Anda di halaman 1dari 5

EKOLOGI LAUT TROPIS

(Penerapan Teknologi Tepat Guna Dalam Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan &


Penerapan Teknologi Bidang Budidaya Perairan)
Dosen Pengampuh : M. Gandri Haryono, S.Kel.,M.P

Disusun Oleh:
RICKY NOOR HASYM (1940301039)

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2020
Meresume Materi Webinar
(Penerapan Teknologi Tepat Guna Dalam Pemanfaatan Sumberdaya
Perikanan)

1. Dasar hukum untuk penerapan TTG


 UU No. 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan
Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
 UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
(RP JPN) Tahun 2005-2025.
 UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi.
 PP No. 20 Tahun 2005 Tentang Alih Teknologi Kekayaan Intelektual serta Hasil
Penelitian dan Pengembangan oleh Perguruan Tinggi dan Lembaga Penelitian
dan Pengembangan.
 PP RI No. 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RP JMN) Tahun 2015-2019.
2. Tujuan penerapan TTG
 Mempercepat penerapan dan pemanfaatan produk teknologiyang potensial ke
masyarakat.
 Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
 Membenatuk dan memperkuat jaringan antara penghasil teknologi dan
pengguna iptek.
 Meningkatkan produktivitas , nilai tambah, kualitas maupun daya saing produk
berbasis iptek.
 Memfasilitasi proses hilirisasi produk teknologi hasil litbang Perguruan Tinggi ke
Masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.
 Meningkatkan sinergi kelembagaan iptek pada berbagai tingkatan baik pusat
maupun daerah.

3. Manfaat TTG bagi Masyarakat


• Memberikan nilai tambah produk.
• Meningkatkan pendapatan masyarakat.
• Perbaikan mutu.
• Membantu mewujudkan usaha produktif yang efisien.

4. Syarat Teknologi Tepat Guna


• Mudah dibangun.
• Mudah dirawat.
• Memecahkan persoalan masyarakat.
• Ramah lingkungan.
5. Sektor Teknologi Tepat Guna :
• Maritim
• Jasa
• Pertanian
• Industri kreatif
• Ketahanan pangan
• Kesehatan pangan
• Isu sosial dan permasalahan strategiis nasional

6. Platform Penguatan Inovasi


• Regulating (Perumusan dan Penetapan Kebijakan, Harmonisasi Kebijakan
Sektoral).
• Executing (Pendanaan Inovasi, Kolaborasi dengan Mitra Industri, Start Up, Klaster
Inovasi dan Teaching Industry).
• Empowering (Peningkatan Kapasitas dan Kapabilitas, Mediasi, Difusi dan
Diseminasi, Standarisasi, Sertifikasi).

7. Indonesia termasuk dalam urutan kedua penghasil rumput laut terbesar didunia.
Mempunyai 550 spesies rumput laut. Termasuk di komoditas unggulan penting
dalam ekonomi. Nilai tambah yang rendah. Harga bahan baku murah, jadi
disayangkan jika diekspor dalam bentuk mentah.
Meresume Materi Webinar
(Penerapan Teknologi Bidang Budidaya Perairan)

1. Prinsip Dasar Budidaya Perairan


 Hama & Penyakit (Agen-agen penyakit, Treatment & kontrol).
 Kutilvan (Pokilothermal, Sifat genetis, Data resistensi, Laju pertumbuhan &
Adaptasi).
 Lingkungan ( Kualitas air tanah, Pakan buatan, Husbandry Management,
Design & Konstruksi).

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha Budiday Perairan


 Produksi (Padat Penebaran, Kelangsungan Hidup dan Laju Petumbuhan)
 Harga ( Kualitas Produk, Ukuran, Waktu Tepat Panen, Kesukaan Konsumen &
Pasar)
 Penekanan Biaya Produksi
 Konstruksi Tanah
 Pengadaan Air
 Pakan
 Pupuk
 Benih
 Tenaga Kerja
 Pasca Panen (Processing & Transpotasi)

3. Sylvofishery atau wanamina terdiri dari dua kata yaitu “Sylvo” yang berarti
hutan/pepohonan (Wana) dan “Fishery” yang berarti perikanan (Mina).
Sylvofishery merupakan pola pendekatan teknis yang terdiri atas rangkaian
kegiatan terpadu antara kegiatan budidaya ikan/udang dengan kegiatan
penanaman, pemeliharaan, pengelolaan dan upaya pelestarian hutan mangrove).

4. Keuntungan yang dapat diperoleh menerapkan Syilvofishery


 Konstruksi (Porositas) pematang tambak akan kuat cengkraman akar-akar
mangrove yang ditanam sepanjang pematang tambak.
 Pengendali suhu sekitar (keteduhan).
 Bakau tetap dapat lestari (Rhizophora sp, Avicennia sp, Bruguiera sp, Ceriops sp).
 Hasil budaya utama dan sampingan (Polikultur) meningkatkan pendapatan
petambak.
 Mencegah erosi pantai dan intrusi air laut ke darat sehingga pemukiman dan
sumber air tawar dapat dipertahankan.
 Terciptanya sabuk hijau dipesisir (coastal green belt) serta ikut mendukung
program mitigasi dan adaptasi perubahan iklim global karena mangrove akan
mengikat karbondioksida dari atmosfer dan melindungi kawasan pemukiman dari
kkecenderungan naiknya air laut.
 Mangrove akan mengurangi dampak bencana alam seperti badai dan gelombang air
pasang, sehingga kegiatan dan lokasi disekitarnya dapat diselamatkan.
5. Pengelolaan Sisteam Kanalisasi yang baik (Berbasis Naturalisasi) akan
mengurangi dampak cemaran dan meningkatkan recovery dan carrying capacity
lahan perairan.
6. Menurut Permenhut RI No: P. 35/Menhut-II/2009 Tentang Tata Cara Penyusunan
Rencana Teknik Rehabilitasi Hutan dan Lahan Daerah Aliran Sungai (RTkRHL-
DAS), kriteria kawasan pantai berhutan bakau (Mangrove) adalah minimal 130x
nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari
garis air surt terendah ke arah darat. Kriteria tersebut ditetapkan untuk :
 Pantai yang landai dengan kelerengan antara 0% sampai 8%.
 Areal hutan mangrove yang sudah ada baik dalam kondisi rusak atau
baik/utuh.
 Pantai berlumpur.
 Pantai yang tidak digunakan untuk keperluan lain seperti pelabuhan
pendaratan, sarana-prasarana dan lain-lain.

7. Sempadan pantai adalah kawasan sepanjang pantai yang mempunyai manfaat


penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Lebarnya proposional
dengan bentuk dan kondisi fisik minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke
darat.

Anda mungkin juga menyukai