Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KERJA PRAKTEK

PERBANYAKAN TANAMAN JATI (Tectona grandis) DAN PISANG MADU


(Musa acumicata cv. Madu) MELALUI KULTUR JARINGAN

Disusun Oleh:

Nama: Fauzan Muhammad Ardhi

NIM: 1400017067

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

2017
HALAMAN PENGESAHAN

Kegiatan Kerja Praktek Berjudul : Perbanyakan Tanaman Jati (Tectona grandis)


Dan Pisang Madu (Musa acumicata cv. Madu)
Melalui Kultur Jaringan

Diajukan Oleh:

Nama Mahasiswa : Fauzan Muhammad Ardhi

NIM : 1400017067

Fakultas/Prodi : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam/Biologi

Waktu Pelaksanaan : 1 Februari 2017 – 2 Maret 2017

Tempat Pelaksanaan : Laboratorium Kultur Jaringan, Bidang Botani, Puslit Biologi,


Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cibinong, Bogor.

Pada Tanggal,

Menyetujui,

Dosen Pembimbing Pembimbing Lapangan

Diah Asta Putri Aryani


NIP/NIY NIP/NIY
Menyetujui,

Dekan Fakultas MIPA Ketua Program Studi

Aris Thobirin, S. Si, M. Si. Listiatie Budiutami


NIP/NIY NIP/NIY
DAFTAR ISI

A. Halaman Pengesahan........................................................................................................

B. Daftar Isi ...........................................................................................................................

C. Ringkasan .........................................................................................................................

D. BAB I: Pendahuluan ........................................................................................................

1. Latar Belakang ......................................................................................................

2. Rumusan Masalah .................................................................................................

3. Tujuan ...................................................................................................................

E. BAB II: Tinjauan Pustaka .................................................................................................

F. BAB III: Metode ...............................................................................................................

1. Tempat dan Waktu ................................................................................................

2. Alat dan Bahan ......................................................................................................

3. Cara Kerja .............................................................................................................

G. BAB IV: Hasil dan Pembahasan ......................................................................................

I. BAB V: Kesimpulan ..........................................................................................................

J. Daftar Pustaka....................................................................................................................

K. Lampiran Surat Pengantar KP Dari Fakultas MIPA ........................................................


RINGKASAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan zaman dan pesatnya pertumbuhan penduduk di bumi
menjadikan semakin meningkatnya kebutuhan primer dan sekunder yang harus
diproduksi. Namun jika hanya dengan cara tradisional saja, kebutuhan produksi
harian bagi konsumen akan sangat lambat dan bahkan bisa kekurang bagi
konsumen dunia. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk menanggulangi
perkembangan ini adalah dengan kultur jaringan.
Kultur jaringan merupakan teknik yang digunakan untuk mempercepat
pertumbuhan jaringan lewat media tumbuh yang sudah dikondisikan dan
memperbanyak secara identik untuk produksi besar. Teknik kultur jaringan ini
sangat membantu untuk menyediakan produk unggulan yang punya kualitas yang
sama. Sehingga, produk yang diberikan kepada konsumen selalu yang terbaik.
Kegiatan kultur jaringan di laboratorium kultur jaringan PusLit Biologi
bidang botani di LIPI Cibinong dikhususkan terutama untuk produksi Jati
Platinum. Selain untuk perbanyakan Jati Platinum, di laboratorium ini juga di
dilakukan teknik kultur jaringan untuk Buah Naga Kuning, Gaharu, dan Talas
Pontianak, serta untuk keperluan penelitian lain.
Kegiatan Kerja Praktek (KP) yang dilakukan di sini bertujuan untuk
beradaptasi dengan dunia kerja yang sesungguhnya serta untuk mendapatkan
pengalaman dan ilmu baru di bidang biologi biologi maupun bidang ilmu lainnya.
Kegiatan KP ini berlangsung selama 1 bulan dari tanggal 1 februari 2017 hingga
1 maret 2017. Adapun kegiatan yang dilakukan selama KP di laboratorium kultur
jaringan LIPI Cibinong terdiri atasa cuci botol, pembuatan media, pembuatan
subkultur, aklimatisasi, dan pembersihan laboratorium.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari laporan kerja praktek ini adalah:
1. Bagaimana tingkat pertumbuhan tanaman jati platinum hasil subkultur
dan aklimatisasi?
2. Bagaimana tingkat pertumbuhan tanaman pisang madu hasil subkultur?
3. Bagaimana tingkat pertumbuhan tunas dan tinggi tunas antara subkultur
ruas dengan subkultur pucuk pada tanaman jati platinum?
C. Tujuan
Tujuan dari laporan kerja praktek ini adalah:
1. Mengetahui bagaimana tingkat pertumbuhan tanaman jati platinum hasil
subkultur dan aklimatisasi.
2. Mengetahui Bagaimana tingkat pertumbuhan tanaman pisang madu hasil
subkultur.
3. Mengetahui tingkat pertumbuhan tunas dan tinggi tunas antara subkultur
ruas dengan subkultur pucuk pada tanaman jati platinum.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. keadaan pusat penelitian biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)


1. Sejarah
Sejarah Pusat Penelitian Biologi LIPI dimulai saat era colonial sekitar
tahun 1800. Seorang gubernur jawa bernama Raffles mendirikan kebun
raya di Bogor bernama Land Plantentuin. Stasiun ini mengakomodasi
seluruh pekerjaan dibidang taksonomi baik tumbuhan maupun hewan.
Setelah kemerdekaan, Pemerintah Indonesia mengubah nama Land
Plantentuin menjadi Lembaga Hortus Botanicus Pusat (LHBP), atau Kebun
Raya Indonesia (KRI), atau Kebun Raya Bogor (KRB). Lembaga ini
berada di bawah administrasi Djawatan Penelitian Alam (DPA), yang
kemudian diganti namanya menjadi Lembaga Pusat Penyelidikan Alam
(LPPA) di bawah Departemen Pertanian.
Pada tahun 1962 berdasarkan dekrit MPR No. II tahun 1960, KBR dan
LPPA dipisahkan dari Departemen Pertanian, dan diganti namanya menjadi
Lembaga Biologi Nasional (LBN) di bawah administrasi Majelis Ilmu
Pengetahuan Indonesia (MIPI), yang kemudian berganti nama menjadi
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Kemudian dalam
perkembangan selanjutnya berdasarkan dekrit presiden No. I tahun 1986
tentang reorganisasi LIPI, nama Lembaga Biologi Nasional diganti menjadi
Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi.
2. Fungsi dan Tujuan
Fungsi Pusat Penelitian Biologi diantaranya: a. sebagai lembaga
penyiapan bahan perumusan kebijakan penelitian bidang biologi; b.
lembaga penyusunan rencana, program, dan pelaksanaan penelitian biologi;
c. penyusunan pedoman, pembinaan, dan pemberian bimbingan teknis
penelitian bidang biologi; d. pelayanan jasa ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang biologi, evaluasi dan penyusunan laporan penelitian
bidang biologi; dan e. pelaksanaan urusan tata usaha.
Selain tugas pokok dan biologi dan fungsi tersebut, berdasarkan Surat
Keputusan Kepala LIPI No. 1973/2002, Pusat Penelitian Biologi – LIPI
ditunjuk sebagai pelaksana Harian Otoritas Keilmuan (Scientific Authority)
dalam rangka konservasi tumbuhan dan satwa liar serta dalam rangka
pelaksanaan CITES (Conservation on International Trade in Endangered
Species of Wild Fauna and Flora) di Indonesia. Tugasnya adalah
melaksanakan tugas – tugas harian yang berkaitan dengan kewenangan
LIPI sebagai Otoritas Keilmuan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 7
dan 8 tahun 1999, yang tugasnya antara lain:
a. Memberikan rekomendasi kepada Otoritas Pengelola
(Management Authority) tentang penetapan daftar klasifikasi,
kuota penangkapan dan perdagangan termasuk ekspor, re-ekspor,
impor, introduksi dari laut, semua specimen tumbuhan dan satwa
(PP No. 8/1999, pasal 66);
b. Memonitor izin perdagangan dan realisasi perdagangan, serta
memberikan rekomendasi kepada Otoritas Pengelola tentang
pembatasan pemberian izin perdagangan tumbuhan dan satwa
karena berdasarkan evaluasi secara biologis pembatasan seperti itu
perlu dilakukan (PP No. 8/1999, pasal 66);
c. Bertindak sebagai pihak yang independen memberikan
rekomendasi terhadap konvensi internasional di bidang konservasi
tumbuhan dan satwa (PP No. 8/1999, pasal 66);
d. Memberikan pertimbangan kepada Otoritas Pengelolamengenai
perubahan dari jenis tumbuhan dan satwa dilindungi menjadi tidak
dilindungi dan sebaliknya (PP No. 7, pasal 5);
e. Memberikan saran mengenai metoda standar pemantauan terhadap
populasi tumbuhan dan satwa (PP No. 7/1999, pasal 11);
f. Memberikan rekomendasi mengenai pengkajian, penelitian dan
pengembangan terhadap jenis tumbuhan dan satwa liar Indonesia
yang dilakukan di luar negeri (PP No. 8/1999, pasal 6 ayat 2).
4. Visi dan Misi
Pusat Penelitian Biologi LIPI memiliki visi menjadi pusat acuan
terpercaya bidang pemberdayaan dan konservasi asset keanekaragaman hayati
Indonesia.
Pusat Penelitian Biologi LIPI memiliki beberapa misi, yaitu:
a. Menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
memberdayakan dan melestarikan asset keanekaragaman
hayati Indonesia agar menjadi pendorong utama dalam
pembangunan berkelanjutan bangsa yang berwajah
kemanuasiaan;
b. Ikut serta dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui tersedianya peneliti yang professional, teknisi yang
andal, dan staf pendukung penelitian yang mumpuni serta
prasarana dan sarana yang terakreditasi sehingga mampu
menjadi center of excellent dalam bidang konservasi dan
pengungkapan potensi sumber daya hayati Indonesia;
c. Memperkuat kerjasama dan bentuk jaringan diantara
pemangku kepentingan yang bergerak dalam isu
keanekaragaman hayati, ekosistem, dan lingkungan agar
masyarakat Indonesia menjadi peduli, berdaya, mandiri,
cerdas, dalam memanfaatkan dan melestarikan
keanekaragaman hayatinya;
d. Meningkatkan peran serta masyarakat dan sector swasta serta
mendorong otonomi daerah dalam menggali dan
memandaatkan potensi sumber daya alamnya secara optimum,
lebih adil dan berkelanjutan melalui pengelolaan yang
bertanggung jawab dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarkat;
e. Memberikan landasan ilmiah untuk pengambilan kebijakan
serta tersusun dan tegaknya supremasi hokum terutama undang
– undang yang terkait dengan pengelolaan sumber daya hayati
dan nir-hayati serta lingkungan, merancang dan mematuhi
peraturan pemerintah pusat dan daerah terutama rencana dan
tata ruang wilayah, serta menghormati kearifan masyarakat
adat dan tradisional untuk memperkokoh persatuan bangsa
sekaligus memperluas daya saing masyarakat.
A. Struktur Organisasi
Struktur organisasi laboratorium kultur jaringan terdiri dari:
a. Kepala laboratorium : Dr. Witjaksono
b. Wakil kepala laboratorium : Tri Handayani, SP, M. Si
c. Peneliti : a. Prof. Dr. Lazarus A. Sukamto
b. Aryani Leksonowati, S. Si
c. Ridwan, M. Sc
d. Indiria Riastiwi, M. Sc
d. Manajer Laboratorium : K. Utami Nugraheni, S. P
e. Asisten Peneliti : a. S2 (1 Orang)
b. S1 (1 Orang)
f. Tenaga Kontrak : 9 Orang
B. Teknik Kultur Jaringan
Kultur jaringan merupakan salah satu teknik dalam perbanyakan
tanaman secara klonal untuk perbanyakan masal. Keuntungan pengadaan
bibit melalui kultur jaringan antara lain dapat diperoleh bahan tanaman yang
unggul dalam jumlah banyak dan seragam, selain itu dapat diperoleh biakan
steril (mother stock) sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk
perbanyakan selanjutnya (Lestari, 2008).
Dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan dapat ditempuh
melalui dua jalur, yaitu organogenesis dan embryogenesis somatic. Jalur
embryogenesis somatic di masa mendatang lebih mendapat perhatian karena
bibit dapat berasal dari satu sel somatic sehingga bibit yang dihasilkan dapat
lebih banyak dibandingkan melalui jalur organogenesis. Di samping itu, sifat
perakarannya sama dengan bibit asal biji (Lestari, 2011)
Menurut Zulkarnain (2009), beberapa manfaat dari teknik kultur
jaringan adalah:
1. Perbanyakan klon secara cepat
Teknik kultur jaringan setiap sel dapat diinduksi untuk beregenerasi
menjadi individu tanaman lengkap dengan sifat genetik yang identik satu
sama lain. Pada kultur organ, pucuk - pucuk in vitro dapat disubkultur untuk
penggandaan lebih lanjut sehingga dalam waktu singkat akan dihasilkan
individu tanaman dalam jumlah besar;
2. Keseragaman genetik
Dikarenakan prosedur kultur jaringan bersifat vegetatif maka
rekombinasi acak dari karakter genetik terjadi pada perbanyakan seksual
(melalui biji) dapat dihindarkan. Oleh karena itu, tanaman yang dihasilkan
secara genetik akan identik dengan induknya;
3. Kondisi aseptik
Proses kultur in vitro ini menggunakan kondisi aseptik sehingga kultur
jaringan tanaman dapat meneyediakan bahan tanaman bebas patogen dalam
jumlah besar. Walaupun demikian, kultur jaringan bisa memiliki partikel
virus didalam jaringan, tetapi hal ini tidak memperlihatkan gejala apapun di
dalam kultur yang sehat. Namun, teknik kultur jaringan dapat
meregenerasikan tanaman bebas virus, yakni menggunakan kultur meristem;
4. Seleksi tanaman
Seringkali variasi genetik terdapat di dalam kultur normal. Variasi
genetik tersebut dapat diperoleh dengan menginduksi bahan eksplan
menggunakan perlaukan kimiawi ataupun fisik. Begitu diperoleh populasi
yang beragam secara genetik, maka terdapat peluang untuk menyeleksi
genotip - genotip superior tanaman;
5. Stok tanaman mikro
Kualitas dan kondisi tanaman induk atau sumber bahan dapat
berpengaruh nyata terhadap keberhasilan upaya perbanyakan tanamana,
melalui kultur jaringan. Oleh karena itu, stok tanaman induk dapat dipelihara
secara in vitro dan sejumlah stok mikro dapat diperoleh selanjutnya
diperakaran didalam sistem in vitro;
6. Lingkungan terkendali
Teknik kultur jaringan sangat sesuai untuk diterapkan bila diinginkan
pemeliharaan tanaman di bawah kondisi lingkungan terkendali, baik sebagai
tanaman induk untuk kebutuhan kultur ataupun tanaman untuk iduksi
perakaran pada spesies yang sulit berakar;
7. Pelestarian plasma nutfah
Kebutuhan akan ruang yang kecil dan mudahnya menciptakan keadaan yang
sesuai, menjadikan kultur in vitro sebagai suatu cara yang praktis sebagai
salah satu upaya pelestarian plasma nutfah;
8. Produksi tanaman sepanjang tahun
Melalui teknik kultur jaringan terbuka peluang untuk memperbanyak
tanaman di sepanjang tahun. Hal ini dikarenakan, teknik kultur jaringan
tidak tergantung dengan musim;
9. Memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif
konvensial.
Melalui teknik kultur jaringan, tanaman yang sulit diperbanyak secara
vegetatif dapat diatasi dengan manipulasi terhadap lingkungan kultur
(mislanya dengan perlakuan hormon, cahaya, suhu) atau dengan
menggunakan bahan eksplan yang memiliki daya merismatik tinggi.
C. Penyakit pada tanaman pisang budidaya
Salah satu kelompok organisme pengganggu tanaman yang
menyebabkan penyakit pada pisang adalah jamur patogen. Jamur
menyebabkan gejala lokal atau sistemik pada inangnya, dan gejala tersebut
mungkin terjadi secara terpisah pada inang berbeda, secara bersamaan pada
inang sama, atau yang satu mengikuti yang lain pada inang yang sama
(Soesanto, 2012).
Beberapa jamur patogen yang menyebabkan penyakit pada daun
pisang, antara lain Fusarium oxysporum Schlecht f.sp. cubense penyebab
penyakit layu Fusarium, Mycosphaerella musicola Mulder penyebab becak
daun Mycosphaerella yang dikenal sebagai penyakit Sigatoka, Cordana
musae (Zimm.) Hohn penyebab becak daun Cordana, Phaeoramularia musae
penyebab burik, Colletotrichum musae (Berk. et Curt.) Arx penyebab
antraknosa, Uredo musae Cummins penyebab karat daun, Drechslera
gigantean (Heald et Wolf) Ito penyebab becak mata, Guignardia musae Rac.
penyebab bintik-bintik pada daun, Phyllachora musicola Booth et Shaw.
penyebab becak palang hitam, dan lainnya (Soesanto, 2012; Ploetz, 2007;
Smith, 2007).
Photita et al. (2004) dan Soares et al. (2005) mengatakan bahwa
beberapa genus jamur patogen merupakan endofit laten pada pisang, yang
juga menyerang tanaman sejak dari pembibitan sampai tanaman di lapangan.
Genus yang umum dijumpai sebagai patogen tanaman pisang adalah
Cladosporium, Colletotrichum, Curvularia, Fusarium, Guignardia,
Nigrospora, Phoma, dan Verticillium (Photita et al. 2001). Genus tersebut
termasuk genus jamur yang banyak menyebabkan kerugian paling serius pada
tanaman pisang, yaitu Fusarium oxysporum dan Colletotrichum
gloeosporioides (Ploetz, 2000: Zakaria et al., 2009).
BAB III

METODE

A. Tempat dan Waktu


Tempat : Laboratorium Kultur Jaringan, Bidang Botani, Puslit Biologi,
LIPI Cibinong, Bogor.
Waktu : 1 Februari 2017 – 2 Maret 2017
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat – alat yang digunakan selama program kerja praktek ini antara
lain adalah sebagai berikut: sikat besi, spons cuci, autoklaf, kompor,
pemantik api, gelas takar 2l, gelas ukur 2l, gelas ukur 100ml, gelas ukur
25ml, gelas ukur 10ml, pengaduk magnetic (stirer), panci ukuran besar,
pemantik api, pipet tetes, timbangan analitik, cawan petri, spidol, pinset
besar, pinset kecil, gagang scapel, laminar air flow (lAF), bunsen, cawan
petri, tabung reaksi ukuran besar, gunting, rak tabung reaksi, rak peralatan,
corong, alat tulis, bak plastic, cetok, sprayer, sendok the, autoklaf khusus
untuk tanah, cup atau pot kecil, vacuum cleaner, dan kain pel.
2. Bahan
Bahan - bahan yang digunakan selama program kerja praktek ini
antara lain adalah sebagai berikut: Air, Chlorox/ Bayclin, Teepol, Larutan
makro MS 100mL, Larutan mikro MS 10mL, FeNaEDTA 10mL, Vitamin
MS 5mL, Myoinositol 0,1gr, Gula 30gr, Gelrite 3gr atau TC agar AA 7gr,
Aquadest steril hingga 1L, Indicator pH universal, Alcohol 70%, Alcohol
98%, Larutan Pembersih dapur “Mr. Muscle” yang dicampur
bayclin/chlorox, Eksplant yang akan disubkultur, Mata pisau scapel steril,
Karet gelang baru, Media steril siap pakai yang diperlukan, Tanah yang
sudah steril, Cocopeat yang sudah steril, Pasir yang sudah steril, Sekam
bakar yang sudah steril, Tanaman eksplant dari ruang kultur yang siap
diaklimatisasi, Pucuk dan ruas tanaman aklim yang siap untuk distek dan
diaklimatisasi, Bakteriosida “Agrept”, Fungisida “Masalgin”, Pupuk cair
“Grow More”, Perangsang pertumbuhan akar “Root-Up”, Plastic bening,
Karet ban dalam bekas, serta Pembersih lantai “So Klin Lantai”.
C. Cara Kerja
1. Cuci botol
a. Botol – botol di ruang inkubasi di periksa satu persatu untuk
mencari adanya botol jam yang terkontaminasi;
b.Jika ditemukan kontaminasi bakteri, botol jam masih dapat di
toleransi untuk tetap dibiarkan di ruang kultur. Tapi jika
terkontaminasi oleh cendawan, meskipun sedikit, botol jam harus
di pisahkan dari ruang kultur untuk disterilkan;
c. Setelah menyeleksi botol – botol yang terkontaminasi, dihitung
dan dicatat jumlah total botol yang terkontaminasi, jumlah
jumlah botol yang terkontaminasi perkode, serta orang yang
membuat subkultur tersebut;
d.Kemudian, dari tiap botol – botol jam yang terkontaminasi tadi
dipilih tanaman yang cukup tinggi untuk disiapkan pada proses
aklimatisasi;
e. Sisa dari botol jam tadi kemudian didestruksi dengan autoklaf,
kemudian dicuci sedikit dengan larutan teepol lalu direndam
selama 24 jam di dalam campuran larutan teepol, bayclin dan air
dengan perbandingan 1:1:1;
f. Setelah direndam 24 jam, botol jam dibersihkan dari label spidol
permanen dengan menggunakan sikat besi dan larutan
teepol.untuk bagian dalamnya dibersihkan dengan menggunakan
spons cuci yang sudah diikatkan dengan kayu sedemikian rupa
agar bisa membersihkan bagian dalam botol secara keseluruhan.
Bagian bibir botol dan dinding luar botol juga dibersihkan
dengan spons cuci;
g.Botol jam kemudian dibilas dengan air mengalir dan ditiriskan;
h.Sebelum digunakan untuk tempat media, botol – botol yang
sudah dicuci dan ditiriskan tadi kembali diautoklaf untuk
sterilisasi.
2. Larutan Stok larutan makro (dibuat 20 kali konsentrasi akhir)
a. Timbang masing-masing komponen secara terpisah sebanyak
20 kali konsentrasi akhirnya.
b.Siapkan gelas kimia ukuran 1 liter, kemudian tuangkan
aquades (sebaiknya aquades steril) kurang lebih 100 mL.
c. Masukkan satu komponen media dan aduk hingga larut.
Kemudian masukkan lagi komponen lainnya satu per satu, dan
aduk hingga
d.larut. Jangan campurkan semua komponen menjadi satu karena
akan sulit larut.
e. Tambahkan aquades steril ke dalam gelas kimia hingga volume
tepat menjadi 1 liter.
f. Beri label dengan cara menuliskan nama stok larutan, tanggal
pembuatan, dan konsentrasinya. Misalnya, Makro 50 mL/L,
20-8-98.
g.Akhirnya stok larutan disimpan dalam lemari es.
1. Untuk membuat hara makro diukur aquades steril dengan labu

ukur sebesar 1 L kemudian ditimbang NH4NO3 sebesar 16,5

gr, KNO3 19 gr, CaCl2.2H2O 4,4 gr, KH2PO4 1,7 gr dan

MgSO4.7H2O 3,7 gr, masing-masing bahan tersebut diencerkan

menggunakan aquades steril yang telah diukur sebanyak 1 L


tadi, diaduk hingga homogen dan disimpan dalam lemari es

setelah dipindahkan kedalam botol reagen yang ditidak tembus

cahaya.

2. Untuk membuat hara mikro 100x sebesar 1 L yaitu diukur 1 L

aquades steril dengan labu ukur, langkah selanjutnya yaitu

ditimbang MnSO4.H2O 1,69 gr, ZnSO4.7H2O 0,86 gr, H3BO3

0,62 gr, KI 0,083 gr, Na2MoO4.2H2O 0,025 gr, CuSO4.5H2O

0,0025 gr, dan CoCl2.6H2O 0,0025 gr dan diencerkan dengan

aquades yang telah diukur sebelumnya. Diaduk hingga

homogen, dimasukkan kedalam botol reagen yang tidak

tembus cahaya dan disimpan dalam lemari es.

3. Untuk membuat FeNaEDTA yaitu ditimbang FeNaEDTA

sebesar 3,67 gr kemudian diencerkan dalam aquades steril

sebanyak 1000 ml. Dimasukkan kedalam botol reagen yang

tidak tembus cahaya dan disimpan dalam lemari es.

4. Untuk membuat Vitamin MS 500 ml yaitu diukur 500 ml

aquades steril kemudian ditimbang Glycine 0,2 gr, Pyridoxine

0,05 gr, Thiammne HCl 0,01 gr, Nic. Acid 0,05 gr dan masing-

masing diencerkan dengan aquades steril yang telah diukur

tadi. Diaduk hingga homogen, dimasukkan dalam botol reagen

yang tidak tembus cahaya dan disimpan dalam lemari es.

3.
4. Pembuatan media
a. Yang pertama dibuat adalah media dasar, yaitu media MS.
Hasil takaran ini adkan menjadi 1L media MS. Media MS
terdiri atas larutan makro MS sebanyak 100mL, larutan makro
MS sebanyak 10mL, FeNaEDTA 10mL, dan vitamin MS 5mL.
semua bahan tadi dicampurkan ke dalam gelas takar 2L
kemudian ditambahkan aquadest steril hingga mengisi separuh
gelas takar tersebut kemudian diaduk dengan bantuan magic
stirrer;
b. Selama proses pengadukan, myoinositol ditimbang sebanyak
0,1gr dan gula sebanyak 30gr. Penambahan dilakukan secara
perlahan agar tidak mengganggu kerja mesin pengaduk;
c. Jika media dasar siap, maka untuk membuat media lain hanya
perlu ditambahkan bahan – bahan lain. Untuk media B2,
setelah ditambahkan gula, tambahkan larutan BA 2mg/L
sebanyak 2mL kedalam larutan media MS lalu ditambah
aquadest steril hingga 2L, agar lebih akurat digunakan gelas
ukur 2L saat penambahan aquadest terakhir. Setelah itu
dipindah kembali ke gelas takar 2L dan diaduk hingga
homogen. Setelah homogeny, diukur pHnya denga indicator
pH universal. pH media harus mencapai 5,8. Jika terlalu asam,
dapat ditambahkan NaOH 1N beberapa tetes hingga menjadi
basa. Jika terlalu basa, dapat ditambahkan HCL 1N beberapa
tetes hingga larutan menjadi asam;
d.Untuk media BK, cukup ditambahkan larutan KH2PO4
sebanyak 10mL ke dalam larutan media MS, lalu ditambah
aquadest dan diukur pHnya hingga sekitar 5,8;
e. Untuk media BK 0,5, cukup ditambahkan KH2PO4 sebanyak
10mL dan larutan BA 2mg/L sebanyak 0,5mL ke dalam media
MS, lalu ditambah aquadest hingga 2L, diukur pHnya hingga
sekitar 5,8, dan diaduk hingga homogen;
f. Setelah pH sudah menunjukkan 5,8, pindahkan larutan media
ke dalam panic untuk dimasak di atas kompor. Sebelum
dimasak tambahkan bubuk agar yaitu gelrite sebanyak 3gr atau
TC agar AA sebanyak 7gr. Perbedaan keda jenis agar ini
adalah jika ditambah gelrite, maka hasil akhir media akan
bening dan cocok untuk pengamatan akar. Jika ditambah TC
agar AA, maka hasil akhir media akan keruh.
g.Media kemudian dimasak hingga mendidih, setelah mendidih
pindahkan ke gelas takar 2L yang bersih dan segera
dimasukkan ke dalam botol – botol jam.kemudian botol ditutup
dengan tutup botol jam atau plastic yang dirapatkan dengan
karet gelang dan diberi label jenis media dan tanggal
pembuatan. Kemudian diautoklaf lagi untuk sterilisasi
kemudian disimpan di ruang penyimpanan.
5. Subkultur
a. Alat-alat yang akan digunakan harus disterilisasi terlebih
dahulu dengan autoklaf agar bebas dari kontaminan. Alat- yang
dibutuhkan untuk tiap kultur berbeda-beda. Tapi secara umum
terdiri atas 3 tabung reaksi ukuran besar 3 buah, pinset besar 1
buah, dan pinset ujung melengkung 1 buah serta cawan petri
atau container stainless. Alat tambahan terdiri dari pisau scapel
untuk subkultur buah naga kuning, pisang dan talas. Sedangkan
gunting dan pinset panjang tambahan digunakan untuk
subkultur jati. Agar lebih praktis saat digunakan, alat-alat yang
diperlukan untuk tiap subkultur dikelompokkan dalam 1
bungkus plastic sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf.
Setelah alat sudah disterilisasi, alat yang sudah disterilisasi
sebelumnya disiapkan ditempat terdekat dengan Laminar Air
Flow (LAF), juga disapkan alcohol 98% di dalam botol jam
yang tertutup plastic rapat;
b.Alat Pelingdung Diri (APD) digunakan terlebih dahulu
sebelum masuk ke dalam ruang LAF. Lalu, pastikan LAF
sudah terhubung dengan sumber listrik.
c. Sebelum mulai subkultur, ruang LAF dan glove yang di pakai
disterilikan lagi dengan disemprot alcohol 70% dan pada ruang
LAF di ratakan ke seluruh permukaannya, termasuk juga pada
barang-barang yang sudah ada di dalamnya.
d.Kemudian peralatan subkultur dan alcohol 98% tadi
dimasukkan ke dalam ruang LAF dengan terlebih dahulu
disemprot dengan alcohol 70% pada seluruh permukaannya;
e. Tabung reaksi besar disiapkan pada rak tabung reaksi yang
sudah berada di dalam LAF, kemudian diisi dengan alcohol
98% yang sudah disiapkan tadi hingga dikira cukup untuk
merendam peralatan kultur;
f. Alat-alat yang akan digunakan untuk subkultur disterilisasi lagi
dengan cara dicelup kedalam tabung reaksi berisi alcohol tadi
kemudian dibakar di atas nyala Bunsen dan didinginkan.
Masing-masing tabung reaksi untuk tiap peralatan kultur.
Sterilisasi ini dilakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
g.Setelah semua peralatan sudah disterilkan, selanjutnya bahan-
bahan yang diperlukan untuk subkultur dimasukkan ke dalam
LAF, seperti medium yang digunakan dan eksplan, setiap
bahan yang masuk disemprot dengan alcohol 70%.
h.untuk subkultur jati, beberapa media dibuka penutupnya dan
dilewatkan di atas nyala Bunsen baghian bibir botolnya, lalu
diletakkan didekat Bunsen. Tunas yang sudah tumbuh tinggi
dipotong dengan gunting dan segera dijepit dengan pinset
kecil. Daun yang ada digunting separuhnya. Kemudian segera
di posisikan di atas medium. Tiap medium bersisi 5-6 ruas dari
eksplan jati. Ruas-ruas tadi dipotong dengan gunting dan
dipisahkan antara pucuk dan ruas.
i. Jika media eksplan terkena kontaminasi bakteri, pastikan agar
eksplan tidak menyentuh media agar kemungkinan
kontaminasi berkurang. Jika media eksplant steril, maka
bonggol bisa di subkultur kembali.
j. Setela semua botol sudah terisi dan eksplan sudah menancap
pada media segera sterilkan bibir botol dan penutupnya dengan
cara dilewatkan di atas Bunsen beberapa kali dan di tutup.
Untuk penutup yang menggunakan karet, ganti dengan karet
ytang baru.
k.Setelah itu, beri label pada botol, dan diamati
perkembangannya setiap minggu.
6. Aklimatisasi (pucuk jati)
D. Disiapkan media untuk aklimatisasi terlebih dahulu, yaitu tanah yang telah

disterilkan, Cocopeat yang sudah steril, pasir yang sudah steril dan sekam

bakar yang sudah steril kemudian dicampur jadi satu di bak plastik kemudian

media diratakan dan diberi lubang untuk mempermudah penanaman.

Aklimatisasi dilakukan dari tanaman jati subkultur yang telah terkontaminasi

oleh jamur yang mana tanamannya sudah tumbuh tinggi dan stek dari bak-bak

aklimatisasi sebelumnya. Tanaman pada botol kultur maupun tanaman jati

yang ada di bak plastik dipotong pada tiap bagian ruas kemudian direndam

pada campuran cairan “Agrept” dan “Masalgin”. Sebelum ditanam pada


media, bagian ujung dicelupkan pada cairan “Root-Up” untuk merangsang

pertumbuhan akar. Setelah tanaman jati ditanam pada media disemprot

dengan pupuk cair “Grow More” sampai keadaan setengah basah, baru bagian

lubang tanaman di tancapkan ditutup oleh tanah tersebut.

1. Pembersihan laboratorium
a. Pembersihan dimulai dengan membersihkan debu di lantai
kultur dengan menggunakan vacuum cleaner;
b.Setelah dibersihkan dengan vacuum cleaner, lantai kemuadian
dipel dengan cairan pembersih lantai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Agenda kegiatan
1. Hasil
Kegitan yang dilakukan selama Kerja Praktek (KP) di
Laboratorium Kultur Jaringan, Puslit Biologi bidang botani, LiPI
Cibinong – Bogor yang telah dilaksanakan dari tanggal 1 Februari
2017 – 1 Maret 2017 diuraikan pada lampiran.
Kultur jaringan adalah Kultur jaringan merupakan salah satu
teknik dalam perbanyakan tanaman secara klonal untuk perbanyakan
masal (Lestari, 2008). Kegiatan kultur jaringan terdiri dari lima
kegiatan, yaitu cuci botol, pembuatan media, subkultur dan
aklimatisasi.
Kegiatan cuci botol bertujuan untuk sterilisasi wadah tempat
penanaman klon agar terhindar dari kontaminasi bakteri maupun
cendawan. Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pemilihan
botol terkontaminasi cendawan dari ruang inkubasi, pemilihan hasil
subkultur yang siap untuk ditransplant, destruksi dengan autoklaf,
pembersihan media dari botol dan pencucian pertama, perendaman.
pencucian kedua.
Kegiatan pembuatan media bertujuan untuk membuat stok
media siap pakai yang dapat langsung digunakan untuk kegiatan
subkultur. Prosesnya terdiri dari peracikan bahan dasar media,
pemasakan media, pengemasan, sterilisasi media, dan penyimpanan.
Masalah yang sering muncul dalam proses ini adalah adanya
kontaminasi jamur atau bakteri selama penyimpanan. Kemungkinan
penyebab kontaminasi dapat berasal dari proses pembuatan media
yang kurang aseptis atau karena botol jam tempat mengemas media
kurang steril.
Kegiatan pembuatan subkultur bertujuan untuk menyiapkan
sediaan tanaman baru/perbanyakan bibit dari sediaan lama baik yang
sudah tumbuh cukup besar maupun untuk menyelamatkan sisa
tanaman yang tidak terkena kontaminasi. Selama prosesnya, kegiatan
ini memerlukan kondisi aseptis yang sangat tinggi. Hal ini karena
media sangat rentan terhadap kontaminasi. Kontaminasi pada hasil
subkultur dapat menghambat bahkan mematikan tanaman hasil
subkultur. Selain itu, kontaminasi dapat menyebar ke botol lain
dengan cepat. Oleh karena itu, suasana aseptis selama pembuatan
subkultur menjadi sangat penting.
Setelah kegiatan subkultur, tahapan selanjutnya dari teknik
kultur jaringan adalah aklimatisasi. Pada tahap ini planlet dipindahkan
ke lingkungan di luar botol seperti rumah kacah atau rumah plastik.
Tujuannya agar planlet tersebut dapat tumbuh dan beradaptasi hingga
menjadi bibit yang siap tanam. Plantlet akan dipindahkan dari medium
agar yang steril ke medium tanah yang non-steril. Penyesuaian
lingkungan juga dilakukan secara perlahan – lahan. Jika dirasa eksplan
hasil aklimatisasi tadi sudah bisa beradaptasi, maka eksplan tersebut
dipindahkan dr media bak plastic ke media polybag.
Kegiatan lainnya yaitu membersihkan laboratorium. Kegiatan
ini bertujuan untuk menjaga sterilitasi ruangan agar tingkat
kontaminasi semakin kecil. Kegiatan ini selalu dilakukan secara
berkala agar tingkat kebersihannya selalu optimal.
B. Hasil pengamatan
Pucuk dan ruas adalah dua bagian yang memiliki karakteristik yang
berbeda. Sehingga, dari segi pertumbuhan juga sudah pasti akan menunjukkan
perbedaan yang sangat mencolok. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh
pada pengamat pertumbuhan subkultur jati platinum dengan kode mutan K16
4X selama 2 minggu.
1

JUMLAH TUNAS
1
1
1
P
0
0 R
0
MI M II
WAKTU (MINGGU)

Figure 1 PERTUMBUBUHAN JUMLAH TUNAS JATI PLATINUM SELAMA 2 MINGGU

Dari grafik ini, terlihat bahwa pertumbuhan jumlah tunas lebih banyak ditemukan
pada pengamatan ruas dari pada pengamatan pucuk. Pada pengamatan pucuk, satu-
satnya tunas yang terlihat adalah tunas pada puncak tanaman/pucuk. Sedangkat pada
pengamatan ruas, tunas mulai terlihat muncul pada ketiak daun, tepatnya ruas paling
atas yang dekat dengan bekas potongan.

1.200
TINGGI TUNAS (CM)

1.000
0.800
0.600
P
0.400
0.200 R
0.000
M I M II
WAKTU (MINGGU)

Figure 2 PERTUMBUHAN JUMLAH TUNAS JATI PLATINUM SELAMA 2 MINGGU


Pertumbuhan tunas selama pengamatan dua minggu menjukkan bahwa baik
pada subkultur pucuk maupun ruas mengalami pertambahan tinggi tunas. Namun,
pertambahan tinggi tunas lebih terlihat pada subkultur pucuk. Berdasarkan grafik
pertumbuhan di atas, tinggi tunas terlihat lebih cepat pada subkultur pucuk, yaitu dari
tinggi 0,6850 cm pada minggu pertama kemudian menjadi 0,8275 cm pada minggu
kedua.

JUMLAH DAUN
4
3 44
3
2 P
2
1 R
0
MI M II
WAKTU (MINGGU)

Figure 3 PERTUMBUHAN JUMLAH DAUN JATI PLATINUM SELAMA 2 MINGGU

Hasil grafik meunjukkan bahwa pertumbuhan jumlah daun terlihat


lebih banyak pada subkultur ruas dari pada subkultur pucuk. Jumlah daun yang
tumbuh selama pengamatan 2 minggu bertambah sekitar 2 helai pada subkultur ruas.
Sedangkan pada subkultur pucuk, daun hanya bertambah 1 helai saja.

3
3
JUMLAH RUAS

2
2
P
1
1 R
21 22
0
MI M II
WAKTU (MINGGU)

Figure 4 PERTUMBUHAN JUMLAH RUAS JATI PLATINUM SELAMA 2 MINGGU

Selama pengamatan 2 minggu, grafik menunjukkan bahwa


pertambahan jumlah tunas lebih terlihat pada hasil subkultur ruas dari pada subkultur
pucuk. Pada subkultur ruas, rata-rata pertambahan jumlah ruas selama 2 minggu
bertambah 1 ruas. Pada subkultur pucuk sendiri rata-rata jumlah ruas tidak ada yang
bertambah.
1.2

JUMLAH TUNAS
0.8

0.6
P
0.4

0.2

0
MI M II
WAKTU (MINGGU)

Figure 5 PERTUMBUHAN JUMLAH TUNAS HASIL AKLIMATISASI K164X

Hasil grafik menunjukkan bahwa selama 2 minggu pengamatan, tidak terlihat


adanya pertambahan tunas. jumlah tunas tetap sejak awal diaklimatisasi, yaitu 1 tunas tiap
eksplan.

2.5
TINGGI TUNAS

1.5
P
1

0.5

0
MI M II
WAKTU (MINGGU)

Figure 6 PERTUMBUHAN TINGGI TUNAS HASIL AKLIMATISASI K164X


7

JUMLAH DAUN
4

3
P
2

0
MI M II
WAKTU (MINGGU)

Figure 7 PERTUMBUHAN JUMLAH DAUN HASIL AKLIMATISASI K164X

2.5

2
JUMLAH RUAS

1.5
P
1

0.5

0
MI M II
WAKTU (MINGGU)

Figure 8 PERTUMBUHAN JUMLAH RUASHASIL AKLIMATISASI K164X


1
0.9
0.8
0.7

JUMLAH TUNAS
0.6
0.5
0.4 II 16B #3
Madu (T4) S8
0.3
0.2
0.1
0
MI M II
WAKTU (MINGGU)

Figure 9 PERTUMBUHAN JUMLAH TUNAS HASIL SUBKULTUR PISANG MADU II 16B #3 Madu (T4) S8

1.2

1
JUMLAH TUNAS

0.8

0.6
II 16B #3
0.4 Madu (T4) S8

0.2

0
MI M II
WAKTU (MINGGU)

Figure 10 PERTUMBUHAN JUMLAH TUNAS HASIL SUBKULTUR PISANG MADU II 16B #3 Madu (T4) S8
0.7

0.6

0.5

JUMLAH TUNAS
0.4

0.3 II 16B #3
Madu (T4) S8
0.2

0.1

0
MI M II
-0.1
WAKTU (MINGGU)

Figure 11 PERTUMBUHAN JUMLAH TUNAS HASIL SUBKULTUR PISANG MADU II 16B #3 Madu (T4) S8

C. Pembahasan
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
kontaminasi letak kontaminasi
kode yang jumlah tinggi tunas jumlah jumlah warna tanggal tanggal
ulangan ke- tanaman
tanaman subkultur bakteri cendawan media tanaman tunas (cm) daun ruas daun subkultur pengamatan

a - - - - - - 8 4 jati
8 februari 16 februari
b - - - - - - 2 1 platinum
K7 4X 2017 2017
1 c fauzan - - - - - - 2 1 HM (minggu I)
[R]
d - - - - - - 2 1
e - - - - - - 2 1
a - - - - 1 0.3 2 1
b - - - - 1 0.1 2 1
K7 4X
2 c fauzan - - - - 1 0.1 2 1 HM
[R]
d - - - - 1 0.4 4 2
e - - - - - - 2 1
a - - - - 1 0.1 2 1
b - - - - 1 0.1 2 1
K7 4X
3 c fauzan - - - - - - 2 1 HM
[R]
d - - - - - - 2 1
e - - - - 1 0.2 2 1
a - - - - - - 2 1
b - - - - 2 0.1 2 1
K7 4X
4 c fauzan - - - - 1 0.1 2 1 HM
[R]
d - - - - 2 0.3 2 1
e - - - - - - 2 1
a - - - - 1 0.1 2 1 HM
b - - - - - - 2 1 Cokelat
K7 4X
5 c fauzan - - - - 1 0.4 3 2 HM
[R]
d - - - - - - 2 1 HM
e - - - - - - 2 1 HM
a - - - - 2 0.1 2 1
b - - - - 2 0.1 2 1
K7 4X
6 c fauzan - - - - 2 0.3 2 1 HM
[R]
d - - - - 2 0.1 2 1
e - - - - 1 0.2 2 1
RATA-RATA 1 0.2 2 1

kontaminasi letak kontaminasi


kode ulangan yang tanggal tanggal
jumlah tunas tinggi tunas (cm) jumlah daun jumlah ruas warna daun tanaman
tanaman ke- subkultur bakteri cendawan media tanaman subkultur pengamatan

a - - - - 1 0.1 2 1
8 februari 23 februari jati platinum
b - - - - 1 0.1 2 1
2017 2017 (minggu II)
K7 4X [R] 1 c aryani - - - - 1 0.1 2 1 H
d - - - - 1 0.4 6 3
e - - - - - - 2 1
a - - - - 1 0.4 8 4
b - - - - 1 0.1 4 2
K7 4X [R] 2 c fauzan - - - - 1 0.3 6 3 H
d - - - - 1 0.1 2 1
e - - - - 1 0.1 2 1
a - - - -
b - - - - K
O
K7 4X [R] 3* fauzan N
c - - - - TA
d - - - - M
e - √ √ √
a - - - - 1 0.3 2 1 H
b - - - - 1 0.4 2 1 H
K7 4X [R] 4 c fauzan - - - - 1 0.3 2 1 H
d - - - - 1 0.2 2 1 H
e - - - - - - 2 1 Pucuk mati
a - - - - 1 0.3 6 3
b - - - - 2 0.1 4 2
K7 4X [R] 5 c fauzan - - - - 1 0.5 2 1 H
d - - - - 2 0.4 4 2
e - - - - 1 0.2 5 3
a - - - - 1 0.1 2 1
b - - - - 1 0.1 5 3
K7 4X [R] 6 c aryani - - - - 2 0.1 8 4 H
d - - - - - - 2 1
e - - - - 1 0.2 6 3
RATA-RATA 1 0.2 4 2
kode yang kontaminasi letak kontaminasi jumlah tinggi tunas jumlah jumlah warna tanggal tanggal
ulangan ke- tanaman
tanaman subkultur bakteri cendawan media tanaman tunas (cm) daun ruas daun subkultur pengamatan
a - - - - 1 1.1 6 3
8 februari jati platinum
b - - - - 1 1.1 6 3 16 februari 2017
2017 (minggu I)
K7 4X [P] 1 c aryani - - - - 1 0.6 4 2 HM
d - - - - 1 0.4 4 2
e - - - - 1 1.1 4 2
a - - - - 1 1 4 2
b - - - - 1 1,1 6 3
K7 4X [P] 2 c fauzan - - - - 1 0.7 2 1 HM
d - - - - 1 1.2 4 2
e - - - - 1 0.9 4 2
a - - - - 1 0.2 2 1
b - - - - 1 0.9 4 2
K7 4X [P] 3 c fauzan - - - - 1 0.6 4 2 HM
d - - - - 1 0.4 4 2
e - - - - 1 1 4 2
a - - - - 1 0.1 2 1
b - - - - 1 0.4 2 1
K7 4X [P] 4 c fauzan - - - - 1 0.4 2 1 HM
d - - - - 1 0.5 2 1
e - - - - 1 0.9 2 1
a - - - - 1 0.4 2 1
b - - - - 1 1 4 2
K7 4X [P] 5 c fauzan - - - - 1 0.8 4 2 HM
d - - - - 1 0.1 2 1
e - - - - 1 1 4 2
a - - - - 1 0.1 1 1
b - - - - 1 0.8 4 2
K7 4X [P] 6 c fauzan - - - - 1 1.2 4 2 HM
d - - - - 1 0.5 4 2
e - - - - 1 0.2 2 1
RATA-RATA 1 0.7 3 2

kontaminasi letak kontaminasi


kode yang jumlah tinggi tunas jumlah jumlah warna tanggal tanggal
ulangan ke- tanaman
tanaman subkultur bakteri cendawan media tanaman tunas (cm) daun ruas daun subkultur pengamatan

a - - - - 1 1.1 4 3
8 februari jati platinum
b - - - - 1 1.2 4 3 23 februari 2017
2017 (minggu II)
K7 4X [P] 1 c aryani - - - - 1 0.6 4 2 H
d - - - - 1 0.4 4 2
e - - - - 1 1.1 4 2
a - - - - 1 1.5 4 2
b - - - - 1 1,1 4 3
K7 4X [P] 2 c fauzan - - - - 1 0.9 4 2 H
d - - - - 1 0.9 6 3
e - - - - 1 1.2 4 2
a - - - - 1 0.3 2 1
b - - - - 1 1 4 2
K7 4X [P] 3 c fauzan - - - - 1 0.7 4 2 H
d - - - - 1 0.4 4 2
e - - - - 1 1 4 2
a - - - - 1 0.3 2 1
b - - - - 1 1 4 2
K7 4X [P] 4 c fauzan - - - - 1 0.7 4 2 H
d - - - - 1 0.5 4 2
e - - - - 1 1 4 2
a - - - - 1 0.4 4 2
b - - - - 1 1 4 2
K7 4X [P] 5 c fauzan - - - - 1 0.8 4 2 H
d - - - - 1 0.9 2 1
e - - - - 1 1 4 2
a √ - √ - 1 0.2 2 1 H
b - - - - 1 1 4 2 H
c √ - √ - 1 1.2 4 2 H
K7 4X [P] 6 fauzan
Kuning
d √ - √ - 1 0.5 2 2
muda
e - - - - 1 0.9 4 2 H
RATA-RATA 1 0.8 4 2
kode Presentas jumlah tinggi jumlah jumlah warna tanggal tanggal
no. ulangan ke- tanaman
tanaman e tunas tunas daun ruas daun aklimatis pengamat
A 1 0.9 2 1 9 28
jati platinum
B 1 0.7 4 2 Februari februari
(minggu I)
C 1 2.6 4 2 2017 2017
D 1 3 4 2
K16 4X E 1 0.8 2 2
1 1 100 H
(P) F 1 2.7 6 3
G 1 2.9 6 3
H 1 2.7 6 3
I 1 1.5 5 3
J 1 1 4 2
A 1 1 3 2
B 1 2.2 4 2
C 1 2.2 4 2
D 1 1.4 4 2
K16 4X E 1 3.1 6 3
2 2 100 H
(P) F 1 3 6 3
G 1 3 6 3
H 1 2.4 4 2
I 1 2.9 6 3
J 1 2.5 4 2
A 1 2.4 6 3
B 1 2 4 2
C 1 1.6 4 2
D 1 1.5 4 2
K16 4X E 1 2 6 3
3 3 100 H
(P) F 1 2.5 6 3
G 1 3 6 3
H 1 1.4 4 2
I 1 3.2 6 3
J 1 2.5 6 3
RATA-RATA 1 2.2 5 2

kode presentase tinggi tunas jumlah jumlah warna tanggal tanggal


no. ulangan ke- jumlah tunas tanaman
tanaman tumbuh (%) (cm) buku daun daun aklimatisasi pengamatan
A 1 1 2 4
9 februari jati platinum
B 1 1 2 4 27 februari 2017
2017 (minggu II)
C 1 3 3 6
D 1 3.5 3 6
K16 4X E 1 0.9 2 4
1 1 100 H
(P) F 1 3 3 6
G 1 3.1 3 6
H 1 2.1 3 6
I 1 2 3 6
J 1 1 2 4
A 1 1.4 2 4
B 1 2.8 2 4
C 1 2.5 3 6
D 1 1.7 2 4
K16 4X E 1 3.7 3 6
2 2 100 H
(P) F 1 3.2 3 6
G 1 3 3 6
H 1 2.7 2 4
I 1 3.1 3 6
J 1 2.8 2 4
A 1 2.6 3 6
B 1 2.3 2 4
C 1 1.8 2 4
D 1 1.6 4 8
K16 4X E 1 2.1 5 10
3 3 100 H
(P) F 1 2.7 3 6
G 1 3.3 3 6
H 1 1.6 2 4
I 1 3.5 3 6
J 1 2.9 3 6
RATA-RATA 100 1 2.4 3 5
Tanggal Kegiatan Keterangan
1-2-2017 Cuci Botol
2-2-2017 Buat Media B2
3-2-2017 Subkultur Buah Naga Hasil: dari 13 botol
Kuning (O) B menjadi
6-2-2017 Subkultur Pisang Madu (II
16B#3 Madu (T4) S8)
7-2-2017 Panen talas Membantu kegiatan
penelitian
8-2-2017 Subkultur Jati Platinum Hasil: 39 botol
9-2-2017 Aklimatisasi: Stek Pucuk Hasil: 4 Bak isi 72
Jati Plaatinum eksplan pucuk. Stek
pertama.
10-2-2017 Subkultur Gaharu Hasil: dari 5 botol
menjadi 21 botol
13-2-2017 Pengamatan jati platinum Hasil: 2 botol
hasil subkultur Sabila terkontaminasi
tanggal 6-2-2017 bakteri, terletak di
media.
14-2-2017 Cuci Botol

16-2-2017 - Pengamatan Jati Hasil: 3 botol


Platinum hasil subkultur terkontaminasi
fauzan tanggal 8-2-2017 bakteri. 2 botol
- Subkultur Jati terkena pada bagian
dinding dalam
botol, 1 botol pada
media.
17-2-2017 Cuci Botol
20-2-2017 Izin tidak masuk
21-2-2017 Subkultur Buah Naga
Kuning (O) B
22-2-2017 Cuci Botol
23-2-2017 - Pengamatan Jati Hasil: 2 botol
Platinum hasil subkultur terkontamnasi
fauzan tanggal 8-2-2017 bakteri dan 1 botol
- Subkultur Talas terkontaminasi
Pontianak cendawan. Terkena
- Membuat Media pada bagian media
dan tanaman.
24-2-2017 - Membuat Media
- Membersihkan
Laboratorium
27-2-2017 Cuci Botol
28-2-2017 Memindahkan tanaman di
kebun.
1)
d.Media B2
1) Racikan media MS
2) Larutan BA (2mg/L) 2mL
3) Gelrite 3gr
4) Aquadest hingga 1L
e. Media BK
1) Racikan media MS
2) KH2PO4 10mL

f. Media BK 0,5
1) Racikan media MS
2) Larutan BA (2mg/L) 0,5mL

KH2PO4 10mL

Anda mungkin juga menyukai