NAMA :
Muhammad Aziz Ma’ruf, S.H.
NIM: A2021221077
MAGISTER HUKUM
UNIVERSITAS TANJUNPGPURA
PONTIANAK
2023
BAB I
PENDAHULUAN
2.
2.1. Bentuk Kerja Sama antara APIP dengan Kejaksaan dalam pengawasan
Pemerintahan Daerah untuk mengurangi terjadinya Tindak Pidana
Korupsi
Koordinasi merupakan suatu proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan
kegiatan-kegiatan pada satuan-satuan yang terpisah (departemen -
departemen atau bidang - bidang fungsional) pada suatu organisasi untuk
mencapai tujuan secara efisien dan efektif. Suatu koordinasi dapat dilakukan
apabila kedua pihak menciptakan suatu kegiatan yang didalamnya saling
berkaitan satu sama lain. Koordinasi antara Kepolisian, APIP, BPKP dan
Kejaksaan dilaksanakan dengan prinsip manajerial yang disebut Early Stage.
Berdasarkan prinsip early stage ini, proses koordinasi harus dilakukan pada
tahap awal proses manajerial atau dalam istilah penegakan hukum adalah
pada tahap penyelidikan. Koordinasi harus dimulai sejak proses perencanaan
sehingga dapat menghasilkan perencanaan dan implementasi yang baik. Jika
koordinasi selalu dilakukan di awal maka semua fungsi manajemen yaitu
planning, organizing, actuating, dan controlling dapat terlaksana dengan baik.
Selain itu dengan proses koordinasi yang baik, tujuan organisasi dapat dicapai
dengan lebih mudah dan cepat.
Selanjutnya jika dianalisis dari peran instansi-instansi yang
berkoordinasi, maka berdasarkan jenisnya adalah sebagaimana yang
disebutkan Handayaningrat termasuk dalam koordinasi eksternal yang
bersifat horizontal yaitu koordinasi dengan dinas-dinas atau instansi lain yang
dianggap ada kaitannya atau hubungannya dengan masalah - masalah
penegakan hukum yang dilaksanakan di dalam wilayah kerjanya.
Kerjasama antara Inspektorat Daerah/Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) dan Aparat Penegak Hukum (APH) termuat dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 Tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam
Pasal 25 yaitu:
a. APIP wajib melakukan pemeriksaan atas dugaan penyimpangan yang
dilaporkan atau diadukan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22.
b. Dalam melakukan pemeriksaan atas dugaan penyimpangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) APIP melakukan koordinasi dengan aparat
penegak hukum.
c. Aparat penegak hukum melakukan pemeriksaan atas laporan atau
pengaduan yang disampaikan oleh masyarakat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 22 sesuai tata cara penanganan laporan atau pengaduan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang - undangan setelah terlebih
dahulu berkoordinasi dengan APIP.
d. Pemeriksaan oleh APIP dan aparat penegak hukum sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) dilakukan setelah terpenuhi semua
unsur laporan atau pengaduan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22
ayat (2)
e. APIP dan aparat penegak hukum melakukan koordinasi dalam
penanganan laporan atau pengaduan setelah terlebih dahulu melakukan
pengumpulan dan verifrkasi data awal.
Adanya Peraturan Pemerintah tentang Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, ditindaklanjuti dengan Perjanjian
Kerjasama antara antara Kementerian Dalam Negeri dengan Kejaksaan
Republik Indonesia dan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor
700/8929/SJ; Nomor KEP694/A/JA/11/2017; Nomor B/108/XI/2017 tanggal
30 November 2017 Tentang Koordinasi Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) dengan Aparat Penegak Hukum (APH) terkait
Penanganan Laporan atau Pengaduan Masyarakat dalam Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah. Nota kesepahaman ditingkat Pusat terkait Perjanjian
Kerjasama Koordinasi ditindaklanjuti dengan Perjanjian kerjasama antara
Pemerintah Daerah dengan Kejaksaan Negeri dan Kepolisan Resor.
Bentuk kerja sama antara Pemerintah Daerah dengan Kejaksaan
Negeri dan Kepolisan Resor, contohnya adalah:
a. Koordinasi Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dengan
Aparat Penegak Hukum (APH) dalam Penanganan laporan atau
Pengaduan Masyarakat yang berindikasi tindak pidana Korupsi pada
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam bentuk permintaaan
dokumen berupa Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) untuk kepentingan
penyelidikan sebagai wujud koordinasi dalam bentuk tukar menukar data
atau informasi.
b. Koordinasi Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP) dengan
Aparat Penegak Hukum (APH) dalam Penanganan laporan atau
Pengaduan Masyarakat yang berindikasi tindak pidana Korupsi pada
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dalam bentuk permintaan bantuan
untuk menghitung jumlah kerugian keuangan negara/ daerah oleh
Kepolisian Resor atau Kejaksaan Negeri dengan bersurat kepada
Inspektorat Daerah. Proses kerjasama kasus korupsi tersebut setelah
menerima laporan dan atau mendalami tentangadanya suatu perbuatan
yang diduga korupsi, maka pihak Aparat Penegak Hukum meminta
bantuan kepada Aparat Pengawasan Internal Pemerintah dalam hal ini
kepada Auditor untuk melakukan perhitungan kerugian negara/daerah
yaitu audit investigasi untuk mengetahui apakah terdapat kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara.
BAB III
PENUTUP
3.
3.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penulisan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
bentuk Koordinasi antara Kepolisian, APIP, BPKP dan Kejaksaan adalah
koordinasi eksternal yang bersifat horizontal. Prinsip manajerial dalam
koordinasi tersebut menggunakan pola Early Stage atau melaksanaan proses
koordinasi yang dilakukan pada tahap awal proses manajerial atau pada tahap
penyelidikan. Prinsip yang diterapkan dalam pelaksanaan koordinasi antar
instansi tersebut adalah melalui kesepakatan sasaran, kesepakatan kerjasama,
ketaatan dan loyalitas, saling tukar informasi, adanya koordinator, serta sikap
saling menghormati terhadap wewenang fungsional masing-masing. Dari sisi
efektifitasmya koordinasi ini memberikan kejelasan wewenang masing-
masing instansi dalam menangani perkara, ketepatan dalam bertindak, serta
pada kecepatan penanganan perkara. Hal yang menjadi hambatan dalam
koordinasi antara Kepolisian dengan APIP adalah adanya potensi
pembebasan koruptor dengan dalih “kesalahan administratif”. Posisi APIP
yang berada dibawah Kepala Daerah bisa membuat koordinasi tidak efektif
karena faktor independensi dari APIP. Sehingga disini perlu adanya regulasi
untuk menjamin kemandirian dan akuntabilitas APIP.