Anda di halaman 1dari 11

Skor

No Tugas Tutorial
Maksimal
1 Investasi di Indonesia menghadapi masalah Struktural seperti 20
sentralisasi kekuasaan. Hal ini menyebabkan pembangunan hanya
dinikmati oleh sebagian bangsa saja. Tentukanlah penyebab
terjadinya kesenjangan antara pemerintah daerah dan pusat dalam
meningkatkan investasi di indonesia?

2 Jelaskan masalah-masalah yang menghambat kemajuan Koperasi di 20


Indonesia? jelaskan beserta solusi anda!

3 Jelaskan latar belakang pelaksanaan privatisasi di Indonesia? 20

4 Jelaskan Tujuan pembentukan komite pemberantasan korupsi? 20

5 Jelaskan solusi yang dapat ditempuh oleh pemerintah dalam upaya 20


mengurangi beban utang luar negeri?

NAMA : MICOMAL LUMBANTORUAN


NIM : 044174633
TUGAS MK : PEREKONOMIAN INDONESIA
UPBJJ : MANADO

No. 1 Penyebab terjadinya kesenjangan investasi di Indonesia


Dengan adanya sistem desentralisasi yang diterapkan di Indonesia semenjak tahun 2001
setiap pemerintahan daerah diberikan wewenang mengelola rumah tangga
pemerintahannya sendiri baik secara pelimpahan kewenangan secara devolusi maupun
desentralisasi fiskal. Dengan adanya desentralisasi fiskal setiap daerah berhak untuk
mengelola anggaran belanja rumah tangga sesuai dengan kondisi dan kebutuhan daerah.
Apakah anggaran belanja dibelanjakan hanya untuk membiayai belanja pegawai atau
digunakan untuk modal. Namun umumnya yang terjadi hingga saat ini, porsi belanja
pemerintah daerah masih belum seimbang dimana masih besarnya belanja untuk pegawai
dibandingkan belanja modal. Desentralisasi fiskal memiliki peluang untuk meningkatkan
kesenjangan antar daerah. Dengan keragaman sumberdaya yang dimiliki, suatu daerah yang
kaya akan semakin cepat tumbuh dan berkembang sedangkan daerah yang miskin
sumberdaya semakin tertinggal (Dartanto dan Brojonegoro, 2003).
Pada tahun 2016 telah menghapus 3.143 peraturan daerah yang dianggap bermasalah.
Sejumlah aturan yang dibatalkan meliputi perda yang menghambat pertumbuhan ekonomi
daerah dan memperpanjang jalur birokrasi. Kemudian sejumlah perda yang menghambat
proses perizinan dan investasi, perda yang menghambat kemudahan usaha dan perda yang
bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi. Aturan ini dinilai menghambat kapasitas
nasional dan menghambat kecepatan Indonesia dalam berkompetisi dengan negara lainnya.
Beberapa hal yang menjadi penyebab tersendatnya investasi adalah ketersediaan lahan
industri, infrastruktur, peraturan daerah yang mempersulit, dan persoalan izin lingkungan
sebagai pengganjal investasi (kompas, 2017). Selanjutnya, masih beragamnya perda-perda
perizinan di kabupaten/kota yang dapat menghambat proses Izinizin Usaha Industri dan
adanya hambatan investasi karena penegakan hukum yang tidak proporsional atas izin-izin
usaha pada industri menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh daerah. (Lakip BPMD
Jateng, 2016)
Upaya meningkatan investasi hanya dapat tercapai ketika faktor penghambat investasi
dapat diatasi. Paradigma yang berkembang pada masa otonomi daerah dimana Pemda
harus berinovasi dan berkreasi menggali pendapatan untuk menjalankan pemerintahannya
perlu diperbaiki. Paradigma daerah dianggap berhasil menjalankan otonomi daerah apabila
Pendapatan asli daerah yang diterima meningkat. Target PAD sering memicu munculnya
berbagai kebijakan yang kontraproduktif terhadap iklim usaha dan investasi. Padahal iklim
investasi yang kondusif dapat mendorong pertumbuhan perekonomian suatu daerah.
Kondisi yang terjadi saat ini adalah pemerintah belum mampu memberikan jaminan
keamanan berusaha bagi investor dan para pionir yang mengembangkan usaha di daerah.
Hal yang menghambat investasi biasanya terkait dengan kepastian hukum dan jaminan
keamanan, kondisi infrastruktur pendukung, serta birokrasi yang sederhana, cepat dan
transparan.
No. 2 Masalah – masalah yang dihadapi koperasi di indonesia  Permasalahan (faktor-
faktor) yang Menghambat Perkembangan Koperasi di Indonesia
Koperasi memiliki beberapa hambatan, berikut adalah pernyataan beberapa para ahli
tentang faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan koperasi.
1. Menurut Ace Partadiredja
Faktor-faktor yang menghambat pertumbuhan koperasi Indonesia adalah rendahnya tingkat
kecerdasan rakyat Indonesia.Hal ini disebabkan karena pemerataan tingkat pendidikan
sampai ke pelosok baru dimulai pada tahun 1896, sehingga dampaknya baru bias dirasakan
paling tidak 15 tahun setelahnya.
2. Menurut Baharuddin
Faktor penghambat dalam pembangunan koperasi adalah kurangnya dedikasi pengurus
terhadap kelangsungan hidup koperasi.Ini berarti bahwa kepribadian dan mental
pengurus,pengawas,manajer belum berjiwa koperasi sehingga harus diperbaiki lagi.
3. Menurut Prof. Wagino Ismangil
Faktor penghambat kemajuan koperasi adalah kurangnya kerjasama di bidang ekonomi dari
masyarakat kota. Kerjasama di bidang social (gotong-royong) memang sudah kuat tetapi
kerjasama di bidang usaha dirasakan masih lemah,padahal kerjasama di bidang ekonomi
merupakan faktor yang sangat menentukan kemajuan lembaga koperasi.
Banyaknya masalah yang menghambat perkembangan koperasi di Indonesia menjadi
problematik yang secara umum masih dihadapi. Pencapaian misi mulia koperasi pada
umumnya masih jauh dan idealisme semula. Koperasi yang seharusnya mempunyai amanah
luhur, yaitu membantu pemerintah untuk mewujudkan keadilan ekonomi dan sosial, belum
dapat menjalani peranannya secara maksimal.

Berikut adalah beberapa kendala pokok yang dihadapi oleh koperasi di Indonesia :
1. Koperasi Jarang Peminatnya
Koperasi jarang peminatnya dikarenakan ada pandangan yang berkembang dalam
masyarakat bahwa koperasi adalah usaha bersama yang diidentikkan dengan masyarakat
golongan menengah ke bawah. Dari sinilah perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat
tentang koperasi.
2. Kualitas Sumber Daya yang Terbatas
Koperasi sulit berkembang disebabkan oleh banyak faktor, yaitu bisa disebabkan Sumber
Daya Manusia yang kurang. Sumber daya manusia yang dimaksud adalah pengurus koperasi.
Seperti yang sering dijumpai, pengurus koperasi biasanya merupakan tokoh masyarakat
sehingga dapat dikatakan rangkap jabatan, kondisi seperti inilah yang menyebabkan
ketidakfokusan terhadap pengelolaan koperasi itu sendiri. Selain rangkap jabatan biasanya
pengurus koperasi sudah lanjut usia sehingga kapasitasnya terbatas.
3. Banyaknya Pesaing dengan Usaha yang Sejenis
Pesaing merupakan hal yang tidak dapat dielakkan lagi, tetapi kita harus mengetahui
bagaimana menyikapinya. Bila kita tidak peka terhadap lingkungan (pesaing) maka mau
tidak mau kita akan tersingkir. Bila kita tahu bagaimana menyikapinya maka koperasi akan
survive dan dapat berkembang.
4. Keterbatasan Modal
Pemerintah perlu memberikan perhatian kepada koperasi yang memang kesulitan dalam
masalah permodalan. Dengan pemberian modal koperasi dapat memperluas usahanya
sehingga dapat bertahan dan bisa berkembang. Selain pemerintah, masyarakat merupakan
pihak yang tak kalah pentingnya, dimana mereka yang memiliki dana lebih dapat
menyimpan uang mereka dikoperasi yang nantinya dapat digunakan untuk modal koperasi.
5. Partisipasi anggota
Sebagai anggota dari koperasi seharusnya mereka mendukung program-program yang ada
di koperasi dan setiap kegiatan yang akan dilakukan harus melalui keputusan bersama dan
setiap anggota harus mengambil bagian di dalam kegiatan tersebut.
6. Perhatian pemerintah
Pemerintah harus bisa mengawasi jalannya kegiatan koperasi sehingga bila koperasi
mengalami kesulitan, koperasi bisa mendapat bantuan dari pemerintah, misalnya saja
membantu penyaluran dana untuk koperasi.Akan tetapi pemerintah juga jangan terlalu
mencampuri kehidupan koperasi terutama hal-hal yang bersifat menghambat pertumbuhan
koperasi. Pemerintah hendaknya membuat kenijakan-kebijakan yang dapat membantu
perkembangan koperasi.
7. Manajemen koperasi
Dalam pelaksanaan koperasi tentunya memerlukan manajemen, baik dari bentuk
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. Karena hal ini sangat
berfungsi dalam pengambilan keputusan tetapi tidak melupakan partisipasi dari anggota.
Apabila semua kegiatan koperasi bisa dijalankan dengan baik dan setiap anggota mau
mengambil bagian di dalam kegiatan koperasi serta perhatian pemerintah dapat
memberikan motifasi yang baik, koperasi pasti dapat berjalan dengan lancar.
Selain ketujuh kendala pokok tersebut, hal lain yang dapat menjadi hambatan dalam
pembentukan koperasi yang efektif di Indonesia adalah sebagai berikut :
1) Imej koperasi sebagai ekonomi kelas dua masih tertanam dalam benak orang – orang
Indonesia sehingga, menjadi sedikit penghambat dalam pengembangan koperasi
menjadi unit ekonomi yang lebih besar , maju dan punya daya saing dengan perusahaan
– perusahaan besar.
2) Perkembangan koperasi di Indonesia yang dimulai dari atas (top down) ,artinya koperasi
berkembang di indonesia bukan dari kesadaran masyarakat, tetapi muncul dari
dukungan pemerintah yang disosialisasikan ke bawah. Berbeda dengan yang di luar
negeri, koperasi terbentuk karena adanya kesadaran masyarakat untuk saling
membantu memenuhi kebutuhan dan mensejahterakan yang merupakan tujuan
koperasi itu sendiri, sehingga pemerintah tinggal menjadi pendukung dan pelindung
saja. Di Indonesia, pemerintah bekerja double selain mendukung juga harus
mensosialisasikanya dulu ke bawah sehingga rakyat menjadi mengerti akan manfaat dan
tujuan dari koperasi.
3) Tingkat partisipasi anggota koperasi masih rendah, ini disebabkan sosialisasi yang belum
optimal. Masyarakat yang menjadi anggota hanya sebatas tahu koperasi itu hanya untuk
melayani konsumen seperti biasa, baik untuk barang konsumsi atau pinjaman. Artinya
masyarakat belum tahu esensi dari koperasi itu sendiri, baik dari sistem permodalan
maupun sistem kepemilikanya. Mereka belum tahu betul bahwa dalam koperasi
konsumen juga berarti pemilik, dan mereka berhak berpartisipasi menyumbang saran
demi kemajuan koperasi miliknya serta berhak mengawasi kinerja pengurus. Keadaan
seperti ini tentu sangat rentan terhadap penyelewengan dana oleh pengurus, karena
tanpa partisipasi anggota tidak ada kontrol dari anggota nya sendiri terhadap pengurus.
4) Pemerintah terlalu memanjakan koperasi, ini juga menjadi alasan kuat mengapa
koperasi Indonesia tidak maju maju. Koperasi banyak dibantu pemerintah lewat dana
dana segar tanpa ada pengawasan terhadap bantuan tersebut. Sifat bantuanya pun
tidak wajib dikembalikan. Tentu saja ini menjadi bantuan yang tidak mendidik, koperasi
menjadi ”manja” dan tidak mandiri hanya menunggu bantuan selanjutnya dari
pemerintah. Selain merugikan pemerintah bantuan seperti ini pula akan menjadikan
koperasi tidak bisa bersaing karena terus menerus menjadi benalu negara. Seharusnya
pemerintah mengucurkan bantuan dengan sistem pengawasan nya yang baik, walaupun
dananya bentuknya hibah yang tidak perlu dikembalikan. Dengan demikian akan
membantu koperasi menjadi lebih profesional, mandiri dan mampu bersaing.
5) Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebutuhannya untuk memperbaiki diri,
meningkatkan kesejahteraanya, atau mengembangkan diri secara mandiri. Padahal
Kesadaran ini adalah pondasi utama bagi pendirian koperasi sebagai motivasi.
6) Kurangnya pengembangan kerjasama antar usaha koperasi

Salah satu kendala utama yang dihadapi pertumbuhan koperasi adalah rendahnya tingkat
kecerdasan dan kesadaran masyarakat Indonesia terhadap koperasi, dan banyak partai
politik yang memanfaatkan koperasi untuk meluaskan pengaruhnya. Koperasi di Indonesia
masih sangat lemah. Tidak ada perkembangan yang cukup tinggi. Boleh dikatakan koperasi
di Indonesia berjalan di tempat.
Ada beberapa hambatan yang dapat mempengaruhi perkembangan koperasi , yakni sebagai
berikut :
1) Hambatan Eksternal
 Keterlibatan pemerintah yang berlebihan (yang sering kali karena desakan pihak
donor)
 Terlalu banyak yang diharapkan dari koperasi atau terlalu banyak fungsi yang
dibebankan kepada koperasi melebihi fungsi atau tujuan koperasi sebenarnya.
 Kondisi yang tidak kondusif, seperti distorsi pasar, kebijakan ekonomi seperti
misalnya kebijakan proteksi yang anti-pertanian, dan sebagainya
 Kurangnya kerjasama pada bidang ekonomi dari masyarakat kota sehingga koperasi
semakin terkucilkan
2) Hambatan Internal
3) Termasuk keterbatasan anggota atau partisipasi anggota
4) Kinerja anggotanya yang kurang berkompeten
5) Isu-isu struktural
6) Perbedaan antara kepentingan individu dan kolektif
7) Lemahnya manajemen koperasi
8) Rendahnya tingkat kecerdasan rakyat Indonesia
9) Kurangnya dedikasi pengurus terhadap kelangsungan hidup koperasi
10) Kurangnya Modal Kerja

Solusi dalam Mengatasi Masalah yang Menghambat Perkembangan Koperasi di Indonesia


 Adanya sosialisasi kepada masyarakat sehingga pengetahuan masyarakat tentang
koperasi akan bertambah. Masyarakat dapat mengetahui bahwa sebenarnya koperasi
merupakan ekonomi rakyat yang dapat menyejahterakan anggotanya. Sehingga mereka
berminat untuk bergabung.
 Perlu dilakukan pengarahan tentang koperasi kepada generasi muda melalui pendidikan
agar mereka dapat berpartisipasi dalam koperasi. Partisipasi merupakan faktor yang
penting dalam mendukung perkembangan koperasi. Partisipasi akan meningkatkan rasa
tanggung jawab sehingga dapat bekerja secara efisien dan efektif.
 Melakukan trik-trik khusus melalui harga barang/jasa, sistem kredit dan pelayanan yang
maksimum. Mungkin koperasi sulit untuk bermain dalam harga, tapi hal ini dapat
dilakukan dengan cara sistem kredit, yang pembayarannya dapat dilakukan dalam waktu
mingguan ataupun bulanan tergantung perjanjian. Dengan adanya hal seperti ini
diharapkan dapat menarik perhatian masyarakat untuk menjadi anggota.
 Pemberian modal koperasi oleh pemerintah dan juga masyarakat yang memiliki dana
dapat menyimpan uang mereka dikoperasi supaya memperluas usahanya agar dapat
bertahan dan bisa berkembang.
 Pemerintah hendaknya membuat kebijakan-kebijakan dan dukungan yang dapat
membantu perkembangan koperasi.
 Membenahi kondisi internal koperasi.
 Penyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan koperasi yang efektif.

No. 3 Latar belakang pelaksanaa privatisasi di Indonesia.


Privatisasi BUMN pertama kali dilakukan pada pemerintahan Soeharto ke-5 pada tahun
1991. Meskipun secara tidak langsung privatisasi telah diundang-undangkan pada tahun
1968 akan tetapi baru pada tahun 1991 privatisasi mulai dilakukan secara terus menerus.
Pada tahun 2016 ini, privatisasi menjadi bahan perbincangan lagi karena pemerintah
merencakan delapan perusahaan masuk dalam daftar privatisasi(Sinaga, 2015). Departemen
keuangan melakukan penelitian pada tahun 1989 tentang sehat tidaknya usaha BUMN. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa 189 BUMN yang diteliti, 92 (48,68%) tergolong tidak
sehat, 37 (19,58%) tergolong kurang sehat, 25(13,23%) tergolong sehat, dan 35(18,32%)
tergolong sehat sekali. Kriteria penilaian sehat tidaknya kondisi badan usaha tersebut adalah
rentabilitas, likuiditas, dan Solvabilitas (Widodo, 2001). Selanjutnya, data dari tahun 2000
menunjukkan bahwa hanya 78,10% (107 perusahaan) BUMN yang beroperasi dalam
keadaan sehat. Sedangkan sisanya 16,06% (22 perusahaan) dalam kondisi kurang sehat dan
5,84% (8 perusahaan) dalam keadaan tidak sehat (Purwoko,2002).
Misi ganda dari BUMN disebut – sebut menjadi salah satu faktor yang membuat BUMN
kinerjanya kurang maksimal. Selain untuk mencari keuntungan optimal, BUMN juga
mengemban misi sosial sesuai dengan salah satu tujuan pembentukannya. Dengan
mengemban misi ganda ini, BUMN yang seharusnya mendapatkan laba, kemungkinan bisa
mengalami kerugian karena terlalu banyak dibebani dengan misi sosial. Melalui privatisasi,
fokus BUMN hanya pada satu tujuan yaitu mencari keuntungan seoptimal mungkin.
Aspek lain yang mendorong program privatisasi adalah adanya konsep yang menyatakan
asas manfaat lebih penting daripada asas kepemilikan(Khajar, 2005),artinya pemerintah
akan lebih memilih mendapatkan keuntungan atau manfaat yang sebesarbesarnya dari
BUMN tanpa harus memilikinya, yakni melalui penerimaan pajak dari BUMN.Dengan begitu,
pemerintah dapat terhindar dari segala beban dan resiko kerugian yang ditimbulkan (Khajar,
2005).

No. 4 Tujuan pembentukan komite pemberantasan korupsi


Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat. Perkembangannya
terus meningkat dari tahun ke tahun, balk dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah
kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin
sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak
saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan
bernegara pada umumnya. Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga
merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, dan
karena itu semua maka tindak pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai
kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa. Begitu pun dalam
upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan secara biasa, tetapi dituntut cara-cara
yang luar biasa.
Penegakan hukum untuk memberantas tindak pidana korupsi yang dilakukan secara
konvensional selama ini terbukti mengalami berbagai hambatan. Untuk itu diperlukan
metode penegakan hukum secara luar biasa melalui pembentukan suatu badan khusus yang
mempunyai kewenangan luas, independen serta bebas dari kekuasaan manapun dalam
upaya pemberantasan tindak pidana korupsi, yang pelaksanaannya dilakukan secara
optimal, intensif, efektif, profesional serta berkesinambungan.
Dalam rangka mewujudkan supremasi hukum, Pemcrintah Indonesia telah meletakkan
landasan kebijakan yang kuat dalam usaha memerangi tindak pidana korupsi. Berbagai
kebijakan tersebut tertuang dalam berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain
dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor
XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme; (Undang -Undang Nomwr 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang
Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, serta Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diuhah
dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Berdasarkan ketentuan Pasal 43 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diuhah dengan Undang Undang
Nomor 20 Tahun 2001, badan khusus tersebut yang selanjutnya disebut Komisi
Pemberantasan Korupsi, memiliki kewenangan melakukan koordinasi dan supervisi,
termasuk melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan, sedangkan mengenai
pembentukan, susunan organisasi, tata kerja dan pertanggung jawaban, tugas dan
wewenang serta keanggotaannya diatur dengan Undangundang.
Undang-Undang ini dibentuk berdasarkan ketentuan yang dimuat dalam UndangUndang
tersebut di atas. Pada saat sekarang pemberantasan tindak pidana korupsi sudah
dilaksanakan oleh berbagai institusi seperti kejaksaan dan kepolisian dan badan-badan lain
yang berkaitan dengan pemberantasan tindak pidana korupsi, oleh karena itu pengaturan
kewenangan Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Undang-Undang ini dilakukan secara
berhati-hati agar tidak terjadi tumpang tindih kewenangan dengan berbagai instansi
tersebut.

No. 5 Solusi yang dapat ditempuh oleh pemerintah dalam upaya mengurangi beban utang
luar negeri
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk luar
negeri yaitu:
1. Meningkatkan daya beli masyarakat, yakni melalui pemberdayaan ekonomi pedesaan
dan pemberian modal usaha kecil seluasnya. Dengan peningkatan daya beli masyarakat
ini membuat barang-barang hasil buatan dalam negeri terjual habis tentu akan
memberikan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Apalagi yang terjual dan laku
terbeli itu yaitu produk hasil ekonomi pedesaaan dan usaha kecil, tentu akan membuat
perkembangan yang signifikan bagi kemajuan usaha pedesaan dan usaha kecil sehingga
mampu bersaing perusahaan besar milik swasta. Keuntungan lain dari peningkatan daya
beli masyarakat yaitu perputaran uang akan lebih banyak terdapat di dalam negeri
sehingga uang ini akan menambah pendapatan negara dengan pajak.
2. Meningkatkan pajak secara progresif terhadap barang mewah dan impor. Realitas yang
ada saat ini pemerintah mengambil pajak barang mewah
3. Konsep pembangunan yang berkesinambungan, berlanjut dan mengarah pada satu titik
maksimalisasi kekuatan ekonomi nasional, melepaskan secara bertahap ketergantungan
utang luar negeri. Telah di jelaskan pada awal prinsip pembangunan yang diusung Orde
Baru yakni mengutang untuk pembangungan, sekarang saatnya membangun Indonesia
dari keringat peluh yang dihasilkan diri sendiri Indonesia walaupun harus bertahap
sesuai dengan pendapatan yang diraih. Jangan asal cepatcepat membangun negeri
sehingga kita selalu bertumpu pada utang / Investasi luar negeri tapi membangun negeri
perlu proses sehingga dibutuhkan sikap sabar yang tinggi pemerintah untuk membangun
negeri. Masyarakat sebagai rakyat harus mendukung setiap tindakan pemerintah yang
benar.
4. Dengan demikian, tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketergantungan
terhadap produk luar negeri yaitu: meningkatkan daya beli masyarakat, meningkatkan
pajak terhadap barang mewah dan impor, melepaskan secara bertahap ketergantungan
terhadap produk luar negeri, dan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai