Anda di halaman 1dari 15

HAKIKAT ILMU DAN ILMUAN

(FILSAFAT ILMU DAN ETIKA BISNIS ISLAMI)

Present By:

ASWIRAH
(000201552021)

Magister Management
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
A. PENDAHULUAN

Filsafat ilmu merupakan cabang filsafat yang merefleksi, radikal dan integral mengenai
hakikat imu pengetahuan itu sendiri. Filsafat ilmu merupakan penelusuran dalam
pengembangan filsafat pengetahuan. Ilmu pengetahuan dalam suatu kesatuan menampakkan
diri secara dimensional. Filsafat merupakan kegiatan olah pikir manusia yang terarah pada
upaya mencari sebab musabab atas segala sesuatu dan bagaimana upaya manusia setelah
mengetahui hal tersebut.
Saat ini, manusia cenderung tidak mempunyai pengertian yang mendalam tentang
hakikat ilmu yang sebenarnya sumber utamanya berasal dari filsafat. Potensi berfikir manusia
yang sebenarnya sangat mendalam begitu terabaikan dan tersia-siakan dalam sebuah
kehidupan prakmatis serta instan. Akibatnya kehidupan manusia menjadi kerdil dan
termekaniskan oleh gelombang kehidupan yang sangat kaku dalam mengurai makna
exsistensinya baik secara moderen maupun islami
B. PENGERTIAN ILMU
BERDASARKAN ASPEK-ASPEK PEMBAHASANNYA, DARI FILSAFAT SCIENCE SEKULER BAHWA:

Dari pandangan tentang sumber pengetahuan


Ilmu adalah “Pengetahuan ilmiah manusia mengenai realitas yang diperoleh dari beberapa kemungkinan sumber, yakni
indra, akal, intuisi atau orang-orang yang memiliki otoritas keilmuan tertentu”.

Dari sudut pandang Ontology


“Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang hanya berkenaan dengan obyek-obyek empiris dan atau entitas rasional”.

Dari sudut pandang Epistemology


“Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang harus diperoleh melalui metode ilmiah yang mewujudkan prinsip-prinsip empiris
dan/atau rasionalisme.“

Dari sudut pandang Aksiologi


“Ilmu adalah pengetahuan ilmiah yang dalam proses dan pernyataannya harus bebas dari nilai-nilai selain dari nilai-nilai
ilmiah itu sendiri .“
B. PENGERTIAN ILMU
BERDASARKAN ASPEK-ASPEK PEMBAHASANNYA, DARI FILSAFAT ILMU ISLAMI BAHWA:
Dari pandangan tentang sumber pengetahuan
Ilmu adalah “Pengetahuan ilmiah manusia mengenai realitas yang sumbernya hanya ALLAH SWT”.

Dari sudut pandang Ontology


Ilmu adalah “ pengetahuan ilmiah manusia mengenai realitas, baik realitas syahadah maupun realitas gaib”.

Dari sudut pandang Epistemology


Ilmu adalah “pengetahuan ilmiah manusia yang diperoleh dengan memelalui pemanfaatan petunjuk (Al Quran) Sumber
ilmu melalui pelaksanaan metode ilmiah yang secara relevan mengaktualkan potensi internal berupa indra, fuad, aql dan
lubb serta potensi eksternal yaitu ahl al zikr.”

Dari sudut pandang Aksiologi


Ilmu adalah “Pengetahuan ilmiah yang melalui proses, pernyataan Bahasa dan penggunaannya, mengakomodir secara
relevan dan proporsional nilai-nilai ilmiah, tauhid, syarï dan akhlaqi.”
B. PENGERTIAN ILMU

Pengertian ilmu dilihat dari FILSAFAT SCIENCE SEKULER dan FILSAFAT ILMU ISLAMI memiliki
perbedaan yang sangat mendasar. Perbedaan tersebut terletak pada dimensi keimanan
dalam ilmu.
Dalam pandangan Islami, dimensi keimanan adalah dimensi yang inhearent dengan ilmu,
yang ditunjukkan oleh digunakannya landasan ke-Tuhan-an dan pandangan mengenai hierarki
realitas mulai dari tingkat syahadah (fisik) hingga gaib.
Berbeda dengan pandangan Islami, Filsafat science sekuler justru dengan pertimbangan
demi keilmiahan pengetahuan memandang harus melepaskan diri dari wawasan keimanan
tersebut. Sejak Langkah awal proses keilmuannya, filsafat science sekuler memang telah
meletakkan pandangannya mengenai sumber ilmu yang tidak ada hubungannya dengan
Tuhan.
C. PANDANGAN MENGENAI ILMUAN
1. ILMUAN MENURUT FILSAFAT SCIENCE SEKULER

- Mereka yang dalam berilmu hanya menggunakan indra, rasio dan intuisi manusia sendiri
sebagai sumber internal, dan manusia lain yang memiliki otoritas sebagai sumber eksternal
dalam berilmu.
- Mereka yang dalam konteks ilmu memandang pengetahuan ilmiah hanya berkenaan dengn
realitas empiric dan/atau sesuatu yang dapat dipahami dengan rasio, sehingga
pengetahuan ilmiah hanyalah berkenaan dengan obyek yang demikian.
- Ilmu adalah mereka yang dalam konteks ilmu berpandangan bahwa pengetahuan ilmiah
hanya mungkin diwujudkan secara abash dan benar melalui penggunaan metode ilmiah
empirisme dan/atau rasionalisme.
- Ilmuan adalah mereka yang dalam konteks ilmu berpandangan bahwa nilai-nilai ilmiah
adalah nilai-nilai otonom pengetahuan ilmiah, dan nilai-nilai lain diluarnya.
C. PANDANGAN MENGENAI ILMUAN
2. ILMUAN MENURUT FILSAFAT ILMU ISLAMI
- Ilmuan adalah mereka yang dalam konteks keilmuan mengejawantahkan pandangannya
menegani Allah Sumber Ilmu. Manusia dipandang bukan sebagai sumber ilmu melainkan
penerima ilmu melalui pelaksanaan petunjuk untuk memperoleh ilmu dari Allah SWT yang
terkandung dalam wahyuNya.
- Ilmuan adalah mereka yang dalam konteks keilmuan meletakkan pandangannya terhadap
obyek ilmu sebagai ayat-ayat Allah. Realitas yang dipahaminya tidak hanya yang bersifat
empiric tapi juga metaempirik.
- Ilmuan adalah mereka yang dalam konteks keilmuan berpandangan bahwa pengetahuan
ilmiah dapat diperoleh secara abash dan benar berdasarkan petunjuk Allah melalui Al
Quran dan Sunnah rasulNya.
- Ilmu adalah mereka yang berpandangan bahwa Allah adalah sumber seluruh nilai, sehingga
nilai-nilai selainnya bersumber dari sumber yang satu yakni Allah.
C. PANDANGAN MENGENAI ILMUAN
Untuk memahami secara lebih mendasar mengenai seorang ilmuan menurut ajaran islam, berikut ini
dikemukakan ayat Al-Quran sebagai acuan:

Dengan penempatan khusus ilmuan secara demikian, dapat dipahami bahwa ilmuan dalam penilaian Allah adalah
mereka yang keberilmuannya membawa dan membuat ia bertauhid. Jadi, seorang ilmuan secara hakiki adalah
mereka yang ada korelasi antara keberilmuan dan ketauhidannya. Jika kriteria ini digunakan, maka tidak dengan
sendirinya mereka yang diakui sebagai ilmuan menurut filsafat science modern adalah juga ilmuan menurut ajaran
islam. Tetapi sebaliknya, ilmuan menurut ajaran islam jelas bisa memenuhi kriteria ilmuan menurut dunia science
modern.
C. PANDANGAN MENGENAI ILMUAN
D. SIKAP ILMIAH ETIS ILMUAN MUSLIM

Dalam mencari kebenaran ilmiah, seorang ilmuan bersikap ilmiah dalam melakukan tugas
ilmiah. Tugas ilmiah itu antara lain mempelajari, meneruskan, menolak tau menerima,
serta mengubah atau menambah pikiran ilmiah. Notoatmodjo (2003)menyatakan bahwa sikap
ilmiah adalah respon yang konsisten terhadap objek sosial.Istilah sikap dalam Bahasa Inggris disebut
“attitude”, sedangkan istilah attitude berasal dari Bahasa Latin yakni aptus yang berarti keadaan siap
secara mental yang bersifatuntuk melakukan kegiatan. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus
ada pada diriseorang ilmuan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah.
D. SIKAP ILMIAH ETIS ILMUAN MUSLIM
1. SIKAP ILMIAH ETIS TERHADAP TUHAN
• Seorang ilmuan muslim senantiasa sadar dan menunjukkan kesadaran bahwa Allah adalah
sumberilmu sehingga dalam kegiatan keilmuannya baik dalam memproses
perolehan ilmu, maupunmengamalkan ilmu, ia senantiasa menunjukkan kesadaran
ketuhanannya dengan senantiasaberupaya memperoleh petunjuk Allah
• Seorang ilmuan muslim senantiasa menunjukkan sikap khasyah kepada Allah dalam
kehidupannyasehari-hari. Ia senantiasa memelihara hubungannya dengan Allah melalui ibadah
kepada-Nya.
• Seorang ilmuan muslim senantiasa meletakkan nila-nilai yang ditetapkan Allah sebagai acuan
dalampemikiran dan sikapnya.
D. SIKAP ILMIAH ETIS ILMUAN MUSLIM
• Seorang ilmuan muslim senantiasa sadar dan menunjukkan kesadarannya
bahwa ilmu Allahdemikian luas dan dikaruniakannya secara spesifik pada hamba-
hamba-nya secara berbeda-bedasehingga ia tidak merasa sebagai orang
paling ber ilmu dalam segala hal. Dengan kesadaran demikian, ia tidak
menunjukkan sikap angkuh dan arogan dan merasa paling benar.

2. SIKAP ILMIAH ETIS TERHADAP DIRI SENDIRI


• Seorang ilmuan muslim senantiasa memiliki rasa percaya diri karena tuhan telah
mengarunianyapotensi untuk berilmu. Karena itu, ia tidak menyia-nyiakan potensi yang ada
pada dirinya untuk pengembangan ilmu dengan cara mengasah dan mengembangkan potensi
keilmuannya tersebut.
• Seorang ilmuan muslim hanya senantiasa memilih langkah-langkah yang benar untuk
memperolehsesuatu bagi dirinya dan menghindari sikap dhalim terhadap dirinya sendiri.
D. SIKAP ILMIAH ETIS ILMUAN MUSLIM
3. SIKAP ILMIAH ETIS TERHADAP SESAMA

• Seorang ilmuan muslim senantiasa sadar akan potensi pengetahuan dan kebenaran yang dikaruniakan
Allah pada orang lain, sehingga terhadap orang lain itu ia senantiasa ingin saling tukar menukar dan
saling menambah pengetahuan dengan sikap dewasa dan saling menghormati.
• Seorang ilmuan muslim senantiasa menghargai keahlian ilmuan lain dengan sikap selalu menyerahkan
urusan pada ahlinya.
• Seorang ilmuan muslim tetap menghormati orang lain yang tidak memiliki pengetahuan spesialis yang
dimilikinya, sebab ia sadar bahwa orang lain tentu memiliki pengetahuan lain yang tidak dimilikinya.
• Seorang ilmuan muslim senantiasa menghormati orang-orang yang berpengetahuan lebih tinggidari
dirinya.
• Seorang ilmuan muslim tetap menghormati orang awam dan selalu berusaha berkomunikasi dengan
mereka dengan bahasa yang bisa mereka pahami.
D. SIKAP ILMIAH ETIS ILMUAN MUSLIM
4. SIKAP ILMIAH ETIS TERHADAP LINGKUNGANNYA
• Seorang ilmuan muslim senantiasa menyadari bahwa selain manusia, Allah juga mempunyai
makhluk-makhluk lain baik yang berdimensi fisik maupun yang berdimensigaib.
• Seorang ilmuan muslim menyadari dirinya sebagai khalifah Allah, sehingga iamengelola alam
fisik yang diamanahkan kepadanya dengan senantiasa menaati hukum-hukum yang
mengatur alam fisik itu. Karena itu, ia senantiasa memperhatikankelestarian lingkungan fisik
dan tidak bersikap eksploitatif mubazir terhadap alam fisik.
• Seorang ilmuan muslim senantiasa sadar adanya malaikat dan setan yang
senantiasamelingkungi dirinya, sehingga secara sadar ia mengatur perilaku dirinya
dalammerespon kehadiran malaikat dan setan. Ia senantiasa menunjukkan sikap
perlawananterhadap setan sebagai musuhnya dan menunjukkan sikap baik sebagai respon
stimulus kebaikan dari malaikat.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai