Anda di halaman 1dari 22

APRESIASI PUISI

PENERAPAN TEORI SUTEJO DAN SUGIYANTO


DALAM PUISI
“12 MEI 1998”
KARYA : TAUFIQ ISMAIL

NAMA : INDRA DWI NUGROHO


NIM : 1105200036
PRODI / ANGKATAN : PBSI / 2020
DOSEN PENGAMPU : Dra, SRI YANUARSIH, M.Pd.

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI RONGGOLAWE TUBAN
12 MEI 1998
Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata
tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan
dan simaklah itu sedu-sedan

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi


karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu
beribu menderu-deru,

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonomabad dua puluh satu

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di


Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani
mengukir alphabet pertama dari gelombang ini dengan
darah arteri sendiri,

Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang


matahari tak mampu mengibarkan diri karena angin lama
bersembunyi,

Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan
kalian pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih
jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan
Apresiasi puisi menurut Sutejo dan Sugiyanto memiliki istilah “apresiasi” berasal dari
bahasa Inggris “appreciation”. Istilah tersebut berasal dari disiplin psikologi. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kata apresiasi (1) kesadarann terhadap nilai seni atau budaya, (2)
penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu. Dengan langkah-langkah apresiasi sebagai berikut:

1) Kemampuan memahami judul


2) Temukan “kata kunci” puisi
3) Temukan kekhasan pengucapan penyair
4) Mampu memparafrasekan puisi
5) Temukan feeling dalam puisi
6) Temukan tone dalam puisi
7) Temukan subject matter dalam puisi
8) Temukan total of meaning dalam puisi
9) Temukan tema puisi
10) Temukan pesan dan nilai dalam puisi
11) Temukan aliran yang yang digunakan
12) Temukan gaya bahasa
13) Pahamilah citraan dalam puisi
14) Temukan ekstrinsikalitas puisi

Kemampuan Memahami Judul

Kemampuan memahami judul diperlukan dalam mengapresiasikan sebuah karya sastra


tulis seperti puisi untuk mengetahui makna dan tujuan yang akan disampaikan dalam puisi.
Dalam memaknai judul puisi sendiri memiliki dua makna yaitu makna denotatif dan makna
konotatif yang memiliki arti yaitu denotatif yaitu makna yang secara harfiah atau makna
sebenarnya sedangkan, makna konotatif adalah kata yang mempunyai makna lain di baliknya
atau sesuatu makna yang berkaitan dengan sebuah kata.

Dalam puisi 12 Mei 1998 judul tersebut memiliki makna secara denotatif yaitu tercatat
tanggal yang menandakan sebuah peristiwa tersebut terjadi pada waktu tanggal 12 Mei 1998 dan
dalam makna konotatif judul puisi 12 Mei 1998 memiliki makna tentang peristiwa Tragedi
Trisakti dimana mahasiswa saat itu melakukan demo yang menyebabkan penembakan terhadap
mahasiswa Universitas Trisakti,peristiwa ini terjadi pada tahun 1998 dan menggambarkan
sebuah potret sosial yang menyangkut pada politik dan pemerintahan serta pemberontakan pada
masa Orde Baru ditahun 1998.

1. Temukan “Kata Kunci” Puisi


Kata kunci dalam puisi merupakan kata inspiratif, diksi konotatif, atau idiom penting
dalam larik - bait sebuah puisi. Karena ciri penting puisi adalah kepadatan bahasa,
keindahan kata, dan permainan imajinasi yang impresif.

Pada puisi yang berjudul 12 Mei 1998 memiliki beberapa kata kunci sebagai berikut :
Diksi bulan Mei yang diikuti dengan tahun 1998 dalam judul puisi 12 Mei 1998 karya
Taufik Ismail merupakan kata kunci penting puisi ini,sebab bulan Mei 1998 merupakan
potret realita ironis Orde Baru. empat syuhada, mengukir reformasi, jemu deformasi, tapi
malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di Trisakti bahkan di seluruh
negeri, merah putih yang setengah tiang, merunduk, kalian pahlawan bersih dari dendam
dan dari beberapa kata kunci tersebut ada kata yang lebih utama dan dominan yaitu kata
kalian menggambarkan bahwa puisi ini tentang peristiwa tragedi Trisakti yang
menewaskan 4(empat) mahasiswa. Dalam puisi ini penyair ingin menyampaikan dimana
seorang pemuda yang memiliki semangat yang membara dan keberaniannya yang mampu
mendongkrak pemerintahan dan sistem politik pada tahun 1998.

2. Temukan Kekhasan Pengucapan Penyair


Dari kekhasan pengucapan penyair dapat ditentukan oleh beberapa faktor seperti : a.)
pilihan kata, idiom, dan frase yang berbobot b.) Pelarikan yang luwes atau (fleksibel) c.)
pengolahan bait yang padat yang memiliki satu subject matter d.) organisasi totalitas yang
impresif dan beberapa lagi. Meskipun kata idiom dan frase dalam penulisan cerpen bukan
sesuatu yang fungsional akan tetapi hal ini lebih baik digunakan sebagai bahan
pertimbangan dan dengan adanya idiom, frase, yang khas akan melahirkan pembayangan
pembaca yang lebih sempurna.
Pada puisi yang berjudul 12 Mei 1998 penyair memiliki kekhasan pengucapan atau sebuah
ide yang muncul pada tiap bait yang mana pada tiap baitnya bisa ditemukan diksi-diksi
yang menjelasakan mengenai peristiwa tragedi Trisakti yang menewaskan 4(empat)
mahasiswa yaitu Elang Mulya, Hery Hertanto, Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan.
Sehingga, dapat dijelaskan bahwa penyair dalam memperoleh ide bukanlah secara imajiner
dari angan-angan kosong penyairnya melainkan ada kaitannya peristiwa penting, yakni
insiden Trisakti 12 Mei 1998.

3. Mampu Menulis Sense dan Memparafrasekan Puisi


Sense adalah sesuatu yang diciptakanatau dilukiskan oleh penyair lewat puisi yang
dihadirkannya. Sense masih berupa gambaran umum dari apa yang hendak dikemukakan
oleh penyairnya dan seseorang pembaca akan menangkap sense ini bila belum sampai pada
taraf menguraikan puisi tersebutakan menghasilkan beberapa pertanyaan sehingga terkadang
perlu menganalisis puisi.
Parafrase adalah pengungkapan menggunakan bahasa apresian untuk mengungkapkan isi
puisi. Setelah memahami langkah-langkah sebelumnya puncak apresiasi seorang apresiator
adalah mampu menceritakan isi dengan bahasa sendiri kemampuan menarasikan puisi akan
menjadi salah satu indikator hasil pemahamannya.

Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata

tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan

dan simaklah itu sedu-sedan

Makna bait 1.
Empat mahasiswa pejuang kebenaran diberangkatkan ke tempat pembaringan terahir pada
saat malam,tangisan air mata yang tak terbendung menetes deras dari pelupuk mata sampai
tertahan keesokan harinya,telinga kami dekatkan ketanah kuburan dan kami mendengar
sebuah tangisan yang semakin menderu.

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi


karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu
beribu menderu-deru,
Makna bait II

Mereka ( empat mahasiswa syuhada) pejuang yang tidak memperjuangkan hak rakyat
sendirian,mereka mencatat sebuah sejarah reformasi karena bosan dengan kebijakan pada saat
Orde Baru dari rezim Soeharto,dengarkan setiap hari langkah kaki teman-temanmu yang
terdengar begitu semangat dan membara

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu
mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu

Makna bait III

Atribut kuliah seperti kartu tanda mahasiwa kini telah disimpan dan tas kuliah yang
biasa dibawa kini telah tidak lagi digunakan,mestinya kalian bakal menjadi seorang tokoh
masyarakat seperti insinyur dan seorang ekono diabad dua puluh satu.

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di

Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani

mengukir alphabet pertama dari gelombang ini dengan


darah arteri sendiri,

Makna bait IV

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi berupa amal kebaikan tertinggi di Universitas
Trisakti bahkan diseluruh negeri,karena kalian dengan gagahnya telah berani mengukir sejarah
pertama di era Orde Baru ini dengan segenap tumpah darah.

Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang


matahari tak mampu mengibarkan diri karena angin lama
bersembunyi,

Makna bait V

Bendera yang dipasang setengah tiang pada masa kerasnya kenyataan rezim Soeharto tak mampu
menguncupkan kibarnya karena keadilan telah lama tak didapatkan.

Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan
kalian pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih
jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan
Makna bait VI

Pada bait terakhir dalam puisi “12 Mei 1998” memiliki arti tapi semua senjata telah terhentikan
dengan adanya do’a berkabung atau do’a bersama dan empat syuhada adalah seorang pahlawan
yang tulus dan perjalanan serta petunjuk Tuhan masih diperlukan.

Parafrase
12 MEI 1998
mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto,
Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan

Dalam puisi berjudul 12 Mei 1998 karya Taufiq Ismail mengisahkan tentang Tragedi
Trisakti tanggal 12Mei 1998 yang mengenang kepergian Elang Mulya, Hery Hertanto,
Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan yang tertembang demi memperjuangkan bangsa pada
masa orde baru. Perjuangan empat syuhada pada kegelapan suatu sejarah dan kemudian empat
syuhada itu tertembak mati pada saat peristiwa tragedi Trisakti sehingga menimbulkan kesedihan
yang begitu mendalam. Mereka anak muda memiliki semangat yang begitu membara yang
sedang memperjuangkan reformasi karena bosan dengan kebijakan Orde Baru dan dengarlah
dengan langkah yang begitu kompak terdengar. Kemudian kartu mahasiswa atau atribut belajar
di kampus telah ditinggalkan dan seharusnya mereka 4(empat) mahasiswa itu pantas menjadi
tokoh pemerintahan abad ke dua puluh satu. Karena bahwasannya malaikat telah mencatat semua
amal perbuatan baik keempat pemuda itu dengan pahala yang banyak, karena telah berani
memperjuangkan kedamaian bangsa Indonesia pada tragedi Trisakti walau bertumpahkan darah
sendiri atau bertaruh nyawa dan dimana bendera merah putih dikibarkan setengah tiang karena
suatu keadaan yang sedang berkabung dengan suatu keadaan yang begitu mencekam pada masa
orde baru yang penuh dengan kontra sosial. Tapi semua senjata telah terhentikan dengan adanya
do’a berkabung atau do’a bersama dan empat syuhada adalah seorang pahlawan yang tulus dan
perjalanan serta petunjuk Tuhan masih diperlukan.
Temukan Feeling Dalam Puisi
Feeling atau rasa adalah sikap penyair dalam memberikan gambaran. Hal ini sejalan
dengan kenyataan bahwa setiap manusia mempunyai sikap dan pandangan tertentu dalam
menghadapi setiap pokok persoalan, penyairpun demikian sudah dapat dipastikan memiliki sikap
tertentu pada setiap pokok pikiran atau pokok permasalahan yang akan diekspresikan.

Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata


tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan
dan simaklah itu sedu-sedan
Pada bait yang pertama dalam puisi “12 Mei 1998” penyair merasakan bagaimana
perjuangan empat mahasiswa Bangsa Indonesia yang penuh dengan sebuah kemalangan dan
keterpurukan.

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi


karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu
beribu menderu-deru,

Pada bait ke-dua puisi “12 Mei 1998” penyair merasakan bagaimana para pemuda yang
memiliki semangat begitu membara untuk menegakkan dan mencatat sejarah tentang sebuah
reformasi.

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu
mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu

Pada bait ke-tiga puisi “12 Mei 1998” penyair memberikan gambaran pada puisi ini yaitu
pada kutipan “mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh” karena panyair
mengerti dengan jelas mengenai peristiwa insiden Trisakti.

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di


Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani
mengukir alphabet pertama dari gelombang ini dengan
darah arteri sendiri,

Pada bait yang ke-empat dalam puisi “12 Mei 1998” penyair ingin memberikan pesan
empat terkait terjadinya peristiwa yang melibatkan para syuhada ini untuk jangan pernah
menyesali perbuatan ini karena semua yang dialaminya adalah sebuah pergerakan yang luar
biasa.

Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang


matahari tak mampu mengibarkan diri karena angin lama
bersembunyi,

Pada bait yang ke-lima dalam puisi “12 Mei 1998” penyair merasakan sebuah gambaran
dan perasaan, yang dialami penyair adalah rasa kesedihan yang begitu mendalam.

Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan
kalian pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih
jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan

Pada bait yang terakhir dalam puisi “12 Mei 1998” penyair seolah-olah ikut bercerita
kepada empat syuhada tersebut.

Jadi rasa(feeling) pada puisi “12 Mei 1998” karya Taufiq Ismail penyair merasakan
sebuah peristiwa yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 yaitu Tragedi Trisakti yang
menewaskan 4(empat) syuhada. Dan dalam puisi ini penyair juga seseorang yang memiliki jiwa
muda dengan semangat menggelora karena berisi sebuah protet sosial yang direkamnya sebagai
peristiwa membanggakan akan keberanian mahasiswa untuk mendongkrak pemerintahan dan
sistem politik pada tahun 1998. Sehingga dalam puisi “12 Mei 1998” penyair menggambarkan
begitu dalam perasaan yang sangat menyedihkan ketika terjadi suatu peristiwa Tragedi Trisakti
yang penuh dengan sejarah kelam bangsa Indonesia pada tahun 1998.
6. Temukan Tone Dalam Puisi

Tone atau nada adalah sikap penyair terhadap pembaca atau penikmat puisi ciptaannya,
sikap penyair sendiri bisa dilihat melalui bagaimana penyair menciptakan nada pada karyanya.

Dalam puisi “12 Mei 1998” bahwa demi menegakkan sebuah kebeneran sebagai pemuda
bangsa harus mampu atau memiliki semangat yang menggelora walaupun harus dihadapkan
dengan sebuah kematian. Dan dari puisi ini juga aku si pembaca ikut merasakan sebuah
kesedihan yang mendalam karena demi meneggakkan sebuah kebeneran di negara sendiri harus
dihadang sebuah kematian dan ini juga termasuk prestasi yang membanggakan atas perjuangan
atau keberaniannya empat syuhada ini untuk mendongkrak pemerintahan dan sistem politik pada
masa Orde Baru tahun 1998 sehingga memunculkan orde reformasi.

7. Temukan Subject Matter Dalam Puisi

Subject matter adalah pokok pikiran yang dikemukakan penyair lewat puisi yang
diciptakannya atau gambaran umum itu telah diperinci ke dalam satuan-satuan pokok pikiran.

Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata


tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan
dan simaklah itu sedu-sedan
Sehingga dalam menulis analisis puisi subject matter akan melahirkan pertanyaan mengenai
pokok pikiran apa yang diungkapkan oleh penyair sesuai dengan gambaran umum.

Pada bait pertama dalam puisi “12 Mei 1998” memiliki subject matter dimana perjuangan
empat syuhada yang melakukan sebuah perjuangan pada kegelapan suatu sejarah dan kemudian
empat syuhada itu tertembak mati pada saat peristiwa tragedi Trisakti sehingga menimbulkan
kesedihan yang begitu mendalam.

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi


karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu
beribu menderu-deru,

Pada bait ke-2 dalam puisi “12 Mei 1998” memiliki subject matter dimana mereka pemuda
dengan memiliki semangat yang begitu membara yang sedang memperjuangkan reformasi
dengan langkah yang begitu kompak terdengar.

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu
mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu

Pada bait ke-3 dalam puisi “12 Mei 1998” memiliki subject matter bahwa kartu mahasiswa
atau atribut belajar di kampus telah ditinggalkan dan seharusnya mereka 4(empat) mahasiswa itu
seharusnya pantas menjadi tokoh pemerintahan abad ke dua puluh satu.

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di


Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani
mengukir alphabet pertama dari gelombang ini dengan
darah arteri sendiri,

Pada bait ke-4 dalam puisi “12 Mei 1998” memiliki subject matter bahwasannya malaikat
telah mencatat sebuah prestasi berupa semua amal perbuatan baik keempat pemuda itu dengan
pahala yang banyak, karena telah berani memperjuangkan kedamaian bangsa Indonesia pada
tragedi Trisakti walau bertumpahkan darah sendiri atau bertaruh nyawa.

Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang


matahari tak mampu mengibarkan diri karena angin lama
bersembunyi,
Pada bait ke-5 dalam puisi “12 Mei 1998” memiliki subject matter dimana suatu keadaan
yang sedang berkabung dengan suatu keadaan yang begitu mencekam pada masa orde baru yang
penuh dengan kontra sosial.

Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan
kalian pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih
jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan

Pada bait terakhir dalam puisi “12 Mei 1998” memiliki subject matter dimana semua
senjata telah terhentikan dengan adanya do’a berkabung atau do’a bersama dan empat syuhada
adalah seorang pahlawan yang tulus dan perjalanan serta petunjuk Tuhan masih diperlukan.

8. Temukan Total of Meaning dalam Puisi

Total of meaning atau totalitas makna adalah keseluruhan makna yang terdapat dalam
puisi. Penentuan makna berdasarkan pada pokok-pokok pikiran yang ditampilkan penyair, sikap
penyair terhadap pokok permasalahan yang disajikan dalam puisi serta sikap penyair pada
penikmat puisi. Totalitasnya makna tentu berbeda dengan sense atau makna karena dalam sense
pembaca baru memperoleh gambaran secara umum.

a.) Berdasarkan subject matternya, puisi “12 Mei 1998” karya Taufiq Ismail tersebut
bermakna bahwa sesuatu yang diungkapkan pada penyair dengan penuh realitas yang ada pada
masa itu yaitu terjadinya peristiwa Tragedi Trisakti pada tahun 1998 yang menewaskan 4(empat)
syuhada. Perjuangan empat syuhada pada kegelapan suatu sejarah dan kemudian empat syuhada
itu tertembak mati pada saat peristiwa tragedi Trisakti sehingga menimbulkan kesedihan yang
begitu mendalam. Mereka anak muda memiliki semangat yang begitu membara yang sedang
memperjuangkan reformasi dengan langkah yang begitu kompak terdengar dengan kartu
mahasiswa atau atribut belajar di kampus telah ditinggalkan dan seharusnya mereka 4(empat)
mahasiswa itu pantas menjadi tokoh pemerintahan abad ke dua puluh satu karena bahwasannya
malaikat telah mencatat semua amal perbuatan baik keempat pemuda itu dengan pahala yang
banyak, karena telah berani memperjuangkan kedamaian bangsa Indonesia pada tragedi Trisakti
walau bertumpahkan darah sendiri atau bertaruh nyawa. Dimana suatu keadaan yang sedang
berkabung dengan suatu keadaan yang begitu mencekam pada masa orde baru yang penuh
dengan kontra sosial dan semua senjata telah terhentikan dengan adanya do’a berkabung atau
do’a bersama karena meninggalnya empat syuhada yaitu Elang Mulya, Hery Hertanto,
Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan
dan empat syuhada adalah seorang pahlawan yang tulus dan perjalanan serta petunjuk Tuhan
masih diperlukan dalam keberlangsungan negara Indonesia.

b.) Pada dasarnya sebuah kontra sosial dan politik pada suatu pemerintahan harus
ditegakkan dan diperjuangkan demi suatu negara yang damai. Jadi rasa(feeling) pada puisi “12
Mei 1998” karya Taufiq Ismail penyair merasakan sebuah peristiwa yang terjadi di Indonesia
pada tahun 1998 yaitu Tragedi Trisakti yang menewaskan 4(empat) syuhada. Dan dalam puisi ini
penyair juga seseorang yang memiliki jiwa muda dengan semangat menggelora karena berisi
sebuah protet sosial yang direkamnya sebagai peristiwa membanggakan akan keberanian
mahasiswa untuk mendongkrak pemerintahan dan sistem politik pada tahun 1998. Sehingga
dalam puisi “12 Mei 1998” penyair menggambarkan begitu dalam perasaan yang sangat
menyedihkan ketika terjadi suatu peristiwa Tragedi Trisakti yang penuh dengan sejarah kelam
bangsa Indonesia pada tahun 1998.
c.) Oleh karena itulah dalam tone penyair ingin sekali mempengaruhi pembaca atau
mengajak pembaca untuk menyadari bahwa kita sebagai seorang pemuda harus memiliki
semangat yang luar biasa dalam mempertahankan pemerintahan yang ada di Indonesia. Sehingga
pembaca merasakan pada puisi “12 Mei 1998” karya Taufiq Ismail ikut merasakan bahwa demi
menegakkan sebuah kebeneran sebagai pemuda bangsa harus mampu atau memiliki semangat
yang menggelora walaupun harus dihadapkan dengan sebuah kematian. Dan dari puisi ini juga
pembaca ikut merasakan sebuah kesedihan yang mendalam karena demi meneggakkan sebuah
kebeneran di negara sendiri harus dihadang sebuah kematian dan ini juga termasuk prestasi yang
membanggakan atas perjuangan atau keberaniannya empat syuhada ini untuk mendongkrak
pemerintahan dan sistem politik pada tahun 1998 sehingga memunculkan orde reformasi.

9. Temukan Theme / Tema Puisi

Theme / Tema merupakan ide dasar dari suatu puisi yang bertindak sebagai inti dari
keseluruhan makna dalam puisi tersebut. Tema hanya dapat ditentukan dengan cara menyimpulkan
inti yang terdapat dalam totalitas makna puisi. Sehingga dalam analisis puisi tema akan melahirkan
beberapa pertanyaan

Tema yang terdapat pada puisi “12 Mei 1998” karya Taufiq Ismail mengandung tema
Sosial Politik karena membahas mengenai masalah Sosial Politik Indonesia Mutakhir yang terjadi
pada masa orde baru pada saat itu terjadi peristiwa yang sangat mencengkam yaitu Tragedi
Trisakti.

10. Temukan Pesan dan Nilai dalam Puisi

Puncak filosofi pada karya adalah pesan yang artinya dibalik karya puisi sejorok apapun
misalnya akan tetap ada pesan yang tersembunyi dan begitu menarik di renungkan. Hal ini karena
mengingat hasil karya merupakan refleksi batin hasil oleh dari si pembaca atau meditasi dari
kehidupan itu sendiri. Sehingga dalam sebuah karya pasti akan ditemukan pesan dan nilai yang
terkandung di dalam sebuah karya baik secara langsung maupun tidak langsung cara
menyampaikannya.

Dan dalam puisi yang berjudul “12 Mei 1998” karya Taufiq Ismail memiliki beberapa
pesan yang disampaikan seperti berikut :

1. Kita sebagai anak bangsa harus memiliki semangat yang menggelora demi bangsa
Indonesia yang lebih baik

2. Pentingnya menengok ulang nilai kemanusiaan dibalik caruk marut politik dari
kekuasaan.

3. Jadilah manusia yang selalu paham akan sejarah bangsa dan paham akan sosial politik
dalam negara agar dapat menyikapi dengan baik.
Dan dalam puisi yang berjudul “12 Mei 1998” karya Taufiq Ismail memiliki beberapa nilai
yang terkandung seperti berikut :

1. Nilai Sosial : Dalam puisi 12 Mei 1998 memberikan sebuah nilai sosial berupa
perjuangan para mahasiswa yang memperjuangkan kesejahteraan di era Orde Baru.

2. Nilai Moral : Dalam puisi 12 Mei 1998 meberikan sebuah pesan moral berupa
perjuangan mahasiswa yang memperjuangkan kebenaran sampai rela mati menjadi
syuhada demi kesejahteraan masyarakat.

3. Nilai Kemanusiaan : Dalam puisi 12Mei 1998 memberikan sebuah nilai kemansiaan
karena dalam puisi tersebut menjelaskan bagaimana peristiwa penembakan kepada
mahasiswa terjadi karena ingin memberontak tentang kebijakan yang mengecam
masyarakat.

4. Nilai Keagamaan : Dalam puisi 12 Mei 1998 memberikan sebuah nilai keagamaan
karena terdapat sebuah sajak “ dan jalan masih jauh kita perlukan peta dari Tuhan” yang
mana mengajak si pembaca untuk selalu meminta petunjuk dari Tuhan.

11. Temukan Aliran yang Digunakan


Dalam puisi terdapat beberapa aliran yang harus dipahami yaitu aliran realisme,

12 MEI 1998
mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto,
Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan
Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata
tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan
dan simaklah itu sedu-sedan

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi


karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu
beribu menderu-deru,

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di


Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani
mengukir alphabet pertama dari gelombang ini dengan
darah arteri sendiri,

Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang


matahari tak mampu mengibarkan diri karena angin lama
bersembunyi,

Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan
kalian pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih
jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan

naturalisme, ekspresionisme, idealisme, romantisme, impresionisme. Yang mana kemampuan


aliran ini memiliki paham yang dianut oleh penyair dalam mengekspresikan karyanya agar lebih
menjiwai atau hidup. Sehingga pembaca bisa tahu bagaimana karakter yang disampaikan oleh
penyair dalam karyanya tersebut agar pembaca juga bisa mengekspresikan ketika membaca
karyanya.

Aliran yang terkandung pada puisi “12 Mei 1998” karya Taufiq Ismail mengandung aliran
ralisme dan karena :

• Aliran Realisme : karena aliran ini seorang pembaca, seperti memandang potret atau
lukisan kehidupan secara nyata dan dalam puisi “12 Mei 1998” pembaca seperti berada
pada masa itu dan dihadapkan dengan beberapa peristiwa yang begitu real atau nyata
pada tahun 1998 sehingga pembaca mengekspresikan atau menjiwai ketika membaca
puisi begitu terlihat nyata.

12. Temukan Gaya Bahasa

Gaya bahasa atau diksi merupakan instrumen penting, karena bahasa sastra(karya puisi)
bukanlah bahasa biasa. Tetapi bahasa estetis yang penuh dengan gaya bahasa seperti metafora,
alegori, hiperbola, personifikasi dan seterusnya karena sebelum mengapresiasi diharapkan
pembaca memiliki bekal penguasaan atas gaya bahasa. Berikut majas atau gaya bahasa yang
terdapat dalam puisi 12 Mei 1998 karya Taufik Ismail:

Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata


tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan
dan simaklah itu sedu-sedan

• Bait I terdapat gaya bahasa metafora : merupakan kiasan seperti pembandingan


asosiasi akan tetapi, metafora tidak menggunakan kata pembanding seperti gaya
perbandingan sebelumnya. Dan gaya bahasa metafora digunakan pada bait pertama
dalam puisi tersebut.

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi


karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu
beribu menderu-deru,

• Bait II terdapat gaya bahasa hiperbola : merupakan gaya bahasa yang dipakai untuk
melukiskan sesuatu keadaan secara berlebihan dari pada sesungguhnya. Pembaca
banyak menemukan hiperbola ini dipergunakan penyair untuk berbagai keperluan.
Melukiskan konflik kemudian menjadikan klimaks, karakter, dan mendeskripsikan
pelataran prosa. Gaya bahasa hiperbola digunakan pada bait kedua puisi.
Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu
mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu

• Bait III terdapat Gaya bahasa personifikasi : merupakan gaya bahasa perbandingan yang
membandingkan benda mati atau tidak bergerak seolah-olah bernyawa dan dapat
berperilaku seperti manusia. Selanjutnya, Taufik Ismail melukiskan suasana yang penuh
kepedihan dan kesedihan itu dengan menggunakan gaya personifikasi.

13. Pahamilah Citraan dalam Puisi

Memahami citraan hakikatnya memahami bahasa puisi karena kemampuan imajinatif


pembaca menjadi penting dalam mengapresiasikan sebuah puisi. Adapun citraan dalam puisi
adalah citraan penglihatan, citraan pendengaran, citraan gerakan, citraan rabaan, citraan
penciuman.

Citraan yang terkandung pada puisi “12 Mei 1998” karya Taufik Ismail sebagai berikut :

• Citraan penglihatan : Citraan penglihatan pada hakikatnya bagaimana seorang penyair


mampu melukiskan penggambaran penglihatan,terdapat citraan penglihatan dalam puisi
12 Mei 1998 yaitu pada bait berikut :
“Merah putih yang setengah tiang ini merunduk di bawah garang Matahari...”

• Citraan gerak : merupakan penggambaran yang didasarkan oleh pengalaman gerak yang
dialami oleh penyair. Dan dalam puisi “12 Mei 1998” karya Taufiq Ismail dapat
dibuktikan dengan kutipaan bait sebagai berikut :
Pada bait ke 4 baris ke 2 - 3

“... karena kalian berani//mengukir alphabet pertama...”

Pada bait ke 5 baris ke 2 - 3


“... tak mampu mengibarkan diri karena angin lama//bersembunyi
14. Temukan Ekstrinsikaliatas Puisi

Salah satu tujuan apresiasi adalah menemukan ekstrinsikalitas dalam puisi. Sebagaimana
kita ketahui bersama bahwa karya sastra hakikatnya merupakan bangunan intrinsik dan
ekstrinsik, maka hal yang tidak boleh diabaikan juga bagaimana membingkai sebuah puisi. Dan
ekstrinsikalitas itu mencakup a. Aspek sosial b. Aspek politik c. Aspek ekonomi d. Aspek
pembangunan e. Aspek budaya dan seterusnya.

Dan dalam puisi yang berjudul “12 Mei 1998” karya Taufiq Ismail memiliki ekstrinsikalitas
Aspek Sosial dan Aspek Politik yang disampaikan seperti berikut :
12 MEI 1998
mengenang Elang Mulya, Hery Hertanto,
Hendriawan Lesmana dan Hafidhin Royan
Empat syuhada berangkat pada suatu malam, gerimis air mata
tertahan di hari keesokan, telinga kami lekapkan ke tanah kuburan
dan simaklah itu sedu-sedan

Mereka anak muda pengembara tiada sendiri, mengukir reformasi


karena jemu deformasi, dengarkan saban hari langkah sahabat-sahabatmu
beribu menderu-deru,

Kartu mahasiswa telah disimpan dan tas kuliah turun dari bahu
Mestinya kalian jadi insinyur dan ekonom abad dua puluh satu

Tapi malaikat telah mencatat indeks prestasi kalian tertinggi di


Trisakti bahkan di seluruh negeri, karena kalian berani
mengukir alphabet pertama dari gelombang ini dengan
darah arteri sendiri,

Merah putih yang setengah tiang ini, merunduk di bawah garang


matahari tak mampu mengibarkan diri karena angin lama
bersembunyi,

Tapi peluru logam telah kami patahkan dalam doa bersama, dan
kalian pahlawan bersih dari dendam, karena jalan masih
jauh dan kita perlukan peta dari Tuhan

• Aspek sosial : adalah aspek yang membahas mengenai masalah sosial dalam segi
kehidupan sosial masyarakat dan dalam puisi yang berjudul “12 Mei 1998” karya Taufiq
Ismail memiliki ekstrinsikalitas Aspek Sosial dikarenakan membahas mengenai masalah
sosial pada tahun 1998 yang pada saat itu terjadi peristiwa Tragedi Trisakti dan memiliki
dampak sosial yang sangat mencengkam
• Aspek politik : adalah aspek yang membahas mengenai masalah politik yang terjadi
dalam sebuah pemerintahan dan dalam puisi yang berjudul “12 Mei 1998” karya Taufiq
Ismail memiliki ekstrinsikalitas Aspek Politik dikarenakan membahas mengenai politik
pada masa pemerintahan orde baru yang menimbulkan dampak yang begitu mendalam
dan menyedihkan.

Anda mungkin juga menyukai