Panduan Praktikum
BLOK GANGGUAN PERTUMBUHAN 2.4
KBK 2016
oleh :
TIM BLOK GANGGUAN PERTUMBUHAN (2.4)
SEMESTER IV
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
YOGYAKARTA
2021
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan ucapan alhamdulillah wa syukurillah
karena atas rahmat dan inayah-Nya maka buku panduan praktikum ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Buku panduan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan
praktikum. Kegiatan praktikum merupakan kegiatan penunjang dalam blok yang bertujuan
agar mahasiswa semakin mendalami materi yang telah dipelajari melalui kuliah atau diskusi
tutorial, di samping melatih keterampilan praktikum di laboratorium.
Semua kegiatan praktikum harus diikuti oleh mahasiswa dengan sebaik-baiknya agar betul-
betul menguasai materi yang diberikan dan memperoleh tanda ’lulus’ dari tiap-tiap
departemen penyelenggara. ’Tanda lulus’ tersebut secara administratif merupakan syarat
mengikuti ujian akhir blok. Adapun syarat memperoleh tanda lulus tersebut akan dijelaskan
secara rinci oleh masing-masing departemen penyelenggara.
Selamat mempelajari buku panduan ini, semoga bermanfaat. Saran dan kritik yang
membangun kami harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.
.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Penyusun
Visi FK UII
Terwujudnya FK UII sebagai rahmatan lil 'alamin, memiliki komitmen pada kesempurnaan
(keunggulan), risalah islamiyah di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat
dan dakwah, setingkat dengan Fakultas Kedokteran yang berkualitas di negara maju pada tahun
2028
Misi FK UII:
Menegakkan wahyu Illahi dan sunnah Nabi sebagai sumber kebenaran mutlak serta rahmat bagi
alam semesta dan mendukung cita-cita luhur dan suci bangsa Indonesia dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui upaya membentuk tenaga kesehatan yang profesional yang bertakwa,
berakhlak mulia, terampil, berilmu amaliah dan beramal ilmiah, mengembangkan dan
menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni yang berjiwa agama Islam, membangun
masyarakat dan negara Republik Indonesia yang adil dan makmur berdasar Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang diridai Allah SWT, serta mendalami, mengembangkan, dan
menyebarluaskan pemahaman ajaran agama Islam untuk dihayati dan diamalkan oleh warga
Universitas dan masyarakat pada umumnya.
Tujuan FK UII
a. Membentuk tenaga kesehatan dan pemimpin bangsa yang berkualitas, bermanfaat bagi
masyarakat, menguasai ilmu keislaman dan mampu menerapkan nilai-nilai Islam serta
berdaya saing tinggi.
b. Melahirkan pemikir-pemikir yang dapat membumikan konsep rahmatan lil a’lamin
c. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sastra, dan
seni yang berjiwa Islam.
d. Berperan aktif membangun masyarakat dan negara Republik Indonesia yang adil dan makmur
serta mendapat ridha Allah SWT.
e. Mendalami, mengembangkan, dan menyebarluaskan pemahaman ajaran agama Islam untuk
dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh warga Universitas dan masyarakat.
DAFTAR ISI
PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI
PENDAHULUAN
Keadaan fungsional sel dapat berubah ketika bereaksi terhadap stres yang ringan untuk
mempertahankan keadaan yang seimbang. Untuk mempertahankan viabilitasnya, sel akan beradapasi,
dan bila tidak teratasi, terjadi jejas sel dari yang ringan/reversible sampai yang lebih berat dan
irreversible bahkan mengakibatkan kematian sel.
A. JEJAS REVERSIBLE
Uraian kasus : Seorang perempuan usia 40 tahun dengan keluhan demam dan rasa sakit pada
pinggang belakang.
Makroskopis : Tergantung dari jumlah sel yang terkena. Bila menyeluruh, organ membengkak dan
bertambah berat, pucat, turgor meningkat.
Mikroskopis :
Pembesaran lemah/kuat :
− Sediaan berasal dari ginjal menunjukkan gambaran kelainan pada tubuli renalis yang tidak
sama besar.
− Sel epitel tubulus membengkak, sitoplasma tampak granular. Gambaran ini diakibatkan karena
tersebarnya organela yang membengkak pada sitoplasma sel.
− Inti sel tidak tampak perubahan yang nyata.
− Lumen tubuli menjadi terlihat menyempit dan batas antar sel menjadi tidak jelas.
Pada preparat praktikum, kasus diambil dari jaringan mola hidatidosa. Pada mola hidatidosa, villi
khorialis membengkak berisi cairan sehingga makroskopis membentuk gelembung-gelembung
kecil.
Uraian kasus : Seorang perempuan usia 25 tahun, G1P0A0 dengan perut membesar melebihi
usia kehamilannya.
Makroskopis : Sediaan berasal dari kerokan uterus menunjukkan jaringan berupa gelembung-
gelembung kecil menyerupai buah anggur.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah / kuat :
− Terlihat villi khorialis dengan ukuran bervariasi dengan degenerasi hidropik.
− Di dalam villi ada yang masih mengandung sel di dalam stromanya, ada yang hanya berupa
rongga kosong (cairan hilang pada pemrosesan sediaan).
− Ditemukan pula proliferasi sel-sel trofoblast.
3. Degenerasi hialin
Hialin berasal dari kata hyalos yang artinya kaca. Hialin merupakan istilah deskriptif untuk massa
amorf kemerahan seperti kaca yang homogen pada pewarnaan hematoksilin-eosin. Perubahan
hialin dapat ditemukan baik pada kondisi patologik intraseluler maupun ekstraseluler.
Pada preparat praktikum, kasus diambil dari tumor jinak korpus uteri yang berasal dari otot polos
miometrium, disebut dengan leiomioma uteri. Pada leiomioma uteri, degenerasi hialin terjadi
ekstraseluler pada jaringan ikat.
Uraian kasus : Seorang perempuan usia 35 tahun dengan benjolan pada perut. Pasien dengan
riwayat menometroragi.
Makroskopis : Sediaan berasal dari jaringan korpus uteri mengandung massa tumor berbatas
tegas, berwarna putih, berjaras, konsistensi kenyal.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
− Pada sediaan tampak jaringan tumor yang belum degenerasi, tersusun atas sel-sel berinti
oval/bulat ‘cigar shaped’, uniform, membentuk susunan berjaras melingkar.
− Terlihat jaringan tumor yang mengalami degenerasi hialin dengan inti yang sedikit.
4. Degenerasi musinosum/mukoid
Musin disekresikan oleh sel epitel mukosa serta kelenjar, juga oleh sedikit jaringan ikat seperti di
tali pusat. Istilah degenerasi mukoid adalah produksi musin yang berlebihan. Keadaan ini sering
ditemukan pada tumor epitelial yang mensekresi musin seperti pada tumor ovarium, lambung dan
usus besar. Sedangkan jaringan ikat yang mengandung musin biasa disebut miksoid (seperti
lendir). Keadaan ini dapat ditemukan pada tumor seperti miksoma, neurofibroma.
Pada preparat praktikum, kasus diambil dari adenokarsinoma musinosum. Mula-mula musin
terbentuk intraseluler berupa vakuola kecil pada sitoplasma. Semakin lama semakin membesar
sehingga mendesak inti ke tepi membentuk gambaran signet ring cell. Semakin lama sel dapat
pecah (ruptur) dan musin keluar, sehingga dapat ditemukan musin ekstraseluler.
Uraian kasus : Seorang laki-laki usia 40 tahun dengan muntah darah disertai riwayat sakit perut.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
− Tumor terdiri atas sel-sel tumor tersusun membentuk gambaran tubular/glandular, mengelompok
atau single cell.
− Sel-sel tumor mengalami degenerasi mukoid berupa sel-sel dengan inti pleomorfik yang
mengandung vakuola dalam sitoplasma.
− Vakuola ada yang masih kecil, tapi banyak juga yang besar sehingga mendesak inti sel ke tepi.
Kadang-kadang dalam sitoplasma terlihat lebih dari satu vakuola yang kecil-kecil, vakuola ini
tampak seperti kosong tetapi sebenarnya berisi bahan mukoid.
− Vakuola ini terus membesar oleh karena timbunan mukoid yang semakin banyak dan lambat
laun menjadi vakuola yang besar dan mendesak inti sel tumor ke tepi, sehingga sel-sel tersebut
berbentuk seperti cincin stempel (signet ring cell).
B. JEJAS IRREVERSIBLE
Sel yang mengalami jejas berat dan menetap dapat menyebabkan jejas irreversible pada sel dan
berakhir dengan kematian/nekrosis sel. Perubahan morfologik pada nekrosis diakibatkan oleh dua
proses utama:
a. Denaturasi protein, menyebabkan nekrosis koagulatif
b. Digesti enzimatik, menyebabkan nekrosis liquefaktif.
5. Nekrosis Koagulatif
Nekrosis koagulatif merupakan nekrosis yang umumnya terjadi akibat kurangnya suplai darah dan
anoksia. Pada proses nekrosis ini denaturasi protein terjadi lebih dominan, enzim proteolitik tidak
sempat keluar dari lisosom. Gambaran mikroskopik menunjukkan batas sel yang nekrosis masih
terlihat. Sel tampak sebagai massa homogen berwarna merah jambu, sedangkan gambaran inti
menghilang.
Uraian kasus : Seorang laki-laki 60 tahun dengan karsinoma hepar. Terdapat pembesaran hati,
berbenjol-benjol dan keras.
Mikroskopik :
- Sediaan parenkim hati menunjukkan seluruh lapang pandang parenkim mengalami nekrosis.
- Tampak sel-sel hepatosit dengan inti yang menghilang dan sitoplasma berwarna merah
homogen. Batas antar sel masih dapat terlihat (kerangka sel terlihat).
- Tampak pula sel-sel hepatosit yang mengalami nekrosis mengandung inti yang piknotik dan
karioreksis (fragmentasi).
- Di sekitarnya terlihat perdarahan dan hiperemia.
C. AKUMULASI INTRASEL
Sel dapat menimbun berbagai substansi dengan jumlah abnormal.
6. Amiloidosis/Amiloid Deposition
Amiloidosis merupakan contoh jejas pada jaringan interstitial akibat perubahan komposisi plasma
darah atau perubahan lokal jaringan akibat keadaan patologik tertentu dan mengakibatkan
penimbunan zat amiloid. Amiloid merupakan salah satu protein fibriler yang pada pewarnaan
hematoksilin-eosin memberikan gambaran massa amorf merah jambu yang homogen. Pulasan
khusus Congo Red akan memberikan warna merah dengan birefringence hijau di bawah cahaya
polarisasi.
Uraian kasus : Seorang laki-laki usia 21 tahun dengan konjungtiva yang membengkak.
Makroskopis : Sediaan berasal dari jaringan konjungtiva palpebra terdiri atas nodul putih
kemerahan, kenyal, dengan diameter 2 cm.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
− Pada lamina propria di bawah lapisan epitel, tampak massa berwarna merah homogen tanpa
struktur, tersusun berbentuk nodul-nodul kecil.
− Dengan pengecatan khusus untuk amiloid, sarang bulat ini memberi reaksi positif.
Uraian kasus : seorang laki-laki berusia 20 tahun dengan gangguan pendengaran telinga kiri
(unilateral). Pemeriksaan otoskopi ditemukan nodul pada kavum timpani. Pasien memiliki riwayat
otitis media kronik sebelumnya.
Makroskopis : Sediaan berasal dari kavum timpani berupa nodul kekuningan berukuran 1 cm,
kenyal.
Mikroskopis :
Pembesaran lemah/kuat :
− Tampak sebagian jaringan dilapisi epitel gepeng berlapis yang setempat-setempat erosif.
− Pada jaringan kulit subepitelial tampak celah-celah kosong berbentuk kumparan yaitu bekas
kristal kolesterol yang larut.
− Tampak pula sebukan ringan sel radang kronik di sekitarnya.
− Ditemukan area perdarahan luas dengan sebukan sel-sel radang.
D. KALSIFIKASI
Merupakan proses penimbunan massa kalsium pada jaringan. Terdapat dua jenis kalsifikasi, yaitu
kalsifikasi distrofik dan kalsifikasi metastasis.
8. Kalsifikasi distrofik
Merupakan proses penimbunan massa kalsium pada jaringan yang rusak/nekrosis misalnya proses
kalsifikasi pada fokus tuberkulosis di paru. Kalsifikasi distrofik tidak berhubungan dengan kenaikan
kadar kalsium darah, sehingga meskipun kadar kalsium darah normal atau tidak meningkat, proses
kalsifikasi tetap berjalan. Berbeda dengan kalsifikasi metastasis, dimana proses pengapuran terjadi
akibat naiknya kadar kalsium darah sehingga kalsium diendapkan pada jaringan.
Pada preparat praktikum, kasus diambil dari endometrium korpus uteri. Gambaran mikroskopis
kalsifikasi menunjukkan massa berwarna ungu tidak berstruktur dan tanpa bayangan sel seperti
pada nekrosis. Berbeda dengan penulangan/osifikasi yang mengandung osteosit di antara jaringan
tulang (massa amorf berwana merah kadang lameller).
Uraian kasus : Seorang perempuan usia 65 tahun dengan prolapsus uteri. Dilakukan histerektomi.
Makroskopis : Sediaan berasal dari korpus uteri menunjukkan jaringan coklat, kenyal.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
− Pada jaringan korpus uteri tampak lapisan endometrium dengan kelenjar yang mengalami
atrofi.
− Di antaranya ditemukan pembuluh-pembuluh darah yang menebal sklerotik.
− Pada beberapa dinding pembuluh darah tersebut ditemukan area kalsifikasi (tampak berwarna
ungu).
E. ADAPTASI SEL
Dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup pada kondisi adanya paparan stres, sel-sel
membuat penyesuaian dengan perubahan lingkungan mereka (yaitu beradaptasi) terhadap
kebutuhan fisiologis (adaptasi fisiologis) dan cedera patologis yang tidak mematikan (adaptasi
patologis).
9. Atrofi
Atrofi merupakan pengurangan jumlah dan ukuran sel-sel parenkim suatu organ atau bagiannya
yang sebelumnya normal. (Bedakan dengan hipoplasia ataupun aplasia). Salah satu bentuk atrofi
fisiologik yang sering ditemukan akibat proses penuaan adalah atrofi kelenjar endometrium.
Uraian kasus : Seorang perempuan usia 65 tahun dengan prolapsus uteri. Dilakukan histerektomi.
Makroskopis : Sediaan berasal dari sampling area korpus uteri menunjukkan jaringan
berwarna coklat, kenyal.
Mikroskopis :
- Pada jaringan korpus uteri tampak lapisan endometrium dengan kelenjar yang mengalami
atrofi.
- Tampak kelenjar berjumlah sangat sedikit dengan stroma yang kurang seluler.
- Epitel kelenjar tampak lebih tipis, dilapisi selapis sel kuboid atau kolumnar rendah dengan inti
yang relatif kecil, gelap disertai sitoplasma yang sedikit.
10. Hiperplasia
Hiperplasia adalah peningkatan jumlah sel-sel parenkim yang mengakibatkan terjadinya
pembesaran organ atau jaringan. Seringkali hiperplasia dan hipertrofi terjadi bersama-sama.
Hiperplasia terjadi karena adanya peningkatan rekrutmen sel dari fase G0 (istirahat) dari siklus sel
untuk menjalani mitosis, yang timbul ketika adanya rangsangan. Salah satu contoh hiperplasia
fisiologik akibat stimulasi hormonal adalah Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).
11. Metaplasia
Metaplasia didefinisikan sebagai perubahan reversibel dari satu jenis sel epitel atau mesenkimal
dewasa menjadi jenis sel epitel atau mesenkimal dewasa lain. Proses ini biasanya terjadi dalam
menanggapi rangsangan normal, dan sering beralih kembali normal ketika hilangnya rangsangan
atau stimulus. Namun, jika stimulus terus berlanjut untuk waktu yang lama, metaplasia epitel dapat
berubah menjadi kanker. Metaplasia secara luas dibagi menjadi 2 jenis: epitelial dan mesenkimal.
Metaplasia Skuamosa
Merupakan kondisi metaplasia epitelial yang sering ditemukan. Etiologi perubahan ini biasanya
dikarenakan adanya iritasi kronik baik berupa mekanik, kimiawi maupun akibat infeksi.
Uraian kasus : Seorang perempuan usia 65 tahun dengan prolapsus uteri. Dilakukan histerektomi.
Mikroskopik :
- Tampak jaringan endoserviks dengan mukosa dilapisi epitel kolumnar selapis.
- Tampak sebagian permukaan mukosa mengalami metaplasia skuamosa.
- Terlihat pula stroma jaringan ikat bersebukan sel radang akut dan kronik.
1. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
2. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
3. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
4. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
5. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
6. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
7. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
8. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
9. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
10. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI
NEOPLASMA
Tujuan Instruksional Umum : Setelah proses pembelajaran praktikum ini, mahasiswa diharapkan
dapat memahami proses patologi dan pembagian neoplasma secara umum.
Istilah 'neoplasia' berarti pertumbuhan baru. Pertumbuhan baru yang dihasilkan disebut 'neoplasma'
atau 'tumor'. Namun, tidak semua pertumbuhan baru merupakan neoplasma, seperti pada
pertumbuhan baru jaringan dan sel saat proses embriogenesis, regenerasi dan perbaikan, hiperplasia
dan stimulasi hormonal. Oleh karena itu, neoplasma didefinisikan sebagai suatu massa dari jaringan
yang terbentuk sebagai hasil dari proliferasi sel yang abnormal, berlebihan, tanpa koordinasi, otonom
dan tanpa tujuan bahkan setelah penghentian stimulus pertumbuhan yang menyebabkannya. Cabang
ilmu yang berhubungan dengan studi neoplasma atau tumor disebut onkologi (oncos = tumor, logo =
studi).
Klasifikasi tumor dapat dibagi berdasarkan atas asal jaringannya (histologi) misal dari epitel atau
mesenkimal. Dapat pula dari perjalanan klinisnya, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Semua tumor
jinak serta ganas, memiliki 2 komponen dasar, yaitu :
1. Parenkim, terdiri atas proliferasi sel tumor. Parenkim menentukan sifat dan evolusi tumor.
2. Stroma, terdiri dari jaringan ikat fibrosa dan pembuluh darah. Stroma menyediakan kerangka
di mana sel tumor parenkim tumbuh.
Nomenklatur neoplasma didasarkan atas komponen parenkim yang membentuknya. Secara umum,
akhiran OMA ditambahkan untuk menunjukkan tumor jinak. Sedangkan tumor ganas epitel diberi
tambahan KARSINOMA, dan untuk tumor ganas mesenkimal ditambah dengan SARKOMA.
KLASIFIKASI TUMOR
Asal Jaringan Tumor Jinak Tumor Ganas
I. Tumor yang tersusun atas 1 jenis sel parenkim
A. Tumor epitelial
1. Epitel skuamosa Papilloma sel skuamosa Karsinoma sel skuamosa
2. Epitel transisional Papilloma sel transisional Karsinoma sel transisional
3. Epitel glandular Adenoma Adenokarsinoma
4. Sel basal kulit - Karsinoma sel basal
5. Neuroektodermal Nevus Melanoma
6. Hepatosit Adenoma sel hepar Hepatoma/karsinoma hepatoseluler
7. Plasenta (epitel korionik) Mola hidatidosa Koriokarsinoma
B. Tumor Mesenkimal
1. Jaringan lemak Lipoma Liposarkoma
2. Jaringan fibrosa matur Fibroma Fibrosarkoma
3. Jaringan fibrosa embrional Miksoma Miksosarkoma
4. Kartilago Kondroma Kondrosarkoma
5. Tulang Osteoma Osteosarkoma
6. Sinovial Synovioma jinak Sinovial Sarkoma
7. Otot polos Leiomioma Leiomiosarkoma
8. Otot skeletal Rhabdomioma Rhabdomiosarkoma
9. Mesotelial - Mesotelioma
10. Pembuluh darah Hemangioma Angiosarkoma
11. Pembuluh limfe Limfangioma Limfangiosarkoma
12. Glomus Tumor glomus -
13. Meninges Meningioma Meningioma invasif
14. Sel hematopoietik - Leukemia
15. Jaringan limfoid Pseudolimfoma Limfoma maligna
16. Selubung saraf Neurofibroma, Neurilemmoma/ Malignant nerve sheath tumor
Schwannoma
17. Sel saraf Ganglioneuroma Neuroblastoma
III. Tumor yang tersusun atas lebih dari 1 lapisan sel germinal
Sel totipoten dari gonad atau Teratoma matur Teratoma Immatur
embryonal rests
1. PAPILLOMA SKUAMOSA
Merupakan tumor jinak epitelial yang terdiri atas sel-sel tumor yang tumbuh menonjol seperti jari
tangan. Tumor ini menonjol di atas permukaan baik permukaan kulit maupun mukosa. Sering
ditemukan pada kulit, nasofaring, laring, anus.
Uraian kasus : Seorang laki-laki, 60 tahun, Indonesia, telah setahun pada kelopak mata timbul
benjolan bentuk papiler. Tidak ada ulserasi.
Makroskopis : Massa menonjol papillomatous tumbuh pada kulit palpebra, diameter 1 cm,
permukaan halus, kenyal, berwarna coklat.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Terlihat adanya pertumbuhan papiler dari epitel gepeng berlapis yang diikuti oleh stromanya.
- Epitel gepeng berlapis tampak tebal (akantosis) dengan keratin bertambah (hiperkeratosis)
dan lapisan keratin dengan inti piknotik (parakeratosis). Sel-sel epitel tersebut tidak
menunjukkan perubahan-perubahan bentuk dan besarnya
- Sel-sel stratum basalis mengandung banyak pigmen melanin.
- Membrana basalis utuh, tidak ditemukan pertumbuhan infiltratif.
- Mitosis tidak ditemukan.
Uraian kasus : Seorang laki-laki usia 65 tahun dengan benjolan pada regio kelenjar parotis kanan,
sukar digerakkan.
Makroskopis : Sediaan berasal dari jaringan regio kelenjar parotis kanan mengandung massa
solid diameter 3 cm, berkapsul. Pada pembelahan konsistensi lunak, berwarna coklat kekuningan,
kistik berisi cairan kecoklatan.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Jaringan tumor asal dari epitel kelenjar, dengan simpai kapsul baik (utuh).
- Massa tumor tersusun atas rongga kistik atau tersusun papiler, dilapisi epitel yang tersusun
atas 2 lapis epitel berupa sel kolumnar tinggi dan lapisan bawahnya berupa sel kuboid dengan
gambaran asidofilik/ onkositik (epitel dengan sitoplasma kemerahan).
- Pada subepitelial tampak kumpulan sel radang limfosit yang seluler, setempat-setempat
membentuk gambaran folikel limfoid dengan sentrum germinativum.
- Tidak ditemukan adanya mitosis.
3. AMELOBLASTOMA
Merupakan tumor jinak epitelial yang berasal dari sel odontogenik. Tumor ini tumbuh lambat,
bersifat lokal invasif dengan tingkat rekurensi yang tinggi jika tidak dihilangkan secara adekuat,
namun hampir tidak ada kecenderungan untuk bermetastasis. Tumor ini tumbuh di rahang, dimana
sekitar 80% terjadi pada mandibula dengan predileksi pada regio posterior.
Uraian kasus : Seorang perempuan, 36 tahun, Indonesia, dengan benjolan di mandibula sebesar
telur ayam dengan konsistensi kenyal dengan bagian yang kistik, batas tegas, tidak dapat
digerakkan.
Makroskopis : Sediaan berasal dari regio mandibula menunjukkan massa tumor yang padat keras
sebagian kistik, berwarna coklat muda keabuan.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Tampak pulau-pulau epitel di dalam jaringan ikat dengan bagian perifer terdiri atas sel-sel
epitel dengan susunan inti yang rapih sebagai pagar (palisading).
- Sel berbentuk kolumnar dengan inti yang hiperkromatik.
- Ke arah sentral dalam pulau epitel tersebut, sel-sel tumor tersusun longgar dengan inti yang
kecil, fusiform atau stelate. Keadaan ini disebabkan adanya timbunan cairan di antara sel-sel
epitel (degenerasi hidropik/stroma miksoid).
- Timbunan cairan dapat banyak sehingga membentuk ruangan-ruangan kecil di dalam pulau-
pulau jaringan epitel; ruangan-ruangan menjadi besar dan satu sama lain berfusi sehingga
membentuk ruang yang cukup besar (kistik).
- Atipia inti dan mitosis tidak ditemukan.
Uraian kasus : Seorang laki-laki usia 50 tahun dengan ulkus di sudut mulut, pinggir keras, tidak
rata dengan dasar berbenjol-benjol, keras dan tertutup oleh pus. Sekitar ulkus ada abses yang
kecil-kecil yang mengeluarkan pus.
Makroskopis : Sediaan berasal dari jaringan kulit dengan massa putih kecoklatan, ulserasi
meninggi, berbatas tidak jelas.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat
− Terlihat epidermis menebal tak teratur.
− Pada suatu tempat epitel menjalar ke dalam dengan susunan yang sudah berbeda dari normal.
− Di bawah epidermis terlihat sarang-sarang yang terdiri atas :
- Terluar sel yang basofil, semakin dalam semakin jernih.
- Di bagian sentral tampak kemerah-merahan dengan susunan yang konsentris yang
menyerupai mutiara (horn pearl).
- Sarang-sarang tumor terdiri atas sel-sel atipik, pleomorfik, dengan inti hiperkromatik,
sitoplasma relatif banyak. Ditemukan pula mitosis atipik.
− Stroma mengandung banyak sel-sel radang seperti neutrofil, eosinofil, limfosit dan histiosit.
5. ADENOKARSINOMA
Merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel sekretorik atau kelenjar. Lokasi paling sering
ditemukan pada lambung, usus besar/rektum, kandung empedu, pankreas, prostat, payudara,
uterus atau tiroid. Tumor ini tidak berkapsul dan infiltratif.
ADENOKARSINOMA KOLON
Uraian kasus : Seorang laki-laki, 80 tahun dengan keluhan melena, anemia sejak 5 bulan terakhir.
Hasil biopsi kolonoskopi menunjukkan keganasan. Dilakukan reseksi kolon descendens.
Makroskopis : Pada pembelahan penampang usus tampak massa tumor tumbuh infiltratif ke
dalam dinding usus Tidak ditemukan pertumbuhan papiler. Massa tumor berwarna putih keabuan,
rapuh. Dilakukan sampling tumor dari batas sehat sakit.
Mikroskopis :
- Tampak gambaran peralihan mukosa epitel usus yang telah berubah menjadi ganas dan
mukosa rektum yang masih dilapisi oleh epitel gepeng berlapis.
- Terlihat tumor ganas epitelial asal epitel kelenjar usus yang tumbuh infiltratif ke dalam stroma
jaringan ikat.
- Sel tumor tersusun membentuk pola glandular/tubular.
- Sel tumor berinti pleomorfik, kromatin kasar, sitoplasma sedikit. Anak inti terlihat. Mitosis
mudah ditemukan.
6. LIPOMA
Merupakan tumor jinak mesenkimal tersering. Tumor ini berasal dari jaringan lemak dan berbatas
tegas/bersimpai. Terutama terdapat di jaringan ikat subkutan daerah punggung atau bahu. Kadang
ditemukan multipel.
Uraian kasus : Seorang perempuan usia 20 tahun dengan benjolan subkutan di punggung sebesar
telur ayam, mobile, lunak.
Makroskopis : Sediaan berasal dari regio punggung mengandung massa berkapsul, warna
kekuningan, lunak, kadang berminyak.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Terlihat adanya jaringan lemak dangan sel-sel lemak separti pada jaringan lemak normal,
dibatasi simpai jaringan ikat.
- Sel lemak berbentuk poligonal dengan inti sel terletak di tepi, kromatin halus.
- Mitosis atau pleomorfik inti dari sel-sel lemak tidak ditemukan.
7. FIBROMA OVARII
Uraian kasus : Seorang perempuan, 42 tahun dengan benjolan pada abdomen bawah. Hasil
pemeriksaan fisik dan USG menunjukkan adanya tumor ovarium kiri.
Makroskopik : Jaringan tumor ovarium padat, berkapsul, ukuran diameter 10 cm. Pembelahan
tampak penampang tumor berwarna putih, berlobus.
Mikroskopik :
- Tampak tumor jinak mesenkimal, berkapsul, tersusun atas proliferasi sel-sel tumor membentuk
berkas/jaras dengan sedikit vaskularisasi.
- Inti-inti sel tersusun paralel tampak oval memanjang, sedangkan sel yang terpotong transversal
menunjukkan inti sel yang bulat.
- Tidak ditemukan mitosis patologik.
- Tampak pula area-area mengalami kolagenisasi.
8. OSTEOSARKOMA
Merupakan tumor ganas mesenkimal yang memproduksi tulang dan sel-selnya berasal dari sel
mesenkimal primitif yang dapat berdiferensiasi ke arah osteoblas, kondroblas dan fibroblas. Istilah
osteosarkoma sekarang lebih banyak dipakai menggantikan istilah sarkoma osteogenik. Prevalensi
tumor ini terutama pada anak muda usia 10-20 tahun dan pasien dewasa diatas 40 tahun. Tumor
ini menghasilkan osteoid ganas yaitu massa amorf berwarna merah muda, padat (menyerupai
kolagen atau amiloid) dengan gambaran seperti sheet-like atau lacelike. Dinamakan osteoid ganas
karena osteoid ini mengandung sel-sel ganas yang memproduksi osteoid tersebut. Tumor ini cepat
bermetastasis ke paru-paru melalui aliran darah.
Uraian kasus : Seorang anak laki-laki usia 15 tahun dengan benjolan di lutut, nyeri dengan riwayat
trauma sebelumnya.
Makroskopis : Sediaan diambil dari jaringan tulang, pada pembelahan tampak massa tumor pada
metafisis tulang tibia proksimal, berwarna merah muda keputihan, konsistensi keras, disertai
perdarahan.
Mikroskopis :
Pembesaran lemah/kuat :
− Tampak jaringan tumor yang tersusun atas sel-sel tumor yang sangat seluler.
− Sel tumor berinti pleomorfik, hiperkromatik, sebagian vesikuler, dengan sitoplasma sedikit.
− Ditemukan jaringan matriks osteoid ganas yaitu jaringan dengan matriks homogen dan
mengandung sel-sel osteoblas atipik di antaranya, membentuk gambaran lacelike (seperti
renda).
− Mitosis mudah ditemukan.
Uraian kasus : Seorang perempuan 13 tahun, Indonesia, dengan benjolan pada regio
submandibularis, konsistensi kenyal keras.
Makroskopis : Sediaan berasal dari regio submandibula mengandung jaringan tumor putih,
berbatas tegas, konsistensi kenyal keras.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Terlihat struktur tumor sangat berlainan pada berbagai tempat.
- Ada jaringan tumor yang terdiri atas sel-sel epitel berbentuk bulat poligonal yang tersusun
solid, sebagian membentuk gambaran tubular.
- Tampak stroma miksoid, mukoid (mengalami perlendiran) dan setempat ditemukan bagian
yang menunjukkan kondroid (seperti tulang rawan).
- Mitosis tidak ditemukan.
TERATOMA
Teratoma adalah tumor yang mengandung berbagai jaringan yang berasal dari beberapa lapisan benih
yang dapat berkembang dan berdiferensiasi. Tumor ini sering ditemukan di garis tengah badan seperti
daerah sakrum (teratoma sakrokoksigeal) atau mediastinum serta di gonad (testis/ovarium). Tumor ini
berkapsul, kadang kistik. Bila unsur dalam tumor hanya dari kulit dengan adneksanya, dinamakan kista
dermoid. Bila ditemukan unsur ektoderm (jaringan epidermis kulit dan turunannya termasuk kelenjar
keringat dan folikel rambut, gigi, sistem saraf dan sistem sensorik, kelenjar pituitari dan medula adrenal,
serta sel-sel penghasil sperma dan ovum), mesoderm (jaringan dermis kulit, sistem peredaran darah
dan sistem limfatik, tulang dan otot, korteks adrenal, serta sistem reproduksi (tidak termasuk sel-sel
penghasil sperma dan ovum)) dan endoderm (lapisan epitelium sistem pencernaan dan sistem
pernapasan, organ hati dan pankreas, kelenjar timus, tiroid, dan paratiroid) yang cukup dominan maka
disebut teratoma kistik.
Makroskopis : Sediaan berasal dari jaringan testis berukuran 8x5x3 cm. Pada pembelahan
tampak jaringan multikistik dan berlendir.
Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Tampak tumor jinak berasal dari 3 lapisan embrional, berkapsul.
- Tampak jaringan matur berupa jaringan saraf, adneksa kulit, jaringan tulang rawan, dsb.
- Ditemukan pula gambaran tubulus dilapisi sel epitel silindris (epitel traktus respiratorius), sel
epitel atau gepeng dengan lumen berisi koloid (kelenjar tiroid).
- Di samping itu terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe.
1. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
2. Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
3. Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
4. Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
5. Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
6. Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
7. Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
8. Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
9. Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
10. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
11. Kasus :
Perbesaran lemah
Perbesaran kuat
Praktikum
IDENTIFIKASI DNA
ISOLASI DNA
Pendahuluan
Setiap makhluk biologis yang ada di dunia ini tersusun atas material genetik yang berfungsi
sebagai “blue print” atau cetak biru kehidupan. Dalam istilah agama, melalui material genetik yang
terdiri dari DNA atau RNA, sang Pencipta Allah swt mengatur tingkah laku makhluk biologis dengan
berbagai sifat fisiknya (fenotip). Bisa ditafsirkan DNA sebagai “lauhil mahfud” yang ada dibumi sebagai
produk trankripsi dan translasi dari lauhil mahfud yang di sidrotul muntaha. Material genetik tersebut
akan diwariskan kepada keturunannya untuk membawa sifat-sifat yang sangat penting dan khas untuk
tiap spesies dan individu dalam kehidupannya yang nilainya melebihi segala bentuk warisan 6-ta yaitu
harta, wanita, tahta, senjata, mahkota dan toyota. Material genetik tersebut oleh Allah dijaga dalam
suatu tempat yang paling dalam dan tersembunyi yaitu di dalam inti sel supaya tidak mudah
terpengaruh oleh kondisi lingkungan sehingga bisa mencegah terjadinya perubahan genetik (mudah
mutasi). Apalagi di dalam tubuh manusia, perubahan sedikit saja susunan basa nitrogen di dalam
DNA bisa menyebabkan berbagai kelainan (inborn error of metabolism) dan meningkatkan
risiko terkena penyakit tertentu (polimorfisme). Berkaitan dengan peranan DNA yang begitu penting
terebut Rosululloh bersabda : Di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, apabila baik daging
tersebut maka baiklah seluruh tubuh manusia sebaliknya apabila jelek maka jeleklah seluruh tubuh
manusia. Daging itu adalah hati. Dalam memahami hadis tersebut bagi ilmuwan biologi molekuler dan
ahli genetika, dapat dikembangkan untuk memahami bahwa di dalam sel ada segumpal zat yang
apabla zat itu baik maka baiklah seluruh sel itu yaitu DNA sebagai hatinya sel dan seluruh makhluk
biologis.
Dasar Teori
Genom adalah set lengkap materi genetik (DNA) yang dimiliki suatu organisme dan
terorganisasi menjadi kromosom. Genom manusia terdiri dari autosom (22 pasang) dan 1 pasang sex-
chromosome XX untuk perempuan dan XY untuk laki-laki. Sebuah sel memiliki DNA yang merupakan
materi genetik dan bersifat herediter pada seluruh sistem kehidupan. (Human Genome Project 2005:1).
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi untuk mengatur
perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara seluler. DNA terdapat pada nukleus,
mitokondria. Perbedaan di antara ketiganya adalah: DNA nukleus berbentuk linear dan berasosiasi
sangat erat dengan protein histon, sedangkan DNA mitokondria berbentuk sirkular dan tidak
berasosiasi dengan protein histon. Selain itu, DNA mitokondria memiliki ciri khas, yaitu hanya
mewariskan sifat-sifat yang berasal dari garis ibu. Hal ini sangat berbeda dengan DNA nukleus yang
memiliki pola pewarisan sifat dari kedua orangtua. Dilihat dari organismenya, struktur DNA prokariot
berbeda dengan struktur DNA eukariot. DNA prokariot tidak memiliki protein histon dan berbentuk
sirkular, sedangkan DNA eukariot berbentuk linear dan memiliki protein histon (Klug & Cummings 1994:
315--316; Raven & Johnson 2002: 94).
Pada manusia DNA terdapat di dalam nukleosom, nukleosom terdapat di dalam kromatin, dan
kromatin terdapat di dalam kromosom seperti pada gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1.
DNA memiliki struktur pilinan utai ganda yang antiparalel dengan komponen-komponennya,
yaitu gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat, dan pasangan basa. Pasangan basa pada DNA terdiri
atas dua macam, yaitu basa purin dan pirimidin. 'Basa purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G) yang
memiliki struktur cincin-ganda, sedangkan basa pirimidin terdiri atas sitosin (C) dan timin (T) yang
memiliki struktur cincin-tunggal. Ketika Guanin berikatan dengan Sitosin, maka akan terbentuk tiga
ikatan hidrogen, sedangkan ketika Adenin berikatan dengan Timin maka hanya akan terbentuk dua
ikatan hidrogen. Satu komponen pembangun (building block) DNA terdiri atas satu gula pentosa, satu
gugus fosfat dan satu pasang basa yang disebut nukleotida (Lewis 2003: 176--178).
Gambar 2. Struktur DNA. Secara kimiawi DNA merupakan nukleotida yang tersusun dari basa nitrogen, deoksiribosa dan
fosfat. Basa nitrogen terdiri dari basa purin (Guanin/G dan Adenin/A) dan pirimidin (Timin/T dan Citosin/C). Basa nitrogen G
berpasangan dengan C dan A berpasangan dengan T.
DNA juga dapat diisolasi baik yang berasal dari manusia, hewan maupun dari tumbuhan. DNA
manusia dapat diisolasi melalui darah. Darah manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak,
substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida).
Plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet).
Komponen darah yang diisolasi yaitu sel darah putih. Sel darah putih dijadikan pilihan karena memiliki
nukleus, di mana terdapat DNA di dalamnya. (Kimball 2005: 8; Kent & Carr 2001: 317).
Berikut ini beberapa karakteristik DNA sebagai dasar teori untuk isolasi DNA;
1. Berupa rantai double helix, pada manusia berbentuk linear bukan circular
2. Bermuatan negatif sehingga bisa digerakan dalam medan arus listrik melalui elektroforesis yang
akan mengalir dari katoda ke anoda
3. Terdapat di dalam inti sel dan mitokondria, perbedaannya DNA mitokondria dalam bentuk sirkular
sehingga kita harus mengambil sel yang ada inti selnya dalam isolasi DNA
4. Di dalam tubuh manusia terdapat triliunan sel, tiap sel somatik mengandung 46 kromosom dengan
rata-rata tersusun atas 2 meter DNA jika lilitan kromosom dibentangkan
5. DNA melekat pada protein histon yang terdapat pada kromosom
6. Total terdapat 3 milyard gen dengan kode urutan A,T,G,C
7. Terdapat 3 milyard tersebut yang mengkode protein hanya sekitar 30.000 gen (exon), sisanya tidak
mengkode protein (intron)
8. Gen adalah DNA tetapi tidak semua DNA menjaadi gen yang fungsional
9. Gen adalah pembawa sifat yang diturunkan
10. DNA adalah molekul yang mengkode sifat yang diturunkan terdiri dari basa nitrogen, ribosa dan
fosfat
11. Genom adalah keseluruhan gen yang ada dalam satu individu
Di dalam blok ini akan diperkenalkan teknik untuk mengisolasi DNA sebagai tahap awal untuk
pemeriksaan fingerprint DNA.
4. Silica Gel
Silica Gel dapat mengikat DNA dengan perantaraan garam/buffer tertentu ( NaI )
DNA FINGERPRINT
PEMERIKSAAN DNA UNTUK IDENTIFIKASI FORENSIK
(PCR, RFLP, ELEKTROFORESIS)
Pengantar
Ilmu kedokteran forensik merupakan cabang ilmu kedokteran yang menerapkan ilmu dan seni
kedokteran untuk penegakan keadilan. Peran dari kedokteran forensik adalah membantu penyidik
dalam rangka membuktikan ada tidaknya tindak pidana terhadap tubuh dan nyawa manusia dan bila
perlu membantu identifikasi forensik. Banyak cabang ilmu lain selain kedokteran yang kadang
diperlukan untuk membantu penyidikan seperti toksikolagi forensik, entomologi forensik, akuntasi
forensik dan lain-lain.
Identifikasi forensik adalah usaha mencari dan memastikan identitas korban atau tersangka
baik yang masih hidup( kasus perkosaan) atau yang sudah meninggal (kasus pembunuhan/kecelakaan
dll). Identifikasi tersebut diperlukan guna kepentingan pengadilan dan kepentingan lainnya seperti
administrasi, asuransi, pensiun, warisan, atau perwalian.
Berbagai cara untuk identifikasi forensik yang sering dilakukan adalah membandingkan data
pre mortem dengan post mortem, mencocokan wajah, ciri khas pada tubuh, pakaian, aksesoris, surat
identitas, golongan darah, antropologi forensik, odontologi forensik, sidik jari (fingerprint). Saat ini
berbagai karakteristik fisik telah dikembangkan untuk identifikasi individu dengan bantuan teknologi
yang dikenal dengan istilah biometrics. Beberapa biometrics yang sedang trend adalah eye scan
(retina), ear scan, Voice fingerprint, dan DNA fingerprint. Dari teknologi ini kita dapat membayangkan
bagaimana hebatnya Allah ketika hari hisab nanti yang lamanya 50 ribu tahun satu-satu tiap orang
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dan tidak ada satu orang pun yang sama pada saat
itu dengan DNA masing-masing yang spesifik. Tidak ada ceritanya salah orang ketika pengadilan Allah
dibuka, adakah DNA fingerprint ketika yaumul hisab dan yaumul Hasyr. Subhanallah .
DNA fingerprint adalah teknik analisis DNA manusia untuk kepentingan identifikasi individu
secara spesifik dan precise dengan membandingkan hasil analisis DNA berdasarkan pola pengulangan
Variable numbers of tandem Repeats (VNTR) dan atau short tandem repeat (STR) yang berjumlah 13
loci/ region berdasarkan CODIS FBI.
Dasar Hukum
- Pasal 133(1) KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban, baik luka, keracunan
atau mati, yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman, dokter dan atau ahli
lainnya
- Pasal 1 (28) KUHAP
Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan
di produksi oleh divisi sistem molekular perusahaan Roche yang diberi nama PM/DQA1 yang mampu
mengecek 6 marker genetik dengan polimorfisme yang rendah dan interpretasi DNA masih dalam
bentuk campuran. Hasil analisis DNA dengan PM/DQA1 dipresentasikan dalam bentuk “blue dot”
Pada bulan agustus 2007, terbentuk data base Combined DNA Index System (CODIS) dari
FBI sebagai database yang berisi lebih dari 5 juta profile dalam index narapida dan kira-kira terdapat
188.000 DNA profile yang dikumpulkan dari tempat kejadian perkara tetapi tidak berhubungan dengan
pelaku tindak pidana berdasarkan profil analisis STR-nya. Saat ini FBI sudah menetapkan pemeriksaan
DNA untuk DNA fingerprint yang terbaik adalah dengan menggunakan 13 loci atau genetik marker
(STR).
Dasar Teori
DNA antar individu tidak ada yang sama meskipun pada kembar monozygot. Di dalam DNA
terdapat daerah pengulangan basa yang khas tiap individu terdiri dari short tandem repeat (STR) dan
Variable Numbers of tandemly Repeats (VNTR). Keduanya biasa terdapat pada daerah intron.
Dikatakan repetitif karena terdapat pengulangan sampai 50 kali dar 3-7 pasang basa. Dikatakan
tandem karena pengulangan sekuen yang sama tersebut berulang dua-dua atau berderet-deret.
Dikatakan sekuens berulang mikrosatelit karena sekuens tersebut berulang dan tersebar atau
berkelompok (mikrosatelit) dengan panjang 2-5 bp dan diulang 50 kali serta ditemukan di 50-100 ribu
lokasi di dalam genom. Sekuen yang berulang tersebut bisa dimanfaatkan sebagai RLFP yang spesifik
untuk masing-masing orang sehingga bisa seperti sidik jari yang spesifik (fingerprint).
Pada DNA fingerprint akan dilakukan PCR DNA dan dilakukan RLFP sesuai dengan
pengulangan sekuens STR dan VNTR. Selanjutnya dibandingkan hasil PCR dan RLFP sampai
ditemukan RLFP sekuens STR dan VNTR yang sama persis. Itulah individu yang dimaksud sebagai
korban, tersangka atau keturunan dari seseorang.
Problems
Saat ini DNA fingerprint semakin diperlukan tidak hanya untuk identifikasi korban yang rusak
tetapi telah berkembang untuk kasus incest (perkawinan keluarga), uji eksklusi kebapakan pada kasus
perselingkuhan adan uji paternitas, kasus perkosaan untuk menentukan pemilik sperma, hubungan
kekeluargaan, dan penentuan jenis kelamin.
Prinsip Pemeriksaan DNA fingerprint
3. Gen adalah segmen DNA yang bertanggung jawab terhadap fungsi tertentu dan struktur tertentu
4. Harus yakin dan pasti bukan DNA mitokondria yang diekstraksi
5. Potongan kuku dan potongan rambut tidak bisa dipakai untuk sampel karena tidak mengandung
sel apapun kecuali kuku yang dipakai untuk mencakar korban (masih tersisa sel epitelnya)
6. Dipilih sel atau jaringan tubuh yang diperkirakan DNA dalam inti masih utuh dan tidak rusak oleh
pengaruh lingkungan (pemanasan karena kebakaaran akibat bencana merapi)
7. Ekstraksi DNA (isolasi DNA) dipastikan berhasil melalui pengecekan spektrofotometer
8. Bila tidak ada cDNA bisa digunakan mitokondria DNA (mtcDNA)
9. DNA mitokondria hanya 1 % saja dari total DNA manusia dan pola pewarisannya hanya dari jalur
ibu sampai 7 generasi seperti pada gambar 2
10. Terdapat 3 pilihan metode dalam DNA fingerprinting yaitu RFLP, STR dan VNTR
11. Memahami Variable Number Tandem Repeat (VNTR) dan Short Tandem Repeat (STR) sebagai
dasar identifikasi kespesifikan individu dengan metode DNA fingerprinting. Perbedaan metode juga
tergantung pada daerah satelit, minisatelit, dan mikrosatelit yang digandakan dalam PCR.
12. FBI telah mengembangkan data base CODIS dengan 13 regio spesifik dari STR dengan tingkat
ketelitian untuk membedakan individu 1 diantara 3 miliar orang
13. Qs Alhujurat (49): 13 Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan dari sepasang suami istri dan
berkembang menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa salng mengenal dan yang paling mulia
diantara kamu adalah yang paling takwa. Hal ini mengisyaratkan bahwa terjadi variasi genetik
meskipun 99,9% DNA manusia identik tapi tiap individu ada perbedaan 0,1 % berupa tandem
repeat di DNAnya. Perbedaan 0,1 % untuk 6 milyar lebih sangat menakjubkan dalam menciptakan
dan mendesain perbedaan itu.
19
Loki pada kromosom tertentu mengandung pengulangan segmen DNA dengan pasangan basa
tertentu yang panjangnya 9-80 bp disebut Variable Numbers of Tandem Repeat (VNTR). VNTR ini
ditemukan pada daerah “Junk DNA” yaitu daerah intron yang tidak mengkode asam amino dan tiap
individu berbeda-beda panjang pengulangannya. Kekurang metode VNTR adalah diperlukan volume
DNA yang banyak untuk analisisnya. Hal ini mengakibatkan penggunaan PCR pada VNTR tidak bisa
dilakukan karena volume DNA yang harus diperbanyak begitu besar jumlah dan ukurannya. Meskipun
sama-sama menggunan enzim restriksi pada STR dan VNTR namun pada VNTR lebih komplek karena
harus memindahkan hasil digesti oleh enzim restriksi itu ke membran nitroselulose. Selanjutnya
dihibridisasi oleh probe radioactive yang berikatan dengan potongan sequence DNA yang dipotong
oleh enzim restriksi. Karena probe tersebut berfungsi untuk visualisasi potongan DNA pada saat dibaca
dengan sinar X sehingga ikatan probe yang komplementer dengan sequence DNA harus terjadi. Oleh
karena itu metode VNTR lebih rumit dengan pemindahan hasil potongan VNTR dari gel elektroforesis
ke membran nitroselulose dan denaturasi sequence DNA tersebut menjadi single strand untuk bisa
dilakukan hibridisasi dengan probe radioactive. Setelah itu baru dibaca dengan menggunakan sinar X.
Metode ini menjadi kombinasi dengan menggunakan enzim restriksi untuk memotong
polimorfisme dari sequence DNA yang mengalami perulangan dalam jumlah besar di daerah intron
(VNTR). Hasilnya seperti gambar berikut ini
Metode STR-PCR
Daerah loki tertentu dari non coding region DNA memiliki short tandem repeat. Daerah ini
disebut sebagai STR karena memilki sequence DNA yang berulang berkali-kali dengan panjang 3-5
bp. Contohnya sequence “GATA” yang berulang 6-15 kali pada kromosom 7 dan tiap individu berbeda-
beda pengulangannya yang menjadikannya spesifik tiap orang. Dengan menggunakan primer DNA
yang spesifik untuk tiap STR bisa dilakukan perbanyakan dengan mesin PCR sehingga dapat diketahui
pola STR pada seseorang. Saat ini telah ditemukan 13 primer STR yang dikenal dengan nama
Combined DNA Index System (CODIS) seperti pada gambar dibawah ini.
Metode ini menjadi pilihan terbaik karena cukup membutuhkan DNA dalam jumlah sedikit yang
bisa diperbanyak dengan PCR dan langsung bisa dibaca dengan pemeriksaan gel elektroforesis tidak
perlu menggunakan hibridisasi bahan radioaktif. Hasil pemeriksaan dengan gel elekroforesis dapat
dilihat pada gamber 7.
3. Master mix
4. Aquabides steril (dd H20)
5. Agarose
6. SDS page
7. Ethidium bromida
8. TBE
9. TAE
10. DNA hasil isolasi
11. Kertas tissue
12. Kit DNA fingerprint
13. Kertas Selulosa
14. Kertas saring wartman
15. poliakrilamid
Pada praktikum kali ini akan diperagakan metode STR-PCR. Secara detail proses DNA
fingerprint dapat dijelaskan berikut ini sesuai dengan kit yang ada.
1. Setelah proses isolasi DNA dari sampel yang diambil dari korban atau dari TKP (sperma di celana)
dilanjutkan dengan PCR
2. Digunakan 3 jenis primer untuk menentukan 3 STR (vWA, F13B dan ESR alfa) sebagai DNA
FINGERPRINTING
3. Ambil 2 mikroliter DNA templat hasil isolasi DNA ke dalam tabung 0,5 ml beri kode A
4. Masukan 2 mikroliter DNA suspek 1 ke dalam tabung 0,5 ml beri kode B
5. Masukan 2 mikroliter DNA suspek 2 ke dalam tabung 0,5 ml beri kode C
6. Masukan 2 mikroliter DNA suspek 3 ke dalam tabung 0,5 ml beri kode D
7. Tambahkan pada masing-masing tabung ddH20 7 mikroliter
8. Tambahkan 1 mikroliter enzim restriksi pada semua tabung A,B,C,D dengan XbaI, PvuII dan SwaI
yang masing-masing memiliki restriction site sendiri-sendiri
9. Inkubasikan pada suhu 37 C selama 16 jam (over night satu malam) atau pada suhu 60 derajat
selama 3 jam
10. Baca hasil inkubasi dengan elektroforesis
11. Untuk membuat gel elektroforesis, siapkan agarose 1 gram (atau dengan gel poliakrilamid jika
kurang dari 20 bp) dan larutkan dengan TBE 0,5 sampai volume 50 ml
12. Panaskan dalam microwave sampai jernih dan agarose larut semuanya dan tambahkan etidium
bromida 1,5 mikroliter
13. Tuang dalam cetakan gel elektroforesis
14. Tunggu dingin 1-2 jam
15. Lepas sumuran bersama nampannya dan taruh di chamber elektroforseis
16. Tuangkan larutan TBE 0,5 ke dalam chamber
17. Masukan DNA yang ada pada tabung A,B, C dan D ke dalam sumuran gel elektroforesis
18. Tutup mesin elektroforesis dan Runing mesin elektroforesis pada 100 volt selama 30 menit
19. Baca hasil elektroforesis dengan UV panjang gelombang 365 nm
20. Selamat menganalisis hasilnya
Analisis Hasil
Jika ada pertentangan mengenai anak siapa seperti pada kasus sederhana berikut ini. Seorang
ibu melahirkan bayi dengan golongan darah B. Ada tiga pria F1, F2, F3 yang dicurigai sebagai
bapaknya. Jika dilakukan pemeriksaan golongan darah maka pria F2 dan F3 dikeluarkan dari
tersangka.
DNA analysis
C M F1 F2 F3
13
Dimisalkan C adalah kasus anak yang tidak diketahui anak siapa dari suami atau lelaki yang
mana, maka kita bandingkan dengan DNA M adalah wanita yang mengaku atau dianggap menjadi
ibunya serta F1, F2 dan F3 adalah DNA pria 1, pria 2 dan pria 3. Ternyata DNA C itu cocok untuk DNA
M dan DNA F1 sehingga kesimpulannya anak tersebut hasil perbuatan bersama M dan F1 seperti pada
gambar ini.
M C F L
35
30
25
20
15
10
5
14
Kasus lain dari TKP kita mendapatkan sperma pada korban pemerkosaan (E), setelah disiolasi DNA-
nya, dilakukan PCR dan RLFP dan dibandingkan dengan DNA 3 orang yang dicurigai (nomor 1,2,3).
E=2
15
Nampak jelas bahwa sperma yang diisolasi DNA nya ternyata cocok dengan orang nomor 2 sehingga
disimpulkan pelaku perkosaan itu adalah orang nomor 2.
Contoh kasus lainnya adalah pembunuhan mutilasi (dipotong-potong). Apakah organ yang dipotong-
potong itu dari satu orang korban atau lebih. Untuk membuktikannya maka dari potongan organ Li, L2,
L3, A1, A2 dan B1 disolasi DNA-nya dan di PCR selajutnya di RLFP sampai akhirnya di elektroforesis
yang hasilnya seperti pada gambar di bawah ini.
Mutilated body
L1 L2 L3 A1 A2 B1
1: L1.L2,A2 2: L3,A1,B2 16
Ternyata potongan itu berasal dari 2 orang berbeda karena pola DNA keenam organ itu tidak sama.
Organ L1, L2 dan A2 berasal dari satu individu dan organ sisanya berasal dari orang lain.
Penutup
Aplikasi teknologi kedokteran khususnya pemeriksaan DNA ternyata sangat penting untuk membantu
proses penyidikan dlam upaya identifikasi person sebagai korban atau pelaku tindakan kekerasan.
Dengan praktikum ini semoga dapat memberikan gambaran lebih nyata peran DNA fingerprint dalam
bidang forensik. Amien ya robbal’alamin
Prinsip:
- Memisahkan DNA untai ganda
- Annealing primer
- Extension (memperpanjang) untai DNA dengan DNA polimerase dan deoxyribonucleoside
triphosphate (dNTPs)
Langkah PCR:
1. Denaturasi
2. Annealing
3. Extension
7 Mikropipet 0-10 µl *
8 Mikropipet 0-20 µl*
9 Spidol permanen*
Keterangan: * disiapkan sebanyak kelompok
ELEKTROFORESIS
Elektroforesis adalah teknik laboratorium yang umum digunakan untuk mengidentifikasi,
mengkuantifikasi, dan memurnikan fragmen asam nukleat.
Sampel dimasukkan ke dalam sumuran dari agarose yang kemudian direndam dalam cairan elektris
yang menyebabkan asam nukleat yang bersifat negatif akan bergerak ke elektroda yang bersifat positif.
A. Tahap elektroforesis
DAFTAR PUSTAKA