PENGETAHUAN PRAKTIS
BUDIDAYA POLIKULTUR TAMBAK UDANG WINDU
“ECOSHRIMP” TANPA PAKAN TAMBAHAN DAN
BAHAN KIMIA
Pendahuluan
Buku pedoman budidaya Ecoshrimp tanpa pakan tambahan dan tidak menggunakan
obat-obatan kimia dengan mengedepankan budidaya yang ramah lingkungan dan
berkelanjutan.
Budidaya udang windu (penaeus monodon) merupakan spesies asli Indonesia yang
telah di budidayakan sejak beberapa dekade dan menjadi andalan devisa negara.
Dengan perkembangan teknologi budidaya yang tidak ramah lingkungan, yang
disebabkan penggunaan bahan kimia dan obat-obatan yang cukup tinggi dan
mengalih fungsikan lahan konservasi manggrove menjadi lahan budidaya sehingga
munculnya permasalahan lingkungan sebagai salah satu sumber masalah
kelangsungan budidaya.
Dengan tidak adanya keseimbangan alam akibat dari budidaya tersebut, sehingga
tergangunya ekosistem dan mulai mucul penyakit dan menurunya produktivitas.
Dengan perkembangan budidaya mulai masuk udang vaname yang menggeser
budidaya udang windu di beberapa daerah mulai beralih ke budidaya vaname,
sehingga budidaya udang windu semakin terbatas.
Dengan langkanya induk udang windu sehingga menurunya area produksi udang
windu, dengan kondisi ini petani tambak yang masih optimis dengan tetap
melaksanakan budidaya udang windu secara tradisional dengan sistem
berkelanjutan. Panduan buku ini sebagai acuan dalam budidaya udang windu
dengan pembahasan teknis budidaya, sosial dan lingkungan secara praktis tanpa
penggunaan pakan buatan dan obat-obatan kimia.
1
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU “ECOSHRIMP”
PT. ALTER TRADE INDONESIA
2
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
3
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
4
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
5
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
6
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
7
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
.
8
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
Akan tetapi untuk tanah berpirit tidak boleh dikeringkan dan dibalik
sebab akan terjadi reduksi sulfat, tetapi untuk lumpur dasar dapat
dilakukan pengangkatan, pada jenis tanah ini perlu melakukan pencucian
secara berulang dan pemberian pupuk organik (fermentasi bahan
organik) pada saat tanah masih basah.
9
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
10
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
BOT % <5
Permen KP No. 75/PERMEN-KP/2016
Pemberantasan Kerang-kerangan.
Dilakukan secara manual atau pada saat pegeringan, kerang-kerangan
dipungut dan dikubur diluar petakan. Apabila pada akhir panen
terdapat air tawar maka masukan air tawar kemudian dibuang kembali
dan pungut trisipan yang telah mati secara manual karena akan
menggangu kehidupan udang, atau gunakan kapur aktif yang ditebar
secara merata pada saat lahan masih basah.
Tidak boleh menggunakan pestisida, Potasium atau bahan kimia
berbahaya lainnya.
11
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
Tandon (Jalon)
Tandon merupakan tempat untuk menampung air yang akan digunakan
dalam proses budidaya. Pengisian air ke kolam harus berasal dari tandon
dan dapat dijamin keamanannya. Air yang berasal dari sumber (laut atau
sungai) masuk ke tandon harus diperhatikan bahwa tidak ada pengaruh
dari buangan tambak sendiri maupun tambak lain.
Pemberantasan Predator
Pemberantasan predator bisa dilakukan setelah selesai panen atau pada
saat setelah pengeringan, apabila setelah pengeringan pada saat
memasukan air pertama sekitar 10 cm tunggu 2 hari untuk memberi
kesempatan telur menetas, dan lakukan aplikasi saponin.
12
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
Ikan yang sudah mati secepatnya di ambil dan di kubur dan jangan sampai
mengendap di dasar tambak. Pengendalian hama tidak boleh
menggunakan pestisida, potasium atau bahan kimia lainnya karena akan
merusak unsur hara di tambak dan berbahaya untuk yang
mengkonsumsinya.
Pengisian Air
Kemudian diisi air hingga penuh 70 s/d 120 Cm, sedangkan pengapuran awal,
dengan memberikan kapur dari jenis CaCO 3 atau CaMg(CO3)32 dengan dosis
disesuaikan dengan nilai alkalinitas air, sehingga alkalinitas air mencapai
kisaran nilai 100 - 150 ppm (diawal penebaran), kisaran pH harian berkisar
antara 7,5 - 8,3 dan fluktuasi pH harian kurang dari 0,5. Kemudian aplikasi
probiotik dengan fementasi dedak 2 (Dosis dan cara dapat dilihat di
lampiran)
D. Pemilihan Benur
Sumber benur berasal dari hatchery atau tempat pembenihan yang
bersertifikat (memiliki keterangan asal benih) atau direkomendasikan oleh
ATINA, surat bebas penyakit atau tes PCR dan berkualitas baik.
13
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
Ukuran minimal 1,5 cm dengan perut benur berisi makanan, dengan
warna usus coklat atau hitam tidak terputus, gerakan lincah aktif
berenang melawan arus. Lakukan uji ketahan dengan kejutan salinitas 0
ppt secara mendadak selama 15 menit.
2. Ciri-ciri Benur yang baik dari pendederan atau pengelondongan:
▪ Asal benur berasal dari hatchery yang telah tersetifikasi atau
direkomendasikan oleh ATINA.
▪ Benur dengan anggota tubuh yang lengkap dan tidak cacat dengan
ekor membuka (pecah ekor).
▪ Keseragaman benur baik ukuran maupun warna minimal 80%.
▪ Gerakan aktif berenang menantang arus menempel di dasar dan
dinding bak.
3. Transportasi Benur
▪ Cara pengangkutan benur yang benar:
▪ Menggunakan kantong plastik bening ukuran panjang 60-70 cm
dan lebar 28-30 cm dengan ketebalan 0,05 mm.
▪ Kantong di isi oksigen 2/3 bagian sampai menggelembung, dan isi
air 1/3 bagian, isi untuk benur 1.000 ekor perliter sedangkan untuk
gelondongan 250-500 ekor perliter.
▪ Suhu pengangkutan antara 22-24 °C, dengan dimasukan ke dalam
wadah dan di beri es dengan kantong terpisah.
V. PEMBESARAN
A. Siklus Hidup Udang Dan Makanan Udang
Petak Adaptasi (Pinihan)
Masa budidaya pada fase ini antara 2-4 minggu. Fungsi petak adaptasi
sebagai tempat adaptasi sebelum benur di pindah ke petak budidaya, petak
adaptasi diharapkan tidak terlalu subur terhadap ganggang tetapi subur
terhadap zooplankton dan fitoplankton yang merupakan makanan utama
benur.
14
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
Pada petakan ini lakukan aplikasi Probitik dengan fementasi dedak 2 (lihat
di lampiran) 7 hari sebelum tebar dan 7 hari setelah tebar, pengulangan
dilakukan setiap 2 minggu menggunakan fermentasi 1 atau 2.
Kendala yang sering dihadapi pada fase ini yaitu pertumbuhan ganggang
yang terlalu cepat sehingga kandungan oksigen dalam air terutama pada
malam hari turun secara drastis (drop), siapkan pompa Venturi untuk
penambagan oksigen.
Petak Budidaya (Buyaran)
Pada fase ini windu sudah bisa makan selain plankton, petak budidaya harus
dipersiapkan terlebih dahulu, ketersedian pakan selain plankton yang
berupa cacing (lur), phronima, kutu air, dll, harus melimpah sehingga bisa
mempercepat pertumbuhan udang windu. Tahap awal aplikasi probiotik
dengan fermentasi 2 pada waktu 7 hari setelah masukan air dan di ulang 7
hari, pada saat budidaya di ulang setiap 2 minggu mengunakan fermentasi
1 atau 2. Tebar benih Phronima sP untuk tambahan pakan alami 1 ha
200.000 ekor. Siapkan pompa Venturi untuk penambagan oksigen.
B. Penebaran Benur
Benih bandeng :
✓ Ditebar sebelum tebar benih udang
✓ Kepadatan tebar 1 ekor per 2 M2
Benih Udang Windu :
✓ PL-12 : 3-5 ekor per m2
✓ PL-25 (Gelondongan) : 2-4 ekor per m2
Yang perlu diperhatikan dalam penebaran benur :
• Adaptasi suhu air dan udara, kantong berisi benur disimpan dalam
petakan tambak biarkan terapung selama 15-30 menit (sudah keluar
embun dalam plastik) kemudian buka plastik dan lipat pada bagian ujung
agar terjadi pertukaran udara dalam kantong.
15
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
• Masukan dalam bak dengan bantuan areasi, secara bertahap tambah air
dari petakan ke bak sampai dengan parameter air sama dengan yang
ditambak.
• Masukan secara bertahap ke ke tambak dengan di flusing/di terbarkan
16
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
17
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
✓ Suhu
Suhu dalam petakan harus stabil, dengan mengatur ketinggian air
sehingga pada saat perubahan cuaca panas dan hujan suhu dalam
petakan tetap stabil, kepadatan plankton dapat mempengaruhi suhu.
Pengaturan kedalaman air berdasarkan nilai kecerahan dengan tujuan
supaya cahaya matahari yang masuk kedasar tambak sehingga suhu
pada bagian dasar tambak tetap terjaga. Kedalaman air 2 kali nilai
kecerahan air (apabila kecerahan air 30 cm maka kedalaman air sekitar
60cm). Fluktuasi suhu dapat mempengaruhi nafsu makan udang.
Yang mempengaruhi suhu air, angin, pergantian musim. Untuk
menanggulangi ketinggian air di pertahankan, lakukan fermentasi
rumput pada petakan menjelang musim dingin.
✓ Kecerahan warna dan warna air
Warna air menunjukan jenis plankton
yang dominan dalam air, warna air yang
baik adalah hijau muda dan hijau
kecoklatan yang mendominasi plankton
chlorophyceae dan diatom.
Warna air kecoklatan Air yang sehat menunjukan warna air
stabil antara pagi dan sore hari, apabila
warna pagi dan sore tidak stabil
menunjukan zooplankton yang
mendominasi yang kurang baik untuk
pemeliharaan udang.
Warna air hijau kecoklatan
Apabila plankton terlalu padat dan dan
zooplankton mendominasi lakukan
pengenceran air dan pemberian kapur
CaOH dengan dosis 3 ppm pada saat pH
kurang dari 8 pada pagi hari sekitar jam
Warna air hijau 6.00
18
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
✓ Oksigen terlarut
Oksigen terlarut dalam air tambak harus di perhatikan terutama pada
malam hari dengan di pertahankan minimal 3 ppm. Apabila pada
malam hari oksigen menurun maka lakukan aerasi dengan pompa
air/pompa venturi, penggunaan pompa venturi hanya pada dini hari atau
siang hari apabila mendung/oksigen turun di bawah 3ppm
Pertumbuhan plankton dan ganggang yang lebat mempengaruhi kadar
oksigen di petakan. Lebatnya pertumbuhan ganggang maksimal ±40%
dari luasan area budidaya
✓ Keasaman atau pH
Pengamatan pH air tambak menggunanakan pH meter setiap hari pada
waktu pagi dan sore hari, Nilai pH mempengaruhi proses kimia dan air,
dengan pH normal 7,5 - 8,5 ppm dengan fluktuasi harian 0,2 - 0,5 ppm,
Apabila pH < 7.5 aplikasi kapur dolomit pada siang hari secara bertahap
sampai pH normal
Apabila pH > 8.5 aplikasi kapur dolomit pada malam hari secara
bertahap sampai pH normal/ aplikasi molase.
Setiap selesai hujan atau penambahan air, aplikasikan dolomit sampai
pH air normal.
19
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
✓ Fermentasi ganggang
Pada saat budidaya pada petakan tambak ganggang akan tumbuh lebat,
ganggang tersebut selain berfungsi sebagai pakan bandeng juga sebagai
bahan fermentasi plankton. Ganggang yang sudah penuh di panen
kemudian di tumpuk pada petakan dan pastikan tidak terurai, kemudian
aplikasi molase (tetes) atau probiotik (jenis probiotik harus
dikonsultasikan dengan ATINA) pada saat fermentasi apabila timbul bau
diaplikasikan kapur dolomit.
Fermentasi ganggang
✓ Fermentasi rumput-rumputan
Alternative fermentasi plankton dengan menggunakan rumput- rumput
di sekitar tambak, rumput dipotong kemudian di tumpuk di beberapa
tempat pada petakan, untuk mempercepat pembusukan aplikasi pada
tumpukan rumput terbarkan molase (tetes) atau Probitik
Fermentasi rumput
20
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
21
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
22
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
23
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
yang lebih dalam, yang tinggi sekitar 82 cm dan pelataran tambak dengan
ketinggian air 50 cm.
Saponin (ekstrak produk tanaman alami) digunakan untuk membunuh ikan
dan kolamnya dibatasi untuk membunuh patogen sebelum mengisi kolam
dengan air dari sungai.
Di ATINA melakukan sistem polikultur menebar ikan bandeng yang sangat
rendah (0,5 pcs/m2) dan kepadatan benur udang (3 PL per m2 atau 2 ekor
per m2) dan bergantung pada produk alami dan produktivitas alami. Tidak
ada bahan kimia non-alami atau pakan buatan yang digunakan. Sistem ini
menghasilkan lingkungan air yang sangat stabil, sehingga sangat tidak
mungkin kondisi perairan tambak akan menjadi masalah. Petani memantau
parameter kualitas air berdasarkan warna, aroma dan rasa.
B. Prosedur Pemantauan Penyakit
Kesehatan udang dipantau setiap hari dengan berjalan di sekitar kolam
masing-masing pada pagi hari (07.00) dan hal terakhir di sore hari (17.00)
atau di malam hari dini (ketika petani dapat menyinari sebuah obor ke air
untuk melihat mata udang). Para petani menilai seberapa hidup udang
tersebut, dan melihat perilaku berenang mereka dan jika perlu menangkap
udang dengan cara tangan untuk mengamati warna udang. Saat udang
berenang di sekitar tepi kolam, tampak lemah atau perubahan warna udang
(menjadi keputihan, kemerahan atau kekuningan), biasanya merupakan
indikasi bahwa mereka terkena penyakit.
C. Respon Penyakit
Bila dicurigai adanya penyakit, pilihan yang tersedia bagi petani adalah
menguras air di kolam dan mengisi air tawar dan atau melakukan panen
darurat untuk semua udang dikolam. Panen segera merupakan respon yang
paling mungkin, karena petani tidak ingin kehilangan udang.
Jika udang yang ditebar ditambak mati, dia akan melaporkan sampel air ke
perikanan setempat.
24
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
D. Bio Security
Tugas utama penjaga tambak tambak meliputi mengusir predator,
memperbaiki kebocoran tambak tambak, memeriksa pintu air utama dan
untuk mengatur pertukaran air jika diperlukan. Tindakan ini, bersamaan
dengan langkah persiapan kolam yang dilakukan sebelum tebar benih
(Saponin membunuh ikan dan kapur untuk membunuh patogen) mengurangi
kemungkinan penyakit memasuki tambak selama produksi.
E. Penebaran dan Angka Kehidupan
Umumnya periode paling kritis untuk kesehatan udang windu adalah antara
satu dan dua bulan setelah penebaran. Petani ATINA ECOSHRIMP yang baru
menebar udang sangat jarang melihat udang mati. Jika udang mati ditemukan,
maka akan dibuang dan dikubur di sekitar tambak, tapi jauh dari kolam
budidaya. Biasanya, panen darurat dilakukan jika dugaan penyakit dan
penurunan mortalitas skala besar sangat tidak mungkin, namun semua rincian
yang terkait akan dicatat dalam catatan tambak jika terjadi.
F. Identifikasi Penyakit
Penyebab penyakit adalah perubahan keseimbangan antar lingkungan, inang
dan pathogen yang sangat signifikan, perubahan kondisi lingkungan sangat
menentukan.
1. Penyakit akibat stress
Lingkungan tambak yang tidak sehat dapat memicu timbulnya penyakit
karena daya tahan udang menurun.
2. Penyakit karena bakteri
Penularan penyakit ini sangat mudah, karena dapat terbawa oleh
organisme yang berpindah-pindah dari satu kolam ke kolam yang lain
(SUYANTO dalam INDARYANTI 1999). Penyakit ini biasa disebut sebagai
"Bacterial Diseases" dan bakteri penyebabnya disebut sebagai bakteri
patogen ("Pathogenic Bacteria").
25
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
26
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
27
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
Proses Panen
28
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
Dilarang :
1. Dilarang cara panen dengan elektrik (setrum) dan bahan kimia.
2. Tidak menerima udang yang indikasi terlalu lama setelah paska panen
tidak segera dimasukkan ke es.
3. Dilarang mencampur udang dari tambak yang lain.
29
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
VIII. PEMELIHARAAN
LINGKUNGAN
Dalam keberhasilan budidaya peran lingkungan yang baik salah satu faktor yang
utama, dengan meningkatnya Industri dan meningkatnya pemukiman akan
berdampak pada kelangsungan budidaya, efek perubahan iklim juga sangan
mempengaruhinya. Untuk mempertahankan budidaya hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengelolaan lingkungan sebagai berikut :
A. Tata Letak
Tambak
Letak tambak yang baik mempunyai ketentuan:
• Tambak bukan hasil dari alih fungsi hutan
mangrove
• Jarak tambak dengan pantai minimal 500 meter, dengan acuan di
hitung dari pematang terdekat dengan pantai
• Jarak dengan Sungai minimal 20
meter
• Jarang dengan anak sungai atau curah sungai minimal 7
meter
Dalam menentukan jarak di hitung berdasarkan dari pematang
terdekat dengan pantai atau sungai.
B. Mangrove
Mangrove berperan sebagai penunjang budidaya tambak berfungsi sebagai
filter air dengan menyerap bahan berbahaya dan mengurangi efek dari
perubahan lingkungan. Dan berfungsi dalam menjaga ecosistem.
Jenis-jenis mangrove untuk lokasi penanaman :
• Pesisir Pantai
Jenis mangrove yang di tanam di pesisir harus yang kuat menahan
ombak dan mencegah abrasi, jenis Tanjang (rhizophora mucronata dan
brugulera gymnorrhiza) sedangkan di bagian belakang bisa di tanam jenis
api-api (avicennia marina).
30
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
• Sempadan Sungai
Jenis manggrove yang di tanam sepdan suangan yang mampu menahan
erosi akibat aliaran air sungai pada saat pasang surut, jenis Tanjang
(rhizophora mucronata dan brugulera gymnorrhiza) sedangkan di bagian
belakan bisa di tanam jenis api-api (avicennia marina), Pohon Bogem
(Sonneratia alba), Pohon Nipah (Nypa fruticans).
• Sempadan Curah
Untuk sepadan curah tambah dapat di tanami yang tidak menghambat
pasang surut air laut seperti jenis api-api (avicennia marina), Pohon
Bogem (Sonneratia alba).
• Pada Pematang Budidaya
Untuk tetap menjaga keseimbangan lingkungan di sekitar tambak pada
sekeling pematang tambak di tanami pohon manggrove. Tanamanya bisa
menjaga pematang dari tekanan air dan dapat bermanfaat untuk
budidaya, dengan jarak tanam 7-10 meter.
Pohon yang cocok di pematang api-api (avicennia marina) daun pohon ini
bisa di gunakan untuk permentasi plankton, dan apabila di tambak yang
cenderung salinitas rendah bisa di tanam pohon Mimba (Azadirachta
indica A. Juss).
Selain sebagai pengguat pematang tambak, dan juga penahan erosi dan
abrasi, tanaman mangrove bisa meningkatkan hasil tambak karena bisa
memperbaiki kualitas air serta meningkatkan pendapatan petani dan
penjaga tambak karena dengan adanya tanaman mangrove sebagai
tempat atau sarang udang dan ikan untuk berkembang biak.
31
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
32
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
33
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
dengan baik pada sedimentasi lumpur, sehingga bisa menahan erosi
dan abrasi pasang surut air.
35
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
LAMPIRAN :
36
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
✓ Aduk dengan rata sampai mengumpal, dan gumpalan tidak berair dan
ketika dibukatidak pecah
✓ Tutup dengan rapat supaya udara tidak masuk, setelah 5-7 hari dengan
suhu+50°C, bokasi bisa di pergunakan
✓ Untuk Volume pembuatan di sesuikan dengan kebutuhan pada setiap
tambak dengan mengacu pada kompisisi di atas.
c. Cara Pembuatan
✓ Tempat yang bisa di tutup rapat (blong plastik)
✓ Campurkan air dengan dedak/bekatul aduk sampe merata
✓ Masukan molase, probiotik dan ragi diaduk sampai merata
37
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
38
PANDUAN TEKNIS BUDIDAYA UDANG WINDU ECOSHRIMP
PT. ALTER TRADE INDONESIA
DAFTAR PUSTAKA
Supito, Adiwijaya D, Taslihan A dan Callina RB, Petunjuk Teknis Penerapan
BMPs pada Budidaya TambakUdang Windu, BBBAP Jepara 2007
Iromo, H. Azis, M. Amien H. dan J. Cahyadi. 2010. Budidaya Udang Windu di
Tambak Tradisional. UB Press. Tarakan
Anonimus, Shrimp Health Management Extension Manual, NACA and MPEDA,
2003
Ariani Hatmanti, Penyakit Bakterial Pada Budidaya Krustasea Serta Cara
Penanganannya, Oseana, Volume XXVIII, Nomor 3, 2003 : 1-10, 2003
48