Anda di halaman 1dari 12

Indikator 39 : Penerapan Bangunan Tahan Gempa Bumi

No. 153 Apakah telah ada kebijakan bangunan tahan gempabumi di daerah anda?
Bukti verifikasi : Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 2021 Tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung.
Pasal 54 Ayat (2) j, Pasal 55 Ayat (2) b, Pasal 57 Ayat (3) b, Pasal 252 Ayat (4) a,
dan Lampiran PP No.16 Tahun 2021 huruf H
SALINAN

PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 16 TAHUN 2O2I

TENTANG

PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2OO2


TENTANG BANGUNAN GEDUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 24 dan


Pasal 185 huruf b Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O
tentang Cipta Kerja, perlu menetapkan Peraturan
Pemerintah tentang Peraturan Pelaksana.an Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2OO2 tentang Bangunan Gedung;

Mengingat 1 Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945;
2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2OO2 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247).
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2O2O Nomor 245,
Tarnbahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 6573);
3 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2O2O Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 6573),;

MEMUTUSKAN

SK No 087169 A
PRES lDEN
REPUBLIK lNDONESIA

-50-
Pasal 54
(1) Setiap Bangunan Gedung di atas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air danlatau prasarana atau sarana
umum harus dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan
yang digunakan sebagai sarana keselamatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (21
huruf c dalam kondisi darurat seperti kebakaran,
gempa, dan banjir.
(21 Fasilitas dan peralatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
a. jalur penyelamatan dan pintu darurat;
b. tangga darurat dan/atau elevator darurat;
c. ruang kompartemen;
d. lampu dan tanda darurat;
e. sistem deteksi, alarm, dan komunikasi darurat;
f. sumber listrik darurat;
g. ruang pusat pengendali keadaan darurat;
h. sistem pengendalian asap;
i. perlengkapan alat pemadam api; dan
j. penggunaan konstruksi bangunan yang tahan
api, tahan gempa, dan/atau kedap air.

Pasal 55
(1) Struktur Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 51 ayat (21 huruf d di atas danlatau
di dalam tanah danlair dan/atau prasarana atau
sarana umum, harus direncanakan mampu memikul
semua jenis beban dan/atau pengaruh luar yang
mungkin bekerja selama kurun waktu umur layan
struktur.
(21 Struktur Bangunan Gedung di atas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air danlatau prasarana atau sarana
umum paling sedikit harus direncanakan:
a. mampu menahan beban statis;
b. mampu .

SK No 089576 A
PRES lDEN
REPUBLIK lNDONESIA

-51 -

b. mampu menahan beban dinamik; dan


c. mampu menahan tekanan air tanah dan daya
rembesan air tanah.
(3) Perencanaan struktur Bangunan Gedung di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air dan/atau
prasarana atau sarana umum dilaksanakan sesuai
ketentuan keandalan Bangunan Gedung.

Pasal 56
(1) Setiap Bangunan Gedung di atas dan/atau di dalam
tanah dan/atau air danlatau prasarana atau sarana
umum yang memiliki bagian bangunan yang berada
atau muncul di atas permukaan tanah harus
dilengkapi dengan sanitasi dalam Bangunan Gedung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (2)
huruf e berupa saluran drainase muka tanah (surface
drainage)dan/atau saluran drainase bawah tanah /sub
surface drainage).
(2) Perencanaan sanitasi dalam Bangunan Gedung di atas
dan/atau di dalam tanah dan/atau air dan/atau
prasarana atau sarana umum dilaksanakan sesuai
ketentuan keandalan Bangunan Gedung.

Paragraf 5
Ketentuan Desain Prototipe/ Purwarupa

Pasal 57
(1) Desain prototipe/purwarupa dapat digunakan dalam
perencanaan teknis untuk Bangunan Gedung.
(2) Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah, atau
Masyarakat dapat menJrusun desain
prototipe/purwarupa.
(3) Dalam menJrusun desain prototipe/purwarupa
sebagaimana dimaksud ayat (2),
Kementerian/lembaga, Pemerintah Daerah, atau
Masyarakat harus berdasarkan pada:
a. pemenuhan Standar Teknis;
b.pemenuhan...

SK No 087018 A
PRE S IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-52-
b. pemenuhan ketentuan pokok tahan gempa;
c. pertimbangan kondisi geologis dan geografis;
d. pertimbangan ketersediaan bahan bangunan;
e. pemenuhan kriteria desain sesuai dengan
kebutuhan pembangunan; dan
f. pertimbangan kemudahan pelaksanaan
konstruksi.
(4) Desain prototipe/purwarupa yang disusun
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diusulkan
kepada Menteri untuk ditetapkan.
(5) Desain prototipe/purwarupa yang telah ditetapkan
oleh Menteri sebagaimana dimaksud pada ayat (41
dicantumkan di dalam SIMBG.
(6) Dalam penggunaan desain prototipe/purwarupa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemilik dapat
melakukan penyesuaian, sepanjang tetap
memperhatikan ketentuan persyaratan pokok tahan
gempa.
(71 Penyesuaian sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
harus dilakukan oleh arsitek atau TPT.

Bagian Ketiga
Standar Pelaksanaan dan Pengawasan Konstruksi Bangunan Gedung

Paragraf 1

Umum

Pasal 58
Standar pelaksanaan dan pengawasan konstruksi
Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
huruf b meliputi:
a. pelaksanaan konstruksi Bangunan Gedung;
b. kegiatan pengawasan konstruksi; dan
c.SMKK...

SK No 089578 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-248-
(2) Dalam kegiatan perencanaan teknis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyedia jasa perencanaan
Bangunan Gedung membuat dokumen rencana teknis
untuk memperoleh PBG yang diterbitkan oleh
Pemerintah Daerah kabupaten/ kota.
(3) Dalam kegiatan pelaksanaan konstruksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyedia jasa pelaksanaan
konstruksi harus melaksanakan konstruksi sesuai
dengan PBG yang telah diterbitkan oleh pemerintah
Daerah kabupaten/ kota.

Paragraf 2
Perencanaan Teknis

Pasal 252
(1) Perencanaan teknis Bangunan Gedung sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 251 ayat (1) dilakukan oleh
penyedia jasa perencanaan Bangunan Gedung yang
memiliki sertifikat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
{2) Perencanaan teknis Bangunan Gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan
kerangka acuan kerja dan dokumen ikatan kerja.
(3) Perencanaan teknis Bangunan Gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi Standar
Teknis.
(4) Dalam hal Bangunan Gedung berupa rumah tinggal
tunggal 1 (satu) lantai dengan luas lantai paling
banyak 72 m2 (tujuh puluh dua meter persegi) dan
Bangunan Gedung berupa rumah tinggal tunggal 2
(dua) lantai dengan luas lantai paling banyak 90 m2
(sembilan puluh meter persegi), dokumen rencana
teknis dapat disediakan sendiri oleh pemohon dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. menggunakan ketentuan pokok tahan gempa;
b.menggunakan...

SK No 089872 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

-249-
b. menggunakan desain prototipe/purwarupa
Bangunan Gedung; atau
c. direncanakan oleh penyedia jasa perencanaan.
(5) Dokumen rencana teknis yang disediakan oleh
Pemohon sebagaimana dimaksud pada ayat (41 dapat
digambar secara sederhana dengan informasi yang
lengkap.
(6) Dalam hal BGFK, perencanaan teknis dilakukan oleh
penyedia jasa perencanaan BGFK yang memiliki
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(71 Dalam hal penyedia jasa perencanaan BGFK
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) belum tersedia,
perencanaan teknis dilaksanakan oleh penyedia jasa
perencanaan yang melibatkan Tenaga Ahli Fungsi
Khusus terkait Bangunan Gedung yang direncanakan.

Paragraf 3
Persetujuan Bangunan Gedung

Pasal 253
(1) Dokumen rencana teknis diajukan kepada pemerintah
Daerah kabupaten/kota atau Pemerintah Daerah
provinsi untuk Daerah Khusus Ibukota Jakarta atau
Pemerintah Pusat untuk memperoleh pBG sebelum
pelaksanaan konstruksi.
(2) Dalam hal BGFK, dokumen rencana teknis diajukan
kepada Menteri.
(3) PBG...

SK No 089873 A
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

- 988 -

H. Ketentuan Pokok Tahan Gempa Bangunan Gedung Fungsi Hunian


Berupa Rumah 1 (Satu) Lantai Dan Rumah 2 (Dua) Lantai
1. Ketentuan Pokok Tahan Gempa

Ketentuan pokok tahan gempa merupakan panduan praktis dalam


pembangunan bangunan gedung sederhana 1 (satu) lantai dengan
fungsi hunian. Pemenuhan ketentuan pokok tahan gempa ini
bertujuan untuk mewujudkan bangunan rumah tinggal tunggal yang
lebih aman terhadap dampak kerusakan yang diakibatkan oleh
bencana gempa bumi. Ketentuan pokok tahan gempa meliputi:
1. Kualitas bahan bangunan yang baik;
2. Keberadaan dan dimensi struktur yang sesuai;
3. Seluruh elemen struktur utama tersambung dengan baik; dan
4. Mutu pengerjaan yang baik.

....---.. bingkai beton bertulang

......---- gunung-gunung dari


pasangan bata

balok l
keliling/ring dari
beton bertulang
��-... balok pengikat/sloof dari
beton bertulang

dinding � batu bata yang


telah diplaster

kolom beton bertulang pondasi batu kali

Gambar II.360 Struktur Bangunan Rumah Tinggal Tunggal

a. Bahan ...

SK No 075419 A
PRESIDEN
REPLIB!-IK lNDONESIA

- 989 -

a. Bahan Bangunan
Bahan bangunan yang dipergunakan dalam pembangunan
bangunan tahan gempa harus berkualitas baik dan proses
pengerj aan yang benar

1) Beton
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat
campuran beton adalah:

a) Campuran beton terdiri dari 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil


: 0,5 air.
Perlu diperhatikan penambahan air dilakukan sedikit
demi sedikit dan disesuaikan agar beton dalam
keadaan pulen (tidak terlalu encer dan tidak terlalu
kental).

1 semen : 2 pasir: 3 kerikil air secukupnya dituang


sedikit demi sedikit

Gambar II.361 Pencampuran Beton

Gambar ...

SK No 075420 A
PRES I DEN
REPUBLIK INDONESIA

- 1015 -

Garn bar II.401 Luas Maksimum Dinding dan Jarak Maksimum An tar Kolom

c. Hubungan Antar Elemen Struktur


Seluruh elemen struktur bangunan tahan gempa harus menjadi
satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan
secara proporsional. Struktur bangunan juga harus bersifat
daktail/ elastis sehingga dapat bertahan apabila mengalami
perubahan bentuk pada saat terjadi bencana gempa.

Hubungan ...

SK No 075446 A
PRES I DEN
REPLIBLIK INDONESIA

- 1016 -

Hubungan antar elemen struktur bangunan rumah tinggal


tunggal tahan gempa terdiri dari:

1) hubungan antara pondasi dengan balok pengikat/ sloof;


2) hubungan antara balok pengikat/ sloof dengan kolom;
3) hubungan antara kolom dengan dinding;
4) hubungan antara kolom dengan balok keliling/ ring;
5) hubungan antara balok keliling/ ring dengan kuda-kuda
kayu;dan
6) angkur gunung-gunung.

1) Hubungan Antara Pondasi dengan Balok Pengikat/ Sloof


Untuk menghubungkan pondasi ke balok pengikat/ sloof
ditanam angkur besi dengan jarak paling jauh tiap angkur
adalah 1 m.

Gambar ...

SK No 075447 A

Anda mungkin juga menyukai