Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI

AKTIVITAS PENGENALAN BENDUNGAN TAILING


PT.AGINCOURT RESOURCES
TAILING STORAGE FACILITY DEPARTEMEN
BATANGTORU KABUPATEN TAPANULI SELATAN
SUMATERA UTARA

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian akhir sekolah

Oleh :

CITRA FITRIANA

NISN : 0005588990

GEOLOGI PERTAMBANGAN

SMK NEGERI 2 BATANGTORU

KABUPATEN TAPANULI SELATAN

2023
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan praktik kerja industri (pakerin) yang disusun oleh :

Nama : Citra Fitriana

Nisn : 0005588990

Kelas : XIII (tiga belas) Geologi Pertambangan

Kelompok :4

Lokasi : PT.Agincourt Resources

Tanggal pelaksanaan :

AKTIVITAS PENGENALAN BENDUNGAN TAILING PT.AGINCOURT


RESOURCES TAILING STORAGE FACILITY DEPARTEMEN BATANGTORU
KABUPATEN TAPANULI SELATAN SUMATERA UTARA

Yang telah disetujui dan disahkan pada :

Hari / Tanggal :

Pembimbing Eksteren I Pembimbing Eksteren II

ZUBEYIR SIREGAR IRA MANIK

Ka. Program Keahlian Pembimbing Interen

PUTRIYANI SILITONGA

Mengetahui

Kepala SMK Negeri 2 Batangtoru

ERIKSON BM SIHOMBING,S.Pd

NIP.19800407 200604 1 007


KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt, karena dengan rahmat dan
hidayahnya penulis menyelesaikan laporan praktek kerja industri (prakerin) sesuai
dengan keinginan penulis dan dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.

Sebagaimana semestinya sebagai siswa SMK Negeri 2 Batangtoru yang telah


melakukan praktik kerja industri, saya wajib membuat laporan tentang apa yang selama
ini saya dapatkan dan saya pelajari di PT.Agincourt Resources laporan ini disusun
semata-mata sebagai pelengkap praktek kerja industri yang dilaksanakan kurang lebih 3
bulan di PT.Agincourt Resources.

Dengan selesainya laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
membantu dan memotivasi penulis selama pembuatan laporan praktik kerja industri.
Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:

 Bapak Erikson Bm Sihombing,S.Pd selaku sebagai kepala SMK Negeri 2


Batangtoru.
 Ibu Putriyani Silitonga,S.Pd selaku sebagai ketua program studi keahlian geologi
pertambangan.
 Bapak Zubeyir Siregar dan Ibu Ira Manik selaku sebagai salah satu pembimbing
prakerin di Departement TSF mengucapkan terima kasih kepada PT.Agincourt
Resources.
 Orangtua penulis yang telah memberikan restu serta bekal baik materi maupun
moral.
 Teman seperjuangan
Saya sadar bahwa setiap karya dibidang apapun tidak akan terlepas dari kesalahan
dan kekurangan, oleh karena itu segala kritik dan saran yang membangun sangat saya
harapkan agar suatu hari bisa menjadi penyempurna laporan ini.

Batangtoru, 12 JUNI 2023

CITRA FITRIANA
DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sekolah menengah kejuruan adalah sekolah yang menganut pembelajaran sistem
ganda. Dimana selain belajar disekolah, siswa juga wajib melakukan praktek dengan
terjun langsung kelapangan atau dunia kerja yang sesungguhnya. Program ini penting
karena dengan adanya program ini siswa akan lebih memilki bekal dan kemampuan
untuk benar-benar mengaplikasikan dan menggabungkan antara teori disekolah dengan
praktek kerja yang sesungguhnya.

Program Praktek Kerja Industri (Prakerin) ini memegang peran yang sangat penting
bagi sekolah menengah kejuruan, untuk mengetahui seberapa jauh ilmu yang telah
dikuasai peserta didik dan penerapannya di dunia kerja yang sebenarnya.

1.2 Tujuan
Tujuan melakukan Prakerin yaitu :

a. Untuk memperkenalkan dunia industri tambang ke siswa/i.


b. Menciptakan sikap bertanggung jawab, disiplin, sikap mental, etika yang baik
serta dapat bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
c. Memberikan tambahan Pendidikan / wawasan pada siswa-siswi tentang hal
praktis materi yang belum diketahui dan dipelajari disekolah.
d. Memiliki kemampuan bekerja yang sesuai dengan standar dunia industri.
e. Melatih siswa-siswi agar dapat membuat suatu laporan yang terperinci dari
pengalaman selama praktek kerja didunia industri.

1.3 Manfaat

Manfaat prakerin yaitu :

a. Menambah wawasan pada siswa/i.


b. Memberi pengalaman kerja industri tambang.
c. Menumbuhkan rasa tanggung jawab dan disiplin untuk siap masuk kedunia
kerja.
d. Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak sekolah dengan
perusahaan atau Lembaga instansi yang lainnya.

1.3 Lokasi
PT. Agincourt Resources berlokasi di jl. Merdeka barat km 2.5 kelurahan aekpining
kecamatan Batangtoru kab. Tapanuli selatan provinsi Sumatera utara.

Gambar 1.1 Lokasi PT.Agincourt Resources

1.4 Sejarah PT.Agincourt Resources


PT. Agincourt Resources adalah perusahaan pertambangan di Indonesia yang begerak
dibidang eksplorasi dan pertambangan. Tambang emas Martabe dikelola dan
dioperasikan oleh PT. Agincourt Resources. Tambang tersebut mencakup wilayah seluas
130,300 hektar yang berada dalam kontrak karya (KK) generasi keenam dengan luas
wilayah 1,303 km2 .

Sumber daya mineral pada tanggal 31 desember 2018 mencakup 8,1 juta onuce emas
dan 69 perak. Produksi dimulai di Martabe tanggal 24 Juli 2012 kapasitas operasi
tambang emas martabe lebih dari 5.5 juta ton bijih pertahun untuk menghasilkan lebih
dari 350,000 ounce emas dan 2-3 juta ounce perak pertahun. PT. Agincourt Resources
mempekerjakan sekitar 3,000 karyawan dan kontraktor. Dimana lebih dari 98%
diantaranya adalah warga negara Indonesia.
BAB II

PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Jadwal Kegiatan

Kegiatan yang kami lakukan berlangsung pada tanggal 13 Maret – 12 Juni 2023.
Adapun kegiatan yang saya lakukan diantaranya :

Tabel 2.1 Jurnal Prakerin.

NO Tanggal Kegiatan
1 Senin, 13 Maret 2023
2 Selasa, 14 Maret 2023
3 Rabu, 15 Maret 2023
4 Kamis, 16 Maret 2023 Pengenalan lingkungan TSF
5 Jumat, 17 Maret 2023 Pengenalan lapangan bendungan
6 Senin, 20 Maret 2023 Sandcone, Pemeriksaan Moinsture
Content
7 Selasa, 21 Maret 2023 Materi test dilapangan
8 Kamis, 23 Maret 2023 Particle Size Distribution, Pemeriksan pH,
Sandcone zona 1
9 Jumat, 24 Maret 2023 Kompaksi, Pemeriksaan Moinsture
Content
10 Sabtu, 25 Maret 2023 Pemeriksaan pH material, Pemeriksaan
Moinsture Content
11 Senin, 27 Maret 2023 Prepare, Pemeriksaan pH material,
Particle Size Distribution
12 Selasa, 28 Maret 2023 Kompaksi, Pemeriksaan Moinsture
Content , Prepare
13 Rabu, 29 Maret 2023 Pemeriksaan Moinsture Content,
Kompaksi, Atterberg
14 Kamis, 30 Maret 2023 Pemeriksaan Moinsture Content,
Pemeriksaan pH material
15 Jumat, 31 Maret 2023 Permeability zona 3, Pemeriksaan
Moinsture Content
16 Sabtu, 01 April 2023 Materi menghitung sandcone
17 Kamis, 13 April 2023 Materi zona-zona dan fungsinya
18 Jumat, 14 April 2023 Hydrometer, Pemeriksaan Moinsture
Content
19 Sabtu, 15 April 2023 Materi instrument
20 Pemeriksaan Moinsture Content,
Senin, 17 April 2023 Permeability di Laboratorium,
Pemeriksaan pH material
21 Selasa, 18 April 2023 Pemeriksaan Moinsture Content,
Pemeriksaan pH material
22 Rabu, 26 April 2023 Particle Size Distribution, Kompaksi,
Prapare
23 Kamis, 27 April 2023 Prepare, Pemeriksaan Moinsture Content,
Pemeriksaan pH material
24 Jumat, 28 April 2023 Particle Size Distribution, Pemeriksaan
Moinsture Content, Kompaksi
25 Sabtu , 29 April 2023 Pemeriksaan pH material, Pemeriksaan
Moinsture Content
26 Selasa, 02 Mei 2023 Sandcone , Pemeriksaan pH material,
Pemeriksaan Moinsture Content
27 Rabu, 03 Mei 2023 Pemeriksaan pH material, Pemeriksaan
Moinsture Content
28 Pemeriksaan pH material, Pemeriksaan
Kamis, 04 Mei 2023 Moinsture Content, Permeability di
laboratorium
29 Jumat, 05 Mei 2023 Pemeriksaan Moinsture Content, Dynamic
Cone Penetrometer, Pemeriksaan pH
30 Senin, 08 Mei 2023 Pemeriksaan Moinsture Content,
Pemeriksaan pH material
31 Selasa, 09 Mei 2023 Pemerikaan Moisture Content
32 Rabu, 10 Mei 2023 Pemerikaan Moisture Content
33 Kamis, 11 Mei 2023 Materi pengenalan drilling hydrocore
34 Jumat, 12 Mei 2023 Prepare, Particle Size Distribution,
Pemeriksaan Moinsture Content
35 Particle Size Distribution, Pemeriksaan
Sabtu, 13 Mei 2023 Moinsture Content, Pemeriksaan pH
material, Kompaksi,Pembuatan laporan
36 Particle Size Distribution, Prepare,
Senin, 15 Mei 2023 Pemeriksaan pH material, Pemeriksaan
Moinsture Content, Kompaksi,
Pembuatan laporan
37 Pemeriksaan Moinsture Content, Prepare,
Selasa, 16 Mei 2023 Pemeriksaan pH material, Kompaksi,
Particle Size Distribution
38 Pemeriksaan pH material, Pemeriksaan
Rabu, 17 Mei 2023 Moinsture Content, Particle Size
Distribution, Pembuatan laporan
39 Jumat, 19 Mei 2023 Particle Size Distribution, pembuatan
laporan
40 Sabtu, 20 Mei 2023
41 Senin, 22 Mei 2023
42 Selasa, 23 Mei 2023
43 Rabu, 24 Mei 2023
44 Kamis, 25 Mei 2023
45 Jumat, 26 Mei 2023
46 Sabtu, 27 Mei 2023
47 Senin, 29 Mei 2023
48 Selasa, 30 Mei 2023
49 Rabu, 31 Mei 2023
50 Sabtu, 03 Juni 2023
51 Senin, 05 Juni 2023
52 Selasa, 06 Juni 2023
53 Rabu, 07 Juni 2023
54 Kamis, 08 Juni 2023
55 Jumat, 09 Juni 2023
56 Sabtu, 10 Juni 2023

2.2 Standard Safety Di TSF


2.2.1 APD ( Alat Pelindung Diri )
Alat pelindung diri merupakan kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai
bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja itu sendiri dan orang
disekitarnya. Alat pelindung tersebut adalah sebagai berikut:

a. Safety Helmet
Berfungsi untuk melindungi kepala dari benturan, pukulan atau kejatuhan benda
tajam dan melindungi kepala dari radiasi panas ataupun suhu yang ekstrim.
b. Safety Glasses
Berfungsi untuk melindungi mata saat bekerja, melindungi mata dari partikel
debu, radiasi atau sinar yang menyilaukan.
c. Safety Gloves
Berfungsi untuk melindungi tangan dari bahaya benda tajam, panas, serta bahan
kimia yang berbahaya bagi tubuh.
d. Safety Shoes
Berfungsi untuk melindungi diri dari cedera kaki, akibat terbentur benda keras
atau menginjak benda-benda keras maupun tajam.

Gambar 2.1 APD (Alat Pelindung Diri)


2.2.2 Rambu – Rambu
Di bawah ini adalah beberapa rambu-rambu yang ada di TSF antara lain sebagai
berikut:

Gambar 2.2 Giveaway Gambar 2.3 Petunjuk Arah

Gambar 2.4 Stop Gambar 2.5 Master Point

Gambar 2.6 Channel Radio Gambar 2.7 Rambu Kecepatan


2.2.3 Aturan Safety Di Lapangan
Ada beberapa aturan yang ada di lapangan
1. Harus memakai safety yang lengkap
2. Dilarang mendahului kendaraan apapun atau peralatan bergerak di site.
3. Selalu memakai safety belt ketika di dalam kendaraan.
4. Jarak aman ke alat minimal 30M
5. Tidak boleh menaiki tanggul jalan
6. Harus menggunakan pakaian yang mempunyai skotlet atau rompi
7. Selalu membawa atau menggunakan radio saat dilapangan
8. Mematuhi semua rambu – rambu yang ada

2.3 TSF (Tailing Storage Facility)

TSF merupakan bendungan jenis tanah urugan yang berfungsi sebagai penampungan
tailing atau hasil sisa pengolahan bijih mineral yang terbentuk atau tersusun dari batuan
sisa tambang atau mine waste.

Gambar 2.8 TSF ( Tailing Storage Facility )

Saat ini konstruksi tsf berada pada elevasi 363 mdpl, dengan begitu maka ketinggian total
bendungan adalah ±100 meter.
Gambar 2.9 Desain Bendungan TSF

Seperti pada gambar terlampir, bendungan TSF terbagi menjadi empat zona, yaitu:

1. Zona 1 terdiri dari material clay dengan ukuran tinggi 30 cm/ layer dan lebar 10 m
2. Zona 2 terdiri dari material pasir dengan ukura tinggi 50 cm/ layer dan lebar 4,5 m
3. Zona 5 terdiri dari material mine waste dengan ukuran tinggi 50 cm/ layer dan
lebar 5 m
4. Zona 3 terdiri dari material mine waste dengan ukuran

2.3.2 Material Konstruksi

Material konstruksi adalah bahan yang digunakan untuk membangun bendungan.


Adapun klasifikasi material pembentuk tubuh bendungan dan klasifikasi keasaman (pH)
adalah sebagai berikut :

1. Klasifikasi material pembentuk tubuh bendungan


a. Material Clay
Material clay merupakan tanah dengan kadar mineral lempung yang tinggi.
Material ini bersifat sangat keras dalam kondisi kering dan bersifat plastis pada kadar
air sedang. Namun pada kadar air yang lebih tinggi lempung akan bersifat lengket
(kohesif) dan lapisan kedap air (impermeable). Oleh karena material ini di pakai di
zona 1 sebagai penahan tailing. Material ini disebut sebagai lapisan inti.
Gambar 2.10 Material Clay

b. Material Pasir
Material pasir adalah material yang berbentuk butiran. Butiran pada pasir,
umumnya berukuran antara 0,0625 sampai 2 mm. Material ini bersifat tidak memiliki
kadungan air dan memiliki rongga yang besar sehingga pertukaran udara lebih lancar.
Oleh karena itu material ini berada di zona 2 untuk menyaring ke bocoran dari zona 1
ke zona 5, material ini disebut sebagai lapisan filter.

Gambar

Gambar 2.11 Material Pasir

c. Mine Waste
Mine waste adalah material sisa tambang yang tidak berharga. Material ini
berbagai tempat seperti Pit Barani, Pit Ramba Joring dan Pit Purnama. Material ini
berada di zona 5 dan di zona 3. Kegunaan material mine waste di zona 5 untuk
mencegah migrasi atau perpindahan zona 1 dan zona 2 ke zona 3 bisa juga disebut
sebagai lapisan transisi. Sedangkan zona 3 itu berfungsi sebagai penopang
bendungan. Material ini disebut sebagai lapisan struktur.

Gambar 2.12 Material Mine Waste

2. Klasifikasi material berdasarkan tingkat keasaman (pH)


Klasifikasi material berdasarkan tingkat keasaman (pH) Bertujuan untuk
menghindari pembentuakan air asam tambang. Material yang dipakai berdasarkan
tingkat keasaman memiliki pembagian kelas mine waste , berikut pembagian kelas
mine waste :

a. NAF ( Non Acid Forming )


Material yang tidak menyebabkan keasaman.
b. PAF –LR ( Potential Acid Forming – Low Risk )
Dapat menyebabkan keasaman, tetapi berpotensi kecil.
c. PAF –MR ( Potential Acid Forming – Medium Risk )
Dapat menyebabkan keasaman, tetapi berpotensi sedang.
d. PAF –HR ( Potential Acid Forming – High Risk )
Dapat menyebabkan keasaman, tetapi beresiko tinggi.
e. PAF –LAG
Dapat menyebabkan keasaman yang berpotensi namun membutuhkan waktu yang
sangat lama, karena perantara yang lambat.

2.3.4 Alat Kontruksi

Alat kontruksi adalah alat yang digunakan untuk memudahkan manusia mengerjakan
pekerjaan kontruksi sehingga hasil yang diharapkan dapat tercapai lebih mudah dan
dalam waktu yang relatif lebih singkat. Alat berat yang ada di TSF antara lain :
1. Motor Grader
Berfungsi untuk meratakan jalan dengan (blade) yang berada ditengah alat dalam
proses perataan.

Gambar 2.13 Motor Grader

2. Long Arm Excavator


Alat ini didesain dengan lengan yang Panjang digunakan untuk menggali lubang /
parit yang dalam.

Gambar 2.14 Long Arm Excavator

3. Excavator

Berfungsi untuk menggali material, meloading material, memuat ke ADT dan


membuat kemiringan pada lereng serta memadatkan lereng (sloping).
Gambar 2.15 Excavator

4. ADT (Articulated Dump Truk)


Berfungsi untuk mengangkut material ke TSF dari berbagai tempat seperti Pit,
stock pile pasir di laydown dan sumber tanah lempung di LADR – 74 dan SP –
11.

Gambar 2.16 ADT (Articulated Dump Truk)

5. Compactor

Berfungsi untuk pemadatan tanah / jalan yang mana roler drumnya bisa bergertar
dan berputar untuk memperbesar efek pemadatan dan untuk meratakan tanah.
Gambar 2.17 Compactor

6. Bulldozer
Berfungsi untuk mendorong dan meratakan material seperti tanah, pasir, gravel,
dan kerikil dengan tenaga dorong yang besar.

Gambar 2.18 Bulldozer

2.4 Kegiatan Di TSF

Adapun kegiatan yang di lakukan di TSF adalah sebagai berikut:

2.4.1 QA / QC (Quality Assurance / Quality Control)

QA / QC berfungsi untuk memastikan material yang akan digunakan untuk


membangun bendungan TSF sudah sesuai dengan spesifikasi teknis.
A. QA (Quality Assurance)
Merupakan pengujian atau pengetesan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
sumber material yang digunakan untuk membuat bendungan TSF sesuai dengan
spesifikasi teknis.
B. QC (Quality Control)
Merupakan pengujian atau pengetesan yang dilakukan untuk memastikan bahwa
material dan metode kerja yang digunakan. Sehingga produk yang dihasilkan
sesuai dengan spesifikasi teknis.
Adapun pengujian yang dilakukan di TSF adalah sebagai berikut:
1. Sandcone
Pengujian sandcone adalah salah satu metode pengujian tanah untuk menentukan
kepadatan lapisan tanah perlayer dengan cara perbandingan massa tanah dengan
volume galian. Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam test ini adalah
sebagai berikut :

a. Botol diisi penuh kemudian ditimbang.


b. Siapkan alat penggalian dan plastik sampel.
c. Permukaan tanah, pada titik yang telah ditentukan dibersihkan dan diratakan
d. Dengan menggunakan mal dibuat lubang sedalam 11cm, sesuai dengan tinggi
slinder yang digunakan untuk mengukur berat isi kering pasir. Semua tanah galian
harus dikumpulkan kedalam plastic sampel, tidak boleh ada yang terbuang dan
dijaga jangan sampai kadar air nya berubah ( Plastik sampel sementara ditutup).
e. Tempatkan botol diatas lubang dengan corong menghadap ke bawah. Kran dibuka
hingga pasir turun mengisi lubang dan corong.
f. Setelah pasir dari botol tidak turun lagi, kran ditutup selanjutnya botol beserta sisa
pasir ditimpang. Sementara itu tanah hasil galian diatas segera ditimbang dan
diukur kadar air nya, hingga diketahui berat tanah dalam lubang dan kadar airnya.
Gambar 2.19 Pengujian Sandcone

2. Shearvane
Shearvane (uji geser baling-baling) adalah suatu metode untuk mengukur kuat
geser tak terdrainase dari suatu tanah kohesif. Pengujian ini dilakuakan dengan
peralatan yang terdiri dari batang dengan baling-baling di pasang yang kemudian di
masukkan ke dalam tanah dan di putar.

Gambar 2.20 Pengujian Shearvane

3. DCP (Dynamic Cone Penetrometer)

DCP (Dynamic Cone Penetrometer) merupakan suatu pengujian yang cepat untuk
mendapatkan nilai kekuatan tanah dasar dan lapisan pondasi, kepadatan tanah, yang
hasil akhirnya berupaa nilai CBR (California Bearing Ratio). Adapun langkah –
langkah test ini sebagai berikut:

a. Letakkan penetrometer yang telah dirakit diatas tanah yang akan diperiksa.

b. Letakkan alat sedemikian rupa sehingga benda dalam posisi vertical.

c. Baca posisi awal penunjuk mistar ukur. Kemudian masukkan angka dalam
tabel.

d. Angkat palu penumbuk sampai menyentuh permukaan pemegang lalu


lepasakan hingga menumbuk landasan penumbuknya. Tumbukan ini
menyebabkan konus menembus tanah.

e. Baca posisi penunjuk mistar ukur setelah terjadi penetrasi.

f. Masukkan angka kedalam tabel.

g. Ulagi langkah seperti yang diatas berulang kali sampai batas kedalaman
lapisan tanah yang akan diperikasa.

h. Dengan menggunakan tabel CBR dapat ditentukan CBR yang bersangkutan


dari selisih penetrasi yang didapat.

Gambar 2.21 Pengujian Dynamic Cone Penetrometer

4. WRD (Water
Gambar 2.22 Pengujian WRD

5. Pengujian Kadar Air ( Moisture Content )


Pengujian kadar air adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kadar air
yang terkandung dalam tanah. Langkah – langkah test tersebut sebagai berikut :

a. Periksa peralatan yang akan digunakan dari tanda-tanda kerusakan dan


memastikan berfungsi dengan baik. Jangan menggunakan peralatan yang di
modifikasi untuk melakukan pengujian.
b. Setiapa sampel tanah yang akan di uji kadar airnya, selalu diambil dua buah benda
uji.
c. Melakukan prepare sampel yang di terima dari lapangan sesuai dengan
AS1289.1.1-2001.
d. Bersihkan dan keringkan wadah dari partikel-partikel yang tersisa dan air lalu
berikan penemoran pada masing-masing wadah.
e. Timbang dan catat masing-masing wadah (ma=berat container).
f. Letakkan sampel tanah basah di dalam wadah kemudian timbang dan catat. Berat
sampel tergantung pada ukuran maksimum partikel sesuai klausa (mb=berat
sampel + container – basah).
g. Letakkan wadah yang berisi specimen kedalam oven pada suhu 1050C -1100C
selama16-24 jam.
h. Setelah selesai periode pengeringan oven, keluarkan wadah dan specimen dari
oven dan letakkan di dalam desikator hingga dingin atau di udara terbuka.
i. Timbang dan catat berat specimen yang telah di dinginkan (mc1 = berat sampe +
container – kering).
j. Letakkan Kembali specimen kedalam oven selama satu jam.
k. Ulangi prosedur j dan k(ms2 = berat sampel + container – kering).
l. Catat berat sampel kering dan container terakhir (mc = berat sampel + container –
kering).

Gambar 2.23 Kadar Air

6. pH (Potential Hydrogen) / EC (Electrical Conductivity)


pH pengujian yang dilakukan untuk menyatakan tingkat keasaman atau kebasaan
yang dimiliki oleh suatu larutan. Sedangkan EC pengujian yang dilakukan untuk
mengetahui material menghantarkan listrik. Langkah – langkah test ini sebagai
berikut :

a. Ambil material sampel yang ingin di ukur kadar pH dan EC nya sebanyak 100 ml
dan ambil air sebanyak 200 ml (letakkan ke dalam wadah)
b. Setelah itu aduk hingga tercampur antara material sampel dengan air
c. Nyalakan dengan menekan tombol on pada alat ukur tersebut.
d. Masukkan alat ukur tersebut ke dalam wadah
e. Selanjutnya tunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak berubah-ubah
f. Hasil akan terlihat di display digital.

Gambar 2.24 Pengujian pH / EC

7. PSD (Particle Size Distribution )


PSD adalah pengujian yang dilakukan untuk mendapatkan distribusi/ sebaran
ukuran partikel suatu material hingga ukuran 0,075 mm. Langkah – langkah test ini
sebagai berikut :

a. Periksa peralatan yang akan digunakan dari tanda-tanda kerusakan dan


memastikan berfungsi dengan baik. Jangan menggunakan peralatan yang
dimodifikasi untuk melakukan pengujian
b. Bersihkan saringan, pan, baskom, palu karet dari debu danair
c. Letakkan sampel dari lapangan ke dalam pan.
d. Masukkan sampel ke dalam oven pada suhu tidak melebihi 500 C sampai sampel
tanah cukup kering. Setelah itu keluarkan sampel dari oven dan biarkan sampel
sampai dingin.
e. Lakukan prepare sampel ( penumbukan sampel) mengunakan palu karet. Setelah
itu saring sampel dengan ukuran 19 mm. Pindahkan material yang tertahan di
saringan 19 mm ke dalam baskom ke saringan 37.5 mm mengikuti metode
pengayakan sebelumnya.
f. Letakkan sampel yang lolos ayakan 19 mm di dalam wadah besar, setelah itu
ambil sampel sebanyak 6 kg . Selanjutnya lakukan Washing Sieve ( pencucian
sampel) mengunakan sodium supaya material dan tanah terpisahkan.
g. Biarkan sampel terendam selama paling tidak satu jam. Setelah itu aduk sampel
dengan kuat dan cuci sampel dengan air mengalir pada saringan dengan bukaan
75 mm yang memungkinkan air bekas cucian yang mengandung lanau dan
lempung mengalir. Ulangi proses pencucian hingga air cucian terlihat jernih dan
seluruh sampel yang di butuhkan telah selesai dicuci dengan menggunakan
saringan.
h. Masukkan sampel tersebut ke dalam oven lagi dengan suhu tidak melebihi 50 0 C
sampai sampel tanah cukup kering. Setelah kering keluarkan sampel dari oven dan
biarkan sampel sampai dingin.
i. Siapkan saringan untuk PSD sesuai dengan saringan yang ada di tabel dan
lakukan ayakan hingga ke saringan 0.075 mm . Setelah itu timbang dan catat berat
masing-masing sampel tersebut.

Gambar 2.25 Pengujian Particle Size Distribution

8. Kompaksi
Pengujian kompaksi adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui
kepadatan tanah maksimum dan kadar air yang optimum. Adapun langkah – langkah
pengujian kompakasi sebagai berikut:

a. Lakukan preparasi sampel yang diterima dari lapangan sesuai dengan


AS1289.1.1-2001. Kurangi gumpalan tanah dengan mencacah, memarut atau
menggerus material dilakukan dengan berhati-hati agar tidak menghancurkan
partikel individu atau mengubah ukuran partikel tanah dan pastikan sampel yang
di terima bebas dari vegetasi.
b. Apabila sampel material terlalu basah, biarkan sampel mengering di udara
terbuka atau tempatkan pada oven dengan temperature tidak melebihi 500C
hingga material sampel cukup kering untuk memungkinan pemisah pada sampel
tanah.
c. Saring sampel yang di siapkan menggunakan saringan 19 mm material over 37,5
mm sieve bersihkan jika dibutuhkan, bersihkan menggunkan kuas material yang
tertahan di saringan tersebut. Tentukan massa material yang tertahan pada
saringan 19 mm dan hitung persentase yang tertahan pada saringan19 mm
d. Tentukan ukuran fraksi dan tipe mould yang akan digunakan untuk pengujian
pemadatan mengikuti tabel ukuran fraksi dan tipe mould.
e. Setelah itu ambil sampel sebanyak 5 bagian (setiap satu bagian sebanyak 6 Kg).
Selanjutnya tambahkan air sesuai dengan persenannya (setiap bagian berbeda
persenanya), aduk material dengan air secara merata . Setelah merata masukkan
sampel ke dalam plastik dan tutup rapat plastiknya pastikan tidak ada yang
bocor. Endapkan semua sampel tersebut selama semalam.
f. Setelah itu siapkan dan bersihkan semua alat untuk kompaksi, masukkan tanah
secukupnya ke dalam tabung silinder yang telah dipasang collar, sehingga
volume tanah ditumbuk kira-kira tinggal 1/3 volume tabung. Tumbung tanah
dalam tabung secara merata sebanyak 60 kali.
g. Tambah tanah ke dalam tabung silinder, sehingga volume tanah setelah
ditumbuk sebanyak 60 kali menjadi sekitar 2/3 volume tabung. Tambahkan tanah
ke dalam tabung sebanyak 60 kali. Pastikan bahwa permukaan tanah di dalam
tabung setelah ditumbuk lebih tinggi dari tinggi rabung (mold tanpa collar).
Kondisi setelah lapisan ketiga terlihat, lepaskan collar dengan hati-hati agar
tanah dalam collar tidak terpotong.
h. Ratakan tanah di permukaan tabung sedatar mungkin, setelah itu timbang dan
catat (mold dan tanah). Keluarkan tanah di dalam tabung (mold). Ambil contoh
tanah di bagian atas, tengah, dan bawah tabung. Masukkan kedalam cawan yang
telah di tentukan beratnya, untuk menentukan kadar airnya. Masukkan ke dalam
oven tanah tersebuh dengan suhu tidak melebihi 500 C selama 24 jam. Ulangi
proses seperti di atas pada semua sampel kompaksi.
Gambar 2.26 Pengujian Kompaksi

9. Hydrometer
Hydrometer adalah suatu pengujian untuk mengetahui distribusi ukuran butiran
tanah berbutir halus yang lolos saringan no 200 berdasarkan sedimentasi tanah dalam
air. Dibawah ini adalah langkah-langkah hydrometer :

a. Lakukan preparasi sampel yang diterima dari lapangan sesuai dengan


AS1289.1.1.-2001
b. Tempatkan sampel tanah pada oven dengan ±50oC selama 24jam. Siapkan
sampel tanah yang telah kering dioven, haluskan menggunakan palu karet hingga
gumpalan tanah mengecil dan ayak menggunakan ayakan 0,0075 mm (no.200).
Ambil sampel yang lolos saringan 0,0075 mm sebanyak 50 gr dari hasil
pengujian distribusi ukuran partikel tanah
c. Persiapkan campuran bahan penghancur gumpalan. Terbuat dari sodium
hexametaphospate dan air suling dengan perbandingan 40 gr odium
hexametaphospate untuk 100 ml air suling. Campurkan 50 gr sampel dengan 125
ml campuran bahan penghancur gumpalan dan aduk hingga 60 kali adukkan
sampai merata lalu diamkan sealama 12 jam agar terbentuk suspensi tanah.
d. Setelah aduk Kembali suspense dengan menggunakan spatula lalu tuangkan
kedalam mangkok alat pengaduk dispersi tanah. Pastikan semua suspensi telah
dituang kedalam mangkuk dispersi.
e. Tambahkan air suling kedalam mangkuk dispersi hingga 2/3 isi penuh. Aduk
suspense dalam mangkuk suspersi menggunakan alat pengaduk dispersi tanah
selama 2 menit. Tuangkan suspensi kedalam tabung hydrometer 1000 ml.
pastikan semua suspense telah dituangkan kedalam tabung hydrometer dan tidak
tersisasedikit pun.
f. Isi air suling kedalam tabung hydrometer sampai 1000 ml dan tutup dengan tutup
karet. Pegang bagian atas dan bawah tabung hydrometer dengan telapak tangan
dan balikkan tabung sepenuhnya selama 1 detik lalu Kembali keposisi tegak
selama 1 detik, lakukan selama 1 menit atau sebanyak 30 kali.
g. Tempatkan tabung hydrometer yang berisi suspensi dalam ruangan dengan suhu
yang konstan hingga mencapai suhu lingkungan yang sama. Segera mulai
pembacaan waktu pada stopwatch pencatat waktu mulai pengetesan lalu
lepaskan penutup karet.
h. Rendam pengukur hydrometer 152 H secara perlahan kedalam suspense kedalam
sedikit dibawah posisi mengambangnya dan biarkan mengapung secara bebas.
Setelah itu baca dan catat setiap waktu yang telah di tentukan .
.

Gambar 2.27 Pengujian Hydrometer

10. Permeability
Pengujian untuk mengetahui koefisien daya rembes pada material tanah
sedangkan yang dimaksud permeability adalah kemungkinan adanya air yang
merembes melalui suatu jenis tanah apabila porositas tanah. Apabila porositas tanah
semakin besar, maka semakin besar pula air yang merembes pada tanah tersebut, atau
makin besar pula koefisien permeability tanah tersebut. Langkah-langkah
permeability adalah sebagai berikut :

a. Pertama siapkan dan bersihkan alat untuk permeability, kemudian kita pasang
mouldnys untuk kompaksi.
b. Selanjuatnya setelah mould dipasang kita masukkan material kedalam mouldnya
sebanyak setengah tabung mould pada layer pertama. Kita tumbuk material
sebanyak 25 kali tumbuakan, lakukan hinggan 3 kali layer.
c. Setelah dikompaksi dita ratakan material tersebut setara dengan tabung mould.
d. Kemudian pasang saringan/ filter ke atas plat permeability dengan lem, pindahkan
material dengan tambung mould keatas plat permeability.
e. Lalu pasang kembali saringan diatas tabung mould dan pasang pemberatnya.
f. Lem semua bagian filter mould yang dibawah tabung mould untuk memastikan
tidak ada kebocoran.
g. Isi air secukupnya kedalam tabung permeability, dan pasang selang permeability
pada tabung mould .
h. Buka kran tabung untuk mengisi air kedalam pipa permeability
i. Sebelum melalukan test baca terlebih dahulu H0 dan hidupkan stopwatch
j. Kemudian mulai test dan baca setiap waktu yang telah ditentukan.

Gambar 2.28 Pengujian Permeability

11. Atterbeg
Atterberg adalah pengujian kadar air dengan cassagrande untuk menentukan sifat
dan klasifikasi tanah. Material yang telah melalui proses prepare akan diambil ukuran
0,425 mm sebanyak 50 gram untuk pengujian atterberg. Atterberg terbagi dua yaitu :

a. Liquit Limit ( Batas Cair )


Liquit limit adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui kadar air dimana
untuk nilai-nilai di atasnya, tanah akan berperilaku sebagai cairan kental. Batas
cair ini didefenisikan secara kasar sebagai kadar air dimana 25 kali pukulan oleh
alat batas cair akan menutup celap (groove) standar yang dibuat pada lempengan
tanah untuk panjang 12,7 cm.

Gambar 2.29 Pengujian Liquit Limit

b. Plastis Limit ( Batas Plastis )


Batas plastis yaitu kadar air dimana untuk nilai-nilai di bawahnya, tanah tidak lagi
berperilaku sebagai bahan yang plastis. Batas plastis secara kasar didefinisikan
sebagai kadar air dimana selepis tanah yang digulung sampai berdiameter 3 mm
akan putus atau terpisah.

Gambar 2.30 Pengujian Plastis Limit


2.5 Instrumentasi
Instrumentasi berfungsi untuk memastikan kestabilan bendungan, mulai
dari pergerakan tanah, keasaman air dan tekanan air di bendungan. Alat – alat
instumentasi adalah sebagai berikut:

a. Piezometer
Piezometer adalah alat sensor geoteknik yang digunakan untuk mengukur
tekanan air pori dalam tanah.

Gambar 2.31 Piezometer

b. Inclinometer
Inclinometer adalah alat monitoring geoteknik yang berfungsi untuk
membaca pergerakan dalam tanah atau kemiringan tanah.

Gambar 2.32 Inclinometer


c. Prisma
Berfungsi untuk memonitoring perubahan atau pergeseran tanah di atas
permukaan.

Gambar 2.33 Prisma

d. RTS (Robotic Total Station)


Merupakan alat canggih sebagai robot pemantau pergerakan prisma.

Gambar 2.34 Robotic Total Station


e. SMA (Strong Motion Accelerograph)
SMA adalah alat yang digunakan untuk mengetahui gerakan atau golongan
gempa bumi serta merekam guncangan permukaan tanah atau getaran yang
dihasilkan dari alat berat dan blasting.

Gambar 2.35 Strong Motion Accelerograph

f. WRSF (Waste Rock Storage Facility)


WRSF adalah alat yang digunakan untuk pengukuran oksigen dan juga
pengukuran kualitas air menunjukkan

Gambar 2.36 Waste Rock Storage Facility


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan selama prakerin ini, dengan adanya kegiatan


prakerin ini, sangat bermanfaat bagi siswa/siswi terutama jurusan SMK
memperoleh banyak pengetahuan dan pengalaman dalam dunia industri kerja
yang pasti akan sangat bermanfaat untuk menunjang karir kami kedepannya.
Selain itu, praktek yang dilakukan sangat membantu dalam meningkatkan potensi
keahlian yang profesional dalam bidangnya.
1. TSF (Tailing Storage Facility) merupakan bendungan tipe urutan tanah
yang berfungsi untuk menampung atau membendung Tailing sisa hasil
produksi dari pengolahan material yang bernilai ekonomis yang berasal
dari Pit (Tambang) yang diolah oleh Processing Plant atau pabrik
pengolahan.
2. TSF (Tailing Storage Facility) terdiri dari 3 (Tiga) jenis material yang
dipakai dalam konstruksi TSF yaitu: Tanah Lempung (Clay), Pasir
(Sand), dan batuan yang bercampur pasir.
3. TSF (Tailing Storage Facility) juga berperan sebagai tempat
penampungan air untuk di pergunakan kembali di pabrik.
4. Air permukaan tambang berasal dari WSD (Water Diversion Structure)
dan di alirkan ke beberapa tempat untuk keperluan perusahaan, beberapa
aliran dialirkan melalui pipa dengan tujuan berbeda, seperti TSF (Tailing
Storage Facility) Plant Site, dan IPA.
5. Alat berat yang dipakai untuk kebutuhan pembangunan TSF (Tailing
Storage Facility) antaralain: Excavator, Compactor, ADT (Articulated
Dump Truck) dan motor Grader. Semua alat berat ini memiliki fungsinya
masing-masing dan tersendiri.
3.2 SARAN
1. Saran penulis kepada pihak pembaca:
Dengan adanya laporan ini diharapkan pembaca dapat memahami serta
menambah wawasan pembaca tentang bendungan tipe urugan tanah TSF
(Tailing Storage Facility).
2. Saran penulis kepada pihak sekolah:
Semoga pihak sekolah dapat mempertahankan dan bila perlu
meningkatkan lagi hubungan kerja sama dengan pihak perusahaan agar
siswa dan siswi SMK Negeri 2 Batangtoru dapat mengikuti kegiatan
praktek kerja industri.
3. Saran penulis kepada pihak perusahaan:
Semoga PT. Agincourt Resources dapat menerima kembali siswa dan
siswi SMK Negeri 2 Batangtoru untuk mengikuti Praktek Kerja Industri
(Prakerin).
4. Saran yang di dapat selama prakerin ini yaitu:
Untuk adik kelas yang nantinya akan melaksanakan kegiatan Prakerin,
mungkin sedikit saran berikut ini bisa bermanfaat:
c. Jaga nama baik diri sendiri dan sekolah.
d. Utamakan keselamatan kerja.
e. Gunakan waktu sebaik-baiknya.
f. Tetap semangat dan jangan putus asa.

Anda mungkin juga menyukai