waktu yang lebih lama untuk memasang kembali. Penempatan
dalam rak untuk bentuk ini juga menggunakan karet sebagai pengikat namun
kelenturan karet kurang dapat bertahan dalam waktu yang lama. Untuk
tujuan rehabilitasi bentuk substrat ceper sulit untuk penempatannya pada
dasar perairan. Agar dapat diletakkan dengan kokoh pada dasar perairan
memerlukan usaha tambahan. Seperti contoh anakan karang diikat dengan
tali pada koloni-koloni karang mati. Bentuk ini juga sulit untuk merehabilitasi
lokasi-lokasi yang dasar perairannya berupa pasir.

c.Model rak terbaik


Hasil pengamatan menunjukkan bahwa bentuk rak terdiri dari berbagai
macam tipe dan berbagai macam bahan yang dipakai untuk membuat rak
(Gambar 16).

Sebagian besar pembudidaya membuat rak berbentuk meja segi empat


memanjang dengan ukuran 1 x 2 meter yang terbuat dari besi. Tempat untuk
menempelkan anakan karang berupa dua besi berjarak 5 cm yang diletakan
sejajar dengan panjang tepi meja. Pada awalnya bahan dan bentuk rak
bermacam-macam namun pada saat ini hampir semua cenderung mengikuti
model ini (Gambar 17). Tampaknya bentuk ini yang paling efisien dan efektif
dan paling ekonomis dari segi biaya, walaupun masih ada beberapa mencoba
28

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

akai
transplantasi yang biasa dip
tuk rak
Gambar 16. Ben engan penjepit karet.
besi d
terbuat dari

Gambar 17. Rak yang terbuat dari bahan besi

n, namun
ng terbuat dari bahan beto
ya
Gambar 18. Rak n pada saat penempatan.
enyulitka
rak ini m

membuat rak dari bahan semen (Gambar 18). Bentuk rak dengan dasar
menggunakan ram plastik atau kawat mulai ditinggalkan karena lebih cepat
ditempeli oleh biota laut lainnya dan lebih sulit untuk membersihkannya
sehingga memerlukan biaya operasional yang lebih besar.
29

PERKEMBANGAN
PERK
PERK
KEM
EMBA
BANG
BANG
GAN TTEKNIK
EKNI
EK
KNI
NIK TR
NIK TRAN
TRANSPLANTASI
ANS
AN
NSPLANTASI KARANG
KA DI INDONESIA

d.Baha terbaik untuk penempelan


d.Bahan
Bahan u untuk pembuatan substrat pada umumnya
hanya terdiri
t dari campuran pasir, semen, pecahan
karang mati, batu apung dan styrofoam. (Gambar
19) Sed
Sedangkan bentuk substrat untuk penempelan
tergantung
tergan dari bentuk rak dasar yang digunakan.
(Gambar
(Gamb 20). Bahan campuran untuk membuat
substrat
substr juga disesuaikan dengan tujuannya.
Untuk substrat yang akan dipakai untuk indukan
bahan-bahan
bahan yang dipakai biasanya yang terbuat
dari bahan campuran pasir, semen dan batu
kerikil
kerik yang relatif berat serta bentuk substrat
persegi
perse sama sisi. Bentuk persegi dan bahan
yang berat mempunyai stabilitas yang baik
dan tahan lebih lama. Sedangkan untuk tujuan
perdagangan
perd bahan utama pembuat substrat
ada
adalah batu apung, styrofoam, semen dan pasir.
Bentuk
Ben disesuaikan dengan rak sebagai tempat
peletakkan
pele anakan karang. Prinsip seringan
mungkin
mu untuk bahan substrat bagi karang
yang
yan akan diperdagangkan adalah untuk
me
memudahkan dalam transportasi dan menekan
serendah
se mungkin biaya pengangkutan.

e. Pemilihan lokasi yang ideal


Pemilihan haruslah dilakukan secara berhati-
P
h
hati oleh karena akan menentukan hasil akhir
d kualitas produk serta biaya operasional.
dan
Hasil
H pengamatan menunjukkan bahwa
karang
k yang ditumbuhkan pada lokasi yang
tidak
t terlalu terbuka dengan arus yang
cukup baik, yang selalu mengalir mengikuti
an- pola pasang surut memberikan hasil yang
Gambar 19. Bah akan terbaik. Penempatan di lereng terumbu atas
un
bahan yang dig sampai bawah dengan profil lereng terumbu
t
untuk membua am, semi landai dan dasar perairan terdiri
fo
substrat, Styro , dan karang mati dan pasir kasar memberikan
g
pasir, batu apun hasil yang terbaik (Gambar 21).
semen
30

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Gambar 20. Bentuk bentuk substrat untuk penempelan transplan yang umum
dipakai

Arus yang cukup kuat akan


mengurangi pertumbuhan biota
pengganggu dan ikut menjaga
kebersihan rak dari sedimen. Lereng
yang landai memberikan gradasi
yang baik untuk menumbuhkan jenis
karang sesuai dengan kebutuhan
akan sinar matahari. Profil lereng
yang landai juga memudahkan Gambar 21. Gambar penempatan
untuk menempatkan rak. Pola rak di lereng terumbu
arus yang teratur sepanjang tahun
akan mengurangi resiko terkena
penyakit. Lokasi yang berdekatan
dengan pantai akan memudahkan
untuk operasional, pengawasan dan
meminimalkan resiko terjadinya
kecelakaan.
31

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

f.Pertumbuhan terbaik
Karang transplantasi dapat tumbuh baik pada semua lokasi namun kecepatan
tumbuh berbeda-beda untuk masing-masing lokasi. Karang yang ditumbuhkan
di rataan terumbu mempunyai kecepatan tumbuh yang lebih rendah
dibandingkan dengan karang yang ditumbuhkan di lereng terumbu. Secara
ekologi, daerah rataan terumbu kurang stabil dibandingkan daerah lereng
terumbu. Kondisi pasang surut di rataan terumbu mempunyai pengaruh yang
besar terhadap kecepatan tumbuh karang. Di samping itu, kondisi kenaikan
dan penurunan salinitas serta temperatur juga mempunyai pengaruh yang
kuat terhadap pertumbuhan karang. Pertumbuhan algae baik mikro maupun
makro algae akan lebih cepat di rataan terumbu dibandingkan di lereng
terumbu. Namun perlu diingat bahwa karang yang ditumbuhkan di rataan
terumbu mempunyai warna yang lebih cerah dan lebih bervariasi oleh karena
intensitas cahaya yang lebih dinamis. Karang yang berasal dari hasil budidaya
akan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan karang yang
baru diambil dari alam. Hal ini mudah dimengerti karena karang anakan dari
hasil transplantasi telah beradaptasi dengan lingkungan di tempat budidaya
sehingga tidak perlu menyesuaikan diri lagi untuk tumbuh di lingkungan baru.

g. Kondisi lingkungan
Secara umum dalam satu tahun, kondisi lingkungan berubah dan ini berakibat
pada pertumbuhan algae dan biota pengganggu transplantasi. Pertumbuhan
algae sangat dinamis mengikuti perubahan lingkungan yang terjadi. Untuk
daerah Serangan Bali, algae akan tumbuh dengan baik mulai bulan ke 4 dan
mencapai puncaknya pada bulan ke 9 dan ke 10. Hal ini sejalan dengan adanya
masa air dingin yang dibawa oleh arus dari kutub selatan. Pada bulan Juli
hingga Oktober di Bali bagian selatan, air laut menjadi dingin dan ini sangat
bagus untuk pertumbuhan karang transplan. Pada saat yang bersamaan warna
karang juga sedang bagus-bagusnya oleh karena pada saat itu matahari bersinar
cukup kuat bersamaan terjadinya musim kemarau. Akan tetapi pada saat yang
bersamaan, pertumbuhan makro algae juga sedang mencapai puncaknya.
Hal ini merepotkan bagi para petani penanam transplantasi karang, mereka
harus bekerja lebih keras untuk membersihkan algae yang tumbuh sangat
subur. Dalam waktu kurang tiga hari seluruh rak akan ditutupi oleh algae dari
jenis Ulva sp., Caulerpa sp. dan spons. Pada Bulan November sampai Bulan
Februari dengan adanya hujan akan menurunkan salinitas air laut. Turunnya
salinitas berakibat menurunnya populasi algae. Pertumbuhan algae menjadi
hilang atau sangat sedikit pada bulan Februari dan hampir hilang pada bulan
3 dan 4. Pada bulan-bulan dimana terjadi musim hujan yang cukup banyak
dengan intensitas penyinaran matahari yang lebih rendah menyebabkan
warna karang menjadi coklat. Bulan berikutnya yaitu pada bulan Maret hingga
Mei merupakan bulan perubahan dimana arus air dan ombak relatif tenang,
32

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

akibatnya pemanasan air laut menjadi lebih intensif yang memperburuk


kondisi perairan. Dalam kondisi seperti ini, karang kadang-kadang memutih
atau banyak terserang penyakit yang berupa spot hitam atau putih dan sering
pula diserang oleh Cyanobacteria. Pada bulan kelima dan selanjutnya arus
laut telah mulai bergerak lagi sehingga secara berangsur-angsur penyakit
karang mulai menghilang. Demikianlah pengaruh siklus lingkungan terhadap
pertumbuhan transplan karang.
Bab 6
Kewajiban Para Transplantor
Untuk Restorasi Dan Konservasi
34

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Para pembudidaya atau transplantor diwajibkan untuk mengembalikan ke


alam sebesar 10% dari hasil transplantasinya. Pengembalian sebanyak 10% ini
dapat dilakukan di sekitar tempat mereka melakukan transplantasi atau dapat
diserahkan kepada pemerintah yang berwenang.

Tujuan dari pengembalian ini untuk konservasi dan restorasi oleh kerena
indukan karang diambil dari alam. Jenis karang yang dikembalikan ke alam
sesuai dengan apa yang ditransplantasikan. Karang transplantasi yang tidak
memenuhi syarat untuk di eksport oleh karena bentuk pertumbuhannya yang
kurang bagus atau karena warnanya yang kurang baik atau ukurannya terlalu
besar juga harus dikembalikan kealam.

Di samping itu transplantor diwajibkan untuk tetap menjaga bahwa lingkungan


sekitar lokasi transplantasi tetap terjaga dengan baik. Aktivitas budidaya
karang tidak seperti halnya budidaya ikan yang memerlukan penambahan
pakan ke dalam keramba. Budidaya karang tidak memerlukan tambahan
apapun terhadap pertumbuhan karang oleh karena itu budidaya karang dapat
dikatakan sebagai aktivitas yang bebas dari bahan pencemar. Penambahan
makanan dan obat-obatan ke dalam keramba akan berdampak negatif pada
lingkungan sekitarnya yang dihasilkan dari kotoran sisa-sisa makanan dan
sisa bahan obat-obatan.
Bab 7
Pembelajaran Bagi Nelayan
Dan Sarana Penelitian Untuk
Mahasiswa
36

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Kegiatan pembudidayaan karang dapat dipakai sebagai sarana penelitian


dan pelatihan bagi anak sekolah, mahasiswa dan para peneliti. Cara
membudidayakan karang secara baik dan benar masih belum diaplikasikan
secara maksimal. Pengetahuan kita tentang reproduksi vegetatif dan
reproduksi secara generatif juga belum dikuasai secara baik.

Di samping itu masih ada kendala-kendala membudidayakan karang yang


bersifat soliter atau karang yang mempunyai sifat tumbuh lambat. Oleh karena
itu, budidaya karang untuk sarana penelitian dan pendidikan masih terbuka
lebar. Usaha budidaya ini secara tidak langsung juga menumbuhkan kesadaran
masyarakat bahwa karang perlu dijaga dan dipelihara serta mempunyai nilai
manfaat bagi kehidupan mereka
Bab 8
Pengelolaan Tenaga Kerja
38

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Hubungan kerja antara eksportir dan para pembudidaya dapat dibedakan


menjadi empat kategori.

a. Pembudidaya mandiri
Merupakan pembudidaya yang melakukan transplantasi secara mandiri yang
produknya dijual ke eksportir. Mereka umumnya tidak mempunyai fasilitas
yang besar dan terkadang juga menjadi pedagang pengumpul dari hasil
nelayan yang lain.

1. Sistem pembentukan kelompok nelayan


Beberapa nelayan bergabung dalam satu kelompok dan mengusahakan
budidaya karang. Hasil dari budidaya ini dijual ke eksportir atau ke pasar dalam
negeri. Produk dari kelompok nelayan ini biasanya kurang bagus mutunya
oleh karena pengelolaan kurang maksimal dan tidak mengikuti prosedur yang
telah ditetapkan seperti keharusan mempunyai indukan tidak dilaksanakan
dengan baik, kebersihan kurang terjaga, tidak selalu melaksanakan tagging/
penandaan. Hasilnya sangat bervariasi mutunya tergantung dari masing-
masing individu yang tergabung dalam kelompok. Menajemen dalam
kelompok biasanya belum tertata dengan baik, kadang-kadang terjadi ketidak
cocokan diantara anggotanya. Kelompok nelayan perlu suntikan modal,
pembinaan dan pendampingan yang terus-menerus agar dapat memenuhi
persyaratan sehingga produknya dapat diekspor dan tidak hanya untuk pasar
dalam negeri.

2. Sistem pekerja lepas


Nelayan yang melakukan budidaya karang yang modal usahanya diberikan
oleh eksportir namun hasilnya diwajibkan untuk dijual ke eksportir yang
memberikan modal usaha. Modal usaha ini mulai dari untuk pembuatan
substrat, rak budidaya dan peralatan lainnya. Pada sistem ini nelayan hanya
akan menerima uang jika hasilnya dibeli oleh eksportir induk semangnya.
Kelemahan dalam sistem ini adalah bila eksportir kurang pandai dalam
pemasaran, maka nelayan akan mendapatkan penghasilan yang kurang baik.
Sebaliknya keluhan dari eksportir biasanya adalah adanya penjualan hasil
budidaya ke eksportir yang lain atau nelayan kurang rajin sehingga kualitas
karang kurang maksimal. Dalam sistem pekerja lepas, pembinaan nelayan
oleh ekportir akan sangat menentukan mutu hasil budidaya.

Dalam sistem ini ada beberapa eksportir yang menerapkan sistem setengah
lepas yaitu dengan memberikan penggajian minimal dan memberikan biaya
transportasi untuk operasional harian. Untuk menekan terjadinya penjualan
produk hasil budidaya ke eksportir lain maka eksportir pembina membeli
produk mendekati harga pasaran.
39

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Beberapa eksportir memberikan pekerjaan untuk pembuatan substrat


diborongkan kepada masyarakat sekitar lokasi tempat pembudidaya.
Masyarakat membuat substrat berdasarkan pesanan baik dalam segi jumlah
dan bentuknya. Sedangkan bahan untuk pembuatan substrat diberikan oleh
pembudidaya. Aktivitas ini telah melibatkan secara langsung masyarakat
dalam kegiatan budidaya karang transplant.

3. Sistem pekerja dan manajer


Pada sistem ini eksportir melakukan budidaya sendiri. Pekerja digaji secara
bulanan dan diberikan bonus pada setiap transaksi. Pada sistem ini semua
sistem dikontrol oleh manajer lapangan. Kebaikan dari sistem ini adalah hasil
budidaya dapat memenuhi persyaratan perdagangan internasional baik aturan,
mutu, tagging dan dapat menekan kematian karang dari mulai pengambilan di
lapangan, pengemasan dan transportasi hingga di tangan importir.
Bab 9
Transplantasi Karang Sebagai
Pendukung Kegiatan Wisata
Bahari
41

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Pada beberapa tahun terakhir banyak pengelola resort atau diving center
mengeluh bahwa terumbu karang sebagai daya tarik untuk turis mengalami
penurunan kualitasnya, bahkan dibeberapa lokasi tujuan wisata telah
mengalami kerusakan yang cukup serius. Terutama di lokasi-lokasi yang agak
jauh dari jangkauan pengawasan.

Beberapa pengelola hotel dan pemandu wisata bawah air juga mengeluhkan
hal yang sama tentang menurunnya kualitas keindahan terumbu karang. Pada
musim-musim tertentu juga terjadi kematian secara masal dari koloni karang
yang tadinya telah tumbuh dengan baik.

Penyebab turunnya kualitas terumbu karang ini dapat disebabkan adanya


kegiatan penangkapan ikan dengan memakai alat-alat yang tidak ramah
lingkungan, maupun oleh karena faktor alami. Teknik transplantasi dapat
dipakai sebagai alternatif untuk memperbaiki kondisi terumbu karang yang
mengalami kerusakan atau mengalami penurunan kualitas, yaitu dengan
mempercepat proses pertumbuhan karang. Teknik transplantai juga dapat
digunakan untuk membantu percepatan penempelan karang pada terumbu
karang buatan.

Teknik budidaya karang telah dikuasai dengan baik sehingga memungkinkan


kita dapat membuat taman bawah laut dengan komponen utamanya adalah
karang yang ditata sedemikian rupa seperti yang kita inginkan. Taman
bawah laut akan sangat bermanfaat sebagai tujuan wisata sekaligus untuk
kegiatan konservasi dan penggerak kegiatan ekonomi masyarakat. Bentuk
pertumbuhan karang yang beragam mulai dari karang masif, merayap, bentuk
daun, bercabang, soliter dan variasi diantara bentuk serta ukuran yang sangat
bervariasi memungkin kita untuk berkreasi membuat taman bawah laut. Di
samping itu, masih banyak biota laut yang dapat dipadukan dengan bentuk-
bentuk pertumbuhan karang seperti misalnya karang lunak yang mempunyai
variasi pertumbuhan yang cukup beragam serta mempunyai warna yang indah.
Kemampuan berimajinasi dan berkreasi memadukan antara bentuk dan warna
karang dan biota lainnya akan menentukan hasil akhir dari keindahan taman
bawah laut.

Transplantasi karang untuk mendukung kegiatan wisata bawah air


memerlukan rak dan substrat yang spesifik. Bentuk kerangka rak atau substrat
dasar untuk menempelkan karang trasplant sangat menentukan keindahan
hasil akhir. Kerangka rak sebagai bangunan dasar untuk menempelkan
anakan karang harus disiapkan dengan baik. Artinya tempat-tempat pada
rak telah dipersiapkan untuk menanam karang hasil transplant yang telah
disesuaikan dengan bentuk substrat dasar dan substrat karang anakan.
Mengapa hal ini perlu dilakukan oleh karena untuk memperkuat penempelan
42

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

ya dibuat
karang buatan yang umumn
i terumbu
odel variasi dar
Gambar 22. M
eton.
dari besi dan b

sehingga pada waktu karang tumbuh membesar tidak mudah lepas dari
tempat penempelannya. Jarak tanam untuk penempelan sebaiknya juga
diperhitungkan dengan baik agar anakan karang dapat tumbuh bebas serta
dapat saling memperkuat struktur dasar yang kokoh. Perlu diingat bahwa
beberapa jenis karang mempunyai hirarki dalam agresivitas. Beberapa jenis
karang sangat agresif dan akan menyerang koloni karang yang ada didekatnya,
sedangkan beberapa jenis karang ada yang sangat toleran terhadap karang yang
lainnya. Untuk itu, sebaiknya karang-karang bersifat agresif tidak dicampur
atau didekatkan dengan karang yang lainnya. Jenis karang yang agresif tidak
terlalu banyak namun beberapa karang yang agresif mempunyai warna yang
bagus dengan bentuk pertumbuhan serta tentakel yang bagus pula.
Hasil pengamatan evaluasi di Amed dan Pemuteran Bali membuat terumbu
43

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

karang buatan untuk menarik turis. Substrat dasar yang dipakai untuk
membuat terumbu karang buatan terdiri dari berbagai macam strukur dan
bentuk (Gambar 22).

Substrat dasar ini pada umumnya terbuat dari beton yang komponen utamanya
adalah dari semen pasir dan batu. Ukuran bangunan atau struktur substrat
dasar ini bervariasi mulai dari kurang satu meter hingga beberapa meter.
Dengan menempatkan substrat dasar yang terbuat dari beton ini, diharapkan
karang dan biota laut lainnya dapat menempel dan tumbuh serta berkembang
hingga membentuk terumbu karang. Beberapa koloni karang dengan ukuran
yang cukup besar ditempelkan dengan cara mengikat pada substrat dasar
tersebut. Beberapa karang terlihat dapat hidup dan beberapa terlihat mati.
Kebanyakan karang yang ditempelkan, tidak mau melekat dan menyatu
dengan substrat yang telah ada. Pada umumnya kekuatan perlekatan hanya
bergantung pada kekuatan ikatan yang ada, sehingga bila ikatan ini lama-
kelamaan putus maka seluruh koloni akan lepas. Beberapa koloni karang yang
berasal dari larva karang, menempel dan tumbuh serta berkembang dengan
baik namun jumlahnya relatif sedikit. Beberapa biota laut seperti karang
lunak, spons dan biota lainnya juga tumbuh dengan baik.

Terumbu buatan yang ada di Amed, tampaknya belum memanfaatkan hasil


transplantasi karang. Pengelola karang buatan sering mengeluhkan bahwa
44

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

karang yang telah diikatkan telah tumbuh dan berkembang, namun beberapa
bulan kemudian mengalami kematian atau mereka dapat tumbuh tetapi tidak
mau menempel pada substrat jika tidak diikat. Pemakaian koloni karang yang
sudah cukup besar mempunyai kelemahan tidak akan terbentuk pertumbuhan
koloni yang merayap di substrat dasar. Berbeda dengan karang transplant
yang ditanam dengan ukuran koloni yang kecil, pertumbuhan karang akan
dimulai dengan membentuk koloni yang merayap sesuai dengan substrat
dasarnya yang kemudian baru diikuti dengan pertumbuhan ke atas. Hal ini
dilakukan oleh semua karang, baik yang mempunyai bentuk pertumbuhan
masif, merayap maupun bercabang. Oleh karena itu, disarankan untuk
memakai anakan karang hasil transplant agar karang dapat menempel dengan
baik pada substrat.

Koloni karang dengan ukuran besar yang ditempelkan pada substrat sering
mengalami kematian. Hal ini kemungkinan disebabkan koloni karang tersebut
biasanya diambil dari tempat lain, sehingga memerlukan proses adaptasi yang
cukup lama. Pada waktu proses adaptasi, karang tersebut tidak cukup kuat
untuk menghadapi perubahan kondisi lingkungan yang akhirnya mengalami
kematian. Kelebihan karang hasil transplant adalah sejak dari awal karang
telah dikondisikan untuk menyesuaikan diri di lingkungan yang berubah,
sehingga waktu ditanam kembali mereka akan lebih tahan terhadap kondisi
lingkungan yang berubah. Disamping itu, karang hasil transplant mempunyai
kecepatan tumbuh yang lebih baik.

Pembuatan terumbu karang dengan cara menempelkan koloni karang


pada struktur yang telah dirancang akan dapat berjalan secara efektif dan
efisien jika sejak awal direncanakan dengan baik. Pada struktur yang telah
direncanakan, sebaiknya telah dibuatkan tempat atau cetakan yang nantinya
akan dipakai untuk menempelkan hasil transplantasi karang. Struktur yang
dibuat sebaiknya dirancang sedemikian rupa agar tempat penempelan karang
dari hasil transplantasi tidak pada tempat-tempat yang terbuka ataupun
tempat yang sangat tersembunyi. Hal ini dilakukan karena beberapa jenis
karang tidak menyukai tempat yang sangat tersembunyi ataupun tempat yang
terlalu terbuka (Erwin et al., 2008). Cetakan tempat penempelan sebaiknya
bervariasi disesuaikan dengan bentuk substrat dari transplan karang.

Pembuatan anakan karang secara transplantasi atau pembuatan bibit karang


sebaiknya berada di lokasi yang tidak terlalu jauh dari struktur yang akan
dibuat untuk terumbu karang buatan. Hal ini dilakukan agar sejak awal bibit
karang telah beradaptasi dengan lingkungannya dengan demikian pada saat
dipindahkan atau ditempelkan pada struktur terumbu karang buatan tidak
perlu beradaptasi lagi. Di samping itu, pemindahan yang berjarak dekat
akan mengurangi stres terhadap anakan karang. Dengan stres yang minimal
45

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

akan meningkatkan tingkat kelulusan hidup anakan karang dan biaya untuk
pemindahan juga dapat ditekan serendah mungkin.

Karang hasil transplantasi dapat dijual kepada wisatawan dan wisatawan dapat
menanam bibit karang pada tempat yang telah disediakan. Bila suatu saat nanti
dia kembali lagi akan dapat melihat koloni karang yang pernah ditanam dan
tumbuh menjadi besar. Dengan demikian, dia termasuk wisatawan yang peduli
dengan kelestarian lingkungan. Bibit hasil transplantasi ditawarkan kepada
para wisatawan dengan harga yang cukup tinggi. Kemudian wisatawan diajak
untuk menanam karang secara langsung ditempat yang telah disediakan yaitu
pada struktur yang telah dibuat sebelumnya. Kewajiban kita adalah untuk
memelihara dan memastikan bahwa bibit karang yang telah ditanam tetap
hidup dan berkembang. Sehingga bila wisatawan tersebut suatu saat kembali
untu
untuk menengok anakan karang
yang telah dibeli dan ditanam telah
tumbuh
tum dengan baik. Hal ini akan
memberi
mem kepuasan dan kebanggaan
bagi wisatawan tersebut bahwa dia
tela ikut melestarikan terumbu
telah
karang.
kar

Saat
Saa ini tengah marak adanya
kegiatan
ke ekowisata bahari dan
pe
penawaran semacam ini akan
menarik
m minat para wisatawan
untuk
un berpartisipasi dalam
memperbaiki
m lingkungan laut. Di
lihat
li dari sudut pandang turis,
o
operator atau pemilik terumbu
k
karang buatan, mereka akan
memperoleh
m dua keuntungan
yaitu pemasukan baik dari
kunjungan wisatawan yang
ingin melihat terumbu karang
buatan dan pemasukan dari
penjualan bibit tranplantasi
karang untuk ditanam di
untuk terumbu karang buatan
n karang asuh
Gambar 21. Ikla an mereka (Gambar 21).
menarik wisataw
Bab 10
Jenis Karang Yang Telah Berhasil
Di Transplantasikan
47

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Selama kegiatan transplantasi dilakukan di Indonesia telah berhasil dengan


baik dibudidayakan sebanyak 49 jenis karang. Pada prinsipnya semua jenis
karang dapat ditransplantasikan atau dikembangbiakan secara vegetatif.
Namun, tingkat kesulitan untuk berhasil tergantung dari sifat dan karakter dari
masing-masing jenis karang. Karang dengan bentuk pertumbuhan bercabang
pada umumnya mudah untuk ditransplantasikan.

Sedangkan karang yang bersifat soliter dan tidak membentuk koloni merupakan
jenis karang yang paling sulit untuk ditransplantasikan. Di samping itu,
kecepatan tumbuh untuk masing-masing karang berbeda-beda tergantung
jenis dan bentuk pertumbuhannya. Karang bercabang tumbuh paling cepat
jika ditransplantasikan dibandingkan dengan karang masif. Kecepatan
tumbuh karang bercabang dapat mencapai 10-20cm setiap tahun, sedangkan
karang masif hanya sekitar 1-2 cm per tahun. Oleh karena itu, ada pembagian
jenis karang berdasarkan kecepatan tumbuhnya yaitu fast growing, moderate
dan slow growing (cepat, sedang dan lambat).

Karang dengan bentuk pertumbuhan meandroid, paceloid dan submasif


termasuk karang dengan kecepatan tumbuh sedang. Karang juga dibedakan
menurut tempat tumbuhnya berdasarkan banyak sedikitnya intensitas cahaya
matahari yang diterimanya. Karang ada yang menyukai tempat terbuka
dengan intensitas cahaya yang tinggi dan beberapa karang senang tumbuh di
tempat terlindung atau diketeduhan di dalam gua-gua kecil dengan intensitas
cahaya yang rendah. Oleh karena itu, karang digolongkan kedalam penyuka
cahaya matahari (sun loving) dan karang penyuka tempat terlindung. Karang
juga dibedakan berdasarkan distribusi vertikalnya. Beberapa jenis karang ada
yang dapat tumbuh dari mulai permukaan hingga kedalaman lebih dari 30m.
Namun beberapa jenis hanya dapat tumbuh pada kedalaman tertentu saja.
Dengan mengenali beberapa sifat-sifat dan karakter dari jenis-jenis karang,
kita akan dapat dengan mudah mentransplantasikan karang. Beberapa
jenis karang yang telah berhasil ditransplantasikan dengan baik disajikan di
(Lampiran 1).
48

Acropora nasuta

Hydnophora rigida Merulina ampliata

Montipora foliosa Pocillopora damicornis

Pocillopora eydouxi Pocillopora verrucosa


49

Porites cylindrica

Porites lichen Porites nigrescens

Seriatopora caliendrum Seriatopora hystrix

Stylophora pistillata Caulastrea curvata


50

Echinophyllia aspera

Echinopora lamellosa Euphyllia glabrescens

Euphyllia ancora Galaxea astreata

Galaxea fascicularis Turbinaria mesenterina


51

Turbinaria peltata

Turbinaria reniformis Turbinaria stellulata

Acanthastrea rotundoflora Acanthastrea echinata

Alveopora spongiosa Dendrophyllia fistula


52

Euphyllia cristata

Euphyllia divisa Euphyllia paraancora

Euphyllia yaeyamaensis Favia sp.

Favites abdita Favites ruselli


53

Goniastrea pectinata

Goniopora lobata Goniopora minor

Lobophyllia corymbosa Lobophyllia hemprichii

Lobophyllia flabelliformis Millepora tenella


54

Montastrea annuligera

Mycedium robokaki Mycedium elephantotus

Pectinia lactuca Physogyra lichtensteini

Symphyllia agaricia Symphyllia valencianensi


Kesimpulan Dan Saran
a.Pemilihan lokasi dan penempatan rak akan sangat menentukan tingkat
keberhasilan pertumbuhan karang. Di samping itu, lokasi juga akan menentukan
frekuensi untuk membersihkan dan pada akhirnya akan menentukan besarnya
dana untuk pemeliharaan.

b.Pada awalnya kegiatan budidaya transplantasi merupakan kegiatan padat


modal. Kemudian membutuhkan keseriusan untuk penanganannya serta padat
karya untuk pemeliharaanya. Budidaya karang membutuhkan tenaga kerja yang
terus-menerus untuk pemeliharaan dan menjaga kebersihan rak dan substrat.
Pekerjaan sifatnya perlu kehati-hatian dalam penanganannya karena karang
mempunyai jaringan yang tipis dan sensitif terhadap perubahan lingkungan.

c.Kegiatan transplantasi disamping dapat untuk kegiatan ekonomi yang


menghasilkan devisa negara dari perdagangan dan wisata, juga memberikan
kesejahteraan bagi masyarakat serta menumbuhkan kesadaran akan penting
pelestarian lingkungan khususnya ekosistem terumbu karang.

d.Kegiatan transplantasi merupakan kegiatan tanpa limbah dan tidak berdampak


negatif terhadap lingkungan.
56

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

DAFTAR
PUSTAKA
Erwin, P.M., B. Song and A.M. Szmant. 2008. Settlement behavior of Acropora
palmata planulae: Effects of biofilm age and crustose coralline algal cover.
Prod. Int Coral Reef Symp. Ft. Lauderdale, Florida, 7-11 July 2008: 1219-
1223.
Birkeland, C., R. H. Randal and G. Grimm. 1979. Three methods of coral
transplantations for the purpose of re-establishing a coral community
in the thermaleffluent area of The Tanguission Power Plant. Technical
report 60. University of Guam laboratory, Guam.
Johan, O., K. Sugama dan I. Insan. 2007. Propagasi Karang di Indonesia.
Pusat Riset Perikanan Budidaya, Jakarta. 45 PP.
Soedarma, D dan D. Arafat. 2007. Perkembangan Transplantasi Karang
di Indonesia dalam Prosiding seminar transplantasi karang. Bogor 8
September 2005: Hal 5 – 14.
Soong, K and T. Chen. 2003. Coral transplantation: regeneration and growth
of Acropora fragment in a nursery. Restoration Ecology, 1: 1-10.
Suharsono. 2008. Bercocok Tanam Karang dengan Transplantasi. Pusat
Penelitian Oseanografi, Jakarta 67 PP.
Yap, H. T., R. M. Alvarez, H. M. Custody and R. M. Dizon. 1998. Physiological
and ecological aspects of coral transplantation. Journal of Experimental
marine Biology and Ecology, 229: 69-84.
Yap H. T. 2004. Differential survival of coral tranpslants on various substrates
under elevated water temperatures. Marine Pollution Bulletin, 49. 306-
312.
57

PERKEMBANGAN TEKNIK TRANSPLANTASI KARANG DI INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai