Disusun Oleh :
UNIVERSITAS TERBUKA
2024
1. Tinjau dampak yang signifikan dari perubahan dalam amandemen UUD 1945
terhadap perkembangan koperasi di Indonesia.
3. Jelaskan sikap yang seharusnya diambil oleh pelaku koperasi terkait upaya pelemahan
peran pemerintah dalam pembangunan koperasi di Indonesia.
JAWAB
1. Pada bulan Agustus 2002, terjadi perubahan keempat yaitu amandemen terhadap
Pasal 33 UUD 1945. Hal yang paling krusial pada amandemen ini ialah hilangnya
kata “koperasi” yang merupakan penjelasan dari ayat (1) yang berbunyi
“usaha bersama atas asas kekeluargaan”. Namum menurut Revrisond Baswir
yaitu salah satu pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, berpendapat
bahwa “dasar keberadaan koperasi secara konstitusional sesungguhnya sama
sekali tidak ada kaitannya dengan tercantum atau tidaknya kata koperasi dalam
penjelasan Pasal 33, melainkan pada rangkaian kata yang berbunyi „usaha bersama
berdasar atas asas kekeluargaan‟ yang justru berasal dari Pasal 33 ayat (1).
Kesimpulan itu selaras dengan penjelasa dari Bung Hatta yaitu „usaha bersama atas
kekeluargaan‟ itu ialah koperasi”. Dengan adanya amandemen keempat ini membuka
jendela atau pemikiran baru terhadap penafsiran apa itu koperasi. Namun demikian
dengan hilangnya kata “koperasi” pada Pasal 33 UUD 1945 membuat koperasi itu
sendiri tidak lagi memiliki landasan konstitusional dan politis yang kuat.
2. Pembangunan koperasi selama ini dapat dikatakan masih jauh dari harapan, seperti
yang dikatakan oleh Presiden Megawati dalam sambutannya pada Peringatan Hari
Koperasi ke56 Tahun 2003, tanggal 12 Juli 2003 di Wonogiri yaitu “Dari tahun 1999
hingga akhir2001, sumbangan koperasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)
hanya bergerak sekitar2%. Hanya pada tahun 2002 saja angka tadi naik sampai 4%,
bila dibanding dengan totalPDB yang besarnya mencapai Rp. 1500 triliun
lebih. Dibandingkan dengan pelaku ekonomi lainnya, yaitu BUMN dan
usaha swasta, angka tersebut jelas menunjukkankontribusi yang masih kecil.
Walau sebenarnya koperasi yang notabenenya bukanlahsemata-mata lembaga
ekonimi yang perkembangannya tidak hanya diukur dengankontribusinya
terhadap perkembangan ekonomi.
Masih jauhnya pembangunan koperasi dari harapan ini terjadi juga karena
pemerintah yang membatasi dan terlalu ikut campur terhadap pergerakan koperasi itu
sendiri, sepertihalnya dalam salah satu surat keputusan yang dikeluarkan Menteri
Koperasi pada tahun1984, anatara lain dinyatakan, bahwa KUD merupak „satu-
satunya‟ koperasi I wilayah pedesaan, hal ini menyebabkan koperasi jenis lain tidak
dapat berkembang di pedesaan,kecuali mau bergabung dengan KUD sebagai
unitnya. Kebijakan tersebut secara tidak langsung membatasi perkembangan
koperasi di pedesaan dan hal ini juga tidak sesuai dengan undang-undang koperasi
yaitu “keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka”.Dengan dukungan penuh
pemerintah terhada KUD serta pengambilan keputusan yang secara langsung
dan tidak langsung banyak di campuri oleh pemerintah menyebabkan kemadirian
koperasi itu sendiri menjadi melemah karena ketergantungannya
terhadappemerintah.
Selain hal diatas sulitya mendapat pengakuan badan hokum bagi perkumpulan
koperasijuga menjadi hambatan bertumbuhnya koperasi. Walaupun pada masa
reformasi jumlah koperasi di kalangan masyarakat semakin membesar
sehingga jumlah koperasi berkembang pesat, hal ini terjadi karena hal yang selama
ini menjadi hambatan utama pengembangan koperasi tentang KUD sebagai satu-
satunya koperasi di pedesaan dicabutdan digantikan dengan inpres No.18 Tahun 1998
tentang “Peningkatan Pembinaan danPegembangan Perkoperasian” yang memberi
peluang/kesempatan yang sama kepadasemua jenis koperasi untuk
mengembangkan dirinya. Perkembangan dan kinerja yang ditunjukan oleh
koperasi seperti diuraikan diatas baru sebatas kuantitas (jumlah) bukankualitas
(mutu).
Kesimpulan yang saya ambil setelah membaca materi pada BMP ADPU4330 Modul
2 bahwa mengapa hasil pmbangunan koperasi selama ini masih jauh dari
harapan ialah karena ketergantungannya koperasi itu sendiri dengan pemerintah
sehingga pergerakannya terbatas dan lemahnya kemandirian koperasi itu sendiri untuk
menghadapi pasar bebas yang penuh dengan persaingan keras.