Anda di halaman 1dari 4

Prakarsa perubaan :

“Meningkatkan Kepedulian Peserta Didik terhadap Lingkungan melalui Program Bank


Sampah Sekolah”

Alasannya:

Sampah merupakan salah satu masalah lingkungan hidup yang hingga kini masih belum
teratasi dengan baik. Permasalahan tersebut menjadi perhatian dan kepedulian dunia
Internasional. Upaya menjaga kelestarian hidup dan kelestarian lingkungan, pengelolaan sampah
menjadi komitmen semua bangsa. Penelitian dan penemuan tentang manfaat sampah sudah
banyak diungkapkan. Namun, kenyataannya masih banyak sampah terabaikan dan dilihat sebagai
sesuatu yang tidak memiliki kegunaan. Hal tersebut disebabkan karena kemampuan sumber daya
manusia di Indonesia untuk mengelola sampah tidak sebanding dengan produksi sampah,
sehingga membuat adanya penumpukkan sampah. Berbagai macam gangguan lingkungan dapat
timbul akibat dari terus meningkatnya penumpukkan sampah terutama sampah plastik. Bahaya
sampah plastik yang mencemari lingkungan sangat mengkhawatirkan. Melihat kenyataan
tersebut pendidikan dalam bentuk pelatihan pengolahan sampah diharapkan menjadi solusi yang
bermanfaat khususnya bagi generasi muda yang masih berstatus sebagai pelajar. Untuk
menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari sampah adalah dengan mendirikan Bank
Sampah.

Pendirian Bank Sampah di sekolah menjadi satu hal yang penting untuk medidik peserta
didik menjadi insan-insan yang bersikap dan berperilaku peduli terhadap kondisi lingkungan.
Pegelolaan Bank Sampah harus memiliki buku administrasi yang lengkap. Buku yang harus
dimiliki adalah buku tabungan khusus untuk anggota dalam hal ini adalah peserta didik, daftar
anggota, buku induk besar keuangan Bank Sampah, buku rekapan penyetoran anggota dan yang
terakhir adalah buku yang berisi daftar hadir anggota yang menyetorkan sampah. Kemudian
dalam pengelolaan Bank Sampah juga diperlukan petugas. Guru dapat memilih Peserta Didik
yang berada di fase B dan C seperti kelas 4, 5, dan 6 untuk menjadi petugas. Setiap petugas
memiliki tugasnya masing-masing. Dalam Bank Sampah terdapat petugas yang bekerja
menimbang sampah, petugas yang mencatat berat sampah yang disetorkan anggota, pengelola
tabungan yang mencatat hasil setoran, dan yang terakhir adalah petugas yang melakukan
negosiasi terhadap pengepul sampah kemudian menerima uang dari pengepul. Bank Sampah
harus dikelola dengan baik dan benar yaitu dengan memperhatikan proses pengumpulan sampah.
Jika pengumpulan sampah tidak terjadwal dengan baik maka Bank Sampah tersebut tidak akan
berjalan dengan baik. Proses penyetoran sampah ini bisa dijadwalkan selama seminggu atau dua
minggu sekali. Saat menyetorkan sampah, ada beberapa proses yang harus dilakukan yaitu,
pertama memperhatikan daftar hadir. Setiap anggota yang menyetorkan sampah wajib mengisi
daftar hadir yang menjadi tanda bahwa anggota tersebut telah menyetorkan sampahnya. setelah
anggota sudah mengisi daftar hadir, anggota tersebut harus memperlihatkan sampah yang
disetorkannya kepada petugas bank sampah tersebut. Kedua, memilah sampah. Jika angota yang
menyetorkan sampahnya belum memilah sampah tersebut maka petugas harus memilah
sampahnya sesuai dengan jenis sampahnya. Misalnya saja mencapurkan sampah plastik dengan
plastik lainnya. Sebaiknya petugas juga memberikan instruksi yang jelas kepada anggota
sebelum disetorkan ke Bank Sampah harus dipilah terlebih dahulu. Bank sampah berfungsi
sebagai tempat pengelolaan sampah yang ada di sekolah. Pengelolaan sampah dapat dilakukan
dengan menggunakan konsep pemilahan dan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle). Konsep
pemilahan dilakukan dengan meminta peserta didik untuk memilah penempatan sampah organik,
yaitu sampah yang mudah terurai dalam tanah, dan sampah anorganik, yaitu sampah yang
membutuhkan waktu lama untuk terurai. Konsep 3R yang dilakukan adalah Reuse (Guna ulang)
yaitu kegiatan penggunaan kembali sampah yang dirasa masih bisa digunakan. Reduce
(Mengurangi) yaitu mengurangi segala sesuatu yang menyebabkan timbulnya sampah, dan
Recycle (Mendaur ulang) yaitu mengolah sampah menjadi sesuatu yang baru. Di sekolah
aplikasi pengelolaan sampah dapat dimulai dengan penyediaan fasilititas tempat sampah yang
berbeda untuk jenis sampah organik dan anorganik di setiap kelas.

Ketiga, penimbangan. Sampah yang disetorkan harus ditimban sesuai dengan jenisnya.
Hal ini berguna untuk menghitung berat sampah berdasarkan jenisnya dengan akurat sebab
harganya pun berbeda. Karena itu, setiap hari peserta didik akan mengumpulkan sampah-sampah
yang ada di sekitar lingkungan sekolah. Kemudian sampah-sampah tersebut akan dipilah dan
ditempatkan sesuai dengan jenisnya yaitu organik dan anorganik dalam tempat sampah yang
telah disediakan. Setelah itu peserta didik akan membawa sampah-sampah yang telah
dikumpulkan ke Bank Sampah tiap dua minggu sekali untuk ditimbang. Setelah ditimbang dan
dikalkulasi, hasilnya akan dicatat oleh petugas dala catatan kecil kemudian diserahkan kepada
peserta didik. Peserta didik yang sudah mendapatkan catatan harus menyetorkannya pada
petugas khusus tabungan untuk dicatatkan dalam buku induk Bank Sampah. Dengan harapan
peserta didik dapat mengelola sampah dengan baik dan peduli dengan lingkungannya. Dari hasil
ini nantinya diharapkan akan terbentuk satu manajemen bank sampah yang siap untuk merubah
nilai sampah dari yang tidak ekonomis hingga memliki nilai jual.

Bank Sampah nantinya akan memiliki tiga program, yaitu program sedekah, dimana dari
seluruh sampah yang sudah dikumpulkan seperti sampah organik dan anorganik akan diolah
kembali menjadi produk baru. Sampah organik dapat diolah menjadi pupuk kompos. Prosesnya
mudah dan sederhana sehingga gampang dilakukan oleh peserta didik di lingkungan sekolah dan
bisa dilakukan sendiri di rumah. Pembuatan kompos di sekolah bisa menjadi media pembelajaran
untuk peserta didik. Setidaknya peserta didik akan belajar tentang Ilmu Pengetahuan Alam.
Peserta didik juga akan belajar menghargai lingkungan. Mereka akan belajar bagaimana sampah
itu bisa bermanfaat bagi manusia bukan hanya sebagai sesuatu yang kotor dan menjijikkan, tapi
kompos yang dihasilkan dapat digunakan untuk memupuk tanaman yang ada atau sebagai bahan
campuran media tanam dalam pot. Sedangkan sampah anorganik akan seperti kertas bekas dapat
diolah menjadi kertas daur ulang yang dapat dimanfaatkan untuk mading (majalah dinding).
Jenis sampah lain yang juga lumayan banyak di sekolah adalah plastik. Sampah ini sebagian
besar terdiri dari bugkus plastik dan botol minuman mineral. Untuk jenis terakhir inilah yang
sekarang banyak dicari orang. Botol minuman bekas yang berbahan plastik PET bisa didaur
ulang menjadi biji plastik. Demikian juga halnya dengan kaleng minuman bekas yang berbahan
logam. Sampah jenis ini juga sebaiknya dipilah, kemudian dikumpulkan untuk kemudian dijual,
atau peserta didik dapat berkreasi merangkainya menjadi barang kerajinan atau hiasan dinding
seperti sofa dari botol bekas, tempat pensil dari botol bekas, dll. Dengan sistem pemilahan ini
diharapkan peserta didik dapat belajar bahwa sampah-sampah yang ada lingkungan sekitarnya
bisa diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat dan memiliki nilai jual. Bentuk pemanfaatan
kembali sampah inilah yang merupakan aplikasi konsep pemilahan dan 3R yang dijelaskan
sebelumnya.

Pembelajaran aplikasi ini dapat menunjukkan kepada peserta didik mengenai pentingnya
menjaga lingkungan dari sampah dan dapat merangsang peserta didik untuk menjadi lebih kreatif
dalam pemanfaatan sampah. Selain itu, melalui kegiatan ini siswa belajar tentang gotong royong.
Karena dalam pengelolaan sampah dibutuhkan kerjasama yang baik dalam menjaga lingkungan
sekolah. Budaya yang ditanamkan secara terus menerus dan diwariskan ke generasi-generasi
siswa selanjutnya, dapat menjadi budaya positif di sekolah. Program kedua yaitu barter. Hasil
sampah yang sudah dikumpulkan bisa ditukarkan oleh peserta didik dengan peralatan kelas yang
mereka butuhkan di koperasi Bank Sampah. Dan program Bank Sampah yang ke tiga adalah
program tabungan. Hasil pengelolaan sampah-sampah tersebut akan dibagikan pada akhir
semester, dan diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing kelas. Pengelolaan sampah
merupakan tanggung jawab setiap orang. Namun dengan penanaman nilai positf melalui sekolah,
diharapkan dapat mejadikan siswa sebagai model pembelajaran bagi komunitas mereka diluar
sekolah. Dengan terciptanya hal ini, maka kesadaran dan tanggung jawab lingkungan oleh
masyarakat luas dapat dipahami dengan lebih baik.

Anda mungkin juga menyukai