Anda di halaman 1dari 28

Versi/Revisi : 1/8

Tanggal Berlaku : 7 Maret 2022


Kode Dokumen : BP-P-BMPDI-FK-3.6.21

Buku Panduan Praktikum


BLOK MASALAH PADA DEWASA I
(KBK 2016)

oleh :
TIM BLOK MASALAH PADA DEWASA I
TA 2021/2022

SEMESTER VI

YOGYAKARTA
2022
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

Edisi Pertama, Cetakan I, Maret 2014


Edisi Pertama, Cetakan II, Maret 2015
Edisi Pertama, Cetakan III, Februari 2016
Edisi Pertama, Cetakan IV, Februari 2017
Edisi Pertama, Cetakan V, Februari 2018
Edisi Pertama, Cetakan VI, Februari 2019
Edisi Pertama, Cetakan VII, Februari 2020
Edisi Pertama, Cetakan VIII, Februari 2021
Edisi Pertama, Cetakan IX, Februari 2022

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia


Jl. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta 55584
Telp. (0274) 896448
Fax. (0274) 896448
http://www.fk.uii.ac.id

Hak Cipta © 2014 pada FK UII dilindungi undang-undang

Program Studi Kedokteran – Program Sarjana


[ ii ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Buku Panduan Praktikum
Blok 3.4 Masalah Pada Dewasa I dapat diselesaikan penyusunannya.

Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dekanat FK UII, para Pakar/Konsultan dari
FK UGM, dosen-dosen FK UII, dan staf non edukatif FK UII, atas segala bantuannya dalam
penyusunan Buku Panduan Praktikum Blok 3.4 Masalah Pada Dewasa I ini.

Tim penyusun memohon kritik dan saran tentang Buku Panduan Praktikum Blok 3.4 Masalah
Pada Dewasa I, untuk penyempurnaan di waktu mendatang.

Billahit taufiq wal hidayah,


.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Februari 2022

Penyusun

Program Studi Kedokteran – Program Sarjana


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ iii ]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

Visi FK UII
Terwujudnya FK UII sebagai rahmatan lil 'alamin, memiliki komitmen pada kesempurnaan
(keunggulan), risalah islamiyah di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada
masyarakat dan dakwah, setingkat dengan Fakultas Kedokteran yang berkualitas di negara
maju pada tahun 2028.

Misi FK UII
Menegakkan wahyu Illahi dan sunnah Nabi sebagai sumber kebenaran mutlak serta rahmat
bagi alam semesta dan mendukung cita-cita luhur dan suci bangsa Indonesia dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui upaya membentuk tenaga kesehatan yang
profesional yang bertakwa, berakhlak mulia, terampil, berilmu amaliah dan beramal ilmiah,
mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni yang berjiwa agama
Islam, membangun masyarakat dan negara Republik Indonesia yang adil dan makmur
berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang diridhai Allah SWT, serta
mendalami, mengembangkan, dan menyebarluaskan pemahaman ajaran agama Islam untuk
dihayati dan diamalkan oleh warga Universitas dan masyarakat pada umumnya.

Tujuan FK UII
1. Membentuk tenaga kesehatan dan pemimpin bangsa yang berkualitas, bermanfaat
bagi masyarakat, menguasai ilmu keislaman dan mampu menerapkan nilai-nilai Islam
serta berdaya saing tinggi.
2. Melahirkan pemikir-pemikir yang dapat membumikan konsep rahmatan lil a’lamin.
3. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sastra,
dan seni yang berjiwa Islam.
4. Berperan aktif membangun masyarakat dan negara Republik Indonesia yang adil dan
makmur serta mendapat ridha Allah SWT.
5. Mendalami, mengembangkan, dan menyebarluaskan pemahaman ajaran agama
Islam untuk dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh warga Universitas dan
masyarakat.

Visi Program Studi Kedokteran


Terwujudnya Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
sebagai rahmatan lil 'alamin, memiliki keunggulan kedokteran yang bercirikan ulil albab,
berkomitmen pada risalah ilmiah bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat,
dan dakwah, setingkat dengan program studi kedokteran berkualitas di negara maju pada
tahun 2028.

Misi Program Studi Kedokteran


1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran untuk menghasilkan lulusan dengan
karakter dokter muslim dan memiliki daya saing di tingkat global.
2. Melaksanakan penelitian dan pengabdian masyarakat dalam upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat.
3. Menjalankan dakwah islamiah melalui integrasi nilai keislaman dan ilmu kedokteran
dalam rangka mewujudkan masyarakat sehat secara fisik, mental, dan spiritual..

Tujuan Program Studi Kedokteran


1. Menghasilkan sarjana kedokteran yang beramal ilmiah, berilmu amaliah, dan
berakhlakul karimah.
2. Menghasilkan sarjana kedokteran yang mempunyai kompetensi dasar sebagai
penyedia layanan kesehatan (care provider), pemimpin masyarakat (community
leader), pengambil keputusan, (decision maker), manajer, dan komunikator.
3. Menghasilkan sarjana kedokteran yang mempunyai kompetensi dasar dalam layanan
dokter di tingkat primer.

Program Studi Kedokteran – Program Sarjana


[ iv ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

4. Menghasilkan penelitian kesehatan dan karya ilmiah untuk mendukung upaya


perbaikan kualitas kesehatan masyarakat dan publikasi di tingkat nasional dan
internasional.

Program Studi Kedokteran – Program Sarjana


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [v]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

DAFTAR ISI

Halaman Sampul -------------------------------------------------------------------------i


Kata Pengantar ---------------------------------------------------------------------------iii
Daftar Isi ------------------------------------------------------------------------------------v
Tim Blok ------------------------------------------------------------------------------------vi
Praktikum Parasitologi ------------------------------------------------------------------1
Praktikum Farmakologi ------------------------------------------------------------------13

Program Studi Kedokteran – Program Sarjana


[ vi ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

TIM BLOK MASALAH PADA DEWASA I [3.4]


TA 2021/2022

Penanggung jawab : Dekan Fakultas Kedokteran Universitas

Islam Indonesia Ketua : dr. Kuswati, M.Sc


Anggota : dr. Irena Agustiningtyas, M.Sc
dr. Veby Novri Yendri, Sp.THT-KL
dr. Lamya Muthia Nabila
dr. Gita Diah Prasasti, Sp.N
Dr. dr. Rosmelia, M.Kes., Sp.KK
Dr. dr. Betty Ekawati Suryaningsih, Sp.KK

Program Studi Kedokteran – Program Sarjana


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ vii ]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

PRAKTIKUM
PARASITOLOGI

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [-1-]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

Program Studi Pendidikan Dokter


[-2-] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

PRAKTIKUM PARASITOLOGI
EKTOPARASIT

Learning Objective:
Pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengidentifikasi lalat dan ‘ bug’ yang menjadi vektor tripanosomiasis
2. Mengidentifikasi sengkenit yang menjadi vektor Ricketsia
3. Mengidentifikasi pinjal yang menjadi vektor pes
4. Mengidentifikasi lalat rumah dan lipas yang dapat menjadi vektor mekanik
5. Mengidentifikasi serangga penyebab alergi
6. Mengidentifikasi serangga penyengat
7. Mengidentifikasi serangga penggigit
8. Mengidentifikasi serangga penyebab myasis
9. Mengidentifikasi spirakel posterior lalat
10. Mengidentifikasi ektoparasit yang permanen

ARTHROPODA DALAM BIDANG KEDOKTERAN

Arthropoda merupakan filum yang paling besar dalam dunia hewan, mencakup serangga,
laba-laba, udang, lipan dan lainnya. Termasuk dalam hewan invertebrata, arthropoda, sesuai
namanya merupakan hewan yang berbuku buku. Arthropoda terdiri atas 5 kelas, yaitu
crustacea, chilopoda, diplopoda, arachnida, dan insecta. Berikut disampaikan beberapa
arthropoda yang penting diketahui dengan perannya di bidang kedokteran berdasarkan kelas
arthropoda.
1. Kelas Crustacea
Contohnya adalah Cyclops dengan habitat di air tawar ataupun air asin. Arthropoda ini
dapat menjadi hospes perantara untuk Penyakit cacing pita Diphyllobotrium latum,
Dracunculus medinensis dan Gnathostoma spinigerum.
2. Kelas Chilopoda
Contohnya adalah Scolopendra sp dengan habitat di bawah batu atau kayu. Gigitan
arthropoda ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan eritema karena toksinnya, bahkan
dapat juga menyebabkan perdarahan dan nekrosis.
3. Kelas Arachnida
a. Contoh kelabang dengan habitat di bawah batu atau kayu. Arthropoda ini memiliki
racun berupa toksalbumin yang mengandung neurotoksin dan hemotoksin.
Efeknya dapat menimbulkan keracunan sistemik berupa syok dan paralisis
pernafasan. Hemotoksinnya dapat menimbulkan perdarahan dan nekrosis.
b. Contoh laba-laba beracun adalah latrodectus mactans. Racun yang dikeluarkan
bersifat neurotoksin terhadap saraf perifer, menyebabkan araknidisme sistemik.
Manifestasi lainnya juga bisa menyebabkan syok, paralisis pernafasan dan
kematian dapat terjadi 18-36 jam.
c. Rhipicephalus sanguineus. Pada bagian mulutnya dilengkapi dengan hipostom
dan chelicera. Arthropoda ini dapat sebagai vektor penyakit African tickborne fever
dan tularemia. Gejala klinis yang ditimbulkan dapat berupa paralisis motorik otot
pernafasan dapat menimbulkan kematian.
d. Sarcoptes scabiei dapat ditemukan pada kulit sebagai penyebab penyakit scabies.
Infestasi arthropoda ini dapat menimbulkan gejala berupa gatal di malam hari di
genital, telapak tangan dan predileksi lainnya.
4. Kelas Insecta
a. Cimex sp. dapat menyebabkan pruritus dan urtikaria serta dapat dipakai pada
xenodiagnoses penyakit chagas.
b. Triatoma sp dapat berperan sebagai vektor penyakit Chagas. Gigitan arthropoda
ini tidak menimbulkan rasa sakit tapi muncul bengkak.

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [-3-]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

c. Pediculus humanus capitis dapat menyebabkan lesi pada kulit kepala dan dapat
menibulkan infeksi sekunder dengan menimbulkan kerak dan bau khas.
d. Xenopsylla cheopis dapat berperan sebagai hospes perantara Hymenolepis
diminuta dan Hymenolepis nana, vektor penyakit flea typhus dan pes. Gigitannya
dapat mengakibatkan terjadinya radang dan pembesaran limfe sehingga terbentuk
bubo. Dapat juga terjadi pes septicemia, dan paru-paru terjadi pes paru-paru.
e. Ctenocephalides felis dapat berperan sebagai hospes perantara Dipylidium
caninum dengan manifestasi radang, demam dan splenomegaly.
f. Musca domestica berperan sebagai vektor mekanik untuk beberapa penyakit
seperti disentri basiler, amebiasis dan cacing usus, sedangkan larvanya dapat
menyebabkan miasis.
g. Peripaneta Americana dapat menjadi vektor mekanik amebiasis, askariasis,
isosporiasis.

Arthropoda juga dapat menyebabkan gangguan langsung pada manusia, sebagaimana


jibabarkan sebagai berikut:
1. Dermatosis/ dermatitis
Urtikaria papular: pinjal/flea (ordo Siphonaptera), kutu busuk (familia Cimicidae,
ordoHemiptera)
2. Racun yang masuk ke tubuh melalui
a. Gigitan : kelabang (kelas Chilopoda), laba laba (ordo Araneae, kelas
Arachnida)
b. Sengatan : lebah(familia Apidae, Ordo Hymenoptera), kalajengking (kelas
Arachnida)
c. Tusukan : nyamuk (familia Culicidae, ordo Diptera), triatoma (familia
Reduviidae, ordo Hemiptera), kutu busuk (familia Cimicidae, ordoHemiptera)
d. Kontak langsung : ulat bulu
e. Inhalasi : Dermatophagoides pteronyssinus
3. Alergi : sisik kupu dapat mencetuskan asma
4. Melukai panca indera terutama mata dan telinga
5. Entomophobia
6. Gangguan sebagai parasit
1. Berdasarkan habitatnya
a. Ektoparasit : parasit yang hidup dipermukaan tubuh hospes
Contoh : tungau/caplak/tick (ordo Acarina), kutu (ordo Anoplura), pinjal/flea
((ordo Siphonaptera), nyamuk
b. Endoparasit : parasit yang hidup mengembara didalam jaringan tubuh
Contoh : Larva lalat penyebab myasis
Pinjal ( Tungau penetrans) penyebab Tungiasis
2. Berdasarkan lamanya hidup pada hospes
a. Parasit permanen : seluruh/ sebagian besar hidupnya ada pada satu
hospes
Contoh : tungau kudis
b. Parasit non permanen : selalu berpindah pindah dari satu hospes ke
hospes lain dalam daur hidupnya

Program Studi Pendidikan Dokter


[-4-] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

1. Kelabang/Centipede
(kelas Chilopoda, Genus Scolopendra, Spesies Scolopendra subspinipes)
Preparat makroskopis.
Gambarlah bentuk dewasa
 Caput jelas, badan
bersegmen-segmen (15-70)
 Sepasang kaki pada setiap
segmen badan

2. Kaki seribu /Milipede


(kelas Diplopoda, Genus Fontaria, Spesies Fontaria virginiensis)
Preparat makroskopis.
Gambarlah bentuk dewasa
 Berbentuk Gilig
 Sepasang antena pendek di
bagian kepala
 Sepasang mata
 2 pasang kaki yang keluar
dari setiap ruas tubuh

3. Laba-laba
(Kelas Arachnida , ordo Aranea, Genus Loxosceles, Spesies Loxoceles laeta )
Preparat makroskopis.
Gambarlah bentuk dewasa
 Sefalotoraks dan abdomen
 Antara abdomen dan
sefalotoraks terdapat
pinggang sempit
 Chelicerae pada ujung
kepala tempat bermuara
lubang kelenjar racun
 3 pasang spinnerets di pre
anal

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [-5-]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

4. Lebah (Kelas Insecta, Ordo Hymenoptera)


Preparat makroskopis.
Gambarlah bentuk dewasa
 Kepala, thorax dan abdomen
 Ukuran 1,2- 2,5 cm
 Sayap depan dan belakang
tipis
 Terdapat alat sengat pada
bagian posterior

5. Kalajengking
(kelas Arachnida, Ordo scorpionida, Genus Buthus, Spesies Buthus tamulus)
Preparat makroskopis.
Gambarlah bentuk dewasa
 Badan memanjang,
cephalothorax tak
bersegmen, tertutup oleh
khitin tebal (carapace)
 Abdomen t.a 12 segmen (7
segmen depan (mesosomal)
dan 5 segmen terminal
(metasomal)
 Telson pada segmen 11
abdomen
 Kaki 4 pasang dan sepasang
pedipalpi

6. Triatoma sp
( Kelas insecta, Ordo Hemiptera, Genus Triatoma, Spesies Triatoma
rubrofasciata )
Preparat makroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
 Warna tubuh coklat hitam
 Kepala pendek langsing
 Antena 1 pasang, tumbuh
dari tengah kepala
 Sayap 2 pasang ( 1 pasang
hemeltyra dan 1 pasang
membranaeus)

Program Studi Pendidikan Dokter


[-6-] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

7. Cimex sp
(Kelas insecta, Ordo Hemiptera, Genus Cimex, Spesies Cimex hemipterus)
Preparat mikroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
 Warna tubuh cokelat
muda
 Kepala bentuk piramid
 Antena 1 pasang dekat
mata
 Sayap tidak ada
 Kaki 3 pasang

8. Pediculus humanus capitis


(Kelas insect, Ordo anoplura, Ordo pediculus, Spesies Pediculus humanus
capitis)
Preparat mikroskopis
Carilah dan gambar
perbedaan bentuk dewasa
jantan dan betina
 Bentuk badan pipih dorso
ventral
 Ukuran 2 – 3 mm
 Kuku kecil
 Sayap tidak ada
 Identifikasi bagian ujung
abdomen untuk
membedakan jantan dan
betina

9 Rhipicephalus sanguieus
( Kelas Arachnida, Ordo Acari, Genus Rhipicephalus, Spesies Rhipicephalus
sanguineus )
Preparat mikroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
 Ukuran 10 mm
 Badan berupa kantung
 4 pasang kaki
 Kepala (basis kapituli)
berbentuk segi 6

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [-7-]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

10 Xenopsylla cheopis
( Kelas insect, Ordo siphonaptera, Genus Xenopsylla, Spesies Xenopsylla
cheopis)
Preparat mikroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
 Ukuran 1,5 – 4 mm
 Bentuk pipih latero ventral
 Kepala tanpa sisir

11 Ctenocephalides felis
(Kelas insect, Ordo siphonaptera, Genus Ctenocephalides Spesies
Ctenocephalides felis )
Preparat mikroskopis
Gambarlah bagian kepala.
 Sisir pronotal
 Sisir genal
 Panjang kepala = 2x lebar

12 Periplaneta americana
(Kelas insecta, Ordo Orthoptera, Genus periplaneta, Spesies Periplaneta
americana)
Preparat makroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
 Ukuran 30-40 mm
 Warna cokelat hitam
 Sayap depan perkamen
 Sayap belakang
membraneus
 Anterolateral sayap atas
tampak jernih

Program Studi Pendidikan Dokter


[-8-] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

13 Musca domestica dewasa & posterior spirakel (Fam. Muscidae, Ordo Diptera)
Preparat makroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
dan posterior spiracle
 Ukuran 5,5 – 7,5 cm
 4 garis putih pada pada
punggung
 vena ke 3 menutup dan
membuat sudut

Preparat mikroskopis
Gambarlah posterior
spiracle

14 Chrysomya beziana dewasa dan posterior spirakel


Preparat makroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
Ukuran 7-10 cm
 Warna tubuh hijau
metalik,
 Torak berwarna hijau
metalik kecokelatan,
 abdomen berwarna hijau
metalik

Preparat mikroskopis
Gambarlah posterior
spiracle

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [-9-]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

15 Sarcoptes scabiei
( Kelas Arachnida; Ordo Acari, Genus sarcoptes, Spesies Sarcoptes scabiei)
Preparat makroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
 Ukuran 0,35 mm ( betina
), 0,20 mm (jantan )
 Bagian badan menterupai
kantong
 4 pasang kaki yang
pendek (2 pasang ke
depan dan 2 pasang ke
belakang)

16 Cyclops sp. (Class Crustacea, Sub class entomostraca, Ordo copepoda,


Genus Cyclops, Spesies Cyclops stenuus)
Preparat mikroskopis
Gambarlah!
 Ukuran 0,1-0,5 cm
 Berwarna transparan
 Cefalotoraks dan
abdomen
 2 pasang antena

17 Tenebrio molitor
(Kelas insecta, Ordo coleoptera, Genus Tenebrio, Spesies Tenebrio molitor)
Preparat mikroskopis
Gambarlah!
 Kepala, dada dan
abdomen
 Mulut pengunyah
 Antena sepasang
 3 pasang kaki

Program Studi Pendidikan Dokter


[ - 10 - ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

18 Kupu-kupu
(Kelas insecta, Ordo lepidoptera)
Preparat makroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
 Mulut penghisap
 Sayap tertutup sisik
 Probosis
 3 pasang kaki

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ - 11 - ]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

Program Studi Pendidikan Dokter


[ - 12 - ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ - 13 - ]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

Program Studi Pendidikan Dokter


[ - 14 - ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

Pengobatan Rasional dan Penulisan Resep

I. Pengobatan Rasional

Sebelum memutuskan terapi yang akan diberikan kepada pasien, seorang dokter harus
melalui suatu proses keputusan terapi. Proses ini terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut
:

1. Menetapkan masalah
Masalah tidak berarti semua hal yang dikeluhkan pasien. Masalah disini adalah hal
yang mendasari timbulnya keluhan pasien. Untuk dapat menetapkan masalah dengan
tepat diperlukan kemampuan menegakkan diagnosis secara baik.
2. Menetapkan tujuan terapi
Tujuan terapi adalah apa yang akan dicapai dari pengobatan yang diberikan.
Penetapan tujuan terapi dengan tepat akan menghindarkan terjadinya pengobatan
yang tidak rasional.
3. Memeriksa kecocokkan P-drugs dengan pasien
Kecocokkan yang dimaksud disini adalah dala hal zat aktif, dosis, bentuk sediaan obat,
lama pemberian, serta cara pemberian. Untuk menilai kecocokkan hal-hal tersebut,
maka yang perlu dipertimbangkan adalah kemanjuran (indikasi dan kecocokkan
sediaan) dan keamanan (kontra indikasi, indikasi, kelompok resiko tinggi).
4. Menuliskan resep
Setelah memastikan obat apa yang akan diberikan, langkah selanjutnya adalah
menuliskan resep obat tersebut. Penulisan resep yang benar akan memastikan bahwa
obat yang diterima pasien dari apotek benar-benar sesuai dengan yang dimaksud
dokter, karena resep adalah media komunikasi tertulis antara dokter – pasien -
apoteker. Menulis resep dengan benar merupakan langkah awal pemberian terapi
obat.
5. Memberikan informasi, instruksi dan peringatan kepada pasien mengenai obat
(pengobatan) yang diberikan
Informasi minimal yang harus diberikan meliputi informasi tentang efek obat, efek
samping obat, instruksi penggunaan, peringatan, serta kapan kunjungan berikutnya
harus dilakukan pasien.
6. melakukan pengawasan (monitoring) dan atau penghentian terapi
Dengan memantau terapi dapat diketahui (dievaluasi) apakah terapi yang diberikan
berhasil ataukah perlu diberikan upaya tambahan lain.

II. Penulisan resep

2.1 Definisi resep

Resep adalah permintaan tertulis dari dokter kepada apoteker/farmasi pengelola


apotek untuk memberikan obat jadi atau meracik obat dalam bentuk tertentu sesuai dengan
keahliannya, takaran dan jumlah obat sesuai dengan yang diminta, kemudian
menyerahkannya kepada yang berhak/pasien. Menurut WHO, peresepan yang rasional
adalah memberikan obat sesuai dengan keperluan klinik, dosis sesuai dengan kebutuhan
pasien, diberikan dalam jangka waktu yang sesuai dengan penyakit, dan dengan biaya
termurah menurut pasien dan komunitasnya.
Resep dokter ditulis dalam blanko resep dengan ukuran ideal (lebar 10-12 cm, panjang 15-18
cm). Resep yang telah dilayani di apotek sesuai dengan peraturan yang belaku merupakan
dokumen yang harus disimpan sekurang-kurangnya 3 tahun di apotek.

Tidak ada ketentuan baku di seluruh dunia tentang tatanan menulis resep yang benar karena
setiap negara mempunyai aturan sendiri. Resep harus ditulis secara jelas, mudah dibaca dan

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ - 15 - ]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

mengungkapkan dengan jelas apa yang harus diberikan, sesuai kaidah dan lengkap sehingga
memenuhi syarat untuk dilayani di apotek.

2.1 Unsur Resep


2.1.1 Identitas dokter.
Nama, nomor surat ijin praktek, alamat praktek dan rumah dokter penulis resep serta
dapat dilengkapi dengan nomor telepon dan hari serta jam praktek. Biasanya sudah
tercetak dalam blanko resep.
2.1.2. Nama kota (sudah dicetak dalam blanko resep) dan tanggal ditulis resep. Ini
diperlukan dalam pelayanan resep berkaitan dengan persyaratan dalam perundang-
undangan.
2.1.3. Superscriptio
Bagian ini merupakan kelengkapan dalam resep dokter. Ditulis dengan simbol R/
(recipe = harap diambil) Biasanya juga sudah tercetak dalam blanko resep, terletak di
sisi kiri atas hanya tercetak satu R/ sehingga bila diberikan lebih dari sstu formula
resep harus dituliskan R/ lagi.
2.1.4 Inscriptio
Bagian ini merupakan inti resep dokter, berisi nama obat, kekuatan dan jumlah obat
yang diperlukan serta ditulis dengan jelas. Penulisan nama obat menggunakan nama
generik, nama standar atau nama paten. Penuisan jumlah dan kekuatan obat dalam
satuan berat dan volume dengan sistem metrik (mg, g,ml, l) dan dengan angka arab.
Penulisan jumlah obat dalam satuan biji (tablet, kapsul, botol, bungkus dll) dengan
angka romawi.
2.1.5 Subscriptio
Bagian ini mencantumkan bentuk sediaan obat dan jumlahnya. Cara penulisan
(dengan singkatan bahasa latin) tergantung dari macam formula resep yang
digunakan.
Contoh :
m.f.l.a pulv. d.t.d no. XX
m.f.l.a sol.
2.1.5 Signatura
Bagian ini berisi informasi tentang aturan penggunaan obat untuk asien yaitu meliputi
frekuensi, jumlah obat dan saat diminum obat, untuk setiap hari serta lain-lain
informasi yang mungkin diberikan. Simbol yang digunakan adalah S (signatura =
tandailah) Walaupun aturan penggunaan obat oleh pasien sudah ditulis dalam resep,
dokter berkewajiban menjelaskan secara lisan pada pasien saat menyerahkan resep.
2.1.6 Sebagai penutup dari bagian utama resep dokter adalah dengan ditulisnya tanda
tangan/paraf dokter penulis resep. Ini merupakan syarat sah resep untuk dilayani oleh
apotek. Bila resep dokter mengandung obat narkotika maka harus dibubuhkan tanda
tangan. Untuk obat golongan yang lain cukup paraf saja.
2.1.7 Identitas pasien
Umumnya telah tercetak dalam blanko resep (tertulis pro dan umur) Nama pasien
ditulis di bagian Pro. Jika pasien adalah anak-anak atau lansia perlu ditulis
umurnya.Bila dokter mencantumkan alamat pasien ini akan menguntungkan untuk
memudahkan penelusuran alamat jika terjadi kesalahan dalam pelayanan obat.

2.2. Macam Formula Resep Dokter

Ada tida macam formula yang disusun dalam resep :


1. Formula magistralis atau yang lebih dikenal dengan nama resep racikan. Untuk menyusun
resep racikan, dokter perlu memahami sifat obat, interaksi farmasetik, dan bahan
tambahan yang diperlukan dalam menyusun formula tersebut.
2. Formula officinalis. Obat yang ditulis merupakan obat baku/standar dalam
buku/formularium resmi atau obat jadi generik berlogo.

Program Studi Pendidikan Dokter


[ - 16 - ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

3. Formula spesialistis. Obat yang dituliskan adalah obat dengan nama paten. Dalam
menuliskannya perlu diketahui ada berapa macam sediaan dan kekuatan serta spesifikasi
dari macam-macam sediaan.

2.2 Kaidah-kaidah dalam penulisan resep

1. Jangan menuliskan gr. untuk suatu bahan obat dalam resep apabila yang dimaksud
adalah satuan gram, karena gr. adalah singkatan dari granum yang beratnya hanya 65
mg atau hanya 1/15 gram. Jadi cukup menuliskan angka dibelakang nama bahan obat
dalam resep.
2. Titik desimal untuk dosis obat harus ditempatkan dengan tepat. Kesalahan penempatan
titik desimal dapat menyebabkan dosis/kekuatan obat menjadi 10 kali atau 1/10 kali dari
dosis/kekuatan yang dimaksud. Untuk dosis obat yang diberikan kurang dari 1 gram,
sebaiknya bilangannya ditulis sebagai bilangan miligram untuk menghindarkan
perhitungan desimal.
Contoh: dosis suatu obat A=10 mg, sebaiknya memang ditulis 10 mg, diatas kertas resep,
jangan ditulis sebagai 0,01 atau 0,010.
3. Tuliskan nama obat dengan jelas. Penulisan nama obat yang tidak jelas dapat
menyebabkan obat yang keliru diberikan kepada penderita.
Contoh: Indocin (analgesik, antiinflamasi) dengan Lindocin(antibiotik)atausebaliknya
4. Dispesifikasi dengan jelas kekuatan serta jumlah obat yang dituliskan dalam resep.
Contoh:
 Tablet sulfadiazine 500 mgdalam hal ini 500 mg boleh ditulis atau tidak dituliskan,
karena untuk tablet sulfadiazine hanya ada satu standar, yaitu 500 mg.
 Tablet Paracetamolkarena paracetamol beredar dalam beberapa kekuatan maka
kekuatan yang diminta harus dijelaskan, apakah yang dimaksud paracetamol 250 mg
atau 500 mg.
5. Obat yang dibeikan kepada penderita hendaknya obat dengan mana dokter telah
mempunyai pengalaman yang baik. Apabila seorang dokter belum mempunyai
pengalaman (obat baru ataupun lama) hendaknya dicari literatur dahulu mengenai obat
tersebut.
6. Apabila dokter telah mempunyai pengalaman yang baik dengan suatu preparat paten tidak
perlu pindah ke preparat paten yang lain walaupun isinya sama. Alasannya ialah dua obat
yang ekivalen secara kimia belum tentu ekivalen secara biologis.
7. Hati-hati bila memberikan beberapa obat secara bersamaan. Bila cukup satu bahan obat
diperlukan untuk terapi berikanlah sebagai bahan tunggal; tetapi bila kombinasi dari
beberapa bahan diperlukan untuk memberikan efek sinergistik maka hendaknya
dipastikan tidak ada incompatibility/interaction antara obat-obat tersebut.
8. Hitung dosis dengan tepat serta perhitungkan semua faktor individual penderita, terutama
umur dan berat badannya.
9. Ketentuan mengenai obat dituliskan dengan jelas di atas resep (boleh berupa singkatan,
tetapi jelas) sehingga nanti akan tertera pada etiket yang dipasang pada wadah obat.
10. Hindarkan pemberian obat yang terlalu banyak. Oleh karena dikuatirkan obat yang tersisa
akan disimpan untuk ”lain kali” belum tentu pada waktu ”lain kali” itu obatnya masih baik
atau obat yang tersisa diberikan kepada orang lain.

Resep Cito

Kadang dokter memerlukan obat agar segera didapat oleh pasiennya, maka dokter dapat
menuliskan CITO! Di sebelah kanan atas blanko resep. Untuk itu resep cito harus didahulukan
dalam pembuatannya dari resep-resep lain. Dengan demikian dokter yang meminta resep cito
hendaknya betul-betul jika pasien dalam keadaan gawat dan penundaan pemberian obatnya
dapat membahayakan. Istilah lain dalam bahasa latin : statim, urgen, P.I.M (amat segera)

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ - 17 - ]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

Resep Rasional

Penulisan resep yang rasional berpedoman falsafah ‘lima tepat’ yaitu tepat obat, tepat dosis,
tepat BSO, tepat cara dan waktu pemberian, serta tepat penderita. Oleh karena itu penulisan
resep harus memenuhi kaidah :
1. Nama Obat
Ditulis sesuai dengan nomenklatur internasional, dan dipilih sesuai terapi, sifat obat, dan
kondisi obat
2. Dosis Obat
Ditetapkan secara individual, diperhitungkan secara seksama, baik untuk orang dewasa,
lansia, anak, dll
3. BSO
Disesuaikan dengan tujuan terapi, kepentingan penderita, dan spesifikasi BSO tersebut
4. Cara dan waktu pemberian
Ditetapkan secara jelas dan dipahami oleh penderita, agar meningkatkan ketaat penderita
5. Kondisi Penderita
Meliputi keadaan fisik, ekonomi, dan sosial perlu diperhatikan agar meningkatkan ketaatan
pasien dan tujuan terapi tercapai

Langkah Preskipsi

1. Pemilihan bahan obat yang tepat


Nama obat dapat dipilih dengan nama generik atau nama paten. Penggunaan jenis
sediaan obat paten perlu juga diperhatikan kekuatan bahan aktif yang terkandung di
dalamnya, agar pelayanan di apotek dapat tidak memberikan masalah.
Jumlah obat diberikan tergantung dari lama pemberian dan frekuensi pemberian.
Parameter yang diperlukan untuk menentukan adalah lama perjalanan penyakit, tujuan
terapi, dan kondisi. Jumlah obat tersebut dituliskan dengan angka Romawi untuk jenis
sediaan jadi/paten. Pada penulisan resep dengan obat narkotika dan psikotropika
(khusus) jumlah obat tidak cukup ditulis hanya dengan angka tetapi dengan huruf serta
disahkan dengan tandatangan, bukan dengan paraf.
2. Penetapan dosis yang tepat
Sangat ideal bila dihitung secara individual. Penentuan dosis memperhatikan parameter
faktor-faktor antara lain umur, berat badan, kondisi penderita, dll.
3. Pengaturan jadwal pemberian yang tepat
Jadwal pemeberian meliputi frekuensi, satuan dosis perkali, dan saat/waktu yang
diberikan. Jadwal ini tertuang dalam signatura.

4. Pemilihan BSO yang tepat


5. Pemilihan formula resep yang tepat
Formula yang dipilih yaitu :
 Yang dapat menjamin ketepatan dosis (individual)
 Yang dapat menjaga stabilitas obat
 Dapat menjaga kepatuhan pasien dalam minum obat
 Biaya terjangkau
6. Penulisan preskripsi dalam blangko resep yang benar (lege artis)
Artinya ditulis secara jelas, lengkap dan sesuai pedoman baku, serta menggunakan
singkatan bahasa latin baku.

Program Studi Pendidikan Dokter


[ - 18 - ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

CONTOH SKENARIO PROSES TERAPI

1. Seorang laki-laki usia 44 tahun mengeluh gatal-gatal di kepala dan berketombe.


Diagnosis: tinea kapitis, Terapi ketokonazol shampoo

2. Seorang laki laki usia 27 tahun mengeluh gatal-gatal di selangkangan sejak 2 minggu
yang lalu. Diagnosis: tinea cruris, Terapi krim ketokonazol

3. Seorang perempuan usia 24 tahun mengeluh nyeri saat menelan, riwayat batuk pilek
sebelumnya ( 5 hari yang lalu), tidak terdapat suara parau. Dari pemeriksaan
didapatkan hiperemesis, pada uvula dan faring. Diagnosis: faringitis, terapi
amoksisilin, parasetamol dan obat kumur povidon iodine 1%

4. Seorang anak umur 2 tahun, berat 12 kg dibawa oleh kedua orang tuanya ke rumah
sakit karena keluar cairan dari telinga kanan. Cairan berwarna kuning dan berbau.
Diagnosis: otitis media supuratif, Terapi : larutan H2O2 3%, ofloksasin tetes telinga

5. Seorang laki-laki usia 34 tahun datang ke IGD karena mata kanan merah dan terasa
perih jika terkena cahaya. Dari anamnesis diketahui 2 hari yang lalu kemasukan
serpihan logam. Penglihatan menjadi buram. Diagnosis : ulkus kornea OD e.c bakteri,
Terapi: gentamisin tetes mata , salep gentamisin, sulfas atropine tetes mata

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ - 19 - ]
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4

DAFTAR PUSTAKA

Doane, R.W. 2009. Insects and Diseases. A Popular Account of the Way in Which Insects
may Spreador Cause some of our Common Diseases. Ebook.
http://www.gutenberg.org/files/28177/28177-h/28177-h.htm#Fig_20

James, M.T. & Harwood, R.F. 1969. Entomology, 6th ed. The Macmillan Company Coolier-
Macmillan Limited, London

Program Studi Pendidikan Dokter


[ - 20 - ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Anda mungkin juga menyukai