BAB I
SYARAT-SYARAT TEKNIS DAN BAHAN
PASAL 1
SITUASI
(1) Pembangunan akan dilaksanakan pada lokasi yang telah ditetapkan di Daya Tarik
Wisata Salib Kasih, Kec. Siatas Barita, Kab. Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
(2) Calon pemborong wajib meneliti situasi medan, terutama kondisi tanah, sifat dan
luasnya pekerjaan dan hal-hal lain yang berpengaruh terhadap penawarannya,
disamping ketentuan-ketentuan dalam RKS.
(3) Kelalaian dan kurang ketelitian dalam hal ini tidak dapat dijadikan alasan untuk
mengajukan claim dikemudian hari.
PASAL 2
LINGKUP PEKERJAAN
1. Lihat Dokumen
2. ....
PASAL 3
PERATURAN DAN KETENTUAN TEKNIS BANGUNAN
Dalam melaksanakan pekerjaan bila tidak ditentukan lain dalam Rencana Kerja dan
Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan mengikat ketentuan-ketentuan dibawah ini,
termasuk segala perubahan dan tambahannya.
1. Undang – undang No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung,
Penyelenggaraan Bangunan Gedung
2. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 29/PRT/M/2006 tentang : Pedoman
Persyaratan Teknis Bangunan Gedung
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 45/PRT/M/2007 tentang : Pedoman
Teknis Pembangunan Gedung Negara
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 tentang : Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.
SPESIFIKASI TEKNIS
2
PASAL 4
PEKERJAAN PELAKSANAAN
PASAL 5
UKURAN
(1) Satuan Ukur
Semua ukuran tersebut dalam gambar kerja dinyatakan dalam ukuran matrik, kecuali
untuk baut-baut dan sejenisnya dalam inch.
(2) Ukuran penduga
Ukuran penduga adalah induk ukuran darimana semua ketinggian dan kedalaman
diambil, berupa balok sepanjang 200 cm berpenampang 5 x 5 cm dengan semua sisi
diketam rata dimeni 2 kali sepanjang tegak lurus pada tanah bangunan sedalam 100
cm. Ukuran Penduga ini dinyatakan dengan huruf (P) dibuat oleh Pemborong dibawah
pengawasan Direksi dan dipelihara selama pelaksanaan.
(3) Ukuran pokok lebih kurang + 0.00 adalah tinggi lantai bangunan induk dalam hal ini
peil Selasar Lantai Dasar yang ditentukan +60 cm dari muka tanah yang telah
dimatangkan. Selanjutnya semua ukuran tinggi dalam gambar diambil dari tinggi
lantai + 0.00 ini.
PASAL 6
PEKERJAAN PERSIAPAN
5) Ketetapan letak bangunan diukur dengan patok yang dipancang kuat-kuat dan papan
terentang dengan ketebalan 2 cm diketam rata pada sisinya. Pemborong harus
menyediakan orang yang ahli dalam cara-cara mengukur. Alat-alat penyipat datar
(theodolit, waterpas) prisma silang harus selalu berada di lapangan.
PASAL 7
PEMATANGAN LOKASI
BAB II
KETENTUAN TEKNIS UMUM PEKERJAAN
PASAL 1.
RENCANA PELAKSANAAN PEKERJAAN
PASAL 2.
ORGANISASI PELAKSANAAN LAPANGAN
PASAL 3
TENAGA KERJA LAPANGAN
PASAL 4
BAHAN DAN PERALATAN
1. Bahan Peralatan dan segala sesuatu yang diperlukan untuk melaksanakan peketjaan
sesuai dalam surat perjanjian/kontrak, adalah disediakan oleh penyedia barang/jasa.
2. Bahan material yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan, adalah :
a. Sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku di
Indonesia.
b. Memenuhi persyaratan teknis yang ditetapkan dalam surat /perjanjian/kontrak,
RKS, gambar dan spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
c. Sebelum digunakan/dipasang harus diajukan contoh atau brosur setiap bahan dan
peralatan tersebut untuk mendapat persetujuan dari pengguna barang/jasa.
d. Pengguna barang/jasa berhak melakukan pengujian dan menolak terhadap bahan
dan peralatan yang akan digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan apabila ternyata
tidak memenuhi ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan.
3. Bahan dan peralatan yang ditolak pengguna barang/jasa harus segera disingkirkan dari
lokasi / lapangan proyek, dalam waktu 2 (dua) hari kerja sejak tanggal penolakan
dilakukan.
4. Apabila terdapat bahan dan peralatan yang digunakan/dipasang belum atau telah
mendapat persetujuan, ternyata tidak memenuhi kualifikasi atau spesifikasi teknis yang
dipersyaratkan maka penyedia barang/jasa wajib mengganti/memperbaiki dengan
beban biaya sendiri dan tidak berhak menuntut ganti rugi.
5. Apabila bahan dan peralatan yang akan digunakan ternyata tidak ada lagi dipasaran,
maka penyedia barang/jasa segera mengajukan bahan dan peralatan pengganti yang
setara dan mendapatkan persetujuan tertulis dari pengguna barang/jasa. Prosedur
penggantian harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
6. Penggantian bahan dan peralatan yang dimaksud pada ayat 5 diatas tidak dapat
dijadikan alasan keterlambatan pekerjaan.
7. Penyediaan dan pengamanan bahan dan peralatan dilokasi / lapangan proyek, adalah
menjadi tanggung jawab penyedia barang/jasa termasuk tempat dan penyimpanannya
harus tertib dan tidak mengganggu mobilisasi kerja dilapangan.
PASAL 5
MOBILISASI
1. Mobilisasi meliputi :
a. Mendatangkan peralatan-peralatan terkait yang diperlukan dalam pelaksanaan
pekerjaan.
b. Mempersiapkan fasilitas seperti kantor, gudang dan sebagainya.
c. Mendatangkan personil dan tenaga kerja lapangan.
2. Mobilisasi peralatan terkait dan personil penyedia barang/jasa dapat dilakukan secara
bertahap sesuai dengan kebutuhan.
3. Mobilisasi paling lambat harus sudah dimulai dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga puluh)
hari kalender sejak diterbitkan SPMK.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 8
PASAL 6
JADWAL PELAKSANAAN PEKERJAAN
1. Penyedia barang/jasa wajib membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan secara rinci, yang
terdiri dari :
a. Time Schedule dalam bentuk bar-chart, dilengkapi dengan perhitungan kemajuan
bobot untuk setiap minggunya.
b. Pada Time Schedule dilengkapi pula dengan kurva “S” dan harus di tanda tangani
oleh pihak yang terkait.
2. Jangka waktu jadwal pelaksanaan sesuai dengan yang dinyatakan dalam surat
perjanjian/kontrak.
3. Jadwal pelaksanaan pekerjaan dibuat secara lengkap dan menyeluruh mencakup
seluruh jenis pekerjaan yang akan dilaksanakan, yang dapat menggambarkan antara
rencana dan realisasi.
4. Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus sudah dibuat selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja setelah penandatanganan surat perjanjian/kontrak, untuk diperiksa/disetujui
oleh pengawas teknis dan disahkan oleh pengguna barang/jasa.
5. Bila terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek melebihi ± 6 % dari
rencana awal maka perlu adanya perubahan schedule (Reschedule).
6. Jadwal pelaksanaan pekerjaan harus tetap berada di lokasi/lapangan selama masa
pelaksanaan pekerjaan dan salah satunya ditempel di ruangan rapat proyek.
PASAL 7
LAPORAN KEMAJUAN PEKERJAAN
1. Laporan Harian
a. Untuk kepentingan pengendalian dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan,
seluruh aktifitas kegiatan pekerjaan dilapangan dicatat didalam buku harian
lapangan (BHL) sebagai laporan harian pekerjaan berupa rencana dan realisasi
pekerjaan harian.
b. Buku Harian Lapangan (BHL) berisi :
1) Kuantitas dan macam bahan yang berada dilapangan.
2) Penempatan tenaga kerja untuk tiap dan macam tugasnya.
3) Jumlah, jenis, dan kondisi peralatan.
4) Kuantitas dan kualitas jenis pekerjaan yang dilaksanakan.
5) Keadaan cuaca termasuk hujan, banjir dan peristiwa alam lainnya yang
berpengaruh terhadap kelancaran pekerjaan.
6) Catatan-catatan lain yang berkenaan dengan pelaksanaan.
c. Buku Harian Lapangan (BHL) disiapkan dan diisi oleh penyedia barang/jasa, dan
diperiksa oleh pengawas teknis dan dilengkapi catatan instruksi-instruksi dan
petunjuk pelaksanaan yang dianggap perlu dan disetujui oleh pengguna
barang/jasa.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 9
PASAL 8
FOTO PROYEK
PASAL 9
PERBEDAAN UKURAN
1. Jika terdapat perbedaan ukuran yang ditulis dengan angka dengan ukuran yang ditulis
dengan skala, maka ukuran yang dipakai adalah ukuran yang ditulis dengan angka.
2. Jika merasa ragu-ragu tentang ukuran harus segera meminta petunjuk Pengawas Teknis
atau Perencana.
PASAL 10
SARANA PENUNJANG PROYEK
PASAL 11
PAPAN NAMA PROYEK
1. Pemasangan papan nama proyek sebagaimana diatur pada pasal ini dipancang dilokasi
proyek pada tempat yang mudah dilihat umum.
2. Pemasangan papan nama proyek dilakukan pada saat dimulainya pelaksanaan
pekerjaan dan dicabut kembali setelah mendapat persetujuan Kuasa Pengguna
Anggaran.
3. Bentuk dan ukuran papan proyek fisik ditetapkan sebagai berikut :
a. Papan nama proyek dibuat multiplek tebal 6 mm dengan ukuran lebar 80 cm dan
tinggi 120 cm.
b. Papan nama dipasang pada tiang kaso ukuran 5/7 cm dengan ketinggian
disesuaikan kondisi lapangan.
c. Jenis tulisan memakai huruf cetak, tulisan dan garis warna hitam.
PASAL 12
PERUBAHAN PEKERJAAN
1) Pada dasarnya seluruh volume dan item pekerjaan yang tercantum dalam kontrak
harus dilaksanakan. Apabila karena sesuatu hal volume dan atau item pekerjaan
tidak dapat dikerjakan oleh rekanan dengan pertimbangan yang bisa dipertanggung
jawabkan, maka terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari Kepala Unit /
Satuan Kerja yang bersangkutan, Pengawas Teknis dan Perencana Teknik.
2) Persetujuan dimaksud dituangkan dalam Berita Acara Perubahan Pekerjaan yang
dibuat oleh Perencana yang didasarkan atas Berita Acara Peninjauan Lapangan yang
dibuat oleh Pengawas Teknis serta Perencana.
Adapun Berita Acara Perubahan tersebut ditanda tangani bersama rekanan, Unit /
Satuan Kerja, dan Pengawas Teknis serta Perencana.
3) Jika dimungkinkan item atau volume pekerjaan yang telah mendapat persetujuan
untuk tidak dilaksanakan dapat dilakukan pengalihan pekerjaan. Item dan volume
pekerjaan baru ditetapkan bersama dan dituangkan dalam Berita Acara tambah
Kurang dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatas.
PASAL 13
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)
Sarana peralatan yang melekat pada orang atau disebut perlengkapan perlindungan
diri (personal protective equipment), diantaranya :
• Pelindung mata dan wajah
Kaca mata safety goggle, pelindung wajah helm pengelas
• Pelindung pendengaran, dan jenis yang paling banyak digunakan:
foam earplugs, PVC earplugs, earmuffs
• Pelindung kepala atau helm (hard hat) yang melindungi kepala karena memiliki
hal berikut: lapisan yang keras, tahan dan kuat terhadap benturan yang
mengenai kepala; sistem suspensi yang ada didalamnya bertindak sebagai
penahan goncangan.
• Pelindung kaki berupa sepatu dan sepatu boot
• Pelindung tangan berupa sarung tangan dengan jenis-jenisnya
• Pelindung bahaya jatuh dengan jenis-jenisnya
• Sarana Peralatan Lingkungan berupa :
− tabung pemadam kebakaran
− pagar pengamanan
− penangkal petir darurat
− pemeliharaan jalan kerja dan jembatan kerja
− jaring pengamanan pada bangunan tinggi
− pagar pengaman lokasi proyek
− tangga
− peralatan P3K
• Rambu-Rambu Peringatan, antara lain dengan fungsi :
− peringatan bahaya dari atas
− peringatan bahaya benturan kepala
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 13
BAB III
SYARAT TEKNIS PEKERJAAN STRUKTUR
PASAL 1
PEKERJAAN TANAH
1. Lingkup Pekerjaan
A. Penyediaan tenaga kerja, bahan, fasilitas pelaksanaan dan kebutuhan-kebutuhan
lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan tanah yang sesuai dengan
Gambar Kerja dan Spesifikasi.
B. Pekerjaan galian tanah meliputi pekerjaan penggalian atau pembuangan tanah,
batu- batuan atau material lain yang tidak berguna dari tempat proyek,
pembuangan lapisan tanah atas atau humus, pembuangan bekas-bekas longsoran,
yang kesemuanya disesuaikan dengan Spesifikasi ini.
C. Pekerjaan pengurugan kembali sesuai lingkup pekerjaan sampai pada elevasi yang
telah ditentukan didalam Gambar Kerja.
2. Persyaratan Pekerjaan
A. Tata Letak
Kontraktor bertanggung jawab atas tata letak yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan. Sebelum penataan, Kontraktor harus menyerahkan
rencana tata letak untuk mendapat persetujuan dari Direksi Bench Mark ( BM )
yang bersifat tetap maupun sementara harus dijaga dari kemungkinan gangguan
atau pemindahan.
B. Pengawasan
Selama pelaksanaan pekerjaan tanah ini, Kontraktor harus diwakili oleh seorang
Pengawas ahli yang sudah berpengalaman dalam bidang pekerjaan
penggalian/pengurugan, yang mengetahui semua aspek pekerjaan yang harus
dilaksanakan sesuai kontrak.
C. Pekerjaan Pembersihan dan Pembongkaran
1. Semua benda dipermukaan seperti humus, pohon, akar dan tonjolan, serta
rintangan-rintangan dan lain-lain yang berada didalam batas daerah
pembangunan yang tercantum dalam gambar, harus dibersihkan dan/atau
dibongkar kecuali untuk hal-hal dibawah ini :
a. Sisa-sisa pohon yang tidak mengganggu dan akar-akar serta benda-
benda yang tidak mudah rusak, yang letaknya minimal 1 meter dibawah
dasar pondasi.
b. Pembongkaran tiang-tiang, saluran-saluran dan selokan-selokan hanya
sedalam yang diperlukan dalam penggalian ditempat tersebut.
c. Kecuali pada tempat-tempat yang harus digali, lubang-lubang bekas
pepohonan dan lubang-lubang lain, harus diurug kembali dengan bahan-
bahan yang baik dan dipadatkan.
2. Kontraktor bertanggung jawab untuk membuang sendiri tanaman-tanaman
dan puing-puing ke tempat yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 15
PASAL 2
PEKERJAAN ACUAN / BEKISTING
1. Lingkup pekerjaan.
Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan peralatan, pengangkutan dan
pelaksanaan untuk menyelesaikan semua pekerjaan beton sesuai dengan gambar-
gambar konstruksi, dengan memperhatikan ketentuan-ketentuan tambahan dari
arsitek dalam uraian dan syarat-syarat pelaksanaannya.
2. Persyaratan bahan.
Bahan acuan yang dipergunakan dapat dalam bentuk: beton, baja, pasangan bata yang
di plester, pemakaian bambu tidak diperbolehkan. Lain-lain bahan yang akan
dipergunakan harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis terlebih
dahulu, acuan yang terbuat dari kayu harus menggunakan kayu jenis meranti atau
setara, ukuran kayu yang dipergunakan tergantung dari perencanaan struktur dengan
tebal multiplek minimum 12 mm.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 18
3. Syarat-syarat Pelaksanaan
a. Perancangan konstruksinya harus direncanakan untuk dapat menahan beban-
beban, tekanan lateral dan tekanan yang di izinkan seperti tercantum pada
“Recommended Practice For Concrete Formwork” ( ACI.347-68 ) dan peninjauan
terhadap beban angin dll, peraturan harus dikontrol terhadap Peraturan
Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.
b. Semua ukuran-ukuran penampang Struktur beton yang tercantum dalam gambar
struktur adalah ukuran bersih penampang beton, tidak termasuk plesteran /
finishing.
c. Sebelum memulai pekerjaan, pemborong harus memberikan gambar-gambar dan
perhitungan acuan serta sample bahan yang akan dipakai, untuk disetujui oleh
Pengawas Teknis. Pada dasarnya tiap-tiap bagian bekisting harus mendapat
persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis, sebelum bekisting di buat pada bagian
itu.
d. Acuan harus direncanakan sedemikian rupa sehingga tidak ada perubahan bentuk
dan cukup kuat menampung beban-beban sementara maupun tetap sesuai
dengan jalannya pengecoran beton.
e. Susunan acuan dengan penunjang-penunjang harus diatur sedemikian rupa
sehingga memungkinkan dilakukannya inspeksi dengan mudah oleh Pengawas
Teknis. Penyusunan harus sedemikian rupa sehingga pada pembongkarannya
tidak menimbulkan kerusakan pada bagian beton yang bersangkutan.
f. Cetakan beton harus dibersihkan dari segala kotoran yang melekat seperti
potongan- potongan kayu, kawat, tahi gergaji, tanah dan sebagainya.
g. Acuan harus menghasilkan sebagian konstruksi yang ukuran, kerataan/kelurusan,
elevasi dan posisinya sesuai dengan gambar-gambar konstruksi.
h. Kayu acuan harus bersih dan dibasahi terlebih dahulu sebelum pengecoran, harus
dihindarkan dari kumpulnya air pada sisi bawah.
i. Cetakkan beton harus dibikin supaya tidak terjadi kebocoran atau hilangnya air
semen selama pengecoran, tetap lurus dan tidak bergoyang.
j. Sebelumnya dengan mendapat persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis baut-
baut dan tie rod yang dpergunakan untuk ikatan-ikatan dalam beton harus diatur
sedemikian rupa sehingga bila bekisting di bongkar kembali, maka semua besi
tulangan harus berada dalam permukaan beton.
k. Pada bagian terendah dari bekisting kolom atau dinding harus ada bagian yang di
buka untuk inspeksi dan pembersihan.
l. Setelah pekerjaan di atas selesai pemborong harus meminta persetujuan dari
Pengawas Teknis dan minimum 3 (tiga) hari sebelum pengecoran kepada
Pengawas Teknis.
4. Pembongkaran.
a. Pembongkaran dilakukan sesuai dengan peraturan beton Indonesia, dimana
bagian konstruksi yang di bongkar cetakannya harus dapat memikul berat sendiri
dan beban- beban pelaksanaannya.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 19
b. Cetakan bagian konstruksi di bawah in boleh dilepas dalam waktu sebagai berikut:
1. sisi-sisi balok dan kolom yang tidak dibebani minimal 7 hari .
2. sisi-sisi balok dan kolom yang dibebani minimal 21 hari.
c. Setiap rencana pembongkaran bekisting harus diajukan terlebih dahulu secara
tertulis untuk disetujui oleh Pengawas Teknis.
d. Permukaan beton harus terlihat baik pada saat acuan di buka, tidak bergelombang,
berlubang atau retak-retak dan tidak menunjukan gejala keropos.
e. Apabila setelah cetakan di bongkar ternyata terdapat bagian beton yang keropos
atau cacat, mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka pemborong harus
segera memberitahukan kepada Pengawas Teknis meminta persetujuan tertulis
cara perbaikan pengisian atau pembongkarannya, pemborong tidak
diperbolehkan menutupi atau mengisi bagian beton yang keropos tanpa
mendapat persetujuan secara tertulis dari Pengawas Teknis. Semua resiko yang
terjadi akibat pekerjaan tersebut dan biaya-biaya perbaikan, pembongkaran atau
pengisian atau penutupan bagian tersebut menjadi tanggung jawab pemborong.
f. Meskipun hasil pengujian kubus-kubus beton memuaskan, Pengawas Teknis
mempunyai wewenang untuk menolak konstruksi yang cacat seperti berikut :
1. konstruksi yang keropos dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
2. Konstruksi beton yang tidak sesuai dengan ukuran dan bentuk yang
direncanakan atau posisinya tidak sesuai dengan gambar rencana.
3. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau tidak rata seperti yang telah
direncanakan.
4. Dan cacat-cacat lainnya yang menurut pendapat Perencana/Pengawas Teknis
dapat mengurangi kekuatan konstruksi.
PASAL 3
PEKERJAAN BETON BERTULANG
1. Pedoman Pekerjaan:
Seluruh pekerjaan strukur beton bertulang harus berpedoman pada peraturan
konstruksi beton yang berlaku yaitu :
a. Tata cara perencanaan Struktur Beton untuk bangunan gedung SNI 03-2847-2002
b. Tata cara perencanaan Struktur Baja untuk bangunan gedung SNI 03-1929-2002
c. Pedoman Perencanaan Pembebanan untuk rumah dan gedung S.K.B.I 1.3.53.1987
UDC 624.042
Peraturan- peraturan yang diperlukan tersebut di atas harus di sediakan Pemborong di
“Site” Sehingga memudahkan apa bila hendak digunakan.
3. Persyaratan Bahan
A. Semen
1. Semen yang digunakan adalah semen Portland Lokal yang memenuhi Syarat-
Syarat dari :
• Peraturan–Peraturan Relevan yang tercantum pada Pasal ini ayat 1.
• Mempunyai Sertifikasi uji (Test Sertificate) dari Laboratorium yang
disetujui secara tertulis dari Pengawas Teknis .
2. Semen yang akan dipakai harus dari satu merek yang sama (tidak
diperkenankan menggunakan bermacam – macam jenis/merek semen
untuk suatu Konstruksi /struktur yang sama ), dalam keadaa baru dan asli ,
dikirim dari kantong – kantong semen yang masih disegel dan tidak pecah .
3. Dalam pengangkutan semen harus terlindung dari hujan, semen diterimakan
dalam zat (kantong) asli dari pabriknya dalam keadaan tertutup rapat dan
harus disimpan di gudang yang cukup Ventilasinya dan diletakkan pada
tempat yang ditinggikan paling sedikit 30 cm dari lantai , zak-zak semen
tersebut tidak boleh ditumpuk sampai tingginya melampaui 2 meter atau
maksimum 10 zak, setiap pengiriman baru harus ditandai dan dipisahkan,
dengan maksud agar pemakaian semen dilakukan menurut urutan
pengirimannya.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 21
2. Air yang mengandung garam ( air laut ) sama sekali tidak diperkenankan untuk
dipakai .
D. Besi Beton
1. Semua beton yang digunakan harus memenuhi Syarat – Syarat :
a. Peraturan-peraturan relevan yang tercantum pada Pasal ini (ayat 1)
b. Baru, bebas dari kotoran-kotoran, lapisan minyak / karat dan tidak cacat
(retak-retak), mengelupas, luka dan sebagainya.
c. Dari jenis baja dengan mutu sesuai yang tercantum dalam gambar dan
bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan
Peraturan Beton Indonesia.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 22
E. Kualitas Beton
1. Pemborong harus memberikan jaminan atas kemampuannya membuat
kualitas beton ini dengan memperhatikan data-data pengalaman
pelaksanaan di lain tempat.
2. Selama pelaksanaan harus dibuat benda-benda uji berupa silinder beton dan
kubus beton, menurut ketentuan-ketentuan yang di sebut dalam Peraturan
Beton Indonesia mengingat bahwa W/C factor yang sesuai disini adalah
sekitar 0,25-0,55 maka – pemasukan adukan ke dalam cetakan benda uji
dilakukan menurut peraturan beton Indonesia tanpa menggunakan
penggetar. Pada masa-masa pembetonan pendahuluan harus dibuat min 1
benda uji per 1,5 m3 beton hingga dengan cepat dapat diperoleh 20 benda uji
yang pertama, pengambilan benda uji harus dengan periode antara yang
disesuaikan dengan kecepatan pembetonan.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 23
G. Pengecoran Beton.
1. Sebelum melaksanakan pekerjaan pengecoran beton pada bagian – bagian
struktur dari pekerjaan beton, Pemborong harus mengajukan permohonan
izin pengecoran tertulis kepada Pengawas Teknis minimum 3 (tiga) hari
sebelum tanggal / hari pengecoran.
2. Permohonan izin pengecoran tertulis tersebut hanya boleh diajukan apabila
bagian pekerjaan yang akan dicor tersebut sudah “siap” artinya Pemborong
sudah mempersiapkan bagian pekerjaan tersebut sebaik mungkin sehingga
sesuai dengan gambar dan spesifikasi.
3. Kontraktor wajib menyiapkan “concrete pump” apabila volume beton yang
akan dicor mencapai volume 15 m3 atau lebih.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 25
I. Siar Pelaksanaan
1. Posisi dan pengaturan siar
pelaksanaan harus sesuai dengan peraturan beton yang berlaku mendapat
persetujuan tertulis dari Pengawas Teknis.Umumnya posisi siar pelaksanaan
terletak pada 1/3 bentang tengah dari suatu konstruksi. Bentuk siar
pelaksanaan harus vertikal dan tiap siar pelaksanaan yang menahan gaya
besar harus diberikan besi tambahan / dowel yang sesuai untuk menahan
gaya geser tersebut.
2. Sebelum pengecoran beton baru, permukaan dari beton lama supaya
dibersihkan dengan seksama dan dikasarkan. Kotoran – kotoran disingkirkan
dengan air dan menyikat sampai aggregate kasar tampak. Setelah permukaan
siar tersebut bersih “Coltbon ” harus dilapiskan merata seluruh permukaan.
J. Curing dan Perlindungan Tes Beton.
1. Beton harus dilindungi sejauh mungkin terhadap matahari selama
berlangsungnya proses pengerasan, pengeringan oleh angin, hujan atau
aliran air dan secara mekanis atau pengeringan sebelum waktunya.
2. Semua permukaan beton harus dijaga tetap basah terus menerus selama 14
hari. Khusus untuk kolom, maka curing beton dapat dilakukan dengan cara
menutupi dengan karung basah sedangkan untuk lantai selama 7 hari atau
menggenangi dengan air pada permukaan beton tersebut.
3. Terutama pada pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan
perlindungan atas beton harus lebih diperhatikan. Pemborong bertanggung
jawab atas retaknya beton karena susut akibat kelalaian ini.
K. Pembengkokan dan Penyetelan Besi Beton
1. Pembengkokan besi beton harus dilakukan dengan hati – hati dan teliti / tepat
pada posisi pembengkokan sesuai gambar dan tidak menyimpang dari
Peraturan Beton Indonesia.
Pembengkokan tersebut harus dilakukan oleh tenaga ahli, dengan
menggunakan alat–alat (bar bender) sedemikian rupa sehingga tidak
menimbulkan cacat patah, retak–retak dan sebagainya. Semua
pembengkokan tulangan harus dilakukan dalam keadaan dingin dan
pemotongan harus dengan bar Cutter, tidak boleh dengan api.
2. Sebelum penyetelan dan pemasangan besi beton dimulai Pemborong
diwajibkan membuat gambar kerja (Shop Drawing) berupa penjabaran
gambar rencana Pembesian Struktur, rencana kerja pemotongan dan
Pembengkokan besi beton (Bending schedule) yang diserahkan kepada
Pengawas Teknis untuk mendapatkan persetujuan tertulis.
3. Pemasangan dan penyetelan berdasarkan peil – peil, sesuai dengan gambar
dan harus sudah diperhitungkan mengenai toleransi penurunannya.
4. Pasangan selimut beton (beton decking) harus sesuai dengan gambar detail
standar. Sebagai catatan, pemasangan tulangan utama tarik – tekan
penampang, sehingga pemakaian selimut beton yang melebihi ketentuan
tersebut diatas harus mendapat persetujuan tertulis dari Pengawasan Teknis
dan Perencana.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 28
5. Sebelum besi beton dipasang besi beton harus bebas dari kulit besi karat,
lemak, kotoran serta bahan – bahan lain yang dapat mengurangi daya lekat.
6. Pemasangan Rangkain Tulangan yaitu kait – kait, panjang penjangkaran,
overlap, letak sambungan dan lain – lain harus sesuai dengan gambar. Apabila
ada keraguan tentang rangkaian tulangan maka pemborong harus
memberitahukan kepada Pengawas Teknis/Perencana Struktur untuk
klasifikasi. Untuk hal itu sebelumnya Pemborong membuat gambar
pembengkokan baja tulangan (bending schedule), diajukan kepada Pengawas
Teknis untuk mendapat persetujuannya.
7. Penyetelan besi beton harus dilakukan dengan teliti, terpasang pada
kedudukan yang teguh untuk menghindari pemindahan tempat dengan
menggunakan kawat yang berukuran tidak kurang dari 16 gauge atau klip
yang sesuai pada setiap tiga pertemuan. Pembesian harus ditunjang dengan
beton atau penunjang besi, spacers atau besi penggantung seperti yang
ditunjuk pada gambar atau dicantumkan pada spesifikasi ini. Penunjang –
penunjang metal tidak boleh diletakkan berhubungan dengan bekisting.
8. Ikatan kawat harus dimasukan dalam penampungan beton, sehingga tidak
menonjol kepermukaan beton.
9. Sengkang – sengkang harus diikat pada tulangan utama dan jaraknya harus
sesuai dengan gambar.
10. Precast Mortal Spacing Block harus digunakan untuk menahan jarak dan yang
tapat pada tulangan dan minimum mempunyai kekuatan beton yang sama
dengan beton yang dicor.
11. Sebelum pengecoran semua penulangan harus betul – betul bersih dari
semua kotoran – kotoran.
L. Pengganti Besi.
1. Pemborong harus mengusahakan supaya besi yang dipasang adalah sesuai
dengan apa yang tertera pada gambar.
2. Dalam hal ini dimana berdasarkan pengalaman Pemborong atau pendapatnya
terdapat kekeliruan atau kekurangan atau perlu penyempurnaan pembesian
yang ada maka.
a. Pemborongan dapat menambah ekstra besi dengan tidak mengurangi
pembesian yang tersedia dalam gambar. Usulan pengganti tersebut
harus segera dikonfirmasikan pada perencana.
b. Jika hal tersebut diatas akan dimintakan oleh Pemborong sebagai
pekerjaan lebih, maka penambahan tersebut hanya dapat dilakukan
setelah ada persetujuan tertulis dari perencanaan Konstruksi.
c. Jika disusulkan perubahan dari rangkaian pembesian maka perubahan
tersebut hanya dapat dijalankan dengan persetujuan tertulis dari
perencana Konstruksi.
d. Mengajukan usul dalam rangka tersebut diatas adalah merupakan juga
keharusan dari Pemborong.
SPESIFIKASI TEKNIS
PEMBANGUNAN FASILITAS UMUM 29
PASAL 4
PEKERJAAN BETON TIDAK BERTULANG
1. Spesifikasi bahan.
A. Air
air yang digunakan harus air bersih yang memenuhi syarat untuk diminum (air
minum), dan semua biaya untuk mendapatkan air bersih sepenuhnya menjadi
tanggung jawab kontraktor.
B. Batu Split / koral
Batu split / koral yang digunakan harus yang bersih dan bermutu baik serta
mempunyai gradasi serta kekerasan sesuai dengan syarat – syarat yang tercantum
dalam PBI 1971.
C. Pasir
Pasir beton harus bersih dan bebas dari bahan – bahan organis, Lumpur dan
sejenis- jenisnya dan juga memenuhi komposisi butir serta kekerasan sesuai
dengan syarat – syarat yang tercantum dalam PBI 1971. Pasir laut tidak
diperbolehkan untuk dipakai.
D. Semen
Semen yang digunakan Portland Cement jenis I menurut NI-8 1965 atau type 1
menurut ASTM.C.150 dan memenuhi S.400 menurut Standard Cement Portland
yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia (N.C.8-172). Semen yang rusak
tidak diperbolehkan dipakai.
BAB IV
PENUTUP