Anda di halaman 1dari 128

il

m"@dbUflbcnnoo I r, r1di .1'Vijay;rnto IlS., tl'Sc., A3'u-s Svaiful bakhri, S' I'l
terr..m@S$m-r l\l. Si. , Drt'itl lndrarosa,

o
o

Dtr" drh.
Dr.drli',,,

BdH Peternakan BAIU


MATEHI IIKLfrT PHfi fiSESMEH
ffiSLlTAT0H TERilTIAK 0H0AHI(

Boloi Besor Pelotihon Peternokon Bofu

,.

Effi
MI{C
I
LI
MATEHI DIKTAT PBA A$E$MEil
FASILITATOR TTfiHAK fiRGAf{IK

Penulis
Ir. Teguh Wibowo
Ir. Adi Wijayanto DS., M.Sc
Agus Syaiful Bakhri, S.PT
Catur Pur_vanto, SST
Sugiono, SP.,M.Si
Dwita Indrarosa, ST., MP

Eclitor
Dr. drh. Rudy Rawendra, M.App.Sc
Dr. drh. Kresno Suharto, MP

Layout dan Desain Cover


Tim MNC Publishing

Cetakan Pertama, April 2016

Diterbitkan oleh
\.{edia Nusa Cr:eative
Anggota IKAPI {162 / ITI / 207s)
Bukit Cemara Ticlar H5 No. 34 N4alang
Telp:0341-563 119 / 08223 2121 888
Email : mnc.publishing.rnalan.g@cmail.com
''': i :': -' '- \{ebsite: \r,\^,w.mncpublishing.com

ISBN : 97 8-602-A839-89-9

Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilalang memperbarl,ak atau menuncla}rkan


selragian artau seluruh isi buku ke dalarn lrentr-rk apapun, secara elektronis nranpun
mekanis, termasuk {otokopi, nrerekam, atau dengar tekr-rik perekamarl lainn_va,
tanpa izin tertLrlis dari Penerbit. Undang-Undalg Nontor 19 Tahun 2000 tentiing
Hak Cipta, Bab XiI Ketentuan Pidara, Pasal72, Ayat (1), (2), dan (6)

11
KATA PENGANTAR

Puji syukur patut kita panjatkan kehadiran Allah SWT


sehingga Materi Diklat Pra Asesmen Fasilitator Ternak Organik ini
dapat di susun oleh teman-teman Widyaiswara Balai Besar Pelatihan
Petemakan Batu.

Buku ini penting dicetak dan dapat disebar ke calon-calon


peserta uji kompetensi Fasilitator Ternak Organik. Melalui buku ini
diharapkan para calon peserta uji kompetensi bisa mengukur apakah
kompetensi di maksud (sesuai SKKND telah dikuasai unflik
menyatakan siap tidaknya peserta diuji oleh asesor. Jika temyata
peserta belum siap akan jelas pada sub kompetensi yang mana
seharusnya di siapkan.

BBPP Batu telah menyiapkan buku-buku yang berkaitan


dengan uji kompetensi Bidang Peternakan. Terima kasih dan
penghargaan yang tinggi saya sampaikan kepada para penulis,
semoga keberadaanya bermanfaat.

Batu,
i.
Kepala BBPP Batu

Dr. drh. Rudy Rawendra, M.App.Sc

ti
t
I

111
i,
1

{
LI
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 111

1. Menganalisis Sejarah Lahan 1,

2. Mengorganisasikan Pekerjaan 17
3. Menganalisis Status Ternak 19
4. Melakukan Komunikasi Efektif 23
5. Membangun Jejaring Kerja .......... 27
6. Menyusun Program Fasilitasi JJ
7. MelaksanakanFasilitasi 41,
" 8. Mengorganisasikan Kelompok Sasaran 43
9. Mengevaluasi Pelaksanaan Ke giatan Fasilitasi 45
10. Melaksanakan Sistem Jaminan Mutu Ternak Organik .. 47
11. Mengelola Konversi Lahan 59
12. Mempersiapkan Perkandangan ............... 67
1-3. Menyusun Formulasi Ransum 71,

14. Menyusun Rencana Pengendalian Penyakit Temak 77


15. Menyiapkan Bibit Ternak 89
16. Mengelola Perkandangan 91,
17. Mengelola Pakan'Ternak Organik 101
18. Melakukan Pemelih araan Ternak 107
19. Mengelola Limbah ........."' 113

tl

I
i,

!
L
t
.1,.
MENGANALISIS SEJARAH LAHAN

Kompetensi Setelah selesai berlatih peserta mampu;


Dasar mengidentifikasi sejarah laharu mengumpul-
kan data dan menetapkan status lahan

Indikator Setelah berlatih peserta kompeten dalam hal


Ia
Kopetensi mengidentifikasi sejarah lahan, mengum-
pulkan data dan menetapkan status lahan
) mencangkup:
I
I

I
I
1.. Daftarpertanyaanidentifikasi disiapkan.
2. Melakukanidentifikasiresponden
3. Responden ditetapkan berdasarkan hasil identifikasi
4. Data tentang sejarah penggunaan lahan dikumpulkan dari
responden terpilih.
5. Data yang terkumpul diverifikasi sesuai dengan prosedur
yang ditentukan
6. Data hasil verifikasi dikelompokkan berdasarkan jenis data.
7. Data hasil pengelompokkan dianalisis berdasarkan standar
yang diacu.
8. Status l4r. ditetapkan berdasarkan hasil analisis

Langkah Keria:

1.. Data hasil verifikasi dikelompokkan berdasarkan jenis data


2. Data hasil pengelompokkan dianalisis berdasarkan standar yang
diacu
3. Status lah-an ditetapkan berdasarkan hasil analisis

Teori Fungsiinal Lingkungan Hidup

Definisi lahan terdegradasi dalam metode ini akan mencakup


kawasan-kawasan hutan yang telah ditebang dimasa lalu dan kini
mengandung cadangan karbon serta tingkat keanekaragaman hayati
yang rendah, seperti alang-alang. Metode ini tidak mencakup sebagian

l4aleri llikX;tt ]3 a Asesmen Fasilitafor Tern;r?* {}rgei*iX< | 1


besar karvasan dengan tutupan hutan alami atau lahan gambut, yang
dapat mengandung lebih dari 200 ton karbon per- hektar B Meski
demikian, definisi lal-ran terdegradasi di atas juga mencakup i:anyak
kawasan vang saat ini telah clibudidayakan atau kawasan yang
penting bagi alasan sosial atau budaya sehingga tidak cocok untuk
ditanam kelapa sawit. Mengubah kanasan-kawasan ini untuk
perkeburran kelapa sar.r.it bisa menirnbulkan konflik sosial dan
menan-rbah kerniskinan ketika hak-hak masyarakat lokal tidak
diironnati dan masyarakat tidak dilibaikan secaua efektif dalam
penganrbilan keputusan. Hasil apiikasi metode ini adalah sejumlah
kaurasan yang diketahui belpotensi cocok untuk budidaya kelapa
sawit berdasarkan delapan pertimbar-rgan, yang dikelompokkan ke
dalarn kategori lingkungar-r, ekonomi, hukurn dan sosial.

LINGKUNGAN HIDUP EKONON,II


c KARBON DAN . ZONA I(AWASAN
KEANEKAIIAGAMAN IJAYATi Apakah status hukurn area tersebu
Apakah lahannva "terdegradasi" mernungkinkan penanaman
clari sesi stok karbon? Apal<ah perkebunan kelapa sar,r,it?
clampak negatif terhadap Area r Hak Atas'fanair
Konservasi Tinggi (HCV 1-3) clapat Apakah hak-hak atas tanah vang sl
clihindari? ada, baik milik perusahaan maupu:
. Perlindungan Tana h dan Air: milik masyarakat, dapat
Apakah danrpak negatif teriradap dipertirr-rbangkan dalam pengambi
daerah lerrtan dapat dihindari? keputusan?

F{UKIJN,{ SOSIAL
. ZONA I(AWASAI{ . PEi.JGGUN;\AN LAFIAN
Apakal-r status huknm alea Apal<ah perr-rbangunan tldak
tersebut n-renr u-ngkinka n berdaurpak r-regatif terhadap HC'
penanarnan perkebunan }<elapa sosial, termasuk mata pencaharia
satrrit? masvarakat? (HCV 5-6)
. HAKATASTANAH r KEI,ENTINGAN LOKAL
Apakah rnasyarakat seternpat
Apakah hak-hak atas tanah t,ang
tertarik der-r gan rencana keberadi
suclah icla, baik rnilik perusahaan
perusahaan kelapa sirrvit dan ing
rnaupun milik masvatrakat, daprat
berdisktrsi lebih lanlut? Apakah
dipeltirnbangkan dalarn
kondisi politik masvarakat positi
pengambiian keputusar-r?

Cambar.l
2I iidate, i ifiklat Pra ,{re*nreri l-;lsilitalr-,r i"ernak Crganik
Seperti dijelaskan pada Gambar L,
Kedelapan pertimbangan ini adalah:
1,. Karbon dan keanekaragalnan hayati
2. Perlindungan tanah dan air
3. Produktivitastanaman
4. Aspek finansial
5. Zona kawasan
6. Hak atas tanah
7. Penggunaan lahan

Kepentingan Lokal.
Setiap pertimbangan memiliki indikator-indikator khusus.
-Indikator ini dirancang untuk memberikan informasi yang cukup
supaya dengan cepat dapat mengidentifikasi kawasan-kawasan
berpotensi cocok untuk diselidiki lebih lanjut di lapangan, bukan
untuk membahas setiap pertimbangan secara mendalam. Sebagai
contolu pertimbangan karbon dan keanekaragalnan hayati
mengandung indikator untuk mengidenti{ikasi "lahan ter-degradasi"
sebagaimana ditentukan dalam rancangan strategi nasional REDD+
.Namun, pertimbangan ini hanyalah sebagian dari glefinisi yang lebih
lengkap tentang lahan berpotensi cocok untuk budidaya kelapa sawit
berkelanjutan, yang mencakup delapan pertimbangan dalam metode
ini. Seperti yang diiluskasikan dalamGambar 2, metode ini terdiri dari
analisis desktop pada tingkat provinsi (Tahap i) dan penilaian
lapangan pada lokasi-lokasi prioritas tinggr (Tahap II). Peninjauan
lapangan sangat penting untuk mengidentifikasi kawasan-kawasan
berpotensi cocok secara pasti. Ini dikarenakan keterbatasan
penyediaan, akurasi dan resolusi data di tingkat provinsi, serta
keterbatasan pada analisis desktop untuk menilai isu-isu kualitatif dan
sosial di lokasi.

Metode

Bagian ini menjelaskan metode untuk mengidentifikasi lokasi


yang berpotensi cocok untuk budidaya kelapa sawit yang dikembang-
kan di bawah Proyek POTICO. Ini terdiri dari dua tahap:

Tahap I. Analisis Desktop.

Kawasan digolongkan ke dalam "berpotensi t*ggi'


"berpotensi," atau "tidak cocok" untuk budidaya kelapa sawit

54ale::i llihlat fra Asesmer: ilasilitai*r Ternak Cr6anik | 3


berdasarkan peta kecocokan potensi tingkat provinsi (Langkah 1).
Kalvasan prioritas kemudian diidentifikasi untuk survei lapangan
(Larlgkah 2).

Tahap II. Penilaian Lapangan.

Lokasi digolongkan dengan menggunakarr kategori yang saura


beldasarkan hasil surr,,ei lapangan. Katrrasan "berpotensi cocok" dan
lokasi "berpotensi cocok" kernudian digolongkan menjacli ber:potensi
tinggi atau berpotensi. Tiap tahap mencakup indikator untuk
periin-rbangan kecocokan daiam lingkungan, ekonomi, sosial dan
hukum.

Tahap I: Analisis Desktop

Analisis desktop terdiri dari dua langkah:

Langkah 1. Peta Kecocokan.

Peta kecocokan prov:nsi dibuat dan kawasan digolongkan


sesuai potensi kecocokannva untuk produksi kelapa san.it
ber"kelanjutan lrerdasarkan indi]<ator,vang terkait dengan karbon dan
keanekaragaman hay311, perlindungan tanah clan air, serta
peitirnbangan produktirritas tanaman.

Langkah 2. Pemilihan Lokasi Survei Lapangan.

Lokasilol<asi plioritas dipilih dari kawasan berpotensi cocok


vang diidentifikasi dalam Langkair 1, dengan ntemlrertirnbangkan
ir-rdikator terkait aspek finansial, zona kalt asan dan pertiirrbangan irak
atas tanah. Hasil analisis desktop dirancang untuk membeilkan
pancluan awal bagi penilaian laprrngan dari lokasi-lckasi plioritas
(Tahap Ii). Verifikasi lapangan perlu dilakukan mengineat
keterbatasan akurasi dan ketersediaan data di tingkat prorrinsi. Selain
itu, beberapa pertirnbangan, khususnya yang berkaitan dengan isu-isu
sosial, tidak dapat diniiai dengan menggirnakan analisis desktop. Di
ban,ah iri adalah penjelasan setiap langkah:. Sejurnlah data terkait vang
digunakan di bart ah Provek POTICO dijelaskan pada bagian aplikasi.
Data ini, vang kualitas dan resolusinya berrrariasi untuk tiap indikator,
adalal-r data GIS tingkat provinsi terbaiil yang tersedia untuk umum
pada saat anaiisis ini dilakukan.

4 | l.'iaterl lliklat Pra As*ijr'.r:iet-r F,:sililalrir'T'i:rnek tlrga*ily.:-


Langkah 1. Peta Kecocokan

Hasil dari Langkah 1 adalah peta potensi kecocokan lahan


tingkat provinsi, yang menggolongkan semua lahan ke dalam salah
satu dari tigu kelas kecocokan untuk ekspansi kelapa sawit
berkelanjutan: berpotensi tinggi, berpotensi, atau tidak cocok.l-9 Peta
kecocokan gabungan ini adalah kombinasi tiga lapisan tematik,
masing-masing terkait dengan salah satu pertimbangan berikut:"
karbon dan keanekaragaman hayati, perlindungan tanah dan air, dan
produktivitas tanaman. Setiap lapisan dibuat menggunakan subset
dari 1"3 indikator yang terkait dengan pertimbangan-pertimbangan
tersebut. Bagian ini menjelaskan indikator, kelas kecocokan, dan data
-yang digunakan untuk membuat peta kecocokan gabungan/ yang
diatur oleh setiap lapisan tematik. Untuk membuat peta kecocokan
gabungan ini, tiap kelas dari tiga kelas kecocokan diberi kode angk4
di mana berpotensi tings = 1, berpotensi = 2, dalrt tidak cocok = 3.
Masing-masing kode ini diterapkan pada nilai jangkauan tertentu
untuk setiap indikator dalam analisis. Contohnya, untuk indikator
ketinggian, nilai kurang dari 500 meter berpotensi titggi (1), nilai 500-
1,000 meter berpotensi (2), dan nilai lebih besar dari 1.000 meter tidak
cocok (3). Sebuah teknik biner sederhana digunakan untuk
menentukan kecocokan suatu kawasan sehingga jika nilai dari
indikator apapun untuk kawasan tersebut tidak cocok, hasil akhir
kawasan tersebut adalah tidak cocok. 20 Sebaliknya, supaya suatu
kawasan digolongkan berpotensi,tinggi, nilai ke-13 indikator di
kawasan itu harus berpotensi ti.gg. Seluruh kawasan lain
digolongkan sebagai berpotensi. Kelas kecocokan untuk setiap
indikator, seperti dijelaskan di bawah, dirancang berdasarkan
beberapa standar dan metode kecocokan yang telah ditetapkan
termasuk panduan Kawasan Bemilai Konservasi Tinggi (HCV) untuk
Indonesia, kebijakan, dan hukum negara Indonesia.

a. Lapisan Karbon dan Keanekaragaman Hayati

Lapisan karbon dan keanekaragalnan hayati dirancang untuk


mencerminkan apakah mengkonversi area untuk perkebunan kelapa
sawit bisa mengakibatkan dampak negatif terhadap cadangan karbon
dan keanekaragaman hayati kawasan bernilai konservasi tinggr (HCV
1,-3).22 Lapisan ini memiliki tiga indikator kecocokan : (1) tutupan
lahan, (2) gambut, dan (3) area konservasi dengan zona penyangga

Ntratet"i lliklat Pr* Asesntea Fasiiilatr:v Ter*ak *r$anik | 5


(Tabel 2). Kelas-kelas kecocokan untuk indikator ini dipilih sebagai
berikut:

Tutupan lahan

Mengacu pada apapun yang menutupi permukaan bumi, baik


l,egetasi atau ini'asfruktur buatan manusia. Ini berfungsi sebagai
indikator untuk cadangan karbor"r di atas tanah dan keanekaragamarl
hayati. Tutupan lahan juga berfungsi sebagai indikator arval untuk
pertimbangan pellggunaan lahan yang akan dieksplorasi lebih jauh
dengan r.elifikasi lapangan, serta untuk pertimbangan perlindungan
tanah dan air, seperti vang dijelaskan dalain panduan HCV. Konsisten
dengan rancangan strategi nasional REDD+ yang memberi ambang
batas 35 ton karbon per hektar, semua jenis tutupan lahan hutan alam
cligolonekan tidak cocok, termasuk hutan primer dan sekuncler.
I(avvasan ini juga keilungkinan besar mengandung HCV 1-3. Narnun
jenis tutupan lahan lain - seperti padang rumput atau savana -
rnurrgkin jrgu mengandung nilai konservasi tinggi, yang bisa
mengakibatkan beberapa karvasan ),ang digolongkarr sebagai
berpotensi cocok clalarn analisis desktop kemudian clitetapkan tidak
cocok dalam penilaian lapangan. Selain hutan alam, tutupan lahan
\rang rnenunjukkan aktivitas pellggunaan lahan yang tinggi - misalnya,
pemukiman - j*9, digolongkan tidak cocok; karvasan yang
rnenunjukkan kemungkinan penggunaan lahan ),ang aktif - seperti
lahan kedng pertanian, digolong-goiongkan rnenjadi:

Kelas Kecocokan

Berpotensi Tinggi (1) Berpotensi (2) Tidak Cocok (3)

Tutupan Lahann Sernak/Belukar; Savana; Pertanian lahan


kering; pertanian lahan kering bercampur dengan sernak;
semak/belukar lau.a; l"Lutan tanaman industri (FITI); perkebunan;
sarvah; per:tarnbangan Seluruh l-lutan alam primer dan irutan ian-r
sekunder'; hutan lrrangrove, hutan lahan kering, hutan ral^,'a, bandara;
prernukiman; daerah trairsmigrasi; ran a; tambak Gambut Lal-ran
Terbuka - Lahan gambut pacla kedal&illc1rl &p& pun (>0 cm) Area
lconsenrasi dengan zona pen)/angga Tidak ada lahan gamtrut (0 cm) -
Seluruh area di dalam area ;<onselvasi dengan zona per-ryangga Arear
konservasi; Hutan Linduug; Hutan Konservasi Penvangga 500 rneter

6 | &'iateri '*11<1al Pra Asesnretr tsasilit.lt*r'Iei:nak Org;uiii<


di sekitar area dengan batas yang ditetapkan; 1,000 meter di sekitar
area tanpa batas yang ditetapkan.

Panduan Mengidentifikasi Lahan Terdegradasi untuk Budida-


ya Kelapa Sawit Ramah Lingkungary akan berpotensi; dan kawasan
dengan jenis tutupan lahan tanpa indikasi penggunaan aktif - seperti
lahan terbuka - digolongkan berpotensi tinggi. Kode tutupan lahan
tertentu dipilih untuk setiap kelas kecocokan tergantung pada data'
yang digunakan.

Kode tutupan lahan pada Tabel2 sesuai dengan data tutupan


lahan yang disediakan Kementerian Kehutanan.'23 Tidak ada definisi
dan deskripsi metodologi akurat yang digunakan untuk menghasilkan
data ini. Data lain mungkin memiliki kode tutupan lahan berbeda yang
bisa juga digolongkan berpotensi tinggi (tidak ada tutupan hutary
penggunaan lahan sedikit/ tidak aktif); berpotensi (tidak ada tutupan
hutaru penggunaan lahan aktrf); atau tidak cocok (tutupan hutan
danf alau penggunaan lahan sangat aktif).

Gambut mengacu pada ada atau tidaknya lahan gambut.


Lahan gambut dengan kedalaman dan karakteristik apapun dianggap
tidak cocok karena beberapa alasan. Karena kandungan karbon yang
tirgg, lahan gambut dianggap tidak cocok untuk perkebunan kelapa
sawit menurut rancangan Strategi Nasional REDD+ dan sesuai
Instruksi Presiden No 10/201L tentang Penundaan Pemberian Izin
Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan
Gambut. 24 Latran gambut juga dihubungkan dengan lahan basah
yang memiliki fungsi hidrologi penting untuk melindungi tanah dan
air. Selain itu, pengembangan di atas lahan gambut dikaitkan dengan
biaya yang tinggr dan hasil yang rendah sehingga mengakibatkan
rendahnya indikator aspek finansial.2S

Area konservasi dengan zona penyangga (buffer)

Kemungkinan besar mengandung nilai konservasi dan


keanekaragarnan hayati yang tinggi (HCV 1-3) dan dilindungi secara
hukum oleh Kementerian Kehutanan. Zona penyangga tersebut dibuat
sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 47 /1997 dan Keputusan

Presiden Nomor 32/1990. Area konservasi yang ditetapkan


hukum adalah Hutan Lindung dan Hutan Konservasi. Zona
1'1*ie::i *ikiat Pra Aseslt-Terr"l Fasilitator'J"eri-lak Clrga:tik | 7
penvangga diciptakan untuk merrcakup area dalarn jangkauan 500
meter darri area konservasi dengan batas-batas rrang ditetapkan dan
dalam jangkauan 1.000 meter dari area tanpa batas yang ditetapkan.

b. Lapisan Perlindungan Tanah dan Air


Lapisan perlindungan tanah dan air dibuat menggunakan
indikatol lingkungan yang mencerminkan pelayanan ekosistem
sebuah kar,r.asan yang mempengaruhi produktir.itas pertanian jangka
panjang serta dampak lingkungan yang terkait dengan kesehatan dan
rnata pencaharian rnas)rarakat. Menilai pertirnbangan ini secara
menyeluruh memerlukan HCV mendalam dan penilaian dampak
sosial yang di luar cakupan laporan ini. Namun dernikian, pemilihan
lokasi yang palilrg rentan dapat dihindari dengan cara memasukkan
indikator yang paling mendasar.

Indikator u.tuk perlinclungan tanah dan air didasari kebijakan


hukum lndonesia26 dan panduan "pelayanau lingkungan" HCV
(HCV 4). 27 Ekosistem hutan yang diketahui sebagai ar.ea
perlindungan air oleir Panduan HCV suctah digolongkan iidak cocok
beldasalkan indikator tutupan lairan yang dijelaskan sebelurnnya, dan
karena itu tidakn terrnasuk dalam bagian ini. Indikator lereng juga
berka.itan erat dengan perlindungan tanah dc1fl oir, dan secara tidak
larrgsuirg terilasuk dalam bagian ini sebagai faktor rnasukan untuk
dua ir"rdikator (risiko erosi dan potensi pengisian ulang air tanair).
Namun, sebagai indikator langsung, lereng termasuk dalam larrisan
produktivitas tanaman, bukan lapisan perlindungan tanah dan air.

Lapisan perlinduirgan tanah dan air menriliki tiga indikator


kecocokan: (1) risiko elosi, (2) potensi pengisian ulang air tanal-r, dan
(3) penyangga sumber air

Kelas kecocokan untuk ketiga indikator terpiiih adalah sebagai berikut:

Risiko Erosi dihitung berdasarkan versi modifikasi Unir.ersal


soil Loss Equation (usLE), yang dianjurkan oleh Panduan FICV r-rntuk
indonesia. 2E Kanasan dengan risiko erosi tinggi atau sangat tinggi
riiasosiasikan der:gan tingginya tingkat pengil<isan tanah dan
sedirnentasi, dan karena itu digolongkan tidak cocok.

8 I h,fateri {-tii<}alPra Asesmert Fasililal*r l*rr:akOrgarxk


Potensi pengisian ulang air tanah

Mencerminkan kemungkinan resapan air di permukaan tanah


unfuk mencapai air tanah. Kawasan dengan nilai potensi resapan air
yang tinggi sangat penting bagi penambahan air tanah dan rentan
terhadap kontaminasi dari penggunaan pestisida, herbisida atau
pupuk yang berlebihary dan karena itu digolongkan tidak cocok.

Bila data yang cukup tersedia, hal ini dapat dihitung


berdasarkan adaptasi model yang dikembangkan oleh Yeh et al.
(2009).29 Model ini memerlukan data dari lima faktor input drainase,
litologt, tutupan lahary lereng dan kelurusan. Ketika data ini tidak
tersedia, indikator ini tidak dimasukkan dalam analisisdesktop, tetapi
'h arus dipertimbangkan dalam proses pemilihan lokasi yarrg
komprehensif.

Penyangga sumber air (buffer) adalah kawasan di sekitar sumber air


- termasuk danau, kali, sungai, mata air dan garis pantai - ytrtg
penting untuk menjaga pasokan atr yang sehat. Kawasan ini
digolongkan tidak cocok, sesuai Peraturan Pemerintah No.47/1997
dan Keputusan Presiden No. 32/1990.

Lapisan Produktivitas Tanaman

Lapisan produktivitas tanaman dibuat dengan indikator yang


mencerminkan karakteristik biofisik yang relevan untuk budidaya
kelapa sawit, termasuk elevasi, lereng, curah hujar; kedalaman tanah,
jenis tanah, drainase tanah, dan keasaman tanah (Iabel4). Indikator-
indikator ini adalah faktor ekonomi penting yang berdampak pada
hasil panery jumlah input pengelolaan yang dibutuhkan (pupuk, jenis
tanaman khusus, irigasi, terasering) dan keuntungan jangka panjang
perkebunan. Bugr indikator ini, kelas kecocokan yang tepat dapat
berbeda tergantung tiap perusahaan atau proyek tertentu. Kelas
kecocokan juga dapat disesuaikan untuk mengidentifikasi lokasi
berpotensi cocok bagi tanaman selain kelapa sawit, termasuk hutan
tanaman industri.

Untuk metode ini, kelas kecocokan produktivitas tanaman


ditetapkan menggunakan kompilasi standar dari Roundtable on
Sustainable PaIm Oil (RSPO),30 ISRIC World Soil Informatioru3l
Regional Physical Planning Programme for Transmigration
(RePPProT),32 darr SarVision.33 Dari sumber-sumber ini, standar
N!at** *ikiat ilra As*si::e* Fasilitat*r Terr"lak *rgaraik | 9
dengan rentang kecocokan paling inklusif dipilih untuk sebagian besar
indikator. Hal ini mernungkirrkan rentang terluas karvasan berpotensi
cocok, termasuk kalt asan yang mungkin memerlukan tingkat input
pengelolaan dan teknologi yang lebih tinggi. Keputusan untuk
merniiih rentang kecocokan paling inklusif didasarkan sebagian pada
input perusahaan kelapa sawit, yang menunjukkan bahr,r,a tren pasar
saat ini dan kemajuan teknologi membuatnya semakin mudah untuk
rnelakukan budiclaya di bau,ah kondisi biofisik yang kurang ideal.
Pengecualia,n untuk hal ini aclalah lereng, yang dipilih berdasarkan
standar paling l<etat karena irnplikasi tarnbahan indikator ini untuk
perlindungan tanal'L dan air.

Langkah 2. Pernilil-ran Lokasi Survei Lapangan

Pada langkah 2,lokasi survei dipilih untuk penilaian lapangan


dari kalvasan berpotensi cocok (berpotensi tinggi atau berpotensi)
),ang diidentifikasi melalui penretaan kecocokan

(Langkair 1). Pertimbangan tambahan rneng;enai aspek


finansial, zona kawasan dan hak atas tanah kemudian digunakan
untuk lebih jauh mempriolitaskan lokasi lahan. Proses ini dirancang
untuk dengan cepat mengidenii{ikasi lokasilokasi prioritas vang
paling rnenjanjikan unt'uk kebutuhan provek atau perusahaan tert-entu,
bukan urrtuk secara sisteinatis menilai sernua kalrrasan berpotensi
cocok. Faktor-faktor prioritas yang digunakan untuk nrengidentifikasi
lokasi mungkin berbeda di setiap perusahaan clan lokasi terpilih
mungkin tidak meu.akili semua katt asan berpotensi cocok \.auo
diidentifil<asi dalam langkal-r pemetaan kecocokan. Tabel 5
rnenggambarkan indikator dan faktor prioritas yang digunal<an untuk
tnernilih lokasi lahan c1i bai,val-r Proyek POTICO.

Aspek finansial ),ang baik rnerupakan prasyarat dasar bug


keberhasilan janeka panjang untuk investasi apalrun. Sementara
kernampuan jangka panjang tergantung pada banyak faktor di luar'
Iingkup metode ini, dua indikator 1,ang paling relevan (Lrerclasarkan
wa\ rancara dengan perusahaan) adalah luas lal-ran dan aksesibilitas.

Luas lahan mencerminkan karvasan ),ang berdekatan dengan


lokasi berpoter-rsi cocok, vang berdampak bagi keputusan manajemen
perkebunan dan pabrik. N4isalnya, kawasan sekitar yarrg lebih besar
ciapat mendukung pabrik vang lebih besar dan lebih menguntungkan.
Dalam penerapan metode ini, batas nrinimum 5.000 irektar dipilih
t0 | h;la ierl {}iklat l}ra A*esixe;l Fasi l italnr'T *t na}< C}rgani k
berdasarkan preferensi ukuran minimal umum yang diungkapkan
perusahaan dalam wawancara. 34 Namun, batas minimum ini tidak
akan berlaku bagi semua model bisnis budidaya kelapa sawit, seperti
perkebunan skala kecil sebagai bagian dari sistem agroforestry
campuran atau pabrik independen rakyat. Pada peta kecocokan
gabungary ukura4 kawasan berpotensi cocok dihitung oleh GIS.

Aksesibilitas menunjukkan seberapa mudah sebuah lokasi


dapat dicapai melalui jalan darat atau sungai, yang berdampak pada
berapa banyak investasi infrastruktur yang dibutuhkan untuk proyek
serta kelayakan melakukan survei lapangan. Kemudahan aksesibilitas
dapat meningkatkan daya tarik sebuah lokasi, walaupun perusahaan
"
juga menyatakan kesediaannya untuk berinvestasi dalam infrastruktur
bangunan setelah mendapatkan akses hukum atas tanah. Pada langkah
ini aksesibilitas dinilai dengan memeriksa peta kecocokan gabungan
secara visual, ditambah dengan data spasial sungai dan jalan.3S
Langkah ini juga bisa dilakukan secara otomatis dengan menggunakan
GIS dalam menentukan syarat "jarak minimum ke jalad'.
Pertimbangan zona kawasan dan hak atas tanah termasuk dalam
langkah ini untuk memberikan inJormasi yang akan diverifikasi dalam
survei lapangan, bukan untuk sebaliknya menghapuskan lokasi
berpotensi cocok. Hat ini disebabkan kurangnya data yang sesuai dan
juga pertimbangan hukum dapat diubah tergantung kepentingan
lokal. Misalnya, pertimbangan ini dapat diubah melalui proses
perencanaan spasial pemerintah atau ketika konsesi yang ada berakhir
masa berlakurLya, dicabut, atau dipegang oleh HPH yang bermaksud
menjual bukarrnya mengembangkan.

Dua indikator zona kawasan dan hak atas tanah yang termasuk dalam
langkah ini adalah blasifikasi hukumdan konsesi.

Klasifikasi hukum mengacu pada klasifikasi hukum yang


dijelaskan dalam UU Kehutanan tahun 1999, yang membagi semua
lahan di Indonesia menjadi Kawasan Hutan dan Areal Penggunaan
Lain (APL).36 Lahan dalam Kawasan Hutan selanjutnya digolongkan
menurut fungsi-fungsi berikut Hutan Produksi Tetap (HP), Hutan
Produksi Terbatas (HPI), Hutan Produksi Konversi (HPK), Hutan
Lindung (HL), Hutan Konservasi (HK).

Perkebunan kelapa sawit secara hukum dapat dikembangkan


di kawasan APL atau HPK kalau mengikuti prosedur tambahan untuk

fulaieri Xliklat Pra.Asesmerl ,Fasilitat*r Te::nak Clrgani:,( | 11


membebaskan ka\t,asan HPK clari Kau,asan Hutan sehingga rnembuat
kawasan tersebut p;r1ing menarik dari sudut pandang hukum. Namun,
klasifikasi hukum belum tentu mencerminkan karakteristik biofisik
seperti tutupan pohon sehingga beberapa kawasan ber.potensi cocok
yar-rg diidentifikasikan dengan rnetode irLi dapat diklasifikasikan
sebagai bagian dari Kar,r,asarL Hutan (HP atau HpT).

Kalrrasan selracam itu rnembuttrhkan tindakan tambahan


untuk dibebaskan dari kawasan hutan ag.rr secara hukurn memenuhi
s)'arat untuk perkernbangan. Dalamlangkah ini, data klasifikasi
hukum dikumpulkan untuk verifikasi lapangan dengan menumpang
tindih peta kecocokan gabungan dengan peta alokasi lahan terbaru
Kementerian Kehutanan.3T

i(onsesi mengacu pada apakah ada konsesi skala besaryang


diketahui di kar,vasan ter:sebut (misalnya, untuk kelapa sawit, industri
kayrr, ioggittg atau pertambangan).

Akibat data konsesi yang tidak konsisten, adanya konsesi


dicatat dalam langkah ini ur-rtuk penyeliclikan lebih lanjut di lupur-rgor-,
tetapi ticlak digunakan untuk rnengelin-rinasi lokasi, kecuali konsesi
tersebut al<tif. Inlorrnasi mengenai konsesi, yang bersurnber dari data
koirsesi terbaru Kementerian Kehutanan yang tersedia untuk ulrrum,
drturnpang tindih pada preta kecocokan gabungan.38

Tahap II. Penilaian Lapangan

Talrap iI mencakup pelaksanaan dan analisis surr.ei lapangan


dari loirasi prioritas yang cliiclentifikasi dalam tahap r, untuk
memas;-ii(an at'au mengelirninasi lokasi
lrang berpotensi. cocok. Dalam
tahap Ir, 18 indikator digu,akan untuk me*ilai iebih jauh
pertirnbangan yang clijelaskarr pada Gambar 1. Di setiap iokasi, tim
lapangan mengumpulkan foto-foto arah penunjuk clengan koordinat
CPS clan menjar.vab 1B pertanyaan survei berdasarkan informasi vang
dikrimpulkan rnelalui obserrrasi langsung dan rl/a\.ancara. Tabel 6
rnenyajikan kesimpular-r pertimbangan, indikator, pelaksanaan,
penilaian, dan rnetode survei lapangan dalam tahap ini. Dalam metccie
ini, indikator survei lapangan yang terkait per:timbangan penggunaan
lahar-r dan kepe'tingan 1okal dirnasukkan untuk rnemberikan
informasi sosial mendasar Menghindari karvasan vang barryak
digunakan oleh masyarakat setempat untuk mata pencaharian atau
12 | h.{aieri }ikiat Pya Asesi:,ten Tasilitatr>r '}'ern;rk {}rgenik
yang memiliki signifikansi budaya konsisten dengan standar
keberlanjutan, sementara persePsi masyarakat yang positif sangat
penting untuk menghindari konflik sosial dan mendapatkan
PADIATAPAIFPIC dari masyarakat setempatPeta-peta yang
dihasilkan dalam Tahap I belum diverifikasi secara sistematis dan
kualitas data input juga bervariasi. Oleh karena itu, penilaian lapangan
diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasi ulang setiap
lokasi yang mungkin telah salah diklasifikasikan dalam analisis"
desktop. Pertimbangan sosial memiliki sifat kualitatif dan spesifik
untuk tiap lokasi sehingga tidak dapat dinilai melalui analisis desktop
dan hanya bisa didokumentasikan oleh metode survei lapangan yang
dijelaskan dalam laporan ini. untuk mengatasi pertimbangan ini
.sepenuhnya dibutuhkan proses PADIATAPA/FPIC yar.g
komprehensif, termasuk metode partisipatif aktif seperti pemetaan
partisipatif, yang berada di luar lingkup laporan ini. Data-data lokasi
dikumpulkan untuk tiga tujuan berikut:

Verifikasi. Beberapa indikator survei yang digunakan dalam


analis desktop juga dinilai di lapangan. Data lokasi dikumpulkan
untuk tutupan lah;, gambut, risiko erosi, lereng dan jenis tanah, yang
digunakan sebagai indikator dalam proses pemetaan kecocokan
(Tahap I, Langkah 1). Informasi mengenai klasifikasi hukum,
aksesibilitas, dan luas lahan - yarrrg dipertimbangkan pada Tahap I
dalam proses pemilihan lokasi survei lapangan (Langkah 2), tetapi
tidak termasuk dalam langkah pemetaan kecocokan - diverifikasidi
lapangan dan dimasukkan dalam penjumlahan (scoring) penilaian
lapangan.

Detil. Status dan jenis konsesi yang ada dan ada atau tidaknya
perkebunan aktif, tidak dimasukkan sebagai indikator dalam langkah
pemetaan kecocokary namun dinilai di tingkat lokasi dan dimasukkan
dalam proses penilaian lapangan. Informasi kualitatif lainnlra
jugadikumpulkan untuk beberapa indikator yang masuk dalam
langkah pemetaan kecocokan, seperti wawancara dengan penduduk
setempat tentang sejarah erosi atau pengamatan apakah kawasan
lahan gambut telah dikeringkan.

Informasi baru. Wawancara dengan masyarakat setempat


dilakukan untuk mengumpulkan informasiawal tentang indikator
sosial terkait penggunaan lahan - termasuk drainase buatan manusia,
sejarah lahan dan ketergantungan Penggunaan lahan - dan untuk
kepentingan lokal, termasuk persepsi publik tentang kelapa sawit,
kepentingan dalam budiciaya kelapa sawit, dan kepentingan politik.
Data baru juga dikumpulkan melalui survei lapangan untuk indikator
yang datanya tidak tersedia atau tidak lengkap pada tir-rgkat pror,insi,
seperti sejarah banjir pada lokasi tertentu.

Sun.ei lapangan dilakukan melalui pendekatan penilaian cepat


dengan rnenegabungkan prinsip-prinsip dan teknik clua metodologi
terkenal: Rapid Rural Appraisal (RRA) dan Participatory Rural
Appraisal (PRA). Pendekatan RIIA yang cepat dan informal untuk
pengumpulan data tercerrnin dalam pernanfaatan observasi langsung,
warvancara informal, dan pertanyaan survei vang disederhanakan,
bisa dijawab dengan ya / tidak atau menggunakan kata kunci.
Partisipasi lebih aktif yang dijeiaskan dalam PRA dilaksanakan lervat
bantuan sebuah NGO lol<al dalanr rner-rjalankan surrrei dan bantuan
masvruakat setempat uirtuk memimpin ekspedisi survei. Selain itu,
bani'ak indikator survei dinilai dengan mernfasilitasi diskusi terbuka
di antara anggota masyra1afta1 dan rnendokumentasikan poin penting.
Unttik pertanlrsan yang memerlukal uespoll dari nasyarakat
setempat, sedikitnya dua anggota rnasyarakat diwarvancalai di setiap
Iokasi. Karni beruFayd mewar.t'ancarai tokoh masvarakat, seperti
kepala adat dan kepala desa, dan mendapat rekorrendasi siapa rrang
harus clilvar,vancarai dan siapa _vang bisa memimpin ekspedisi sun.ei.
Para pejabat pernerintah daerah dan organisasi lain juga dirvarvancarai
tentang rnasalah hukuin seperti status lahan dan konsesi.

Responden ).ang ditetapkan sebagai responden untuk sumber


infcrrnasi lahan dar-r Data sejarah penggunaan lahan dapat
dikumpuikan dari:
a. Ilesponden hasil identifikasi
b" Respenden hasl penunjukkan
c. Responden hasil pemilihan
d- Responden hasil penetapan

Tahap akhir dalarn proses pengumpulan data untuk memenganaiisis


sejarah lah;rn adalah :
a" Data vang terkumpul dianalisis sesuai dengan prosedur yang
ditentukan
b. Data yang terkumpul diverifikasi sesuai dengan prrosedur 1,ang
ditentukan

14 | &.'lateri lliklaf Fra Agesrnen i-r;':siliLator lerit*i< *rsanik


c. Data yang terkumpul diidenti{ikasi sesuai dengan prosedur yang
ditentukan
d. Data yang terkumpul ditetapkan sesuai dengan prosedur yang
ditentukan

Alat dan bahan:

1,. ATK
2. Daftar responden, ATK, data sejarah lahan
3. Data hasil verifikasi lahan

Keamanan Keria
L. Kenyamanan dalam melakukan pendataan hasil verifikasi
dikelompokkan berdasarkan jenis data dan hasil
pengelompokkan dianalisis berdasarkan standar yang diacu
2. Keselamatan dalam melakukan pendataan hasil verifikasi
dikelompokkan berdasarkan jenis data dan hasil
pengelompok-kan dianalisis berdasarkan standar yang diacu
3. Keamanan dalam melakukan pendataan hasil verifikasi
dikelompokkan berdasarkan jenis data dan hasil
pengelompok-kan dianalisis berdasarkan standar yang diacu

Mai*rt Diklat Fra Asesar*n Faritrifaierr Te::r"lak Org*nik | 15


16 | &'faieri lliklat iir;r A$elsater, F;rsilitafr:r Te::nak *rganli<
2. MENGORGANISASIKAN PEKERIAAN

Kompetensi Dasar : Setelah selesai berlatih peserta mamPu;.


mengidentifikasi potensi dan masalah, merencanakan pekerjaan dan
mengkoordinasikan pekerjaan

Indikator Kompetensi: Setelah berlatih peserta kompeten dalarn hal


mengidentifikasi, merencanakan dan mengkoordinasikan
"mencangkup:
1,. Potensi dan permasalahan pengembangan pertanian organik
di wilayah kerjanya dikumpulk€m secara obyektif
2. Hasil identifikasi potensi dan permasalahan dirumuskan
dalam perencanaan pekerjaan
3. Setiap tahap pekerjaan direncanakan dengan matang
4. Kebutuhan sarana, prasarana, dan tenaga kerja dihitung secara
cermat.
5. Seluruh kegiatan dijadwalkan seca.ra tepat dan sistematis
6. Rencana kerja disosialisasikan kepada kelompok sasaran
7" Rencana kerja dikoordinasikan dengan organisasi mitra
8. Tata kelola kegiatan diorganisasikan dengan baik sesuai
peruntukalnya

Langkah Kerja:
1,. Melakukan sosialisasi rencana kerja kepada kelompok sasclrar:r
2. Mengordinasikan renczlna kerja dengan organisasi mitra
3. Mengkordinasikan tatakelola kegiatan sesuai peruntukannya
Teori Fungsional Meliputi :
Yang dimaksud potensi dan permasalahan pengembangan
pertanian organik di wilayah kerjanya. Potensi adalah faktor yang
mendukung pengembangan pertanian organik sedangkah permasala-
han adalah faktor yang mengakibatkankan lambatnya pengembangan
pertanian organik, langkah-langkah mengumpulkan potensi dan
permasalahan pengembangan pertanian organik di wilayah kerja
antara lain :
1.. Melakukan pendataan potensi
l4ateri Dikiat Pra Asesmer"i Fariiitat*r T*:lnak {}rganlk | 17
2. N4elakukanpendataan permasalahan
3. Merumuskankesiinpulan

Yang anda lakukan jika data hasil pengumpulan potensi dan


pern:asalahan, tidak valid adalah dengan cara rnelakukan pendekatan
kepada pihak )/ang terkait, rumusan hasil identifikasi potensi clan
permasalahan dalam perencanaan pekerjaan adaiah Rumusan vang
menggambarkan secara utuh tentang potensi dan permasalahan
pekerjaary bagaimana langkairJangkah merumuskan potensi dan
perrnasalahan perencanaan pekerjaan adalal-r Menelaah hasil
iderrtifikasi potensi dan permasalahan pekerjaan N{enetapkan
rumusan potensi dan perrnasalahan, langkah-langkah merencanakan
tahapan-tahapan perkerjaan secara matang antara iain:
a. N4engiclentifikasi pekerjaan
b. Menyusun ur utan pekerjaan
c. Itlenyusun kebutuhan sumberdava yang diperlukan untuk
nrelakukan pekerjaan
ci. Merumuskan pererlcanakan pekerjaan (jadn al, kebutuhan
kegiatan, sarana & pr.asarana)

I(ernudian kita juga menyusun langkahJangkah menjadraral-


kan kegiatan secara tepat dan sistematis vaitu dengan :

a. Mengidentifikasi pekerjaan
b. Xzlengurutkan pekerjaan
c. iv{enentukan peiaksana peke{aan
d. Menentukan kebutuhan r,r,aktu pekerjaan
e. lv{envusun jadu,al kegiatan
Alat dan baXran:

L. Data potensi dan perrnasaiahan wilayair tempat kerja


2. Data tentang pekerjaau, kegiatan, sarana, pr-asarana, darr
tenaga kerja
3. Bahan sosialisasi, rencana kerja, dan konsep tata kelola

Keamanan Kerja:

1. Kenvainanan lokasi sosialisai


2. Keselamatan menggunakan sarana dan prasarana sosialisasi
3. Keamanan melakukan sosialisasi

18 | Mal** Diklet Ilra Asee*t*n Tasilitat*r lern;:k Clrganik


3. MENGANALISIS STATUS TERNAK

KOMPETENSI DASAR : Setelah selesai berlatih peserta mamPu:.


Mengumpulkan data tern& dan
Menetapkan status ternak

INDIKATOR KOMPETENSI :Setelah berlatih peserta memiliki


kompeten dalam MengumPulkan data
ternak, dan Menetapkan status ternak
mencakup:

1". Temak di identifikasi berdasarkan jenisnya.


2. Sumber/asal ternak ditelusuri berdasarkan cara pemeliharaan-
rl.ya.
3. Jenis dan sumber/asal ternak didokumentasikan
4. Kriteria ternak organik dijelaskan sesuai standar.
5. Status ternak ditetapkan berdasarkan kriteria ternak organik.

LANGKAH KERJA :
1,- Melakukan identifikasi ternak berdasarkan jenisnya
2. Menelusuri sumber/asal ternak berdasarkan cara
pemeliharaannya
3. Mendokumentasikan status ternak berdasarkan kriteria ternak
organik
4. Menetapkan status ternak berdasarkankriteria ternak organik

TEORI FUNGSIONAL

Jenis jenis ternak yang sekarang digolongkan kedalam :

1,, TERNAK BESAR,


2. TERNAK KECIL,
3. UNCCAS
4. DAN ANEKA TERNAK

Materi Diklat Pra.Asestxen Fa*itritair:r Ternak Organik | 19


Ternak besar terdiri dari:
1. TERNAKSAPI
2. TERNAKKERBAU
3. TERNAKKUDA
1) TERNAK SAPr

1. SAPI TIPE POTONG


A. I(eturur-ran dari bos taulus

Hereford, braford, shorthorn & sapi Simental

B. Keturunan dari bos ir-rdicus

sapi n-radura & sapi aceh

2. SAPI PERAH

2) TERNAi( KEii.BAU

3) TERNAK I(UDA

Flores dan Kuda l\{anggarai, Kucia Ngada, Kuda


Timor & Kuda Sabu
Ternak hecil terdiri dari
1. TERNAK KAMBNG,
2, TERNAI{ DOA4BA,
3. TERNAKBABI
1) TERNAK KAIvIBING

Kambing Peranakan Etalt a, (tipe perah), Karnbing


IMarica, Kambing Sarnosir, Kambing Saaneir &
Kambing Boer
2) TERNAK DOMBA

(domba kibas), Domba Rarnboillet (ada c1i


indonesia?) & Domba Southdown
2O | \{a?.t:ri lliklaf irra Asegffi*:a Fasilitafor 'I'*::r:al< Crganik
3) TERNAK BABI
BabiVDL ( Veredeld Duits Landaarken) (masih ada
di indonesia),Yorkshire (LargelMite) (masih ada di
indonesia?) &Tamworth (masih ada di indonesia?)

TERNAK UNGGAS
Ayam Buras (Non spesifik)
Ayam buras spesifik antara lain :

Ayam Gaok, Ayam Ketawa, Ayam Ras Petelur & Ayam Ras
Pedaging

TERNAK ITIK

Mojosari (Anas platirynchos ), Itik Bali (Anas sp.), tik Alabio


Itik Manila & Itik peking

ANEKA TERNAK
KELINCI:

BURT]NG PUYUH

Mahkota, Puyuh punggung hitam, Coturnix coturnix japonica €t


Coturnix chinensis atau blue brested quail

BURUNG MERPATI

Roller Flyru Tipller & Parlour Tumbler

TERNAK ORGANIK
yang dimaksud dengan kriteria ternak organik sesuai standar adalah :

1,. Pemilihan bangsa galur dan metode pembibitan harus


konsisten dengan prinsip-prinsip pertanian organik
2. Ternak berasal dari bibit ternak yang dipelihara secara organik
3. Pencegahan penyakit ternak organik didasarkan pada prinsip-
prinsip
Maievi Tliktrat lrra Ase*rn*n Fasitrjtatr:r T*rnak dltga*1k | 21
a. Aplikasi praktek peternakan berdasar kebutuhan spesies
hewan yang ditemakkan
b. Penggunaan pakan orgarrik yang baik
c. V{enjaga kepadatan kandang,valg baik
4. Pernberian hormon untuk alasan terapi harus dalam
pengawasan dokter hervan
5. Penggunaan stirnulan pertumbu}rarr, tidak diperbolehkan

22 | &{aieri I)iklat irra AseEixen F;rsilitaior'f'e: rrak l)rs;:nik


4. MELAKUKAN KOMUNIKASI EFEKTIF

KOMPETENSI DASAR : Setelah selesai berlatih peserta mampu :

a. Mengidentifikasi kelompok sasaran/


b. Mengidentifikasi karakteristik komunikasi
c. Melakukan komunikasi efektif dengan kelompok sasaran.

'INDIKATOR KOMPETENSI : Setelah berlatih peserta memiliki


kompeten Mengidentifikasi kelompok sasaran/
Mengidentifikasi karakteristik komunikasi,dan Melakukan
komunikasi efektif dengan kelompok sasaran. dalam hal :
(lihat perangkat asesmen sesuai unit kompetensinya, jika
metode asesmennya demontrasi)

1. Karakter kelompok saseran dikenali.


2. Struktur kelompok sasaran dikenali.
3. Budaya kelompok sasaran dikenali.
4. Kelompok sasaran digolongkan sesuai dengan karakter,
skuktur dan budaya
5. I]nsur-unsur komunikasi diidentifikasi.
6. Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi diidentifikasi.
7. Media komunikasi dipilih sesuai dengan unsur-unsur dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
8. Komunikasi dialogis dilakukan dengan pesan yang jelas.
9. Komunikasi dialogis dilakukan dengan teknik yang benar.
10. Komunikasi dialogis dilakukan dengan sikap yang baik.

LANGKAH KERJA :
1-. Melakukan komunikasi dialogis dengan pesan yang jelas.
2. Melakukan komunikasi dialogis dengan teknik yang benar.
3. Melakukan komunikasi dialogis dengan sikap yang baik.

Materi Tltkial {}ra Asesrnen Fasilitatcr T*r*ak Organik | 23


TEORI FUNGSIONAL : mencakup;

1. yang din-raksud kelompok sasaran


2. langkah-langkah n-rengenali kelompok sasaran (TI\4S)
3. Yang di lakui<an pada kelompok sasaran yang sulit clikenali
(cN4s)
4. yang dilakukan kelompok vang dikenali ternyata bukan
kelornpok yang dirnaksud (JRES)
5. struktur kelornpok sasaran (TS)
6. langkair-langkah rnengenali struktur kelompok sasaran (TMS)
7. yang dilakukan jika struktur kelompok sasaran sulit dikenali
(cMS)
8. yang di lakukan jika struktur kelon-rpok sasaran yang dikenali
ternyata bukan struktur kelompok yang dimaksud (JRES)
9. budaya kelompok sasar"an (TS)
10. langkah-langkah mengenali budaya kelompok (TN,{S)
11. 1,ang dilakukan jika budaya kelompok sulit dikenali (CMS)
12. yang dilakukan jika budaya kelonrpok yar-rg anda kenali
bertentangan dengan maksud tujuan anda (]RES)
13. penggolongan kelornpok sasaran sesuai dengan karakter,
struktur dan budaya (TS)
14. langkahJarrgkah menggolongkan kelompok sasaran (TN4S)
15. yang dilakukan jika penggolongan kelompok sasaran sulit
dilakukan disebabkan kurangnya infonnasi (CN4S)
16. yang lakukan pada penggolongan kelompok sasaran kurang
meirdukung maksud dan tujuan anda (JRES)
17. unsur-unsllr komunikasi (TS)
18. langkah melakukan identifikasi komunikasi (TMS)
19. yang lakukan pada pada saat iclentifikasi unsur-unsur
kornunikasi, komunasikasi vang berlangsung tidak efektiJ
(Clv{S)
20. yang dilakukan pada hasil ider-rtifikasi unsur-unsur
komunikasi, kurang mendukung makud dan tujuan (JRES)
21. faktor-faktor vang mempengaruhi komunikasi (TS)
22. langkah-langlah rnengidentifikasi faktor-faktor yarlg mem-
pengaruiri kuminikasi (TMS)
23. yang dilakukan pada saat mengidentifikasi faktor-faktor
komunikasi, kom unikasinva tidak efektif (Ci\4S)
24. yang dilakukar-r jika hasil identifikasi terhadap faktor-faktor
komunikasi, kurang mendukung maksud dan tujuan [RES)
25. rnedia komunikasi (TS)
24 | ';vfaz.eri lliklat iJra A*esinen Tacilitat$r'l-eir"rak Crganik
26. langkah-tangkah memilih media komuniaksi (TMS)
27. yangdilakukan pada saat pemilihan media, anda mengalami
kekurangan informasi karakteristik terhadap media yang akan
dipilih (CMS)
28. Yang dilakukan pada media komunikasi yang anda pilih tidak
sesuai dengan unsur-unsur dan faktor-faktor yang mem-
pengaruhinya.

ALAT DAN BAHAN

1,. Data karakter, struktut, dan budaya, dan potensi


2. Data unsur-tlnsur komunikasi, faktor-faktor yang mem-
pengaruhi komunikasi, dan macam-macam media komunikasi
3. Bahan komunikasi

KEAMANAN KERJA :

1,. Kenyamanan Melakukan komunikasi dialogis dengan pesan


yang jelas, Melakukan komurrikasi dialogis dengan teknik
yang benardan Melakukan komunikasi dialogis dengan
sikap yang baik.
2. Keselamatan Melakukan komunikasi dialogis dengan pesan
yang jelas, Melakukan komunikasi dialogis dengan teknik
yang benar dan Melakukan komunikasi dialogis dengan sikap
yang baik.

Maieri *ikl;lt Fra Aseigr:ren Falilitat*r Te:":tak *rganik | 25


26 | ?v1al*ri Diklat iilra AEes*"ten FasiUiat*r '}'ernak Crgenili
5. MEMBANGUN IEIARING KERIA

Kompetensi Dasar:
mampu mengidentifikasi aspek-aspek
Setelah selesai berlatih peserta
jejaring kerja menyamakan pemahaman tentang aspek-aspek jejaring
kerja kepada mitra, membangun jejaring kerja dengan mitra, dan
mengevaluasi j ejaring kerja

Indikator Kompetensi:
Setelah berlatih peserta kompeten dalam hal mengidentifikasi,
menyamakan, membangun, dan mengevaluasi jejaring kerja, meliputi:
L. Mempelajari dan mengidentifikasi aspek-aspek y*g diperlukan
dan mempengaruhi jejaring kerja.
2. Mengidentifikasi manfaat-manfaat jejaring kerja untuk
kepentingan bersama dengan mitra.
3. Mensosialisasikan aspek-aspek yang mempengaruhi jejaring
kerja kepada mitra.
4. Menyepakati capaian pemahaman tentang aspek-aspek jejaring
kerja kepada mitra.
5. Merencanakan tahapan pembentukan jejaring kerja sesuai
kesepakatan.
6. Membangun jejaringkerja
7. Mengkompilasikan ulnpan balik jejaring kerja.
8. Mengevaluasi efek dan dampak dari pelaksanaan jejaring kerja
untuk pengembangan ke depan.
9. Mendokumentasikan hasil evaluasi jejaring kerja sebagai bahan
laporan.

Langkah Kerja:
1. Melakukan sosialisasi aspek-aspek yang mempengaruhi jejaring
kerja kepada mitra.

Materi iliklat Pra Asesmeft Fagiliteior Terrtak {}rEantk. | 27


2. Melakukan kesepakatan capaian pernahaman tentang aspek-
aspek jejaring kerja kepada rnika
3. Membangun jejaring kerja
4. Mengkompilasikan umpan balik jejaring kerja
5. Mendokumentasikan hasil evaiuasi jejaring kerja sebagai bahan
laporan.

Teori Fur:rgsional

a. Pengertian Jejaring l(erja dan Kemitraan


Jejaring kerja dan kemitraan pada lazirnnva juga dikenal
denganistilah "partnership". Secara etimologis, istilah
"partnership" berasal dari kata "pattrrer" yang berarti pasangan,
joc{oh, sekutu allru koupanyon. Sedangkan "parhtership"
dite{ernahkan seb.rgai persekutuan atau perkongsian. Dengar-r
denrikian, kemikaan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk
persekutuan antar dua pihak atau lebih yallg membentuk satu
ikatan kerjasann di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan
tertentu sehingga dapat men-rperolell manfaathasii yang lebih
baik.

Kemitraan merupakan kerjasama terpadu antara dua


belah pil"rak atau lebih yailg serasi, sinergi, sistematis, terpadu clarn
memiliki tujuan untukmenyatukan potensi bisnis dalam
men ghasilkan keuntungan yang optirnal.

Jejaring kerja adalah seni berkornunikasi antar orang yang


satu dengan yang lain, berbagi ide, informasi dan surnber daya
untuk meraih kesuksesanindividu atau kelornpok. Jejarine kerja
jLrga cliartikan sebagai jaiinan hubungan vang berrnanfaat cia.
salir-:g irrengunttrngkan. Dalam arti katar lain, rnembangun
neti.vorking haruslah berlandaskan prinsip saiing
menguntungkan clan komunikasidua arah (dialogis).

N,{embangun jejaring kerja pada hakikahrya adalah sebual-r


proses membangun kon-runikasi atau hubungan, berbagi ide,
informasi dansumber dava atas dasar saling percaya (trust) dan
salir-rg rnenguntungkan cli antara pihak-pihak yang bermitra, vang
dituangkan dalarn bentuk nota kesepahaman atau trota
kesepakatan (ir4oU) guna mencapai kesuksesan bersama vang
lebih besar.
28 | &{atr-ri I}iklai Fr;l .\sesi:uc;-: FasiliiatorTen:a}< Crganik
Membangun jejaring kerja dan kemitraan pada dasamya
dapat dilakukan jika pihak-pihak yang bermitra memenuhi
persyaratan sebagai berikut:

a. Ada dua pihak atau lebih organisasi;


b. Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan organisasi;
c. Ada kesepahaman atau kesepakatan;
d. Saling percaya dan membutuhkan;
e. Komitmen bersama untuk mencapai tujuan yang lebih besar.

b. Membangun ]ejaring Kerja


Membangun jejaring kerja dan kemitraan dalam usaha
pertanian organik menjadi sangat penting baik secara individu
atau organisasi. Kemitraan tersebut digalang dengan maksud
untuk memfasilitasi atau membuka akses kepada pihak-pihak
yang berkepentingan di bidang pertanian organik meliputi akses
sumberinformasi, teknologi dan sumber daya lainnya yang
dibutuhkan.

Ada beberapa tujuan yang ingrn dicapai membangun


jejaringkerja dan kemitraan dibidang pertanian organik, yaitu :

1. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Pertanian organik.


Salah satu tujuan membangun jejaring kerja dan kemikaan
adalah membangun kesadaran masyarakat pertanian
organik. Dalam jangka panjang, kemitraan yang terjalin
antara masyarat pertanian organik dengan stakeholdersnya
memiliki nilai skategis dalam menumbuhkan minat dan
meningkatkan partisipasi masyarakat pertanian organik
dalam pengembangan pertanian organik.
2. Peningkatan Mutu dan Kompetensi. Dinamika
perkembangan kemajuan masyarakat pertanian organik
sangat cepat. Untuk itu masyarakat pertanian organik
dituntut untuk terus melakukan inovasi teknologi
baru,rneningkatkan mutu pelayanan dan relevansi program-
program pertanian organik.
3. Mensinergikan Program. Terdapat berbagai program dari
berbagai pihak yang sebetulrrya bisa disinergrkan dengan
program masyarakat pertanian organik dengan syarat bila
terbangun komunikasi dua arah (komunikasidialogis) yang
baik antara satu pihak dengan pihak yang lain.

X.{aieri T}iklat Fra Ases*ter: Fasilitator'{*rn*k Organik | 29


c. Prinsip Membangun Jejaring Kerja dan Kemikaan
Dalam rrembangun jejaring kerja dan kemitraan
diperlukarr adaya prinsip-prinsip yang harus disepakati bersarna
agar terjalin kuat danberkelanjutan. Prinsip-prinsip tersebut di
antaranya adalah:

1. Kesarnaan Visi-Misi Kemitraan hendaknya dibangun atas


dasar kesamaafit visi danmisi, serta tujuan organisasi.
Kesamaan visi dan misi menjadi motivasi dan perekat pola
kemih'aan tersebut.
2. Kepercayaan (trust). Setelah adanya kesamaan visi dan misi
maka prinsip berikutnya \/ang tidak kalah penting adalah
adanva rasa saling percava antar pihak yang bermitra.
Kepercarraan adalah modal clasar dalam membangur-r
kernitraan yang sirLergis dan mutualis. Untuk dapat
dipercal,a, maka kon-runikasi yang dibangun harus dilairdasi
olehitikad (niat) vang baik dan menjunjung tinggi kejujuran.
3. Saling h{enguntungkan. Asas saling rnenguntungkan
merupakan pondasi yang kuat dalarn membangun
kemitraan. Jika dalam berndtra ada salah satu pihak
)/ang rnerasa dirugikan ataupun merasa tidak rnendapat
manfarat i,,.bi1-1, maka akan mengganggu keharmonisan
dalam bekerjasama. Antara pihak l,ang beln-ritra harus saling
memberi kontribusi sesuai peran masing-masing dan harus
saling llterasa diuntungkan dengan adanya jalinan
kemib'aan.
4. Efisiensi dan Efektifitas. Dengan mensinergikan beberapa
sumber untuk rnencapai tujuan yang salna diharapkan
mampu rneningkatkan efisiensi u,aktu,biava dan ter"Laga.
Efisiensi tersebut tentu saja tidak rnengtrrangi kualitas
proses dan hasil, justru sebaliknva malah dapat
meningkatkan kualitas proses dan poduk yang dicapai.
Tingkat efektifitas pencapaian tujuan n.renjadi lebih tinggi
jika proses kerjakita melibatkan mitra kerja. Dengan
kernitraaan dapat dicapai kesepakatan-kesepakatan dari
pihak yang bermitra tentang siapa melakukan apa sehingga
pencapaian tujuan diharap-kan akan rnenjadi lebitr efektif.
5. Komunikasi tirnbal baiik dilaksanakan secara dialogis atas
dasar saling rnenghargai satu sama lainnya. Kornunikasi
dialogis merupakan pondasi dalam rnembangun kerjasama.
Tanpa komunikasi dialogis akan terjadi domrlnasi pihak
3O I lv'l;ileri Uikiat l:)ra Ases*ler: Iasilitiltr:r'iernel< {irganik
yang satuterhadap pihak yang lairu:rya yarrg pada akhirnya
dapat merusak hubungan yang sudah dibangun.
6. Komitmen yang Kuat. Kemitraan akan terbangun dengan
kuat dan peffnanen jika ada komitmen satu sama lain
terhadap kesepakatan-kesepakatan yang dibuat bersama.

LangkahJangkah yang perlu dilakukan dalam membangun


kemitraan adalah sebagai berikut:

1. Identifikasi atau Pemetaan Objek Mitra. Identifikasi atau


memetakan pelaku usaha pertanian organik atau organisasi
yang sekiranya bisa diajak bermitra. Identifikasi didasarkan
pada karakteristik dan kebutuhan bermitra. Pemetaan
dilakukan secara berhadap mulai dari scope yang lebih kecil
kepada scope yang lebih besar.
2. Menggali dan Mengumpulkan Informasi. menggali informasi
tentang tujuan organisasi, ruang lingkup pekerjaan atau
bidang garapan, visi misi dan sebagainya. In{ormasi-
informasi tersebut berguna untuk menjajagr kemungkinan
membangun jaringan dan kemitraan. Pengumpulan
informasi dapat dilakukan dengan pendekatan personal,
informal dan formal.
3. Menganalisis Informasi. Berdasarkan data dan informasi
yang terkumpul selanjutnya dianalisis dan menetapkan mana
pihak-pihak yang relevan dengan permasalahan dan
kebutuhan yang diperlukan utuk dihadapi.
4. Penjajagan Kerjasama. Penjajagan dapat dilakukan dengan
cara melakukan audensi atau presentasi tentang profil
penyuluhan dan penawaran program-program yang bisa
dikerjasamakan baik secara formal maupun nonformal.
5. Penyusunan Rencana Kerja. Dalamperencanaannya harus
melibatkan pihak-pihak yang akan bermitrasehingga semua
aspirasi dan kepentingan setiap pihak dapat terwakili.
6. Membuat Kesepakatan. Para pihak yang ingin bermitra perlu
untuk merumuskan peran dan tanggung jawab masing-
masing pihak pada kegiatan yang akan dilakukan bersama
yang dituangkan dalam Nota Kesepahaman atau
Memorandum of Understanding (MoU).

5,lateri llilqlat trlra,qsesrrreft Fesilitat*r T*rxak $rgai"rik | 31


7. Penandatanganan Akad Kerjasama $aoQ. Nota
Kesepakatan yang sudall dirumuskan selanjutnya
ditandatangani oleh pihak-pihak yang berrnitra.

AIat dan bahan:

1. Data jejaring kerja


2. Bahan sosialisasi
3. Bahan jejaring kerja

Keamanan I(erja:

1. Kenyamanan lokasi sosialisasi, kesepakatan, rnernbangun,


mengkompilasikan, dan rnendokurnentasikan jejaring ker"ja
2. Keselamatan menggunakan sarana dan prasarana sosialisasi,
kesepakatan, rnernbaneun, mengkompilasikan, dan rnendoku-
mentasikan jejaring kerja
3. I(eamanan melakukan sosialisasi kesepakatan, membangun,
men gkomprilasikan, d an mendokumentasikan jejaring kerja

32 | }x4*l*ri ljiklaf Pra Asesn:er: Fesiliiair:r'lernak *rganik


6. MENYUSUN PROGRAM FASILITASI

Kompetensi Dasar:

Setelah selesai berlatih peserta mampu menetapkan usaha


pertanian organik yang potensial, menyusun rencana program
fasilitasi, dan menetapkan program fasilitasi

Indikator Kompetensi:

Setelah berlatih peserta kompeten dalam hal

1. Mengidentifikasi informasi potensi usaha pertanian organik.


2. Menetapkan usaha pertanian organik yang potensial sesuai
dengan potensi wilayah.
3. Mendiskusikan rencana program fasilitasi yang tersusun dengan
pihak terkait.
4. Menetapkan rencana program fasilitasi pertanian organik sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
5. Mengidentifikasi sumber daya yang dibutuhkan untuk program
fasilitasi spesifikasi dan jumlahnya.
6. Menetapkan sasaran fasilitasi berdasarkan potensi wilayah dan
karakteristiknya.
7. Menyusun rencana program fasilitasi berdasarkan prioritas
kebutuhan sasaran.

Langkah Kerja:

1. Melakukan identifikasi spesifikasi dan jumlah sumberdaya


yang dibutuhkan untuk program fasilitasi
2. Menetapkan sasaran fasiiitasi berdasarkan potensi wilayah dan
karakteristiknya
3. Menyusun rencana program fasilitasi berdasarkan prioritas
kebutuhan sasaran

,14aleri 1)11r"trr.2t fra Asesm*r"? Farilitaior Texr*k #rganit< | 33


Teori Fungsional
a. Pengertian Fasilitasi dan Fasilitator
Fasilitasi atau teknik fasilitasi dalam peiatihan adalah
caraf upaya untuk membantu mempermudal-r peserta
pelatihan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keteran-rpilan-t1ya. Cara yang dilakukan rnencakup penerapan
metode pembelajaran dan penguasaan kelas.

Fasilitator adalah orang yang menyediakan berbagai


iingkungan untuk belajar dan melengkapi berbagai sumber
yal1g membantu peserta untuk belajar.". Seorang fasilitator
bukardah penyuluh atau juru penerang (Jupen) yang
merupakan petugas penvampai informasi dari lernbaga formal
(pernerintah). Fasilitator adalah orang yang bertugas
mengelola proses dialog. untuk mendukung kegiatan belajar
mengajar agar peserta dapat mencapai tujuan belajarnva,
rnendorong peserta untuk percaya diri dalam menyampaikan
pengalarnan cian pikirarurya, mengajak peserta untuk
met-idengarkan. Selain itu, fasilitator juga mernperkenalkan
tel<nik-teknik komunikasi untuk rnendorong partisipasi,
rnenggurrakan media yairg cocok dengan kebutuhan peserta
dan mernbantu proses kornunikasi menjadi lebih efektif.

Tujuan fasilitasi : Menyiapkan peserta untuk mengikuti


penibelajaran PBM 2. Meningkatkan pengetahuan, sikap dan
keterarnpilan peserta dalam suasana belajar kondusif. 3.
Mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran

b. Feran Fasilitator
Seorang fasilitator dalam melaksanakan tugasnl.a
mempunyai beberapa peran. Peran vang harus dilakukannva
aclalah sebagai komunikator, motivator, moderator, inisiator,
konselor, supervisor dan evaluator sebagairnana uraian cli
bar.r,ah ini.

Kornunikator Sebagai komunikator, seorang fasiLtator


hendaknya mampu dan terarnpil dalam nrenvampraikan
topik/materi dengan rnenggunakan bahasa yang rluclah
dipairarni peserta dalam mengaitkan materi pernbeiajaran
yang dibahas dengan materi pembelajaran lainnya. Dengan

34 | Mal*::i Lliktr;,:t P:ra P,srx;ltte* ?ri*ilitiztt;:t


demikian, fasilitator hendaknya menguasai keterampilan
berkomunikasi secara efektif .

Motivator Fasilitator juga perperan sebagai motivator dengan


cara memberikan dorongan dan semangat kepada peserta
unfuk mau terus belajar secara terarah dalam rangka
meningkatkan kemampuannya.

Moderator Fasilitator dapat berperan sebagai moderator


dengan cara mengatur lalu lintas jalannya diskusi dalam proses
pembelajaran di kelas sehingga pembahasan lebih terfokus,
terstruktur dengan baik sehingga tercipta suasana yang
dinamis. Diskusi harus tetap terjaga dengan saling menghargai
dan moderator tidak mendominasi diskusi tetapi berperan
sebagai penengah diskusi serta berada pada posisi netral.

Inisiator Peran yang tak kalah pentingnya dari fasilitator


adalah sebagai inisiator yang harus marnpu mengambil
inisiatif dalam menghadapi berbagai permasalahan, baik pada
saat berlangsungnya proses belajar mengajar maupun selama
proses pelatihan.

Konselor Pada hakikatnya fasilitator juga dituntut untuk dapat


membantu kelancaran proses belajar mengajar di luar kelas
dengan berperan sebagai konselor. Sebagai konselor, fasilitator
diharapkan dapat membantu upaya pemecahan masalah yang
dialami peserta baik yang berkaitan dengan proses belajar
mengajar maupun permasalahan pribadi yang mungkin dapat
mempengaruhi prestasi belajar peserta.

Supervisor Peran sebagai supervisor mengharuskan fasilitator


mampu mengawasi dan membina sikap dan perilaku peserta
sehingga mereka dapat belajar dengan baik sesuai dengan
tujuan pelatihan yang diikutinya.

Evaluator Sebagai evaluator, seorang fasilitator harus menilai


kemampuan peserta baik kemampuan awal maupun
kemampuan akhir setelah mengikuti proses belajar mengajar,
termasuk mqnilai kemampuan dalam melaksanakan tugas
perseorangan ataupun kelompok.

l.4*teri ilikiat Fra Asesrnen Fagilitatsr ?elaak $rganik | 35


c, Sikap Fasilitator dan Ciri Fasilitator yang Baik
Fasilitator selaku pernbirnbiug bagi orang dewasa belajar
mempunyai alti dan pengaruh yang besar dalarn keberhasilan
proses belajal mengajar. Sikap yang perlu dimiliki oleh
fasilitator untuk rnenciptakan proses belajar yang efektif
adalal-r sebagai berikut :

Empati Sikap empati berarti fasilitator menyetel pada


gelon-rbang pemancar )rang satna dengap peserta, yakni
mencoba melihat sitttasi sebagairnana peserta juga menvatu
dengan pengalaman peserta, merenungkan pengalarnan
tersebut sambil menekan L-renilaian sendiri, lalu mengkornuni-
kasikan pengertian itu kepada meleka, bersikap manusiarari
dan ticlak bereaksi secara mekanis atau rnemahami masalah
peserta hanya secara intelektual, ikut merasakan apa arti
rnanusia dan benda bagi mereka.

Waiar Fasilitator bersikap jujur, apa adanya, terus terang,


konsistery rnencerminkan perasaan yang sebenarntra,
mer"rgatakan apa adanya, secara sadal menghindari peral1
sebagai pengajar, mengungkapkan perasaan secara konkrit,
dan merespon secara tulus.

Respek Berpandangan positif terhadap peserta,


rrrellgomultikasikan kehangatan, perhatian, pengertiau,
rnenghargai pelasaan, pengalarnan clan kernampu an peserta.

Kcmitmen Menghadirl<an diri secara penr,rh, siap menyertai


kelompok dalarn segala keadaar, tnengakui secara jujur kalau
lnerasa bosan atau prikir.arr meiayang jauh, rnelibatkan cliri
dalam suka cluka.

Mengakui kehadiran orang lain Mengakui adanya orang lain,


tidak rnenonjolkan diri sehingga orang lain berkesempatan
mengungkapkan diri, bergaul dengan peserta, rnenunjukkan
kepada peserta bailn,a 'sava sadar akan keiradirannya',
menga.kui tiap peserta sebagai nrakirluk bebas yang berirak ada
di sana dan bertanggungjawab atas hehadiralTrya.

Mernbuka diri Perihal keterbukaan ini dapat dilihat dad dua


sisi ; pertarna; menerima keterbukaan orang 1a-ir"r tanpa menilai
dengan ukuran konsep dan pengalaman diri sendiri, seiiap
36 | l,,4aieri llik]at Pra A*esrn*r: ?::;r*ilitai-r:r ?erni:k *rganik
saat bersedia mengubah sikap dan pendapat serta konsep
sendiri, tidak bersikap kaku/keras kepala dalam
mempertahankan pendapat sehingga dapat bermunculan
kemungkinan- kemungkinan/ ide-ide baru; kedua; secara aktif
mengungkap-kan diri kepada orang lain, mengenalkan diri
kepada kelompok, apa yang'saya rasakan' , apa'harapattsaya' ,
bagaimana 'pandangan saya', 'suka dan duka saya'l mau
mengambil risiko apabila melakukan kekeliruan.

Tidak menggurui Mengingat bahwa peserta adalah orang


dewasa yang mempunyai keattlian sendiri, pengalaman
sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalam
lingkungannya, maka sikap mengguui dapat dirasakan oleh
peserta sebagai meremehkan.

Tidak menjadi ahli Fasilitator hendaknya tidak terpancing


untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan- akan fasilitator
harus ahli dalam segala bidang. Jika memang ada pertanyaan
peserta yang tidak bisa dijawab, alangkah lebih baik mengakui
dengan jujur dari pada memaksakan jawaban yang belum
tentu tepat.

Tidak memufus pembicaraan Pada waktu peserta bertanya


atau mengemukakan pendapatnya, fasilitator jangan memutus
pembicaraan hanya karena merasa tidak sabar.

Tidak berdebat Sikap fasilitator yang bersoal jawab dengan


satu orang peserta saja di tengah - tengah sekian banyak
peserta dapat menimbu,lkan kebosanan.

Tidak diskriminatif Fasilitator yang sekaligus iug*


merupakan pembimbing dalam proses belajar mengajar harus
berusaha untuk memberi perhatian secara merata, bukan
hanya kepada satu atau dua orang peserta saja yang disukai
secera pribadi.

Ramah, bersahabat, dan komunikatif. Fasilitator yang baik


bersikap ramah pada peserta. Jangan sungkan menatap mata
peserta, menghampiri tempat duduk peserta, dan murah
senyum. Jalinan keakraban akan terbina melalui kontak verbal
maupun nonverbal. Hindari berdiri atau hanya duduk di
tempat yang sama dalam waktu yang lama karena akan
,l,.tateri iliklat Pra.Asesr*en Fasilitator Tevnak {"}r5:,ani-k | 37
menimbulkan kejenuhan peserta. Buatlah peserta lnerasa
diperhatikan.

Ciri Fasilitator yang baik. Selain berbagai hal yang perlu


diperhatikan, berikut ir-ri perlu pula dipal-rarni mengenai ciri-
ciri fasilitator yang baik.

1,. Menjaga kelompok tetap fokus pada tujuan dan proses


pembelajaran
2. Tetap obvektif
3. Iv{embantu kelompok menentukan arah yang akan
diternpuh dan mencapai tujuan rnereka
4. Lebih banyak mendengarkan daripada berbicara
5. Dapat rnenyesuaikan dengan gaya belajar yang berbeda-
beda
6. Sensitif terhadap gender dan budal,a
7. I\{enclcirong ru*lia orang berpariisipasi; setiap orallg
berpartisip'rasi dengan cara yang berlainan.
Ada lrang
hanva berbicara dalam kelomprsk kecil tetapi tetap
berpartisipasi, ada pula yang banvak bicara tetapi sedikit
kontribusi
8. Membantu keloir-rpok mentaati l.u,aktu
9. Memberi semangat atau membuat kelompok r:iIeks
sesuai kebutuhan 10. Sen,aktu-r,r,aktu menvimpulkan
1,ang terjadi c1alam PBM, clan membantu kelonrpok
mengaitkan satu sesi Cengan sesi lainny,a.

d. Penyusunan Program Fasilitasi


di Masyarakat Terdapat beberapa laugkah
Proses Fasilitasi
atau tahapan daiam memfasilitasi masy.arakat men.yusun
suatu progralr.

Tahap Ielentifikasi dan Penjajakan Awal. Proses arval dari


fasilitasi yang harus dilakukan Fasilitator adalah lnenemu
kenali masyarakat. Pengenalan tersebut mencakup
pemahaman tentang kondisi permasalahan, potensi r.ang
din-riliki serta iingkungan sosial, ekonorni, dan budavanva
untuk meudapatkan kebutuhan-kebutuiran tnasvarakat
terhadap program pemberdayaan.

38 | i,'ia leri *fxlzt i}.:-;,i Asesrxer:r ? a*|lit a tr:y Terna k Llrgairi k


Tujuan Identifikasi / Penjajakan Awal:

1,. Menemukan permasalahan dan hubungan antar masalah


yang ada ditingkat serta memahami arah kecenderungan
perubahan yang berlangsung didalamnya,
2. Menyusun kriteria untuk menetapkan prioritas
penanganan masalah dengan perhitungan peluang dan
daya dukung pembangunan terhadap pengembangan
kesejahteraan sasaran. Kriteria yang disusun
menjadimasukan dalam menyusun prioritas penanganan
masalah secara berjenjang,
3. Menyusun prioritas penanganan masalah dan
mengembangkan program secara realistis dan terukur
yang akan dilaksanakan pada jangka pendek, menelgah,
dan-panjang dengan memanJaatkan sumber daya lokal
yang akan dilaksanakan oleh sasaran.
4. Menyusun aturan main dan mekanisme kerjasama
dengan pihak ketiga serta penentuan instansi atau pelaku
terkait dalam penanganan masalah
5. Menyusun rencuu:ra detail Penanganan program jangka
pendek dan menengah yang meliputi aspek teknis,
mobilisasi sumber daya dan mekanisme pelaksanaary
pengelolaan fisrk, pemantauan keuangan serta
pertanggungjawaban pelaksanaan program.
6. Menetapkan standar proposal kegiatan.

Tahap Sosialisasi dan Penyebarluasan Informasi. Sosialisasi


dan penyebarluasan in{ormasi merupakan salah satu tahap
awal proses kegiatan dengan tujuan menumbuhkan kesadaran
dan pemahaman kepada masyarakat sasaran menyangkut
keseluruhan aspek yang akan diprogramkan, yang dilakukan
oleh Fasilitator.. Dengan sosialisasi dan penyebarluasan
informasi ini, diharapkan masyarakat sasaran memahami
pentingnya program dan fumbuh kesadaran serta motivasi
untuk mendukung dan melaksanakan penyusunan program
dengan penuh tanggung jawab.

Materi l}il<l*t llra Asesixeft Fasiliiator T*:::nak $rganik | 39


Tahap Pendampingan

Tujuan Pendanryingnrz: (i) mengembangkan kemampuan tokoh


maslrarakat sasaran menjadi perintis, penggerak, dan
pelaksana penyusunan program. (ii) menumbuhkan
kemarnpuair rnasvarakat sasaran untuk berkontribusi dalai,r
penyusunan program yang dilandasi semangat kebersamaary
(iii) niengeilbangkan kemampuan organisasi/kelembagaan
masvarakat sasalan dalam penyusunan program, (iu)
meningkatkan kemarnpuan masyarakat sasaran dalam
menggali darr rnenghirnpun potensi lokal dalam suatu
organisasi, dan (r,) rneningkatkan jurnlah pelaku penvusunan
program oleh rnasyarakat sasaran serta peningkatan
keberl-rasilan dalam pen gelolaarurya.

Tahopan PenCo.ntpingnrz : Fase Persiapan. Persiapan merupakan


kegiatan art,al guna melakukan pendampingan untuk kegiatarr
penyr"lsunan program kelon'Lpok sasaran. Persiapan
penclampingan rnerupakan langkah penting yang serirrg
diabaikan atau kurang mendapat perl-ratian yang cukup.
Persiapan pendampingan, ciar:i pengalaman selama ini,
n-remberikan sumbangan dalam keberhasilan penyusurlan
program.

Adapun langkahJangkah persiapan meliputi:(i)


Identifikasi sasaran, (ii) Melakukan orientasi/sosialisasi dan
proses pemahaman kegiatan kepacla kelon-rpok sasaran, (iii)
identitr<asi kebutuhan per:darnpinean/fasiiitasi (needs
nssesxnent): bentuk/jenis pendampingan/fasilitasi
penyusunan program, (iir) Kaji ulang/analisis hasil rzecd..
ussessrrrcnt (aca dan siapa melakukan kegiatan apa), (")
Penetapan alah program kegiatan.(fl Perurnusan tindakan
(pilihan metode yang digunakan, n,aktu yang tepat,
sumberdaya vang diperlukan), (vi) N{erurnuskan indikator
keberhasilan pendarnpingan partisipatif, (r,ii) Penetapan
standar teknis (aturan rnairr) operasional. (viii) Penyusunan
rencana program, (i*) lv{erancang proses penciampingan
fiadu.ai,tempat, uraktu, materi, dan pemeran, (x) Penyusunan
rnekanisme koordinasi dan sinklonisasi pelaksanaan
penyusunan prograrn.

40 [ i'r'laleri ]Jiklat Fr;; A*esl:e-len l:asiijtaf*r Terr':ak Crganik


7. MELAKSANAKAN FASILITASI

Kompetensi Setelah selesai berlatih peserta mampu:


Dasar Menyiapkan sasaran fasilitasi, Menyiapkan
ke giatan fasilitasi dan Memberikan fasilitasi-

Indikator Setelah berlatih peserta kopeten dalam hal


Kopetensi Menyiapkan sasaran fasilitasi, Menyiapkan
ke giatan fasilitasi dan Memberikan f asilitasi
mencangkup:

1,. Sasaran fasilitasi di identifikasi dengan menggunakan


prosedur yang ditetapkan.
2. Hasil identifikasi petani atau sasaran fasilitasi
dikelompokkan berdasarkan kelompok masalah
3. Sumber daya fasilitasi diidentifikasi sesuai dengan
kebutuhan.
4. Hasil identifikasi sumber daya untuk fasilitasi
dikelompokkan berdasarkan jenis dan spesifikasinya.
5. Koordinasi dengan pihak terkait dilakukan untuk kegiatan
fasilitasi
6. Fasilitasi kepada sasaretn dilakukan dengan menggunakan
media dan metode yang tepat.
7. Rekaman kegiatan fasilitasi dibuat dengan menggunakan
format dan prosedur yang ditetapkan

Langkah Kerja:

1,. Melakukan fasilitasi kepada sasaran dilakukan dengan


menggunakan media dan metode yang tepat
2. Membuat rekaman kegiatan dengan menggunakan format
dan prosedu yang ditetapkan.

Teori Fungsional mencakup :


Yang harus diperhatikan agar menyiapkan sasaran fasilitasi
dilakukan secara benar adalah: sasalan fasilitasi ditentukan secara
Materi Djlclat iJl"a As*srcen F;lsitritalilr Ternak Organik | 41
acak, sasaran fasilitasi diidentifikasi dengan menggunakan prosedur
vang clitetapkan, sasaran fasilitasi ditentukan oleh pirnpinan, sasaran
fasilitasi diidentifikasi dengan menggunakan prosedur yang bebas
kemudian untuk menyiapkan fasilitasi tepat sasarannya agar
diperhatikan yaitu dengan : hasil identifikasi petani atau sasaran
fasilitasi dikelornpokkan berdasarkan kelompok usia, hasil identifikasi
petani atau sasaran fasilitasi dikelompokkan berdasarkan kelornpok
usaha, hasil identifikasi petani atau sasaran fasilitasi dikelompokkan
trerdasarkan kelompok masalah, hasil identifikasi petani atau sasaran
fasilitasi dikelompokkan berdasarkan kelornpok asal daerah.

Salah satu aspek yang perlu mendapat perhatian agar kegiatan


fasilitasi dapat disiapkan de"gan baik, maka: sumberdJya fasilitasi
diidentifikasi sesuai dengan kesepakatan, sumberdaya fasilitasi
diiderrtifil<asi sesuai dengan n-rusyawarah, sumberdaya fasilitasi
diidentifikasi sesuai dengan rencana, sumberdaya fasilitasi
diiclentifikasi sesuai dengan kebutuhan. Aspek lain yang perlu
diperhatikan [pula agar kegiatan fasilitasi dapat disiapkan dengan
Lraik, adalair hasil ider-rti{ikasi sumberdaya untuk fasilitasi
dikelompokkan berdasarkan kebutuhan, hasil identifikasi sumberdava
untuk fasilitasi c{ikelompokkan berclasarkan masalah, ha sil iclentifikasi
sumberdavtr untuk fasiiitasi dikelornpokkan berdasarkan
keperiuannl,a, hasil identifikasi sumberdaya untuk fasilitasi
clikelompokkan berdasarkan jenis dan spesifikasinl.a.

at? | ir.'taieri Lliklal Fra Aseslr:en lraslliiai*r Ternalc Crgcnik


8. MENGORGANISASIKAN KELOMPOK
SASARAN

Kompetensi Dasar : Setelah selesai berlatih peserta mamPu:


menemukan aspek sosial budaya, ekonomi dan tipikal kelompok
sasarary membangun kelembagaan/ menyusun tujuan dan sasaran
kelompok serta cara pencapaiannya, mengevaluasi pengorganisasian
-kelompok sasaran

Indikator Kopetensi: Setelah berlatih peserta kopeten dalam hal


menemukan aspek sosial budaya, ekonomi dan tipikal kelompok
sasaran/ membangun kelembagaan/ menyusun tujuan dan sasaran
kelompok serta cara pencapaiannya, mengevaluasi pengorganisasian
kelompok sasaran mencangkup :

1,. Potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan budaya diidentifikasi


bersama-sama kelompok sasaran.
2. Potensi dan kondisi ekonomi, sosial dan budaya dianalisis
untuk menentukan karakteristik kelompok sasaran
3. Kelompok sebagai wadah pemberdayaan masyarakat
ditumbuh-kembangkan.
4. Kepengurusankelompokditetapkansecarapartisipatif.
5. Pengorganisasian kelompok dilakukan secara musyawarah dan
mufakat
6. Tujuan dan sasaran kelompok disusun sesuai kebutuhan
kelompok sasaran.
7. Tujuan dan sasaran kelompok ditetapkan secara parsitipatif.
B. Cara mencapai tujuan dan sasaran kelompok ditetapkan secara
partisipatif
9. Pelaksanaan pekerjaan dievaluasi dengan tepat.
10. Hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan digunakan untuk
perbaikan berkelanj utan.

fu?*teri Tliklat Fra.Asesrce* Fasilitato:'Ter*ak Organik | 43


1L. Hasil evaluasi pekerjaan didokumentasikan secara sistematis

Langkah I(erja :

1. Menumbuh kembangkan kelornl'rok sebagai rvadah


pemberdayaan masyarakat
2. Menetapkankepengurusankelompok
3. Melakukan pengorganisasian kelompok secara musyartarah
dan mufakat.
4. Menvusun tujuan dan sasaran kelompok sesuai kebutuhan
kelompok sasaran.
5. Menetapkan tujuan dan sasaran kelompok secara parsitipatif
6. Menetapkan cara rnencapai tujuan dan sasaran kelompok secara
partisipatif.
7. Mengunakan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan untuk
perbaikan berkelanjutan

Teori Fungsional mencakup :

1. Yang dirnaksud potensi dan kondisi ekonomi, sosial, dan


budaya kelompok sasaran
2. LangkahJangkah menidentifikasi potensi dan kondisi
ekonomi, sosial, dan buda\ra kelompok sasaralr.
3. Yang dilakukan pada saat identifikasi potensi dan kondisi
ekonomi, sosial, dan budaya kelornpok sasaran, rnenemui
harnbatan kekurangan informasi
4. Yarrg anda lakukan, jika hasil iderrtifikasi potensi dan kondisi
ekonomi, sosial, clan budaya kelompok sasaran, kurang
mendukung prograrn
5. Yang dirnaksud menganalisis potensi dan kondisi ekonomi,
sosial dan budarra untuk rnenentukan karakteristik kelompok
sasaran
6. Langkah-langkah melakukan analisis potensi dan kondisi
ekonomi, sosial dan budal,n untuk menentukan kar:akteristik
kelompok sasaran
7. Yang dilakukan pada saat meganalisis data, tidak dapat
berlangsung dengan baik karena kekurangan il{onnasi
8. Yang dilakukukan jika hasil analisis data kurang
rnenggambarkan maksud dan tujuan

t14 | h4aieri lliklat Fra Asee*t;::r Fasilitat,.sy 'Y'ernak Clrganik


9. MENGEVALUASI PELAKSANAAN
KEGIATAN FASILITASI

Kompetensi Dasar : Setelah selesai berlatih peserta marnpu:


Merencanakan evaluasi, Melakukan evaluasi,
dan Menganalisis hasil evaluasi

.Indikator Kompetensi : Setelah berlatih peserta kompeten dalam


Merencanakan evaluasi, Melakukan evaluasi,
dan Menganalisis hasil evaluasi mencakup :

1,. Sasaran evaluasi sebagai sumber informasi ditetapkan


2. Metode evaluasi dipilihberdasarkan jenis evaluasi.
3. Indikator ditetapkan berdasarkan tujuan fasilitasi.
4. Instrumen evaluasi disusun dengan tepat.
5. Evaluasi dilaksanakan sesuai waktu yang telah ditetapkan
6. Evaluasi dilaksanakan dengan metode, indikator dan instrumen
yang telah ditetapkan.
7. Data hasil evaluasi diolah dan dianalisis.
8. Faktor kunci yang mempengaruhi keberhasilan tujuan fasilitasi
dianalisis.
9. Faktor kunci keberhasilan tujuan fasilitasi ditetapkan.
l-0. Rencana tindak lanjut hasil evaluasi dirumuskan

Teori Fungsional Mencakup :


Sasaran evaluasi sebagai sumber inJormasi Pelaksana fasilitasl
nara sumber, pihak terkait, dan sasaran fasilitasi, agat dapat
menetapkan sasaran evaluasi Mempelajari laporan kegiatan fasilitasi.
a. Menyamakan persepsi dengan pelaskana fasilitasi tentang
pihak-pihak yang akan dijadikan sasarzln evaluasi
b. Menetapkan sasaran evaluasi
Bila penetapan sasaran evaluasi, pihak pelaksana tidak
koperatif maka mengubah teknik komunikasi dan mengubah sistuasi
komunikasi menjadi rileks dan nyaman, sehingga saling keterbukaan,
bila sasaran evaluasi yang diinformasikan Pihak pelaksana tidak
sesuai keinginan maka kita memberikan alasan ketidak tepatan
llaieri Diklat tr)ra Ases*"i*n Fasilitator Ternak Crgairik | 45
sasaran kepada pelaksana, dan minta ada penggar-rtinya yang lebih
tepat, yar-rg mendasari pemilihan metode evaluasi agar pglsksanaan
e.",aluasi dapat berjalan dengan baik adalal-r dengan pernilihan metode
erraluasi clidasalkan jenis evaluasi, langkahJangkah menentukan
rnetoc.le evaluasi adalah sebagai berikut :
a. I\4enelaah latar belakang, rnaksud, tujuan, rnanfaat, dan sasaran
er,aluasi
b. N4enelaah kajian teori evaluasi
c. Menetapkan metode evaluasi berdasarkan jenis evaluasi

Jika pada saat mernilih metode evaluasi kekurangan infonnasi


tentang jenis evaluasi, maka kita irarus mencari informasi tambahan
tentang jenis-jenis evaluasi, dilakukan jika metode er.aluasi )rang anda
piiih kurang tepat digunakan sebagai metode vang dipilih aclalah
Melakukan kaji ulang pernilil-ran metode, dan menetapkan metode
vang lebih tepat, yang rnenjadi dasar penetapan ditetapkannva
inciikator evaluasi ialair Irrclikator erraluasi ditetapkan berdasarkan
tujr:an fasilitasi, dan berikut ini adalah langkah-langkah menentukan
indikator evirluasi:
a. Menalatrh laporan kegiatan/Kerangka Acuan i(erja fasilitasi
b. \zlenetapkan indikator evaluasi berdasarkan tujuan evaluasi

]ika pacla saat menetapkan indikator ev..rluasi perlu penjelasan


Iebil'L rinci tenlang tnjr-ran fasilitasi maka kita men-rinta penjelasan
secara lisar-r dari pelaksana fasilitasi, jika peletapan indikator evaluasi
vang ancla tetapkan kurang sinkron dengan tujuan fasilitasi maka
mengkaji ulang dan memperbaiki indikator: evaluasi, agar instrumen
evaluasi dapat disusun secara tepat dengan Instruinen rralid dan
reliable, langkahJangkah lneru,usun instrumen evaluasi adalah
sebagai L.erikut :

a. Merrelaah Kerangka Acuan Kerja pelaksanan/Laporan


pelaksanaan fasilitasi
b. N{envsusun instrurnen evaluasi
c. Ir.{elakukan uji -,,aliditas dan reliabilitas insh.umen evaluasi

]ika pada saat menl/usulr instrumen evaluasi kesulitan karena


kekurangn infromasi pelaksanaan fasilitasi dengan mencari informasi
tarnbahair pelaksarran fasilitasi kepada pelaksana fasilitasi, jika i-rasil uji
instrurnen evaluasi tidak valid dan tidak relial:le dengan melakukan
kaji uiang instrumen evaluasi dan melakukan perbaikan instrumen
evaluasi.
tl6 | h.'ialeri iliklat trrra Ases;:ten ?:;:silitat*r']-*nrak {}rganik
10. MELAKSANAKAN SISTEM JAMINAN
MUTU TERNAK ORGANIK

Kompetensi Dasar:
setelah selesai berlatih peserta mampu menggunakan elemen
standar pangan organik untuk ternak, membuat dokumen sistem
mutu ternak orgur,ik, dan melakukan persiapan sertifikasi temak
^ organik.

Indikator Kompetensi:
Setelah berlatih peserta kompeten dalam menggunakan
elemen standar Pangan organik untuk temak, membuat dokumen
sistem mutu ternak-organik, dan melakukan persiapan sertifikasi
ternak organik, meliPuti :
I

I 1. Mengidentifikasi elemen standar mutu pangan organik untuk


ternrt y*g berlaku dan relevan sesuai dengan ketentuan dan

,. ffi:HffiTemen standar mutu pangan organik untuk ternak


yang relevan dengan unit usaha.
3. ivteriyiapkan elemen standar pangan organik untuk ternak
terpilih aspek legalitasnya untuk dapat dilaksanakan'
4. Menyiapkan
-pedomankebijakan mutu, prosedur kerja, instruksi ker1a,
dan formulir untuk sistem jaminan mutu ternak
organik sesuai dengan ketentuan yang berlaku'
5. Mirekam data pelaksanaErn sistem mutu temak organik
berdasarkan ketentuan sistem mutu
6. Mendokumentasikan rekaman data
7. Menyiapkan bahan sertifikasi ternak organik dengan lengkap
dan benar
8. Melakaukan audit internal terhadaP proses budidaya yang
dilaksanakan sesuai standar
g. Menyiapkan dokumen permohonan sertifikasi secala lengkap
dan benar.

Maleri Djklat l?ra Asesixen Fasitrilator Tern;lk Argat*k | 47


Langkah l(erja :

1,. Melakukalr ider"rtifikasi elemen standar mutu pangan organik


untuk ternak yang berlaku dan lelevan sesuai dengan
ketentuan dan kebutuhan
2. Memiilih elemen standar rnutu pangan organik untuk ternak
yang relevan dengan unit usaha
3. N4enyiapkan eiemel-r standar pangan organik untuk ternak
terpilih aspek legalitasnl'a untuk dapat dilaksanakan.
4. Menyiapkan bahan sertifikasi ternark organik
5. Mengaudit terhadap proses budiclaya yang dilaksanakan
6. Menyiapkan dokumen permohonan sertifikasi

Teori trrungsional

a. I(onsep dasar budidaya ternak organik


Sistern jaminan rnutu ternak organik dapat teru.ujud jika
pembudidayaan ternak dilakukar-r secara organik dan didukung
dengan rnanajeluen mutu yang konsisten organik. Dasar
budidaya ternak secara olganik adalah pengembangan irubungan
secara harrnonis antara lahan, turrbuhan dan ter.nak, serta
penghargaan terhaciap kebutuhan fisiologis dan kebiasaan hidup
ternak. Hal ini dipenuhi rnelalui kornbinasi antara penlrsdi^..
pakarr vang diturnbuhkan secara organik yang berkualitas baik,
kepadatan popullasi ternak yang cukup, sistem budidal,a ternak
]rang sesuai clengan tuntutat'L kebiasaar-L hidupnva, serta cara-cara
nerrgelolaan ternak yang dapat rnengurangi stress Can berupava
rnendorong kesejal'rteraan serta kesehatan ternak, pencegahan
penvakit dan menghindari penggunaan obat hewan kolcmpok
sediaan farmasetika jenis kemoterapetika (terinasuk antibiotika).

b. F,4anajemen rnutu bueiidaya ternak organik.


Lernbaga usaha buclidaya ternak organik usaha harus
memirullyai kebijakan n-rutu yang ditetapkan dan ciiterapkan
tentang sistem pangan organik sesuai ruat-lg lingkuo usahanya
untuk menciptakan jami;tan rnutu produk pangan organik.
Kebijakan mr-rtu sevogvaltya ditulis dalam kalirnat vang singkart,
jeIas, dan mudah dimengelti serta dapat rnenggambarkan visi
tau misi dari usahanya.
a

Kegiatan Ruang Lingkup kegiatan meiiputi ruang Jingkup


kegiatan dalarn sistem pangan organik yang diusahakarl
4ll | fufaieri ilikiat Fra P,*t:srr.enTar,i itattsy l'*i'nak {}rgrr,ik
misalnya untuk sistem budidaya, pengolahary Pemasarary
importir dan sebagainya termasuk jenis komoditinya.
Lembaga usaha budidaya temak organik harus menjelaskan
strukfur organisasi yang ada serta uraian tugas masing-masing
personil termasuk penanggungjawab dari penerapan jaminan
mutu produk pangan organik sesuai ruang lingkup usahanya'
Fersonil Menjelaskan personil yang bertanggungjawab
untuk mengembangkan, menerapkan, memutakhirkaru merivisi,'
dan mendistribusikan rencana kerja jaminan mutu (RKIIW
produk pangan organik serta Proses penyelesaiannya'
Menyajikan cara memelihara rekaman data yang memuat
program dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan serta
pengalaman personil.
Pengendalian Dokumen lembaga usaha harus menetapkan
dan memelihara prosedur untuk mengendalikan semua dokumen
yang merupakan bagian dari sistem, seperti peraturary standar,
,tu, dokr*"t tor*ative lain, metode produksi/proses dan
pengawasan, demikian juga gambar, perangkat lunak, spesifikasi,
instruksi dan panduan. Semua dokumen yang diterbitkan untuk
personil di unit usaha yang merupakan bagian dari sistem mutu
h*us dikaji ulang dan disahkan oleh personil yang berwenang
sebelum diterbitkan.
Prosedur yang disusun harus menjamin bahwa: a) edisi
resmi dari dokumen yang sesuai tersedia disemua lokasi tempat
dilakukan kegiatan yang pentingbag efektifitas fungsi produk
pangan organik; b) dokumen dikaji ulang secara berkala, dan bila
perlu, direvisi untuk memastikan kesinambungan kesesuaian dan
kecukupan terhadap persyaratan yang diterapkan; c) dokumen
harus diidentifikasi secara khusus yang mencakup tanggal
penerbitan dan atau revisi, penomoran halamary jumlah
keseluruhan halamarL masa berlaku, dan pihak berwenang yang
menerbitkan/ mengesahkan.
Pembelian Jasa dan Perbekalan lembaga usaha harus
mempunyai suatu kebijakan dan prosedur untuk: a. Pemilihan
dan evaluasi pemasok b. Memilih dan membeli jasa dan
perbekalan yang penggunaannya mempengaruhi mutu produk
purgu., organik c. Penerimaan dan penyimpanan perbekalan d'
Pemeliharaan rekaman-rekaman terkait pembelian jasa dan
perbekalan serta tindakan yang dilakukan untuk mengecek
kesesuaian.

Materi Diki*r Pra Asesrxen Fasilitator Ternak CIrgar-rik | 49


Pengaduan lenlbaga usaha harus mernpunyai kebijakan
dan plosedur untuk menyelesaikan pengaduan yang diterima
dari pelanggan atau pihak-pihak lain. Rekaman sefirua
peneaduan dan penyelidikan serta tindakan perbaikan yang
dilakukan oleh unit/badan usaha harus dipelihara.
Pengendalian Produl< yang Tidak Sesuai lembaga usaha
harus mempunyai kebijakan dan prosedur yang harus diterapkan
bila terdapat sapek apapun dari pekerkjaan/proses atau produk
pangan organik yang tidak sesuai dengan prosedur, standar atau
peraturan teknis serta persyaratan pelanggan yang telah disetujui.
Kebijakan dan prosedur harus memastikan bahwa : a)
Tanggungjawab dan kewenangan untuk pengelolaan pekerjaan/
proses atau produk yang tidak sesuai ditentukan dan tindakar-r
(termasuk menghentikair pekerjaan dan menahan produk)
ditetapkan dan dilaksanakan bila ditemukan pekerjaan yang tidak
sesuai. b) Evaluasi dilakukan terhadap signifikansi
ketidaksesuaian pekerjaan/proses atau produk c) Tindakai'L
perbaikan segera dilakukan bersamaan dengan keputusan
pekerjaan/proses atau produk 1.ang ciitolak atau tidak sesuai d)
Bila cliperlukan, pelarrggan diberitahu dan pekerjaan dibatalkan
dan tanggungjarvab untuk persetujuan dilanjutkannya kembali
harus ditetapkan.
Tindakan Perbaikan lernbaga usaha irarus menetapkan
kebijakan dan prosedur serta har:us memberikan ker,r.enangan
yang sesuai untuk melakukan tirrdakan perbaikan bila pekerjaan
yang tidak sesuai atau pcnyimpangan kebijakan dan prosedur di
dalarn sistem vang ditetapkan. Prosedur tindakan perbaikan
harus dimulai dengan suatu penvelidikan untuk menentukan
akar permasalahan. Apai:ila tindakan perbaikan perlu dilakukan,
unit/baclan usaha harus mengidentifikasi tinclakan perbaikan
yang potensial. 5 Tindakan perbaikan l'rarus cliiakukan sarnpai
sistem dapat berjalan kernbali secara efektif, dan
didokumentasikan.
Tindakan Pencegahan Penyebab ketidaksesuaian vang
potensial, baik teknis rnaupun manajemen, harus diidentifikasi.
Jika tindakan pencegahan diperlukan, rencana tindakal
pencegahan harus dibuat, diterapkar:r dan dipantau untuk
rnengurangi kemungkinan terjadinya kernbali ketidaksesuaian
),ang serupa dan untuk mengambil manfaat rnelakukan
peningkatan. Prosedur tirrdakan pencegahan harus mencakup

50 | h4;:terr Dikb:t Pra A*esme:: iasilitatr:r']'e:-nal< ilreanik


tahap awal tindakan dan penerapan pengendalian untuk
memastikan efetivitasnya.
Pengendalian Rekaman lembaga usaga harus menetapkan
dan memelihara prosedur untuk identifikasi, pengumpulan,
pemberian indeks penelusurary pengarsipan, penyimpanan,
pemeliharaan dan pemusnahan rekaman. Rekaman. Rekaman
harus mencakup laporan audit, audit internal dan kaji ulang
manajemen termasuk rekamanrekaman pelaksanaan proses/'
kegiatan termasuk laporan tindakan perbaikan dan tindakan
pencegahan. Semua rekaman harus dapat dibaca dan harus
disimpan dan dipelihara sedemikian rupa sehingga mudah
didapat bila diperlukan dalam fasilitas yang memberikan
lingkungan yang sesuai untuk mencegah terjadinya kerusakan
atau deteriorasi dan untuk mencegah agar tidak hilang. Waktu
penyimpanan harus ditetapkan. Unit/badan usaha harus
menyimpan untuk suatu periode tertentu rekaman pengamatan
asli, data yang diperoleh dan informasi yang cukup untuk
menetapkan suatu jejak audit, rekaman kalibrasi, rekaman st#,
dan salinan dari setiap laporan pelabelan produk.
Audit Internal lembaga usaha harus secara periodik, dan
sesuai jadwal serta prosedur yang telah ditetapkan sebelumnya/
menyelenggarakan audit internal untuk memverifikasi
kegiatannya berlanjut sesuai dengan persyaratan produk Pangan
dan pertanian organik. Program audit internal harus ditujukan
pada semua unsur dalam sistem produk pangan organik. Manajer
mutu bertanggungSawab untuk merencanakan dan meng-
organisasikan audit sebagaiman yang dipersyaratkan oleh jadwal
dan diminta oleh manajemen. Audit harus dilakukan oleh
personel terlatih dan mampu, yang bila sumberdaya
memungkinkary independen dari kegiatan yang diaudit. Hasil
dari kegiatan audit internal harus direkam, tindak lanjut kegiatan
audit harus diverifikasi. Penerapan serta efektivitasnya tindakan
perbaikan yang telah dilakukan harus direkam.
Kaji lllang Sistem lembaga usaha harus secara periodik, dan
sesuai jadwal serta prosedur yang telah ditetapkan sebelunlnya,
menyelenggarakan kaji ulang pada seluruh sistem produk pangan
organik sesuai ruang lingkupnya, unfuk memastikan
kesinambungan kecocokan dan efektivitasnya, dan untuk
mengetahui perubahan atau peningkatan yang diperlukan. Kaji
ulang harus memperhitungkan: a. Kecocokan kebijakan dan

folateri ili}<i*r Ilra As*srner: Fa*ililai*l Tel;lak {}lganik | 51


prosedur; b. Laporan dari st#manajerial danpersonil penyelia; c.
Hasil audit internal yang terakhir; d. Tindakan perbaikan dan
pencegahan; e. Asesmen oleh badan ekstemal; f. perubahan
volume dan jenis pekerjaan; g. Umpan batik pelanggan; h.
Pengaduan/ keluhan konsumen; i. Faktor-faktor relevan lainnya.

c. Persyaratan Teknis
Lairan dan Penyiapan Lahary Kandang, Bangunan kantor dan
Tenaga kerja
Unit usaha atau peternak harus memiliki catatan rilr.a),at
penggunaan lahan t-rinimal 2 tahun sebelum lahan tersebut
diperuntukan untuk sistem petemakan organik, kecuali bagi
lahan yang ada dihutan bebas, bekas hutan dan lahan bukaan
baru.Unit usaha atau peternak mempunl,ai peta iokasi lahan yang
berbatasan dengan lahan yang akar-r digunakan untuk peternakan
organik.
Lahan bekas peternakan bukan organik harus mengalami
periode konversi paling sedikit 2 (dua) tahun sebelum penebaran
ternak.. Dalam Jral seluruh lairan tidak dapat dikonversi secara
belsamaan, rnaka boleh dikerjakan secara bertahap.
Arcal vang cialam proses konvelsi, dan areal yang telah
dikonversi untuk prurduksi ternak organik tidak boleh ciiubar-r
(ke,rbali seperii semula atau sebaliknya) antara rnetode produksi
ternak organik dan konvensional.
Tidak rnenyiapkan lahan dengan cara pembakaran,
terrnasuk pembaka'an sarnpah. Kandang perneliharaan ternak
harus clitata supaya aliran air, saluran pernbuangan limbarr tidak
rnenimbuikan pencelnaran lingkungurl .iu., penyakit. Kandang
isolasi diletakan paling belakang da, terpisah dari ka'rdang
lainnva untuk menghindari penularan penyaftil melalui udara,
ail, peralatan dan petugas kandang.
Bangunan kantor dan tempat tinggal karyawan harus
terpisah dari areal perkandangan dan dipagar. Tenaga kerja yang
dipekerjakan hendaknya berbadan sehat dan menclapat pelatihan
teknis budidava temak dan penanganan panen, pasca panen,
distribusi cian pemasaran hasil peternakan organik.

Bibit ternak berasal dari ternak yang dipelihara secara organik


atau sesuai dengan cara -cara vang sesuai der-rgar-r SNI. Tidak
menggunakan bibit ternak dari hasil rekayasa
52 | ?"r4atcri ljiklaf Pra A*esme;: Ialiiiiator'fel*ak ilrganik
genetika yang dibuktikan dengan sertifikat. Dalam hal tidak
tersedia bibit seperti yang disyaratkan tersebut maka pada tahap
awal dapat menggunakan bibit tampa perlakuan.

Sumber Air yang digunakan berasal dari sumber mata air yang
langsung atau dari sumber lain yang memenuhi standar air yang
dibenarkan oleh SNI. Terdapat catatan hasil uji air dalam periode
tertentu. Air yang tidak berasal dari mata air langsung harus telah'
mengalami perlakuan untuk mengurangi cemaran sehingga
memenuhi persyaratan baku dan terdokumentasi. Tidak dizinkan
mengeksploitasi secara berlebihan dan menurunkan sumberdaya
air.

Manaiemen Kesuburan Tanah. Kesuburan dan aktivitas biologis


tanah harus dipelihara atau ditingkatkan sesuai dengan prinsip-
prinsip yang ditetapkan dalam SNI No 01.-6729-2006 5.4.2. Tidak
menggunakan kotoran manusia.

Pencegahan Penyakit dan Pemeliharaan Ternak. Meminimalkan


stres, mencegah terjadinya penyakit tidak menggunakan obat
kimia untuk pencegahan dan pengobatan penyakit, tidak
menggunakan hormon pemacu pertumbuharu tidak mengguna-
kan pakan ternak yang mengandung obat kimia dan hormon
pemacu pertumbuhan sintetis, menjaga kesehatan dan
kesejahteraan hewan serta tidak menggunakan pestisid4
herbisiada dan produk hasil rekayasa genetika.
Tidak menggunakan pestisida dalam mengendalikan
hama penyakit pada lingkungan, tidak melakukan proses
pembakaran dalam pengendalian gulma. Menerapkan sistem
pengendalian penyakit yang terpadu sehingga dapat menekan
kerugian akibat penyakit.. Memelihara ternak secara ekstensif
pada lahan organik. Ternak yang dipelihara bukan secara
ekstensif harus mempertahankan kebersihan kandang, ternak,
peralatan dan orang yang menangani ternak serta kesehatan
ternak dan orang yang menangani ternak.
Memelihara spesies ternak yang dapat hidup pada pola
organik. Untuk menangani ternak yang sedang sakit dapat
diberikan tindakan fisioterapi, akupuntur, probiotik dan herbal
organik. Dalam keadaan terpaksa dapat menggunakan obat obat
kimia seperti antibiotik obat cacing dan lain lain harus
l&at*ri iljk1"rt Fra,4scsmen Fasi.ljtat*r Terrak Crganik | 53
memperhatikan dosis, cara pemberiary waktu henti obat dan
dalam pengawasan ciokter he.vvan. Ternak yang sedang sakit dan
dalam proses pengobatan dipelihara secara terpisah dari ternak
yang sehat dan dibawah pengawasan dokter hewan. Kotoran dan
air kencing hewan yang sakit tidak boleh mencernari lingkungan
lahan organic.
Hama, penyakit dan guhna dilingkungan lahan irarus
dikendalikan dengan cara : (a) Pemilihan spesies dan varietas
yang sesuai; (b) Perlindungan musuh alami hama penvakit clan
gulma melalui penyediaan habitat yang cocok seperti pembuatan
pagar tridup dan tempat sarang, zona penvangga ekologi; (c)
Ekosistem yang beragam. Hal ini akan bervariasi antar daerah.
Sebagai contoh, zona penyangga untuk mengendalikan er.osi,
agroforeshy, merotasikan tanaman dan sebagainya; (d)
Penviapan biodinamik dari stone meal, kotoran ternak atau
tanarnan; (e) Penggunaan rnulsa disebarkan diatas permukaan
tanah secara rapat dapat menghindari kerusakan permukaan
tanah dari terpaan hujan.
Jika terdapat kasus yang membahayakan atau ancaman
yang selius terhadap tanaman dimana tindakan pencegahan di
atas tidak efektif, maka dapat digurrakan bahan lain sebagaimana
dicantumkan dalam Lampiran pada SNI.

Sumber asal ternak Meng;gunakan suml-rer ternak yang berasal


dari pembibitan ternak organik dan atau ,ternak yang dapat
bertahan hidup pada pola budidaya organic.

Fakan Ternak. Menggunakan bahan baku pakan ternak organik,


tidak menggunakan bahan baku yang berasal dari rekay,asa
genetik. Susu yang diminurn oleh ternak muda harus berasal dari
susu induk organic.. Ternak yang clipelihara secara ekstensif dan
intensif atau serni intensif harus mengkonsun"lsi pakan dari lahan
organic. Air minum yang digunakan untuk minurn, membersih-
kan ternak dan lingkungarr irarus berasal dari air- organic. Bahan
pakan tambahan seperti mineral dan r.itamin diperoleh secara
alarni dan berasal dari sumber sumlrer organik dan dalan-r proses
produksinl.a ticlak menggunakan pelarut kimia. Probioiik,enzim
dan mikroorganisme diperbolehkan digunakan

.Pra
54 | &{aieri L}iktraf h**srre;: Fa*ililatr:r'}'ert"rak Or:genik
Penanganan Panen, Pasca Panen, Penyimpanan, Transportasi
dan Pemasaran.
Pencucian peralatanternak produk ternak organik segar
dilakukan dengan menggunakan air standar baku yang diizjnkan
untuk sistem pangan organik. Tidak mencarnpur produk organik
dengan produk non-organik dalam penanganan pasca Panen
termasuk dalam pengolahan, penyimpanan dan transportasi dan
pemasaran. Tidak menggunakan bahan kimia sintetis dalam
proses penanganan pasca panery penyimpanan, pengangku-
tan.maupan pada saat pemasaran
Peralatan pada waktu dan pasca panen harus bebas dari
kontaminasi bahan kimia sintetis. Tidak menggunakan bahan
pembungkus yang menimbulkan kontaminasi produk. Dalam
pengemasan menggunakan bahan yang dapat didaur ulang atau
digunakan kembali atau menggunakan bahan yang mudah
mengalami dekomposisi. Menggunakan kemasan untuk makanan
organik.. Selalu menjaga integritas produk organik selama
penanganan/ penyimpanan dan transportasi serta dalam
pemasaran.

Dokumentasi dan Rekaman. Untuk setiap butir yang relevan


perlu tersedia "standar Prosedur Operasional " (SPO) yang
terdokumentasikan. Untuk setiap butir yang relevan harus
terdapat catatan, rekaman, atau dokumentasinya untuk
membuktikan pemenuhan terhadap standar.

d. Sistem Sertifikasi
Operator mengajukan permohonan kepada Lembaga
Sertifikasi GS), dengan melampirkan data-data yang
dipersyaratkan antara lain persyaratan adinistrasl identitas
operator dan dokumen penerapan jaminan mutu. LS akan
melakukan evaluasi terhadap kelengkapan persyaratan.

LS akan menunjuk tim auditor yang akan melakukan


penilaian terhadap kecukupan dokumen PeneraPan jaminan
mutu dan inspeksi ke lapangan. Tim auditor melakukan inspeksi
(audit kecukupan, audit kesesuaian, sampiing untuk diuji di
laboratorium). Tim auditor menyampaikan hasil inspeksi ke LS.

h,iateri Tlitxl'*t Fra Asesm*n Faeiiitatcr T*:rnak *rganik | 55


LS menunjuk panitia teknis untuk menilai l-rasil laporan
yang diberikan tim auditor. Panitia Teknis mengevaluasi laporan
hasil inspeksi Tim auditor danberkoordinasi dengan f.im auditor
guna memberikan rekomendasi disetujui atau tidaknya
pemberian sertifikat kepada operator.

Panitia Teknis membuat rekomendasi dan metraporkannya


kepada I-en-rbaga Sertifikasi. Jika mernenuhi syarat sesuai
rekomendasi Panitia Teknis, maka sertifikat dan hak
menggunakan label organik akan diberikan.

,41at dan bahan:

1
a. Data standar mutu pangan organik ternak, dan ATK
-n L. Dokumen proses budidaya ternak organik

Keamanan Kerja:

1. Kenyamar-.an melal<ukan ider-rtifikasi elemen standar inutu pangar-r


organik untuk ternak yang berlaku dan relevan sesuai dengan
ketentuan dan kebutuhan, memiilih elemen standar mutu pangan
organik untuk ternak yang relel,an dengan unit usaha,
menyiapkan eler:ren standar pangan organik untuk ternak terpilih
aspek legalitasnya untuk dapat dilaksarratr<an, menyiapkan L.,ahan
sertifikasi temak organik, rnengaudit terhadap proses buciidal,a
rrang dilaksanakan, nrenlrinpftsn dokumen permohonan sertifikasi
2. I(eselamatan menggunakan sarana dan prasarana untul<
melakuk;ur identifikasi eiernen stanclar rnutu pangan organik
ur-Ltuk ternak yang berlaku dart relerran sesuai der-rgan ketentuan
dan kebutuhan, memiilih elemen standar inutu pangan organik
untuk ternak y,ang relevan dengan unit usaha, rnenyiapkan elemen
standar pangan organik untuk ternak terpilih aspek legalitasnl,a
untuk dapat dilaksanakan, menrriapkan bahan sertifikasi ternak
organik, mengaudit terhaciap proses budidava yang dilaksanaka-n,
menyiapkan dokurnen permohonan sertifikasi
3. Keamanan n:relakukan icientifikasi elemen standar. mutrr pangan
organik rrntuk ternak vang berlaku dan relevan sesuai dengan
ketentuan dan kebutuhan, rnemiilih elemen standar mutu pangan
organik untuk ternak yang relevan dengan unit usaha,
menviapkan elernen standar pangarr organik untuk ternak terpiiih
aspek legalitasnya untuk dapat dilaksanakan, menyiapkan bahan
sertifikasi ternak organik, mengaudit terhadap proses budidaya
yang dilaksanakan, menyiapkan dokumen permohonan sertifikasi

}ilateri iliki*t llra A**smer: Fasilitat*r T*r"aak Ary7*t-'lk | 57


58 | 1\4alcri lliklai l}ra A*esr:r*:r: irasilitat*r'l-ernak *:"ganik
11. MENGELOLA KONVERSI LAHAN

Kompetensi Setelah selesai berlatih peserta mamPu.


Dasar menetapkan periode konversi lahan dan
menetapkan tindakan konversi lahan

Indikator Setelah berlatih peserta kopeten dalam hal


Kompetensi menetapkan periode konversi lahan dan
menetapkan tindakan konversi lahan
mencangkup:

1. Kriteria dan syarat konversi lahan dijelaskan dengan benar


berdasarkan komoditasnYa.
2. Temak yang akan dibudidayakan diidentifikasi'
3. Periode konversi lahan ditentukan berdasarkan sejarah lahan
dan jenis ternak yang dibudidayakan
4. Semua tindakan budidaya dilaksanakan sesuai dengan
prinsip organik.
5. Periode konversi lahan dilaksanakan secara kontinl''u'
6. Awal penetapan konversi lahan dan jenis tindakan budidaya
selama periode konversi didokumentasikan

Langkah Kerja:

1". Melakukan identifikasi temak yang akan dibudidayakan


2. Menentukan periode konversi lahan berdasarkan sejarah lahan
dan jenis temak yang akan dibudidayakan

Teori Fungsional

Konversi Lahan

Utomo dkk (1992) mendefinisikan alih fungsi lahan atau


lazrmnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi
sebagiin atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti
l'4ateri *iklat Pra As*smen Fasililator T*r"nak t-.)...;;:r;;;. I 59
yang direncanakan) menjadi fungsi lain yang menjadi dampak negati{
{rnasalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri. Alih
fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan
penggunaaru disebabkan oleh faktor-faktor ya\g secara garis besar
meliputi keperluan untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang
makin bertambah jumlahnya dan meningkatnya tuntutan akan mutu
kehidupan yang lebih baik.

1.. Sihaloho (2004) membagi konversi lahan kedalam tujuh pola


atau tipologi, antara lain:
2. Konversi gradual berpola sporadis; dipengaluhi oleh dua
faktor utama yaitu lahan yang kurang/tidak produktif dan
keterdesakan ekonorni pelaku konversi.
3. Konversi sistematik berpola 'enclave'; dikarenakan lahan
kurang produktit, sehingga konversi dilakukan secara
serempak untuk menir-rgkatkan nilai tambah.
4. Konversi lahan sebagai respon atas pertunrouhan penduduk
(populatiott grorutlt drioen lnnd contersion); leblh ianjut disebut
konr.ersi adaptasi demografi, dimana dengan meningkatnya
peltumbul-ran penduduk, lahan terkonversi untuk mernenuhi
kebutuhan ternpat tinggai.
5. Konversi yang disebabkan oleh masalah sosial (soclal prolient
dritten ltrud cortztet'sion); diseLlabkan oleh dua faktor yakni
keterci esakan ekonomi dan perubaku-r kesejairteraan.
6. Konversi tanpa beban; dipengaruhi oieh faktor keinginan
untuk nrengubah hidup yarrg lebih baik dari keadaan saat ini
dar-r ingin keluar dari kampung.
7. Konversi adaplasi agraris; disebabkan kalena keterdesakan
ekonomi cian keinginan untuk berubah dari masyar.akat
dengan tujuan rneningkatkan hasil pertanian.
8. Konr.ersi irrulti bentuk atau tanpa bentuk; konversi
dipengarul-ri oieh berbagai faktor, khususnya faktor
peruntukan untuk perkantoran, sekolah, kcperasi,
peldagangan termasuk sistem uiaris vang tidak dijelaskan
clalam konversi dernografi.

Sumaryanto (199\ dnlnmFuri (2007) memaparkan bahr,r,a jika


suatu lokasi terjadi konversi lahan pertanian, segera lahanlairan di
sekitarnya akan terkonversi dan sifatnya cenderung progresif.

ff) I \.'i* L*ri flililat Pya Asesn:en l"asi litat$r'f'eriri*< Clrgar"tik


kawan (2005) dalam Akbx (2008) mengemukakan bahwa
konversi tanah lebih besar terjadi pada tanah sawah dibandingkan
dengan tanah kering karena dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
prrtirno, pembangunin kegiatan non pertanian seperti- kompleks
perumahan, pertokoary perkantoran, dan kawasan industri lebih
mudah dilakukan pada tanah sawah yang lebih datar dibandingkan
dengan tanah kering. Kedua, akibat pembangunan masa -lalu yang
terfJkus pada upaya peningkatan produk padi maka infrastruktur"
ekonomi lebih tersedia di daerah persawahan daripada daerah tanah
kering. Ketiga,daerah persawahan secara umum lebih mendekati
daerah konsumen atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk
dibandingkan daerah tanah kering yang sebagian besar terdapat di
. wilayah perbukitan dan pegunungan.

Konversi lahan biasanya terkait dengan proses perkembangan


wilayah, bahkan dapat dikatakan bahwa konversi lahan merupakan
konsekuensi dari perkembangan wilayah. sebagian besar konversi
lahan yang terjadi, menunjukkan adanya ketimpangln dalam
p"rrg.ruruut'r lahan yang lebih didominasi oleh pihak kapitalis dengan
me""gantot"r$ izin mendirikan bangunan yang dikeluarkan oleh
pemerintah. Di Indonesi4 terdapat tiga macam ketimpangan (Cristo-
doulou sebagaimana dikutip Wiradi, 2000), yakni:

1.. Ketimpangan dalam hal struktur "pemilikan" dan


"penguasaan" tanah
Kepentingan/keberpihakan Pemerintah. Peran pemerintah
mendominasi dalam menentukan kebijakan peruntukan
penggunaan lahan dan mendukung pihak bermodal dan
p"ttgrrutu* lahan, sedangkan peran masyarakat rendah'

2. Ketimpangan dalam hal peruntukan tanah


Terdapatr:rya indikasi kesenjangan, yakni tanah yang seharusnya
diperuntuian bagi pertanian rakyat digusur, sedangkan sektor
non pertanian semakin bertambah luas.

3. Ketimpangan alaulncorupabili$dalamhal persepsi dan


konsepsi mengenai agtaia
Terjadi perbedaan persepsi dan konsepsi mengenai bermacam
hak atas tanah, yakni pemeritah dan pihak swasta yang
menggunakan hukum positi{ dengan penduduk yang
berpegang pada hokum normatif/hukum adat'
Maferi Diklat {:}ra Asesrxe* Fasilitatclr Terrtak t.-)rr.::iik I61
Faktor Penyebab

Proses terjadinya alil-r fungsi lahan pertanian ke penggunaan


non pertanian disebabkar"r oleh belrerapa faktor. Kustir,rran
Q997) dnlamsttpriyadi (200a) menyatakan bahrva setidaknya ada tiga
faktor pentiirg yang menyebabkan terjadinya alih fungsi lahar-L sawa}r
):'aitu :

1. Faktor Eksternal. Merupakan faktor yar-rg disebabkan oleh


adanya dinamika pertumbuhan perkotaan (fisik maupun
spasial), demografi rnaupun ekonomi.
2. Faktor Internal. F ,ktor ini lebih melihat sisi yang disebabkan
oleh kondisi sosial-ekonorni rumah tangga pertanian
pengguna lahan.
3. Faktor Kebijakan. Yaitu aspek regulasi yang dikeluarkan olel-r
penrerintah pusat maupun daerah yang berkaitan dengan
perubahan fungsi lahan pertanian.

Pasandaran (2006) n-rerlelaskan paling tidak ada tiga faktor,


baik sendiri-sendiri maupun bersar:ra-sama yang merupakan
determinan konversi lahan sawah, yaitu :
1. Kelangkaan surnberdaya lahan dan air
2. Dinamikapembangunan
3. Peningkatan jun-rla}'r penduduk

Pakpahan, et.al (1993) doltunl\luntr (2008) membagi faktor


)rang mempengaruhi konYersi dalam kaitannva dengan petani, yakni
faktor tidak lar-rgsung dan faktor la.gsung. Faktor tidak rairgsung
afltara lain perubahan struktur ekonomi, peiumbuhan pencluduk, arus
urbanisasi dan konsistensi irnplernentasi rencana tata ruang.
seda.gkan faktor la.gsung dipengaruhi oleh pertumbuhan
pembangunan sarana hansportasi, pertumbuhan kebutuhan lahan
untuk industri, pertumbuhan saralla pemukirnan dan sebaran lahan
sawah.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi konversi lahan


sar,vah di tingkat petani,
sebagaimana dikernukakan oleh Rusastra
{1994) dnlantMunv (2008) adalal-r sebagai pilihan alokasi sumber ,lava
melalui transaksi yang dipengaruhi oleir kondisi sosial ekonomi petani
seperti tingkat per-rdidikan, pendapatan dan kemampuan ekonomi

62 | ll'fateri Diklat Pra Asesnrern Fasiliaafr;r"ferr:;rk Clrganik


secara keseluruhan serta pajak tanatr, harga tanah dan lokasi tanah.
Sehingga diperlukan kontrol agar sesuai dengan Rencana Tata Ruang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Munir (2008)


di Desa Candimulyo, Kecamatan Kertek, Kabupaten Wonosobo,
Provinsi Jawa Tengatr, dapat diketahui bahwa ada faktor-faktor yang
berhubungan dengan konversi lahan. Faktor- faktor tersebut meliputi
faktor internal petani dan faktor eksternal. Faktor internal adalah
karakteristik petani yang mencakup umur, tingkat pendidikan, jurnlah
tanggungan keluarga, luas lahan yang dimilikl dan tingkat
ketergantungan terhadap lahan. Sedangkan faktor eksternal
mencakup pengaruh tetangga, investor, dan kebijakan pemerintah
.daerah dalam hal pengemlangan pertanian.

Konsep Petani

Wolf (1985) dalammunir (2008) mendefinisikan petani sebagai


pencocok tanam pedesaan yang surplus produksinya dipindahkan ke
kelompok penguasa melalui mekanisme sistematis seperti upeti, pajak,
atau pasar bebas. Bahari (2002) dalam Munir (2008) menyatakan bahwa
secara umum ada tiga ciri utama yang rnelekat pada petani pedesaan,
yaitu kepemilikan lahan secara de facto, subordinasi legal, dan
kekhususan ku1tural.

Menurut Shanin (1971) seperti yang dikutip oleh Subali


(2005),[2] terdapat empat karakteristik utama petani. Pertama, petani
adalah pelaku ekonomi yang berpusat pada usaha milik keluarga.
Kedua, selaku petani mereka menggantungkan hidup mereka kepada
lahan. Bagi petani, lahan pertanian adalah segalanya yakni sebagai
sumber yang diandalkan untuk menghasilkan bahan pangan keluarga,
harta benda yang bernilai tingS, dan ukuran terpenting bagi status
sosial. Ketiga, petani memiliki budaya yang spesifik yang menekankan
pemeliharaan tradisi dan konformitas serta solidaritas sosial mereka
kental. Keempat, cenderung sebagai pihak selalu kalah (tertindas)
namun tidak mudah ditaklukkan oleh kekuatan ekonomi, budaya dan
politik eksternal yang mendominasi mereka.
Taraf Hidup dan Kesejahteraan
Kata "taraf" dalarn kamus besar bahasa Indonesia (1997)
berarti mutu atau kualitas. Jadi tarafhidup dapat diartikan sebagai

&4ai*ri Tliklat Pra ,Asrsme* Farililator T*r::ak Organik | 63


suatu mutu hidup atau kualitas hidup vang dirniliki oleh seseorang
atau suatu rnasyarakat.

Sau,idack (1985) dalamMunir (2008) menyatakan bahn,a


kesejahteraan merupakan kepuasan yang diperoleh seseorang dari
hasil rnengkonsumsi per-rdapatan y.ang diterirna, namun tingkatan clari
kesejahteraan itu sendiri merupakan sesuatu yang bersifat retatif
karena tergantung dari besarnya kepuasan yang diperoleh dari hasil
mengkonsurnsi pendapatan tersebut.

BPS (2008) dalamMunir (2008) memberikan ganrbaran ter.rtang


cara yarlg lebih baik untuk mengukur kesejahteraan dalam sebuah
rumah tangga mengingat sulitnya memperoleh data yang akurat. Cara
yang dimaksud adalah dengan rnengl-ritung pola konsumsi rumah
tangga.

Berbagai aspek mengenai indikator kesejahteraan dibahas orerr


BPS (1995) dnlmtMurir (2008) antara lain adalah: kependudukan,
keselratan dan gizi, pendidikan, ketenagakerjaan, taraf clan pola
konsumsi, perumahan dan lingkungan, sosial dan budaya

Kesejahteraan pedesaan menurut Mosher (1974) dalam Furi


(2007) berarti tingkat kepuasaan bagi penduduk peclesaan clan tidak
mencakup sumbangan-sumbangan yang menyenangkan bagi
r:rasyarakat predesaan dari pihak luar, baik pernerintah rnaupun
swasta. Empat aspek kesejaheraan pedesaan yakni:

1. Tingkat kehidupan fisik keluar"ga pedesaary ),ang sangat


belgantung pada penghasilan keluarga cian berarti
bcrgantung pacla perkernbangan pertanian.
2. Kesejahteraan dan kegiata*-kegiata, bersarna di desa, yaitu
ketentraman clan kegiatan kelompok yang meliputi hukum
dan ketertiban, pendidikan, kesehatan, dan kegiatan
kelompok iniormal.
3. Kesem.patair untuk ikut serta mengambil bagian dalarn
peristiwa-peris fir,r.a kekeluargaan dan kemasl,arakatan.
4. Perai:turan-perarfuran dan Undang-Undang yang mengul.us
tentang hak-hak manusia atas penggunaan tanah.

Yosep (1996) daiam Furi (2007) rnengemukakan dua


pendekatan kesejahteraan, yakni:

64 | h.{aler,i l}ikiat Pi:;: ,Aset*rr:cln l"asi}it;rfor'Ier*ak Cysanik


1,. Pendekatan makro, kesejahteraan dengan indikator-indikator
yang telah disepakati secara alamiah, sehingga ukuran
kesehateraan masyarakat berdasarkan data-data epiris suatu
masyarakat.
2. Pendekatan mikro, didasarkan pada pertimbangan-
pertimbangan psikologi individu secara pribadi untuk
melihat apa y ang dianggapnya sejahtera.

syarat-syarat konversi lahan yang diperuntukkan untuk lahan


pengembalaan atau tanaman pakan ternak adalah 2 tahun sebelum
tebar benih untuk tanaman semusim, 3 tahun sebelum Panen pertama
untuk tanaman tahunan, dan masa konversi dapat diperpanjang atau
. diperpendek berdasarkan pertimbangan Lembaga Sertifikasi Organik
namun tidak boleh kurang dNil2bulan.

Berapapun lamanya masa konversi, produksi pertanian hanya


diakui pada saat sistem pengawasan dan tatacala produksi
dipersyaratkan.

Jika seluruh lahan tidak dapat dikonversi secara bersamaan,


maka boleh dikerjakan secara bertahap dengan menerapkan standar
konversi, tindakanbudidaya yang dilaksanakan sesuai dengan prinsip
organikPengembangan keaneragaman hayati secara keseluruhan
sistem perianian organik, peningkatan aktivitas biologi tanah,
kesuburan tanah dalam janga panjang, daur ulang limbah asal
tumbuhan dan hewan untu mengembalikan nutrisi ke dalam tanah
sehingga meninimalkan sumberd ay a y arLg tidak dapat diperbaruhi,
pengandalan sumberdaya yang dapat diperbaruhi pada sistem
pertinian yang dikelola secara lokal, peningkatan penggunaan tanatU
uir, dur, udara secara baik, serta meminimalkan semua bentuk polusi
yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.

Penanganan produk pertanian dengan menekankan pada cara


pengelolaan yang baik pada seluruh tahapan untuk menjaga integritas
seperti sejarah penggunaan lahan serta jenis tanaman dan hewan yang
akan diproduksi, cara memelihara dan meningkatkan kesuburan tanah
dan aktivitas bilogl dalam rangka konversi lahan antara lain:
a. Dengan Menanam kacang-kacangan, pupuk hijau atau tanaman
berakar dalam memalui Program rotasi tahunan yang sesuai

l*ateri llikiat Pra Asesr:retr Fasilitator Ternak #rganik | 65


b. Mencampur bahan organik ke dalam tanarr baik dalarn be,tuk
kompos maupun segar, dari unit produksi yang sesuai sttrndar
orgarrik.
c. Aktir''asr kompos menggunakan n-rikrorganisme atau bal-ran lain
i'ang berbasis tanarnan ya;-rg sesuai
d. Bairan biodinarnik dari stone meai, kotoran hewan atau tanaman
boleh digunakan ur"rtuk tujuan penyuburan, pembenahan, dan
aktivitas biologi tanair.
e. sisa tarama. dan bairan lainnya ha-rus dikomposkan dengan baik
dan tidak boleh dibakar

65 | l.fate* tliklai Pra ALegr:r*n irasiliiai*r'I-e;::rak {)t.sanik


12. MEMPERSIAPKAN PERKANDANGAN

KOMPETENSI DASAR Setelah selesai berlatih peserta marnpu


Merawat kandang dan Merawat
lingkungan di sekitar kandang

INDIKATOR KOMPETENSI : Setelah berlatih peserta kompeten


dalam Merawat kandang dan Merawat
lingkungan di sekitar kandang
mencakup:

1,. Peralatan perawatan kandang disiapkan sesuai kebutuhan'


2. Tata cara perawatan kandang dideskripsikan dengan benar'
3. Perawatan kandang dilakukan dengan benar
4. Peralatan perawatan lingkungan di sekitar kandang disiapkan
sesuai kebutuhan.
5. Tata cara perawatan lingkungan di sekitar kandang
dideskripsikan dengan benar.
6. Perawatan lingkungan di sekitar kandang dilakukan dengan
benar

LANGKAH KERJA :
1. Menetapkan lokasi dan kebutuhan perkandangan SESUl

persyaratan
2. Mendokumentasikan kebutuhan perkandangan
3. Membuat rancang bangun perkandangan

TEORI FUNGSIONAL :
Tata laksana perkandangan merupakan salah satu faktor
produksi yang belum mendapat perhatian dalam usaha peternakan
sapi potong khususnya petemakan rakyat. Kontruksi kandang
beium sesuai dengan persyaratan teknis akan mengganggu
produktivitas ternak, kurang efisien dalam penggunaan tenaga kerja
dan berdampak terhadap lingkungan sekitarnya. Kondisi kandang
belum memberikan keleluasaary kenyamanan dan kesehatan bagi
ternak.
&4aieri )ikiat Pra Asesmen Fasilitaisr Tet*ak Orgenik | 67
I(andang ternak mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Melindungi ternak clari perubahan cuaca atau iklim yang
ekstrem (panas, hujan dan angin).
2. N4encegah dan melindungi ternak dari penyakit.
3. Menjaga keamanan ternak dari penculian.
4. Memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi
seperti pemberian pakan, rninum, pengelolaaan kompos dan
perkarvinan.
5. 1\4eningkatkan efisiensi pellggunaan tenaga keria.

Pengetahuan yang diperlukan dalam mengidentifikasi lokasi dan


sistem perkandangan

Beberapa hal vang perlu diperhatikan adalah :

1) Tidak terkena perluasan kota, lokasi tidak ber:tentangan


dengan Rencaira Umurn Tata Ruang (RUTR), Rencana Detail
Tata Ruang (RDTR) setempat
2) Tidak mengganggu ketertiban umutl seternpat untuk
peternakan yang sudal-r berbentuk perusahaan harus ada izin
ten'rpat usaha
3) TrarLsportasi ke daerah pemasaran rnr:dah
4) Harus ada sumber air yang ci-rkup dan tersedia sepanjang
tahun
5) Suinber pakan mudah diclapat , harga murah dan tersedia
separrjang tahun
6) Ticlak ber,lekatan dengan pemukiman serta memperhatikan
lingkungan dan topografi sehingga limbah vang dihasilkan
tidak mencemari liirgkungan, mernenuhi persyaratan l-rigienis
dan sanitasi
7) Keadaan iklim clan tanah yang cocok, khusus untuk
pemelil-raraan domba tidal< berdekatan dengan sapi Bali

Frinsip Pernbuatan Kandang :

1. Konstruksi kuat dan tairan lama.


2. Biayamurah.
3. Mernirdahkan perneliharaan.

6E I h.'leteri Iliklai ilra AseErylen ilasiiitator'?'err:':al< ilrganik


Syarat Kandang

Setiap jenis ternak mempunyai kebiasaan lingkungan yang


berbeda bahkan diantara ternak-ternak itu sendiri, antara lain
misalnya karena adanya perbedaan umul, jenis kelamin, bobot badan,
dan status fisiologis. Beberapa persyaratan yang harus dimiliki oleh
kandang unggas adalah sebagai berikut:
'1,.
Itlentpurtyni Pertukm'nn Udara Baik
2. Sulru dan Kelentbaban Ruangan Sesuai Bagi Ternak
3. Cukup Mendnpat Cahaya ltt[cttahari
4. Mentpunyai lJkw'an Sesuni dengan Kebutuhan Ternak
5. Mentpunyai B entuk Sederlmnrt
6. Kuat/kokolt
7. Biaya Pentbuatan Murah
B. Bebas Hann dan Penyakit
9. Iv4udah Disanitasi dan Dihnpus-hanm

1.1. Lokasi Kandang


1. lauh dsri Perunmhan KarYawan
2. larak Antar Kandang CukuP lauh
3. Cukup larlh dari Bangunan Lain Selain Kmtdnng
4. Tidak Dilalui lalatt Utttuttt
5. lnuh dari Tentpat Keramaian
5. Tidnk Dilalui Snluran Linrbah dari Tentpat Lain
7. Mudah Mendapatkan Air Bersih
B. Mudah Llntuk Penusangan Instalasi Listrik
9 . Mu dah lln tuk P entbuan gan/p en ampurt 4an Linth ah

1.0. Cukup Sinar lt4at aluri


11.Tidnk di Daerah Depresi Teknnan Udara

ld;rteri Diklat Pra Asesr:'itn Fasilitat*r'Ierr-'ak *rganik | 69


70 | L4a t.eri lliklaf Pra .;-Lgesr*en Ta*ilitalct Terrtak *rg;anik
13. MENYUSUN FORMULA RANSUM

Kompetensi Dasar: -

setelah selesai berlatih peserta mampu menentukan bahan baku


ransuln dan menentukan formula ransuln.

Indikator Kompetensi:

Setelah bertatih peserta kompeten dalam menentukan bahan baku


ransurn dan menentukan formula ransum/ meliputi :
1,. Mengidentifikasi jenis bahan baku ransum berdasarkan
kandungan.
2. Menghitung kebutuhan nutrisi sesuai jenis ternak.
3. Menjelaskan jenis bahan baku ransum organik yang tersedia
secara lokal dipilih.
4. Menjelaskan komposisi formula ransum sesuai dengan
kebutuhanternak.
5. Menghitung komposisi bahan baku ransum berdasarkan
kandungan nutrisi yang dibutuhkan.
6. Menetapkan formula rEu:ISum berdasarkan jenis ternak

Langkah Kerja:
1. Menghitung kebutuhan nutrisi sesuai dengan jenis ternak
2. Memilih bahan bahan baku ransum organik yang tersedia secala
lokal
3. Menghitung komposisi bahan baku ransum berdasarkan
kandungan nutrisi yang dibutuhkan
4. Menetapkan formula ransum berdasarkan jenis ternak

Teori Fungsional
Setiap temak yang dipelihara secara irttensif, harus diberi
pakan (ransum) untuk memenuhi semua kebutuhan zat gizinya
khrtrrtryu untuk keperluan pertumbuhan, hidup pokok {maintenance),

fulateri Tliklati?ra Asesrrter- Fasilital*r ?err"l*k {}ry,;tt:',3< | 71,


reproduksi dan produksi yang optimal. Ransum menempati posisi
penting pada usaha peternakan organik.
Dari suclut pandang ekonomi, biava untuk pembelian ransurn
ternak merupakan biaya tertinggi dalam usaha peternakan organik,
sehir-rgga bitrya tersebut harus ditekan serenclah mungkin untuk
memaksirrralkan pendapatan. Sebagai contoh, biaya ransum pada
usaha peternakan ayam ras petelur bisa mencapai B0% dari biaya iidak
tetap, pada a),am broiler 73%, pada itik pedaging 53%, pada itik petelur
6L,6%. Oleh karerra itu, pemberian makanan yang murah tetapi dapat
menrenuhi kebutuhan zat gizi ternak sangat perlu untuk menunjang
keberhasilan usaha peternakan. salah satu cara untuk ini adalall
dengan memanfaatkan bahan pakan lokal dan membuat formulasi
sesuai dengan kebutuhan gizi ternak.
Ransum harus dapat mernerruhi kebutuhan zat nutrien vang
diperlukan ternak untuk berbagai fungsi tubulmya, pacla umumnya
ransnirl untuk ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan dan pakan
konsentrat. Paka. pokok (basai) dapat berupa rumpu! legum, perdu,
pohon - pohonan serta tanaman sisa panen, seclangkan pakan
konsenlrat antara iain berupa biji-bijian, bungkil, bekatur dan tepung
ikan
Hal-hal vang harus dipertirnbangkan dalam penyediaan
ransum pakan ternak organik : (1) kebutuhan ternak mamalia rnuda
untuk rnendapatkan sus'1l alarni dari induknya, (2) proporsi bahan
kering dalam rarrsum pakan harian ternak runrinansia harus
mengandung tanaman segar atau kering atau silase, (3) her,van
berlambung ganda tidak harus diberi makan silase secara eksklusif, (4)
dibutuhkan serealia dalam masa pengernukan unggas, dan (5)
dibutuhkan tanaman segar atau kering clalarn ,o.rrt,r, harian
rurninansia.
Untuk membuat ransurl yang baik diperlukan beberapa
pengetal"ruan sepelti: bahan pakan (kandungan gizi, ad.anva faktor
pembatas atau anti nuhisi, faktor-faktor yang mempengarul-ri kualitas
bahan, dan lainnya), kebutuh an gizi iurr-,ik sesuai "du.gur-, ulrrur
fisiologis atau tingkat produksi, teknik menghitung (clarr komputasi)
serta teknik yang berhubungan dengan pencampuran dan
penrbentukau pakan.
Menyusun ransum pada hakekatnya sama dengan rnencanpur
bahan-bahan pakan }'ang climiliki dengan perbar-rdingln tertentu agar
campuran tersebut clapat memenuhi cara vang dapat ditempuh untuk
mencapai ini. semakin banyak jurnlah bahan yang akan cligunakan

721 lu{a ieri l}ikia| l'ra A*esmen Fasi}itat*r'}'ernair L}rga nik


dan kandungan gszi yang harus dipertimbangkan, maka semakin
rumit pula cara untuk penyusunan ransum.
Ada beberapa metode penyusunan ransum yaitu (1) Metode
kombinasi dua bahan atau campuran bahan pakarg (2) Menggunakan
tabel penyusunan rernsurn, (3) Penyusunan ransum dengan metode
coba-coba menggunakan program WUFDA" dan (4) Metode program
linier.

Contoh Formulasi Ransum


a. Menyusun Formula ransum sapi potong
Langkah-langkah menyusun ransuln (formulasi ransum) ternak
organik ruminansia besar (sapi potong) bobot badan 300kg
. kenaikan berat badan 500 gram/ hari dengan bahan pakan jerami
padi, bungkil kelapa dan dedak halus :

Langkah 1. Mengidentifikasi kebutuhan zat nutrien ternak

Berdasarkan Tabel diperoleh bahwa kebutuhan nutrisi sapi bobot


300 kg dengan pertambahanan berat badan per hari (PBBH) 500
gram (0,5 kg) adalah sebagai berikut:

BB PBBH BK TDN PK Ca P
(kg) (kg) (kg) (kg) (gru*) (gru*) (gu*)
300 0,5 7,1 3,8 423 14 1,4

Langkah 2 . Mengidentifikasi komposisi zat nutrien jerami padi,


bungkil kelapa, dan bekatul. Berdasarkan Tabel diperoleh
informasi bahwa kandungan nutrien jerami padi, dedak halus,
dan bungkil kelapa adalah sebagai berikut :

Bahan Pakan BK TDN PK Ca P


(kg) (kg) (gru*) (gu*) (gu*)
Jerami 60 2,4 59 4,21_ 0,08

Dedakhalus 86 6,3 60,5 0,70 1,5

Bungkil B6 19,9 78,3 0,30 0,6


kelapa

ltateri L)iklat t:'ra Asesrxen Fasiliiatcr l'ein*k Org;lnik | 73


Langkah 3. Menghitung konsumsi bahan kering jerami padi
Konsumsi bahan kering jerami padi =1,23% X 300=3,99 kg = 4 kg.
Kemudian dihitung zat- zatmakanan yang dapat disediakan oreh
4 kg BK jerami padi dan dibandingkan dengan kebutuhan.

Uraian BK TDN PK Ca P
(kg) (ks) (gram) (gram) (g.o*)
Kebutuhan 7,1 3,8 423 1,4 14
Nutrien

Tersedia clad 4 )L 96 8 J
jerami
1_,4 327 6 11
Kekurangan 3,1

Kekurangan bahan kering (BK) sebesar 3 kg dan protein kasar


(PK) sebesar 327 gran tersebu! harus dipenuhi oleh campuran
dedak halus dan bungkil kelapa yang rner-rgandung pK
sebesar:(327/3000) X 100% = 1A,9%.

Langkah 4. Ir.{engiritung proporsi dedak halus dan bungkil kelapa


dengan menggunakan metode bujur sangkar irearson, sebagai
berikut:
PK (%) Bagian Persentase

Dedak Halus 6,3 9,0


66,18

\,r'
10,9

Bungkil Kelapa 19,9 4,6


33,92

Jumlah 13,6 100,00

Jadi :
Jumlah dedak = (66,1,8%) X 3,1 kg = 2,06kg
Jumlah bungkil kelapa = (33,82%) X 3,1 kg = 1,05 kg
74 | lvrf a1.*ri Dikl. t llra Asegl*€;: Fasiiitat*r T'e*"tak L?rge*tk
Langkah 5. Menghitungzat- zat makanan yang dapat disediakan
oleh dedak, bungkil kelapa dan jerami padi. Kemudian hasil
perhitungan dimasukan dalam tabel dan dibandingkan dengan
kebutuhan zat nutrien.

BahanPakan BK TDN PK Ca P
(ks) (kg) (sIam) (sram) (sra*)
4 2,4 96 8 J
Jerami
'1.,25 130 31
Dedak halus 2,06 1.4

Bungkil 1,05 0,82 209 J 7


kelapa
7,L1 4,47 435 25 4L
]umlah
Kebutuhan 711 318 423 L4 L4

Hasil langkah 5 menunjukkan bahwa ransum telah seimbang


dalam hal protein dan energi. Perbandingan Ca : P yang ideal
adalah 1 : 1. Untuk mencapai perbandingan tersebut, maka di
dalam ransurn harus ditambahkan kalsium karbonat (CaCO3)'
Sumber CaCO3 yang mudah didapat adalah dolomit atau kapur'
CaCO3 mengandug Ca 36o1,. Untuk mencapai keseimbangan
tersebut, maka di dalam rersum harus ditambahkan kapur
sebanyak : (41, - 25)/ 0,36 = 44,44 gram.

Langkah 6. Menghitung formulasi ransum

Menghitung formulasi ransum dalam bentuk segar adalah sebagai


berikut:
- Jerami padi = (100/6qx4kg = 6,67k9

- Dedak halus = (100/86) x2,06 = 2,44k9

- Bungkil kelapa = (100/86) x 1,05 = 1-,22k9

Alat dan bahan:


ATK, data jenis-jenis bahan baku ransum, alat hitung

Keamanan Kerja:
1,. Kenyamanan menghitung kebutuhan nutrisi sesuai dengan jenis
ternak, memilih bahan bahan baku ransum organik yang tersedia
secara lokai, menghitung komposisi bahan baku ransum
L4attr:i lliklat Pra Asesrn*n Fasiiitat*r Terrtak {}tganlk | 75
berdasarkan kandungan nutrisi yang dibutuhkan, clan
menetapkan forrnula ransurr berdasarkan jenis ternak
2. Keselamatan menggunakan sarana dan prasarana unluk
menghitung kebu tul-ran nutdsi sesuai dengan jenis ternak, rnemil ih
bahan bahan baku ransum organik yang tersedia secara lokal,
menghitung komposisi bahan baku ranslrm berdasarkan
kandungan nutrisi yang dibutul-rkary dan menetapkan formula
ransum berdasarkan jenis ternak
3. Keama'an mengiritung kebutuhan nutrisi sesuai ciengan jer-ris
ternak, memilih bahan bahan baku ransum organik yang terseclia
secara 1okal, menghitung kon-rposisi bahar-r baku ransuln
berdasarkan kandungan nutrisi yang dibutuhkan, darr
menetapkan formula ransum berdasarkan jenis ternak

76 | \tai*ri }}iklat ilra Asesrr:en |asiliiat*r T'err.:ak *rganik


L4. MENYUSUN RENCANA PENGENDALIAN
PENYAKIT TERNAK

Kompetensi Setelah selesai berlatih peserta mamPu:


Dasar mengidentifikasi penyakit dan menetapkan
program pengendalian PenYakit.

Indikator Setelah berlatih peserta kopeten dalam hal


Kopetensi Mengidentilikasi penyakit dan menetapkan
program pengendalian penyakit men-
cangkup:

1. Jenis penyakit sesuai jenis ternaknya dijelaskan dengan


benar.
2. Gejala penyakit ternak dijelaskan dengan tepat'
3. Ternak sakit diidentifikasi dengan benar.
4. Cara pencegahan penyakit dijelaskan dengan benar'
5. Jenis obat yang akan digunakan ditetapkan berdasarkan
standar.
6. Rancangan Program pengendalian penyakit ditetapkan

Teori Fungsional

l. Penyakit Pada Ruminansia Besar


Penyakit pada ternak dapat menimbulkan kerugian ekonomi
yarrg cukup besar bagi petemak khususnya danmasyarakat luas
padi u*om"ya. Karena banyak penyakit ternak yang tidak hanya
m"nye.ang ternak tetapi juga dapat menular kepada manusia
disebut penyaklt"ZOONOSIS" . Kesehatan temak adalah suatu
keadaan atau kondisi dimana tubuh hewan dengan seluruh sel
yang menyusun dan cairan tubuh yang dikandungnya
secara fisiologis berfungsi normal. Salah satu bagian yarrg
paling penting dalam Penanganan kesehatan ternak
adalahmelakukan pengamatan terhadap ternak ytrrg sakit
melalui pemeriksaan temak yang didrga sakit. Pemeriksaan
ternak yang diduga sakit adalah suatu proses untuk
fu?ateri Dlkl;rt Fra Asessnea Fasilital*r Ter:nak {}rgatx}< | 77
rnenentukan dan mengamati perubahan yang terjadi pada ternak
melalui tanda-tanda atau gejala-gejala ytrtg nampak
sehingga dapat diambil suatu kesimpulan dan suatu penyakit
dapat diketahui penyebabnya. Gangguan kesehatan pada ternak
terjadi karena adanya infeksi agen penyakit oleh bakteri/ kuman,
virus, parasit atau disebabkan oleh gangguan metabolisme. Oleh
karena itu, bekal pengetahuan tentang pentingnya mengenal
beberapa jenis penyakit ternak yang seringterjadi di lapangan dan
sekaligus upaya penanggulangannya perlu diketahui oleh
petugas lapanganf penyuluh dan peternak di
pedesaan.Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan
memperhatikan perkandangan yang baik misalnya ventilasi
kandang, lantai kandang juga kontak dengan temak lain yang
sakit dan orang yang sakit. Sanitasi merupakan usaha pencegahan
penyakit dengan ca(a menghilangkan atau mengatur faktor-faktor
lingkungan yang berkaitan dengan perpindahan dari penyakit
tersebut.

Beberapa jenis penyakit ,yang sering men\/erang ternak


l:uminansia:

1) Antht'ax atau Radang Limpa, disel:abkan olehBocilhLs


nntlrnxis. Tanda-tanda penvakit ini antara lain : demam
rrang tingsi, sulit bernatas dan defekasi (Lruang kotoran),
kehilangan nafsu makan, pembengkakan di bawah kulit
leher, dada, perut, clan rusuk , keluar darah dari mulut,
hidung, dan dubur. Penvakit ini sangat berbahaya dan
mudah menular kepada manusia vang dapat menirnbulkan
kematian mendadak. Spolanl.a tahan sampai 50 tahun di
dalarn tanah dan ser:ing digunakan sebagai bairan
pembuatan senjata biologis.

2) Penyakit PinkEqe.
Pink Eye nrerupakan penyakit mata akut )/ang rnenuiar pada
sapi, domba maupun kambing, biasanva bersifat epizootik
dan ditandai dengan memerahnl,s conjunctiva dan
kekenrhan mata. h{ikrorganisrne penyebab ditularkan lervat
kontak antara ternak peka dengan ternak penderita atau oleh
serangga l,ang bisa menrindairkan mikroorganisrne atau bisa
juga ler.t,at iritasi debu atau surnber-surnber lain yang dapat
menvebabkan goresan atau luka mata.
78 | .hfaleri Diklel Fia ,{sesl:men Fasi}itafi:r T'ei:na}< f,}rganik
3) Mastitis, disebabkan olehstreptococcuscoccidanStaplty-
lococcus cocci. Txrda-tanda penyakit ini adalah ambing
bengkak dan terasa panas bila diraba, air susu yang
dihasilkan encer atau menggumpal dan kadang-kadang
bercampur darah atau nanah, bulu kusam dan kasar, nafsu
makan *".,rtrrr, produksi turun bahkan dapat berhenti
sama sekali.

4)
' Cacingan, disebabkan oleh serangan cacing, diantaranya
cacing hati (Faciola hepatica), cacing pita (Taenia
saginataatatTaenia solium),Haemonchus mntortusyang
binyak menyerang domba. Tanda-tanda penyakit cacingan
antara lain: nafsu makan menuflrn/ perut buncit, lematu
pucat pada selaput lendir mata, dan mencret'

5) Bloat atauTympani atauKembung Perut, disebabkan oleh


penimbunan gas yang berlebihan di dalam rumen' Tanda-
ianda penyakit ini adalah : Perut di sebelah kiri membesar
(gembung), pinggang sedikit membungkuk, nafas pendek-
pendek dan cepat. Bila tidak cepat ditangani dan
berlangsung terus dapat menyebabkan kematian'

6) Septichaemia epizootica (SE) atas Ngorok, disebabkan


oleln P asteurella multocida.T anda-tanda penyakit ini antara
lain : bengkak di bawah rahang dan di daerah tenggorokan,
lidah bengkak dan menjulur ke luar, mulut menganga dan
berbusa sulit bernafas, dan yang paling khas adalah suara
ngorok yang jelas terdengar.

n Penyakit Mulut dan Kuku (PMK), disebabkan oleh virus'


Tanda-tanda penyakit ini antara lain : Demam yang tinggt,
kehilangan nafsu makan, terlihat pelepuhan pada gusi dan
selaput lendir, salivasi tingg (banyak mengeluarkan air
liur), terdapat luka di antara kuku sehingga ternak,sefng
terlihat pincang bahkan tidak dapat berjalan sama sekali'

8) Brucellosis, disebabkan oleh Brucella suis. Tanda-tanda


penyakit ini antara lain terjadi keguguran Pada
pertengahan kebuntingan, anak yang lahir biasanya mati
atau lahir sangat Iemah dan tidak berkembang normal,
ambing dan alatkelamin
\4aleri Di{<i':t l}ra As{ltra€ln ilasilitatcr Tetniak Crganik | 79
kadang nafsu makan ulenurun dan demam ringan namun
lebih sering tidak rnenunjukkan gejala-gejala tersebut.

9) Scabies atau Kudis, disebabkan oleh kutu atau tungau dan


kebersiiran ternak yang kurang terpelihara. Tanda-tanda
penyakit scabies adalah : nafsu makan turun, ternak
nrerasakan gatal-gatal mulai dari bagian kepala, bibir, dan
bagian-bagian tubuh yang lain. Ternak 1,ang terserang
sering menggosok-gosokan badannya pada tiang atau
dinding kandang. Pada daerah vang gatal muncul bercak-
bercak rnerah, timbul bisul, akhirny,a kulit mer-rebal,
bersisik, bulu rontok dan timbul keropeng-keropeng.

i0) B EF (B oain e epiz o oric feo er, D emarn Tiga Hari)


BEF l'ranva menyerang sapi dan kerbau dan tidak dapat
menulari dan rneirimbulkan penyakit pada hewan Iain. Sapi/
kerbau yang terserang penl,akit ini akan sembuh ken-rbali
beberapa hari kemuclian (2 - 3 hari). Angka kematian sangat
kecil sekali tidak sarnpail, % tetapi angka kesakitan tinggi.
Dari segi produksi dair tenaga kerja cukup berarti karena
hewan yag sedang berlaktasi tulun produksi sususnya dan
hervan pekerja tidak mampu bekerja selama 3 -5 hari. Demam
Tiga Hari disebarkan oleh Cullicoides sp. (serangga penghisap
daralr) dan nyamuk. Cullicoidesyang terinfeksi dapat
menyebarkan penyakit mencapai jarak 2.000 Krn. Ada
clugaan penvebaran dapat pula terjadi melalui angin.

2. Penyakit Pada Rurninansia Kecil


1) Penyakit Bruceliosis (Keluron Menular)
Brucellosis adalah peny;rkit ternak menular yang secara
primer menyerang sapi, karnbing, babi dan sekunder berbagai
jenis ternak lainnya serta manusia. Pada sapi penyakit il1i
dikenal sebagai penyakit Kluron atau penlzakit Bang.

Pada karnbing, bmcellosis hanya memperlihatkan


gejaia )rang salnar-samar. Karnbing kaciang-kadang
mengalami kegugurarr dalam 4 - 6 minggu terakhir dari
kebuntingan. Kambing jantan clapat memperlihatkan
kebengkakan pada persendian atau testes.

80 | &.'laie:ri Tli\;jat ?r;z A**i;lt"ler": F;rsilitalor 'Terr,al* *reenik


Pada sapi gejala penyakit brucellosis yang dapat
diamati adalah keguguran, biasanya terjadi pada kebuntingan
5 - 8 bularu kadang diikuti dengan kemajiran, Cairan janin
berwarna keruh pada waktu terjadi keguguran, kelenjar air
susu tidak menunjukkan gejala-gejala klinik, walaupun di
dalam air susu terdapat bakteri Brucella, tetapi hal ini
merupakan sumber penularan terhadap manusia. Pada ternak
jantan terjadi kebengkakan pada testes dan persendian lutut'

Selain gejala utama berupa abortus dengan atau


tanpa retensio secundinae(tertahannya plasenta), pada -sapi
betina dapat mempperlihatkan gejala umurn berupa lesu,
napsu *ikrtt menurun dan kurus. Disamping itu terdapat
pengeluaran cairan bernanah dari vagina.

Seekor sapi betina setelah keguguran tersebut masih


mungkin bunting kembaii, tetapi tingkat kelahirannya akan
rendah dan tidak teratur. Kadang-kadang fetus yang
dikandung dapat mencapai tingkatan atau bentuk y*g
semptuna tetapi pedet tersebut biasanya labir mati dan
plaslntanya tetip tertahan (tidak keluar) serta disertai keadaan
metritis (peradangan uterus).

Pengobatan:

Belum ada pengobatan yang efektif terhadap brucellosis'

2l Radang Ambing ( Mastitis)


Mastitis adalah istilah yang digunakan untuk radang
yang terjadi pada ambing, baik bersifat akut, subakut ataupun
kronis.

3) PenyakitPinkEye.
PinkEye rnerupakan penyakit mata akut yang menular
pada sapi, domba maupun kambing, biasanya bersi{at
Lpizootik dan ditandai dengan memerahnya conjunctiva dan
kekeruhan mata.

4l Bloat (Kembung Perutfimpani Ruminal)


Kembung sering dijumpai pada ruminansia, baik pada
sapi, kambing maupun domba. Pada dasarnya kembung

Materi *iklat Pra Aseslxe* Fasllital.t>r Terr, ak Crganik | 81


disebabkan karena ketidakmampuan ternak rnenghilangkan
gas yang dihasilkan oleh rumen.

Kembung bisa disebabkan oleh sejenis tanaman untuk


pakan ternak. Tanaman yang sering n-renyebabkan kembung
adalah lcgtunittosn (kacang-kacangan), seperti kacang
tarralr, Centroconn danalftfn. Tanaman yang rnasih berumur
muda dair biji-bijian yarlg diberikan daiam bentuk halus juga
bisa rnenimbulkan kembung.

Gejala Klinis

Ternak sebentar-sebentar berbaring dan kemudian


berdiri, tampak sempoyongan dan berjalan ke sana kemari
tanpa tujuan, kelihatan bingung. Terlihat sulit bernapas, sisi
tubuh sebelah kiri rnenggembung/menonjol ke atas dan ke
luar, serta bersuara drum apabila ditepuk. Gerakan rumen
biasanya tetap berlangsung sampai bagian dalarn dari mulut
dan daerah sekitar mata berubah menjadi kebiruan. perubahan
ini menunjukkan adanlra kekurangan oksigen dan mendekati
kematian.

Pengobatan

Pengobatan secara cepat sangat diperlukan. paksa


ternak untuk berdiri, posisikan kaki depan lebih tinggi
dar:ipada kal<i belakane. I\4uiut dibuka, sepotong kqvu
dirnasukkan melintang dan pada kedua ujungnl,a diikiatkan
tali. Kemudian tali tersebut diikatkan ke belakang tanciuk agar
tidak lepas. Metode ini sering dikenal dengan sebutan broont
sficlt tlrcrnpy. Tindakan ini merangsangpengeluaran air liur dan
membantu mengurangi kembung perut. Selanjutnva
peinberian obat atau bal-ran lain bisa diiakukan. Minyak
goreng/ rninyak kayu putih atau minyrak atsiri yar-ig ciicarnpur
air l-rangat bisa diberikan. Obat-obatan kimia dengan merek
dagang"" tyrnpascl"" untuk kembur-rg berat bisa cliberikan
secara per oral. Tl,mpasol berisi zat-zat aktit antara lain : 4 -
chloro - rn - cresol, 4 - chloro - m- xylenon, formalclehid
Tilyma1, Timol, Dimethyl polr.siloksar-r. Obut lain clengan
merek dagang "Antibloat" berisi dimethicone bisa juga dipakai

82 | &4aieri -*iklai Pra A*esltren irasi.?itator'i'en"lal< Cr{T;tnik


secara per oral. Obat dengan merek dagang "Castor Oil" yang
berisi minyak castor digunakan untuk kembung ringan'

Pencegahan

Langkah yang paling bijaksana adalah dengan jalan


mewaspadai ternak terkena kembung melalui pengawasan
gejala-gejala kembung dan menejemen pemeliharaan yang
lebihbaik.

5) Penyakit Parasit Cacing pada Ruminansia


Penurunan produktivitas ternak sebagai tenaga kerja
pada ternak potong dan kerja, penuman produksi susu pada
ternak perah dan bahaya penularan pada manusia'

6) Fasciolosis
Merupakan penyakit yang disebabkan oleh
cacing Fasciol.a sp.Pada umumnya yang banyak ditemukan di
Indonesia adalah F asciola gigantica.

Fasciola sp,hidup di dalam hati dan saluran empedu'


Cacing ini memakan jaringan hati dan darah.

Ternak yang rentan terhadap Fasciolosis adalah sapi,


kerbau, kambing dan ruminansia lain. Ternak berumur muda
lebih rentan daripada ternak dewasa.

Gejala Klinis

Pada Sapi penderita akan mengalami gangguan


pencernaan berupa konstipasi atau sulit defekasi dengan tinja
yangkering. Pada keadaan infeksi yang berat sering kali terjadi
mencret, ternak terhambat pertumbuhannya dan terjadi
penurunan produktivitas.

Pada Domba dan kambing, infeksi bersifat akut,


menyebabkan kematian mendadak dengan darah keluardari
hidung dan anus seperti pada penyakit anthrax. Pada infeksi
yang tersifat kronis, geiala yang terlihat antara lain ternak
malis, tidak gesi! napsu makan menurun, selaput lendir pucat,
terjadi busung (edema) di antara rahang bawah yang disebut

Mai*ri Tliklat ilra Asesnten lr-asiiitatcr Terr:ak *rgani?< | 83


"bottle jazr/', l1u1u kering dan rontok, perut membesar dan
terasa sakit serta ternak kurus dan lemah.

Pada kasus akut akan ditemukan pembendungan clan


penibengkakan pada hati, terdapat ptechie pada pennukaan
maupun sayatan hati, kantong empedu dan usus mengandung
darah.
Pada kasus kronis, terlihat saluran empedu menebal
dindingnya, mengandung parasit dan seringkali batu,
disan-rping itu diternukan pula anemia, kekurusan dan hati
mengeras (sirosis irati).

Diagnosis

Diagnosis didasarkan pada gejala klinis, identifikasi


telur cacinp; di bawah mikroskop dan pemeriksaan pasma mati
dari ternak yang mati.

Pencegahan

Tindakan pencegahan 1,arrg bisa diiakukan, antara lain


rnernberantas siput secara biologik, misainya dengan
perneliharaan itik / bebek, ternak jangar-r digembalakan di
dekat selokan (genangan air) dan rumput jangan diarnbil dari
daerah sekitar selokan.

Fengobatan

Pengobatarr secara efektif dapat dilakukan dengan


pemberian per oral Valbazen yang mengandung allrenclazole,
dosis pemberian sebesar 10 - 20 mg/kg berat badan, nalnur-r
per:lu perhatian bahlr.a obat ini ciilarang digunakan pada1- /Z
pertama kebuntingan, karena rnenyebabkan abortus.
Fenbendazole 10 urg/kg ber.at badanatau lebih aman pada
ternak bunting. Pengol:ratan dengan Dor.enix yarrg berisi zat
aktif N,Titloxinil dirasakan cukup efektif jug a untuk trematoda.
Dosis pemberian Dovenir adaiah 0,4 m|/kg berat baclan dan
diberikan secara subkutan.Pengobatan dilakukan tiga kali
setahun.

Ml t:.,:i::.',,::i
Diklat Pra A*eorxen l'asilitafor T'ernak Organik
7\ Nematodosis
Nematodosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
cacing Nematoda atau cacing Alig. Di dalam saluran
p".rcu1t'ruut't (gastro intestinalis), cacing ini menghisap sari
makanan yang dibutuhkan oleh induk semang, menghisap
darahf ca:r:an t"U"tl atau bahkan memakan jaringan tubuh'
Sejqrnlah besar cacing Nematoda dalam usus bisa
menyebabkan sumbatafl (obstruksi) usus serta menimbulkan'
berbagai macam reaksi tubuh sebagai akibat toksin yang
dihasilkan.

1) Penyakit Newcastle Disease (ND)


Penyakit Newcastle desease atau yang dikenal d9"gT
penyakit ND. Penyakit ND disebabkan oleh virus dari famili
Paramyxoviridae dengan genus Pneumovirus atau
Paramyxovirus, dimana virus ini dapat menghemaglutinasi
darah.
a. Gejala Penyakit ND
Gejala Klinis Gejala penyakit ini dapat diamati melalui :

bernafas, megaP-megaP dan ngorok.

terseret), jalan mundur (sempoyongan) serta kepala dan


leher terpuntir (torticoles) yang merupakan gejala khas
penyakit ini.

jaringan sekitar mata dan leher bengkak, pada ultl


petelur produksinya berhenti, kalau sudah sembuh
kualitas telurnya jelek, warna abnormal, bentuk dan
permukaannya abnormal dan putih telurnya encer' Hal
ini disebabkan oleh karena organ reproduksinya tidak
dapat normal kembali. Umumnya kematian anak ayam
dan ayam muda lebih tinggi dibandingkan ayam tua'

b. PenyebaranPenyakit
Penyebaran penyakit ND biasanya melalui kontak langsung
dengan ayam yang sakit dan kotorannya, melalui ransum/
air minum, kandang, tempat ransum/minum, peralatan
lainnya yang tercemar oleh kuman penyakit melalui
pengunjung, serangga, burung liar dan angin/udara (dapat
mencapai radius 5 km).
klateri Tltklat ilra Asesmen Fasilitatol ?ernak tlrg;rnik | 85
Virus ND ditemukan dalam jumlah tinggr selama masa
inkubasi sampai masa kesembuhan. Virus ini terdapat pada
udara yang keluar dari pernafasan ayam/ kotoran, telur-
telur yang diproduksi selama gejala klinis dan dalam karkas
selama infeksi akut sampai kematian.

c. Penanggulangan Penvakit ND
Penanggulangan penyakit ND hanya dapat dilakukan
dengan dengan tindakan pencegahan (preventif) melalui
program vaksinasi 1,a1g baik.

2) PenyakitCoccidiosis
Pe,vakit Coccidiosis disebabkan oleg protozoa, de*ga, antla-
tanda:
a. Kotoran bercampur darah.
b. nafsu makan turun.
c. ayam lesu.
d. avam menyendiri dan bulu kusut.
Untuk pencegahannya, yaitu : pisahkan a),arn yang
terserang/ terkena penyakit coccirliosis clari kelo.-rpoknyi dan
sarritasi kanclang. Sedanekan pengobatamva, yaitu : berikan
obat - obat sulfa ( Trisuifa) yang dicampur.kan dalam
minuman.

3) Penyakit Pullorum
Pe,yebab 1:enyakit Pulorum adalal-r salmonella dengan gejala-
gejala sebagai berikut:
a. Ayam kelihatan mengantuk dan berger:ornbol pada
suatu tempat.
b. Kotoran berlt arna putih/berkapur.
c. Bulu pantat/anus kotor.
d. Nafsu inakan dan procluksi rnenurun.
Untuk pencegahannl.a, yaitu : ayam yang -dan
sakit/terserang dipisahkan dari kelompoknya
sanitasi kandar-rg. Sedangkan pengobatanrrva, rraitu :
berikan obat sulfa/trisulfa dalarn rninuman secara
berkaia.

4) Penyakit Cacing A1.am


Penyakit Cacingan 1.ang sel1119 menyerang a\/am secara umurn
terdiri dari 2 jenis vaitu gilig atau nematoda (Ascaridia
86 I &'laieri lliklat Pra Aseseren Fasilitatr:r Te*-rel< Org;anik
sp., Heterakis gallinarum, Syrrgamus trachea, Oxyspirura
mansoni) dan cacing pita atau cestoda (Raillietina sp.,
Davainea sp.). Serangan cacing pada ayarn, biasanya terjadi
pada saat musim hujan, sekitar bulan oktober sampai maret.
Penelitian menunjukkan serangan cacing pada ayam muda
calon petelur atau pulle! kasus cacingan didominasi oleh
cacing gilig (Ascaridia galli). Sedangkan sepanjang masa
produksi (umur 18 minggu ke atas) umurmya didominasi oleh
cacing gilig (Ascaridia galli) dan cacing pita (Raillietina sp.).

5) Gejala Ayam Cacingan


Ayam yang terserang cacing akan menunjukkan gejala-gejala
sebagai berikut:
a. Pertumbuhan terhambat
b. Konversi pakan tidak baik.
c. Produksi telur menurun
d. Ayam Nampak Lesu, Badan Kurus
e. Ayam Diare
Mengatasi Penyakit Cacingan
Pencegahan dapat dilakukan dengan melakukan sanitasi
kandang dengan baik dan pemisahan ayam berdasarkan urnur.
Bersihkan kandang sebersih mungkin jika kandang akan digunakan
untuk populasi ayam yang baru.
Obat yang digunakan adalah preparat piperazine yang hanya
dapat memutus rantai penularan dengan membunuh cacing dewasa.
Preparat yang biasa kami gunakan dan kami berikan tiap 4 minggu
adalah Piperavaks produksi dari Vaksindo. Pemberian obat ini cukup
dicampurkan pada air minum.

ltiate* Diklal Pra Ases*ren Fasilitator T*::nak tlrgar,*. | 87


88 | h{aLeri Diklat?ra AEr,:sruei: i;asilj?;:torTer*ak *rg;r*ik
15. MENYIAPKAN BIBIT TERNAK

Kompetensi Dasar Setelah selesai berlatih peserta mampu-


Menentukan sumber dan asal bibit ternak,
Menetapkan bibit ternak.

Indikator Kompetensi : setelah berlatih peserta kompeten dalam


Menentukan sumber dan asal bibit ternak,
Menetapkan bibit ternak mencakuP

L. Sumber bibit diidentifikasi berdasarkan dokumen'


2. Asal bibit ditelusuri berdasarkan hasil identifikasi
3. Kriteria bibit dijelaskan sesuai standar.
4. Bibit dipilih sesuai kriteria

Langkah Kerja :

1,. Menelusuri asal bibit berdasarkan hasil identifikasi


2. Memilih bibit sesuai kriteria

Teori Fungsional :

Kriteria bibit ternak untuk usaha peternakan organik

1". Pemilihan bangsa, galur dan metode pembibitan harus


konsisten dengan prinsip-prinsi pertanian organik, terutama
yang menyangkut :
. Adaptasinya terhadap kondisi lokal
o Vitalitas dan ketahanannya terhadap penyakit
. Bebas dari penyakit tertentu atau masalah kesehatan pada
bangsa dan galur tertentu
2. Temak berasal dari budaya organik
Secara teknis memiliki berat lahir di atas rafa-tata, sehat, dan
konformasi tubuh ideal sesui dengan tujuan pembibitan
Mengidentifikasi sumber bibit berdasarkan dokumen ([S)
adalah Cara mengetahui sumber bilblt/ asal usul ternak
Mat*ri ilikl*t Pra A;*srx*n Fasiiitatcr Ter**k {srg**i'x | 89
berdasarkan rekording ternak yang bersangkutan langkah-
langkah mengidentifikasi sumber bibit berdasarkan dokumen
(TMS adalah:

1. Menelaah dokumen rekording ternak


2. Menetapkan tetua-tetua ternak (silsilah ternak)
3. Menyimpulkan asal usul ternak

90 | &'!ateri tliklaf l]ra ,4.q#siner"r ?-asilitatsr'Fer:rak Crganik


16. MENGELOLA PERKANDANGAN

Kompetensi Dasar:

Setelah selesai berlatih peserta mampu merawat kandang dan


merawat lingkungan di sekitar kandang

' Indikator Kompetensi:

Setelah berlatih peserta kompeten dalam merawat kandang dan


merawat lingkungan di sekitar kandang, meliputi :
1. Menyiapkan peralatan perawatan kandang sesuai kebutuhan.
2. Mendeskripsikan tata cara perawatan kandang dengan benar.
3. Melakukan perawatan kandang dengan benar.
4. Menyiapkan peralatan perawatan lingkungan di sekitar
kandang sesuai kebutuhan.
5. Mendeskripsikan tata cara perawatan lingkungan di sekitar
kandang dengan benar.
6. Melakukan perawatan lingkungan di sekitar kandang dengan
benar.

Langkah Keria:
1,. Menyiapkan peralatan perawatan kandang
2. Melakukan perawatan kandang
3. Menyiapkan peralatan lingkungan sekitar kandang
4. Melakukan perawatan lingkungan sekitar kandang

Teori Fungsional

a. FungsidanPersyaratanKandang
Tatalaksana perkandangan merupakan salah satu faktor
produksi yang perlu mendapat perhatian dalam usaha peternakan
organik. Kontruksi kandang yang belum sesuai dengan persyaratan
teknis dapat mengganggu produktivitas ternak, kurang efisien dalam
penggunaan tenaga kerja dan
t&azex lliklat Pra "4sesm*n Fasitrit;ltcr T**tak{}rganik | 9L
sekitarnya. Kondisi kandang yang tidak leluasa, tidak nyaman dan
tidak sehatakan menghambat produktivitas ternak.

Kandarrg berfungsi : rnelindungi ternak dari perubahan cuaca


atau iklim varrg ekstrem (panas, hujan dan angin); mencegah dan
melindungi ternak dari penyakif menjaga kearnanan ternak dari
pencurian; memudahkan pengelolaan ternak dalam proses produksi
seperti pemberian pakan, minum, pengelolaaan kompos dan
perkawinan; dan meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga kerja.

Beberapa persyaratan vang diperlukan dalam mendirikan


kandang antara lain : memer-ruhi persyaratan kesehatan ternak,
iltempunyai ventilasi yang baik, efisien dalam pengelolaan,
rnelindungi ternak dari pengaruh iklim dan keamanan seperti
pencurian, dan ticlak berdampak buruk terhadap lingkungan
sekitarnya.

Konstruksi kandang harus kuat dan tahan lama,penataan dan


perlengkapan kandang hendaknya dapat memberikan kenvamanan
kerja bagi petugas dalam proses produksi seperti meml:rtri pakan,
pembersihan,pemeriksaan birahi dan penanganan kesehatan. Bentuk
dan tipe kandang hendaknya clisesuaikan dengan lokasi berdasarkan
agroklirnat, poltr atau tujuan pemeliharaan dan kondisi fisiologis
ternak.

b. KandangSapiPotong
Beberapa persy61n12r-r yang perlu diperhatikan dalam
pembuatan kandang untuk sapi potong antara lair-r dari segi teknis,
ekonomis, kesehatan kandar-rg (ventilasi kandang, pembuangan
kotoran), et'isien pengelolaan dan kesehatan litrgkungan sekitamva.

Pernilihan lokasi. Beberapa pertirnbangan dalam pemilihan lokasi


kandang antara lain: tersedianya sumber air, terutarna untuk minum,
memandikan ternal< dan rnembersihkan kar-rdang; dekat dengan
sumber pakari; transportasi mudah, terutama untuk pengadaan pakan
dan pemasaran; dan areal yang ada dapat diperluas

Letak bangunan. Mempunvai permukaan \/ang lebih tinggi dengan


kondisi sekeiilingnva, sehingga idak terjadi genangan air dan
pembuangan kotoran lebih mudah; tidak berdekatan dengan
bangunan umum atau perumahary minimal 10 meter; tidak
92 | &4aleri Diklat Pra Asesn-ren FasiJiiafor Terrnak Llrganlk
menggangu kesehatan lingkungan; agak jauh dengan jalan umum;
dan air limbah tersalur dengan baik

Konstruksi. Konstruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan,


mempunyai sirkulasi udara yang baik, tidak lembab dan mempurryai
tempat penampungan kotoran beserta saluran drainasenya. Kontruksi
kandang harus mampu menahan beban benturan dan dorongan yang
kuat dari ternak. serta menjaga keamanan ternak dari pencurian.
Penataan kandang dengan perlengkapannya hendaknya dapat
memberikan kenyamanan pada ternak serta memudahkan kerja bagi
petugas dalam memberi pakan dan minum, pembuangan kotoran dan
penanganan kesehatan temak.
' Dalam mendesain konstruksi kandang sapi potong harus
didasarkan agroekosistem wilayah setempa! tujuan pemeliharaan,
dan status fislologis ternak. Model kandang sapi potong didataran
ting$, diupayakan lebih tertutup untuk melindungi ternak dari cuaca
yuttg aillgin, sedangkan untuk dataran rendah kebalikannya yaitu
t"r,t"t kindang yang lebih terbuka. Tipe dan bentuk kandang
dibedakan berdasar status fisiologis dan pola pemeliharaan dibedakan
yaitu kandang pembibitan, penggemukan, pembesaran, kandang
beranakf menyusui, kandang pejantan, kandang paksa, d11'

Bahan kandang. Pemilihan bahan kandang hendaknya disesuaikan


dengan kemamPuan ekonomi dan tujuan usaha untuk jangka panjang,
menengah atau pendek. Pemilihaan bahan kandang hendaknya
minimil tahan untuk jangka waktu 5 -10 tahun, dengan
memanfaatkan dari bahan-bahan lokal yang banyak tersedia'

Bagian-bagian dan bahan kandang yaitu : a. Lantai Lantai


kandang h*.ls kuat, tahan lama tidak licin dan tidak terlalu kasar,
mudah dibersihkan dan mampu menopang beban yang ada diatasnya.
Lantai kandang dapat berupa tanah yang dipadatkan, beton atau pasir
cemen (PC) dan kayu yang kedaP air.

Berdasarkan kondisi alas lantai, dibedakan lantai kandang


sistem litter dan non litter. Alas lantai kandang sistem litter merupakan
lantai kandang yang diberi tambahan berupa serbuk gergaii atau
sekam, dan bahan lainnya berupa kapur/dolomite sebagai dasar alas.
Pemberian bahan dasar alas dilakukan pada awal sebelum ternak
dimasukan kedalam kandang. Sistem alas litter lebih cocok untuk
kandang koloni atau karena tidak ada kegiatan
?,,iaten *ikiaf Pra Asesclx*t'! Fasiiitalsr Ternak CIrg;r*ik | 93
memandikan ternak dan pembersihan kotoran feces secara rutin.
Kondisi kandang dan ternaknya lebih kotor tetapi lebih efisiensi dalam
penggunaan tenaga kerja untuk pembersihan kandang. Bila kondisi
letter kandang becek, dilakukan penambahan serbuk gergaji yang
dicampur dengan kapur/dolomite. Selain membuat aLs kandang
tetap kering, penambahan kapur tersebut dapat berfungsi sebagai
bahan untuk produksi kompos dan rasa empuk kepada ternak seita
kesehatan menjaga kesehatan ternak.

Alas lantai kandang sistem non litter merupakan lantai


kandang t_anpa mendapat tambahan apapun. Model alas kandang ini
lebih tepat untuk ternak yang dipelihara pada kandang tunggar itau
kandang individu. Kandang sistem non litter beserta ternaknya akan
tampak" lebih bersih dibanding sistem litter, karena secara rutin
dilakukan kegiatan memandikan sapi dan pembuangan kotoran feces.
Lantai kandang harus selalu terjaga drainasenya, sehingga untuk
lantai kandang non litter dibuat miring kebelakang untuk
memudahkan pembuangan kotoran dan menjaga kondisi lantai tetap
kering. Kemiringan lantai berkisar antara 2 - S %, art:rnya setiap
panjang lantai 1 meter maka ketinggian lantai bagian belakang
menurunsebesar2-5cm.

Kerangka Dapat terbuat dari bahan besi, besi beton, ka,yu dan
bambu disesuaikan dengan tujuan dan kondisi l,ang ada. Atap Terbuat
dari J:ahan genteng, seng, rurnbia, asbes clan lainlair-r. unttik daerah
panas (datarair rendah) sebaiknya mengunakan bahan genting sebagai
atap kar-rdang. I(ernilingan attrp untuk bahan genting acralah J0 - 4s %,
asbes atau seng sebesar 75 - 20 9,/, dan rurnbia atau alang-alang sebesar
25 - 30 %, Ketinggian atap untuk dataran rendah g,S - 4,5 meter cian
dataran tinggi 2,5 - 3,5 meter. Bentuk da, model atap kanclang
he,ndakn-"a menghasilkan sirkulasi udara yang baik cli clalam kandang,
sehingga kondisi lingkur-rgan dalam kandang memberikan
kenvamanan ternak.

Berdasarkan bentuk atap kandang, beberapa model atap yaitu


atap nronitor, semi monitor, gable dan shade. Model atap untuk daerah
dataran tinggi hendaknya menggunakan shade atau gable, sedangkan
untuk dataran rendah adalah monitor atau semi monitor. Model atap
rnonitor, serni n'lonitor dan gable model kandang yang lnempunvai
atap dua bidang, sedangkan shade mempunyai atap satu biclang.

94 | l-.{ai*ri Diklat i}ra Asesrxen i;asi}itatr:r -}'err".rak


*rganik
Dinding dibuat dari tembok, kayu, bambu atau bahan lainnya,
dibangun lebih tinggi dari sapi waktu berdiri. Untuk dataran rendah,
yang suhu udaranya panas dan tidak ada angin kencang, bentuk
dinding kandang adalah lebih terbuka, sehingga cukup menggunakan
kayu atau bambu yang berfungsi sebagai pagar kandang agar sapi
tidak keluar. Dinding kandang yang terbuat dari sekat kayu atau
bambu hendaknya mempunyai jarak atar sekat antara 40 - 50 cm.
Untuk daerah dataran ti.,ggi dan udaranya dingin atau daerah pinggir'
pantai yang anginnya kencang, dinding kandang harus lebih tertutup
atau rapat.

Lorong atau gang. Merupakan jalan yang terletak diantara dua


.kandang individu, untuk memudahkan pengelolaan seperti
pemberian pakan, minum dan pembuangan kotoran. Lebar lorong
disesuaikan dengan kebutuhan dan model kandang, umumnya
bekisar antara 'J-,2-1,5 meter. Lorong kandang hendaknya dapat
dilewati kereta dorong (gerobak) untuk mengangkutbahan pakan dan
bahan keperluan lainnya.

Perlengkapan kandang. Beberapa perlengkapan kandang untuk sapi


potong meliiputi : palungan yaitu tempat pakan, tempat minum,
saluran darinase, tempat penamPungan kotorary gudang pakan dan
peralatan kandang. Disamping itu harus dilengkapi dengan tempat
penampungan air yang terletak diatas (tangki air) yang dihubungkan
dengan pipa ke seluruh kandang.

Palungan merupakan tempat pakan dan tempat minum yang


berada didepan temak, terbuat dari kayu atau tembok dengan ukuran
mengikuti lebar kandang. Kandang individu yang memPunyai lebar
kadang sebesar 1,5 meter, maka panjang tempat pakan berkisar antara
90 - 100 cm dan tempat minum berkisar antara 50 - 60 cm. Sedangkan
lebar palungan adalah 50 cm, dan tinggr bagian luar 60 cm dan bagian
dalam sebesar 40 cm. I-Ikuran palungan untuk kandang kelompok
adalah mengikuti panjang kandang, dengan proporsi tempat minum
yang lebih kecil dari tempat pakan.

Selokan merupakan saluran pembuangan kotoran dan air


kencing yang berada dibelakang kandang ternak individu. Ukuran
selokan kandang disesuaikan dengan kondisi kandang dan tujuan
pemeliharaan. Ukuran selokan digunakan pada untuk kandang
individu, dengan ukuran lebar 30 - 40 cm dan dalam 5 - 10 cm.

Maieri *iklat Fra Asesme* Fasiiitator Ternak Org;:nik | 95


Tempat penampungan kotoran bak penampungan yang
terletak dibelakang kandang, ukuran dan bentuknya disesuikan
dengan kondisi lahan dan tipe kandangnya. pembuangan kotoran dari
Fldu"g kelompok dilakukan setiap 34 bulan sekali sesuai dengan
kebutuhary berupa bak penampungan dan berfungsi untuk proses
pengeringan dan pembusukan feses menjadi kompos. Tempat
p€nampungan kotoran feses dari kandang individu adalah produk
akhir berupa biogas atau kompos saja, tergantung tujuan
pemanfaatannya. Pengumpulan kotoran kandang berupa feses dan air
kencing setiap hari dilakukan melalui saluran drainase menuju tempat
penampungarL yang ietaknya lebih rendah dari kandang.

Tempat pengumpulan kotoran kandang untuk tujuan kompos,


adalah berupa 3 buah bak penampungan dan penyarirg* dan 3 buah
bak pengeringan yang terletak diatasnya.. Sedangkan tempat
pengumpulan kotoran kandang untuk tujuan biogas adalah berbetuk
tangki penampungan yang terbuat dari beton atau plastik. peralatan
kandang Beberapa peralatan yang banyak digunakan untuk kandang
sapi potong meliputi : sekop untuk membersihkan kotoran, sapu lidi,
sikat, tali sapi dan kereta dorong (gerobak).

c. Tatacara perawatan kandang ayarn


Agar a)rarn daiam kandang bisa hidup dengan tenang,
kandang perlu dirar.t at dengan baik. Kandang yang dipelihara clengair
baik akan selalu bersih clan nyaman dihuni. I(enyailanan ini juga
ditunjang oleh ko.strtiksi kandang ),a11g dibangulr clengan baik.
Konstruksi yang benar sangat rnembantu ternak yang tinggal clalam
ki,rndang mendapatkan udara segar secara alarni.

Udara segar dalam kandang bisa diperoleh, bila pereclaran


uclaa dari luar dan dalam kandang berjalan lancar. Dalam arti, udara
bersih dari luar bisa bergerak ke dalam kandang dan udara kotor clari
dalarn bisa dibuang ke luar kandang. Udara segar l'risa memberikan
rasa hictup seoiah di alam bebas, mencegah polusi dalam kandang dan
tnenjaga suhu ruangarl dalam kanclang tidak berubah secara
rnendadak.

Pada saat musirn kemarau, tak jara,g udara sekelili,s sangat


kering dan suhu lingkungan panas sekali. pada saat uclara kering,
a\iatn membutrrhkan air minurn yang banyak. pada saat suhu
96 | Mai*ri ilikiat ilra A*cem*r: Irasilitafor'f'ernak *rger+ik
lingkungan sekeliling sangat tinggr, aktivitas dan pembakaran zat
makanan dalam tubuh menurun. Akibatnya ayam enggan makan,
sering gelisatr, bernafas terengah-engah karena kegerahan, dan
sayapnya terkulai. Bagi ayam yang sedang rajin bertelur, keadaan ini
bisa menimbulkan kerugian. Karena ayam bersangkutan bisa
menghentikan produksi telurnya sama sekali. Cara mengatasinya,bTla
konstruksi kandang kurang sempurna, ubahlah sesuai dengan
keperluan agar udara dalam kandang tidak pengap dan udara segar
beredar sempurna.

Daerah di luar kandang tanamilah dengan pepohonan yang


berdaun rimbun, agar sinar matahari tidak langsung menyengat atap
kandang),
.kandang. Begitu pula halaman tempat bermain (pelataran
sebaiknya ada tanaman peneduhnya sebagai tempat bernaung pada
siang hari bila ayam ingin istirahat.Tapi bila semua usaha ini belum
mampu mengatasi keadaan, siramilah lanta dan halaman sekeliling
kandang dengan air. Dengan demikian suhu dalam ruangan dan
sekeliling kandang menjadi lebih sejuk.

Sebaliknya bila hujan selama berhari-hari turun terus-


menerus, udara lembap dan basatu sinar matahari jarang terlihat, suhu
lingkungan menjadi dingin, hal ini juga mendatangkan kesulitan
tersendiri. Karena udara basah, ayam sulit bernafas. Dinginnya udara
juga menyebabkan pembakaran zat makanan dalam tubuh meningkat
akibatnya jumlah makanan yang diperlukan juga lebih banyak. Bagi
induk ayam yang sedang bertelur, bish menghentikan produksi
telurnya lantaran tidak mendapat rangsangan sinar matahari.

Udara basah dan dingin, bisa menyebabkan kondisi dan


ketahanan tubuh ayam menurun. Hal ini akan memudahkan ayam
terjangkit penyakit. Cara mengatasinya, usahakan ruangan kandang
selalu dalam keadaan kering. Hindarkan dinding kandang terkena
tempias hujan, litter yang telah lembap cepat-cepat diganti dengan
yang kering dan bau, alirkan air hujan dengan baik sehingga tidak
terdapat genangan-genangan air di sekeliling kandang. Selama musim
hujan, usahakan agar angin tidak bertiup langsung masuk kandang.
Lubang angin yang terbuka terlalu leb ar,bisa ditutup dengan kain atau
bahan lainnya.

Pada musim pancaroba, perubahan cuaca sering berlangsung


secara mendadak. Suhu lingkungan sering naik turun secara cepat' Bila

Materi Dii<lat Pra Asesr:ite* Fasiiitator T*ttsak {}rEa*r1x" | 97


kondisi dan ketahanan tubuh kurang baik, ayam rnudah terkena stres.
Akibatnva mudal'r te{a,gkit penyakit lesu, nafsu makan ilrenurun,
pilek, dar-r batuk-batuk.

Perubahan cuaca seperti ini sulit dihindarkar-r. Ij,tuk


mengatasinya kondisi dan ketahanan tubuh ayam harus benar-benar
prirna. Hal ini bisa dilakukan de,gan pemeliharaan dan penjagaan
kesehatan a)ram sebaik-baikr-rya. selain diberi makanan yir-,g rp
"rt
dan baik mutunya, dalam air nrinum ditambah -,,itamin da1 antibiotik
secukupnya. Dengan demikian daya tahan tubuh ayarr. bisa terjaga
dengan baik.

Ayam merupakan jenis unggas yang mudah terserang


penyakit rnenular seperti teteio, berak kapur, kolera dan cacar.
Pencegahan de'gan vaksinasi saja rasanya belum cukup tanpa
dibarengi dengan sanitasi kandang. vaksinasi l-ranya bertujuan untuk
rrremberi kekebalan pada ayam, bukan rnembasrni kurnan sebagai
sumber per-ryakit.

untuk mernbu.uh kuman, kanda,g harus dibersihkan clari


hama secal"a teratur. Paliirg tidak satu tahun sekali. Larutan kimia yang
bisa cligunakan di a,taranva, lisoi, ka'bol, atau kreorin dengai
perbandingan bahan aktif 10 sampai 30 cc dan 10 riter air.
Bisa juga menggunakan 10 gram kaiiurr peilnanganat (Kp) yang
clilarutkan dalam 10 liter air. Cara yang lebitr mudal-r adalah .iengan
cara rnenaburkan kapur tohor ke seluruir bangunan kandang.

Membersihkan Kandang A5,am

. semprot langsu*g de.garr desifektan dan insektisitla setelah


ayam keluar dan keluarkan semua peraiatan dari kandang.
. Buang dan bersihkan semua kotoran dari kandang.
. sernprot seluruh bagian kanda.rg termasuk atap, rantai, dinding,
layer dan bagian lain dengan air sabun (deterjen), gunakan
tekanan rendah.
. Kerok dan sikat sampai belsih sisa kotoran ayarn dari srat dan dari
permukaan kandang lain ketika'-rasih basah. Untuk rnembilas,
semprot dengan air yang bertekanan tinggi atau gunakan air
hangat.

e8 I
&'ia ieri lliklaf Pra Areeme* {a*ilital*r Tern;rk l}rganik
a Lakukan reparasi kandang dan perawatan lantai apabila
dibutuhkan seperti pemberian Saram dapur (NaCI) untuk
membunuh cacing, kapur untuk membunuh coccidia, tawas
untuk membunuh kutu.
a Bersihkan gudang peralatan, gudang pakan dan fasilitas-fasilitas
lain dalam area farm, sapu, sikat dan hilangkan sarang laba-laba'
Untuk kandang yang menggunakan bin (tangki penyimpanan-
pakan), buang titu putu., pada bin, dan bersitrkan atau sikat bin'
a Musnahkanhama tikus dan serangga.

i.,4at*ri *ikI*t Fra Asesm*ir Fasitritalor Ternak *rgar'"ik | 99


1O0 | &{ateri t}iklai Pra Ase*rlgx }i;lsiliiaicr'l-er*ak Orgarrik
17. MENGELOLA PAKAN TERNAK ORGANIK

Kompetensi Setelah selesai berlatih peserta mampu:'


Dasar Menyiapkan pakan ternak o.gu.ri(
Mengemas pakan ternak dan Menyimpan
pakan ternak

Indikator Setelah berlatih peserta kopeten dalam hal


Kopetensi menyiapkan pakan ternak organik,
mengemas pakan ternak dan menyimpan
pakan ternak mencangkup :

1. Bahan pakan ternak organik diidentifikasi dengan benar.


2. Prosedur pembuatan pakan ternak dijelaskan dengan benar.
3. AIat dan bahan pembuatan pakan disiapkan dengan tepat.
4. Pakan ternak diLuat sesuai formula ransum.
5. Bahan pengemas pakan temak organik diidentifikasi dengan
benar.
6. Prosedur pengemasan pakan temak dijelaskan dengan benar.
7. Pakan ternak dikemas sesuai dengan prosedur
8. Tempat penyimpanan pakan ternak diidentifikasi dengan
benar.
9. Prosedur penyimpanan pakan ternak dijelaskan dengan
benar.
10. Proses penyimpanan pakan ternak dilakukan sesuai dengan
prosedur

Langkah Kerja:
1. Mengidentifikasi bahan pakan organik
2. Menyiapkan alat dan bahan pembuatan pakan
3. Melakukan identifikasi bahan pengemas pakan
4. Melakukan pengemasan pakan ternak
5. Melakukan identifikasi tempat penyimpanan pakan
6. Melakukan penyimpanan pakan teinak

&'lateri I}iklat fra Asesmen Fasiliia?*r Ternak Organik | 101


Teori Fungsional:

.l

Pakan Ternak adalah semua bahan-bal-ran yang dapat


diberikan secara langsurg oleh ternak untuk dikonsumsi y*g
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, pertumbuhan, dan
reproduksi. Dalarn pengertian pakary penggunaan kata pakan sering
diasumsikan sebagai bahan baku pakan yang telah diolah rnenjadi
pellet, crumble, atau mash. Padahal bahan pakan sendiri rnerupakan
segala se'suatu yang dapat diberikan kepada ternak baik yang berupa
bal-ran or:ganik 1naupull anorganik vang sebagian atau r"*ror'ryu dafat
dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak.

Pakan merupakan surnber energi dan materi bagi perturnbuhan dan


dan kehidupa^ makhluk hidup . zat yang terpenting dalam pakan
adalahprotein. Pakan berkualitas adalah pakan yang kand,rr-.,gu.,
protein, lemak, karboiridlat, mineral dan vitaminnl,a seimbang. pacia
ulnumnva pengertian pakan (feed) digunakan untuk hert an yang
n-reliputi krrantitatr'f, kuaiitatif, kontinuitas serta keseimbangan zat
pakan vang terkandung di daiam'va. Pakan adalah segaalah sesuatu
l'ang dapat dibelikan sebagai surnber energi dan zat-zat gizi, istilah
pakan sering diganti dengan bahan baku paka,, pada kenyataanva
sering terjadi penyirnpangan yang n-renunjukkan penggunaan kata
pakan diganti sebagai bahan baku pakan yang teiai-r diolah rnenjadi
pellet, crumble atau mash.Bahan pakan adalah (bahan rnakanan
ternak) adalah segalah sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak
baik yang berupa bairan organik maupun anorganik yang sebagian
atau semuanva dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan
terr-rak.Ba}ran pakan terdiri dari bahar-r organik clan anorganik. Bahan
organik yang terkandung dalam bahan pakan, protein, Iernak, serat
kasar, bahan ekstrak tanpa nikogen, sedang bairan anorganik seperti
102 | ,i.,:.r;i i-:it',;,,t, it,'.l i:'...,;:;;t',,:,;:':',,...,:,i't.,:,t.;,; 'i,.;:...,,!...._."..:,.,
calsium, phospor, magnesium, kalium, natrium. Kandungan bahan
organik ini dapat diketahui dengan melakukan analisis proxirnat dan
analisis terhadap vitamin dan mineral untuk masing masing
komponen vitamin dan mineral yang terkandung didalam bahan yang
dilakukan di laboratorium dengan teknik dan alat yang spesifik.Bahan
dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan pakan konvensional dan bahan
pakan subtitusi

Bahan pakan konvensional adalah bahan baku yang sering digunakan


dalam pakan yang biasanya mempunyai kandungan nutrisi yang
cukup (misalnya Protein) dan disukai ternak. Bahan pakan
konvensional merupakan bahan makro, serta jagung, bungkil kedelai,
.gandung, tepung ikan dan bahan lairrtya.Bahan baku yang berasal
dari bahan yang belum banyak dimanJaatkan sebagai bahan dari hasil
ikutan industri agro atau peternakan dan perikana. pakan dari
kandungan nutrisinya masih memadai untuk diolah tnenjadi pakan.
Bahan pakan ini biasanya berasal dari ikutan industri agro atau
peternakan dan perikan

|enis-|enis Pakan Ternak


Berikut ini merupakan jenis-jenis makanan ternak yang
ada diantaranya adalah:
1.. Hijauan Segar
Hijauan segar adalah semua bahan pakan yang diberikan
kepada ternak dalam bentuk segar/ baik yang dipotong terlebih
dahulu (oleh manusia) maupun yang tidak (disengut langsung
oleh ternak). Hijauan segar umumnya terdiri atas daun-daunEm
yarrg berasal dari rumput-rumputan, tanaman biji bijian
/ jertts kacang-kacangan. Rumput-rumputan merupakan
hijauan segar yang sangat disukai ternak, mudah diperoleh
karena memiliki kemampuan tumbuh tingg, terutama di daerah
tropis meskipun sering dipotong/disengut langsung oleh temak
sehingga menguntungkan para peternak/ pengelola ternak.
Hijauan banyak mengandung karbohidrat dalam bentuk gula
sederhana, pati dan fruktosa yang sangat berperan dalam
menghasilkan energy.
2. Jerami dan hijauan kering
Termasuk kedalam kelompok ini adalah semua jenis jerami
dan hijauan pakan ternak yang sudah dipotong dan dikeringkan.

h.'lateri Dikict Pr* Asesrx*n Fasilita?*r ?erna]< Llrga::ik | 103


Kandungan serat kasarrrya lebih dari 18% (ierami, hay dan kulit
biji kacang-kacangar-r).

J. Silase
silase adalah hijauan pakan ternak yang clisimpran dala,r
bentuk segar biasanya berasal dari tanarnan sebi.rgsa padl-padian
dair rurnput-rumputan.

4. Konsentrat (pakan penguat)


Contoh: dedak padi, jagung giling, bungkil kelapa, garam dan
mineral

Fungsi pakan

Bagi semua rnaklukh hidup, pakan lnempunyai peranan


sangat penting sebagai sumber energi untuk pemeliharaan tubuh,
pertumbuhan dan perkembangbiakan. selain itu, pakan juga dapat
digur-rakan untuk tujuan tertentu, rnisalnya untuk meirghasilkan
r^/an-ra dan rasa tertentu. Fungsi lainnva diantaranya vaitu sebagai
pengobatan,reproduksi, perbaikanmetabolisme lemakdll.Namun
pen"Lberian pakan berlebih dapat membuat heu,an peliharaan rnenjadi
rentan terhaclap peny.rkit, produktifitasnya pun akan menurun

l3agaimana cara mengelola atau membuat pakan ternak ?

1. Keluaran
Jerami padi dengan keccrnaan lebih baik

A. Bahan:
1. Jerami padi
2. Urea
3. N4olases

B. Alat
1-. Timbangan
2. Plastik
3. Ember
4,. Skop
5. Cangkul
6. Sendok
7. Aiat penviram
104 | h{aleri tr}ik}at Pra ;{se*rnri:i:r Farilila lor'Iernak Crgarritr<
C. PedomanTeknis
1. Perlakuan amonisi jerami Padi :

2. Cara perlakuan:

merata laPis PerlaPis

3. Proses amonisi dapat dilakukan di dalam tempat khusus


misalnya drum bekas atau di tempat lainnya, yang ditutup
dengan plastik kedaP udara.

4. Proses amonisi bila sempurna ditandai tekstur jerami relatif


lebih mudah Putus, berwarna kuning tua atau coklat dan
bau monia. Unfuk mengurangi bau amonia, jerami harus
dianginkan selama 1,-2iansebelum diberikan pada ternak

Prosedur pembuatan pakan ternak :


a. Mempelajari formulasi pakan/ransum
b. Memilih bahan pakan sesuai formasi ransum
c. Menimbang bahan pakan sesui formulasi ransum
d. Mencampur bahan Pakan

Alat dan bahan:


1. ATK
2. bahanpakan
3. Alat pencampur bahan Pakan (mixer)
4. Peralatan pembuatan pakan lainnya

Keamanan Keria

1. Kenyamanan dalam melakukan identifikasi bahan pakan


organik, menyiapkan alat dan bahan pembuatan pakan,
identifikasi bahan Pengemas pakan, pengemasan pakan
ternak, identifikasi tempat penyimpanan pakan, penyimpanan
pakan ternak
?"A*"t*ri *ikia: fr* A"sesilen Fasilitatcr ?ernak *rgaltk | 105
2. Keselamatan dalam melakukan identifikiisi bahan pakan
organik, menyiapkan alat dan bahan pembuatan pakary
identifikasi bahan pengemas pakan, pengemasan pakan
ternak, identifikasi tempat penyimpanan pakary penyimpanan
pakan ternak
J. Keamanan dalam melakukan: identifikasi bahan pakan
organik, menyiapkan alat dan bahan pembuatan pakan,
identifikasi bahan pengemas pakan, pengemasan pakan
temak, identifikasi tempat penyimpanan pakan, penyimpanan
pakan temak

1{E | }"{a trr i T} t1..1 * r. Pra ;\oes m *r: F ar-i } i ta lor'Ie:"nak *tga :: i}<
1.8. MELAKUKAN PEMELIHARAAN TERNAK

Kompetensi Dasar : Setelah selesai berlatih peserta mamPu


Memberikan pakan ternak, Merawat
kesehatan temak, Mengatur kepadatan
ternak, Merawat lahan penggembalaan dan
Menetapkan Panen.
Indikator Kompetensi : Setelah berlatih peserta kompeten dalam
Memberikan pakan ternak, Merawat
kesehatan ternak, Mengatur kepadatan
ternak, Merawat lahan penggembalaan dan
Menetapkan panerL mencakuP :

I
1
I
1,. Pemberian pakan ternak dijelaskan dengan benar.
I

1
2. Metode pemberian pakan dipilih berdasarkan jenis pakan'
1
3. Pakan ternak diberikan sesuai dengan metode yang tepat'
4. Prosedur perawatan kesehatan ternak dijelaskan dengan benar.
5. Metode perawatan kesehatan ternak dipilih berdasarkan jenis
l
temak.
I
6. Perawatan kesehatan ternak dilakukan sesuai prosedur'
i
7. Persyaratan kepadatan temak dijelaskan dengan benar'
8. Pengaturan kepadatan ternak ditentukan berdasarkan jenis ternak
9. Persyaratan lahan penggembalaan dijelaskan sesuai jenis ternak.
10. Prosedur perawatan lahan penggembalaan dijelaskan dengan
benar.
11. Metode perawatan lahan penggembalaan ditetapkan sesuai jenis
ternak.
12. Perawatan lahan penggembalaan dilakukan dengan benar
13. Kriteria masa panen dijelaskan dengan benar.
14. Masa panen ditetapkan berdasarkan jenis ternak dan tujuan
pemeliharaan

Langkah Kerja :
1. Memilih metode pemberikan pakan ternak berdasarkan jenis
pakan
2. Memberikan pakan ternak
3. Memilihmetode kesehatan ternak
ir,'{ateri T}tklat Pra Asestx*:n Fasilitat':r Terrta}< l'}rgaiiik | 107
4. Melakukan perawatan kesehatan ternak
5. Menenntukan pengaturan kepadatan ternak
6- Menetapkan metode perawatan lahan penggembalaan sesuai jerris
ternak
7. h,{elakukan perawatan lahan pengembalaan
8. Ivlenetapkan masa panen berdasarkan jenis ternak dan tujuan
pemeliharaan

Teori Fungsional :

a. KebutuhanPakan
Kebutuhan ternak tell-radap pakan dicerminkan oleh
kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nukisi setiap
harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase
(perturnbuhary delvasa, bunting, menyusui), kondisi tubuh
(normal, sakit), dan lingkungan tempat hidupnya (ten"rperatur,
kelembaban), serta bobotbadannya. Maka, setiap ekor telnak yang
berbeda kondisinya rnembutuhkan pakan yang berbeda pula.

Rekornendasi yang diberikan oleh Badan peneiitian


internasional (Natiot'ml Research Council) mengenai standarisasi
kebutuhan ternak terhadap pakan dinyatakan dengan angka-
angka kebutuhan nuh'isi ternak, baik ruminansia rnaupull
nonrurninansia (unggas). Rekornendasi tersebut dapat digunakan
sebagai patokan unfuk menenfukan kebutuhan nutrisi ternak,
vang akan dipenuhi oleh bahan-bahan pakan yang sesuai, atau
bahan-bahan pakan yang mudah diperoleh di lapangan.
Kondisi tubuh temak yang normal (tidak dalan-r keadaan
sakit, atau tidak sedang berproduksi), mengkonsurnsi pakan
dalam jumlah vang terbatas sesuai dengan kebuturramya untuk
mencukupi hidup pokok. Kemudian sejalan dengan pertumbuhar,
perkembangan kondisi, serta tingkat produksi yang
dihasilkannya, konsumsi pakannya purl akan meningkat.
Kebutuhan zat makanan ayam buras untuk berbagai umur clapat
dilihat pada tabel dibawah ini

108 | h{etr:ri i}iklat tr}t: Ase*r*en ila*ilit;ri*r Ternak C}rganik


DAFTAR KEBUTUHAN ZAT MAKANANBAGI AYAM BURAS
BERDASARKAN UMUR

o.2 -

Sumber: Sofyan Iskandar, 1981

STANDAR PEMBERIAN PAKAN

sedangkan pemberian jumlah pakan dan air minum untuk


ayam buras blrbagai ulnur dapat menggunakan standar i ataupujn
standar ii seperti tabel dibawah ini

A. STANDAR I

NU.
(MINGGU)
Ad libitum Ad libitum

3 40 75
100
L25
6 150
85
Sumber : Dinas Peternakan-Kab. Bogor, 2001

Ii'latr:ri Cikla? ilra As*s{ren {a*llitator Ternak Crganik | 109


B. STANDAR II

:,: .,,4. .. :
:,:.:::
|
":,12 j"l4",l . ::.:

i:::rl.55.5O ;::r1

5?.50
65.OO
,:.t'18 - 2O

Sumber: BDAPK CINAGARA, 2O0O

pemeliharaan rutin yang harus dikerjakan oleh peternakan adalah


KECIAIAN WAKTU AYAM
1 MEMBERsIijKAN IEMPAT PAKAN / MINUM 5etiap hari 5emua
2 MEI4BERSIHKAN KANDANG 5etiap hari 5emua
3 MEMBER5I HKAN
NGKUNCAN -SEKIIARNYA 5etiap hari
LI 5emua
4 PEI,IBERIAN PAKAN & l,llNUM 2 kali sehari Semua
(paqi & sore)
( lllENCAMBIL & SELTKSI TELUR Setiap hari Dewasa
6 MENCAMPUR PAKAN 5eminqqu sekali Dewasa
'7
CUCI HAMA KANDANC & PERALATAN 5ebulan sekali 5em ua
B MENCCANTI ALAS KANDANC (5EKAM) 5ebulan sekali Semua
o PEMBERIAN OBAT CACING 3 bulan sekali Dewasa
1A PEMBER.IAN ANTI 5TRE55/VIIAM I N 5etelah ada 5emua

Perla ku a n
11 VAKSINASI - 5 nafl 5emua

- 3 minggu
- 5 DUrln
setiap 3 buian
12 5E LE K5I 5etiap hari Semua

110 | Ii1ateri ilil<]al ]:\'a A$esrnei': Fasilitalor T'ernak {}rgasti}<


Pengendalian Penyakit
Hal yang tak kalah pentingnya adalah pengendalian penyakit.
Kita semua akan sefuju dengan statement "mencegah lebih baik
daripada mengobati". Pencegahan penyakit dapat dilakukan dengan
tindakan antara lain :

manusianya

PROGRAM VAKSINASI (POLA : 3 - 3 - 3)

STRAIN DOSIS LARUTAN


VAKSINASI KE UMUR
VAKSIN (PER EKOR)
I 3HR HICTHNER
,I TETES - TETES MATA /
- TETES HIDUNG /
- TETES MULUT
I 3 MGU LA SOTA 25 CC AtR MTNUM *)
ilt 3 BLN LA SOTA o.2 cc - AIR MINUM /
DST SETIAP - INJEKSI OTOT
3 BLN SEKALI
Catatan :
*) 5ebetum ditakukan vaksinasi, dipuasakan dutu dari minum saja,
selama +/- 3 jam.

Kepadatan kandang:
Acuan Ukuran dan Luas Kandang unfuk ayam buras adalah sebagai
berikut:

a.'L-7hri 30-50 ekor per m2


b.7-L4hari 25-30 per m2
c.'J.4-21.lirari 20-25 per m2
d. 21-30 hari L5-20 ekor per m2
e. 30-50 hari 7-10 ekor per m2
g. >90 hari (induk) l- ekor per m2

h{al*rt Xliklal Ir* AE*srr:*n Fasilitator Ternak firgaaik | 111


AIat Dan Bahan : ATK, la}an penggembalaan, , ternak, kandang
Keamanan Kerja :
1. Kenyamanan dalam melakukan, Memilih metode pemberikan
pakan ternak berdasarkan jenis pakan, Memberikan pakan
ternak, Memilih metode perawatan kesehatan temak,
Melakukan perawatan kesehatan temak, Menentukan
pengaturan kepadatan ternalg Menetapkan metode perawatan
lahan penggembalaan sesuai jenis ternak, Melakukan perawatan
lahan pengembalaan dan Menetapkan masa panen berdasarkan
jenis ternak dan tujuan pemeliharaan
2. Keselamatan dalam melakukan Memilih metode pemberikan
pakan ternak berdasarkan jenis pakan, Memberikan pakan
ternak, Memilih metode perawatan kesehatan ternakM elakukan
lierawatan kesehatan ternak, Menennfukan pengaturan
kepadatan ternak, Menetapkan metode perawatan lahan
penggembalaan sesuai jenis temak, Melakukan perawatan lahan
pengembalaan dan Menetapkan masa panen berdasarkan jenis
ternak dan tujuan pemeliharaan

712 | T.rta*ri {,}i?dat Fra Asesffii:n Fasrlifaicr Ternak Olgairik


19. MENGELOTA LIMBAH TERNAK

Kompetensi Dasar:
Setelah selesai berlatih peserta mampu mempersiapkan pengelolaan
limbah dan mengolah limbah.

Indikator Kompetensi:
.
setelah berlatih peserta kompeten dalam mempersiapkan pengelolaan
limbah dan mengolah limbah, meliputi :
1. Mengidentifikasi sumber dan jenis limbah padat dan cair'
2. Menentukan metode pengelolaan limbah padat dan cair dengan
tepat
3. Melakukan pengolahan limbah padat dan cair dengan benar dan
aman.
4. Menempatklan limbah padat dan cair pada tempat yang tepat'

Langkah Keria:
1,. Melakukan identifikasi sumber dan jenis limbah padat dan cair
2. Melakukan pengolahan limbah padat dan cair
3. Melakukan penempatan limbah padat dan cair
Teori Fungsional :

Li;bah adalah suatu bahan yang terbuang atau di buang dari


aktivitas manusia, maupun Proses-Proses alam yarlg belum
mempunyai nilai ekonomi, bahkan bisa memiliki nilai ekonomi
negatif. Secaraumum limbah dapat dibagi menjadi: Limbah cair,
UirUah padat, dan Limbah gas (udara).Jenis limbah tersebut memiliki
sifat-sifat yang berbeda, sehingga memerlukan metoda pengelolaan
limbah yang berbeda pul4 sebelum di buang ke lingkungan

a. Limbah Cair
sumber Limbah cair berasal dari berbagai kegiatan antara
lain: Kegiatan rumah tangga yang metiputi kegiatan di daerah
h€ateri Ciklat Pra Aees*rei: Fasiiitat*r Ternal< *rga;:ik | 113

I
perumahan, perdagangan, rekr.easi, dan kelernbagaan; Kegiatan
Industri (dari berbagai jenis industri); Kegiatan rurnah sakit dan
aktivitas yang bergerak di bidang kesehatan; Kegiatan pertaniarl
peternakan; Kegiatan pertambangan ; Kegiatan transportasi, dan
Iain-lain
I\4acarn Limbah cair a. Limbah cair organik b. Limbah cair
anorganik. Karakteristik limbah cair bisa dilihat dari sifat
racunnya atau sifat-sifat yang dimiliki seperti sifat fisika, kimia
dan biologis de,gan melihat parameter rang cliukur a. Berdasar
sifat racunnya (sangat beLacurr, moderat, kurang beracu'dan tdk
beracun) b. Berdasar sifat yang dimiliki dengan rnelihat parameter
yang diukur 1. Fisika (padatan total, kekeruhan, dava hantar
lish'ik(DHl), bau, suhu, rt arna 2. Kirnia (organik, anorganik dan
gas) 3. Biologis dengan melihat golongan mikroorganislne vang
terdapat dalam limbah cair tersebut maupun organisme pathogen
vang ada.
Proses pengolahan limbah cair adalah suatu perlakuan
tertentu yang l.urus diberikan pada linrbah cair sebelum limbah
tersebut dibuang ke lingkungan, sehingga limbah tersebut tidak
mengganggu lingkur-rgan penerima ltnbah karakteristik limbah
cair Pengolal-rarr limbah cair dapat dibagi dalarn 4 go1on55an, yaitu:
a. Pe.golahan fisika c. Pengolahan biologis b. pe'golahan kimia
d. kornbi.trsi unit Pe.Lgolahan Air Lirnbah (ipAL) pada umumnva
terdili atas kornbinasi dua atau tiga carra pengolahan tersebut cli
ai;rs. Seluruh proses pe,golaharr tersebut bertujuan untuk
menghilangkan kandungan padatan tersuspe,si, koloid, clan
baharr-bahan organic maupun ar-rorganik
!'ang terlarut. a)
Peng,rlal'ian lirnbah cair secara fisika ; per-rgolahan ini dirakukan
pacla lirnbah cair derrgan kandungan bahan limbah yang dapat
dipisahkan secara mekanis langsung ta,pa pe.ambahar, buhro
kirnia atau melalui penghancuran secara biologis.
Pengolahan limbah cair secara fisika ,vang umum
dilakukan meliputi : 1) Scr.eening (penl,aringan) 2) Grit Chamber
3) sieves 4) Equalisasi 5) sedirne*tasi 6) Flotasi Atau dengan cara
sebagai berikut 1) screening 2) Comrninution 3) FIou, equilization
4) Mixing 5) Pen*endapan 6) Per-rgapungan n Filtrasi b)
Pengolahan lirnbah cair secara kimia pengolahan ini merupakai-r
proses pengolahan limbah dimana penguraian atau pernisahLan
bahar"r yang tidak diinginkan berlangsung dengan adanva

fl41 l.4aferi lliklat ]:'l'a Asesmere Fasilitalor Ternak *rsat^Iik


mekanisme reaksi kimia (penambahan bahan kimia ke dalam
proses).
Pengolahan limbah cair secara kimia meliputi 1)
Pengendapan secara kimia 2) Perpindahan gas 3) Adsorbsi 4)
Desinfeksi 5) Dechlorinasi c) Pengolahan limbah cair secara
biologis Pengolahan ini merupakan sistem pengolahan yang
didasarkan pada aktivitas mikroorganisme dalam kondisi aerobik
atau utu".obik ataupun penggunaan organisme air untuk"
mengabsorbsi senyawa kimia dalam limbah cair.
Pengolahan limbah cair secara biologis pada prinsipnya
dibedakan menjadi 1) pengolahan secara aerob 2) pengolahan
secara anaerob 3) pengolahan secara fakultatif Kegiatan : 1.
Berikut ini diberikan data hasil pengolahan

b. Limbah Padat
Beberapa masalah limbah padat dapat dirinci sebagai berikut :
a. Limbah padat yang menimbulkan perasaan tidak estetik, tidak
indah dan jorok kotor dan berserakkan
b. Pembuangan limbah padat (sampah) membutuhkan lahan
yang cukup luas, tertutup, jurh dari pemukiman
c. Li*6utl padat terutama mengandung bahan organik dan
anorganik, merupakan sarang lalat, tikus, anjing, dan kucing
liar.
d. Limbah padat dapat menghasilkan PencemNanbau,gas dan
debu.Bila membusuk mencemari air permukaan
e. Limbah padat tercampur baur, tanpa pemilahan sehingga sulit
ditangani
f. Limbah padat tidak fleksibel,akan menumpuk di satu tempat
baru ditangani

Pengolahan limbah padat dapat dikelompokkan dalam


tiga metode utama, yaitu (1-) pengolahan limbah agar lebih
memudahkan dalam pengelolaannya, atarJ agar mengurangi
dampak negatif bila diolah lebih laniut, seperti penghalusan
(shredding) - pemadatan timbunan - solidifikasi/ pengkapsulan,
(2) pengolahan limbah agar dihasilkan sebuah produk yang
bermanfaa! seperti : - pengomposan (dihasilkan humus)
insinerasi/pembakaran (dihasilkan enersi panas) - metanisasi
(dihasilkan gasbio), (3) pembuangan limbah ke suatu tempat guna

i\dat*ri Diklat Pr* Asesxn*n Fasiiitati:r Ternak Clrgardk | 115


menghindari kontak dengan rnanusia, seperti lahan-urug
(lanclfill).

Beberapa unsur penting yang diperlukan agar proses


penguraian dapat berjalan dengan baik yaitu; 1).Karbon (C)
sebagai sumber energi bagi mikroba penguraidan. akan diurai
melalui proses oksidasi yang menghasilkanpanas; 2). Nitrogen
(N) sebagai sumber protein bagi bakteriuntuk bertumbuh dan
memperbanyak diri; 3). Oksigen (O)sebagai bahan untuk
mengoksidasi unsur karbon melaluiproses dekomposisi dan air
(H2O) untuk menjamin prosesdekomposisi berlangsung baik dan
tidak menyebabkansuasana anaerob.

Faktol berpengaruh yang harus dikontrol dalam


pembuatankornpos:
1. C/N ratio; mikroba membutuhkan karbon (C) 20 sarnpai25 kali
lebih banyak dari nitrogen (N) untuk tetap aktif.sunrber
karbon pada pembuatan kompos dapat berasaldari potongan
kayu kecil, serbuk gergaji, jerarni padidan bahan lain 1.a11g
berserat tinggi. Sumber N berasaldari kotoran ternak. C/ N
ratio > 25 akan menyebabkan clekomposisi berjalan larnban

rnenyebabkan terjadinya pembentukan gas ammonia sehingga


menimbuikan bau.
2. Aerasi udara diper'lukan untuk menghindari erjadinyakonciisi
anaerobic yang menimbulkan bau. Pernbaiikan secara teratur.
dapat meningkatkan aerasi. Kekurangan udara akan
inenirnbulkan gas metan, aktivitas mikrobamenurun dan
ternperatur: menutun. Sebaliknya kelebihan aerasi
menyebabkan bahan kornpos menjadiker:ing dan unsur N
mengltlang.
3. Keiembapan merupakarr unsur penting dalammetabolisma
pada mikroba. I(elembapan yang baik adalah 5A-60%, terialu
basah (>60%) dapat mengakibatkan muncul bau 1,ang tidak
sedap dan aktivitas rnikroba menur.ury temperatrrr juga
menurun dan jika terlalu kering (<40%) aktivitas rnikroba
jugamenurun.

Berbagai keuntungi.n ),ang diperoleh dad upaya


memanfaatkan kotorau te- nak dan sisa-sisa pakan untuk

1L6 | Iv{i:icxi ilil<}al llra Asecr"r:ren f;asi}itator l'ercak Orgarrik


dijadikan pupuk kompos antara lain kandang menjadi lebih
bersih, kotoran yang dikumpulkan mengurangi Pencemaran
lingkungan, mengurangi populasi lalat di sekitar kandang,
menguringi terjadinya infeksi cacing mata (Thelazia) ylngsering
*".,yurrttg temak, pembuatan kompos dapat dilakukan seca-ra
alamiah atau menggunakan decomposer, dan secclra langsung
kompos digunakan untuk lahanpertanian atau dapat dijual
Beberapa syarat yang perlu diperhatikan mengenai
tempat pembuatan kompos yaitu: lantai lebih fuqq' dari
sekitarnya untuk menghindari genangan air, dan memiliki atap
untuk mengindari sinar mataharilangsung atau hujan

Bahan yang diperlukan untuk pembuatan kompos :

- KotoransapiS0 -83%
- Serbuk gergaii5%
- Abu sekam 10%
- Kalsit/Kapw2o/o
- Dekornposer 0,25o/o

Proses Pembuatan komPos :

1. Kotoran sapi dikumputkan dan ditiriskan selama satu minggu


untuk mengurangi kadar air (t60%)
2. Kotoran sapi yang sudah ditiriskan kemudian dicampur
dengan bahan-bahan organik seperti ampas gergqi, ab:u
sekam, kapur dan dekomposer.Seluruh bahan dicampur dan
diaduk merata.
3. Setelah seminggu tumpukan dibalik/diaduk merata untuk
menambah suplai oksigen dan meningkatkanhomogenitas
bahan. Pada tahap ini diharapkanterjadi peningkatan suhu
sampai 6009 dibiarkanlagi selama seminggu dan dibalik
setiap minggu
4. Pada minggu keempat kompos telah matangdengan warna
pupuk coklat kehitaman bertekstur remah tak berbau, untuk
mendapatkan bentukyang seragam serta memisahkan dari
bahan yangtidak diharapkan (misalnya bahl, potongan
kayu,rafia) maka pupuk diayak/ disaring
5. Seianjutnya kompos siap untuk diaplikasikan padalahan atau
tanaman.

F'.{at*ri *iklat ilra Aseslxerr Fasilitatr:r Tevnak *;"ga:tik | 117


C. Limah padat ternak sebagai bahan pembuatan bio gas
Biogas merupakan sumber energi alternatif. Biogas adalah
gas mudah terbakar (flammable) yerg dihasilkan dari proses
fermentasi bahanbahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob
(bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara). Bahan organik
dimasukkan kedalam ruangan tertutup kedap udara (diiebut
Digester) sehingga bakteri anaeroba akan membusukkan bahasan
organik tersebut yang kemudian menghasilkan gas (disebut
biogas). Biogas yang telah berkumpul di dalam digester
selanjutnya dialirkan melalui pipa penyalur gas menuju tabung
penyimpan gas atau langsung ke lokasi pembuangannya.
Biogas dapat dipergunakan dengan cara yang sama
seperti gas-gas yang mudah terbakar lainnya. Pembakaran biogas
dilakukan melalui proses pencampuran dengan sebagian oksigen
(O2). Nilai kalori dari l meter kubik biogas sekitar 6.000 watt jam
yang setara dengan setengah liter minyak diesel; Oleh karena itu,
biogas sangat cocok digunakan sebagai bahan bakar alternatif
yang ramah lingkungan pengganti minyak tanah, LPG, butana
batabara, maupun bahan-bahan lain yang berasal dari fosil.
Namun demikian, untuk mendapatkan hasil pembakaran yang
optimal, perlu dilakukan pra kondisi sebelum biogas dibakar,
yaitu melalui proses pemurnian /penyaoringan karena biogas
mengandung beberapa gas lain yang tidak menguntungkan.
Sebagai salah satu contoh, kandungan gas hidrogen
sulfida yang tinggi yang terdapat dalarn biogas jika dicampur
dengan oksigen dengan perbandingan L:20, maka akan
menghasilkan gas yang sangat mudah meledak. Tetapi sejauh ini
belum pernah dilaporkan terjadinya ledakan pada sistem biogas
sederhana. Di samping itu, dari proses produksi biogas akan
dihasilkan sisa kotoran ternakyang dapat langsung dipergunakan
sebagai pupuk organik pada tanaman/budidaya pbrtanian.
Limbah biogas, yaitu kotoran ternak yang telah hilang
gasnya (slurry) merupakan pupuk organik yang sangat kaya akan
unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman. Bahkary unsur-
unsur tertentu seperti protein, selulose, lignin dan lain-lain tidak
dapat digantikan oleh pupuk kimia. Pupuk organik dari biogas
telah dicobakan pada tanaman jagung,bawangmerah dan padi.

d. Limbah cair ternak sebagai bio urine


Pertanian organik sedang berkembang dan memerlukan
peningkatan pasok pupuk organik. Di antaranya yang berpotensi
118 | lr.'1,::;::'i l-.irii'r1. i';.; i1-:iili-::i:.:.1 ;r,.tn:l.lji.,i,ri'ii:": ,,,:i.. i-r,1",:".t,tlr
dikembangkan di Indonesia ialah pupuk cair dari kotoran/feses
(biokultur) dan dari wine @iourine) kambing. Mutu kedua jenis
pupuk cair tersebut dari ternak cukup bagus untuk diaplikasikan
pada tanaman semusim maupun tanaman perkebunan.
Cara pembuatan pupuk cair dari limbah ternak kambing
diperlakuan fermentasi mampu meningkatkan kandungan unsur-
unsur hara. Pada pembuatan pupuk cair dari kotoran ternak
kambing, kandungan unsur K dan C-organik serta N meningkat
secara drastis dibanding tanpa perlakuan. Yakni 962 ppm
dibanding 422 ppm untuk K, 3.4L4 ppm dibanding 2.811 ppm
untuk C-organik, dan1,22% dibanding 027% untuk N. Sedangkan
unsur P naik menjadi 84 ppm dibanding 69 ppm.
Pada pembuatan biourine, kandungan unsur K melonjak
menjadi 1,.770 pprr. dibanding 759 tanpa perlakuan' C-organik
naik menjadi 3.773 ppm dibanding 3.390 ppm, dan N 0,89%
dibanding 0,34% . T etapi unsur P turun menjadi 89 ppm dibanding
94 ppm. Penurunan unsur P pada biourine disebabkan inokulan
yang ada kurang marnpu melarutkan P. Sehingga perlu dicarikan
mikroba yang cocok untuk melarutkan lebih banyak P dalam
proses fermentasi biourine.
Teknik pembuatan yang cukup praktis dan sederhana
diuraikan sebagai berikut. Pada pembuatan biokultur, kotoran
(feses) ternak ruminansia kambing ditampung dalam bak lalu
dicampur air dengan perbandingan 1':2. Lalu dimasukkan
fermenter, yakni R. bacillus dan Azotobakter dengan komposisi:
0,8 m3 campuran feses, L liter R. bacillus dan 1 liter Azotobacter.
Bahan diaduk selama 3-4 jan, kemudian bak ditutup dan
dibiarkan selama 7 trri. Pada hari ke-8, bagian cairan di atas
diambil, bagian yar:g mengendap diperas dan cairannya
digabung dengan cairan yang telah diambil sebelumnya' Cairan
berupa pupuk cair (biokultur) tersebut sudah siap dipakai atau
disimpan. Bagian padat hasil perasan bisa digunakan untuk
pupuk atau bahan bakar

Alat dan bahan


ATK dan instalasi/unit pengelola limbah

h.{ateri *iklali Pra Asesrllen Fasilital*r Ter:tak *rganik | 119


Keamanan Kerja:

1,. Kenyamanan mengidentifikasi sumber dan jenis ]imbal-rpadat clan


cair, rnenentukan metode pengelolaan limbah padat dan cair
dengan tepat, nrelakukan pengolahan limbah padat dar-r cair
dengan benar dan aman, dan mer-Lempatklan limbah padat dan cair
pada ienrpat 1,ang tepat.
2. Keselarnatan rnenggunakan sarana dan prasarana untuk
mengidentifikasi sumber dan jenis limbah padat dan cair,
rnenentukan metode pengelolaan limbah padat dan cair dengan
tepat, melakukan pengolahan limbah padat dan cair dengan benar
dan amar-r, dan menempatklan limbah padat dan cair pada tempat
yang tepat.
3. Keamanan mengidentifikasi sumber- dan jenis limbah padat dan
cair, rnenentukan metode pengelolaan limbah padat dan cair
dengan tepat, melakukan pengolairan limbah padat dan cair
dengan benar dan aman, dan meneilpatklan lirnbal-r padat dan cair
pada tempat yang tepat.

120 I fulateri iliklai llr";: ilEe*rxcn F;rsiliialcr']'err:ak *rg*1.:ik


Ferubahan Iklim
-Tr*ining Office,

1&19

Nama
TempatlTgl.
Pekeriaan saat

Alamat
No. HP

Riwayat Pendidikan :
- DIV Penwluhm Petematen
- Sedang merrempuh 52 IImu
di Univemitas Bmu.iiaya
Pelatihan :
- Magang Pemanlaatan Cas Bio

&

- Magang Pengolahan Limhah


- Pelatihan Telnologi Efektive
Bali L},27 Nor.ember 198

Lahir:
saat ini :

Pendidikan
lndusEi ITN
Liniver:itas

untuk

0liicer Corsse

Anda mungkin juga menyukai