Anda di halaman 1dari 39

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR


JI. Pattimura 20/7 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12110 Telp. 7396616, Fae. 7208285

Kepada yang terhormat,


Para Kepala Balai Besar Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai
di Lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air

SURAT EDARAN
Nomor: 04/SE/D/2017

TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAANBETON PRACETAKPADA SALURAN IRIGASI

A. Umum
Bahwa pelaksanaan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi
prasarana irigasi bergantung pada kondisi cuaca, kondisi topografi,
kondisi geologis, jadwal tanam, kondisi sosial masyakat dan lamanya
waktu pelaksanaan sehingga memerlukan jenis konstruksi bangunan
irigasi yang sesuai. Penggunaan beton pracetak pada saluran irigasi
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pekerjaan,
mempercepat dan mempermudah proses pelaksanaan pekerjaan
pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi.

Bahwa untuk menguraikan prosedur pelaksanaan pembuatan beton


pracetak dalam rangka pelaksanaan pembangunan, peningkatan dan
rehabilitasi jaringan irigasi dengan menggunakan beton pracetak tipe
panel, pancang dan profil, perlu disusun Pedoman Penggunaan Beton
Pracetak Pada Saluran Irigasi dengan ketentuan sebagai berikut:

B. Dasar Pembentukan
1. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3225);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015
tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16);
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
06/PRT /M/2015 ten tang Eksploitasi Dan Pemeliharaan Sumber
Air Dan Bangunan Pengairan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 531);
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 881);
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi Dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 537);
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
20/PRT/M/2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1007).

C. Maksud dan Tujuan


Surat Edaran ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Balai Besar
Wilayah Sungai/Balai Wilayah Sungai di Direktorat Jenderal Sumber
Daya Air dalam melakukan kegiatan pembangunan, peningkatan dan
rehabilitasi jaringan irigasi dengan menggunakan lining beton pracetak.

Surat Edaran ini bertujuan untuk memperjelas prosedur penggunaan


beton pracetak dengan tipe panel, pancang dan profil untuk lining
saluran beton dalam rangka melakukan kegiatan pembangunan
peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi.

2
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi:
1. Tahapan pembuatan lining saluran beton pracetak untuk
melakukan kegiatan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi
jaringan irigasi; dan
2. Pengendalian Mutu pembuatan beton pracetak untuk lining saluran
irigasi.

E. Materi Muatan
1. Tahapan pembuatan lining saluran beton pracetak terdiri dari
Tahap Perencanaan dan Tahap Pelaksanaan.
a. Tahap Perencanaan:
pada tahap perencanaan BBWS/BWS harus:
1) menentukan kondisi tanah yang akan digunakan;
2) menentukan tipe atau jenis lining beton pracetak;
3) membuat desain lining beton pracetak; dan
4) menentukan peralatan yang akan digunakan.
b. Tahap Pelaksanaan:
pada tahap pelaksanaan BBWS/ BWS harus:
1) menentukan lokasi pencetakan beton pracetak;
2) menentukan bahan cetakan beton pracetak;
3) menentukan pelaksanaan produksi panel pracetak;
4) percobaan penempatan panel dilapangan; dan
5) pelaksanaan pemasangan panel beton pracetak.

2. Pengendalian Mutu.
dalam menerapkan pembuatan saluran irigasi menggunakan beton
pracetak mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap
pelaksanaan BBWS/BWS harus memperhatikan pengendalian
mutu melalui:
a. Pengujian Sifat Kemudahan Pengerjaan;
b. Pengujian Kekuatan;
c. Penerimaan Panel Pracetak;

3
d. Penerimaan Unit-unit;
e. Penerimaan Sebelumnya;
f. Perbaikan atas pekerjaan beton tidak memenuhi ketentuan;
dan
g. Uji pengaliran.

Rincian detail mengenai tahapan perencanaan, tahapan pelaksanaan


dan pengendalian mutu sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran ini.

F. Ketentuan Lain
1. Dalam melaksanakan peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi
dengan menggunakan beton pracetak, penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja perlu diperhatikan. Keselamatan dan kesehatan
kerja mempunyai pengertian pemberian perlindungan kepada
setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan
dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja
konstruksi, proses produksi, dan lingkungan sekitar tempat kerja.
Penyedia jasa wajib menyediakan dan melaksanakan prosedur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2. Pembayaran pelaksanaan pekerjaan pembangunan, peningkatan
dan rehabilitasi jaringan irigasi yang menggunakan metode
beton pracetak dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap:
a. tahap pertama sebesar 50% (lima puluh perseratus) dibayarkan
pada saat panel beton pracetak telah berada di lokasi
pekerjaan; dan
b. tahap kedua sebesar 50% (lima puluh perseratus) dibayarkan
pada saat beton pracetak telah terpasang sempurna.

4
G. Ketentuan Peralihan
Dengan ditetapkannya Surat Edaran ini pelaksanaan pembangunan,
peningkatan dan rehabilitasi saluran irigasi yang yang sedang
diusulkan atau sudah dilaksanakan dengan metode beton dicor
ditempat atau pasangan batu dengan progres pekerjaan fisik diatas
30%, dikecualikan dari ketentuan yang tercantum dalam Surat
Edaran ini.

H. Pembiayaan
Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Surat Edaran ini,
dibebankan kepada DIPA Satuan Kerja masing-masing Balai Besar
Wilayah Sungai/ Balai Wilayah Sungai.

I. Penutup
Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Demikian disampaikan untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tan al o<S' :Jq,,C,(Ofrj o20lr
DIREKTU JENDERAL SUMBER DAYAAIR,

Ir. Imam antoso M.Sc


NIP. 195 0308 198410 1 002

Tembusan disampaikan kepada Yth.:


1. Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (sebagai laporan).
2. Sekretaris Direktorat Jenderal Sumber Daya Air.
3. Direktur Pengembangan Jaringan Sumber Daya Air.
4. Direktur Bina Operasi dan Pemeliharaan.
5. Direktur Bina Penatagunaan Sumber Daya Air.
6. Direktur Sungai dan Pantai.
7. Direktur Irigasi dan Rawa.

5
LAMPI RAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
SUMBER DAYAAIR
NOMOR 04/SE/D/2017
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN BETON
PRACETAKPADA SALURANIRIGASI

PELAKSANAAN LINING SALURAN BETON PRACETAK

A. TAHAP PERENCANAAN
1. Umum
Pada tahap perencanaan, penggunaan beton pracetak dilaksanakan
dengan membuat rencana teknik (desain), pertimbangan kondisi
mekanika tanah, struktur beton lining saluran, detail beton pracetak,
persyaratan bahan, peralatan, persiapan kerja, persyaratan
campuran dan rencana anggaran biaya.

2. Referensi SNI
Dokumen ref erensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat
ditinggalkan untuk melaksanakan pedoman ini.
SNI 1969, Cara uji beratjenis penyerapan air agregat kasar
SNI 1970, Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus
SNI 1972, Cara uji slump beton
SNI 1974, Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder yang
dicetak
SNI 241 7, Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
SNI 4431, Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik
pembebanan
SNI 03-2495, Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
SNI 03-2834, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 03-4433, Spesifikasi beton siap pakai
SNI 03-4804, Metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam
agregat
SNI 03-4810, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
lapangan
SNI 4817, Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan
be ton
SNI 03-6812, Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk
tulangan beton. SNI 03-6817, Metode pengujian mutu air untuk
digunakan dalam beton
SNI 03-6818, Spesifikasi bahan kering bersifat semen, cepat
mengeras, dalam kemasan untuk perbaikan beton
SNI 03-6820, Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan
plesteran dengan bahan dasar semen

3. Struktur Lining Saluran Beton Pracetak


Pada umumnya beton pracetak dapat berupa panel atau profil saluran
yang terdiri atas : panel, sepotong baja polos/ulir yang dipasang pada
sambungan memanjang dengan maksud untuk mengikat pelat agar
tidak bergerak horizontal yang selanjutnya disebut batang pengikat (tie
bary untuk mengikat antar panel, lidah dan alur sebagai sambungan
pengunci, pengait untuk proses pengangkutan dan pemasangan serta
perkuatan panel. Tipikal panel beton pracetak dapat dilihat pada
Gambar 1, Gambar 2 dan Gambar 3.

~an- Lid
18 h d an Alur

~f
.1 m

=======+=======:!. r: =:====°"=3=1=======!
f8cm

Gambar 1. Panel pasang beton pracetak

2
Caping

Gambar 2. Panel pancang beton pracetak

ldah dan Alur dah dan Alur Alur

Gambar 3. Panel beton pracetak bentuk U clan L (U clan L Shape)

3.1. Tipe lining saluran beton pracetak


3.1.1. Panel pasang
Lining saluran terbuat dari panel-panel yang disusun
sambung-menyambung membentuk profil saluran.
Ukuran panel dibuat sedemikian rupa sehingga mudah
diangkut dan disusun baik secara mekanis ataupun
manual. Namun, perlu diperhatikan bahwa ukuran
suatu panel jangan terlalu kecil agar tidak memerlukan
banyak sambungan yang akan menjadi sumber
kebocoran. Ukuran panel minimal yang telah dipasang di
Saluran Induk Klambu Kiri adalah 60 cm x 80 cm x 8
cm, dengan konstruksi sambungan membentuk lidah
dan alur seperti terlihat pada Gambar 1.

3
Untuk menjaga kekokohan dan kerapihan panel-panel,
diperlukan pondasi dan rangka beton setiap 6 m
memanjang saluran. Contoh pekerjaan lining saluran
menggunakan panel pasang beton pracetak ditunjukkan
pada Gambar 4 dan Gambar 5.

--
,._.._
....,i-,-..--.

s
.
••
••
,
-~---~,..
........ pclflMW
......,..
...,-..,mi,..,, •


r~1111i1
'311"9
~w19

. -·
r
rn=1 1 r 1 · 1 ~ · m f::1 ~ .- , r u ~: ~.:~::-:~
.
I
Gambar 4. Rencana dan pelaksanaan pekerjaan lining saluran
menggunakan panel pasang beton pracetak

Gambar 5. Hasil lining saluran menggunakan panel pasang beton


pracetak (Rehabilitasi DI. Kedung Kandang, BBWSBrantas)

4
3.1.2. Panel Pancang
Lining saluran dapat juga berupa panel-panel
memanjang yang pemasangannya dilakukan dengan
pemancangan. Ukuran panel yang telah dilaksanakan di
Saluran Tarum Timur adalah 70 cm x 600 cm x 10 cm,
yang dilengkapi dengan konstruksi sambungan berupa
lidah dan alur sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
6 dan Gambar 7.

Gambar 6. Rencana lining saluran menggunakan panel pasang beton


pracetak yang dilengkapi dengan konstruksi sambungan berupa lid.ah
dan alur

Gambar 7. Pemancangan lining saluran menggunakan Backhoe dan


Hasil pemancangan (Normalisasi Saluran Tarum Timur, BBWS
Citarum)

5
Pemancangan tersebut memerlukan peralatan crane dan
al.at pancang mekanis.

3.1.3. ProfilSaluran U-Shape dan L-Shape


Untuk dimensi saluran yang tidak terlalu besar
(maksimal debit l.m-' /s), lining pracetak dapat dibuat
berbentuk U. Sedangkan untuk debit yang lebih besar
dapat digunakan profil L-shape. Kedua profil tersebut
telah dipasang di BBWSBrantas, pada DI Mrican Kanan
untuk profil L-shape dan pada DI Nipah untuk profil U-
shape.
Profil-profil beton pracetak tersebut mempertimbangkan
berat, panjang dan lebar untuk pengangkutannya.
Sambungan antar profil tersebut harus meminimalisir
kebocoran

Gambar 8. Pemasangan profil beton pracetak saluran lining bentuk U-


shape dan bentuk L-shape.

4. Detail-detail Beton Pracetak


4.1. Detail Kait Pengangkat
Seluruh panel harus dilengkapi kait pengangkat (lifting point)
sesuai dengan keperluan. Kait pengangkat tidak diizinkan
menggunakan sambungan dengan pengelasan. Batang
horizontal kait pengangkat mempunyai jarak (30 - 40) mm

6
dari dasar panel, dan bagian atas kait yang melengkung
mempunyai jarak minimum 32 mm dari permukaan atas
panel.
Kait pengangkat untuk setiap panel harus digambar sesuai
dengan ketentuan. Slot kait pengangkat harus dirancang dan
ditempatkan dengan toleransi ± SOmm dari titik yang sesuai
dengan perhitungan, yaitu untuk mengangkat panel ke atas.

4.2. Detail Sambungan


4.2.1. Sambungan melintang jenis lidah dan alur (shear key).
Sambungan melintang jenis lidah alur harus
memerinci hal-hal sebagai berikut:
1) Dimensi lidah alur melintang dan perkuatannya
digam barkan secara rinci seperti dalam Gambar 9.

Alur lid ah
..
~
-,
.
. ·1~
..
0.32 H

0.24H 0.°' H
r
H
·t). ·-: ·1
,, ... :
I

O.°' H
0,12 H

- 0,19 H O,UH-

:~: ~I
..
,~---····
' ..

Gambar 9. Dimensi sambungan lidah-alur dan tipikal perkuatan


dengan tulangan

2) Lokasi lidah alur harus dilekatkan atau disambung


dengan perekat untuk beton pracetak.

7
4.3. Perkuatan Panel
a. Semua tepi panel harus diperkuat dengan tulangan, tetapi
tulangan tidak boleh dilas. Tebal penutup beton pracetak
minimal 30 mm dari permukaan panel dan 38 mm dari
bagian bawah panel harus disediakan untuk semua bentuk
perkuatan;
b. Tulangan yang diperlukan untuk perkuatan panel yang
aman harus dirancang oleh produsen panel dan harus
ditunjukkan dengan jelas pada gambar pelaksanaan;
c. Pertimbangan khusus harus diberikan pada panel
berbentuk unik, misalnya bentuk panel yang bersambungan
dengan manhole dan belokan.
d. Panel pracetak harus dirancang untuk dapat menahan beban
selama tahap pemasangan.

5. Persyaratan Panel Beton Pracetak


5 .1. Tanah Dasar
Timbunan untuk tanah dasar harus rata sesuai persyaratan
yang ditentukan.

5.2. Panel Beton Pracetak


Persyaratan panel beton pracetak adalah sebagai berikut:
a. Panel-panel beton pracetak yang dibuat dipabrik dan
memerlukan pengangkutan jarak jauh, mutu minimum
yang dianjurkan adalah beton K-300;
b. Panel-panel beton pracetak yang dibuat langsung dilokasi
pekerjaan, mutu minimum yang dianjurkan adalah beton
K-225;
c. Penentuan tipe dan dimensi beton dengan
mempertimbangkan metode pelaksanaan pekerjaan, misal
jenis dan bentuk saluran, kondisi tanah dan pengeringan;

8
d. Campuran beton normal mengacu pada SNI;
e. Panel beton pracetak perlu diberi identitas untuk
mempermudah penempatan panel, sesuai dengan posisinya;
f. Bila panel ditempatkan pada daerah tikungan,
dimensi/bentuk panel perlu disesuaikan dengan geometri
yang ada dan diperinci dalam gambar.

5.3. Bahan Panel Beton Pracetak


5.3.1. Bahan Beton
campuran beton disesuaikan dengan SNI 03-2834
tentang Tata cara pembuatan rencana campuran
beton normal.

5.3.2. Bahan Tambah Campuran (Admixtures) Untuk


Beton
a. hanya digunakan untuk tujuan kemudahan
pengerjaan, pengikatan beton pracetak lebih cepat
atau lebih lambat;
b. Penggunaan bahan tambah harus didasarkan
pada hasil uji dalam masa 24 jam pertama setelah
pengecoran beton pracetak. Hal ini dikarenakan
bahan tambah tertentu dapat memperlambat
setting dan perkembangan kekuatan campuran
beton pracetak.
c. Bahan tambah yang mengandung kalsium klorida
tidak boleh digunakan.

5.3.3. Baja Tulangan


a. Baja tulangan harus bebas dari kotoran, minyak,
lemak, bahan-bahan organik lainnya, karat, kerak,
atau gabungannyan yang mempengaruhi ukuran
serta sifat fisik harus dibersihakan sesuai yang

9
disyaratkan SNI 03-6812 tentang Spesifikasi
anyaman kawat baja polos yang dilas untuk
tulangan beton.
b. Batang pengikat (tie bar) mempunyai persyaratan:
1) Harus terbuat dari batang baja polos/ulir
dengan diameter minimum sesuai dengan SNI
03-6812 tentang Spesifikasi anyaman kawat
baja polos yang dilas untuk tulangan beton;
2) Tie bar harus dilapisi bahan perekat beton
sesuai dengan ketentuan;
3) Batang pengikat dipasok dalam bentuk ikatan
dengan panjang tertentu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan, dalam kondisi
baik dan bebas dari bahan pengotor, misal :
karat, kotoran, bahan lain yang lepas, minyak,
gemuk, cat, lumpur, atau bahan-bahan lainnya
yang tidak dikehendaki;

5.3.4. Bahan Untuk Perawatan Beton Pracetak


Bahan yang berbentuk lembaran untuk menutup
permukaan panel beton pracetak sesuai dengan SNI
4817.

5.3.5. Bahan Untuk Penutup Sambungan


Bahan penutup sambungan ijoint. sealant) harus dapat
dituangkan dalam keadaan panas, dapat menutup
seluruh celah dan kedap air. Tata cara pemrosesan
dan pelaksanaan harus sesuai dengan yang
dianjurkan oleh pabrik;

10
7. Persyaratan Peralatan
7.1. Umum
Peralatan pencampuran harus direncanakan, dipasang,
dioperasikan, dan sesuai dengan kapasitasnya agar dapat
menghasilkan campuran adukan beton yang homogen, dengan
kekentalan yang diperlukan untuk pengecoran dan pemadatan.
Apabila instalasi pencampur (batching plan) digunakan, harus
dilengkapi dengan alat pengukur berat, tepat sesuai dengan
rancangan campuran.

7.2. Cetakan Panel Beton Pracetak


Cetakan untuk mencetak panel beton pracetak harus kaku dan
terbuat dari besi dengan tebal (minimum 5 mm) agar tidak
terjadi deformasi serta mempunyai tinggi sesuai dengan tebal
panel yang direncanakan. Dinding cetakan harus dilengkapi
dengan penyangga besi yang dilaskan pada dinding luar
cetakan. Tepi cetakan bagian atas harus rata dan
memudahkan untuk meratakan permukaan panel. Bentuk
lidah-alur, penirusan, dan bentuk lainnya harus disesuaikan
dengan cetakannya.

7.3. Pencampur Di Lapangan Untuk Membuat Panel Beton


Pracetak
7.3.1. Pencampuran Dengan Batching Plan
Alat pencampur di lapangan yang digunakan untuk
membuat panel beton pracetak, harus menggunakan
Unit penakaran (batching plant) yang terdiri atas bak-
bak atau ruangan-ruangan terpisah untuk setiap fraksi
agregat dan semen curah. Alat ini harus dilengkapi
dengan bak penimbang (weighting hoppers), timbangan,
dan pengontrol takaran (batching controls).

11
Timbangan harus cukup mampu untuk menimbang
bahan satu adukan dengan sekali menimbang. Alat
tersebut harus dapat menimbang semua bahan secara
teliti. Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum
digunakan dan secara berkala dikalibrasi oleh lembaga
yang berwenang. Untuk mengkalibrasi timbangan selama
pelaksanaan, gunakan batu timbangan 5 kg dan 10 kg,
kemudian buat grafik hubungan antara timbangan
standar dan skala timbangan.

7.4. Kapasitas Alat Pencampur


Kapasitas alat pencampur harus sesuai dengan kapasitas alat
pengecoran beton pracetak agar tidak terjadi keterlambatan
pengecoran dan tidak terjadi waktu tunggu di tempat
pengecoran melebihi 30 menit.

7.5. Alat Pengangkat Panel Beton Pracetak (Crane)


Kapasitas alat pengangkat panel beton pracetak harus sesuai
dan lebih besar sekitar 1,5 kali beban panel yang akan
diangkat. Pengangkatan panel dapat dilengkapi dengan pin
yang sesuai yang dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan
kait pengangkat yang telah disiapkan pada panel dalam lubang
yang tersedia.

7.6. Pengangkut Adukan Beton Untuk Pembuatan Panel Pracetak


Pengangkutan adukan beton ke lokasi pengecoran harus
menggunakan antara lain: truk mixers atau truk agitators
(pengaduk putar), sesuai dengan pertimbangan ekonomis dan
jumlah adukan beton yang diangkut. Pengangkutan harus
dapat menjaga campuran beton tetap kohesif, tidak segregasi,
clan tidak menyebabkan perubahan konsistensi beton.

12
Apabila digunakan truk mixers atau truk agitators, rentang
waktu pengangkutan dapat diizinkan hingga 60 menit untuk
adukan beton normal. Akan tetapi, waktu pengangkutan harus
lebih pendek lagi untuk adukan beton yang mengeras lebih
cepat atau temperatur beton ~30°C.

7. 7. Alat Pemadat
7. 7 .1. Pemadat Adukan Beton
Adukan beton harus dipadatkan dengan penggetar
mekanis. Ada dua pilihan, yaitu:
1) Vibrator yang dioperasikan dengan tangan (Hand-
operated vibrators atau dikenal dengan nama vibrator
spud) adalah batang panjang yang bergetar dan
dioperasikan oleh kompresor udara atau motor listrik
dengan daya kecil sekitar (1,5 - 3,0) kW, dan dengan
kekuatan sekitar (2 - 4) tenaga kuda.
2) Penempa bergetar (screed vibration), adalah
peralatan seperti rangka batang yang bergetar yang
akan menggetarkan beton segar yang sudah
dituangkan dan ditempatkan. Getaran biasanya
dioperasikan dengan tenaga mekanis atau kompresor
udara.

7.8. Alat Pengukur Kerataan


Alat pengukur kerataan permukaan panel pada saat pembuatan
panel beton pracetak pracetak, dapat menggunakan, benang
atau kawat (string) yang direntangkan.
Kerataan (levelling) permukaan panel dihaluskan dengan alat
pelepa mengambang (floating) dan dikontrol dengan mistar
perata (straightedge) yang berukuran panjang yang sesuai untuk
mengetahui bagian agregat yang menonjol.

13
7.9. Alat Perawatan Panel Beton Pracetak
Perawatan panel beton pracetak dapat dilakukan dengan
pembasahan menggunakan geotextile, karung goni, atau lainnya
yang dapat dibasahi dengan air, sesuai SNI4817 tentang spesifikasi
lembaran bahan penutup untuk perawatan beton.
Untuk mempercepat produksi panel beton pracetak di pabrik, alat
steam curing, termasuk blower dan termometer, merupakan
peralatan utama yang harus disiapkan. Peralatan termasuk bahan
pelindung permukaan panel beton pracetak yang kedap air, serta
penyangga agar bahan pelindung permukaan panel beton
pracetak tidak bersentuhan langsung dengan permukaan panel
beton pracetak.

7.10. Alat Pembongkar Cetakan


Peralatan untuk membongkar cetakan adalah yang tidak
merusak permukaan panel beton pracetak.

7.11. Alat Penandaan


Peralatan untuk menandai identitas setiap panel dapat
menggunakan cat berwarna mencolok yang kuat, kuas ukuran
1,25 cm (1/2 inci), atau bila menggunakan cat semprot dapat
menggunakan cetakan huruf atau angka yang cukup besar.
Penandaan dapat pula dibuat menggunakan batang besi
diameter 8 mm, dengan cara menuliskan identitas yang
diperlukan yang ditulis dengan rapi dan jelas, pada saat beton
dalam kondisi plastis dan belum mengeras,

7.12. Pengangkut Panel Beton Pracetak


Alat angkut panel beton pracetak harus menggunakan truk flat-
bed berukuran panjang yang sesuai dengan dimensi panel.

14
Panel beton pracetak yang diambil dari tumpukan, dapat
dipindahkan dengan bantuan alat pengangkat manual atau
mekanis (Crane) ..

7.13. Penyimpanan Panel Beton Pracetak


Balok kayu ukuran (5 x 7) cm yang kuat dan lurus dengan
panjang minimal sama dengan lebar panel, untuk dua tumpuan
pada penyimpanan panel beton pracetak di gudang atau di
lapangan.

7.14. Peralatan-peralatan Lain


Peralatan-peralatan lain yang termasuk dalam daftar berikut ini
harus disediakan dalam jumlah yang cukup seperti:
a. Gergaji beton;
b. Sor beton diameter 12,5 mm;
c. Gerinda untuk meratakan perbedaan tinggi tepi panel beton
pada sambungan;
d. Tangki air;
e. Alat perata dengan tangan;
f. Penghalus permukaan dari kayu;
g. Burlap atau geotextile;
h. Hammer drill.
1. Peralatan manual lainnya

8. Pertemuan Sebelum Pelaksanaan Pekerjaan


a. Seluruh unsur terkait yang akan terlibat dalam pelaksanaan
pekerjaan beton pracetak harus hadir, pada waktu dan lokasi
yang disepakati bersama, untuk membahas metode pelaksanaan
pekerjaan;
b. Seluruh peserta dan unsur terkait dalam pertemuan harus
menandatangani daftar hadir yang telah disediakan;

15
c. Konsultan supervisi harus melakukan pelatihan khusus
tentang teknik pelaksanaan. Pelatihan ini harus dihadiri
oleh seluruh unsur yang terkait dalam pelaksanaan
pekerjaan, seperti: pengawas, mandor, pelaksana, surveyor,
operator peralatan dan pengatur panel dan lainnya.

9. Perancangan dan Persyaratan Campuran Beton


9.1. Rancangan Campuran
Persyaratan rancangan campuran beton dan persyaratan
jumlah semen harus sesuai dengan SNI 2834.

9.2. Persyaratan Sifat Campuran


Seton pracetak harus mempunyai suatu kuat lentur dan kuat
tekan karakteristik minimum sesuai dengan SNI 1972 tentang
Cara uji slump beton, SNI 1974 ten tang Cara uji kuat tekan
beton dengan benda uji silinder yang dicetak dan SNI 4431
tentang Cara uji kuat lentur.

9.3. Campuran Percobaan (Trial Mix)


Sebelum melakukan pengecoran, harus dibuat campuran
percobaan (trial mix) sesuai dengan rancangan campuran yang
dihasilkan oleh laboratorium. Apabila hasil kuat tekan beton
pracetak pada umur 7 hari menghasilkan kuat tekan lebih
kecil dari 85% terhadap nilai kuat tekan yang disyaratkan,
maka harus dilakukan penyesuaian campuran dan dicari
penyebab ketidaksesuaian tersebut yang dipersyaratkan.

16
B. TAHAP PELAKSANAAN
1. Umum
Pada tahap pelaksanaan, beton pracetak akan dibuat sesuai dengan
langkah-langkah yang telah ditetapkan dan menentukan lokasi
pencetakan beton pracetak, pelaksanaan produksi beton pracetak,
penangangan, pengangkutan dan penyimpanan, dan percobaan
penempatan di lapangan

2. Cetakan Untuk Beton Pracetak (Formwork)


a. Cetakan dapat dibuat dari pelat baja dan rangka baja yang dilas
atau papan dan rangka kayu yang diperkuat dan terbuat dari
bahan nonabsorben serta harus cukup kedap untuk mencegah
kebocoran mortar. Untuk pekerjaan berskala besar (volume beton
lebih besar dari 1000 m-), harus digunakan cetakan dari pelat
baja tebal minimum 5 mm.
b. Cetakan harus dibuat rata, datar dan halus;
c. Dinding cetakan harus memiliki lebar dasar flens (flange braces)
yang cukup untuk menjaga kestabilan.

Gambar 6. Flens (Flange brace) Dan Dasar Flange Pada Cetakan

17
d. Batang flens (flange braces) harus dilebihkan keluar dari dasar

tidak kurang dari 2 / 3 tinggi cetakan. Bagian dasar cetakan harus


melekat pada dasar atau fondasi dengan cara dipasak pada setiap
jarak (1 - 2) m, untuk mencegah kemungkinan bagian dasar
bergerak dari tempatnya.
e. Bagian atas cetakan harus lurus dan rata. Kerataan bagian atas
tidak boleh berbeda lebih dari 3 mm untuk setiap panjang 3 m.
Acuan ini harus dilengkapi dengan pengunci di ujung-ujung
bagian yang bersambungan.
f. Bagian ujung cetakan harus terkunci sehingga kaku, untuk
mencegah agar cetakan tidak terpisah ketika beton segar
ditempatkan.
g. Beton dicorkan dalam cetakan yang kaku dan mampu menjaga
toleransi dimensi yang ditentukan sesuai dengan gambar.
h. Cetakan untuk beton pracetak harus kuat terhadap
pendistribusian beton segar ke seluruh cetakan sehingga
tulangan, ruji, angkur dan panel tidak bergeser atau lepas.
1. Semua cetakan yang rusak, yang menyebabkan penyimpangan
atau kerusakan pada beton pracetak akibat pemindahan cetakan
atau hal lainnya harus diperbaiki atau diganti sebelum digunakan
kembali.
J. Cetakan harus dikontrol setiap saat akibat pembongkaran
cetakan selama mengeluarkan panel beton pracetak dari cetakan

3. Pelaksanaan Produksi Panel Pracetak


3.1. Toleransi Dimensi Panel Pracetak
Pelaksanaan produksi panel pracetak harus sesuai dengan
dimensi dan detail sesuai dengan dimensi serta mengikuti
persyaratan dalam Tabet 1.

18
Pemeriksaan Panel Toleransi

Deviasi akhir panjang (paralel ke long axis dari panel) ± 1,0 mm


Deviasi akhir lebar (normal ke long axis dari panel) ± 1,0 mm
Tebal nominal ± 1,0 mm
Diagonal (perbedaan ukuran dari sudut ke sudut ± 1,0 mm
di atas permukaan panel)
Toleransi dimensi sambungan lidah-alur (keyway) ± 0,5 mm

Tabel 1 - Toleransi Dimensi Panel Beton Pracetak

Pelaksanaan juga harus memenuhi persiapan termasuk


persetujuan kekuatan beton pracetak dan prosedurnya.

3.2. Titik Angkat (Lifting Point)


Pada setiap panel harus disediakan minimal 2 titik angkat
yang terdiri atas perkuatan baja dan ditempatkan sesuai
detail gambar rencana.

3.3. Pengecoran Beton Pracetak


a. Persiapan sebelum pengecoran
Pengawasan dan pengendalian pengecoran beton pracetak
harus disiapkan dalam waktu sekurang-kurangnya 24 jam
sebelum memulai suatu pengecoran.
b. Penakaran dan pencampuran beton
Penakaran dan pen cam puran beton harus dilaksanakan
sesuai SNI 2834 tentang tata cara pembuatan rencana
campuran beton normal. Apabila digunakan beton siap
campur (ready-mixed concrete), campuran beton harus
sesuai dengan persyaratan dalam SNI 4433 tentang
Spesifikasi beton siap pakai. Pencampuran bahan beton
dan bahan tambah harus dilakukan sebagai berikut:
1) Beton harus dicampur di bawah penerangan yang
memadai, baik penerangan alamiah maupun buatan;

19
2) Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke
dalam air sebelum dituangkan ke dalam mesm
pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum
seperempat masa pengadukan selesai;
3) Mengencerkan kembali beton dengan menambah air
atau dengan cara lain tidak diperkenankan. Bila beton
dikirim dalam truk pencampur atau truk pengaduk
dengan perbandingan air-semen lebih rendah daripada
perbandingan air- semen rencana, penambahan air
dimungkinkan untuk mencapai slump rencana, dengan
catatan bahwa perbandingan air-semen rencana tidak
boleh dilampaui dan operasi pencampuran dilakukan
tidak lebih dari 45 menit sejak dimulainya
pencampuran agregat dan semen.
c. Penempatan beton dalam cetakan
1) Beton harus ditempatkan ke dalam cetakan di bawah
penerangan yang memadai, baik penerangan alamiah
maupun. buatan;
2) Beton harus dicorkan sekaligus dan disebarkan
sehingga seluruh cetakan terisi merata.
d. Pemampatan dan pemadatan beton
1) Vibrator tidak boleh digunakan untuk memindahkan
beton ke dalam cetakan;
2) Sebuah penempa bergetar (screed uibrasii harus
digunakan untuk memberikan kerataan yang tepat di
permukaan panel;
3) Untuk mengisi bidang yang rendah, tambahan
mortar beton setinggi minimal 25 mm harus
disediakan di atas permukaannya sehingga setelah
screed vibrator melintasinya akan membentuk
permukaan yang merata;

20
4) Perataan permukaan harus dilakukan sebelum
lelehan air mengumpul di permukaan panel. Semua
tepi panel harus dihaluskan untuk mencegah
terkelupas selama pemasangan panel;
5) Pemampatan atau pemadatan dan penyelesaian beton
pracetak harus memperhatikan kerataan permukaan,
kerataan tepi dan tebal bagian tengah.

3.4. Selimut Beton


Tebal selimut beton dari baja tulangan minimum 3,0 cm. dan
harus ditambah 1,5 cm untuk beton yang kontak langsung
dengan permukaan tanah.

3.5. Pekerjaan Penyelesaian Akhir


a. Sebelum dilakukan pekerjaan penyelesaian akhir, pada
waktu beton dalam cetakan masih plastis, harus
dilakukan pemeriksaan terhadap kerataan tepi, kerataan
dan tebal bagian tengah. Bila kerataan tidak memenuhi
persyaratan maka harus segera diperbaiki;
b. Semua permukaan beton harus bebas dari penyimpangan
dan warnanya seragam;
c. Permukaan bawah, samping dan atas harus halus;
d. Produsen panel pracetak harus membuat dua contoh
tekstur yang identik (minimal ukuran 0,6 m x 0.6 m) akan
disimpan untuk jaminan mutu seluruh proses produksi.

3.6. Perawatan
Perawatan permukaan beton mulai dilakukan segera setelah
perapihan selesai.

21
a. Kondisi dan perawatan selama pengecoran
1) Panel-panel beton pracetak harus dilindungi dari sinar
matahari langsung, kondisi angin yang dapat
mengeringkan panel selama perawatan, baik di dalam
ruangan atau di bawah atap;
2) Produsen panel harus menyediakan termometer untuk
memonitor temperatur beton dan untuk menjamin
kondisi berikut dipenuhi:
a) Segera setelah penempatan campuran beton,
permukaan yang tidak dilindungi harus terhindar
dari kecepatan angin lebih besar dari 15 km/jam;
b) Segera setelah penempatan campuran beton, panel
pracetak harus dipelihara di bawah kondisi
perawatan yang diperlukan.
b. Perawatan dengan penutup
Bahan penutup dapat terbuat dari plastik, karung goni
basah, atau geotekstil.
1) Penutupan dengan lembaran plastik, harus tertambat
kokoh terhadap tiupan angin di permukaan serta
mempunyai sambungan tumpang tindih sekurang-
kurangnya 300 mm dan dipasang hingga kadar air di
bawahnya tidak menguap ke luar;
2) Karung goni atau geotekstil yang digunakan sebagai
penutup harus lembap;
3) Perawatan harus dimulai segera setelah beton cukup
mengeras untuk mencegah kerusakan permukaan oleh
bahan penutup yang lembap;
4) Bahan penutup harus terjaga tetap dalam keadaan
lembap paling tidak sampai 70% kekuatan beton yang
disyaratkan tercapai.

22
4. Penanganan, Pengangkutan dan Penyimpanan
Penanganan (penandaan, pembongkaran cetakan, pengangkatan
panel dan perbaikan).
Pelaksanaan penanganan meliputi penandaan panel beton pracetak,
pembongkaran cetakan (form removals, pengangkatan panel dan
perbaikan.

4.1. Penandaan
Setiap panel beton pracetak harus diberi tanda di srsi panel
dengan label yang jelas menunjukkan:
a. Nomor identitas pekerjaan;
b. Tanggal cetak;
c. Tanda nomor unit secara berurutan seperti yang
ditunjukkan pada gambar pelaksanaan, dan
d. Semua tanda-tanda lain yang diperlukan dengan
memperhatikan posrsi panel yang akan dipasang di
lapangan.

4.2. Pembongkaran Cetakan (Formwork Removal)


Untuk beton pracetak menggunakan cetakan permanen,
cetakan tidak boleh dibongkar dan diangkat sampai beton yang
baru dicor telah mengeras dan sesudah dilakukan
pemindahan. Cetakan tersebut harus dibongkar secara hati-
hati untuk menghindari kerusakan pada beton.

4.3. Pengangkatan Panel


Panel diangkat dari cetakannya menggunakan kait yang ada
pada alat pengangkat (mekanik ataupun manual) melalui titik
angkat yang tersedia. Sudut antara permukaan atas panel dan
garis pengangkatan atau sling pengangkat harus tidak kurang
dari 60°.

23
4.4. Perbaikan
4.4.1. Cacat Permukaan
Perbaikan kerusakan panel selama produksi dan
mobilisasi harus ditangani kasus per kasus.
kerusakan dalam batas yang dapat diterima harus
diperbaiki. Kerusakan yang berulang-ulang pada panel
akan menyebabkan penghentian operasi produksi
sampai penyebab kerusakan dapat diperbaiki.
Lubang pada permukaan dengan diameter lebih dari
15 mm dan kedalaman yang lebih dari 6 mm, panel
dianggap cacat.

4.4.2. Cacat Ringan (Minor Defect)


a. Rongga berbentuk sarang tawon (honey combing)
dengan panjang kurang dari 300 mm dan lebar
kurang dari 75 mm, pecah tepi (spalls) kurang

dari 300 mm dan luas kurang dari 75 mm2;


b. Rongga di permukaan memiliki dimensi tidak
lebih besar dari 300 mm dan kedalaman kurang
dari 6 mm diukur sepanjang garis lurus dan tidak
mengekspos baja tulangan;
c. Cacat minor harus diperbaiki dengan melepas
semua bahan yang tidak kokoh dari daerah yang
rusak dan menambal dengan bahan yang baik;
d. Perbaikan harus selesai dipulihkan sebelum panel
dipasang;
e. Setiap tambalan parsial yang dalam, yang
dilakukan pada panel yang cacat harus tahan
terhadap pukulan palu berat 454 g. Pukulan harus
menghasilkan suatu cincin yang tajam yang
mengindikasikan bahwa ikatan pada perbaikan
adalah sudah tepat.

24
4.4.3. Cacat Berat (Mayor Defect)
a. Rongga berbentuk sarang tawon yang lebih
panjang dari 300 mm atau lebar lebih dari 75 mm;
b. Spalls yang mengekspos baja tulangan; panjang
spalls lebih besar dari 300 mm atau lebar lebih
besar dari 75 mm;
c. Rongga di permukaan dengan dimensi lebih besar
dari 300 mm atau lebih dalam dari 6 mm, diukur
sepanjang garis lurus;
d. Retak yang meluas ke tepi panel dengan lebar
retak lebih besar dari 1 mm; dan total cacat
ringan lebih dari 5 persen dari luas permukaan
unit;
e. Setiap saat harus dievaluasi semua cacat dan
menentukan kategori cacat seperti disebutkan di
atas berlaku.
Bila cacat pada panel beton pracetak memenuhi salah
satu krtiteria diatas, maka panel beton pracetak tidak
dapat diterima sehingga harus dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan.

4.5. Pengangkutan
Setelah pemindahan dan sebelum panel beton pracetak dikirim
ke lokasi pekerjaan, produsen panel beton pracetak harus
memeriksa bentuk, volume dan mutu beton pracetak sesuai
dengan spesifikasi dan gambar yang disyaratkan.

4.6. Penyimpanan Panel Beton Pracetak


a. Penyimpanan panel beton pracetak harus bebas dari kontak
langsung dengan permukaan tanah, ditempatkan pada
penyangga kayu dengan ukuran yang seragam yaitu balok

25
kayu ukuran penampang mmimum 7cm x 5cm yang kuat
dan lurus dengan panjang sesuai dengan lebar panel, di
atas dasar yang stabil sehingga tidak turun baik musim
hujan maupun kemarau akibat beban dari unit-unit
terse but.
b. Bilamana unit-unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan,
maka jumlah panel tidak boleh melebihi dari 5 unit panel
dalam satu tumpukan, disusun masing-masing dengan
penyangga balok kayu yang dipasang di antara tiap
lapisan. Penyangga untuk setiap lapisan harus dipasang
pada titik tertentu (lifting point) sesuai dengan perencanaan
untuk menghindari patah. Setiap penyangga harus
diletakkan tepat di bawah kait pengangkat panel yang ada
dan di atas dasar permukaan yang rata dan stabil.
c. Cara penyimpanan harus memperhatikan pula nornor-
nomor panel yang telah disusun dan posisi panel-panel
yang akan dipasang secara berurutan untuk mempermudah
operasi perakitan di lapangan.
d. Penyimpanan panel-panel sementara di lapangan harus
memperhatikan ruang bebas untuk manuver lengan Crane
dalam radius yang cukup untuk memindahkan panel dari
atas truk ke tempat penyimpanan dan sebaliknya.
Penghalang seperti cabang pohon, bangunan utilitas
seperti kabel listrik dan kabel telepon yang merentang di
atas lokasi pekerjaan harus diamankan.
e. Transportasi panel ke lapangan untuk pemasangan harus
memakai metode FIFO (first in first out). Panel yang
diproduksi terdahulu harus diangkut ke lapangan lebih
dahulu. Masa tenggang waktu antara FIFO adalah paling
tidak dua minggu.

26
5. Percobaan Penempatan Panel di Lapangan (Placement Field
Trials)
a. Selarnbat-larnbatnya 7 hari sebelum pelaksanaan percobaan
lapangan, harus dilakukan rencana percobaan;
b. Panel harus dicoba sepanjang 10 meter atau minimum 6 panel
pada suatu seksi percobaan di luar lokasi pekerjaan, termasuk
peralatan yang akan digunakan selarna perakitan panel-panel;
c. Semua masalah atas pemasangan panel yang disebabkan oleh
ketidaksempurnaan perakitan panel harus diperbaiki sebelum
melanjutkan produksi panel beton pracetak. Produksi panel
dapat dimulai kembali setelah demonstrasi perakitan panel
diulangi dengan hasil yang baik;

6. Pelaksanaan Pemasangan Panel Beton Pracetak


6.1. Persiapan Pelaksanaan
1. Selambat-lambatnya 14 hari sebelum pelaksanaan
pemasangan panel beton pracetak , harus dilakukan
pemasangan fondasi dan atau lapis perata;
2. Satu hari sebelum memulai pekerjaan semua peralatan
yang diperlukan harus sudah siap dilapangan dan dapat
dioperasikan dengan baik.

6.2. Penerimaan Panel-Panel


Penerimaan panel-panel dilakukan di lokasi pekerjaan dan
setiap panel yang tidak memenuhi persyaratan strukturalnya
harus ditolak.

6.3. Penempatan Panel


6.3.1. Persiapan Penempatan Panel
a. Penempatan panel pracetak di atas fondasi harus
diturunkan secara perlahan diatur sehingga tidak

27
terjadi kontak antara permukaan bidang panel
untuk menghindari rusaknya tepi panel beton;
b. Setiap panel harus ditempatkan pada garis akhir
dan garis tepi terdepan yang ditetapkan. Ujung
panel terdepan adalah ujung dengan batang ruji
melintang yang menonjol. Sebelum menempatkan
panel, slot terbalik untuk batang ruji dan batang
pengikat harus diperiksa untuk memastikan bahwa
keduanya bebas dari kotoran, minyak, atau bahan
lainnya;
c. Sebelum menempatkan panel berikutnya, batang
ruji harus dilapisi dengan pemutus ikatan (bond
breaker) untuk mencegah ikatan antara batang ruji
dengan beton;
d. Untuk menghindari chipping atau spalling tepi panel
pracetak baru, harus digunakan pasak kayu atau
perangkat sejenis untuk membimbing panel ke posisi
yang benar;
e. Pembongkaran serpihan di tepi panel tidak
diperkenankan menggunakan batang baja. Daerah
yang terkelupas, gompal atau spalled harus
diperbaiki.

6.3.2. Penempatan Panel


a. Penempatan panel-panel harus sejalan dengan arah
longitudinal dan mengacu pada centerline panel.
Centerline setiap panel harus ditandai di tepi atas
permukaan. Tepi-tepi panel tidak digunakan untuk
menyelaraskan panel pada saat perakitan.
b. Centerline panel harus disesuaikan dengan garis
pada permukaan tanah dasar yang diatur oleh
Teknisi Surveyor se belum pemasangan panel.

28
c. Truk pengangkut panel diposisikan di depan mobil
Crane. Panel diangkat menggunakan Crane
kemudian dipindahkan ke lokasi panel di atas
fondasi yang sudah disiapkan.
d. Posisi Crane dapat ditempatkan di disamping
permukaan saluran yang sudah disiapkan untuk
operasi pemindahan panel-panel dari atas truk ke
atas permukaan dasar yang rata dan stabil untuk
penyimpanan sementara atau ke atas permukaan
dasar saluran yang akan ditempati panel-panel.
e. jalan kerja yang sudah disiapkan harus kuat
menahan be ban Crane
f. Bila panel-panel diambil dari atas truk, posisi truk
pengangkut dapat diletakkan di samping-belakang
mobil Crane. Bila panel-panel sudah siap di lokasi
pekerjaan, Crane dapat langsung diposisikan di
samping-belakang panel-panel tersebut.
g. Panel diangkat menggunakan Crane kemudian
dipindahkan ke lokasi panel di atas fondasi yang
telah. disiapkan.
h. Bila panel mempunyai lidah atau alur yang harus
dipasangkan sebagai sambungan melintang,
permukaan bidang yang mempunyai lidah dan alur
harus diberi bahan pengisi.

6.4. Sambungan (Joint)


6.4.1. Sambungan Memanjang (Longitudinal Joints)
a. Untuk panel yang dipasang secara memanjang,
Sambungan memanjang di tengah (longitudinal
centre joint) harus berupa lidah alur (shear key) dan
ujungnya berhubungan dengan sambungan

29
melintang (transverse joint), atau dengan tie bars,
atau kombinasi keduanya.
b. Pada panel yang dipasang secara melintang,
sambungan memanjang hanya terdapat pada
sambungan antara panel-panel dan caping beton
yang dicor di tempat. Sambungan ini dapat diisi
dengan bahan penutup (sealant).

6.5. Sambungan Muai (Expansion Joints)


6.5.1. Sambungan Muai Melintang Dan Sambungan
Peringan (Transverse Expansion Joints Dan Relief
Joints)
a. Lebar celah sambungan muai harus diperpendek
menjadi sekitar 13 mm untuk memberikan ruang
bagi celah sambungan muai sehingga tidak
mempengaruhi tata letak rencana panel;
b. Bahan penutup sambungan muai harus dapat
mengakomodasi pergerakan mengembang dan
menyusut;
c. Sambungan muai harus diisi bahan penutup
(sealant) minimum sebesar 1/3 tebal panel. Dua
per tiga tebal panel diisi dengan bahan pengisi
ijoin: fillen;
d. Bahan pengisi untuk sambungan muai (expansion
joint filler) harus menerus, hingga mencapai lapisan
perata atau lapisan fondasi. Bahan pengisi yang
rusak tidak boleh digunakan;
e. Bahan pengisi harus ditempatkan pada posisi
vertikal. Alat bantu atau penahan yang disetujui
harus digunakan untuk menjaga agar bahan
pengisi tetap pada elevasi dan alinyemen yang
semestinya, selama penghamparan dan

30
penyelesaian beton. Bila bahan pengisi dipasang
berupa bagian-bagian, maka di antara bagian-
bagian yang berdekatan tidak boleh ada celah;
f. Pada sambungan muai tidak boleh ada gumpalan-
gumpalan beton, agregat atau pasir dan bahan lain
yang akan merusak fungsi sambungan.

6.5.2. Sambungan Kontraksi Melin tang ( Transverse


Contraction Joints)
a. Sambungan mi terdiri atas bidang-bidang yang
diperlemah dengan membuat takikan pada
permukaan sisi panel sesuai dengan yang tertera
pada gambar rencana;
b. Pada lining beton pracetak, sambungan antarpanel
yang dipasang secara memanjang harus rata dan
seragam dan bila celahnya tidak rata harus dicor
dengan mortar tahan susut. Sambungan harus
dibersihkan dan diisi dengan bahan penutup;

6.6. Sambungan Berupa Takikan/Aluran (Formed Joint)


Pada panel yang dipasang secara memanjang, takikan pada
sambungan yang baru dicor dengan mortar tahan susut
dapat dibuat dengan menekankan alat misalnya tripleks atau
yang sejenis dengan kedalaman 1/3 tebal panel dan panjang
selebar panel, ke dalam mortar tahan susut yang masih
plastis. Alat tersebut harus tetap ditempat sekurang-
kurangnya sampai beton mencapai pengerasan awal, dan
kemudian harus dilepas tanpa merusak sambungan,
kemudian segera diisi dengan joint sealant, kecuali bila alat
tersebut sebagai sealant yang dirancang tetap terpasang pada
sambungan.

31
6. 7. Pemasangan bahan penutup yang dituang
a. Tidak lebih dari 4 jam sebelum menempatkan bahan-bahan
penutup sambungan, dinding sambungan harus
dibersihkan . untuk menghilangkan material yang tidak
dikehendaki seperti tanah, komponen-komponen bekas
pengeringan;
b. Setelah pembersihan sambungan, air disambungan panel
harus dihilangkan. Prosedur pengeringan yang berakibat
dapat meninggalkan residu atau lapisan di dinding
sambungan tidak boleh digunakan;
c. Segera setelah sam bungan bersih dan kering, bah an
penutup dituangkan;
d. Tekanan harus digunakan dengan memadai untuk
memastikan bahwa bahan penutup menyebar merata dan
kontak penuh dengan dinding sambungan dan
berkesinambungan;
e. Permukaan yang sudah selesai ditutup harus sesuai
dengan dimensi dan toleransi yang diizinkan;
f. Bahan penutup sambungan yang ditolak atau permukaan
sambungan yang selesai tetapi tidak sesuai dengan rencana
harus diperbaiki atau diganti dengan bahan penutup
sambungan yang sesuai dengan persyaratan;
g. Setelah seluruh sambungan ditutup, semua bahan penutup
yang berlebih pada permukaan lining harus dihilangkan;
h. Penggunaan pasir atau bahan lain sebagai pelindung bahan
penutup tidak diperbolehkan;
1. Pada pekerjaan penuangan bahan penutup, bagian tepi
celah sambungan harus rapi dengan cara dilindungi dengan
isolasi kertas untuk mencegah penuangan bahan penutup
yang berlebihan. Setelah bahan penutup cukup plastis,
isolasi dapat segera dibuka;

32
6.8. Sambungan Panel Beton Pracetak Dengan Beton Lama
a. Permukaan atas beton pracetak harus rata dengan
permukaan beton lama;
b. Sambungan-sambungan tersebut harus diisi dengan
sealant.

C. PENGENDALIAN
MUTU
1. UMUM
Perencanaan dan pelaksanaan penggunaan beton pracetak pada
saluran irigasi memerlukan suatu langkah-langkah yang dapat
menjamin kualitas dan kuantitas beton pracetak pada saat
perencanaan maupun pada saat pelaksanaan.

2. Pengujian Sifat Kemudahan Pengerjaan


Satu atau lebih pengujian kelecakan (slump}, harus dilaksanakan
untuk setiap takaran beton yang dihasilkan.

2.1. Pengujian Kekuatan


Pengujian kekuatan harus dilaksanakan tidak kurang dari satu
pengujian kekuatan untuk setiap 20 meter kubik beton atau
se bagian dari beton yang dicor.
Setiap pengujian harus termasuk pembuatan tiga contoh
masing-masing untuk diuji pada umur 3 hari, 7 hari, dan 28
hari.

2.2. Penerimaan Panel Pracetak


Ketinggian (levelling) dasar panel diukur dengan mistar perata
(straight edge), benang atau kawat (string) yang direntangkan
searah memanjang panel dan diagonal panel. Setiap panel beton
pracetak yang diukur paling sedikit pada tiga titik atau posisi
yang berseberangan secara acak.

33
2.3. Penerimaan Unit-unit
Bilamana unit-unit panel pracetak dipabrikasi di luar tempat
kerja, maka harus diperiksa mutu dan kondisi pada saat
barang tiba di tempat dan harus dicatat untuk setiap cacat
atau kerusakan.

2.4. Penerimaan sebelumnya


Bilamana panel pracetak yang akan digunakan telah diuji
sebelumnya, maka contoh uji tidak perlu diuji kembali asalkan
tidak terdapat perubahan dalam bahan, rancangan atau rincian
yang sebelumnya telah baik.

2.5. Perbaikan Atas Pekerjaan Beton Yang Tidak Memenuhi


Ketentuan
Perbaikan dan penggantian komponen yang rusak atau hal-hal
lainnya yang tidak sempurna harus dilakukan.

2.6. Uji Pengaliran


Persyaratan kemiringan permukaan dan tidak terjadi kebocoran
harus dilakukan diuji setelah pelaksanaan pemasangan beton
pracetak selesai, dan sebelum berakhirnya masa pemeliharaan.

DIREKTUR ENDERAL SUMBER DAYA AIR,

ntoso M.Sc
308 198410 1 002 ;-

34

Anda mungkin juga menyukai