Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah kontruksi pasti akan selalu ada manajemen kontriksi. Manajemen
kontruksi adalah proses penerapan fungsi-fungsi manajemen secara sistematis
pada suatu proyek konstruksi dengan menggunakan sumber daya yang ada secara
efektif dan efisien agar tujuan kontruksi tercapai sesuai yang di rencanakan.
Kontruksi adalah rangkaian yang hanya sekali dilaksanakan,dengan adanya
Batasan jangka waktu. Sehingga dalam kegiatan tersebut terdapat suatu proses
mengolah sumber daya manusia dan aumber daya lain yang terlibat dalam
pelaksanaan kontruksi menjadi suatu kegiatan yang di manfaaatkan.(Chasanah &
Sulistyowati, 2017). Manajemen proyek adalah proses terpadu di mana orang-
orang dalam suatu organisasi berpartisipasi dalam dukungan, pengembangan,
kontrol dan peluncuran program yang secara efektif, efisien dan tepat waktu
menggunakan sumber daya terbatas untuk menyelesaikan proyek yang
direncanakan, yang semuanya ditujukan untuk tujuan yang telah ditentukan dan
berlanjut dari waktu ke waktu.(Diharjo & Sumarman, 2016)
Factor biaya menjadi salah satu pertimbangan dalam suatu pelaksanaan proyek
kontruksi oleh sebab itu di butuhkan perkiraan biaya pada seriap item pekerjaan
kontruksi dari awal hingga akhir. Dalam perencanaan anggaran biaya di butuhkan
perhitungan volume pekerjaan pada setiap item,oleh karena itu perhitungan
volume pekerjaan harus di lakukan secara teliti sehingga tidak akan
mengakibatkan kerugian pada pihak kontraktor.
Berhasilnya suatu proyek konstruksi dapat dilihat dari perencanaan yang telah
dirancang sebelumnya dengan mengatur durasi dan sumber daya yang terbatas,
pengaturan keterbatasan tersebut digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan
pekerjaan sebelum ataupun tepat sesuai durasi yang telah ditentukan sehingga
perlu diaturnya penjadwalan guna menunjukkan hubungan setiap kegiatan satu
dengan lainnya terhadap keseluruhan proyek, mengidentifikasi hubungan yang
harus didahulukan, serta menunjukkan perkiraan durasi yang realistis untuk setiap
kegiatan.
Line of Balance (LoB) adalah metode penjadwalan proyek konstruksi berupa
suatu garis yang mewakili satu jenis paket kegiatan berulang. Tujuan dari
penelitian adalah untuk mengetahui mengapa LoB perlu diterapkan pada proyek
repetitif serta kelebihan dan kekurangannya. Hasil analisa menunjukkan bahwa
LOB cocok untuk diterapkan pada proyek repetitif karena mampu menjadwalkan
pekerjaan berulang dan menganalisis kemungkinan terjadinya hambatan pada
pelaksanaan konstruksi, walau tidak mampu menunjukkan logika ketergantungan
antar pekerjaan.(SUYOTO, 2018)

Gangguan yang terjadi dalam diagram Line of Balance karena adanya garis yang
saling memotong sehingga akan menyebabkan keterlambatan pada proyek. Untuk
mengatasinya maka dilakukan penundaan dan percepatan yang mampu
meminimalkan durasi sehingga durasi proyek bisa lebih cepat selesai dari durasi
rencana awal.
Penggunaan Line of Balance sebagai kemajuan pekerjaan proyek yang
direpresentasikan dalam diagram garis, dimana garis tersebut merupakan
sekelompok pekerjaan yang sama diringkas menjadi satu garis. Line of Balance
mampu memfasilitasi sumber daya yang tidak terputus dari satu unit pekerjaan ke
pekerjaan berikutnya. Untuk mengetahui pekerjaan mengalami gangguan atau
keterlambatan bisa langsung dilihat pada diagram garis Line of Balance apakah
ada diagram garis yang saling berpotongan atau tidak. Untuk memperbaiki
gangguan atau keterlambatan dilakukan penundaan dan percepatan dengan cara
menggeser garis yang mewakili variabel kegiatan pada diagram ke arah kiri atau
ke arah kanan atau dengan memiringkan atau menegakkannya (Simamora dan
Nuswantoro, 2008) atau dengan menambahkan time buffer agar tidak terjadi
gangguan (Husin dan Detty, 2018). Tanpa adanya gangguan atau garis saling
memotong percepatan juga bisa dilakukan. Penggunaan Line of Balance mampu
meminimalkan durasi sehingga penggunaan Line of Balance ini lebih optimal dan
efisien dari segi durasi.
1.2 rumusan masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan yang akan dibahas
dalam penelitian tugas akhir adalah sejauhmanakah penerapan metode lone of
balance pada kontruksi jalan
1.3. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian tugas akhir adalah untuk mengetahui sejauhmanakah
penerapan metode lone of balance pada kontruksi jalan

1.4 kerangka pemikiran


Penelitian terdahulu yang di lakukan oleh Fajarius Laia dari Universitas Medan
Area Medan jurusan Teknik sipil dengan judul“ PENERAPAN METODE LINE
OF BALANCE PADA PENDJADWALAN PROYEK JALAN PRESERVASI
TELUK DALAM – LOLOWAU” dari hasil analisis Kegiatan divisi 2. Drainase
& divisi 1. Umum awal pelaksanaan dilakukan pada minggu ke – 10 dengan
adanya buffer time maka awal pelaksanaan pekerjaan pada minggu ke – 17,
Kegiatan divisi 3. Pekerjaan tanah dan geosintetik & divisi 1. Umum awal
pelaksanaan dilakukan pada minggu ke – 3 dengan adanya buffer time maka awal
pelaksanaan pekerjaan pada minggu ke – 21, Kegiatan divisi 5. Perkerasan
berbutir dan perkerasan beton semen & divisi 1. Umum awal pelaksanaan
dilakukan pada minggu ke – 35 dengan adanya buffer time maka awal
pelaksanaan pekerjaan pada minggu ke – 25, Kegiatan divisi 7. Struktur & divisi
1. Umum awal pelaksanaan dilakukan pada minggu ke – 2 dengan adanya buffer
time maka awal pelaksanaan pekerjaan pada minggu ke – 29, Kegiatan divisi 8.
Rehabilitas jembatan & divisi 1. Umum & divisi 10. Pekerjaan pemeliharaan
kinerja awal pelaksanaan dilakukan pada minggu ke – 3 dengan adanya buffer
time maka awal pelaksanaan pekerjaan pada minggu ke – 33. Perbedaan
penjadwalan pelaksanaan tersebut dapat disebabkan adanya beberapa kegiatan
yang saling berkonflik dengan kegiatan yang lainya, dengan adanya konflik
beberapa kegiatan maka perlu diberikan buffer time pada setiap kegiatan.
Penelitian lain di lakukan oleh Nurmalita Aprillia dari Universitas Sriwijaya
jurusan Teknik Sipil dengan judul " PERBANDINGAN DURASI DAN BIAYA
PROYEK PELEBARAN JALAN MENGGUNAKAN METODE
PENJADWALAN KURVA-S DAN LINE OF BALANCE” dari hasil analisis
pada Proyek Pelebaran Jalan Nasional Kota Martapura Kabupaten Ogan
Komering Ulu Timur mampu diterapkan metode penjadwalan Line of Balance
karena termasuk proyek konstruksi tipikal. Data sekunder yang digunakan untuk
penelitian berupa Kurva-S rencana, durasi pekerjaan, jumlah tenaga kerja, jumlah
jam kerja, jumlah hari kerja, time buffer proyek, dan RAB proyek. Perhitungan
durasi menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel 2016 dan penggambaran
diagram garis menggunakan perangkat lunak AutoCAD 2014. Durasi yang
didapatkan setelah menggunakan metode penjadwalan Line of Balance adalah 180
hari. Durasi ini sama dengan durasi rencana metode penjadwalan Kurva-S. Hal ini
karena terdapat keterbatasan pada penelitian ini yaitu jumlah tenaga kerja yang
digunakan sama dengan jumlah tenaga kerja rencana metode penjadwalan Kurva-
S. Karena durasi dan jumlah tenaga kerja sama dengan metode penjadwalan
Kurva-S maka biaya tetap yaitu Rp 9.784.900.000,00
Berdasarkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan , memiliki hasil yang
hampir sama dimana konsep teori memiliki kesamaan dan saling berhubungan
sehingga penyusun mengikuti paradigma penelitian sebelumnya untuk
mengetahui sejauhmanakah metode line of balance dapat di terapkan pada proyrk
konstruksi peningkatan dan pelebaran jalan Tasikmalaya-Singaparna. Adapun
skema kerangka pemikiran terdapat pada gambar 1.1 di bawah ini
1.4.1 Skema kerangka pemikiran
Pemecahan masalah

Penelitian terdahulu Solusi


 Nurmalita Aprilia (2019) dari Menganalisis dan
Fakultas Teknik Universsutas mengolahah data primer
Permasalahan Sriwijaya yang berjudul
dan sekunder yang di
“Perbandingan Durasi dan Biaya Tujuan
Penerapan metode Line of Proyek Pelebaran Jalan dapatkan dari proyek
Balance pada kontruksi menggunakan metode tersebut Ke efektifan waktu dan
peningkatan dan pelebaran Penjadwalan Kurva S dan Line of biaya pada proyek
jalan Balance”
peningkatan dan pelebaran
 Fajarius Laia (2020) dari Fakultas
Teknik Universitas Medan Area Analisis jalan
yang berjudul “Penerapan Metode
Line of Balance pada Penjadwalan  Data Rencana
Proyek Jalan Perservasi” Anggaran Biaya
proyek
 Data Time
Schadule dari
proyek
1.5 Batasan masalah
Dalam penulisan penelitian tugas akhir dibatasi mengenai pengolahan data
menggunakan metode line of balance pada Studi Kasus : peningkatan dan
pelebaran jalan Tasikmalaya – Singaparna,dengan tahapan penjadwalan dari
pekerjaan mobilisasi sampai pekerjaan demobilisasi

1.6 Manfaat penelitian


Manfaat teoritis

 Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat menjadi inspirasi dan
pemahaman di bidang manajemen kontruksi serta perencanaan biaya dan
waktu menggunakan metode Line of Balance (LoB)
Manfaat praktis

 Dapat dijadikan sumber referensi mahasiswa dalam pengetahuan menganalisis


metode line of balance (LOB) pada kontruksi repetitif
BAB 2
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang hanya satu kali

dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan

tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu

hasil kegiatan yang berupa bangunan (Ervianto, 2005).

Proyek adalah gabungan dari sumber-sumber daya seperti manusia, material,

peralatan, dan modal/biaya yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi

sementara untuk mencapai sasaran dan tujuan (Husen, 2009).

Menurut UU No 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi, pekerjaan konstruksi

adalah keseluruhan atau sebagian kegiatan yang meliputi pembangunan,

pengoperasian, pemeliharaan, pembongkaran, dan pembangunan kembali suatu

bangunan.

Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu unik,

melibatkan sejumlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Kemudian

proses penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain):

sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule, dan sesuai biaya yang

direncanakan (Ervianto, 2005).


2.2 Manajemen Konstruksi

Manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan

koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) hingga berakhirnya proyek untuk

menjamin pelaksanaan proyek secara tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu

(Ervianto, 2005).

Manejemen proyek adalah penerapan ilmu pengetahuan, keahlian, dan

keterampilan, cara teknis yang terbaik dan dengan sumber daya yang terbatas,

untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditentukan agar mendapatkan hasil

yang optimal dalam hasil kinerja biaya, mutu dan waktu, serta keselamatan kerja

(Husen, 2009).

Gambar 2.1 Sistem manjemen proyek (Ervianto, 2005)

Manajemen proyek memiliki tujuan untuk mendapatkan metode atau cara teknis

yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh hasil
maksimal dalam hal ketetapan, kecepatan, penghematan, dan keselamatan kerja

secara komprehensif (Siswanto & Salim, 2019).

Gambar 2.2 Manajemen Proses (Siswanto & Salim, 2019)

A. Perencanaan (Planning)

Perencanaan harus dibuat dengan cermat, lengkap, terpadu, dan dengan tingkat

kesalahan paling minimal. Namun dengan hasil dari perencanaan bukanlah

dokumen yang bebas dari koreksi karena sebagai acuan bagi tahapan pelasanaan

dan pengendalian, perencanaan harus terus disempurnakan secara iterative untuk

menyesuaikan dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi pada proses

selanjutnya.

B. Pengorganisasian (Organizing)

Pada kegiatan ini dilakukan identifikasi dan pengelompokan jenis-jenis pekerjaan,

menurut pendegledasian wewenang dan tanggung jawab personel serta

meletakkan dasar bagi hubungan masing-masing unsur organisasi. Struktur

organisasi yang sesuai dengan kebutuhan proyek dan kerangka penjabaran tugas

personel penanggung jawab yang jelas, serta kemampuan personel yang sesuai

keahliannya, akan memperoleh hasil positif bagi organisasi.


C. Pelaksanaan (actuating)

Kegiatan ini adalah implementasi dari perencanaan yang telah ditetapkan, dengan

melakukan tahapan pekerjaan yang sesungguhnya secara fisik atau nonfisik

sehingga produk akhir sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.

D. Pengendalian (Controlling)

Kegiatan yang dilakukan pada tahapan ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa

program dan aturan kerja yng telah ditetapkan dapat dicapai dengan

penyimpangan paling minimal dan hasil paling memuaskan.

2.2.1 Aspek Dalam Manejemen Proyek

Beberapa aspek yang dapat diidentifikasi dan menjadi masalah dalam manajemen

proyek serta membutuhkan penanganan yang cermat adalah sebagai berikut:

(Husen, 2009)

a. Aspek keuangan: masalah ini berkaitan dengan pembelanjaan dan

pembiayaan proyek.

b. Aspek anggaran biaya: masalah ini berkaitan dengan perencanaan

dan pengendalian biaya selama proyek berlangsung.

c. Aspek manajemen sumber daya manusia: masalah ini berkaitan

dengan kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek berlangsung

yang berfluktuatif.

d. Aspek manajemen produksi: masalah ini berkaitan dengan hasil

akhir dari proyek.

e. Aspek harga: masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam

hal persaingan harga.


f. Aspek efektivitas dan efisiensi: masalah ini dapat merugikan bila

fungsi produk yang dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif atau

dapat juga terjadi bila faktor efisiensi tidak terpenuhi, sehingga

usaha produksi membutuhkan biaya yang besar.

g. Apek pemasaran: masalah ini timbul berkaitan dengan

perkembangan faktor eksternal

h. Aspek mutu: masalah ini berkaitan dengan kualitas produk akhir

yang nantinya dapat meningkatkan daya saing serta memberikan

kepuasan bagi pelanggan.

i. Aspek waktu: masalah waktu dapat menimbulkan kerugian biaya

bila terlambat dari yang direncanakan serta akan mengutungkan

bila dapat dipercepat.

2.3 Penjadwalan ProyekPenjadwalan atau scheduling adalah

pengalokasian waktu yang tersedia untuk melaksanakan masing-

masing pekerjaan dalam rangka menyelesaikan suatu proyek hinga

tercapai hasil optimal dengan mempertimbangkan keterbatasan-

keterbatasan yang ada (Husen, 2009). Penjadwalan proyek

merupakan salah satu elemen hasil perencanaan, yang dapat

memberikan informasi tentang jadwal rencana dan kemajuan proyek

dalam hal kinerja sumber daya berupa biaya, tenaga kerja, peralatan

dan material serta rencana durasi proyek dan progress waktu untuk

penyelesaian proyek (Husen, 2009).

Secara umum penjadwalan mempunyai manfaat-manfaat seperti berikut

(Husen, 2009):
 Memberikan pedoman terhadap unit pekerjaan/kegiatan mengenai

batas-batas waktu untuk mulai dan akhir dari masing-masing tugas.

 Memberikan sarana bagi manajemen untuk koordinasi secara

sistematis dan realistis dalam penentuan alokasi prioritas terhadap

sumber daya dan waktu.

 Memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan.

 Menghindari pemakaian sumber daya yang berlebihan, dengan

harapan proyek dapat selesai sebelum waktu yang ditetapkan.

 Memberikan kepastian waktu pelaksanaan pekerjaan.

 Merupakan sarana Penting dalam pengendalian proyek.

2.4 Metode Penjadwalan Proyek

Ada beberapa metode penjadwalan proyek yang digunakan untuk mengelola

waktu dan sumber daya proyek. Masing-masing metode mempunyai kelebihan

dan kekurangan. Pertimbangan Penggunaan metode-metode tersebut didasarkan

atas kebutuhan dan hasil yang ingin dicapai terhadap kinerja penjadwalan (Husen,

2009).

2.4.1 Bagan Balok atau Barchart

Barchart ditemukan oleh Gantt dan Fredick W. Taylor dalam bentuk bagan

balok, dengan panjang balok sebagai representasi dari durasi setiap kegiatan.

Format bgana baloknya informatif, mudah dibaca dan efektif untuk komunikasi

serta dapat dibuat dengan mudah dan sederhana (Husen, 2009).


Bagan balok terdiri atas sumbu y yang menyatakan kegiatan atau paket kerja, dari

lingkup proyek, sedangkan sumbu x menyatakan satuan waktu dalam hari,

minggu, atau bulan sebagai durasinya (Husen, 2009).

Pada bagan ini juga dapat ditentukan milestone/baseline sebagai bagian target

yang harus diperhatikan guna kelancaran produktivitas proyek secara keseluruhan.

Untuk Proses updating, bagan balok dapat diperpendek atau diperpanjang dengan

memperhatikan total float-nya, yang menunjukkan bahwa durasi kegiatan akan

bertambah atau berkurang sesuai kebutuhan dalam Proses perbaikan jadwal

(Husen, 2009).

2.4.2 Kurva S atau Hanumm Curve

Kurva S adalah sebuah grafik yang dikembangkan oleh warren T. Hanumm atas

dasar Pengamatan terhadap sejumlah besar proyek sejak awal hingga akhir

proyek. Kurva S dapat menunjukkan kemajuan proyek berdasarkan kegiatan,

waktu dan bobot pekerjaan yang direpresentasikan sebagai persentase kumulatif

dari seluruh kegiatan proyek (Husen, 2009).

Untuk membuat kurva S, jumlah persentase kumulatif bobot masing-masing

kegiatan pada suatu periode di antara durasi proyek diplotkan terhadap sumbu

vertikal sehingga bila hasilnya dihubungkan dengan garis, akan membentuk kurva

S. Bentuk demikian terjadi karena volume kegiatan pada bagian awal biasanya

masih sedikit, kemudian pada pertengahan meningkat dalam jumlah cukup besar,

lalu pada akhir proyek volume kegiatan kembali mengecil (Husen, 2009).
2.5 Bill Of Quantity

Bill of quantity atau volume suatu pekerjaan adalah mengihitung jumlah

banyaknya volume perkejaan dalam satu satuan. Volume juga disebut sebagai

kubikasi pekerjaan. Volume (kubikasi) yang dimaksud dalam pengertian ini

bukanlah merupakan volume (isi sesungguhnya), melainkan jumlah volume

bagian pekerjaan dalam satu kesatuan (Siswanto & Salim, 2019).

Volume pekerjaan tersebut dihitung berdasarkan pada gambar bestek dari

bangunan yang akan dibuat. Semua bagian atau elemen konstruksi yang ada pada

gambar bestek harus dihitung secara lengkap dan teliti dan mendapatkan

perhitungan volume pekerjaan secara akurat dan lengkap (Siswanto & Salim,

2019).

2.6 Rencana Anggaran Biaya

Secara umum pengertian Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek, adalah nilai

estimasi biaya yang harus disediakan untuk pelaksanaan sebuah kegiatan proyek.

Namun beberapa praktisi mendefinisikannya secara lebih detail, seperti: (Siswanto

& Salim, 2019)

- Menurut Sugeng Djojowirono, 1984, Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Proyek merupakan perkiraan biaya yang diperlukan untuk setiap

pekerjaan dalam suatu proyek konstruksi sehingga akan diperoleh biaya

total yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu proyek.

- Menurut Ir. A. Soedradjat Sastraatmadja, 1984, dalam bukunya

”Analisa Anggaran Pelaksanaan“, bahwa Rencana Anggaran Biaya


(RAB) dibagi menjadi dua, yaitu rencana anggaran terperinci dan

rencana anggaran biaya kasar.

- Menurut J. A. Mukomoko, dalam bukunya Dasar Penyusunan

Anggaran Biaya Bangunan, 1987 Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Proyek adalah perkiraan nilai uang dari suatu kegiatan (proyek) yang

telah memperhitungkan gambar-gambar bestek serta rencana kerja,

daftar upah, daftar harga bahan, buku analisis, daftar susunan rencana

biaya.

2.6.1 Kegunaan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Sebuah penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek mempunyai

beberapakegunaan, antara lain dapat dilihat di bawah ini: (Siswanto & Salim,

2019)

1. Sebagai bahan dasar usulan pengajuan proposal agar didapatkannya

sejumlah alihan dana bagi sebuah pelaksanaan proyek dari pemerintah

pusat ke daerah pada instansi-instansi tertentu.

2. Sebagai standar harga patokan sebuah proyek yang dibuat oleh stakes

holder dalam bentuk owner estimate (OE)

3. Sebagai bahan pembanding harga bagi stakes holder dalam menilai

tingkat kewajaran owner estimate yang dibuatnya dalam bentuk

engineering estimate (EE) yang dibuat oleh pihak konsultan.

4. Sebagai rincian item harga penawaran yang dibuat kontraktor dalam

menawar pekerjaan proyek.

5. Sebagai dasar penentuan kelayakan ekonomi teknik sebuah investasi

proyek sebelum dilaksanakan pembangunannya.


2.6.2 Komponen Penyusun RAB

Rencana anggaran biaya (RAB) jika dirumuskan secara umum merupakan total

penjumlahan dari hasil perkalian antara volume suatu item pekerjaan dengan

harga satuan.

RAB=Σ[volume × harga satuan pekerjaan]

Adapun penjelasan secara rinci mengenai komponen-komponen penyusun dari

Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek adalah sebagai berikut: (Siswanto &

Salim, 2019)

1 Komponen biaya langsung (Direct Cost) Biaya langsung atau direct cost

merupakan seluruh biaya permanen yang melekat pada hasil akhir

konstruksi sebuah proyek. Biaya langsung terdiri dari:

a. Biaya bahan/material: Merupakan harga bahan atau material

yang digunakan untuk proses pelaksanaan konstruksi, yang

sudah memasukan biaya angkutan, biaya loading dan

unloading, biaya pengepakkan, penyimpanan sementara di

gudang, pemeriksaan kualitas dan asuransi

b. Upah Tenaga Kerja: Biaya yang dibayarkan kepada

pekerja/buruh dalam menyelesaikan suatu jenis pekerjaan

sesuai dengan keterampilan dan keahliannya.

c. Biaya Peralatan Biaya: yang diperlukan untuk kegiatan sewa,

pengangkutan, pemasangan alat, memindahkan, membongkar


dan biaya operasi, juga dapat dimasukkan upah dari operator

mesin dan pembantunya.

2 Komponen biaya tidak langsung (Indirect Cost) Biaya tidak langsung atau

indirect cost adalah biaya yang tidak melekat pada hasil akhir konstruksi

sebuah proyek tapi merupakan nilai yang dipungut karena proses

pelaksanaan konstruksi proyek. Biaya tidak langsung terdiri dari:

a. Overhead umum: Overhead umum biasanya tidak dapat segera

dimasukkan ke suatu jenis pekerjaan dalam proyek itu,

misalnya sewa kantor, peralatan kantor dan alat tulis menulis,

air, listrik, telepon, asuransi, pajak, bunga uang, biaya-biaya

notaris, biaya perjalanan dan pembelian berbagai macam

barang-barang kecil.

b. Overhead proyek: Overhead proyek ialah biaya yang dapat

dibebankan kepada proyek tetapi tidak dapat dibebankan

kepada biaya bahan-bahan, upah tenaga kerja atau biaya alat-

alat seperti misalnya; asuransi, telepon yang dipasang di

proyek, pembelian tambahan dokumen kontrak pekerjaan,

pengukuran (survey), surat-surat ijin dan lain sebagainya.

Jumlah overhead dapat berkisar antara 12 sampai 30%.

c. Profit: Merupakan keuntungan yang didapat oleh pelaksana

kegiatan proyek (kontraktor) sebagai nilai imbal jasa dalam

proses pengadaan proyek yang sudah dikerjakan. Secara umum

keuntungan yang yang diset oleh kontraktor dalam


penawarannya berkisar antara 10 % sampai 12 % atau bahkan

lebih, tergantung dari keinginan kontrakor.

d. Pajak: Berbagai macam pajak seperti PPN, PPh dan lainnya

atas hasil operasi perusahaan.

2.6.3 Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB)

Tahap-tahap yang sebaiknya dilakukan untuk menyusun anggaran biaya adalah

sebagai berikut: (Ervianto, 2005)

 Melakukan pengumpulan data tentang jenis, harga serta kemampuan

pasar menyediakan bahan/material konstruksi secara kontinu.

 Melakukan pengumpulan data tentang upah pekerja yang berlaku di

daerah lokasi proyek dan atau upah pada umumnya jika pekerja

didatangkan dari luar daerah lokasi proyek.

 Melakukan perhitungan analisa bahan dan upah dengan menggunakan

analisa yang diyakini baik oleh pembuat anggaran.

 Melakukan perhitungan harga satuan pekerjaan dengan memanfaatkan

hasil analisa satuan pekerjaan dan daftar kuantitas pekerjaan.

 Membuat rekapitulasi.
Gambar 2.3 Tahap penyusunan rencana anggaran biaya (RAB) (Ervianto, 2005)

2.7 Line Of Balance (LOB)


Line of Balance (LoB) adalah metode penjadwalan proyek konstruksi berupa
suatu garis yang mewakili satu jenis paket kegiatan berulang. Tujuan dari
penelitian adalah untuk mengetahui mengapa LoB perlu diterapkan pada proyek
repetitif serta kelebihan dan kekurangannya. Hasil analisa menunjukkan bahwa
LOB cocok untuk diterapkan pada proyek repetitif karena mampu menjadwalkan
pekerjaan berulang dan menganalisis kemungkinan terjadinya hambatan pada
pelaksanaan konstruksi, walau tidak mampu menunjukkan logika ketergantungan
antar pekerjaan

LoB juga merupakan metode yang menggunakan keseimbangan operasi, yaitu


tiap- tiap kegiatan adalah kinerja yang terus menerus. Keuntungan utama dari
metodologi LoB adalah menyediakan tingkat produktifitas dan informasi durasi
dalam bentuk format grafik yang lebih mudah. Selain itu, plot LoB juga dapat
menunjukkan dengan sekilas apa yang salah pada kemajuan kegiatan, dan dapat
mendeteksi potensial gangguan yang akan datang. Dengan demikian, LoB
mempunyai pemahaman yang lebih baik untuk proyek-proyek yang tersusun dari
kegiatan berulang daripada teknik penjadwalan yang lain, karena LoB
memberikan kemungkinan untuk mengatur tingkat produktifitas kegiatan,
mempunyai kehalusan dan efisiensi dalam aliran sumber daya, dan membutuhkan
sedikit waktu dan upaya untuk memproduksinya daripada penjadwalan network
(Arditi dan Albulak, 2009).

Metode ini cukup efektif untuk digunakan pada proyek jalan raya dengan
keragaman masing-masing tingkat jalan relatif sama. Pada proyek yang cukup

besar, metode ini membantu memonitor kemajuan beberapa kegiatan tertentu


yang berada dalam suatu penjadwalan keseluruhan proyek. Hal ini dapat
dilakukan bila dikombinasikan dengan metode Network, karena metode
penjadwalan linear dapat memberikan informasi tentang kemajuan proyek yang
tidak dapat ditampilkan oleh metode Network (Husen, 2008).

Di dalam berbagai literatur Internasional biasanya LoB ditunjukkan sebagai alat


penjadwalan yang hanya cocok untuk proyek-proyek yang tersusun atas kegiatan
berulang, dan tidak cocok untuk proyek non-repetitive (Arditi et al., 2010).
Namun di Finlandia, LoB telah menjadi alat penjadwalan yang pokok pada
perusahaan besar konstruksi sejak tahun 1980 an, di mana LoB digunakan untuk
penjadwalan proyek-proyek yang spesial dan proyek konstruksi residential
(Kiiras, 2010; Kankainen dan Sandvik, 2010) dengan menggunakan bantuan
software DYNAProject. Keuntungan yang didapat dengan bantuan software ini
antara lain, yaitu : meminimalkan resiko penjadwalan, menjadi cara analisis
alternatif yang lebih baik, mempercepat durasi proyek, cepat dalam memeriksa
kelayakan jadwal, menjadi standar pelaporan kemajuan waktu riil untuk
manajemen dan memungkinkan optimasi kontrol kegiatan.

2.7.1 Teknik perhitungan Line of Balance


Hal pertama yang diperhatikan dalam pehitungan LoB adalah Time diplotkan
pada sumbu horizontal dan unit number pada sumbu vertikal (Mawdesley et al.,
1997 :23).Konsep LoB didasarkan padapengetahuan tentang bagaimana unit dapat
dicapai (Lumsden, 1968) diterjemahkan oleh (Prasetyo, 2017). Line of Balance
didefinisikan atas dasar sebagai berikut (Mawdesley,1997) :

a) Berdasarkan pada tingkat pengiriman atau handover rate

b) Logika konstruksi dasar dari unit yang berulang digambarkan dalam


bentuk sebuah Network yang disebut dengan“Production Diagram”

c) Konstanta dari pada tingkat produksi biasanya menggunakan satuan


jumlah unit (unit time)

Teknik penjadwalan LoB adalah teknik penjadwalan berbasis sumber daya


sebagai perhatian utama untuk memastikan kontinuitas pekerjaan dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang konsisten.

Langkah– langkah dalam metode LoB adalah sebagai berikut (Thomas E. Uher,
1996) :

1. Perencanaan urutan pelaksanaan masing-masing pekerjaan dalam bentuk


diagram lengkap dengan estimasi waktu (single network planning)untuk satu
Putaran kegiatan repetitive.

2. Menentukan lamanya waktu(duration l lead time) untuk pelaksanaan tiap


komponenkegiatan.

3. Menentukan waktu penyerahan (Delivery Program) ataupun asumsi


berupa unit tiap minggu bisa laku terjual, yang merupakan perkiraan awal pada
perencanaan kemudian di cocokkan pada diagram LoB.

4. Menentukan waktu penyangga (buffer time) yang merupakan perkiraan


besarnya waktu yang dibutuhkan untuk mengantisipasi adanya keterlambatan
pada suatu kegiatan.

5. Menggambarkan diagram LoB.

6. Menyesuaikan grafik LoB dengan kondisi proyek di lapangan.

7. Menggunakan jadwal LoB sebagai alat kontrol.


Format dasar dari LoB adalah Time diplotkan pada sumbu horizontal dan unit
number pada sumbu vertikal (Mawdesley et al., 1997). Konsep LoB didasarkan
pada pengetahuan tentang bagaimana unit yang banyak harus diselesaikan pada
beberapa hari agar program pengiriman unit dapat dicapai (Lumsden, 1968).
Menurut Nugraheni (2004), dalam analisis penjadwalan dengan menggunakan
Line of Balance terdapat beberapa tahapan diantaranya :

1. Logika Ketergantungan

Dalam pelaksanaannya metode ini meganalisis jenis pekerjaan yang dapat


dikerjakan bersamaan (Linear) namun tidak mengganggu pekerjaan selanjutnya,
dan metode ini dalam pengerjaannya terdapat pekerjaan yang dapat dilakukan
bersamaan karena tidak terdapat hubungan yang dapat mengganggu jalannya
pekerjaan selanjutnya. Maka dari itu perlu dilakukan pengelompokan jenis
pekerjaan berdasarkan logika ketergantungan jenis pekerjaan tersebut dan
pengelompokan pekerjaan yang bisa dikerjakan bersamaan (Nugraheni., 2010).

2. Variabel dalam Perhitungan Line of Balance

Dalam pelaksanaannya metode ini meganalisis jenis pekerjaan yang dapat


dikerjakan bersamaan (Linear) namun tidak mengganggu pekerjaan selanjutnya,
dan metode ini dalam pengerjaannya terdapat pekerjaan yang dapat dilakukan
bersamaan karena tidak terdapat hubungan yang dapat mengganggu jalannya
pekerjaan selanjutnya. Maka dari itu perlu dilakukan pengelompokan jenis
pekerjaan berdasarkan logika ketergantungan jenis pekerjaan tersebut dan

pengelompokan pekerjaan yang bisa dikerjakan bersamaan (Nugraheni., 2010).

3. Penundaan

Menurut Hinze (2008) garis aktifitas pada metode Line of Balance tidak boleh
saling mengganggu atau mendahului dan juga tidak boleh saling berpotongan (no
cross) atau dengan kata lain rangkaian aktivitasnya berurutan dan tidak boleh
saling mengganggu atau saling mendahului. Artinya progress atau kemajuan
pekerjaan dari aktifitas yang mengikuti (successor) tidak boleh mendahului
aktifitas yang mendahuluinya (predecessor). Bila ini sampai terjadi, maka akan
terjadi konflik kegiatan atau dapat mengganggu semua jalannya proyek tersebut.
Maka perlu dilakukan penundaan pada jenis pekerjaan tersebut agar pekerjaan
yang direncanakan tetap berjalan sesuai antara successor dan predecessor
pekerjaan tersebut.

Gambar Penjadwalan Line of Balance yang menunjukan adanya konflik Yang


harus dihindari

Sumber : Hinze, 2008

2.7.2 Buffer
Menurut Kenley dan Seppanen (2009), Buffer adalah penyerapan yang
memungkinkan untuk mengatasi gangguan antara tugas-tugas atau lokasi yang
berdekatan, buffer merupakan komponen dari hubungan logika antara dua tugas
tapi yang dapat menyerap penundaan. Buffer tampak sangat mirip dengan
kelambanan (float), yang digunakan untuk melindungi jadwal dan dimaksudkan
untuk menyerap variasi kecil dalam produksi. Menurut Hinze (2008) terdapat dua
jenis buffer di dalam LoB, yaitu time buffer dan distance/space buffer.

Buffer ini biasanya disebabkan oleh (Setianti, 2009 :18) :

1. Kecepatan produksi yang berbeda dimana kegiatan yang mendahului


mempunyai kecepatan produksi yang lebih lambat dari kegiatan yang mengikuti;

2. Perbaikan dan keterbatasan peralatan;

3. Keterbatasan material;
4. Variasi jumlah kelompok pekerja dimana kegiatan yang mendahului
menggunakan kelompok pekerja yang lebih banyak daripada kegiatan yang
mengikuti.

Gambar : Buffer Time

Sumber: Hinze, 2008

2.7.3.. Metodologi Berbasis Lokasi


Menurut Kenley dan Seppanen (2009), terdapat dua sub-divisi utama dari metode
berbasis lokasi, tergantung pada apakah fokusnya adalah pada berkelanjutan
penyelesaian unit repetitif (seperti yang ditemukan dalam produksi pabrik
berulang, atau proyek linier) atau fokus pada lokasi fisik penyelesaian variabel
(lebih khas pada komersial konstruksi).

1. Unit Produksi

Dengan unit produksi, penekanannya pada perhitungan unit produksi per periode
waktu. Metode ini menggunakan garis miring pada dimulainya (suatu kegiatan
berulang atau sub-jaringan) dan garis selesai (dari kegiatan yang sama atau sub-
jaringan) pada grafik produksi terhadap waktu, seperti ditunjukkan pada gambar
berikut :
Gambar: Line of Balance Quantity

Sumber: Kenley dan Seppanen, 2009

Masing-masing unit tidak peduli dengan line of balance. Kuncinya adalah tingkat
produksi dari kuantitas line of balance (kumulatif produksi), yaitu untuk
menyeimbangkan tingkat perbedaan proses produksi, serta menggunakan buffer
untuk memungkinkan variabilitas.

Gambar Keseimbangan Produksi dan Tiga Tugas Dalam Line of Balance

Sumber: Kenley dan Seppanen, 2009

2. Lokasi Produksi

Dengan lokasi produksi, penekanannya pada pelaksanaan pekerjaan dalam lokasi


dan tingkat penyelesaian sekuensial. Ini membentuk satu baris untuk setiap tugas
yang dimulai di bagian bawah lokasi dan finishing di bagian atas lokasi. Setelah
satu lokasi selesai, tugas itu terus ke lokasi kedua. Hal ini ditandai oleh
representasi flowline seperti yang ditunjukkan pada gambar berikut.
Gambar Flowline dari Empat Tugas Yang Menunjukan Delay

(Sumber: Kenley dan Seppanen, 2009)

Fokusnya adalah pada tingkat produksi pada lokasi individu, yaitu untuk
mendukung aliran sumber daya pada proses produksi melalui lokasi serta
menggunakan 36 buffer yang memungkinkan untuk variabilitas. Lokasi lebih
kompleks dibandingkan unit produksi, yang dapat ditangani dengan numerik.
Lokasi memerlukan pengorganisasian hirarki struktur rincian lokasi
(LBS/Location Breakdown Structure) dengan konsekuensi mengambil manfaat
pada realitas fisik serta mengatur pekerjaan di site LBS yang berhubungan dengan
fisik rincian proyek. Fokusnya adalah pada tingkat produksi pada lokasi individu,
yaitu untuk

mendukung aliran sumber daya pada proses produksi melalui lokasi serta
menggunakan 36 buffer yang memungkinkan untuk variabilitas. Lokasi lebih
kompleks dibandingkan unit produksi, yang dapat ditangani dengan numerik.
Lokasi memerlukan pengorganisasian hirarki struktur rincian lokasi
(LBS/Location Breakdown Structure) dengan konsekuensi mengambil manfaat
pada realitas fisik serta mengatur pekerjaan di site LBS yang berhubungan dengan
fisik rincian proyek.
2.7.4 manfaat menggunakan Line Of Balance (LOB)
 Meningkatkan efisiensi proses
 Menghindari waktu pada proses atau stasiun yang menganggur
 Mengurangi waktu proses secara keseluruhan
 Meningkatkan rasio pencapaian target produksi
 Meningkatkan profit
 Mengurangi pemborosan dan biaya-biaya yang tidak diperlukan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Gambaran penelitian
pada studi penelitian ini yaitu proyek peningkatan dan pelebaran jalan
tasikmalaya-singaparna . pemenang dari tender ini adalah PT. Tridaya Putra
Bungsu dengan total anggaran yaitu senilai Rp.7.393.753.111,00 (tujuh milyar
tiga ratuss Sembilan puluh tiga juta tujuh ratus lima pulih tiga ribu serratus
sebelas rupiah)

pada proyek jalan peningkatan dan pelebaran jalan tasikmalaya-singaparna ini


dilaksanakan dengan 180 hari kalender ,dan memiliki uraian kegiatan di bagi
menjadi 10 divisi yakni

1. Divisi umum
2. Divisi drainase
3. Divisi pekerjaan tanah dan geosintetik
4. Divisi pekerjaan preventif
5. Divisi pekerjaan berbutir dan beton semen
6. Divisi perkerasan beraspaspal
7. Divisi Struktur
8. Divisi rehabilitasi jembatan
9. Divisi pekerjaan harian dan pekerjaan lain lian
10. Divisi pekerjaan pemeliharaan kinerja
3.2 Lokasi penelitian
Dalam melakukan penelitian ,untuk mendapatkan data ,penulis menggunakan data yang
telah ada dan di peroleh langsung dari proyek yaitu time schedule dan rencana anggaran
biaya (RAB) proyek peningkatan dan pelebaran jalan Tasikmslsys-Singsparna yang
berada diantara kota tasikmalaya dan kabupaten tasikmalaya ,Jawa Barat.

gambar 3.1 : Lokasi penelitian


Sumber ;Google maps

3.3 teknik pengolahan data


Dalam Tugas Akhir ini penyusun akan mengendalikan penjadwalan proyek
peningkatan dan pelebaran jalan Tasikmalaya – Singaparna yang berada di
Kabupaten Tasikmalaya. Di lapangan menggunakan Kurva-S. Data primer berupa
time schedule akan dianalisis menggunakan MetodeLine of Balance (LoB) yang
digunakan untuk menganalisis pengendalian biaya dan waktu proyek.

3.4 Sumber dan Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitiaan ini adalah data sekunder dan data
primer yang diperoleh dari pihak yang terkait pada Proyek Pembangunan
Preservasi Teluk Dalam - Lolowau. Data primer dan data sekunder yang
diperlukan adalah sebagai berikut.
1. Data Primer

Data Primer adalah data utama yang diperlukan dalam penelitian ini. Data primer
yang diperlukan untuk penelitian ini berupa data time schedule dan kurvas – S
serta wawancara langsung dari PT. Rius Sejahtera Raya.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data pendukung yang dibutuhkan dalam penyusunan tugas
akhir ini. Data sekunder ini merupakan data-data yang diperoleh dari literatur
yang berupa referensi dan jurnal.

3.5 penjadwalan penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


No Kegitan Maret April Mei Juni Juli

Persiapan
1 X X X
- Pembuatan Proposal

Pengumpulan data dan


2 X X
analisis data
3 Pembuatan laporan X X
4 Seminar/Sidang X

Anda mungkin juga menyukai