Anda di halaman 1dari 61

Versi/Revisi : 1/8

Tanggal Berlaku : 1 Maret 2021


Kode Dokumen : BP-P-BGP-FK-3.5.19

Panduan Praktikum
BLOK GANGGUAN PERTUMBUHAN 2.4
KBK 2016

oleh :
TIM BLOK GANGGUAN PERTUMBUHAN (2.4)

SEMESTER IV
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

YOGYAKARTA
2021
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Edisi Pertama, Cetakan I, Maret 2013


Edisi Pertama, Cetakan II, Maret 2014
Edisi Pertama, Cetakan III, Maret 2015
Edisi Pertama, Cetakan IV, Februari 2016
Edisi Pertama, Cetakan V, Februari 2017
Edisi Pertama, Cetakan VI, Februari 2018
Edisi Pertama, Cetakan VII, Februari 2019
Edisi Pertama, Cetakan VIII, Februari 2020
Edisi Pertama, Cetakan IX, Februari 2021

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia


Jl. Kaliurang Km 14,5 Yogyakarta 55584
Telp. (0274) 896448
Fax. (0274) 896448
http://www.fk.uii.ac.id

Hak Cipta © 2013 pada FK-UII dilindungi undang-undang

Program Studi Kedokteran – Program Sarjana


[ ii ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT dengan ucapan alhamdulillah wa syukurillah
karena atas rahmat dan inayah-Nya maka buku panduan praktikum ini dapat diselesaikan
dengan baik.

Buku panduan ini diharapkan dapat membantu mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan
praktikum. Kegiatan praktikum merupakan kegiatan penunjang dalam blok yang bertujuan
agar mahasiswa semakin mendalami materi yang telah dipelajari melalui kuliah atau diskusi
tutorial, di samping melatih keterampilan praktikum di laboratorium.

Semua kegiatan praktikum harus diikuti oleh mahasiswa dengan sebaik-baiknya agar betul-
betul menguasai materi yang diberikan dan memperoleh tanda ’lulus’ dari tiap-tiap
departemen penyelenggara. ’Tanda lulus’ tersebut secara administratif merupakan syarat
mengikuti ujian akhir blok. Adapun syarat memperoleh tanda lulus tersebut akan dijelaskan
secara rinci oleh masing-masing departemen penyelenggara.

Selamat mempelajari buku panduan ini, semoga bermanfaat. Saran dan kritik yang
membangun kami harapkan demi perbaikan di masa yang akan datang.

.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Februari 2021

Penyusun

Program Studi Kedokteran – Program Sarjana


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ iii ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Visi FK UII
Terwujudnya FK UII sebagai rahmatan lil 'alamin, memiliki komitmen pada kesempurnaan
(keunggulan), risalah islamiyah di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada masyarakat
dan dakwah, setingkat dengan Fakultas Kedokteran yang berkualitas di negara maju pada tahun
2028

Misi FK UII:
Menegakkan wahyu Illahi dan sunnah Nabi sebagai sumber kebenaran mutlak serta rahmat bagi
alam semesta dan mendukung cita-cita luhur dan suci bangsa Indonesia dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui upaya membentuk tenaga kesehatan yang profesional yang bertakwa,
berakhlak mulia, terampil, berilmu amaliah dan beramal ilmiah, mengembangkan dan
menyebarkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni yang berjiwa agama Islam, membangun
masyarakat dan negara Republik Indonesia yang adil dan makmur berdasar Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945 yang diridai Allah SWT, serta mendalami, mengembangkan, dan
menyebarluaskan pemahaman ajaran agama Islam untuk dihayati dan diamalkan oleh warga
Universitas dan masyarakat pada umumnya.

Tujuan FK UII
a. Membentuk tenaga kesehatan dan pemimpin bangsa yang berkualitas, bermanfaat bagi
masyarakat, menguasai ilmu keislaman dan mampu menerapkan nilai-nilai Islam serta
berdaya saing tinggi.
b. Melahirkan pemikir-pemikir yang dapat membumikan konsep rahmatan lil a’lamin
c. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sastra, dan
seni yang berjiwa Islam.
d. Berperan aktif membangun masyarakat dan negara Republik Indonesia yang adil dan makmur
serta mendapat ridha Allah SWT.
e. Mendalami, mengembangkan, dan menyebarluaskan pemahaman ajaran agama Islam untuk
dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh warga Universitas dan masyarakat.

Visi Program Studi Kedokteran / Program Studi Profesi Dokter


Terwujudnya Prodi Kedokteran FK UII sebagai rahmatan lil 'alamin, memiliki komitmen pada
kesempurnaan (keunggulan), risalah islamiyah di bidang pendidikan, penelitian, pengabdian pada
masyarakat dan dakwah, setingkat dengan prodi Kedokteran yang berkualitas di negara maju
pada tahun 2028.

Misi Program Studi Kedokteran / Program Studi Profesi Dokter


Menegakkan wahyu Illahi dan sunnah Nabi sebagai sumber kebenaran mutlak serta rahmat bagi
alam semesta dan mendukung cita-cita luhur dan suci bangsa Indonesia dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa melalui upaya membentuk dokter yang profesional yang bertakwa, berakhlak
mulia, terampil, berilmu amaliah dan beramal ilmiah, mengembangkan dan menyebarkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, membangun masyarakat dan negara Republik Indonesia yang adil
dan makmur berdasar Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang diridai Allah SWT, serta
mendalami, mengembangkan, dan menyebarluaskan pemahaman ajaran agama Islam untuk
dihayati dan diamalkan oleh warga Universitas dan masyarakat pada umumnya.

Tujuan Program Studi Kedokteran / Program Studi Profesi Dokter


a. Membentuk dokter dan pemimpin bangsa yang berkualitas, bermanfaat bagi masyarakat,
menguasai ilmu keislaman dan mampu menerapkan nilai-nilai islam serta berdaya saing
tinggi.
b. Melahirkan pemikir-pemikir yang dapat membumikan konsep rahmatan lil a’lamin
c. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d. Berperan aktif membangun masyarakat dan negara Republik Indonesia yang adil dan
makmur serta mendapat ridha Allah SWT.
e. Mendalami, mengembangkan, dan menyebarluaskan pemahaman ajaran agama islam untuk
dipahami, dihayati, dan diamalkan oleh warga universitas dan masyarakat.

Program Studi Kedokteran – Program Sarjana


[ iv ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ------------------------------------------------ i


Kata Pengantar -------------------------------------------------- iii
Daftar Isi ----------------------------------------------------------- v
Tim Blok ----------------------------------------------------------- vi

Praktikum Patologi Anatomi


Praktikum 1 ------------------------------------------------------- 1
Praktikum 2 ------------------------------------------------------- 19
Praktikum Identifikasi DNA ------------------------------------ 37

Dartar Pustaka ---------------------------------------------------- 55

Program Studi Kedokteran – Program Sarjana


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [v]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

TIM BLOK GANGGUAN PERTUMBUHAN 2.4 (KBK 2016)


TA 2020/2021

Penanggung jawab : Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

Ketua : dr. Novyan Lusiyana, M.Sc


Anggota : Dr. dr. Farida Juliantina R, M. Kes
dr. Tien Budi Febriani, M.Sc, Sp.A
dr. Linda Rosita, M.Kes., Sp.PK (K)
dr. Nur Aini, M.Gizi
dr. Fitria Siwi Nur Rochmah, M.Sc

Program Studi Kedokteran – Program Sarjana


[ vi ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [1]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Program Studi Pendidikan Dokter


[2] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

JEJAS DAN ADAPTASI SELULER


Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti proses pembelajaran praktikum, mahasiswa
diharapkan dapat memahami proses perubahan jaringan akibat jejas/stres.

Tujuan Instruksional Khusus :


1. Mahasiswa dapat mengidentifikasi gambaran histopatologik perubahan-perubahan jaringan pada
proses jejas reversibel.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi gambaran histopatologik perubahan-perubahan jaringan pada
proses jejas irreversibel.
3. Mahasiswa dapat mengidentifikasi gambaran histopatologik perubahan-perubahan jaringan pada
proses akumulasi intrasel dan kalsifikasi sel.
4. Mahasiswa dapat mengidentifikasi gambaran histopatologik perubahan-perubahan jaringan pada
proses adaptasi sel.

PENDAHULUAN
Keadaan fungsional sel dapat berubah ketika bereaksi terhadap stres yang ringan untuk
mempertahankan keadaan yang seimbang. Untuk mempertahankan viabilitasnya, sel akan beradapasi,
dan bila tidak teratasi, terjadi jejas sel dari yang ringan/reversible sampai yang lebih berat dan
irreversible bahkan mengakibatkan kematian sel.

A. JEJAS REVERSIBLE

1. Degenerasi bengkak keruh/cloudy swelling/albuminosa/parenkimatosa


Keadaan ini merupakan manifestasi awal dari semua bentuk jejas, terjadi bila sel gagal
mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Uraian kasus : Seorang perempuan usia 40 tahun dengan keluhan demam dan rasa sakit pada
pinggang belakang.

Makroskopis : Tergantung dari jumlah sel yang terkena. Bila menyeluruh, organ membengkak dan
bertambah berat, pucat, turgor meningkat.

Mikroskopis :
Pembesaran lemah/kuat :
− Sediaan berasal dari ginjal menunjukkan gambaran kelainan pada tubuli renalis yang tidak
sama besar.
− Sel epitel tubulus membengkak, sitoplasma tampak granular. Gambaran ini diakibatkan karena
tersebarnya organela yang membengkak pada sitoplasma sel.
− Inti sel tidak tampak perubahan yang nyata.
− Lumen tubuli menjadi terlihat menyempit dan batas antar sel menjadi tidak jelas.

2. Degenerasi hidropik/hydropic change/degenerasi vakuoler


Degenerasi hidropik merupakan kondisi kelanjutan dari degenerasi bengkak keruh/cloudy
swelling/albuminosa. Proses ini terjadi bila jejas lebih berat. Cairan intrasel semakin bertambah,
organel membengkak, sehingga sitoplasma mengandung air sehingga bervakuol.

Pada preparat praktikum, kasus diambil dari jaringan mola hidatidosa. Pada mola hidatidosa, villi
khorialis membengkak berisi cairan sehingga makroskopis membentuk gelembung-gelembung
kecil.

Uraian kasus : Seorang perempuan usia 25 tahun, G1P0A0 dengan perut membesar melebihi
usia kehamilannya.

Makroskopis : Sediaan berasal dari kerokan uterus menunjukkan jaringan berupa gelembung-
gelembung kecil menyerupai buah anggur.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah / kuat :
− Terlihat villi khorialis dengan ukuran bervariasi dengan degenerasi hidropik.

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [3]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

− Di dalam villi ada yang masih mengandung sel di dalam stromanya, ada yang hanya berupa
rongga kosong (cairan hilang pada pemrosesan sediaan).
− Ditemukan pula proliferasi sel-sel trofoblast.

3. Degenerasi hialin
Hialin berasal dari kata hyalos yang artinya kaca. Hialin merupakan istilah deskriptif untuk massa
amorf kemerahan seperti kaca yang homogen pada pewarnaan hematoksilin-eosin. Perubahan
hialin dapat ditemukan baik pada kondisi patologik intraseluler maupun ekstraseluler.

Pada preparat praktikum, kasus diambil dari tumor jinak korpus uteri yang berasal dari otot polos
miometrium, disebut dengan leiomioma uteri. Pada leiomioma uteri, degenerasi hialin terjadi
ekstraseluler pada jaringan ikat.

Uraian kasus : Seorang perempuan usia 35 tahun dengan benjolan pada perut. Pasien dengan
riwayat menometroragi.

Makroskopis : Sediaan berasal dari jaringan korpus uteri mengandung massa tumor berbatas
tegas, berwarna putih, berjaras, konsistensi kenyal.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
− Pada sediaan tampak jaringan tumor yang belum degenerasi, tersusun atas sel-sel berinti
oval/bulat ‘cigar shaped’, uniform, membentuk susunan berjaras melingkar.
− Terlihat jaringan tumor yang mengalami degenerasi hialin dengan inti yang sedikit.

4. Degenerasi musinosum/mukoid
Musin disekresikan oleh sel epitel mukosa serta kelenjar, juga oleh sedikit jaringan ikat seperti di
tali pusat. Istilah degenerasi mukoid adalah produksi musin yang berlebihan. Keadaan ini sering
ditemukan pada tumor epitelial yang mensekresi musin seperti pada tumor ovarium, lambung dan
usus besar. Sedangkan jaringan ikat yang mengandung musin biasa disebut miksoid (seperti
lendir). Keadaan ini dapat ditemukan pada tumor seperti miksoma, neurofibroma.

Pada preparat praktikum, kasus diambil dari adenokarsinoma musinosum. Mula-mula musin
terbentuk intraseluler berupa vakuola kecil pada sitoplasma. Semakin lama semakin membesar
sehingga mendesak inti ke tepi membentuk gambaran signet ring cell. Semakin lama sel dapat
pecah (ruptur) dan musin keluar, sehingga dapat ditemukan musin ekstraseluler.

Uraian kasus : Seorang laki-laki usia 40 tahun dengan muntah darah disertai riwayat sakit perut.

Makroskopis : Sediaan berasal dari massa tumor pada esofagus.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
− Tumor terdiri atas sel-sel tumor tersusun membentuk gambaran tubular/glandular, mengelompok
atau single cell.
− Sel-sel tumor mengalami degenerasi mukoid berupa sel-sel dengan inti pleomorfik yang
mengandung vakuola dalam sitoplasma.
− Vakuola ada yang masih kecil, tapi banyak juga yang besar sehingga mendesak inti sel ke tepi.
Kadang-kadang dalam sitoplasma terlihat lebih dari satu vakuola yang kecil-kecil, vakuola ini
tampak seperti kosong tetapi sebenarnya berisi bahan mukoid.
− Vakuola ini terus membesar oleh karena timbunan mukoid yang semakin banyak dan lambat
laun menjadi vakuola yang besar dan mendesak inti sel tumor ke tepi, sehingga sel-sel tersebut
berbentuk seperti cincin stempel (signet ring cell).

B. JEJAS IRREVERSIBLE
Sel yang mengalami jejas berat dan menetap dapat menyebabkan jejas irreversible pada sel dan
berakhir dengan kematian/nekrosis sel. Perubahan morfologik pada nekrosis diakibatkan oleh dua
proses utama:
a. Denaturasi protein, menyebabkan nekrosis koagulatif
b. Digesti enzimatik, menyebabkan nekrosis liquefaktif.

Program Studi Pendidikan Dokter


[4] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

5. Nekrosis Koagulatif
Nekrosis koagulatif merupakan nekrosis yang umumnya terjadi akibat kurangnya suplai darah dan
anoksia. Pada proses nekrosis ini denaturasi protein terjadi lebih dominan, enzim proteolitik tidak
sempat keluar dari lisosom. Gambaran mikroskopik menunjukkan batas sel yang nekrosis masih
terlihat. Sel tampak sebagai massa homogen berwarna merah jambu, sedangkan gambaran inti
menghilang.

Uraian kasus : Seorang laki-laki 60 tahun dengan karsinoma hepar. Terdapat pembesaran hati,
berbenjol-benjol dan keras.

Makroskopik : Tampak hati dengan permukaan berbenjol-benjol (mengalami sirosis), keras.


Setempat tampak parenkim hati yang lunak berwarna pucat kekuningan. Diambil jaringan dari area
tersebut.

Mikroskopik :
- Sediaan parenkim hati menunjukkan seluruh lapang pandang parenkim mengalami nekrosis.
- Tampak sel-sel hepatosit dengan inti yang menghilang dan sitoplasma berwarna merah
homogen. Batas antar sel masih dapat terlihat (kerangka sel terlihat).
- Tampak pula sel-sel hepatosit yang mengalami nekrosis mengandung inti yang piknotik dan
karioreksis (fragmentasi).
- Di sekitarnya terlihat perdarahan dan hiperemia.

C. AKUMULASI INTRASEL
Sel dapat menimbun berbagai substansi dengan jumlah abnormal.

6. Amiloidosis/Amiloid Deposition
Amiloidosis merupakan contoh jejas pada jaringan interstitial akibat perubahan komposisi plasma
darah atau perubahan lokal jaringan akibat keadaan patologik tertentu dan mengakibatkan
penimbunan zat amiloid. Amiloid merupakan salah satu protein fibriler yang pada pewarnaan
hematoksilin-eosin memberikan gambaran massa amorf merah jambu yang homogen. Pulasan
khusus Congo Red akan memberikan warna merah dengan birefringence hijau di bawah cahaya
polarisasi.

Uraian kasus : Seorang laki-laki usia 21 tahun dengan konjungtiva yang membengkak.

Makroskopis : Sediaan berasal dari jaringan konjungtiva palpebra terdiri atas nodul putih
kemerahan, kenyal, dengan diameter 2 cm.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
− Pada lamina propria di bawah lapisan epitel, tampak massa berwarna merah homogen tanpa
struktur, tersusun berbentuk nodul-nodul kecil.
− Dengan pengecatan khusus untuk amiloid, sarang bulat ini memberi reaksi positif.

7. Granuloma kolesterol ester


Keadaan ini dapat dijumpai pada kondisi sel makrofag penuh dengan timbunan lipid akibat berbagai
proses patologik. Pada aterosklerosis, sel otot polos pembuluh darah dan makrofag dipenuhi
vakuol lipid membentuk plak berwarna kuning. Pada hiperlipidemia herediter atau dapatan,
kelompokan makrofag yang penuh lipid ditemukan di jaringan ikat subepitelial kulit atau tendon
membentuk tonjolan/ massa disebut xantoma. Granuloma kolesterol ester juga dapat ditemukan
pada jaringan yang mengalami perdarahan. Celah kolesterol berasal dari kolesterol yang terlarut
di dalam darah. Adanya kolesterol ini menimbulkan proses inflamasi, sehingga dapat ditemukan
sel-sel radang kronik serta sel datia benda asing.

Uraian kasus : seorang laki-laki berusia 20 tahun dengan gangguan pendengaran telinga kiri
(unilateral). Pemeriksaan otoskopi ditemukan nodul pada kavum timpani. Pasien memiliki riwayat
otitis media kronik sebelumnya.

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [5]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Makroskopis : Sediaan berasal dari kavum timpani berupa nodul kekuningan berukuran 1 cm,
kenyal.

Mikroskopis :
Pembesaran lemah/kuat :
− Tampak sebagian jaringan dilapisi epitel gepeng berlapis yang setempat-setempat erosif.
− Pada jaringan kulit subepitelial tampak celah-celah kosong berbentuk kumparan yaitu bekas
kristal kolesterol yang larut.
− Tampak pula sebukan ringan sel radang kronik di sekitarnya.
− Ditemukan area perdarahan luas dengan sebukan sel-sel radang.

D. KALSIFIKASI
Merupakan proses penimbunan massa kalsium pada jaringan. Terdapat dua jenis kalsifikasi, yaitu
kalsifikasi distrofik dan kalsifikasi metastasis.

8. Kalsifikasi distrofik
Merupakan proses penimbunan massa kalsium pada jaringan yang rusak/nekrosis misalnya proses
kalsifikasi pada fokus tuberkulosis di paru. Kalsifikasi distrofik tidak berhubungan dengan kenaikan
kadar kalsium darah, sehingga meskipun kadar kalsium darah normal atau tidak meningkat, proses
kalsifikasi tetap berjalan. Berbeda dengan kalsifikasi metastasis, dimana proses pengapuran terjadi
akibat naiknya kadar kalsium darah sehingga kalsium diendapkan pada jaringan.

Pada preparat praktikum, kasus diambil dari endometrium korpus uteri. Gambaran mikroskopis
kalsifikasi menunjukkan massa berwarna ungu tidak berstruktur dan tanpa bayangan sel seperti
pada nekrosis. Berbeda dengan penulangan/osifikasi yang mengandung osteosit di antara jaringan
tulang (massa amorf berwana merah kadang lameller).

Uraian kasus : Seorang perempuan usia 65 tahun dengan prolapsus uteri. Dilakukan histerektomi.

Makroskopis : Sediaan berasal dari korpus uteri menunjukkan jaringan coklat, kenyal.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
− Pada jaringan korpus uteri tampak lapisan endometrium dengan kelenjar yang mengalami
atrofi.
− Di antaranya ditemukan pembuluh-pembuluh darah yang menebal sklerotik.
− Pada beberapa dinding pembuluh darah tersebut ditemukan area kalsifikasi (tampak berwarna
ungu).

E. ADAPTASI SEL
Dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup pada kondisi adanya paparan stres, sel-sel
membuat penyesuaian dengan perubahan lingkungan mereka (yaitu beradaptasi) terhadap
kebutuhan fisiologis (adaptasi fisiologis) dan cedera patologis yang tidak mematikan (adaptasi
patologis).

9. Atrofi
Atrofi merupakan pengurangan jumlah dan ukuran sel-sel parenkim suatu organ atau bagiannya
yang sebelumnya normal. (Bedakan dengan hipoplasia ataupun aplasia). Salah satu bentuk atrofi
fisiologik yang sering ditemukan akibat proses penuaan adalah atrofi kelenjar endometrium.

Uraian kasus : Seorang perempuan usia 65 tahun dengan prolapsus uteri. Dilakukan histerektomi.

Makroskopis : Sediaan berasal dari sampling area korpus uteri menunjukkan jaringan
berwarna coklat, kenyal.

Mikroskopis :
- Pada jaringan korpus uteri tampak lapisan endometrium dengan kelenjar yang mengalami
atrofi.
- Tampak kelenjar berjumlah sangat sedikit dengan stroma yang kurang seluler.

Program Studi Pendidikan Dokter


[6] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

- Epitel kelenjar tampak lebih tipis, dilapisi selapis sel kuboid atau kolumnar rendah dengan inti
yang relatif kecil, gelap disertai sitoplasma yang sedikit.

10. Hiperplasia
Hiperplasia adalah peningkatan jumlah sel-sel parenkim yang mengakibatkan terjadinya
pembesaran organ atau jaringan. Seringkali hiperplasia dan hipertrofi terjadi bersama-sama.
Hiperplasia terjadi karena adanya peningkatan rekrutmen sel dari fase G0 (istirahat) dari siklus sel
untuk menjalani mitosis, yang timbul ketika adanya rangsangan. Salah satu contoh hiperplasia
fisiologik akibat stimulasi hormonal adalah Benign Prostatic Hyperplasia (BPH).

Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)


Uraian kasus: Seorang laki-laki berusia 65 tahun dengan keluhan BAK tidak lancar sehingga harus
mengejan, kadang disertai nokturia.
Mikroskopis :
- Tampak asinus prostat bertambah banyak dan bertambah besar. Tampak pula stroma
fibromuskular bertambah.
- Ukuran asinus bermacam-macam, ada yang kecil, ada yang besar dan lebar, kistik berisi
massa merah
- Epitel kelenjar berproliferasi membentuk tonjolan/papil ke dalam lumen. Kelenjar dilapisi oleh
selapis epitel kuboid/kolumnar di bagian dalam dan selapis epitel gepeng di bagian luar.
- Stroma berupa jaringan fibromuskular bersebukan sel radang kronik.

11. Metaplasia
Metaplasia didefinisikan sebagai perubahan reversibel dari satu jenis sel epitel atau mesenkimal
dewasa menjadi jenis sel epitel atau mesenkimal dewasa lain. Proses ini biasanya terjadi dalam
menanggapi rangsangan normal, dan sering beralih kembali normal ketika hilangnya rangsangan
atau stimulus. Namun, jika stimulus terus berlanjut untuk waktu yang lama, metaplasia epitel dapat
berubah menjadi kanker. Metaplasia secara luas dibagi menjadi 2 jenis: epitelial dan mesenkimal.

Metaplasia Skuamosa
Merupakan kondisi metaplasia epitelial yang sering ditemukan. Etiologi perubahan ini biasanya
dikarenakan adanya iritasi kronik baik berupa mekanik, kimiawi maupun akibat infeksi.

Uraian kasus : Seorang perempuan usia 65 tahun dengan prolapsus uteri. Dilakukan histerektomi.

Makroskopis : Sediaan berasal dari sampling area serviks uteri.

Mikroskopik :
- Tampak jaringan endoserviks dengan mukosa dilapisi epitel kolumnar selapis.
- Tampak sebagian permukaan mukosa mengalami metaplasia skuamosa.
- Terlihat pula stroma jaringan ikat bersebukan sel radang akut dan kronik.

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [7]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

1. Kasus :
Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


[8] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

2. Kasus :

Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [9]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

3. Kasus :
Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 10 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

4. Kasus :
Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 11 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

5. Kasus :
Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 12 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

6. Kasus :
Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 13 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

7. Kasus :
Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 14 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

8. Kasus :
Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 15 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

9. Kasus :
Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 16 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

10. Kasus :
Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 17 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 18 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

PRAKTIKUM
PATOLOGI ANATOMI

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 19 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

NEOPLASMA

Tujuan Instruksional Umum : Setelah proses pembelajaran praktikum ini, mahasiswa diharapkan
dapat memahami proses patologi dan pembagian neoplasma secara umum.

Tujuan Instruksional Khusus :


1. Mahasiswa dapat memahami klasifikasi tumor berdasarkan asal jaringannya serta nomenklatur
tumor secara umum.
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi perubahan morfologi pada tumor jinak dan tumor ganas.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan gambaran histopatologi tumor epitelial jinak dan ganas.
4. Mahasiswa dapat menjelaskan gambaran histopatologi tumor mesenkimal jinak dan ganas.
5. Mahasiswa dapat menjelaskan gambaran histopatologi tumor sel germinal.

Istilah 'neoplasia' berarti pertumbuhan baru. Pertumbuhan baru yang dihasilkan disebut 'neoplasma'
atau 'tumor'. Namun, tidak semua pertumbuhan baru merupakan neoplasma, seperti pada
pertumbuhan baru jaringan dan sel saat proses embriogenesis, regenerasi dan perbaikan, hiperplasia
dan stimulasi hormonal. Oleh karena itu, neoplasma didefinisikan sebagai suatu massa dari jaringan
yang terbentuk sebagai hasil dari proliferasi sel yang abnormal, berlebihan, tanpa koordinasi, otonom
dan tanpa tujuan bahkan setelah penghentian stimulus pertumbuhan yang menyebabkannya. Cabang
ilmu yang berhubungan dengan studi neoplasma atau tumor disebut onkologi (oncos = tumor, logo =
studi).

Klasifikasi tumor dapat dibagi berdasarkan atas asal jaringannya (histologi) misal dari epitel atau
mesenkimal. Dapat pula dari perjalanan klinisnya, yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Semua tumor
jinak serta ganas, memiliki 2 komponen dasar, yaitu :
1. Parenkim, terdiri atas proliferasi sel tumor. Parenkim menentukan sifat dan evolusi tumor.
2. Stroma, terdiri dari jaringan ikat fibrosa dan pembuluh darah. Stroma menyediakan kerangka
di mana sel tumor parenkim tumbuh.
Nomenklatur neoplasma didasarkan atas komponen parenkim yang membentuknya. Secara umum,
akhiran OMA ditambahkan untuk menunjukkan tumor jinak. Sedangkan tumor ganas epitel diberi
tambahan KARSINOMA, dan untuk tumor ganas mesenkimal ditambah dengan SARKOMA.

KLASIFIKASI TUMOR
Asal Jaringan Tumor Jinak Tumor Ganas
I. Tumor yang tersusun atas 1 jenis sel parenkim
A. Tumor epitelial
1. Epitel skuamosa Papilloma sel skuamosa Karsinoma sel skuamosa
2. Epitel transisional Papilloma sel transisional Karsinoma sel transisional
3. Epitel glandular Adenoma Adenokarsinoma
4. Sel basal kulit - Karsinoma sel basal
5. Neuroektodermal Nevus Melanoma
6. Hepatosit Adenoma sel hepar Hepatoma/karsinoma hepatoseluler
7. Plasenta (epitel korionik) Mola hidatidosa Koriokarsinoma

B. Tumor Mesenkimal
1. Jaringan lemak Lipoma Liposarkoma
2. Jaringan fibrosa matur Fibroma Fibrosarkoma
3. Jaringan fibrosa embrional Miksoma Miksosarkoma
4. Kartilago Kondroma Kondrosarkoma
5. Tulang Osteoma Osteosarkoma
6. Sinovial Synovioma jinak Sinovial Sarkoma
7. Otot polos Leiomioma Leiomiosarkoma
8. Otot skeletal Rhabdomioma Rhabdomiosarkoma
9. Mesotelial - Mesotelioma
10. Pembuluh darah Hemangioma Angiosarkoma
11. Pembuluh limfe Limfangioma Limfangiosarkoma
12. Glomus Tumor glomus -
13. Meninges Meningioma Meningioma invasif
14. Sel hematopoietik - Leukemia
15. Jaringan limfoid Pseudolimfoma Limfoma maligna
16. Selubung saraf Neurofibroma, Neurilemmoma/ Malignant nerve sheath tumor
Schwannoma
17. Sel saraf Ganglioneuroma Neuroblastoma

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 20 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

II. Tumor Campuran


Kelenjar salivarius Adenoma pleomorfik Malignant mixed salivary tumor

III. Tumor yang tersusun atas lebih dari 1 lapisan sel germinal
Sel totipoten dari gonad atau Teratoma matur Teratoma Immatur
embryonal rests

TUMOR JINAK EPITEL

1. PAPILLOMA SKUAMOSA
Merupakan tumor jinak epitelial yang terdiri atas sel-sel tumor yang tumbuh menonjol seperti jari
tangan. Tumor ini menonjol di atas permukaan baik permukaan kulit maupun mukosa. Sering
ditemukan pada kulit, nasofaring, laring, anus.

Uraian kasus : Seorang laki-laki, 60 tahun, Indonesia, telah setahun pada kelopak mata timbul
benjolan bentuk papiler. Tidak ada ulserasi.

Makroskopis : Massa menonjol papillomatous tumbuh pada kulit palpebra, diameter 1 cm,
permukaan halus, kenyal, berwarna coklat.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Terlihat adanya pertumbuhan papiler dari epitel gepeng berlapis yang diikuti oleh stromanya.
- Epitel gepeng berlapis tampak tebal (akantosis) dengan keratin bertambah (hiperkeratosis)
dan lapisan keratin dengan inti piknotik (parakeratosis). Sel-sel epitel tersebut tidak
menunjukkan perubahan-perubahan bentuk dan besarnya
- Sel-sel stratum basalis mengandung banyak pigmen melanin.
- Membrana basalis utuh, tidak ditemukan pertumbuhan infiltratif.
- Mitosis tidak ditemukan.

2. TUMOR WARTHIN (KISTADENOMA PAPILIFERUM LIMFOMATOSUM)


Adenoma merupakan tumor jinak epitelial yang berasal dari epitel sekretorik atau kelenjar. Sel
tumor dapat tersusun membentuk struktur tubular, asinar ataupun papiler. Tumor warthin
merupakan tumor jinak epitelial kedua tersering pada kelenjar liur. Lokasi lesi hampir terbatas pada
kelenjar parotis. Lesi sering terjadi pada usia dekade 6 atau 7, dan berhubungan dengan kebiasaan
merokok.

Uraian kasus : Seorang laki-laki usia 65 tahun dengan benjolan pada regio kelenjar parotis kanan,
sukar digerakkan.

Makroskopis : Sediaan berasal dari jaringan regio kelenjar parotis kanan mengandung massa
solid diameter 3 cm, berkapsul. Pada pembelahan konsistensi lunak, berwarna coklat kekuningan,
kistik berisi cairan kecoklatan.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Jaringan tumor asal dari epitel kelenjar, dengan simpai kapsul baik (utuh).
- Massa tumor tersusun atas rongga kistik atau tersusun papiler, dilapisi epitel yang tersusun
atas 2 lapis epitel berupa sel kolumnar tinggi dan lapisan bawahnya berupa sel kuboid dengan
gambaran asidofilik/ onkositik (epitel dengan sitoplasma kemerahan).
- Pada subepitelial tampak kumpulan sel radang limfosit yang seluler, setempat-setempat
membentuk gambaran folikel limfoid dengan sentrum germinativum.
- Tidak ditemukan adanya mitosis.

3. AMELOBLASTOMA
Merupakan tumor jinak epitelial yang berasal dari sel odontogenik. Tumor ini tumbuh lambat,
bersifat lokal invasif dengan tingkat rekurensi yang tinggi jika tidak dihilangkan secara adekuat,
namun hampir tidak ada kecenderungan untuk bermetastasis. Tumor ini tumbuh di rahang, dimana
sekitar 80% terjadi pada mandibula dengan predileksi pada regio posterior.

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 21 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Uraian kasus : Seorang perempuan, 36 tahun, Indonesia, dengan benjolan di mandibula sebesar
telur ayam dengan konsistensi kenyal dengan bagian yang kistik, batas tegas, tidak dapat
digerakkan.

Makroskopis : Sediaan berasal dari regio mandibula menunjukkan massa tumor yang padat keras
sebagian kistik, berwarna coklat muda keabuan.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Tampak pulau-pulau epitel di dalam jaringan ikat dengan bagian perifer terdiri atas sel-sel
epitel dengan susunan inti yang rapih sebagai pagar (palisading).
- Sel berbentuk kolumnar dengan inti yang hiperkromatik.
- Ke arah sentral dalam pulau epitel tersebut, sel-sel tumor tersusun longgar dengan inti yang
kecil, fusiform atau stelate. Keadaan ini disebabkan adanya timbunan cairan di antara sel-sel
epitel (degenerasi hidropik/stroma miksoid).
- Timbunan cairan dapat banyak sehingga membentuk ruangan-ruangan kecil di dalam pulau-
pulau jaringan epitel; ruangan-ruangan menjadi besar dan satu sama lain berfusi sehingga
membentuk ruang yang cukup besar (kistik).
- Atipia inti dan mitosis tidak ditemukan.

TUMOR GANAS EPITEL

4. KARSINOMA SEL SKUAMOSA BERKERATIN


Karsinoma adalah nama tumor ganas yang berasal dari epitel permukaan yang dilapisi epitel
gepeng berlapis seperti pada kulit, mulut, bibir, esofagus, serviks uteri atau bronkus. Nama lama
karsinoma sel skuamosa yang sudah ditinggalkan adalah karsinoma sel epidermoid. Secara
histopatologik gambaran karsinoma sel skuamosa menunjukkan variasi. Sel tumor menunjukkan
variasi dalam besar dan bentuk sel, hiperplasi dan hiperkromasi inti sel serta keratinisasi. Tumor
ini dapat membentuk mutiara tanduk (berkeratin) atau tanpa keratin. Adanya mutiara tanduk
merupakan tanda tumor berdiferensiasi baik. Jembatan antar sel juga dapat tampak jelas atau sulit
dilihat bergantung pada derajat diferensiasi.

Uraian kasus : Seorang laki-laki usia 50 tahun dengan ulkus di sudut mulut, pinggir keras, tidak
rata dengan dasar berbenjol-benjol, keras dan tertutup oleh pus. Sekitar ulkus ada abses yang
kecil-kecil yang mengeluarkan pus.

Makroskopis : Sediaan berasal dari jaringan kulit dengan massa putih kecoklatan, ulserasi
meninggi, berbatas tidak jelas.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat
− Terlihat epidermis menebal tak teratur.
− Pada suatu tempat epitel menjalar ke dalam dengan susunan yang sudah berbeda dari normal.
− Di bawah epidermis terlihat sarang-sarang yang terdiri atas :
- Terluar sel yang basofil, semakin dalam semakin jernih.
- Di bagian sentral tampak kemerah-merahan dengan susunan yang konsentris yang
menyerupai mutiara (horn pearl).
- Sarang-sarang tumor terdiri atas sel-sel atipik, pleomorfik, dengan inti hiperkromatik,
sitoplasma relatif banyak. Ditemukan pula mitosis atipik.
− Stroma mengandung banyak sel-sel radang seperti neutrofil, eosinofil, limfosit dan histiosit.

5. ADENOKARSINOMA
Merupakan tumor ganas yang berasal dari epitel sekretorik atau kelenjar. Lokasi paling sering
ditemukan pada lambung, usus besar/rektum, kandung empedu, pankreas, prostat, payudara,
uterus atau tiroid. Tumor ini tidak berkapsul dan infiltratif.

ADENOKARSINOMA KOLON
Uraian kasus : Seorang laki-laki, 80 tahun dengan keluhan melena, anemia sejak 5 bulan terakhir.
Hasil biopsi kolonoskopi menunjukkan keganasan. Dilakukan reseksi kolon descendens.

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 22 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Makroskopis : Pada pembelahan penampang usus tampak massa tumor tumbuh infiltratif ke
dalam dinding usus Tidak ditemukan pertumbuhan papiler. Massa tumor berwarna putih keabuan,
rapuh. Dilakukan sampling tumor dari batas sehat sakit.

Mikroskopis :
- Tampak gambaran peralihan mukosa epitel usus yang telah berubah menjadi ganas dan
mukosa rektum yang masih dilapisi oleh epitel gepeng berlapis.
- Terlihat tumor ganas epitelial asal epitel kelenjar usus yang tumbuh infiltratif ke dalam stroma
jaringan ikat.
- Sel tumor tersusun membentuk pola glandular/tubular.
- Sel tumor berinti pleomorfik, kromatin kasar, sitoplasma sedikit. Anak inti terlihat. Mitosis
mudah ditemukan.

TUMOR JINAK MESENKIMAL

6. LIPOMA
Merupakan tumor jinak mesenkimal tersering. Tumor ini berasal dari jaringan lemak dan berbatas
tegas/bersimpai. Terutama terdapat di jaringan ikat subkutan daerah punggung atau bahu. Kadang
ditemukan multipel.

Uraian kasus : Seorang perempuan usia 20 tahun dengan benjolan subkutan di punggung sebesar
telur ayam, mobile, lunak.

Makroskopis : Sediaan berasal dari regio punggung mengandung massa berkapsul, warna
kekuningan, lunak, kadang berminyak.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Terlihat adanya jaringan lemak dangan sel-sel lemak separti pada jaringan lemak normal,
dibatasi simpai jaringan ikat.
- Sel lemak berbentuk poligonal dengan inti sel terletak di tepi, kromatin halus.
- Mitosis atau pleomorfik inti dari sel-sel lemak tidak ditemukan.

7. FIBROMA OVARII
Uraian kasus : Seorang perempuan, 42 tahun dengan benjolan pada abdomen bawah. Hasil
pemeriksaan fisik dan USG menunjukkan adanya tumor ovarium kiri.

Makroskopik : Jaringan tumor ovarium padat, berkapsul, ukuran diameter 10 cm. Pembelahan
tampak penampang tumor berwarna putih, berlobus.

Mikroskopik :
- Tampak tumor jinak mesenkimal, berkapsul, tersusun atas proliferasi sel-sel tumor membentuk
berkas/jaras dengan sedikit vaskularisasi.
- Inti-inti sel tersusun paralel tampak oval memanjang, sedangkan sel yang terpotong transversal
menunjukkan inti sel yang bulat.
- Tidak ditemukan mitosis patologik.
- Tampak pula area-area mengalami kolagenisasi.

TUMOR GANAS JARINGAN MESENKIMAL

8. OSTEOSARKOMA
Merupakan tumor ganas mesenkimal yang memproduksi tulang dan sel-selnya berasal dari sel
mesenkimal primitif yang dapat berdiferensiasi ke arah osteoblas, kondroblas dan fibroblas. Istilah
osteosarkoma sekarang lebih banyak dipakai menggantikan istilah sarkoma osteogenik. Prevalensi
tumor ini terutama pada anak muda usia 10-20 tahun dan pasien dewasa diatas 40 tahun. Tumor
ini menghasilkan osteoid ganas yaitu massa amorf berwarna merah muda, padat (menyerupai
kolagen atau amiloid) dengan gambaran seperti sheet-like atau lacelike. Dinamakan osteoid ganas
karena osteoid ini mengandung sel-sel ganas yang memproduksi osteoid tersebut. Tumor ini cepat
bermetastasis ke paru-paru melalui aliran darah.

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 23 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Uraian kasus : Seorang anak laki-laki usia 15 tahun dengan benjolan di lutut, nyeri dengan riwayat
trauma sebelumnya.

Makroskopis : Sediaan diambil dari jaringan tulang, pada pembelahan tampak massa tumor pada
metafisis tulang tibia proksimal, berwarna merah muda keputihan, konsistensi keras, disertai
perdarahan.

Mikroskopis :
Pembesaran lemah/kuat :
− Tampak jaringan tumor yang tersusun atas sel-sel tumor yang sangat seluler.
− Sel tumor berinti pleomorfik, hiperkromatik, sebagian vesikuler, dengan sitoplasma sedikit.
− Ditemukan jaringan matriks osteoid ganas yaitu jaringan dengan matriks homogen dan
mengandung sel-sel osteoblas atipik di antaranya, membentuk gambaran lacelike (seperti
renda).
− Mitosis mudah ditemukan.

TUMOR CAMPURAN (MIXED TUMOUR)

9. ADENOMA PLEOMORFIK (TUMOR MIXTUS KELENJAR LUDAH)


Merupakan tumor jinak kelenjar ludah tersering. Sekitar 90% timbul pada kelenjar parotis, sisanya
timbul pada palatum durum dan kelenjar submandibula. Tumor berbatas tegas, namun tidak selalu
berkapsul. Gambaran mikroskopik tersusun atas campuran komponen epitelial dan komponen
mesenkimal. Komponen epitelial terdiri atas struktur asinar/tubular, solid serta sel mioepitel yang
dapat berbentuk spindel, basaloid, plasmasitoid, jernih. Sedangkan komponen mesenkimal atau
stromal dapat tersusun atas gambaran stroma yang mukoid, miksoid, hialinisasi atau kondroid.
Tumor ini dapat bertransformasi menjadi ganas dengan gambaran histologis yang bervariasi.

Uraian kasus : Seorang perempuan 13 tahun, Indonesia, dengan benjolan pada regio
submandibularis, konsistensi kenyal keras.

Makroskopis : Sediaan berasal dari regio submandibula mengandung jaringan tumor putih,
berbatas tegas, konsistensi kenyal keras.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Terlihat struktur tumor sangat berlainan pada berbagai tempat.
- Ada jaringan tumor yang terdiri atas sel-sel epitel berbentuk bulat poligonal yang tersusun
solid, sebagian membentuk gambaran tubular.
- Tampak stroma miksoid, mukoid (mengalami perlendiran) dan setempat ditemukan bagian
yang menunjukkan kondroid (seperti tulang rawan).
- Mitosis tidak ditemukan.

TERATOMA
Teratoma adalah tumor yang mengandung berbagai jaringan yang berasal dari beberapa lapisan benih
yang dapat berkembang dan berdiferensiasi. Tumor ini sering ditemukan di garis tengah badan seperti
daerah sakrum (teratoma sakrokoksigeal) atau mediastinum serta di gonad (testis/ovarium). Tumor ini
berkapsul, kadang kistik. Bila unsur dalam tumor hanya dari kulit dengan adneksanya, dinamakan kista
dermoid. Bila ditemukan unsur ektoderm (jaringan epidermis kulit dan turunannya termasuk kelenjar
keringat dan folikel rambut, gigi, sistem saraf dan sistem sensorik, kelenjar pituitari dan medula adrenal,
serta sel-sel penghasil sperma dan ovum), mesoderm (jaringan dermis kulit, sistem peredaran darah
dan sistem limfatik, tulang dan otot, korteks adrenal, serta sistem reproduksi (tidak termasuk sel-sel
penghasil sperma dan ovum)) dan endoderm (lapisan epitelium sistem pencernaan dan sistem
pernapasan, organ hati dan pankreas, kelenjar timus, tiroid, dan paratiroid) yang cukup dominan maka
disebut teratoma kistik.

10. TERATOMA TESTIS BENIGNA


Uraian kasus : Seorang laki-laki usia 2 tahun, Indonesia, dengan testis yang membesar dan kistik.
Diagnosis klinik : hidrokel testis.

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 24 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Makroskopis : Sediaan berasal dari jaringan testis berukuran 8x5x3 cm. Pada pembelahan
tampak jaringan multikistik dan berlendir.

Mikroskopis :
Perbesaran lemah/kuat :
- Tampak tumor jinak berasal dari 3 lapisan embrional, berkapsul.
- Tampak jaringan matur berupa jaringan saraf, adneksa kulit, jaringan tulang rawan, dsb.
- Ditemukan pula gambaran tubulus dilapisi sel epitel silindris (epitel traktus respiratorius), sel
epitel atau gepeng dengan lumen berisi koloid (kelenjar tiroid).
- Di samping itu terdapat pembuluh darah dan pembuluh limfe.

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 25 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

1. Kasus :

Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 26 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

2. Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 27 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

3. Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 28 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

4. Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 29 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

5. Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 30 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

6. Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 31 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

7. Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 32 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

8. Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 33 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

9. Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 34 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

10. Kasus :
Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 35 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

11. Kasus :
Perbesaran lemah

Perbesaran kuat

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 36 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Praktikum
IDENTIFIKASI DNA

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 37 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 38 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

ISOLASI DNA

Tujuan Instruksional Umum: Setelah mengikuti proses pembelajaran praktikum, mahasiswa


diharapkan dapat memahami teknik pemeriksaan biologi molekuler dalam identifikasi forensik

Tujuan Instruksional Khusus:


1. Mahasiswa dapat mengetahui teknik isolasi DNA dari sampel darah dan DNA Finger print
2. Mahasiswa dapat memahami prinsip, cara atau prosedur dan manfaat pemeriksaan DNA (analisis
genetik) untuk identifikasi forensik

Pendahuluan

Setiap makhluk biologis yang ada di dunia ini tersusun atas material genetik yang berfungsi
sebagai “blue print” atau cetak biru kehidupan. Dalam istilah agama, melalui material genetik yang
terdiri dari DNA atau RNA, sang Pencipta Allah swt mengatur tingkah laku makhluk biologis dengan
berbagai sifat fisiknya (fenotip). Bisa ditafsirkan DNA sebagai “lauhil mahfud” yang ada dibumi sebagai
produk trankripsi dan translasi dari lauhil mahfud yang di sidrotul muntaha. Material genetik tersebut
akan diwariskan kepada keturunannya untuk membawa sifat-sifat yang sangat penting dan khas untuk
tiap spesies dan individu dalam kehidupannya yang nilainya melebihi segala bentuk warisan 6-ta yaitu
harta, wanita, tahta, senjata, mahkota dan toyota. Material genetik tersebut oleh Allah dijaga dalam
suatu tempat yang paling dalam dan tersembunyi yaitu di dalam inti sel supaya tidak mudah
terpengaruh oleh kondisi lingkungan sehingga bisa mencegah terjadinya perubahan genetik (mudah
mutasi). Apalagi di dalam tubuh manusia, perubahan sedikit saja susunan basa nitrogen di dalam
DNA bisa menyebabkan berbagai kelainan (inborn error of metabolism) dan meningkatkan
risiko terkena penyakit tertentu (polimorfisme). Berkaitan dengan peranan DNA yang begitu penting
terebut Rosululloh bersabda : Di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging, apabila baik daging
tersebut maka baiklah seluruh tubuh manusia sebaliknya apabila jelek maka jeleklah seluruh tubuh
manusia. Daging itu adalah hati. Dalam memahami hadis tersebut bagi ilmuwan biologi molekuler dan
ahli genetika, dapat dikembangkan untuk memahami bahwa di dalam sel ada segumpal zat yang
apabla zat itu baik maka baiklah seluruh sel itu yaitu DNA sebagai hatinya sel dan seluruh makhluk
biologis.

Dasar Teori

Genom adalah set lengkap materi genetik (DNA) yang dimiliki suatu organisme dan
terorganisasi menjadi kromosom. Genom manusia terdiri dari autosom (22 pasang) dan 1 pasang sex-
chromosome XX untuk perempuan dan XY untuk laki-laki. Sebuah sel memiliki DNA yang merupakan
materi genetik dan bersifat herediter pada seluruh sistem kehidupan. (Human Genome Project 2005:1).
DNA adalah asam nukleat yang mengandung materi genetik dan berfungsi untuk mengatur
perkembangan biologis seluruh bentuk kehidupan secara seluler. DNA terdapat pada nukleus,
mitokondria. Perbedaan di antara ketiganya adalah: DNA nukleus berbentuk linear dan berasosiasi
sangat erat dengan protein histon, sedangkan DNA mitokondria berbentuk sirkular dan tidak
berasosiasi dengan protein histon. Selain itu, DNA mitokondria memiliki ciri khas, yaitu hanya
mewariskan sifat-sifat yang berasal dari garis ibu. Hal ini sangat berbeda dengan DNA nukleus yang
memiliki pola pewarisan sifat dari kedua orangtua. Dilihat dari organismenya, struktur DNA prokariot
berbeda dengan struktur DNA eukariot. DNA prokariot tidak memiliki protein histon dan berbentuk
sirkular, sedangkan DNA eukariot berbentuk linear dan memiliki protein histon (Klug & Cummings 1994:
315--316; Raven & Johnson 2002: 94).
Pada manusia DNA terdapat di dalam nukleosom, nukleosom terdapat di dalam kromatin, dan
kromatin terdapat di dalam kromosom seperti pada gambar 1 dibawah ini.

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 39 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Gambar 1.

DNA memiliki struktur pilinan utai ganda yang antiparalel dengan komponen-komponennya,
yaitu gula pentosa (deoksiribosa), gugus fosfat, dan pasangan basa. Pasangan basa pada DNA terdiri
atas dua macam, yaitu basa purin dan pirimidin. 'Basa purin terdiri atas adenin (A) dan guanin (G) yang
memiliki struktur cincin-ganda, sedangkan basa pirimidin terdiri atas sitosin (C) dan timin (T) yang
memiliki struktur cincin-tunggal. Ketika Guanin berikatan dengan Sitosin, maka akan terbentuk tiga
ikatan hidrogen, sedangkan ketika Adenin berikatan dengan Timin maka hanya akan terbentuk dua
ikatan hidrogen. Satu komponen pembangun (building block) DNA terdiri atas satu gula pentosa, satu
gugus fosfat dan satu pasang basa yang disebut nukleotida (Lewis 2003: 176--178).

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 40 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Gambar 2. Struktur DNA. Secara kimiawi DNA merupakan nukleotida yang tersusun dari basa nitrogen, deoksiribosa dan
fosfat. Basa nitrogen terdiri dari basa purin (Guanin/G dan Adenin/A) dan pirimidin (Timin/T dan Citosin/C). Basa nitrogen G
berpasangan dengan C dan A berpasangan dengan T.

DNA juga dapat diisolasi baik yang berasal dari manusia, hewan maupun dari tumbuhan. DNA
manusia dapat diisolasi melalui darah. Darah manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak,
substansi kimia (karbohidrat, protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida).
Plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (platelet).
Komponen darah yang diisolasi yaitu sel darah putih. Sel darah putih dijadikan pilihan karena memiliki
nukleus, di mana terdapat DNA di dalamnya. (Kimball 2005: 8; Kent & Carr 2001: 317).

Berikut ini beberapa karakteristik DNA sebagai dasar teori untuk isolasi DNA;
1. Berupa rantai double helix, pada manusia berbentuk linear bukan circular
2. Bermuatan negatif sehingga bisa digerakan dalam medan arus listrik melalui elektroforesis yang
akan mengalir dari katoda ke anoda
3. Terdapat di dalam inti sel dan mitokondria, perbedaannya DNA mitokondria dalam bentuk sirkular
sehingga kita harus mengambil sel yang ada inti selnya dalam isolasi DNA
4. Di dalam tubuh manusia terdapat triliunan sel, tiap sel somatik mengandung 46 kromosom dengan
rata-rata tersusun atas 2 meter DNA jika lilitan kromosom dibentangkan
5. DNA melekat pada protein histon yang terdapat pada kromosom
6. Total terdapat 3 milyard gen dengan kode urutan A,T,G,C
7. Terdapat 3 milyard tersebut yang mengkode protein hanya sekitar 30.000 gen (exon), sisanya tidak
mengkode protein (intron)
8. Gen adalah DNA tetapi tidak semua DNA menjaadi gen yang fungsional
9. Gen adalah pembawa sifat yang diturunkan
10. DNA adalah molekul yang mengkode sifat yang diturunkan terdiri dari basa nitrogen, ribosa dan
fosfat
11. Genom adalah keseluruhan gen yang ada dalam satu individu

Di dalam blok ini akan diperkenalkan teknik untuk mengisolasi DNA sebagai tahap awal untuk
pemeriksaan fingerprint DNA.

Berbagai Pilihan Metode Isolasi :


Metode yang dapat digunakan untuk isolasi DNA antara lain :
1. Phenol-chloroform
Phenol-chloroform-isoamyl-alcohol merupakan metode standar untuk isolasi DNA, tetapi metode
ini sekarang sudah ditinggalkan karena sifat phenol yang toksik
2. Salting out
Menggunakan garam konsentrasi tinggi ( NaCl 6M ) dan Proteinase K untuk denaturasi protein.
3. Guanidine isothiocyanate
Metode ini lebih cepat dari metode phenol-chloroform dan salting out, tetapi thiocyanate bersifat
toksik untuk lisis dinding sel sehingga untuk denaturasi protein digunakan choloroform.

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 41 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

4. Silica Gel
Silica Gel dapat mengikat DNA dengan perantaraan garam/buffer tertentu ( NaI )

Sampel yang dapat digunakan untuk isolasi DNA antara lain :


1. Whole blood (leukosit : buffy coat)
Diambil leukositnya, sebelum itu eritrosit dilisiskan dengan lisis buffer (EBL = erythrocyte lysis
buffer). Paling sering digunakan, 3 – 5 ml darah fresh cukup banyak menghasilkan DNA
2. Jaringan biopsi/reseksi (otot, usus dll)
Sebelum ekstraksi, lebih dulu diinkubasi untuk menghancurkan jaringan ikat
3. Amniotic fluid/Villi choriales
Untuk kepentingan prenatal diagnosis, jumlah DNA yang diperoleh sangat sedikit.
4. Jaringan lainnya
Untuk kepentingan forensic, Jaringan rusak/membusuk/terbakar, folikel rambut, kuku, tulang dan
lain – lain.

Untuk penyimpanan DNA bervariasi tergantung kebutuhan penggunaannya yaitu :


- Disimpan dalam TE buffer (tris-hydroxymethyl amino methana – EDTA).
- Disimpan – 80 derajat bisa tahan bertahun-tahun.
- Untuk kerja, sebaiknya disiapkan DNA yang sudah diencerkan menjadi 100
- ng/mikroliter
- Freezing – thawing berulang dapat meyebabkan kerusakan DNA.

Tahapan isolasi DNA meliputi :


1. Preparasi sel/jaringan
Darah : digunakan leukositnya, eritrosit dilisiskan dan dibuang. Secepatnya diekstraksi untuk
mendapat hasil optimal, penyimpanan sebaiknya pada suhu 4 derajat C, penyimpanan yang lama
(> 1 bulan) akan menurunkan hasil ekstraksi, volume 3 – 5 ml whole blood
Jaringan : secepatnya diekstraksi. Penyimpanan pada suhu -80 derajat. Jaringan yang disimpan
dalam paraffin blok sulit untuk diekstraksi.
2. Lisis membran sel/organella (nukleus)
Phenol : senyawa yang sangat kuat untuk melisiskan membran, tetapi toksik.
Guanidine isothicyanate : tidak toksik, digunakan sebagai pengganti phenol
3. Denaturasi senyawa organik
Kloroform : paling banyak digunakan karena prosedur sederhana, murah, mudah diperoleh.
Proteinase K : denaturasi protein, perlu inkubasi.
4. Presipitasi DNA
Isopropanol dengan volume 1:1
Ethanol absolut dan sodium asetat 1:10
5. Pencucian/washing
Ethanol 70%

Kualitas DNA dikatakan baik apabila :


- Konsentrasinya tinggi
- Utuh, tidak terputus – putus
- Tidak banyak terkontaminasi oleh protein.

Untuk menetukan kualitas DNA dapat digunakan :


1. Spektrofotometer pada panjang gelombang 260 nm (protein 280 nm; DNA baik apabila pengukuran
pada 260:280 = 1,6 – 1,8). Satu OD = 50 ng DNA.
2. Dilihat dengan elektroforesis, band yang tebal secara kualitatif menunjukkan DNA yang bagus

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 42 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

TAHAP ISOLASI DNA

No Bahan isolasi DNA No Alat ISOLASI DNA


1 Sampel darah EDTA* 1 Tempat sampah kecil dan plastik*
2 WI* 2 Sentrifuse (seting)
3 Proteinase K* 3 Inkubator (seting dan panaskan)
4 FABG* 4 Tabung ependorf 1,5 cc (steril)*
5 Etanol absolut 5 Tabung colum*
6 Wash Buffer* 6 Tabung filter*
7 Elution buffer* 7 Tip biru (steril)*
8 Aquabidest 8 Tip kuning (steril)*
9 Stereofom*
10 Mikropipet 100-1000 µl*
11 Mikropipet 10-100 µl*
12 Spidol permanen*
Keterangan: * disiapkan sebanyak kelompok

No Langkah kerja Cek list


1 Disiapkan tabung ependorf 1,5 cc dan diberi kode
2 Dipipet sampel darah EDTA sebanyak 200 µl
3 Ditambahkan Proteinase K sebanyak 20 µl
4 Ditambahkan FABG 200 µl
5 Diinkubasikan 60o selama 15 menit
6 Ditambahkan etanol absolut sebanyak 200 µl
7 Dipipet sampel ke tabung filter, lalu disentrifuse 12.000 rpm selama 1 menit
8 Dibuang cairan dalam tabung colum
9 Dicuci dengan WI sebanyak 400 µl
10 Disentrifuse kembali 12.000 rpm selama 30 detik
11 Dibuang cairan dalam tabung colum
12 Dicuci dengan wash buffer sebanyak 750 µl
13 Disentrifuse kembali 12.000 rpm selama 30 detik
14 Dibuang cairan dalam tabung colum
15 Disentrifuse kembali 12.000 rpm selama 3 menit
16 Tabung colum dibuang, tabung filter ditumpangkan di atas ependorf 1,5 cc
17 Ditambahkan ellution buffer sebanyak 100 µl
18 Didiamkan dalam suhu ruang selama 3 menit
19 Disentrifuse kembali 12.000 rpm selama 1 menit
20 Disimpan DNA sampel pada suhu 4o

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 43 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 44 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

DNA FINGERPRINT
PEMERIKSAAN DNA UNTUK IDENTIFIKASI FORENSIK
(PCR, RFLP, ELEKTROFORESIS)

Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti proses pembelajaran praktikum, mahasiswa


diharapkan dapat memahami prinsip, cara atau prosedur dan manfaat pemeriksaan DNA (analisis
genetik) untuk identifikasi forensik

Tujuan Instruksional Khusus :


1. Mahasiswa dapat memahami prinsip pemeriksaan DNA fingerprint
2. Mahasiswa mengetahui berbagai metode dalam DNA fingerprinting yaitu RFLP, STR dan VNTR
3. Mahasiswa dapat melakukan teknik PCR dan elektroforesis

Pengantar
Ilmu kedokteran forensik merupakan cabang ilmu kedokteran yang menerapkan ilmu dan seni
kedokteran untuk penegakan keadilan. Peran dari kedokteran forensik adalah membantu penyidik
dalam rangka membuktikan ada tidaknya tindak pidana terhadap tubuh dan nyawa manusia dan bila
perlu membantu identifikasi forensik. Banyak cabang ilmu lain selain kedokteran yang kadang
diperlukan untuk membantu penyidikan seperti toksikolagi forensik, entomologi forensik, akuntasi
forensik dan lain-lain.
Identifikasi forensik adalah usaha mencari dan memastikan identitas korban atau tersangka
baik yang masih hidup( kasus perkosaan) atau yang sudah meninggal (kasus pembunuhan/kecelakaan
dll). Identifikasi tersebut diperlukan guna kepentingan pengadilan dan kepentingan lainnya seperti
administrasi, asuransi, pensiun, warisan, atau perwalian.
Berbagai cara untuk identifikasi forensik yang sering dilakukan adalah membandingkan data
pre mortem dengan post mortem, mencocokan wajah, ciri khas pada tubuh, pakaian, aksesoris, surat
identitas, golongan darah, antropologi forensik, odontologi forensik, sidik jari (fingerprint). Saat ini
berbagai karakteristik fisik telah dikembangkan untuk identifikasi individu dengan bantuan teknologi
yang dikenal dengan istilah biometrics. Beberapa biometrics yang sedang trend adalah eye scan
(retina), ear scan, Voice fingerprint, dan DNA fingerprint. Dari teknologi ini kita dapat membayangkan
bagaimana hebatnya Allah ketika hari hisab nanti yang lamanya 50 ribu tahun satu-satu tiap orang
harus mempertanggungjawabkan perbuatannya dan tidak ada satu orang pun yang sama pada saat
itu dengan DNA masing-masing yang spesifik. Tidak ada ceritanya salah orang ketika pengadilan Allah
dibuka, adakah DNA fingerprint ketika yaumul hisab dan yaumul Hasyr. Subhanallah .
DNA fingerprint adalah teknik analisis DNA manusia untuk kepentingan identifikasi individu
secara spesifik dan precise dengan membandingkan hasil analisis DNA berdasarkan pola pengulangan
Variable numbers of tandem Repeats (VNTR) dan atau short tandem repeat (STR) yang berjumlah 13
loci/ region berdasarkan CODIS FBI.

Dasar Hukum
- Pasal 133(1) KUHAP
Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban, baik luka, keracunan
atau mati, yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang
mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman, dokter dan atau ahli
lainnya
- Pasal 1 (28) KUHAP
Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seorang yang memiliki keahlian khusus
tentang hal yang diperlukan untuk membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan
pemeriksaan

Perkembangan DNA fingerprint


DNA Forensik mulai berkembang 1985, sejak Alec J Jeffreys menulis tentang DNA ‘fingerprint’
di majalah Nature. Perkembangan paling pesat dalam berlangsung 40 tahun terakhir dan Penerimaan
sebagai bukti di pengadilan sejak 1990.
Pada awal perkembangannya di tahun 1992, Kantor Serif Pantai Palm tidak lagi menggunakan
Restriction Fragment Length Polymorphysm (RFLP) dan diganti dengan analisis PCR untuk
pembuktian kasus kriminal. Pada saat itu hanya polimerase chain reaction (PCR) kit forensik yang
tervalidasi dan tersedia secara komersial dalam format marker genetik locus HLA-DQA1. Kit tersebut

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 45 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

di produksi oleh divisi sistem molekular perusahaan Roche yang diberi nama PM/DQA1 yang mampu
mengecek 6 marker genetik dengan polimorfisme yang rendah dan interpretasi DNA masih dalam
bentuk campuran. Hasil analisis DNA dengan PM/DQA1 dipresentasikan dalam bentuk “blue dot”
Pada bulan agustus 2007, terbentuk data base Combined DNA Index System (CODIS) dari
FBI sebagai database yang berisi lebih dari 5 juta profile dalam index narapida dan kira-kira terdapat
188.000 DNA profile yang dikumpulkan dari tempat kejadian perkara tetapi tidak berhubungan dengan
pelaku tindak pidana berdasarkan profil analisis STR-nya. Saat ini FBI sudah menetapkan pemeriksaan
DNA untuk DNA fingerprint yang terbaik adalah dengan menggunakan 13 loci atau genetik marker
(STR).

Dasar Teori
DNA antar individu tidak ada yang sama meskipun pada kembar monozygot. Di dalam DNA
terdapat daerah pengulangan basa yang khas tiap individu terdiri dari short tandem repeat (STR) dan
Variable Numbers of tandemly Repeats (VNTR). Keduanya biasa terdapat pada daerah intron.
Dikatakan repetitif karena terdapat pengulangan sampai 50 kali dar 3-7 pasang basa. Dikatakan
tandem karena pengulangan sekuen yang sama tersebut berulang dua-dua atau berderet-deret.
Dikatakan sekuens berulang mikrosatelit karena sekuens tersebut berulang dan tersebar atau
berkelompok (mikrosatelit) dengan panjang 2-5 bp dan diulang 50 kali serta ditemukan di 50-100 ribu
lokasi di dalam genom. Sekuen yang berulang tersebut bisa dimanfaatkan sebagai RLFP yang spesifik
untuk masing-masing orang sehingga bisa seperti sidik jari yang spesifik (fingerprint).
Pada DNA fingerprint akan dilakukan PCR DNA dan dilakukan RLFP sesuai dengan
pengulangan sekuens STR dan VNTR. Selanjutnya dibandingkan hasil PCR dan RLFP sampai
ditemukan RLFP sekuens STR dan VNTR yang sama persis. Itulah individu yang dimaksud sebagai
korban, tersangka atau keturunan dari seseorang.

Mengapa Perlu DNA fingerprint ?


Dalam identifikasi jenazah kadang timbul masalah karena korban atau pelaku sulit untuk
dikenali dikarenakan wajah rusak, telah terjadi pembusukan, jenazah terfragmentasi, hangus terbakar,
tinggal tulang kerangka, korban massal dan mutilasi seperti pada gambar 3. Dengan kondisi tersebut
maka penentuan korban secara tradisional tidak bisa dilakukan sehingga perlu pemeriksaan khusus
dengan DNA yang pasti tiap individu berbeda (perbedaan sampai 0,01).

Problems

Gambar 3. Korban Lahar Merapi

Saat ini DNA fingerprint semakin diperlukan tidak hanya untuk identifikasi korban yang rusak
tetapi telah berkembang untuk kasus incest (perkawinan keluarga), uji eksklusi kebapakan pada kasus
perselingkuhan adan uji paternitas, kasus perkosaan untuk menentukan pemilik sperma, hubungan
kekeluargaan, dan penentuan jenis kelamin.
Prinsip Pemeriksaan DNA fingerprint

Beberapa prinsip dalam pemeriksaan DNA fingerprint antara lain:


1. Harus ada material biologis yang mengandung inti sel sebagai referensi cDNA (core DNA)
2. DNA inti terdapat dalam paket kromosom yang dikenal dengan gen

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 46 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

3. Gen adalah segmen DNA yang bertanggung jawab terhadap fungsi tertentu dan struktur tertentu
4. Harus yakin dan pasti bukan DNA mitokondria yang diekstraksi
5. Potongan kuku dan potongan rambut tidak bisa dipakai untuk sampel karena tidak mengandung
sel apapun kecuali kuku yang dipakai untuk mencakar korban (masih tersisa sel epitelnya)
6. Dipilih sel atau jaringan tubuh yang diperkirakan DNA dalam inti masih utuh dan tidak rusak oleh
pengaruh lingkungan (pemanasan karena kebakaaran akibat bencana merapi)
7. Ekstraksi DNA (isolasi DNA) dipastikan berhasil melalui pengecekan spektrofotometer
8. Bila tidak ada cDNA bisa digunakan mitokondria DNA (mtcDNA)
9. DNA mitokondria hanya 1 % saja dari total DNA manusia dan pola pewarisannya hanya dari jalur
ibu sampai 7 generasi seperti pada gambar 2
10. Terdapat 3 pilihan metode dalam DNA fingerprinting yaitu RFLP, STR dan VNTR
11. Memahami Variable Number Tandem Repeat (VNTR) dan Short Tandem Repeat (STR) sebagai
dasar identifikasi kespesifikan individu dengan metode DNA fingerprinting. Perbedaan metode juga
tergantung pada daerah satelit, minisatelit, dan mikrosatelit yang digandakan dalam PCR.
12. FBI telah mengembangkan data base CODIS dengan 13 regio spesifik dari STR dengan tingkat
ketelitian untuk membedakan individu 1 diantara 3 miliar orang
13. Qs Alhujurat (49): 13 Allah menegaskan bahwa manusia diciptakan dari sepasang suami istri dan
berkembang menjadi bersuku-suku dan berbangsa-bangsa salng mengenal dan yang paling mulia
diantara kamu adalah yang paling takwa. Hal ini mengisyaratkan bahwa terjadi variasi genetik
meskipun 99,9% DNA manusia identik tapi tiap individu ada perbedaan 0,1 % berupa tandem
repeat di DNAnya. Perbedaan 0,1 % untuk 6 milyar lebih sangat menakjubkan dalam menciptakan
dan mendesain perbedaan itu.

19

Gambar 4. Pola Pewarisan Ibu DNA mitokondria

Metode RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphisms) dan VNTR


Bakteri dapat menghasilkan beberapa enzim yang mampu memotong DNA asing yang masuk
ke dalam sel bakteri yang dikenal dengan enzim resriksi. Enzim restriksi ini mampu memotong daerah
yang spesifik dalam urutan (sequence) nukleotida DNA. Dengan memanfaatkan kemampuan enzim
restriksi untuk mengenali daerah yang spesifik tersebut dapat dipakai untuk menemukan daerah
polimorfisme di dalam sequence nukleotida DNA yang dikenal sebagai recognition site. Polimorfisme
adalah perubahan sequence nukleotida pada dua individu pada tempat yang spesifik dari rantai DNA.
Polimorfisme ini membuat terbentuknya tempat restriksi yang baru (restriction site) yang bisa dideteksi
dengan enzim digesti yang sesuai. RFLP merupakan perubahan-perubahan dalam pola dan panjang
segmen DNA yang terpotong dengan enzim restriksi yang spesifik akibat adanya perbedaan
recognition site di dalam DNA. Pola RFLP akan bervariasi antar individu karena adanya keunikan
urutan pasangan basa.

Loki pada kromosom tertentu mengandung pengulangan segmen DNA dengan pasangan basa
tertentu yang panjangnya 9-80 bp disebut Variable Numbers of Tandem Repeat (VNTR). VNTR ini

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 47 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

ditemukan pada daerah “Junk DNA” yaitu daerah intron yang tidak mengkode asam amino dan tiap
individu berbeda-beda panjang pengulangannya. Kekurang metode VNTR adalah diperlukan volume
DNA yang banyak untuk analisisnya. Hal ini mengakibatkan penggunaan PCR pada VNTR tidak bisa
dilakukan karena volume DNA yang harus diperbanyak begitu besar jumlah dan ukurannya. Meskipun
sama-sama menggunan enzim restriksi pada STR dan VNTR namun pada VNTR lebih komplek karena
harus memindahkan hasil digesti oleh enzim restriksi itu ke membran nitroselulose. Selanjutnya
dihibridisasi oleh probe radioactive yang berikatan dengan potongan sequence DNA yang dipotong
oleh enzim restriksi. Karena probe tersebut berfungsi untuk visualisasi potongan DNA pada saat dibaca
dengan sinar X sehingga ikatan probe yang komplementer dengan sequence DNA harus terjadi. Oleh
karena itu metode VNTR lebih rumit dengan pemindahan hasil potongan VNTR dari gel elektroforesis
ke membran nitroselulose dan denaturasi sequence DNA tersebut menjadi single strand untuk bisa
dilakukan hibridisasi dengan probe radioactive. Setelah itu baru dibaca dengan menggunakan sinar X.
Metode ini menjadi kombinasi dengan menggunakan enzim restriksi untuk memotong
polimorfisme dari sequence DNA yang mengalami perulangan dalam jumlah besar di daerah intron
(VNTR). Hasilnya seperti gambar berikut ini

Gambar 5. Hasil VNTR Fingerprint

Metode STR-PCR
Daerah loki tertentu dari non coding region DNA memiliki short tandem repeat. Daerah ini
disebut sebagai STR karena memilki sequence DNA yang berulang berkali-kali dengan panjang 3-5
bp. Contohnya sequence “GATA” yang berulang 6-15 kali pada kromosom 7 dan tiap individu berbeda-
beda pengulangannya yang menjadikannya spesifik tiap orang. Dengan menggunakan primer DNA
yang spesifik untuk tiap STR bisa dilakukan perbanyakan dengan mesin PCR sehingga dapat diketahui
pola STR pada seseorang. Saat ini telah ditemukan 13 primer STR yang dikenal dengan nama
Combined DNA Index System (CODIS) seperti pada gambar dibawah ini.

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 48 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Gambar 6. Sistem CODIS

Metode ini menjadi pilihan terbaik karena cukup membutuhkan DNA dalam jumlah sedikit yang
bisa diperbanyak dengan PCR dan langsung bisa dibaca dengan pemeriksaan gel elektroforesis tidak
perlu menggunakan hibridisasi bahan radioaktif. Hasil pemeriksaan dengan gel elekroforesis dapat
dilihat pada gamber 7.

Gambar 7. Hasil STR-PCR yang dibaca dengan gel elektroforesis

Peralatan DNA fingerprint terdiri dari


1. Mikropipet 1000 mikroliter, 100-200 mikroliter, dan 0-10 mikroliter
2. Tabung ependorf 1,5 ml, 0,5 ml dan 200 mikroliter
3. Sarung tangan
4. Mikrotip yellow, blue dan white
5. DNA eletroforesis
6. UV light hand held 240-360 nm
7. Inkubator
8. Alat PCR
9. Sentrifuge
10. Vortex
11. Kamera DSLR/digital
12. Microwave

Bahan-bahan yang diperlukan antara lain;


1. Alkohol 70 %
2. Enzim restriksi

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 49 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

3. Master mix
4. Aquabides steril (dd H20)
5. Agarose
6. SDS page
7. Ethidium bromida
8. TBE
9. TAE
10. DNA hasil isolasi
11. Kertas tissue
12. Kit DNA fingerprint
13. Kertas Selulosa
14. Kertas saring wartman
15. poliakrilamid

Prosedur Kerja DNA fingerprint

Gambar 8. Skema DNA fingerprint dari pengambilan sampel RFLP-VNTR

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 50 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Pada praktikum kali ini akan diperagakan metode STR-PCR. Secara detail proses DNA
fingerprint dapat dijelaskan berikut ini sesuai dengan kit yang ada.
1. Setelah proses isolasi DNA dari sampel yang diambil dari korban atau dari TKP (sperma di celana)
dilanjutkan dengan PCR
2. Digunakan 3 jenis primer untuk menentukan 3 STR (vWA, F13B dan ESR alfa) sebagai DNA
FINGERPRINTING
3. Ambil 2 mikroliter DNA templat hasil isolasi DNA ke dalam tabung 0,5 ml beri kode A
4. Masukan 2 mikroliter DNA suspek 1 ke dalam tabung 0,5 ml beri kode B
5. Masukan 2 mikroliter DNA suspek 2 ke dalam tabung 0,5 ml beri kode C
6. Masukan 2 mikroliter DNA suspek 3 ke dalam tabung 0,5 ml beri kode D
7. Tambahkan pada masing-masing tabung ddH20 7 mikroliter
8. Tambahkan 1 mikroliter enzim restriksi pada semua tabung A,B,C,D dengan XbaI, PvuII dan SwaI
yang masing-masing memiliki restriction site sendiri-sendiri
9. Inkubasikan pada suhu 37 C selama 16 jam (over night satu malam) atau pada suhu 60 derajat
selama 3 jam
10. Baca hasil inkubasi dengan elektroforesis
11. Untuk membuat gel elektroforesis, siapkan agarose 1 gram (atau dengan gel poliakrilamid jika
kurang dari 20 bp) dan larutkan dengan TBE 0,5 sampai volume 50 ml
12. Panaskan dalam microwave sampai jernih dan agarose larut semuanya dan tambahkan etidium
bromida 1,5 mikroliter
13. Tuang dalam cetakan gel elektroforesis
14. Tunggu dingin 1-2 jam
15. Lepas sumuran bersama nampannya dan taruh di chamber elektroforseis
16. Tuangkan larutan TBE 0,5 ke dalam chamber
17. Masukan DNA yang ada pada tabung A,B, C dan D ke dalam sumuran gel elektroforesis
18. Tutup mesin elektroforesis dan Runing mesin elektroforesis pada 100 volt selama 30 menit
19. Baca hasil elektroforesis dengan UV panjang gelombang 365 nm
20. Selamat menganalisis hasilnya

Analisis Hasil
Jika ada pertentangan mengenai anak siapa seperti pada kasus sederhana berikut ini. Seorang
ibu melahirkan bayi dengan golongan darah B. Ada tiga pria F1, F2, F3 yang dicurigai sebagai
bapaknya. Jika dilakukan pemeriksaan golongan darah maka pria F2 dan F3 dikeluarkan dari
tersangka.

Gambar 9. Sengketa Siapa Bapaknya

Untuk memastikan kebenaran tersebut dilakukan pemeriksaan DNA.


Setelah DNA hasil PCR dan RLFP dilakukan elektroforesis dapat diperoleh gambar band sebagai
berikut;

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 51 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

DNA analysis
C M F1 F2 F3

13

Gambar 10. Analisis DNA sengketa siapa bapaknya (F1)

Dimisalkan C adalah kasus anak yang tidak diketahui anak siapa dari suami atau lelaki yang
mana, maka kita bandingkan dengan DNA M adalah wanita yang mengaku atau dianggap menjadi
ibunya serta F1, F2 dan F3 adalah DNA pria 1, pria 2 dan pria 3. Ternyata DNA C itu cocok untuk DNA
M dan DNA F1 sehingga kesimpulannya anak tersebut hasil perbuatan bersama M dan F1 seperti pada
gambar ini.

M C F L

35
30
25
20
15
10
5

14

Gambar 11. Kepastian F sebagai Bapak C

Kasus lain dari TKP kita mendapatkan sperma pada korban pemerkosaan (E), setelah disiolasi DNA-
nya, dilakukan PCR dan RLFP dan dibandingkan dengan DNA 3 orang yang dicurigai (nomor 1,2,3).

Matching the evidence


vs the suspect
E 1 2 3

E=2

15

Gambar 12. Analisis DNA untuk menentukan sperma pelaku perkosaan

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 52 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

Nampak jelas bahwa sperma yang diisolasi DNA nya ternyata cocok dengan orang nomor 2 sehingga
disimpulkan pelaku perkosaan itu adalah orang nomor 2.

Contoh kasus lainnya adalah pembunuhan mutilasi (dipotong-potong). Apakah organ yang dipotong-
potong itu dari satu orang korban atau lebih. Untuk membuktikannya maka dari potongan organ Li, L2,
L3, A1, A2 dan B1 disolasi DNA-nya dan di PCR selajutnya di RLFP sampai akhirnya di elektroforesis
yang hasilnya seperti pada gambar di bawah ini.

Mutilated body
L1 L2 L3 A1 A2 B1

1: L1.L2,A2 2: L3,A1,B2 16

Gambar 13. Analisis DNA dari berbagai organ mutilasi

Ternyata potongan itu berasal dari 2 orang berbeda karena pola DNA keenam organ itu tidak sama.
Organ L1, L2 dan A2 berasal dari satu individu dan organ sisanya berasal dari orang lain.

Penutup
Aplikasi teknologi kedokteran khususnya pemeriksaan DNA ternyata sangat penting untuk membantu
proses penyidikan dlam upaya identifikasi person sebagai korban atau pelaku tindakan kekerasan.
Dengan praktikum ini semoga dapat memberikan gambaran lebih nyata peran DNA fingerprint dalam
bidang forensik. Amien ya robbal’alamin

PCR (Polymerase Chain Reaction)


Tujuan : memperbanyak DNA dengan sequence dan ukuran sama dengan menggunakan metode
enzimatik dan kondisi siklus

Prinsip:
- Memisahkan DNA untai ganda
- Annealing primer
- Extension (memperpanjang) untai DNA dengan DNA polimerase dan deoxyribonucleoside
triphosphate (dNTPs)

Langkah PCR:
1. Denaturasi
2. Annealing
3. Extension

Tahap preparasi PCR

Bahan preparasi PCR Alat


1 Sampel DNA 4o* 1 Mesin PCR
2 Master Mix 4o* 2 PCR tube (steril)*
3 Dna 4o * 3 Vortex
4 Primer F+R 4o (telah dicampur dahulu)* 4 Ice gel*
5 dH20 4o* 5 Tip Biru (steril)*
6 Tip kuning (steril) *

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 53 ]
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

7 Mikropipet 0-10 µl *
8 Mikropipet 0-20 µl*
9 Spidol permanen*
Keterangan: * disiapkan sebanyak kelompok

No Langkah kerja Cek list


1 Disiapkan sampel DNA
2 Disiapkan tabung ependorf PCR (sesuai alat PCR), diberi kode
3 Dipipet Master Mix sebanyak 15 µl
4 Dipipet dH2O sebanyak 11 µl
5 Dipipet primer F+R sebanyak 2 µl (20 µM “tergantung primernya”)
6 Dipipet dna sebanyak 2 µl
7 Dipipet sampel DNA sebanyak 2 µl
8 Divortex 2 detik sampai bahan turun ke dasar
9 Masukkan dalam mesin PCR yang telah di setting
10 Sampel disimpan dalam suhu 4o

ELEKTROFORESIS
Elektroforesis adalah teknik laboratorium yang umum digunakan untuk mengidentifikasi,
mengkuantifikasi, dan memurnikan fragmen asam nukleat.

Sampel dimasukkan ke dalam sumuran dari agarose yang kemudian direndam dalam cairan elektris
yang menyebabkan asam nukleat yang bersifat negatif akan bergerak ke elektroda yang bersifat positif.

A. Tahap elektroforesis

BAHAN ELEKTROFORESIS ALAT ELEKTROFORESIS


1 TAE / TBE 1 Pemanas
2 Agarose 2 Elektroforesis (seting)
3 ETBR (karsinogenik, tutup alumunium foil 4o) 3 Tip kuning*
4 Ice gel*
5 Mikropipet 0-10 µl*
Keterangan: * disiapkan sebanyak kelompok

No Langkah kerja Cek list


Pembuatan agarose
1 Ditimbang agarose 1,5 g
2 Ditambahkan TAE / TBE 100 ml
3 Dipanaskan hingga agarose larut
4 Ditambahkan ETBR sebanyak 5 µl (10 mg/ml)
5 Dituangkan dalam cetakan elektroforesis
6 Ditunggu hingga beku
Proses elektroforesis sampel
1 Dipipet marker DNA sebanyak 3 µl (letakkan paling ujung kiri)
2 Dipipet sampel DNA-PCR sebanyak 7 µl
3 Nyalakan mesin elektroforesis selama 45 menit
4 Hasil eletroforesis dapat diamati di bawah sinar UV

Program Studi Pendidikan Dokter


[ 54 ] Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia
Buku Panduan Praktikum Blok Gangguan Pertumbuhan 2.4

DAFTAR PUSTAKA

1. Allah SWT, 613 M, Al-Qur’anul-Karim, edisi Syamil Alqur’an The Miracle 15 in I


2. Bober & Longmire, 2004, DNA Fingerprinting, An Interactive Qualifying Project Report, Worchester
Polytechnic Institute
3. Djaja Surya Atmadja, 2005, Peranan Sidikjari DNA
dalam bidang Kedokteran Forensik disampaikan pada Seminar Nasional di FK UGM Jogjakarta,
Perkembangan DNA Forensik di Indonesia dan Permasalahannya , Dep. Ked. Forensik dan
Medikolegal FKUI, Jakarta
4. Harley, J.T. 2005. Regulatory exercises in microbiology. 6th ed. McGraw-Hill Company, Boston: xiv
+ 466 hlm.
5. Human Genome Project 2005:
1http://www.ornl.gov/sci/techresources/Human_Genome/primer_pic.shtml
6. Jacqui Wittmeyer, 2010, Can DNA Demand A Verdict?, University of Utah, USA
7. Kent, G.C. & R.K. Carr. 2001. Comparative anatomy of the vertebrates. 9th ed. The McGraw-Hill
Companies, New York: xvii + 523 hlm.
8. Kimball 2005: 4; Lewiston 2002:1--3; LPCH 2005:
http://users.rcn.com/jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/B/Blood.html
9. Klug, W.S. & M.R. Cummings. 1994. Concepts of genetics. Prentice-Hall Inc.,nglewood Cliffs: xvi
+ 779 hlm.
10. Lewis, R. 2003. Human genetics: Concepts and applications. The McGraw-Hills Company, Inc.,
Boston: xviii + 454 hlm.
11. Martiana, 2006, Pemeriksaan DNA fingerprint untuk identifikasi forensik, Hand Kuliah Medikolegal
FK UII, Jogjakarta
12. Murray, R.K., Granner, D.K., and Rodwell, V.W., 2006, Harper’s Illustrated Biochemistry, 26th
edition, Mc Graw Hill Companies, USA.
13. Raven, P.H. & G.B. Johnson. 2002. Biology. 6th ed. McGraw-Hill Companies, Inc., New York: xxiv
+ 1238 hlm.
14. Sadewa, 2009, Petunjuk Praktikum Biologi Molekuler disampaikan pada acara Kursus Biologi
Molekuler dan Imunologi, Pusat Kedokteran Tropis 3-8 Agustus 2009, FK UGM, Jogjakarta
15. Schroeder et al, 2006, Laboratory Exercise DNA Fingerprint Analysis of Three Short Tandem repeat
(STR) Loci for Bochemistry and Forensik Science Laboratory Courses, Biochemistry and Molecular
Biology Education 334;5, 378-383 diakses di www.bambed.org
16. Syaefudin AA, 2008, polimorfisme gena ESR 1 sebagai faktor risiko DM tipe 2 pada wanita
menopause, Proposal Tesis S-2 FK –UGM, Jogjakarta
17. www.bio-rad.com : Instruction Manual Forensic DNA Fingerprint Kit
18. www.ornl.gov/hgmis : DNA Forensics

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia [ 55 ]

Anda mungkin juga menyukai