Anda di halaman 1dari 9

Yth. 1.

Badan Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Se-Indonesia;


2. Panitia Pengawas Pemilihan Umum Provinsi Aceh;
3. Badan Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota Se-Indonesia;
4. Panitia Pengawas Pemilihan Umum Kabupaten/Kota Se-Provinsi Aceh; dan
5. Panitia Pengawas Pemilihan Umum Luar Negeri

SURAT EDARAN
NOMOR 33 TAHUN 2023
TENTANG
IDENTIFIKASI POTENSI KERAWANAN DAN ARAH KEBIJAKAN PENGAWASAN
PENYUSUNAN DAN REKAP DAFTAR PEMILIH SEMENTARA HASIL PERBAIKAN
AKHIR, REKAP DAFTAR PEMILIH TETAP DI TINGKAT PROVINSI, DAN
PENETAPAN DAFTAR PEMILIH TETAP/DAFTAR PEMILIH TETAP LUAR NEGERI

A. Latar Belakang

Berdasarkan ketentuan Pasal 93 huruf b Undang-Undang Nomor 7


Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Bawaslu bertugas melakukan
pencegahan dan penindakan terhadap pelanggaran dan sengketa proses
Pemilu. Dalam ranah pencegahan, Bawaslu berkewajiban mengidentifikasi
potensi kerawanan pada setiap tahapan Pemilu sebagaimana Pasal 94 ayat (1)
huruf a Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 juncto Pasal 4 huruf a Peraturan
Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2018 tentang Pencegahan
Pelanggaran dan Sengketa Proses Pemilu.
Selain itu, berdasarkan ketentuan Pasal 219 ayat (1) Undang - Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, Bawaslu melakukan
pengawasan pelaksanaan pemutakhiran data pemilih, penyusunan dan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
pengumuman daftar pemilih sementara, perbaikan dan pengumuman Daftar
Pemilih Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP), penetapan dan pengumuman
Daftar Pemilih Tetap (DPT), daftar pemilih tambahan, dan rekapitulasi DPT yang
dilaksanakan oleh KPU sesuai dengan Peraturan Komisi Pemilihan Umum
Nomor 7 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penyusunan Daftar Pemilih Dalam
Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Sistem Informasi Data Pemilih dan
Peraturan Badan Pengawas Pemilu Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengawasan
Pemutakhiran Data dan Penyusunan Daftar Pemilih Dalam Pemilihan Umum.
Oleh karena itu, berkaitan dengan tahapan Pengawasan Pemutakhiran
Data dan Penyusunan Daftar Pemilih dalam Pemilihan Umum Tahun 2024,
Bawaslu melakukan Identifikasi Potensi Kerawanan dan Arah Kebijakan
Pengawasan Penyusunan dan Rekap Daftar Pemilih Sementara Hasil Perbaikan
Akhir, Rekap Daftar Pemilih Tetap di Tingkat Provinsi, dan Penetapan Daftar
Pemilih Tetap/Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri. Identifikasi potensi
kerawaranan dan arah kebijakan tersebut dilakukan berdasarkan pada dua
variabel; Pertama, hasil pengawasan tahapan pemutakhiran data pemilih yang
sedang berjalan. Kedua, analisis regulasi terhadap Peraturan Komisi Pemilihan
Umum Nomor 7 Tahun 2023 tentang Perubahan atas Peraturan Komisi
Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penyusunan Daftar Pemilih
dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Sistem Informasi Data Pemilih.
Hasil identifikasi tersebut menjadi rekomendasi dalam agenda pengawasan
tahapan Pengawasan Pemutakhiran Data dan Penyusunan Daftar Pemilih
dalam Pemilihan Umum Tahun 2024.

B. Tujuan
Tujuan diterbitkannya Surat Edaran ini adalah untuk memberikan
petunjuk bagi Bawaslu, Bawaslu/Panwaslih Provinsi, Bawaslu/Panwaslih
Kabupaten/Kota, Panwaslu LN dan jajarannya mengenai Identifikasi Potensi
Kerawanan dan Arah Kebijakan Pengawasan Penyusunan dan Rekap Daftar
Pemilih Sementara Hasil Perbaikan Akhir, Rekap Daftar Pemilih Tetap di Tingkat
Provinsi, dan Penetapan Daftar Pemilih Tetap/Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran ini adalah Identifikasi Potensi Kerawanan
dan Arah Kebijakan Pengawasan Penyusunan dan Rekap Daftar Pemilih
Sementara Hasil Perbaikan Akhir, Rekap Daftar Pemilih Tetap di Tingkat
Provinsi, dan Penetapan Daftar Pemilih Tetap/Daftar Pemilih Tetap Luar Negeri
dalam Pemilu tahun 2024 maupun upaya pencegahannya oleh Bawaslu,
Bawaslu/Panwaslih Provinsi, Bawaslu/Panwaslih Kabupaten/Kota dan Panwaslu
LN.

D. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Undang- Undang
Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum;
2. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 20 Tahun 2018 tentang
Pencegahan Pelanggaran dan Sengketa Proses Pemilihan Umum;
3. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 5 Tahun 2022 tentang
Pengawasan Penyelenggaraan Pemilihan Umum;
4. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Penanganan Temuan dan Laporan Dugaan Pelanggaran Pemilihan Umum;
5. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 8 Tahun 2022 tentang
Penyelesaian Pelanggaran Administratif Pemilihan Umum;
6. Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum Nomor 4 Tahun 2023 tentang
Pengawasan Pemutakhiran Data dan Penyusunan Daftar Pemilih Dalam
Pemilihan Umum;
7. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 3 Tahun 2022 tentang Tahapan
dan Jadwal Penyelenggaraan Pemilihan Umum; dan
8. Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2023 tentang Perubahan
atas Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 7 Tahun 2022 tentang
Penyusunan Daftar Pemilih Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum dan
Sistem Informasi Data Pemilih.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
E. Isi Edaran
1. Isu Krusial

a. Masih munculnya pemilih Tidak Memenuhi Syarat (TMS) di Daftar Pemilih


Sementara Hasil Perbaikan (DPSHP) yang tidak dihapus jajaran KPU
karena tidak ada dokumen autentik atas data pemilih tersebut, di
antaranya:

1) Surat keterangan kematian dari kelurahan/desa;


2) Kartu Tanda Anggota bagi TNI dan Polri yang masih aktif; dan
3) Pemilih dengan status alamat pemilih berupa RT 00 dan/atau RW 00
yang tidak dikenali dan tidak diketahui keberadaannya.

b. Masih munculnya pemilih TMS dengan kategori ganda, baik pemilih


ganda reguler dalam negeri (1 NIK dengan 2 nama, 1 nama, alamat, dan
tanggal lahir dengan 2 NIK), ganda reguler dalam negeri dengan lokasi
khusus, serta ganda dalam negeri dengan luar negeri;

c. Terdapat potensi pemilih baru yang kehilangan hak pilihnya, di antaranya:

1) Terdapat anggota TNI dan anggota Polri sudah pensiun di DPSHP


namun tidak memiliki surat keputusan pemberhentian sebagai
anggota TNI atau anggota Polri, atau akan pensiun dalam rantang
waktu setelah penetapan DPT hingga pada hari pemungutan suara.
2) Terdapat pemilih di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Anak yang
berpotensi akan berusia 17 tahun dalam rantang waktu setelah
penetapan DPT hingga pada hari pemungutan suara.

d. Potensi bertambahnya pemilih baru secara signifikan yang berdampak


pada potensi TPS dengan jumlah pemilih melebihi batas maksimal
pemilih dalam satu TPS;

e. Khusus pada penyusunan DPSHP di Luar Negeri, masih muncul pemilih


ganda dalam dan luar negeri, pemilih yang tidak dikenali dan tidak
diketahui keberadaannya, serta adanya perubahan kewarganegaraan
menjadi Warga Negara Asing (WNA) namun tidak melaporkan status
kewarganegaraan ke KBRI/KJRI;

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
f. Terdapat potensi pemilih disabilitas yang tidak dicantumkan keterangan
Pemilih penyandang disabilitasnya pada kolom ragam disabilitas, rekap
pemilih disabilitas tidak dimasukan ke dalam berita acara rekap
DPSHP/DPSHPLN akhir dan berita acara penetapan DPT/DPTLN, serta
salinan DPT/DPTLN;

g. Terdapat pemilih Non KTP-el yang sudah terdaftar dalam daftar pemilih
dengan diberikan tanda khusus, namun belum mendapatkan jadwal
perekaman KTP-el, menjadi kerawanan jika sampai dengan hari
pemungutan suara pemilih tersebut belum mendapatkan KTP-el dan bisa
mencoblos di TPS; dan

h. Terdapat kerawanan penyusunan daftar pemilih di lokasi khusus, di


antaranya:

1) Kesulitan mengecek daftar pemilih di Lapas, baik karena tidak semua


jajaran KPU memberikan daftar pemilih di Lapas kepada jajaran
Bawaslu, maupun karena terdapat narapidana yang menggunakan
nama alias berdasarkan putusan pengadilan.
2) Terdapat potensi bertambahnya pemilih di lokasi khusus Lapas
berdasarkan putusan pengadilan dalam rantang waktu setelah
penetapan DPT hingga pada hari pemungutan suara.
3) Terdapat potensi pemilih baru di Lapas Anak karena terdapat
pembinaan di Lapas Anak yang dilakukan sampai anak berumur 18
tahun, sehingga perlu diidentifikasi adanya napi anak yang berumur
17 tahun, atau akan berumur 17 tahun dalam rentang waktu setelah
penetapan DPT hingga pada hari pemungutan suara.
4) Terdapat perusahaan nasional yang tidak bisa mengajukan lokasi
khusus karena merupakan anak perusahaan yang harus memerlukan
persetujuan di tingkat pusat.
5) Terdapat perusahaan yang tidak mau mengajukan sebagai lokasi
khusus karena tidak mau menambah pekerjaan administratif untuk
dijadikan TPS lokasi khusus, atau perusahaan tersebut merupakan
milik peserta pemilu/berafiliasi kepada peserta pemilu.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
2. Kebijakan Strategis
a. Penyusunan DPSHP Akhir/DPT/DPTLN
1) Jajaran pengawas Pemilu melakukan patroli pengawasan kawal hak
pilih melalui koordinasi dengan otoritas yang berwenang untuk
melakukan rekonsoliasi data pemilih dalam masa penyusunan DPSHP
Akhir dan/atau DPT/DPTLN sesuai tingkatan, yakni:
a) Pengawas kelurahan/desa berkoordinasi dengan:
(1) kelurahan/desa terkait pemilih yang meninggal dunia dan
pemilih tidak dikenali dan mendapatkan surat keterangan atas
data data tersebut; dan
(2) PPS dalam hal persiapan rekap DPSHP akhir di
kelurahan/desa serta memastikan memastikan data kegandaan
dihapus dalam DPSHP akhir serta membuka data disabilitas
dan menuangkan dalam formulir salinan penyusunan daftar
pemilih.
b) Panwaslu Kecamatan berkoordinasi dengan:
(1) TNI dan Polri di tingkat kecamatan terkait adanya anggota TNI
dan anggota Polri yang terdata dalam DSHP, atau akan
pensiun dalam rentang waktu setelah penetapan DPT hingga
pada hari pemungutan suara; dan
(2) PPK dalam hal persiapan rekap DPSHP akhir dan memastikan
data kegandaan dihapus dalam DPSHP akhir serta membuka
data disabilitas dan menuangkan dalam formulir salinan
penyusunan daftar pemilih.
c) Bawaslu/Panwaslih Kabupaten/Kota berkoordinasi dengan:
(1) TNI dan Polri di tingkat Kabupaten/Kota terkait adanya anggota
TNI dan anggota Polri yang terdata dalam DSHP akhir, atau
akan pensiun dalam rentang waktu setelah penetapan DPT
hingga pada hari pemungutan suara;
(2) Lapas terkait adanya potensi pemilih baru di Lapas;
(3) Dinas Sosial terkait dengan pemilih disabilitas;
(4) Dinas Pendudukan dan Pencatatan Sipil dalam hal percepatan
perekaman KTP-el terhadap pemilih non KTP-el; dan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
(5) KPU Kabupaten/Kota dalam hal persiapan penetapan DPT dan
memastikan data kegandaan dihapus dalam DPT serta
membuka data disabilitas dan menuangkan dalam formulir
salinan penyusunan daftar pemilih.
d) Bawaslu/Panwaslih Provinsi melakukan koordinasi dengan:
(1) KPU dalam hal persiapan rekap DPT di tingkat Provinsi,
membuka data disabilitas dan menuangkan dalam formulir
salinan penyusunan daftar pemilih; dan
(2) Otoritas terkait jika berdasarkan hasil pengawasan diperlukan
rekonsolidasi data dengan pihak terkait.
e) Panwaslu LN berkoordinasi dengan KBRI/KJRI dan PPLN dalam
hal pemilih tidak dikenal dan tidak diketahui keberadaannya,
membuka data disabilitas dan menuangkan dalam formulir salinan
penyusunan daftar pemilih, serta persiapan penetapan DPTLN;
f) Dalam hal pengawasan penyusunan DPSHP Akhir/DPT/DPTLN,
jajaran pengawas Pemilu dalam melibatkan pemantau Pemilu
maupun pihak lain yang konsen pada isu hak pilih warga negara;
dan
g) Dalam hal jajaran KPU tidak menindaklanjuti saran perbaikan
Bawaslu, maka divisi yang membidangi pengawasan pemutakhiran
data pemilih dan penyusunan daftar pemilih berkoordinasi dengan
divisi penanganan pelanggaran untuk melakukan kajian dugaan
pelanggaran.
2) Mendorong KPU sesuai tingkatan untuk melakukan koordinasi dan
rekonsiliasi data dengan:
a) Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil terkait dengan status
kependudukan pemilih TMS yang masih ditemukan pada daftar
pemilih dan percepatan perekaman KTP-el bagi pemilih non KTP-
el;
b) TNI dan Polri untuk menyamakan data anggota TNI dan anggota
Polri aktif akan pensiun dalam rentang waktu penetapan DPT
hingga hari pemungutan suara;
c) Dinas Sosial terkait data disabilitas;
d) Lapas terkait pemilih di lokasi khusus Lapas; dan

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
e) Instansi lain yang berkaitan dengan akurasi data pemilih.
3) Jajaran pengawas Pemilu sesuai tingkatan bersama KPU sesuai
tingkatan melakukan identifikasi dan memastikan TPS lokasi khusus
bebas dari muatan politis.
b. Rekap DPSHP Akhir, Penetapan DPT/DPTLN, dan Rekap DPT di
Tingkat Provinsi

1) Jajaran pengawas Pemilu di semua tingkatan meminta KPU di setiap


tingkatan mengundang institusi yang berkaitan dengan daftar pemilih,
namun tidak tertuang di dalam PKPU, misalnya TNI, Polri, Kemenag,
Disdukcapil, Dinsos, Kanwil Kemenkumham, dan Pemerintah daerah;

2) Panwaslu LN meminta PPLN mengundang institusi yang berkaitan


dengan daftar pemilih, namun tidak tertuang di dalam PKPU;

3) Jajaran pengawas Pemilu menyampaikan saran perbaikan secara


berjenjang untuk menghapus seluruh data TMS dan mengakomodir
data MS secara de facto dan de jure, dan memperbaiki elemen data
yang tidak akurat;

4) Dalam hal PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi dan PPLN
tidak menindaklanjuti saran perbaikan pengawas Pemilu sampai
dengan batas akhir waktu pelaksanaan rekapitulasi DPSHP akhir dan
penetapan DPT/DPTLN, maka pengawas Pemilu merekomendasikan
untuk dilakukan penundaan rekap DPSHP akhir dan penetapan
DPT/DPTLN sampai ditindaklanjuti oleh KPU di masing-masing
tingkatan dan melakukan penanganan pelanggaran Pemilu sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
5) Bawaslu/Panwaslih Provinsi, Bawaslu/Panwaslih Kabupaten/Kota,
Panwaslu Kecamatan, dan Pengawas Kelurahan/Desa, dan Panwaslu
LN mempublikasikan hasil pengawasan secara serentak seluruh
Indonesia secara berjenjang sesuai dengan akhir sub tahapan di
masing-masing tingkatan, baik melalui siaran media, konferensi
media, konten di media sosial, webinar dan kegiatan publikasi lainnya.

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN
F. Ketentuan Penutup
Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan, agar menjadi
perhatian dan dipedomani sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 31 Mei 2023
Ketua,

Rahmat Bagja

Dokumen ini telah ditandatangani secara elektronik yang diterbitkan oleh Balai Sertifikasi Elektronik (BSrE), BSSN

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai