SURAT EDARAN
Nomor: 04/SE/D/2017
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAANBETON PRACETAKPADA SALURAN IRIGASI
A. Umum
Bahwa pelaksanaan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi
prasarana irigasi bergantung pada kondisi cuaca, kondisi topografi,
kondisi geologis, jadwal tanam, kondisi sosial masyakat dan lamanya
waktu pelaksanaan sehingga memerlukan jenis konstruksi bangunan
irigasi yang sesuai. Penggunaan beton pracetak pada saluran irigasi
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas pekerjaan,
mempercepat dan mempermudah proses pelaksanaan pekerjaan
pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi.
B. Dasar Pembentukan
1. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3225);
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2015
tentang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 16);
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
06/PRT /M/2015 ten tang Eksploitasi Dan Pemeliharaan Sumber
Air Dan Bangunan Pengairan (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 531);
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
15/PRT/M/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 881);
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor
12/PRT/M/2015 tentang Eksploitasi Dan Pemeliharaan Jaringan
Irigasi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 537);
6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Nomor
20/PRT/M/2015 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Kementerian Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1007).
2
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran ini meliputi:
1. Tahapan pembuatan lining saluran beton pracetak untuk
melakukan kegiatan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi
jaringan irigasi; dan
2. Pengendalian Mutu pembuatan beton pracetak untuk lining saluran
irigasi.
E. Materi Muatan
1. Tahapan pembuatan lining saluran beton pracetak terdiri dari
Tahap Perencanaan dan Tahap Pelaksanaan.
a. Tahap Perencanaan:
pada tahap perencanaan BBWS/BWS harus:
1) menentukan kondisi tanah yang akan digunakan;
2) menentukan tipe atau jenis lining beton pracetak;
3) membuat desain lining beton pracetak; dan
4) menentukan peralatan yang akan digunakan.
b. Tahap Pelaksanaan:
pada tahap pelaksanaan BBWS/ BWS harus:
1) menentukan lokasi pencetakan beton pracetak;
2) menentukan bahan cetakan beton pracetak;
3) menentukan pelaksanaan produksi panel pracetak;
4) percobaan penempatan panel dilapangan; dan
5) pelaksanaan pemasangan panel beton pracetak.
2. Pengendalian Mutu.
dalam menerapkan pembuatan saluran irigasi menggunakan beton
pracetak mulai dari tahap perencanaan sampai dengan tahap
pelaksanaan BBWS/BWS harus memperhatikan pengendalian
mutu melalui:
a. Pengujian Sifat Kemudahan Pengerjaan;
b. Pengujian Kekuatan;
c. Penerimaan Panel Pracetak;
3
d. Penerimaan Unit-unit;
e. Penerimaan Sebelumnya;
f. Perbaikan atas pekerjaan beton tidak memenuhi ketentuan;
dan
g. Uji pengaliran.
F. Ketentuan Lain
1. Dalam melaksanakan peningkatan dan rehabilitasi jaringan irigasi
dengan menggunakan beton pracetak, penerapan keselamatan dan
kesehatan kerja perlu diperhatikan. Keselamatan dan kesehatan
kerja mempunyai pengertian pemberian perlindungan kepada
setiap orang yang berada di tempat kerja, yang berhubungan
dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja
konstruksi, proses produksi, dan lingkungan sekitar tempat kerja.
Penyedia jasa wajib menyediakan dan melaksanakan prosedur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
2. Pembayaran pelaksanaan pekerjaan pembangunan, peningkatan
dan rehabilitasi jaringan irigasi yang menggunakan metode
beton pracetak dilaksanakan dalam 2 (dua) tahap:
a. tahap pertama sebesar 50% (lima puluh perseratus) dibayarkan
pada saat panel beton pracetak telah berada di lokasi
pekerjaan; dan
b. tahap kedua sebesar 50% (lima puluh perseratus) dibayarkan
pada saat beton pracetak telah terpasang sempurna.
4
G. Ketentuan Peralihan
Dengan ditetapkannya Surat Edaran ini pelaksanaan pembangunan,
peningkatan dan rehabilitasi saluran irigasi yang yang sedang
diusulkan atau sudah dilaksanakan dengan metode beton dicor
ditempat atau pasangan batu dengan progres pekerjaan fisik diatas
30%, dikecualikan dari ketentuan yang tercantum dalam Surat
Edaran ini.
H. Pembiayaan
Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Surat Edaran ini,
dibebankan kepada DIPA Satuan Kerja masing-masing Balai Besar
Wilayah Sungai/ Balai Wilayah Sungai.
I. Penutup
Surat Edaran ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tan al o<S' :Jq,,C,(Ofrj o20lr
DIREKTU JENDERAL SUMBER DAYAAIR,
5
LAMPI RAN
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
SUMBER DAYAAIR
NOMOR 04/SE/D/2017
TENTANG
PEDOMAN PENGGUNAAN BETON
PRACETAKPADA SALURANIRIGASI
A. TAHAP PERENCANAAN
1. Umum
Pada tahap perencanaan, penggunaan beton pracetak dilaksanakan
dengan membuat rencana teknik (desain), pertimbangan kondisi
mekanika tanah, struktur beton lining saluran, detail beton pracetak,
persyaratan bahan, peralatan, persiapan kerja, persyaratan
campuran dan rencana anggaran biaya.
2. Referensi SNI
Dokumen ref erensi di bawah ini harus digunakan dan tidak dapat
ditinggalkan untuk melaksanakan pedoman ini.
SNI 1969, Cara uji beratjenis penyerapan air agregat kasar
SNI 1970, Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat halus
SNI 1972, Cara uji slump beton
SNI 1974, Cara uji kuat tekan beton dengan benda uji silinder yang
dicetak
SNI 241 7, Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles
SNI 4431, Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik
pembebanan
SNI 03-2495, Spesifikasi bahan tambahan untuk beton
SNI 03-2834, Tata cara pembuatan rencana campuran beton normal
SNI 03-4433, Spesifikasi beton siap pakai
SNI 03-4804, Metode pengujian berat isi dan rongga udara dalam
agregat
SNI 03-4810, Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
lapangan
SNI 4817, Spesifikasi lembaran bahan penutup untuk perawatan
be ton
SNI 03-6812, Spesifikasi anyaman kawat baja polos yang dilas untuk
tulangan beton. SNI 03-6817, Metode pengujian mutu air untuk
digunakan dalam beton
SNI 03-6818, Spesifikasi bahan kering bersifat semen, cepat
mengeras, dalam kemasan untuk perbaikan beton
SNI 03-6820, Spesifikasi agregat halus untuk pekerjaan adukan dan
plesteran dengan bahan dasar semen
~an- Lid
18 h d an Alur
~f
.1 m
=======+=======:!. r: =:====°"=3=1=======!
f8cm
2
Caping
3
Untuk menjaga kekokohan dan kerapihan panel-panel,
diperlukan pondasi dan rangka beton setiap 6 m
memanjang saluran. Contoh pekerjaan lining saluran
menggunakan panel pasang beton pracetak ditunjukkan
pada Gambar 4 dan Gambar 5.
--
,._.._
....,i-,-..--.
s
.
••
••
,
-~---~,..
........ pclflMW
......,..
...,-..,mi,..,, •
•
•
r~1111i1
'311"9
~w19
. -·
r
rn=1 1 r 1 · 1 ~ · m f::1 ~ .- , r u ~: ~.:~::-:~
.
I
Gambar 4. Rencana dan pelaksanaan pekerjaan lining saluran
menggunakan panel pasang beton pracetak
4
3.1.2. Panel Pancang
Lining saluran dapat juga berupa panel-panel
memanjang yang pemasangannya dilakukan dengan
pemancangan. Ukuran panel yang telah dilaksanakan di
Saluran Tarum Timur adalah 70 cm x 600 cm x 10 cm,
yang dilengkapi dengan konstruksi sambungan berupa
lidah dan alur sebagaimana ditunjukkan pada Gambar
6 dan Gambar 7.
5
Pemancangan tersebut memerlukan peralatan crane dan
al.at pancang mekanis.
6
dari dasar panel, dan bagian atas kait yang melengkung
mempunyai jarak minimum 32 mm dari permukaan atas
panel.
Kait pengangkat untuk setiap panel harus digambar sesuai
dengan ketentuan. Slot kait pengangkat harus dirancang dan
ditempatkan dengan toleransi ± SOmm dari titik yang sesuai
dengan perhitungan, yaitu untuk mengangkat panel ke atas.
Alur lid ah
..
~
-,
.
. ·1~
..
0.32 H
0.24H 0.°' H
r
H
·t). ·-: ·1
,, ... :
I
O.°' H
0,12 H
- 0,19 H O,UH-
:~: ~I
..
,~---····
' ..
7
4.3. Perkuatan Panel
a. Semua tepi panel harus diperkuat dengan tulangan, tetapi
tulangan tidak boleh dilas. Tebal penutup beton pracetak
minimal 30 mm dari permukaan panel dan 38 mm dari
bagian bawah panel harus disediakan untuk semua bentuk
perkuatan;
b. Tulangan yang diperlukan untuk perkuatan panel yang
aman harus dirancang oleh produsen panel dan harus
ditunjukkan dengan jelas pada gambar pelaksanaan;
c. Pertimbangan khusus harus diberikan pada panel
berbentuk unik, misalnya bentuk panel yang bersambungan
dengan manhole dan belokan.
d. Panel pracetak harus dirancang untuk dapat menahan beban
selama tahap pemasangan.
8
d. Campuran beton normal mengacu pada SNI;
e. Panel beton pracetak perlu diberi identitas untuk
mempermudah penempatan panel, sesuai dengan posisinya;
f. Bila panel ditempatkan pada daerah tikungan,
dimensi/bentuk panel perlu disesuaikan dengan geometri
yang ada dan diperinci dalam gambar.
9
disyaratkan SNI 03-6812 tentang Spesifikasi
anyaman kawat baja polos yang dilas untuk
tulangan beton.
b. Batang pengikat (tie bar) mempunyai persyaratan:
1) Harus terbuat dari batang baja polos/ulir
dengan diameter minimum sesuai dengan SNI
03-6812 tentang Spesifikasi anyaman kawat
baja polos yang dilas untuk tulangan beton;
2) Tie bar harus dilapisi bahan perekat beton
sesuai dengan ketentuan;
3) Batang pengikat dipasok dalam bentuk ikatan
dengan panjang tertentu sesuai dengan
persyaratan yang ditentukan, dalam kondisi
baik dan bebas dari bahan pengotor, misal :
karat, kotoran, bahan lain yang lepas, minyak,
gemuk, cat, lumpur, atau bahan-bahan lainnya
yang tidak dikehendaki;
10
7. Persyaratan Peralatan
7.1. Umum
Peralatan pencampuran harus direncanakan, dipasang,
dioperasikan, dan sesuai dengan kapasitasnya agar dapat
menghasilkan campuran adukan beton yang homogen, dengan
kekentalan yang diperlukan untuk pengecoran dan pemadatan.
Apabila instalasi pencampur (batching plan) digunakan, harus
dilengkapi dengan alat pengukur berat, tepat sesuai dengan
rancangan campuran.
11
Timbangan harus cukup mampu untuk menimbang
bahan satu adukan dengan sekali menimbang. Alat
tersebut harus dapat menimbang semua bahan secara
teliti. Ketelitian timbangan harus diperiksa sebelum
digunakan dan secara berkala dikalibrasi oleh lembaga
yang berwenang. Untuk mengkalibrasi timbangan selama
pelaksanaan, gunakan batu timbangan 5 kg dan 10 kg,
kemudian buat grafik hubungan antara timbangan
standar dan skala timbangan.
12
Apabila digunakan truk mixers atau truk agitators, rentang
waktu pengangkutan dapat diizinkan hingga 60 menit untuk
adukan beton normal. Akan tetapi, waktu pengangkutan harus
lebih pendek lagi untuk adukan beton yang mengeras lebih
cepat atau temperatur beton ~30°C.
7. 7. Alat Pemadat
7. 7 .1. Pemadat Adukan Beton
Adukan beton harus dipadatkan dengan penggetar
mekanis. Ada dua pilihan, yaitu:
1) Vibrator yang dioperasikan dengan tangan (Hand-
operated vibrators atau dikenal dengan nama vibrator
spud) adalah batang panjang yang bergetar dan
dioperasikan oleh kompresor udara atau motor listrik
dengan daya kecil sekitar (1,5 - 3,0) kW, dan dengan
kekuatan sekitar (2 - 4) tenaga kuda.
2) Penempa bergetar (screed vibration), adalah
peralatan seperti rangka batang yang bergetar yang
akan menggetarkan beton segar yang sudah
dituangkan dan ditempatkan. Getaran biasanya
dioperasikan dengan tenaga mekanis atau kompresor
udara.
13
7.9. Alat Perawatan Panel Beton Pracetak
Perawatan panel beton pracetak dapat dilakukan dengan
pembasahan menggunakan geotextile, karung goni, atau lainnya
yang dapat dibasahi dengan air, sesuai SNI4817 tentang spesifikasi
lembaran bahan penutup untuk perawatan beton.
Untuk mempercepat produksi panel beton pracetak di pabrik, alat
steam curing, termasuk blower dan termometer, merupakan
peralatan utama yang harus disiapkan. Peralatan termasuk bahan
pelindung permukaan panel beton pracetak yang kedap air, serta
penyangga agar bahan pelindung permukaan panel beton
pracetak tidak bersentuhan langsung dengan permukaan panel
beton pracetak.
14
Panel beton pracetak yang diambil dari tumpukan, dapat
dipindahkan dengan bantuan alat pengangkat manual atau
mekanis (Crane) ..
15
c. Konsultan supervisi harus melakukan pelatihan khusus
tentang teknik pelaksanaan. Pelatihan ini harus dihadiri
oleh seluruh unsur yang terkait dalam pelaksanaan
pekerjaan, seperti: pengawas, mandor, pelaksana, surveyor,
operator peralatan dan pengatur panel dan lainnya.
16
B. TAHAP PELAKSANAAN
1. Umum
Pada tahap pelaksanaan, beton pracetak akan dibuat sesuai dengan
langkah-langkah yang telah ditetapkan dan menentukan lokasi
pencetakan beton pracetak, pelaksanaan produksi beton pracetak,
penangangan, pengangkutan dan penyimpanan, dan percobaan
penempatan di lapangan
17
d. Batang flens (flange braces) harus dilebihkan keluar dari dasar
18
Pemeriksaan Panel Toleransi
19
2) Bahan tambah yang berupa cairan harus dicampur ke
dalam air sebelum dituangkan ke dalam mesm
pengaduk. Seluruh air campuran harus sudah
dimasukkan ke dalam mesin pengaduk sebelum
seperempat masa pengadukan selesai;
3) Mengencerkan kembali beton dengan menambah air
atau dengan cara lain tidak diperkenankan. Bila beton
dikirim dalam truk pencampur atau truk pengaduk
dengan perbandingan air-semen lebih rendah daripada
perbandingan air- semen rencana, penambahan air
dimungkinkan untuk mencapai slump rencana, dengan
catatan bahwa perbandingan air-semen rencana tidak
boleh dilampaui dan operasi pencampuran dilakukan
tidak lebih dari 45 menit sejak dimulainya
pencampuran agregat dan semen.
c. Penempatan beton dalam cetakan
1) Beton harus ditempatkan ke dalam cetakan di bawah
penerangan yang memadai, baik penerangan alamiah
maupun. buatan;
2) Beton harus dicorkan sekaligus dan disebarkan
sehingga seluruh cetakan terisi merata.
d. Pemampatan dan pemadatan beton
1) Vibrator tidak boleh digunakan untuk memindahkan
beton ke dalam cetakan;
2) Sebuah penempa bergetar (screed uibrasii harus
digunakan untuk memberikan kerataan yang tepat di
permukaan panel;
3) Untuk mengisi bidang yang rendah, tambahan
mortar beton setinggi minimal 25 mm harus
disediakan di atas permukaannya sehingga setelah
screed vibrator melintasinya akan membentuk
permukaan yang merata;
20
4) Perataan permukaan harus dilakukan sebelum
lelehan air mengumpul di permukaan panel. Semua
tepi panel harus dihaluskan untuk mencegah
terkelupas selama pemasangan panel;
5) Pemampatan atau pemadatan dan penyelesaian beton
pracetak harus memperhatikan kerataan permukaan,
kerataan tepi dan tebal bagian tengah.
3.6. Perawatan
Perawatan permukaan beton mulai dilakukan segera setelah
perapihan selesai.
21
a. Kondisi dan perawatan selama pengecoran
1) Panel-panel beton pracetak harus dilindungi dari sinar
matahari langsung, kondisi angin yang dapat
mengeringkan panel selama perawatan, baik di dalam
ruangan atau di bawah atap;
2) Produsen panel harus menyediakan termometer untuk
memonitor temperatur beton dan untuk menjamin
kondisi berikut dipenuhi:
a) Segera setelah penempatan campuran beton,
permukaan yang tidak dilindungi harus terhindar
dari kecepatan angin lebih besar dari 15 km/jam;
b) Segera setelah penempatan campuran beton, panel
pracetak harus dipelihara di bawah kondisi
perawatan yang diperlukan.
b. Perawatan dengan penutup
Bahan penutup dapat terbuat dari plastik, karung goni
basah, atau geotekstil.
1) Penutupan dengan lembaran plastik, harus tertambat
kokoh terhadap tiupan angin di permukaan serta
mempunyai sambungan tumpang tindih sekurang-
kurangnya 300 mm dan dipasang hingga kadar air di
bawahnya tidak menguap ke luar;
2) Karung goni atau geotekstil yang digunakan sebagai
penutup harus lembap;
3) Perawatan harus dimulai segera setelah beton cukup
mengeras untuk mencegah kerusakan permukaan oleh
bahan penutup yang lembap;
4) Bahan penutup harus terjaga tetap dalam keadaan
lembap paling tidak sampai 70% kekuatan beton yang
disyaratkan tercapai.
22
4. Penanganan, Pengangkutan dan Penyimpanan
Penanganan (penandaan, pembongkaran cetakan, pengangkatan
panel dan perbaikan).
Pelaksanaan penanganan meliputi penandaan panel beton pracetak,
pembongkaran cetakan (form removals, pengangkatan panel dan
perbaikan.
4.1. Penandaan
Setiap panel beton pracetak harus diberi tanda di srsi panel
dengan label yang jelas menunjukkan:
a. Nomor identitas pekerjaan;
b. Tanggal cetak;
c. Tanda nomor unit secara berurutan seperti yang
ditunjukkan pada gambar pelaksanaan, dan
d. Semua tanda-tanda lain yang diperlukan dengan
memperhatikan posrsi panel yang akan dipasang di
lapangan.
23
4.4. Perbaikan
4.4.1. Cacat Permukaan
Perbaikan kerusakan panel selama produksi dan
mobilisasi harus ditangani kasus per kasus.
kerusakan dalam batas yang dapat diterima harus
diperbaiki. Kerusakan yang berulang-ulang pada panel
akan menyebabkan penghentian operasi produksi
sampai penyebab kerusakan dapat diperbaiki.
Lubang pada permukaan dengan diameter lebih dari
15 mm dan kedalaman yang lebih dari 6 mm, panel
dianggap cacat.
24
4.4.3. Cacat Berat (Mayor Defect)
a. Rongga berbentuk sarang tawon yang lebih
panjang dari 300 mm atau lebar lebih dari 75 mm;
b. Spalls yang mengekspos baja tulangan; panjang
spalls lebih besar dari 300 mm atau lebar lebih
besar dari 75 mm;
c. Rongga di permukaan dengan dimensi lebih besar
dari 300 mm atau lebih dalam dari 6 mm, diukur
sepanjang garis lurus;
d. Retak yang meluas ke tepi panel dengan lebar
retak lebih besar dari 1 mm; dan total cacat
ringan lebih dari 5 persen dari luas permukaan
unit;
e. Setiap saat harus dievaluasi semua cacat dan
menentukan kategori cacat seperti disebutkan di
atas berlaku.
Bila cacat pada panel beton pracetak memenuhi salah
satu krtiteria diatas, maka panel beton pracetak tidak
dapat diterima sehingga harus dikeluarkan dari lokasi
pekerjaan.
4.5. Pengangkutan
Setelah pemindahan dan sebelum panel beton pracetak dikirim
ke lokasi pekerjaan, produsen panel beton pracetak harus
memeriksa bentuk, volume dan mutu beton pracetak sesuai
dengan spesifikasi dan gambar yang disyaratkan.
25
kayu ukuran penampang mmimum 7cm x 5cm yang kuat
dan lurus dengan panjang sesuai dengan lebar panel, di
atas dasar yang stabil sehingga tidak turun baik musim
hujan maupun kemarau akibat beban dari unit-unit
terse but.
b. Bilamana unit-unit tersebut disusun dalam lapisan-lapisan,
maka jumlah panel tidak boleh melebihi dari 5 unit panel
dalam satu tumpukan, disusun masing-masing dengan
penyangga balok kayu yang dipasang di antara tiap
lapisan. Penyangga untuk setiap lapisan harus dipasang
pada titik tertentu (lifting point) sesuai dengan perencanaan
untuk menghindari patah. Setiap penyangga harus
diletakkan tepat di bawah kait pengangkat panel yang ada
dan di atas dasar permukaan yang rata dan stabil.
c. Cara penyimpanan harus memperhatikan pula nornor-
nomor panel yang telah disusun dan posisi panel-panel
yang akan dipasang secara berurutan untuk mempermudah
operasi perakitan di lapangan.
d. Penyimpanan panel-panel sementara di lapangan harus
memperhatikan ruang bebas untuk manuver lengan Crane
dalam radius yang cukup untuk memindahkan panel dari
atas truk ke tempat penyimpanan dan sebaliknya.
Penghalang seperti cabang pohon, bangunan utilitas
seperti kabel listrik dan kabel telepon yang merentang di
atas lokasi pekerjaan harus diamankan.
e. Transportasi panel ke lapangan untuk pemasangan harus
memakai metode FIFO (first in first out). Panel yang
diproduksi terdahulu harus diangkut ke lapangan lebih
dahulu. Masa tenggang waktu antara FIFO adalah paling
tidak dua minggu.
26
5. Percobaan Penempatan Panel di Lapangan (Placement Field
Trials)
a. Selarnbat-larnbatnya 7 hari sebelum pelaksanaan percobaan
lapangan, harus dilakukan rencana percobaan;
b. Panel harus dicoba sepanjang 10 meter atau minimum 6 panel
pada suatu seksi percobaan di luar lokasi pekerjaan, termasuk
peralatan yang akan digunakan selarna perakitan panel-panel;
c. Semua masalah atas pemasangan panel yang disebabkan oleh
ketidaksempurnaan perakitan panel harus diperbaiki sebelum
melanjutkan produksi panel beton pracetak. Produksi panel
dapat dimulai kembali setelah demonstrasi perakitan panel
diulangi dengan hasil yang baik;
27
terjadi kontak antara permukaan bidang panel
untuk menghindari rusaknya tepi panel beton;
b. Setiap panel harus ditempatkan pada garis akhir
dan garis tepi terdepan yang ditetapkan. Ujung
panel terdepan adalah ujung dengan batang ruji
melintang yang menonjol. Sebelum menempatkan
panel, slot terbalik untuk batang ruji dan batang
pengikat harus diperiksa untuk memastikan bahwa
keduanya bebas dari kotoran, minyak, atau bahan
lainnya;
c. Sebelum menempatkan panel berikutnya, batang
ruji harus dilapisi dengan pemutus ikatan (bond
breaker) untuk mencegah ikatan antara batang ruji
dengan beton;
d. Untuk menghindari chipping atau spalling tepi panel
pracetak baru, harus digunakan pasak kayu atau
perangkat sejenis untuk membimbing panel ke posisi
yang benar;
e. Pembongkaran serpihan di tepi panel tidak
diperkenankan menggunakan batang baja. Daerah
yang terkelupas, gompal atau spalled harus
diperbaiki.
28
c. Truk pengangkut panel diposisikan di depan mobil
Crane. Panel diangkat menggunakan Crane
kemudian dipindahkan ke lokasi panel di atas
fondasi yang sudah disiapkan.
d. Posisi Crane dapat ditempatkan di disamping
permukaan saluran yang sudah disiapkan untuk
operasi pemindahan panel-panel dari atas truk ke
atas permukaan dasar yang rata dan stabil untuk
penyimpanan sementara atau ke atas permukaan
dasar saluran yang akan ditempati panel-panel.
e. jalan kerja yang sudah disiapkan harus kuat
menahan be ban Crane
f. Bila panel-panel diambil dari atas truk, posisi truk
pengangkut dapat diletakkan di samping-belakang
mobil Crane. Bila panel-panel sudah siap di lokasi
pekerjaan, Crane dapat langsung diposisikan di
samping-belakang panel-panel tersebut.
g. Panel diangkat menggunakan Crane kemudian
dipindahkan ke lokasi panel di atas fondasi yang
telah. disiapkan.
h. Bila panel mempunyai lidah atau alur yang harus
dipasangkan sebagai sambungan melintang,
permukaan bidang yang mempunyai lidah dan alur
harus diberi bahan pengisi.
29
melintang (transverse joint), atau dengan tie bars,
atau kombinasi keduanya.
b. Pada panel yang dipasang secara melintang,
sambungan memanjang hanya terdapat pada
sambungan antara panel-panel dan caping beton
yang dicor di tempat. Sambungan ini dapat diisi
dengan bahan penutup (sealant).
30
penyelesaian beton. Bila bahan pengisi dipasang
berupa bagian-bagian, maka di antara bagian-
bagian yang berdekatan tidak boleh ada celah;
f. Pada sambungan muai tidak boleh ada gumpalan-
gumpalan beton, agregat atau pasir dan bahan lain
yang akan merusak fungsi sambungan.
31
6. 7. Pemasangan bahan penutup yang dituang
a. Tidak lebih dari 4 jam sebelum menempatkan bahan-bahan
penutup sambungan, dinding sambungan harus
dibersihkan . untuk menghilangkan material yang tidak
dikehendaki seperti tanah, komponen-komponen bekas
pengeringan;
b. Setelah pembersihan sambungan, air disambungan panel
harus dihilangkan. Prosedur pengeringan yang berakibat
dapat meninggalkan residu atau lapisan di dinding
sambungan tidak boleh digunakan;
c. Segera setelah sam bungan bersih dan kering, bah an
penutup dituangkan;
d. Tekanan harus digunakan dengan memadai untuk
memastikan bahwa bahan penutup menyebar merata dan
kontak penuh dengan dinding sambungan dan
berkesinambungan;
e. Permukaan yang sudah selesai ditutup harus sesuai
dengan dimensi dan toleransi yang diizinkan;
f. Bahan penutup sambungan yang ditolak atau permukaan
sambungan yang selesai tetapi tidak sesuai dengan rencana
harus diperbaiki atau diganti dengan bahan penutup
sambungan yang sesuai dengan persyaratan;
g. Setelah seluruh sambungan ditutup, semua bahan penutup
yang berlebih pada permukaan lining harus dihilangkan;
h. Penggunaan pasir atau bahan lain sebagai pelindung bahan
penutup tidak diperbolehkan;
1. Pada pekerjaan penuangan bahan penutup, bagian tepi
celah sambungan harus rapi dengan cara dilindungi dengan
isolasi kertas untuk mencegah penuangan bahan penutup
yang berlebihan. Setelah bahan penutup cukup plastis,
isolasi dapat segera dibuka;
32
6.8. Sambungan Panel Beton Pracetak Dengan Beton Lama
a. Permukaan atas beton pracetak harus rata dengan
permukaan beton lama;
b. Sambungan-sambungan tersebut harus diisi dengan
sealant.
C. PENGENDALIAN
MUTU
1. UMUM
Perencanaan dan pelaksanaan penggunaan beton pracetak pada
saluran irigasi memerlukan suatu langkah-langkah yang dapat
menjamin kualitas dan kuantitas beton pracetak pada saat
perencanaan maupun pada saat pelaksanaan.
33
2.3. Penerimaan Unit-unit
Bilamana unit-unit panel pracetak dipabrikasi di luar tempat
kerja, maka harus diperiksa mutu dan kondisi pada saat
barang tiba di tempat dan harus dicatat untuk setiap cacat
atau kerusakan.
ntoso M.Sc
308 198410 1 002 ;-
34