Anda di halaman 1dari 4

Mala maleo yang cerdik

Nama: Syaira Belva Maulidia Annora

Kelas: 9b

Sulawesi Tengah, rumah bagi burung Maleo yang termasyhur.”

Sausu Piore. Pasir pantai terasa hangat, kala matahari bersinar cerah. Hari yang indah untuk mencari
makan. Biawak berdendang dengan gembira, ia tengah menggali pasir untuk mencari telur-telur
Maleo.

“Hari ini, aku mau makan telur besar,” gumam Biawak.

Asyik menggali pasir. Tiba-tiba Biawak di kejutkan oleh anak-anak burung Maleo. Mereka, baru saja
menetas dan melompat dari dalam galian.

Salah satu anak burung Maleo, terbang melompat dan tidak sengaja mencakar wajah Biawak dengan
kaki-kaki mungil. Hingga, membuat Biawak terperanjat dan lari tunggang langgang.

Dari tiga telur yang menetas, salah satunya milik Maleo bernama Mala. Ia secara tidak sadar, sudah
mengusir Biawak sang pemangsa. Mala, Pahlawan penyelamat bagi saudara-saudaranya.

“Wuih, aku bisa terbang,” seru Mala.

Burung-burung camar memandang skeptis, dan berkata, “Tidak bisa terbangpun, hanya melompat
tinggi.”

Anak-anak burung Maleo, bermain dengan gembira. Berjalan masuk ke hutan dan beterbangan,
melompat dan berlarian. Mereka mencari biji-bijian, serangga kecil dan buah-buahan untuk
dimakan.

Mala, tengah bertengger di dahan pohon. Ia melihat dua anak Maleo berjalan terlalu jauh ke arah
pantai. Khawatir, muncul Biawak, ular atau burung Elang yang mengancam.

“Hei, mau kemana?,” Tanya Mala.

“Kami mau mencari makanan dekat pasir putih,” jawab anak-anak burung Maleo.

“Di sini banyak makanan, mengapa harus jauh-jauh,” ucap Mala.


“Tak jauhpun,” gumam anak-anak Maleo, seraya berjalan meninggalkan Mala.

Mala, yang merasa khawatir mengikuti mereka diam-diam. Mengawasi dan melihat sekeliling, takut
ada pemangsa yang mengintai. 

Mala menatap ke atas, terlihat titik kecil yang semakin besar. Kepak sayap berwarna hitam, dua
cakar tajam dan paruh berwarna gading menyeramkan. Itulah si burung Elang.

Tiba burung Elang mendekat pada salah satu saudaranya. Mala, dengan sigap terbang menyongsong.
Menyelamatkan anak-anak burung Maleo dari cengkraman Elang.

“Aduh, kenapa meleset!” gumam Elang.

“Aha! Mangsaku bertambah satu,” ucap Elang, seraya menatap tajam pada Mala.

Anak-anak burung Maleo ketakutan, mereka tidak bisa beranjak dari tempatnya. Jika lari, tentu
disambar oleh Elang yang perkasa. 

“Apa maumu, kami sedang mencari makan. Cari saja mangsa lain,” seru Mala, memberanikan diri. 

“Berani sekali, kau Maleo!” seru Elang.

Mendengar bentakan burung Elang, anak-anak Maleo lain menangis. Namun, tidak untuk Mala. Ia
berpikir untuk mengelabui pemangsanya. 

“Hai, burung Elang perkasa. Kau boleh memakan aku lebih dahulu, dengan satu syarat,” ujar Mala.

Burung Elang tertawa terbahak-bahak. Ia merasa geli, melihat mangsanya mengajukan syarat.
Kemudian ia berkata, “apa? Syarat apa?”

“Buktikan, kau lebih hebat dari aku!” jawab Mala. 

“Aku lebih hebat dari semua burung di dunia!” seru Elang. 

Ia merentangkan kedua sayapnya dan menakuti anak-anak Maleo. Anak-anak Maleo, lari tunggang
langgang. Mala, tersenyum. Rencananya akan berhasil. 
“Akhirnya, kaulah mangsaku,” ujar Elang.

“Tunggu, kau bilang engkaulah burung terhebat. Mari berlomba terbang! Siapa yang paling tinggi,
boleh memakan yang kalah,” ucap Mala.

Kembali burung Elang tertawa terbahak-bahak. Tak disangka, anak burung Maleo berani menantang
adu ketangkasan. 

“Baik, kau boleh terbang lebih dahulu,” ucap Elang, berpikir akan melahap Maleo kala menyusul
terbang di atas. 

“Tidak, kita terbang bersamaan,” jawab Mala.

Terpingkal-pingkal Elang dibuatnya. Namun, demi harga diri. Burung Elang akhirnya mau menuruti
Mala. 

Burung Elang, mengambil ancang-ancang dan berkata, “ayo, kita mulai!”

Mala si Maleo, mengambil ancang-ancang dan berkata, “pada hitungan ketiga, kita meluncur ke
atas!” 

“Satu, dua, tigaa.”

Wushh. Burung Elang meluncur terbang dengan kecepatan tinggi. Tak sampai lama, sudah berada di
angkasa. Dan, Mala terbang sejauh lima belas meter jauhnya. Hinggap di puncak pohon, lalu
melarikan diri turun ke semak-semak. 

Menyadari dirinya ditipu, Elang perkasa menukik ke arah pohon tempat Mala berhenti. Namun,
sudah terlambat. Mala tak lagi berada di sana. Burung Elang pergi, menyesali kebodohannya. 

Mala, bersembunyi di balik rerumputan. Berjalan mengendap-endap ke rimbun pepohonan dan


rapatnya hutan. Rencana Mala, bertahan dari pemangsa sudah berhasil. 
Ia mendengar suara langkah-langkah kaki. Suara yang belum pernah ia dengar sebelumnya. Ia
mengintip dari persembunyian, dan melihat makhluk yang berjalan tegak. Mendekat ke kawasan
anak-anak burung Maleo bermain. 

Makhluk itu bernama Manusia. Mala berpikir, apakah mereka ancaman ataukah teman. Dilihat dari
wujudnya, tak serupa Ular, Biawak atau burung Elang. 

Anda mungkin juga menyukai