Anda di halaman 1dari 2

TUGAS TUTORIAL 1

MATA KULIAH: PERKOPERASIAN

Nama: Rizal Fauzan Alamsyah

NIM : 048817965

1. Apakah pengaruh nyata dari akibat amandemen UUD 1945 bagi pengembangan
koperasi di Indonesia?
2. Mengapa hasil-hasil pembangunan koperasi selama ini masih jauh dari harapan?
3. Bagaimanakah seharusnya sikap pelaku koperasi terhadap upaya “pengecilan”
peranan pemerintah dalam pembangunan koperasi di Indonesia?

Penyelesaian:

1. Dengan dihapuskannya kata "koperasi" dalam Pasal 33 UUD 1945 maka secara formal
pembangunan koperasi tidak lagi memiliki landasan konstitusional dan politis yang kuat.
Tanpa landasan konstitusi dan politis, keterikatan (komitmen) pemerintah terhadap
pembangunan koperasi menjadi berkurang. perkembangan koperasi selanjutnya banyak
tergantung pada masyarakat , khususnya gerakan koperasi sendiri. peran pemerintah lebih
banyak pada pengaturan (regulasi).
2. Koperasi selama ini masih jauh dari harapan dan belum bisa mengikuti perkembangan jaman
karena pengelolaan koperasi yang belum maksimal, hal ini dikarenakan kurangnya
pengetahuan masyarakat tentang koperasi, ditambah lagi koperasi kurang populer
dibandingkan usaha swasta sejenis yang lebih mudah kita temui disekitar . Ketua Asosiasi
Kader Sosio-Ekonomi Strategis (AKSES) Suroto menilai, kondisi koperasi Indonesia di era
digital ekonomi saat ini belum signifikan. Tercatat, kontribusinya baru 2,5% terhadap GDP
dan jumlah anggota koperasi sesungguhnya hanya mencapai 15.200 atau 10% dari yang
diklaim pemerintah sebanyak 152.000. Di mana, sisanya itu merupakan koperasi palsu yang
semestinya perlu dibubarkan pemerintah supaya tidak mengganggu 10% yang benar
tersebut. “Dari model perusahaan canggih seperti ini, sayangnya banyak koperasi palsunya
yang didirikan oleh pengusaha yang menipu masyarakat, makanya muncul kasus Langit Biru,
Pandawa dan sebagainya,”.
Koperasi menurutnya punya prospek yang bagus, karena konsumen jadi pemilik dari
perusahaan. Ia pun menilai, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan koperasi di
Indonesia tidak berkembang.
 Pertama, paradigma atau cara pandang masyarakat terhadap koperasi yang baik masih
sangat minim.
 Kedua, regulasi. Sehingga, undang-undang koperasi perlu direvisi, misalnya saja jumlah
orang yang mendirikan cukup dipangkas dari 20 menjadi minimal 3 orang. Selain itu,
undang-undang yang lain juga tidak boleh diskriminasi terhadap koperasi. “Misalnya
undang-undang BUMN yang mewajibkan semua BUMN harus berbadan hukum PT, kenapa
tidak koperasi jadi dimiliki oleh masyarakat. Listrik di Amerika itu dikelola oleh satu koperasi
yang dimiliki pelanggannya, namanya NFCA yang beroperasi di 51 negara bagian mereka,”.
 Ketiga, minimnya kemauan pemerintah untuk mengembangkan kelembagaan atau
ekosistem koperasi. Di mana, sistem pendidikan dan research and development,
kebijakannya tidak mendorong supaya ekosistem koperasi menjadi mainstream.
Lebih lanjut, kata Suroto, modernisasi koperasi saat ini sudah mutlak di mana digitalisasi
koperasi yang tidak hanya melayani simpan pinjam atau berbanding perlu didorong ke arah
ekonomi digital.

Sumber : https://www.beritasatu.com/ekonomi/654673/tiga-faktor-koperasi-di-indonesia-belum-
berkembang-signifikan

3. Sikap pelaku koperasi terhadap upaya pengecilan peran pemerintah dalam pembangunan
koperasi di Indonesia adalah bersiap diri. Tindakan persiapan itu dilakukan salah satunya
dengan menyiapkan para anggota untuk bersaing dalam situasi pasar dengan simulasi
proteksi yang minim dari pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai