oleh :
TIM BLOK MASALAH PADA DEWASA I
TA 2021/2022
SEMESTER VI
YOGYAKARTA
2022
Panduan Praktikum Blok Masalah Pada Dewasa I 3.4
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Buku Panduan Praktikum
Blok 3.4 Masalah Pada Dewasa I dapat diselesaikan penyusunannya.
Tim penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dekanat FK UII, para Pakar/Konsultan dari
FK UGM, dosen-dosen FK UII, dan staf non edukatif FK UII, atas segala bantuannya dalam
penyusunan Buku Panduan Praktikum Blok 3.4 Masalah Pada Dewasa I ini.
Tim penyusun memohon kritik dan saran tentang Buku Panduan Praktikum Blok 3.4 Masalah
Pada Dewasa I, untuk penyempurnaan di waktu mendatang.
Penyusun
Visi FK UII
Terwujudnya FK UII sebagai rahmatan lil 'alamin, memiliki komitmen pada kesempurnaan
(keunggulan), risalah islamiyah di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada
masyarakat dan dakwah, setingkat dengan Fakultas Kedokteran yang berkualitas di negara
maju pada tahun 2028.
Misi FK UII
Menegakkan wahyu Illahi dan sunnah Nabi sebagai sumber kebenaran mutlak serta rahmat
bagi alam semesta dan mendukung cita-cita luhur dan suci bangsa Indonesia dalam
mencerdaskan kehidupan bangsa melalui upaya membentuk tenaga kesehatan yang
profesional yang bertakwa, berakhlak mulia, terampil, berilmu amaliah dan beramal ilmiah,
mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni yang berjiwa agama
Islam, membangun masyarakat dan negara Republik Indonesia yang adil dan makmur
berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang diridhai Allah SWT, serta
mendalami, mengembangkan, dan menyebarluaskan pemahaman ajaran agama Islam untuk
dihayati dan diamalkan oleh warga Universitas dan masyarakat pada umumnya.
Tujuan FK UII
1. Membentuk tenaga kesehatan dan pemimpin bangsa yang berkualitas, bermanfaat
bagi masyarakat, menguasai ilmu keislaman dan mampu menerapkan nilai-nilai Islam
serta berdaya saing tinggi.
2. Melahirkan pemikir-pemikir yang dapat membumikan konsep rahmatan lil a’lamin.
3. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sastra,
dan seni yang berjiwa Islam.
4. Berperan aktif membangun masyarakat dan negara Republik Indonesia yang adil dan
makmur serta mendapat ridha Allah SWT.
5. Mendalami, mengembangkan, dan menyebarluaskan pemahaman ajaran agama
Islam untuk dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh warga Universitas dan
masyarakat.
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM
PARASITOLOGI
PRAKTIKUM PARASITOLOGI
EKTOPARASIT
Learning Objective:
Pada akhir praktikum, mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengidentifikasi lalat dan ‘ bug’ yang menjadi vektor tripanosomiasis
2. Mengidentifikasi sengkenit yang menjadi vektor Ricketsia
3. Mengidentifikasi pinjal yang menjadi vektor pes
4. Mengidentifikasi lalat rumah dan lipas yang dapat menjadi vektor mekanik
5. Mengidentifikasi serangga penyebab alergi
6. Mengidentifikasi serangga penyengat
7. Mengidentifikasi serangga penggigit
8. Mengidentifikasi serangga penyebab myasis
9. Mengidentifikasi spirakel posterior lalat
10. Mengidentifikasi ektoparasit yang permanen
Arthropoda merupakan filum yang paling besar dalam dunia hewan, mencakup serangga,
laba-laba, udang, lipan dan lainnya. Termasuk dalam hewan invertebrata, arthropoda, sesuai
namanya merupakan hewan yang berbuku buku. Arthropoda terdiri atas 5 kelas, yaitu
crustacea, chilopoda, diplopoda, arachnida, dan insecta. Berikut disampaikan beberapa
arthropoda yang penting diketahui dengan perannya di bidang kedokteran berdasarkan kelas
arthropoda.
1. Kelas Crustacea
Contohnya adalah Cyclops dengan habitat di air tawar ataupun air asin. Arthropoda ini
dapat menjadi hospes perantara untuk Penyakit cacing pita Diphyllobotrium latum,
Dracunculus medinensis dan Gnathostoma spinigerum.
2. Kelas Chilopoda
Contohnya adalah Scolopendra sp dengan habitat di bawah batu atau kayu. Gigitan
arthropoda ini dapat menimbulkan rasa nyeri dan eritema karena toksinnya, bahkan
dapat juga menyebabkan perdarahan dan nekrosis.
3. Kelas Arachnida
a. Contoh kelabang dengan habitat di bawah batu atau kayu. Arthropoda ini memiliki
racun berupa toksalbumin yang mengandung neurotoksin dan hemotoksin.
Efeknya dapat menimbulkan keracunan sistemik berupa syok dan paralisis
pernafasan. Hemotoksinnya dapat menimbulkan perdarahan dan nekrosis.
b. Contoh laba-laba beracun adalah latrodectus mactans. Racun yang dikeluarkan
bersifat neurotoksin terhadap saraf perifer, menyebabkan araknidisme sistemik.
Manifestasi lainnya juga bisa menyebabkan syok, paralisis pernafasan dan
kematian dapat terjadi 18-36 jam.
c. Rhipicephalus sanguineus. Pada bagian mulutnya dilengkapi dengan hipostom
dan chelicera. Arthropoda ini dapat sebagai vektor penyakit African tickborne fever
dan tularemia. Gejala klinis yang ditimbulkan dapat berupa paralisis motorik otot
pernafasan dapat menimbulkan kematian.
d. Sarcoptes scabiei dapat ditemukan pada kulit sebagai penyebab penyakit scabies.
Infestasi arthropoda ini dapat menimbulkan gejala berupa gatal di malam hari di
genital, telapak tangan dan predileksi lainnya.
4. Kelas Insecta
a. Cimex sp. dapat menyebabkan pruritus dan urtikaria serta dapat dipakai pada
xenodiagnoses penyakit chagas.
b. Triatoma sp dapat berperan sebagai vektor penyakit Chagas. Gigitan arthropoda
ini tidak menimbulkan rasa sakit tapi muncul bengkak.
c. Pediculus humanus capitis dapat menyebabkan lesi pada kulit kepala dan dapat
menibulkan infeksi sekunder dengan menimbulkan kerak dan bau khas.
d. Xenopsylla cheopis dapat berperan sebagai hospes perantara Hymenolepis
diminuta dan Hymenolepis nana, vektor penyakit flea typhus dan pes. Gigitannya
dapat mengakibatkan terjadinya radang dan pembesaran limfe sehingga terbentuk
bubo. Dapat juga terjadi pes septicemia, dan paru-paru terjadi pes paru-paru.
e. Ctenocephalides felis dapat berperan sebagai hospes perantara Dipylidium
caninum dengan manifestasi radang, demam dan splenomegaly.
f. Musca domestica berperan sebagai vektor mekanik untuk beberapa penyakit
seperti disentri basiler, amebiasis dan cacing usus, sedangkan larvanya dapat
menyebabkan miasis.
g. Peripaneta Americana dapat menjadi vektor mekanik amebiasis, askariasis,
isosporiasis.
1. Kelabang/Centipede
(kelas Chilopoda, Genus Scolopendra, Spesies Scolopendra subspinipes)
Preparat makroskopis.
Gambarlah bentuk dewasa
Caput jelas, badan
bersegmen-segmen (15-70)
Sepasang kaki pada setiap
segmen badan
3. Laba-laba
(Kelas Arachnida , ordo Aranea, Genus Loxosceles, Spesies Loxoceles laeta )
Preparat makroskopis.
Gambarlah bentuk dewasa
Sefalotoraks dan abdomen
Antara abdomen dan
sefalotoraks terdapat
pinggang sempit
Chelicerae pada ujung
kepala tempat bermuara
lubang kelenjar racun
3 pasang spinnerets di pre
anal
5. Kalajengking
(kelas Arachnida, Ordo scorpionida, Genus Buthus, Spesies Buthus tamulus)
Preparat makroskopis.
Gambarlah bentuk dewasa
Badan memanjang,
cephalothorax tak
bersegmen, tertutup oleh
khitin tebal (carapace)
Abdomen t.a 12 segmen (7
segmen depan (mesosomal)
dan 5 segmen terminal
(metasomal)
Telson pada segmen 11
abdomen
Kaki 4 pasang dan sepasang
pedipalpi
6. Triatoma sp
( Kelas insecta, Ordo Hemiptera, Genus Triatoma, Spesies Triatoma
rubrofasciata )
Preparat makroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
Warna tubuh coklat hitam
Kepala pendek langsing
Antena 1 pasang, tumbuh
dari tengah kepala
Sayap 2 pasang ( 1 pasang
hemeltyra dan 1 pasang
membranaeus)
7. Cimex sp
(Kelas insecta, Ordo Hemiptera, Genus Cimex, Spesies Cimex hemipterus)
Preparat mikroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
Warna tubuh cokelat
muda
Kepala bentuk piramid
Antena 1 pasang dekat
mata
Sayap tidak ada
Kaki 3 pasang
9 Rhipicephalus sanguieus
( Kelas Arachnida, Ordo Acari, Genus Rhipicephalus, Spesies Rhipicephalus
sanguineus )
Preparat mikroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
Ukuran 10 mm
Badan berupa kantung
4 pasang kaki
Kepala (basis kapituli)
berbentuk segi 6
10 Xenopsylla cheopis
( Kelas insect, Ordo siphonaptera, Genus Xenopsylla, Spesies Xenopsylla
cheopis)
Preparat mikroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
Ukuran 1,5 – 4 mm
Bentuk pipih latero ventral
Kepala tanpa sisir
11 Ctenocephalides felis
(Kelas insect, Ordo siphonaptera, Genus Ctenocephalides Spesies
Ctenocephalides felis )
Preparat mikroskopis
Gambarlah bagian kepala.
Sisir pronotal
Sisir genal
Panjang kepala = 2x lebar
12 Periplaneta americana
(Kelas insecta, Ordo Orthoptera, Genus periplaneta, Spesies Periplaneta
americana)
Preparat makroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
Ukuran 30-40 mm
Warna cokelat hitam
Sayap depan perkamen
Sayap belakang
membraneus
Anterolateral sayap atas
tampak jernih
13 Musca domestica dewasa & posterior spirakel (Fam. Muscidae, Ordo Diptera)
Preparat makroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
dan posterior spiracle
Ukuran 5,5 – 7,5 cm
4 garis putih pada pada
punggung
vena ke 3 menutup dan
membuat sudut
Preparat mikroskopis
Gambarlah posterior
spiracle
Preparat mikroskopis
Gambarlah posterior
spiracle
15 Sarcoptes scabiei
( Kelas Arachnida; Ordo Acari, Genus sarcoptes, Spesies Sarcoptes scabiei)
Preparat makroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
Ukuran 0,35 mm ( betina
), 0,20 mm (jantan )
Bagian badan menterupai
kantong
4 pasang kaki yang
pendek (2 pasang ke
depan dan 2 pasang ke
belakang)
17 Tenebrio molitor
(Kelas insecta, Ordo coleoptera, Genus Tenebrio, Spesies Tenebrio molitor)
Preparat mikroskopis
Gambarlah!
Kepala, dada dan
abdomen
Mulut pengunyah
Antena sepasang
3 pasang kaki
18 Kupu-kupu
(Kelas insecta, Ordo lepidoptera)
Preparat makroskopis
Gambarlah bentuk dewasa
Mulut penghisap
Sayap tertutup sisik
Probosis
3 pasang kaki
PRAKTIKUM
FARMAKOLOGI
I. Pengobatan Rasional
Sebelum memutuskan terapi yang akan diberikan kepada pasien, seorang dokter harus
melalui suatu proses keputusan terapi. Proses ini terdiri dari beberapa langkah sebagai berikut
:
1. Menetapkan masalah
Masalah tidak berarti semua hal yang dikeluhkan pasien. Masalah disini adalah hal
yang mendasari timbulnya keluhan pasien. Untuk dapat menetapkan masalah dengan
tepat diperlukan kemampuan menegakkan diagnosis secara baik.
2. Menetapkan tujuan terapi
Tujuan terapi adalah apa yang akan dicapai dari pengobatan yang diberikan.
Penetapan tujuan terapi dengan tepat akan menghindarkan terjadinya pengobatan
yang tidak rasional.
3. Memeriksa kecocokkan P-drugs dengan pasien
Kecocokkan yang dimaksud disini adalah dala hal zat aktif, dosis, bentuk sediaan obat,
lama pemberian, serta cara pemberian. Untuk menilai kecocokkan hal-hal tersebut,
maka yang perlu dipertimbangkan adalah kemanjuran (indikasi dan kecocokkan
sediaan) dan keamanan (kontra indikasi, indikasi, kelompok resiko tinggi).
4. Menuliskan resep
Setelah memastikan obat apa yang akan diberikan, langkah selanjutnya adalah
menuliskan resep obat tersebut. Penulisan resep yang benar akan memastikan bahwa
obat yang diterima pasien dari apotek benar-benar sesuai dengan yang dimaksud
dokter, karena resep adalah media komunikasi tertulis antara dokter – pasien -
apoteker. Menulis resep dengan benar merupakan langkah awal pemberian terapi
obat.
5. Memberikan informasi, instruksi dan peringatan kepada pasien mengenai obat
(pengobatan) yang diberikan
Informasi minimal yang harus diberikan meliputi informasi tentang efek obat, efek
samping obat, instruksi penggunaan, peringatan, serta kapan kunjungan berikutnya
harus dilakukan pasien.
6. melakukan pengawasan (monitoring) dan atau penghentian terapi
Dengan memantau terapi dapat diketahui (dievaluasi) apakah terapi yang diberikan
berhasil ataukah perlu diberikan upaya tambahan lain.
Tidak ada ketentuan baku di seluruh dunia tentang tatanan menulis resep yang benar karena
setiap negara mempunyai aturan sendiri. Resep harus ditulis secara jelas, mudah dibaca dan
mengungkapkan dengan jelas apa yang harus diberikan, sesuai kaidah dan lengkap sehingga
memenuhi syarat untuk dilayani di apotek.
3. Formula spesialistis. Obat yang dituliskan adalah obat dengan nama paten. Dalam
menuliskannya perlu diketahui ada berapa macam sediaan dan kekuatan serta spesifikasi
dari macam-macam sediaan.
1. Jangan menuliskan gr. untuk suatu bahan obat dalam resep apabila yang dimaksud
adalah satuan gram, karena gr. adalah singkatan dari granum yang beratnya hanya 65
mg atau hanya 1/15 gram. Jadi cukup menuliskan angka dibelakang nama bahan obat
dalam resep.
2. Titik desimal untuk dosis obat harus ditempatkan dengan tepat. Kesalahan penempatan
titik desimal dapat menyebabkan dosis/kekuatan obat menjadi 10 kali atau 1/10 kali dari
dosis/kekuatan yang dimaksud. Untuk dosis obat yang diberikan kurang dari 1 gram,
sebaiknya bilangannya ditulis sebagai bilangan miligram untuk menghindarkan
perhitungan desimal.
Contoh: dosis suatu obat A=10 mg, sebaiknya memang ditulis 10 mg, diatas kertas resep,
jangan ditulis sebagai 0,01 atau 0,010.
3. Tuliskan nama obat dengan jelas. Penulisan nama obat yang tidak jelas dapat
menyebabkan obat yang keliru diberikan kepada penderita.
Contoh: Indocin (analgesik, antiinflamasi) dengan Lindocin(antibiotik)atausebaliknya
4. Dispesifikasi dengan jelas kekuatan serta jumlah obat yang dituliskan dalam resep.
Contoh:
Tablet sulfadiazine 500 mgdalam hal ini 500 mg boleh ditulis atau tidak dituliskan,
karena untuk tablet sulfadiazine hanya ada satu standar, yaitu 500 mg.
Tablet Paracetamolkarena paracetamol beredar dalam beberapa kekuatan maka
kekuatan yang diminta harus dijelaskan, apakah yang dimaksud paracetamol 250 mg
atau 500 mg.
5. Obat yang dibeikan kepada penderita hendaknya obat dengan mana dokter telah
mempunyai pengalaman yang baik. Apabila seorang dokter belum mempunyai
pengalaman (obat baru ataupun lama) hendaknya dicari literatur dahulu mengenai obat
tersebut.
6. Apabila dokter telah mempunyai pengalaman yang baik dengan suatu preparat paten tidak
perlu pindah ke preparat paten yang lain walaupun isinya sama. Alasannya ialah dua obat
yang ekivalen secara kimia belum tentu ekivalen secara biologis.
7. Hati-hati bila memberikan beberapa obat secara bersamaan. Bila cukup satu bahan obat
diperlukan untuk terapi berikanlah sebagai bahan tunggal; tetapi bila kombinasi dari
beberapa bahan diperlukan untuk memberikan efek sinergistik maka hendaknya
dipastikan tidak ada incompatibility/interaction antara obat-obat tersebut.
8. Hitung dosis dengan tepat serta perhitungkan semua faktor individual penderita, terutama
umur dan berat badannya.
9. Ketentuan mengenai obat dituliskan dengan jelas di atas resep (boleh berupa singkatan,
tetapi jelas) sehingga nanti akan tertera pada etiket yang dipasang pada wadah obat.
10. Hindarkan pemberian obat yang terlalu banyak. Oleh karena dikuatirkan obat yang tersisa
akan disimpan untuk ”lain kali” belum tentu pada waktu ”lain kali” itu obatnya masih baik
atau obat yang tersisa diberikan kepada orang lain.
Resep Cito
Kadang dokter memerlukan obat agar segera didapat oleh pasiennya, maka dokter dapat
menuliskan CITO! Di sebelah kanan atas blanko resep. Untuk itu resep cito harus didahulukan
dalam pembuatannya dari resep-resep lain. Dengan demikian dokter yang meminta resep cito
hendaknya betul-betul jika pasien dalam keadaan gawat dan penundaan pemberian obatnya
dapat membahayakan. Istilah lain dalam bahasa latin : statim, urgen, P.I.M (amat segera)
Resep Rasional
Penulisan resep yang rasional berpedoman falsafah ‘lima tepat’ yaitu tepat obat, tepat dosis,
tepat BSO, tepat cara dan waktu pemberian, serta tepat penderita. Oleh karena itu penulisan
resep harus memenuhi kaidah :
1. Nama Obat
Ditulis sesuai dengan nomenklatur internasional, dan dipilih sesuai terapi, sifat obat, dan
kondisi obat
2. Dosis Obat
Ditetapkan secara individual, diperhitungkan secara seksama, baik untuk orang dewasa,
lansia, anak, dll
3. BSO
Disesuaikan dengan tujuan terapi, kepentingan penderita, dan spesifikasi BSO tersebut
4. Cara dan waktu pemberian
Ditetapkan secara jelas dan dipahami oleh penderita, agar meningkatkan ketaat penderita
5. Kondisi Penderita
Meliputi keadaan fisik, ekonomi, dan sosial perlu diperhatikan agar meningkatkan ketaatan
pasien dan tujuan terapi tercapai
Langkah Preskipsi
2. Seorang laki laki usia 27 tahun mengeluh gatal-gatal di selangkangan sejak 2 minggu
yang lalu. Diagnosis: tinea cruris, Terapi krim ketokonazol
3. Seorang perempuan usia 24 tahun mengeluh nyeri saat menelan, riwayat batuk pilek
sebelumnya ( 5 hari yang lalu), tidak terdapat suara parau. Dari pemeriksaan
didapatkan hiperemesis, pada uvula dan faring. Diagnosis: faringitis, terapi
amoksisilin, parasetamol dan obat kumur povidon iodine 1%
4. Seorang anak umur 2 tahun, berat 12 kg dibawa oleh kedua orang tuanya ke rumah
sakit karena keluar cairan dari telinga kanan. Cairan berwarna kuning dan berbau.
Diagnosis: otitis media supuratif, Terapi : larutan H2O2 3%, ofloksasin tetes telinga
5. Seorang laki-laki usia 34 tahun datang ke IGD karena mata kanan merah dan terasa
perih jika terkena cahaya. Dari anamnesis diketahui 2 hari yang lalu kemasukan
serpihan logam. Penglihatan menjadi buram. Diagnosis : ulkus kornea OD e.c bakteri,
Terapi: gentamisin tetes mata , salep gentamisin, sulfas atropine tetes mata
DAFTAR PUSTAKA
Doane, R.W. 2009. Insects and Diseases. A Popular Account of the Way in Which Insects
may Spreador Cause some of our Common Diseases. Ebook.
http://www.gutenberg.org/files/28177/28177-h/28177-h.htm#Fig_20
James, M.T. & Harwood, R.F. 1969. Entomology, 6th ed. The Macmillan Company Coolier-
Macmillan Limited, London