Anda di halaman 1dari 80

TESIS

ANALISIS KINERJA SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN


METODE BALANCED SCORECARD
(STUDI KASUS PT PELABUHAN INDONESIA IV)

M. MANSYUR
P2100212527

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2016
85

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

ANALISIS KINERJA SISTEM INFORMASI


MENGGUNAKAN METODE BALANCED SCORECARD
(STUDI KASUS PT PELABUHAN INDONESIA IV)

Disusun dan diajukan oleh

M. MANSYUR
P2100212527

telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Makassar, Oktober 2016

Pembimbing I Pembimbing II

Prof.Dr. H. Abd. Rahman Kadir, SE, M.Si Dr. Abd. Razak Munir, SE., M.Si., M. Mktg
NIP. 19640205 198810 1 001 NIP. 19741206 200012 1 001

Mengetahui,
Ketua Program Magister Manajemen
Universitas Hasanuddin

Dr. J u s n i, SE, M.Si


NIP. 19610105 199002 1 002
86

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, sehingga

penulis dapat menyelesaikan tesis ini, sebagai salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Magister

Managemen Universitas Hasanuddin.

Penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih yang tak

terhingga penulis sampaikan kepada Prof.Dr. H. Abd. Rahman Kadir,

SE, M.Si selaku pembimbing I dan Dr. Abd. Razak Munir, SE., M.Si.,

M. Mktg selaku pembimbing II dalam penulisan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan pula terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Jusni, SE, M.Si selaku Ketua Program

Pascasarjana Magister Manajemen Universitas Hasanuddin;

2. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan Program Pascasarjana

Magister Manajemen Universitas Hasanuddin;

3. Direksi PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) serta jajaran terkait

khususnya Direktur SDM Umum, Kepala Biro Teknologi Informasi

serta jajarannya yang telah banyak memberikan bantuan data dan

informasi;
87

4. General Manajer PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang

Makassar serta jajarannya yang telah banyak memberikan

bantuan baik berupa moril maupun materi;

5. Seluruh karyawan dan karyawati PT Pelabuhan Indonesia IV

(Persero) Cabang Makassar;

6. Terima kasih yang tulus kepada kedua orang tuaku, istri dan

anak-anakku yang dengan penuh keikhlasan tak henti-hentinya

memberikan do’a dan motivasi kepada penulis sehingga dapat

menyelesaikan studi;

7. Rekan-rekan Mahasiswa Program Pascasarjana Magister

Manajemen Universitas Hasanuddin Angkatan XXXVII yang telah

banyak memberikan bantuan baik pada saat perkuliahan maupun

pada tahap penyusunan tesis.

Akhirnya kepada semua pihak yang tidak sempat penulis

sebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tesis ini,

penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Makassar, Oktober 2016

M. MANSYUR
88

ABSTRAK

M. Mansyur, Analisis Kinerja Sistem Informasi Menggunakan Metode


Balanced Scorecard (Studi Kasus PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero))
(dibimbing oleh Abd. Rahman Kadir dan Abd. Razak Munir).

Penelitian ini bertujuan mengetahui (i) sejauh mana sistem


informasi yang diterapkan oleh PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero)
dapat menunjang kegiatan bisnis perusahaan; (ii) menjelaskan tingkat
kelayakan sistem informasi sehingga dapat menguntungkan perusahaan.
Penelitian ini dilaksanakan di PT Pelabuhan Indonesia IV
(Persero) di Kota Makassar. Sumber data berupa data sekunder.
Populasi yang sekaligus menjadi sampel adalah data laporan keuangan
perusahaan tahun 2015-2016. Penelitian juga memakai metode survei
yang dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada responden.
Pemilihan sampel berdasarkan kerangka sampel dilakukan melalui
prosedur satu tahap yaitu para pegawai yang ada dilingkungan PT.
Pelabuhan Indonesia IV (Persero), dimana pengumpulan data dilakukan
sekaligus atau satu tahap melalui metode survei. Setelah itu tidak
dilakukan survei lagi terhadap responden yang sama. Pengukuran
dilakukan dengan menggunakan metode Balanced Scorecard dengan
memperhatikan 4 perspektif yang saling berkaitan satu dengan yang lain,
yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses
bisnis/internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknologi
informasi pada PT Pelabuhan Indonesia IV memberikan kontribusi
signifikan yang dapat meningkatkan kualitas proses layanan kepada
pelanggan dan berdampak terhadap efisiensi biaya dan peningkatan
pendapatan perusahaan.

Kata kunci : kinerja perusahaan, balanced scorecard, proses bisnis,


teknologi informasi, Managemen Strategis.
89

ABSTRACT

M. Mansyur, Information Systems Performance Analysis Using Balanced


Scorecard Method (Case Study PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero))
(supervised and guided by Abd. Rahman Kadir and Abd. Razak Munir).

This study aims to determine (i) the extent to which the information
system implemented by PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) can
support the company's business activities; (ii) explain the feasibility level
information systems can benefit the company.
The research was conducted at PT. Pelabuhan Indonesia IV
(Persero) in Makassar. Sources of data needed in this research was
secondary data. Populations as well as sample is the company's financial
statement data years 2015-2016. The study also used the method to a
survey conducted by distributing questionnaires to the respondents.
Selection of samples based on the sample frame is done through a
single stage procedure that the existing employees at PT. Pelabuhan
Indonesia IV (Persero), where the data collection is done all at once or
one stage through a survey method. After the survey was not conducted
again against the same respondents. Measurements were made using
the Balanced Scorecard method by taking into account four perspectives
that are interrelated with each other, namely: financial perspective,
customer perspective, business process / internal, learning and growth
perspective.
The results showed that the application of information technology
at PT Pelabuhan Indonesia IV contributed significantly to increasing the
quality of service to customers and the impact on cost efficiency and
increased revenues.

Keywords: corporate performance, balanced scorecard, business


processes, information technology, Strategic Management.
90

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL....................................................................................i
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
ABSTRAK .................................................................................................iv
ABSTRACT ................................................................................................v
PENGANTAR ............................................................................................ vi
DAFTAR ISI ............................................................................................. viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................x

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1 Latar Belakang................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 9
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................... 9
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................. 9

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................ 11


2.1 Konsep Manajemen Strategik.......................................... 11
2.2 Hierarki Strategi ............................................................... 14
2.3 Analisis Situasi Menggunakan SWOT ............................. 16
2.4 Matrik TOWS atau Matrik SWOT ..................................... 18
2.5 Matrik Grand Strategy...................................................... 18
2.6 Analisis Lingkungan Menggunakan Metode Porter.......... 19
2.7 Tiga Strategi Generik Michael Porter ............................... 25
2.8 Analisis PESTEL.............................................................. 26
2.9 Teknologi ......................................................................... 27
2.10 Konsep Dasar Data ........................................................ 35
2.11 Konsep Dasar Sistem ..................................................... 40
2.12 Konsep Dasar Informasi ................................................. 45
2.13 Konsep Dasar Sistem Informasi ..................................... 52
2.14 Balanced Scorecard ........................................................ 55
2.15 Penelitian Pendukung ..................................................... 69
2.16 Kerangka Pikir ................................................................ 70
2.17 Hipotesis ......................................................................... 71

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................. 72


3.1 Pendekatan Pemecahan Masalah .................................. 72
3.2 Desain Penelitian ............................................................ 73
3.3 Teknik Pengumpulan Data............................................... 76
91

3.4 Teknik Analisa Data ......................................................... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ........................... 84


4.1 Hasil Survey Pelanggan .................................................. 84
4.2 Hasil Uji Statistik ............................................................. 89
4.3 Pembuktian Hipotesis ..................................................... 97
4.4 Pembahasan Hasil-Hasil Penelitian .............................. 108

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 114


5.1 Kesimpulan ................................................................... 114
5.2 Saran ............................................................................ 115
5.3 Open Problem ............................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 118

DAFTAR LAMPIRAN
92

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pelabuhan tidak hanya berperan sebagai media transportasi untuk

pertukaran barang, transportasi penumpang, transportasi internal (Murati

& Brokaj, 2014) atau menjadi tempat yang menyediakan pengiriman

kargo (Talley, 2006), tetapi pelabuhan berfungsi sebagai industri terkait

dengan perdagangan domestik dan internasional. Di beberapa negara,

pelabuhan juga bertindak sebagai penghasil devisa (Gaur, 2005).

Pelabuhan memiliki karakteristik yang berbeda dan bahkan dalam satu

pelabuhan terdapat berbagai macam kegiatan (Bichou & Gray, 2004).

Persaingan dalam industri pelabuhan menciptakan pelabuhan yang

unggul dan yang kalah (Marti, 2011). Dalam beberapa tahun terakhir,

struktur dan operasi pelabuhan telah disesuaikan dengan kebutuhan dan

tuntutan jaman. Kebutuhan ini yang berfokus pada manajemen yang

cepat dan efektif, pengembangan produk pelabuhan yang sebenarnya,

adaptasi terhadap kondisi baru organisasi produksi pelabuhan dan

kerangka peraturan telah menyebabkan perubahan dalam mencapai visi

dan misi pelabuhan (Pantouvakis, Chlomoudis, & Dimas, 2010).

Pelabuhan yang baik, harus dapat berkontribusi terhadap

peningkatan perekonomian kota, regional dan negara. Pendapatan dari


93

operasional pelabuhan salah satunya dari pemanfaatan pelabuhan oleh

perusahaan-perusahaan pelayaran, dengan asumsi tipe kapal dan

volume barang yang dibongkar muat (Partnership , 2011). Realitas

selama ini menunjukkan bahwa efisiensi penyelenggaraan pelabuhan-

pelabuhan di Indonesia masih dikategorikan buruk karena tersendatnya

perkembangan kepelabuhanan, dan berbagai hambatan usaha dalam

penciptaan iklim persaingan usaha yang sehat dan sasaran-sasaran

pengelolaan pelabuhan seperti peningkatan efisiensi dan peningkatan

produktifitas akan sulit terwujud (Giyantana, 2013).

Pelabuhan dalam aktivitasnya mempunyai peran penting dan

strategis untuk pertumbuhan industri dan perdagangan serta merupakan

segmen usaha yang dapat memberikan kontribusi bagi pembangunan

nasional. Hal ini membawa konsekuensi terhadap pengelolaan segmen

usaha pelabuhan tersebut agar pengoperasiannya dapat dilakukan

secara efektif, efisien dan profesional sehingga pelayanan pelabuhan

menjadi lancar, aman, dan cepat dengan biaya yang terjangkau. Pada

dasarnya pelayanan yang diberikan oleh pelabuhan adalah pelayanan

terhadap kapal dan pelayanan terhadap muatan (barang dan

penumpang). Secara teoritis, sebagai bagian dari mata rantai

transportasi laut, fungsi pelabuhan adalah tempat pertemuan (interface)

dua moda angkutan atau lebih serta interface berbagai kepentingan yang

saling terkait. Barang yang diangkut dengan kapal akan dibongkar dan

dipindahkan ke moda lain seperti moda darat (truk atau kereta api).
94

Sebaliknya barang yang diangkut dengan truk atau kereta api ke

pelabuhan bongkar akan dimuat lagi ke kapal. Oleh sebab itu berbagai

kepentingan saling bertemu di pelabuhan seperti perbankan, perusahaan

pelayaran, bea cukai, imigrasi, karantina, syahbandar dan pusat kegiatan

lainnya. Atas dasar inilah dapat dikatakan bahwa pelabuhan sebagai

salah satu infrastruktur transportasi, dapat membangkitkan kegiatan

perekonomian suatu wilayah karena merupakan bagian dari mata rantai

dari sistem transportasi maupun logistik.

Namun jika kita melihat kenyatan yang ada, harus kita akui bahwa

memang pelabuhan – pelabuhan yang ada di Indonesia masih belum

dikelola dengan baik. Sebagaimana yang kita telah ketahui bersama, dua

pertiga wilayah Indonesia berupa perairan. Ribuan pulau berjajar dari

Sabang sampai Merauke. Posisi negeri ini sangat strategis karena

berada di persilangan rute perdagangan dunia. Ironisnya, Indonesia tak

mampu memanfaatkan peluang emas itu.

Sebagai negara kepulauan, peranan pelabuhan sangat vital dalam

perekonomian Indonesia. Kehadiran pelabuhan yang memadai berperan

besar dalam menunjang mobilitas barang dan manusia di negeri ini.

Pelabuhan menjadi sarana paling penting untuk menghubungkan

antarpulau maupun antarnegara. Namun, ironisnya, kondisi pelabuhan di

Indonesia sangat memprihatinkan. Hampir semua pelabuhan yang ada di

Indonesia saat ini sudah ketinggalan zaman.


95

Dari 144 negara, menurut Global Competitiveness Report 2014-2015,

daya saing pelabuhan di Indonesia berada di peringkat ke-34, meningkat

dari posisi 2013-2014 yang berada di urutan ke-38. Namun, posisi

Indonesia itu kalah dari Singapura, Malaysia, dan Thailand. Kelemahan

pelabuhan di Indonesia terletak pada kualitas infrastruktur dan

suprastruktur.

Indonesia juga kalah dalam produktivitas bongkar muat, kondisi

kongesti yang parah, dan pengurusan dokumen kepabeanan yang lama.

Global Competitiveness Report 2010-2011 menyebutkan, kualitas

pelabuhan di Indonesia hanya bernilai 4,6 jauh di bawah Singapura yang

nilainya 6,8 dan Malaysia 5,6.

Para pengusaha pun sudah lama mengeluhkan buruknya fasilitas

kepelabuhanan di Indonesia. Untuk bersandar dan bongkar muat,

sebuah kapal harus antre berhari-hari menunggu giliran.

Seringkali, waktu tunggu untuk berlabuh jauh lebih lama

ketimbang waktu untuk berlayar. Melihat buruknya kondisi pelabuhan itu,

tak heran bila investor enggan berinvestasi di bidang perkapalan.

Akibatnya, distribusi barang antarpulau pun tersendat. Dampak

lanjutannya, harga barang melonjak dan pembangunan ekonomi

tersendat.

PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang Makassar

merupakan salah satu pelabuhan cabang yang dikelola oleh PT

Pelabuhan Indonesia IV (Persero) dari 26 pelabuhan cabang yang


96

tersebar di 10 provinsi yang ada di Kawasan Timur Indonesia.Pelayanan

Jasa Kepelabuhanan yang dikelola oleh Cabang Makassar diantaranya

pelayanan kapal, pelayanan barang, pelayanan penumpang, pelayanan

alat, pelayanan terminal petikemas (terminal konvensional), dan jasa

lainnya seperti kerjasama usaha, kerjasama operasi, penyewaan

bangunan dan tanah.

Pada dasarnya pelabuhan dianggap sebagai suatu ikon dalam

mencerminkan suatu wilayah bagi siapapun yang pertama kali

mengunjungi wilayah tersebut dengan jasa transportasi laut (Wijoyo,

2012).Berikut ini adalah data arus kapal, barang, petikemas dan

penumpang PT. Pelindo IV (Persero) Cabang Makassar selama 5 tahun,

dimana trennya mengalami peningkatan dengan rata-rata peningkatan

sebesar 2,97.
97

Gambar 1.1. Arus Kapal 2011-2015 [PT. Pelindo IV (Persero), 2016]


98

Gambar 1.2. Arus Barang 2011-2015 [PT. Pelindo IV (Persero), 2016]

Gambar 1.3. Arus Petikemas 2011-2015 [PT. Pelindo IV (Persero), 2016]

Gambar 1.4. Arus Penumpang 2011-2015 [PT. Pelindo IV (Persero),

2016]
99

Sumber: Pelabuhan Makasar, 2016

Merujuk pada grafik dan tabel di atas dapat diperoleh informasi

bahwa baik arus kapal, barang, petikemas dan penumpang pada

pelabuhan Makassar cenderung berfluktuasi pada interval tahun 2011

s/d 2015.

Untuk kinerja keuangan pencapaian yang diperoleh Cabang

Makassar selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut :

Gambar 1.5. Pendapatan, Biaya dan Laba 2011-2015

Sumber: Pelabuhan Makasar, 2016

Fenomena tersebut menandakan perlunya Cabang Makassar

mengadopsi fasilitas pendukung seperti teknologi informasi berupa

Integrated Sea Port Systems (ISPORT), karena dengan fasilitas tersebut


100

diharapkan akan dapat membantu para eksekutif dalam pengambilan

keputusan dalam menyelesaikan masalah dan memonitor kegiatan

perusahaan.

Perlunya pengembangan ISPORT pada Pelabuhan Makassar

mengingat perlunya penataan pelayanan secara administratif maupun

operasional sehingga tercipta pelayanan yang tertib dan rapi. Dapat

mengurangi loss pendapatan akibat pengambilan keputusan yang tidak

tepat. Dengan ISPORT dapat dibangun suatu sistem informasi yang

adaptif untuk menjangkau personel-personel yang terlibat dalam proses

dan alur kerja utama dalam lingkungan PT. Pelabuhan Indonesia IV

(Persero) Cabang Makassar. Fenomena-fenomena tersebut yang

menjadi urgensi untuk mengangkat topik penelitian “Analisis Kinerja

Sistem Informasi Menggunakan Metode Balanced Scorecard (Studi

Kasus PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero))”.

1.2. Rumusan Masalah

Merujuk pada latar belakang penelitian, maka rumusan masalah

yaitu ‘apakah sistem informasi yang diterapkan oleh PT Pelabuhan

Indonesia IV (Persero) telah dapat merepresentasikan tujuan bisnis

organisasinya?’

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :


101

a) Untuk mengetahui sejauh mana sistem informasi yang diterapkan

oleh PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero) dapat menunjang

kegiatan bisnis perusahaan;

b) Untuk menjelaskan tingkat kelayakan sistem informasi sehingga

dapat menguntungkan perusahaan.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

a) Para eksekutif PT. Pelindo IV (Persero) dapat mengoptimalkan

pemakaian fasilitas dan dapat melakukan perencanaan peningkatan

fasilitas yang akan datang.

b) Para eksekutif PT. Pelindo IV (Persero) dapat merencanakan

peremajaan peralatan.

c) Para eksekutif PT. Pelindo IV (Persero) dapat membuat strategi yang

terkait dengan kebijakan layanan, promosi dan lain-lain terkait

hubungannya dengan customer dan kompetitor.

d) Menjadi bahan evaluasi bagi PT. Pelabuhan Indonesia IV untuk

diaplikasikan keseluruh pelabuhan didalam ruang lingkup PT

Pelabuhan Indonesia IV.

e) Dapat menjadi rujukan bagi peneliti yang akan mengkaji topik yang

sama di masa mendatang.


102

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Konsep Manajemen Strategik

Menurut Fred R. David (2006) manajemen strategi dapat

didefinisikan sebagai seni dan ilmu untuk memformulasi,

mengimplementasi, dan mengevaluasi keputusan lintas fungsi yang

memungkinkan organisasi dapat mencapai tujuannya.

Sedangkan menurut J.David Hunger & Thomas L. Wheelen

(2003) manajemen strategi adalah serangkaian keputusan dan tindakan

manajerial yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang.

Manajemen strategi meliputi pengamatan lingkungan, perumusan

strategi (perencanaan strategis atau perencanaan jangka panjang),

implementasi strategi, dan evaluasi serta pengendalian. Manajemen


103

strategi menekankan pada pengamatan dan evaluasi peluang dan

ancaman lingkungan dengan melihat kekuatan dan kelemahan

perusahaan.

Menurut Chandler dalam buku Freddy Rangkuti (2006) :

Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan

dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,

serta prioritas alokasi sumber daya.

Learned, Christensen, Andrews, dan Guth (1965) :

Strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing.

Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah

bisnis tersebut harus ada atau tidak ada.

Argyris (1985), MIntzberg (1979), Steiner dan Miner (1977) :

Strategi adalah respon secara terus menerus maupun adaptif

terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan

internal yang dapat mempengaruhi organisasi.

Porter (1985) :

Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai

keunggulan bersaing.

Andrews (1980), Chaffe (1985) :

Strategi yaitu kekuatan motivasi untuk stakeholders, seperti

debtholders, manajer, karyawan, konsumen, komunitas, pemerintah dan


104

sebagainya, yang baik secara langsung maupun tidak langsung

menerima keuntungan atau biaya yang ditimbulkan oleh semua tindakan

yang dilakukan oleh perusahaan.

Hamel dan Prahalad (1995):

Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental

(senantiasa meningkat) dan terus menerus dan dilakukan berdasarkan

sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di

masa depan. Dengan demikian perencanaan strategi hampir selalu

dimulai dari “apa yang dapat terjadi”, bukan dimulai dari “apa yang

terjadi”. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola

konsumen memerlukan kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.

Jadi dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa

manajemen strategi adalah alat untuk mencapai tujuan suatu

perusahaan/ organisasi dan menciptakan keunggulan bersaing di pasar

serta mengetahui respon dari kekuatan dan kelemahan perusahaan juga

peluang dan ancamannya.

Istilah strategi diterapkan untuk berbagai lapisan masyarakat atau

organisasi (level pelaksana sampai pimpinan puncak organisasi).

Pemahaman yang baik mengenai konsep strategi dan konsep-konsep

lain yang berkaitan sangat menentukan suksesnya strategi yang disusun.

Konsep-konsep Strategi tersebut sebagai berikut:

1. Distinctive Competence
105

Adalah tindakan yang dilakukan oleh perusahaan agar dapat

melakukan kegiatan lebih baik dibandingkan dengan pesaingnya.

Apabila suatu perusahaan memiliki kekuatan yang tidak mudah ditiru

oleh perusahaan pesaing maka perusahaan tersebut dipandang sebagai

perusahaan yang memiliki Distinctive Competence.

Distinctive Competence menjelaskan kemampuan spesifik suatu

organisasi. Menurut Day dan Wensley (1988), identifikasi Distinctive

Competence dalam suatu organsisasi meliputi Keahlian tenaga kerja dan

Kemampuan sumber daya (Fredy Rangkuti, 2005, h 5).Dua faktor

tersebut menyebabkan perusahaan ini dapat lebih unggul dibandingkan

dengan pesaingnya.

2. Competitive Advantage

Adalah kegiatan spesifik yang dikembangkan oleh perusahaan

agar lebih unggul dibandingkan dengan pesaingnya. Keunggulan

bersaing disebabkan oleh pilihan strategi yang dilakukan perusahaan

untuk merebut peluang pasar. Menurut Porter, ada 3 pendekatan strategi

yang dapat dilakukan perusahaan untuk memperoleh keunggulan

bersaing yaitu Cost Leadership, diferensiasi dan fokus (Porter, 1985).

2.2. Hierarki Strategi

Dalam organisasi ada beberapa tingkatan strategi antara satu

dengan yang lain berbicara pada tataran yang berbeda dan menentukan

arah dan rute pada level berbeda pula. Hirarki strategi yang ada dalam
106

suatu organisasi dikelompokkan menjadi 3 tingkatan yaitu strategi

korporasi, strategi unit bisnis dan strategi fungsional (Tjiptono, 2002).

1) Strategi Korporasi

Sering dijumpai bahwa sebuah organisasi memiliki lebih dari satu

unit bisnis atau unit kegiatan. Bisnis-bisnis yang digeluti organisasi

tersebut mungkin semuanya ditujukan untuk mengejar keuntungan (profit

oriented) atau kegitan sosial (non profit / social oriented) ataupun

gabungan keduanya. Strategi korporasi ditentukan oleh organisasi

induknya.

Jadi strategi korporasi meliputi strategi yang dapat dilakukan oleh

managemen dengan orientasi pengembangan strategi secara makro.

Strategi korporasi terdiri dari strategi korporasi bisnis tunggal dan strategi

korporasi multibisnis. Strategi korporasi bisnis tunggal adalah strategi

korporasi yang berorientasi pada pertumbuhan dan industri yang akan

menjadi tempat bersaing, sedangkan strategi korporasi multibisnis tidak

hanya berorientasi pada pertumbuhan dan industri yang akan menjadi

tempat bersaing, tetapi juga pengelolaan unit-unit bisnisnya untuk

mencapai sinergi

2) Strategi Unit Bisnis

Strategi unit bisnis umumnya dirancang untuk meletakkan bisnis

pada suatu posisi yang diinginkan dalam suatu industri tertentu,

sehingga pada akhir periode perencanaan dapat diperoleh tujuan (tingkat

keuntungan) seperti yang diharapkan.


107

Perusahaan yang memiliki berbagai jenis produk, akan bersaing di

berbagai tingkatan bisnis atau pasar. Dengan demikian strategi bisnisnya

dapat ditekankan pada strategic business unit (SBU), strategic business

group, strategic business segments, natural business unit atau product

market unit.

Pada prinsipnya SBU memiliki karekteristik sebagai berikut:

a. Memiliki misi dan strategi

b. Menghasilkan produk atau jasa yang berkaitan dengan misi dan

strategi

c. Menghasilkan produk atau jasa secara spesifik

d. Bersaing dengan pesaing yang telah diketahui dengan jelas.

SBU memiliki pengertian yang berbeda untuk setiap perusahaan

yang berbeda. SBU dapat meliputi satu atau lebih divisi, lini produk, atau

berupa satu jenis produk atau merek saja.

3) Strategi Fungsional

Strategi yang dirumuskan bersifat lebih spesifik tergantung pada

kegiatan fungsional managemen. Strategi fungsional ini lebih bersifat

operasional karena akan langsung diimplementasikan oleh fungsi-fungsi

managemen yang ada dibawah tanggung jawabnya, seperti fungsi

manajemen produksi/operasional, fungsi manajemen pemasaran, fungsi

manajemen keuangan, dan fungsi manajemen sumber daya manusia.

Fokus utama strategi fungsional menekankan pada pemaksimalan

sumber daya produktivitas, misalnya strategi pemasaran, strategi


108

keuangan, strategi sumber daya manusia, strategi operasi dan strategi

penelitian dan pengembangan.

2.3. Analisis Situasi Menggunakan SWOT

Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk untuk merumuskan

strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang(oppurtunities), namun

secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan

ancaman (Threat). Proses pengambilan keputusan strategis selalu

berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi dan kebijakan

perusahaan. Dengan demikian perencana strategis (strategic planner)

harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan,

kelemahan, peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini. Hal

ini disebut analisis situasi dan model yang paling popular untuk analisis

situasi adalah analisis SWOT.

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal Peluang

dan Ancaman dengan faktor internal Kekuatan dan Kelemahan.

Penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh

kombinasi faktor internal dan eksternal.

a) Kuadran 1:

Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan

tersebut memilikipeluang dan kekuatan sehingga dapat


109

memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan

dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang

agresif (Growth oriented strategy)

b) Kuadran 2:

Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih

memiliki keekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka

panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar)

c) Kuadran 3:

Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi

dilain pihak ia menghadapai beberapa kendala/kelemahan internal.

Fokus strategi ini adalah meminimalkan maasalah-masalah internal

perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

d) Kuadran 4:

Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan,

perusahaaan tersebut menghadapai berbagai ancaman dan

kelemahan internal.

2.4. Matrik TOWS atau Matrik SWOT


110

Alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis

perusahaan adalah matrik SWOT. Maktrik ini dapat menggambarkan

secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi

perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang

dimilikinya.

2.5. Matrik Grand Strategy

Masalah yang sering dihadapi dalam penggunaan analisis SWOT

ini adalah menentukan:“What will be ther principal purposes of the grand

strategy?” Apakah perusahaan ingin memanfaatkan posisi yang kuat

atau mengatasi kendala yang ada. Model lebih spesifik adalah

menggunakan Grand Strategy Selection Matrix.

Ide dasar dari strategi ini adalah pemilihan dua variabel sentral di

dalam proses penentuan:

a. Penentuan tujuan utama grand strategy

b. Memilih faktor-faktor internal atau eksternal untuk pertumbuhan atau

profitabilitas.

Pada dasarnya semua alternatif yang diambil diarahkan untuk

usaha-usaha menggunakan kekuatan dan memperbaiki kelemahan,

memanfaatkan peluang-peluang bisnis dan mengantisipasi ancaman.

Dengan analisis SWOT bisa diidentifikasi positioning suatu perusahaan

atau produk.

2.6. Analisis Lingkungan Menggunakan Metode Porter


111

1) Analisis Industri Menggunakan Porter’s 5 Forces

Porter (1985) mengajukan model lima kekuatan (five forces

module) sebagai alat untuk menganalisi lingkungan persaingan industri.

Keadaan persaingan perusahaan atau produk dalam suatu industri

tergantung pada lima kekuatan persaingan dasar yang diperlihatkan

pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Lima kekuatan persaingan pasar

Lima kekuatan persaingan tersebut adalah:

a. Ancaman pendatang baru

Suatu perusahaan akan tertarik terjun ke dalam suatu industri bila

industri tersebut menawarkan keuntungan yang tinggi. Secara makro

dengan masuknya pemain baru dalam industri makan akan membuat

persaingan menjadi ketat yang pada akhirnya dapat menyebabkan

turunnya laba yang diterima bagi semua perusahaan. Beberapa


112

faktor internal yang mempengaruhi mudah atau sulitnya rintangan

memasuki suatu industri adalah sebagai berikut:

1) Skala ekonomi

2) Diferensiasi produk

3) Kebutuhan Modal

4) Biaya beralih pemasok (switching cost)

5) Akses ke saluran distribusi

6) Biaya tak menguntungkan bebas dari skala

7) Kebijakan pemerintah

8) Perkembangan Teknologi

b. Ancaman produk atau jasa pengganti

Barang atau jasa substitusi merupakan barang atau jasa yang dapat

menggantikan produk sejenis. Adanya produk atau jasa pengganti

akan membatasi jumlah laba potensial yang didapat dari suatu

industri. Makin menarik alternatif harga yang ditawarkan oleh produk

pengganti, makin ketat pembatasan laba dari suatu industri. Produk

pengganti yang perlu mendapatkan perhatian besar adalah produk

yang mempunyai kecenderungan untuk memiliki harga atau kualitas

yang lebih baik daripada produk industri atau dihasilkan oleh industri

yang berlaba tinggi.

c. Kekuatan tawar menawar pembeli

Daya tawar pembeli pada industri berperan dalam menekan harga

untuk turun, serta memberikan penawaran dalam peningkatan


113

kualitas ataupun layanan lebih, dan membuat kompetitor saling

bersaing satu sama lain. Pembeli memiliki daya tawar yang kuat bila

memenuhi beberapa hal sebagai berikut:

1) Kelompok pembeli terpusat atau membeli dalam jumlah besar

relatif terhadap penjualan.

2) Produk yang dibeli merupakan bagian dari biaya atau pembelian

dengan jumlah yang cukup besar. Sehingga pembeli cenderung

mencari harga yang menguntungkan dan menggunakan dananya

untuk melakukan pembelian secara selektif.

3) Produk yang dibeli adalah produk standar atau tidak

terdiferensiasi. Sehingga pembeli yakin akan menemukan

pemasok alternatif yang memberikan penawaran lebih baik.

4) Pembeli menghadapi switching cost yang kecil. Hal ini akan

dialami apabila switching cost ditanggung oleh penjual.

5) Pembeli mendapatkan laba kecil. Laba yang randah menimbulkan

keinginan yang besar untuk menekan biaya.

6) Pembeli menunjukkan keinginan untuk melakukan integrasi balik.

Hal ini terjadi jika pembeli sudah terintegrasi dengan industri

kemudian menunjukkan keinginan untuk melakukan integrasi

balik.

7) Produk industri tidak mempengaruhi kualitas produk atau jasa

pembeli. Apabila kualitas produk pembeli sangat dipengaruhi oleh

produk industri, pada umumnya harga produk tidak begitu penting


114

bagi pembeli. Pembeli mempunyai informasi lengkap mengenai

produk. Seperti informasi tentang permintaan, harga pasar yang

aktual, dan bahkan biaya pemasok, biasanya posisi tawar-

menawar menjadi lebih kuat.

d. Kekuatan tawar menawar pemasok

1) Pemasok atau penjual dapat menggunakan kekuatan tawar-

menawar terhadap pembeli dalam industri dengan cara

menaikkan harga atau menurunkan kualitas produk atau jasa

yang dibeli. Kondisi-kondisi yang membuat posisi pemasok kuat

cenderung menyerupai kondisi yang membuat pembeli kuat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kuat atau tidaknya daya tawar

penjual atau pemasok adalah sebagai berikut:

2) Pemasok didominasi oleh beberapa perusahaan dan lebih

terpusat pada industri dimana mereka menjual. Pemasok yang

menjual pada pembeli yang terfragmentasi biasanya akan dapat

mempengaruhi harga, kualitas, serta syarat-syarat penjualan.

3) Produk pemasok hanya mempunyai sedikit pengganti barang

substitusi

4) Industri bukan satu-satunya tempat pemasok menjual produknya.

Apabila suatu industri bukan merupakan pelanggan utama dari

pemasok maka kecenderungan pemasok dapat memaksakan

kekuatannya pada industri tersebut. Jadi pembeli bukan

merupakan pelanggan yang penting bagi pemasok.


115

5) Produk pemasok sangat penting bagi pembeli

6) Produk pemasok memiliki biaya pengalihan yang tinggi

7) Kelompok pemasok melakukan integrasi maju pada suatu industri

dengan kata lain pemasok memiliki ancaman integrasi ke depan

yang kuat

8) Kebijakan pemerintah dalam membatasi perilaku pemasok.

Pemerintah juga mempengaruhi posisi industri dengan produk

pengganti melalui regulasi, subsidi dan lain-lain.

e. Persaingan antar kompetitor eksisting

Menurut Porter persaingan antar pesaing dalam industri yang sama

ini menjadi pusat kekuatan persaingan. Kompetitor dalam hal ini

adalah pemain yang menghasilkan serta menjual produk sejenis,

yang akan bersaing dalam memperebutkan marke tshare pasar.

Semakin tinggi tingkat persaingan antar perusahaan

mengindentifikasikan semakin tinggi pula profitabilitas industri, namun

profitabilitas perusahaan mungkin menurun. Intensitas persaingan

akan tinggi apabila:

1) Jumlah pesaing yang seimbang. Banyaknya pemain dengan

kekuatan masing-masing tentu saja akan meningkatkan intensitas

persaingan dalam kompetisi.

2) Pertumbuhan industri yang lamban, akan mengubah persaingan

menjadi ajang perebutan pangsa pasar untuk perusahaan-

perusahaan yang ingin melakukan ekspansi.


116

3) Kurangnya diferensiasi produk. Ketika suatu produk atau jasa

dipandang sebagai komoditas, maka pilihan oleh pembeli banyak

didasarkan atas harga dan pelayanan, dan desakan untuk

persaingan harga dan pelayanan yang tajam dapat terjadi.

4) Penambahan kapasitas dalam jumlah besar. Pada saat skala

ekonomi memaksa bahwa kapasitas harus ditingkatkan dalam

jumlah besar, maka penambahan capacitas akan merusak

keseimbangan penawaran/permintaan dalam industri.

5) Pesaing yang beragam. Pesaing mempunyai strategi beragam,

asal-usul, karakteristik serta tujuan dan strategi bersaing yang

berlainan.

6) Hambatan pengunduran diri yang tinggi. Hambatan pengunduran

diri adalah faktor-faktor ekonomi, strategis, dan emosional yang

membuat perusahaan tetap bersaing dalam bisnis meskipun

mereka mungkin memperoleh laba atas investasi yang rendah

atau bahkan negatif. Setelah melakukan identifikasi terhadap

seluruh tekanan dari masing-masing komponen, berikutnya

adalah melakukan perhitungan kekuatan dari setiap tekanan

menggunakan data yang ada. Potensi keuntungan kompetitif akan

tinggi bila akumulasi dari setiap tekanan tersebut pada masing-

masing faktor adalah rendah.

2.7. Tiga Strategi Generik Michael Porter


117

Michael Porter menunjukkan bahwa dalam menanggulangi kelima

kekuatan persaingan, ada 3 pendekatan strategis generik untuk menjadi

”superior” (memperoleh keunggulan bersaing) dibidang industri yang

dimasuki organisasi,yaitu:

a. Kepemimpinan Harga (Cost Leadership),Perusahaan dapat

memperoleh keunggulan bersaing yang lebih tinggi dibandingkan

dengan pesaingnya jika dia dapat memberikan harga jual yang lebih

murah daripada harga yang diberikan oleh pesaingnya dengan

nilai/kualitas produk yang sama. Harga jual yang lebih rendah dapat

dicapai oleh perusahaan tersebut karena memanfaatkan skala

ekonomis, efesiensi produksi, penggunaan teknologi, kemudahan

akses dengan bahan baku, dan sebagainya.

b. Diferensiasi,adalah apa yang dapat membedakan kita dari pesaing,

sehingga kita dapat terlihat berbeda. Berbeda di sini bukan hanya lain

sama sekali atau tidak sama dengan pesaing, tetapi juga dapat

memberi benefit ekstra yang dirasakan oleh konsumen. Menjadi

berbeda adalah strategi yang banyak diterapkan saat ini dan

merupakan strategi yang cukup jitu untuk memenangi persaingan.

Konsumen akan melirik produk kita apabila produk kita dapat keluar

dari keramaian dan tampil berbeda.Suatu perusahaan dapat

melakukan strategi diferensiasi dengan menciptakan persepsi

terhadap nilai tertentu pada konsumennya dan menjadi produk/jasa

dambaan yang dianggap unik oleh konsumen sehingga konsumen


118

mau memberikan nilai lebih. Sebagai contoh, persepsi terhadap

keunggulan kinerja produk, inovasi produk, pelayanan yang lebih baik

dan brand image yang lebih unggul.

c. Fokus, Strategi Fokus juga dapat diterapkan untuk memperoleh

keunggulan bersaing sesuai dengan segmentasi dan target pasar

yang diharapkan

2.8. Analisis PESTEL

Menurut Ward dan Peppard (2002, p70-72) analisis PEST adalah

analisis terhadap faktor lingkungan eksternal bisnis yang meliputi bidang

politik, ekonomi, sosial dan teknologi. PEST digunakan untuk menilai

pasar dari suatu unit bisnis atau unit organisasi. Arah analisis PEST

adalah kerangka untuk menilai sebuah situasi, dan menilai strategi atau

posisi, arah perusahaan, rencana pemasaran atau ide. Dimana analisis

ini dapat diambil suatu peluang atau ancaman baru bagi perusahaan.

1. Faktor Politik

Faktor politik meliputi kebijakan pemerintah, masalah-masalah

hukum, serta mencakup aturan-aturan formal dan informal dari

lingkungan dimana perusahaan melakukan kegiatan. Contoh :

kebijakan tentang pajak, peraturan ketenaga kerjaan, peraturan

perdagangan, stabilitas politik dan peraturan daerah.

2. Faktor Ekonomi

Faktor ekonomi meliputi semua faktor yang mempengaruhi daya

pembelian dari pelanggan dan mempengaruhi iklim dari bisnis suatu


119

perusahaan. Contoh: pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga,

standar nilai tukar, tingkat inflasi, hargaharg produk dan jasa.

3. Faktor Sosial

Faktor sosial meliputi semua faktor yang dapat mempengaruhi

kebutuhan dari pelanggan dan mempengaruhi ukuran dari besarnya

pangsa pasar yang ada. Contoh : tingkat pendidikan masyarakat,

tingkat pertumbuhan penduduk, kondisi lingkungan sosial, kondisi

lingkungan kerja, keselamatan dan kesejahteraan sosial.

4. Faktor Teknologi

Faktor teknologi meliputi semua hal yang dapat membantu dalam

menghadapi tantangan bisnis dan mendukung efisiensi proses bisnis.

Contoh: aktivitas penelitian dan pengembangan teknologi,

automatisasi, kecepatan transfer teknologi, tingkat kadarluasa

teknologi.

2.9. Teknologi

Banyak faktor yang telah mengubah cara organisasi melihat

pengetahuan dan berbagi pengetahuan, tapi mungkin yang paling

penting adalah secara dramatis memperluas jangkauan pengetahuan

melalui teknologi informasi baru (Laporan Pembangunan Dunia, 1999).

Namun, sebagian besar literatur terakhir menunjukkan bahwa teknologi,

khususnya TIK, bukan mengenai program manajemen pengetahuan dan

strategi. Meskipun teknologi merupakan alat untuk manajemen


120

pengetahuan, masih dianggap sebagai cara yang paling efektif untuk

menangkap, menyimpan, mengubah dan menyebarkan informasi.

1) Teknologi Informasi

Menurut O’Brien (2007) teknologi informasi adalah teknologi

pendukung dari sistem informasi, yaitu sistem berbasis TI yang

mengelola komponen-komponennya berupa hardware, software,

netware, dataware, dan brainware untuk melakukan transformasi data

menjadi informasi. Infrastruktur teknologi informasi pada sebuah

organisasi terdiri dari sebuah perangkat fisik berupa IT components, IT

services, dan IT management yang mendukung keseluruhan organisasi.

IT componen terdiri dari computer hardware, software, dan teknologi

komunikasi.

Teknologi Informasi (TI) dilihat penyusunnya adalah teknologi dan

informasi. Kata teknologi bermakna pengembangan dan penerapan

berbagai peralatan atau sistem untuk menyelesaikan persoalan-

persoalan yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari,kata

teknologi berdekatan artinya dengan istilah tata cara. Menurut Azmi, Yan

(2009: 2), informasi adalah data yang diproses kedalam bentuk yang

lebih berarti bagi penerima dan berguna dalam pengambilan keputusan,

sekarang atau untuk masa yang akan datang. Sedangkan menurut Ishak

(2008: 87), “teknologi informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap

proses penyampaian informasi dari pengirim ke penerima sehingga


121

pengiriman informasi akan lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih

lama penyimpanannya.

Dapat disimpulkan bahwa teknologi informasi adalah suatu

kombinasi antara teknologi komputer dan teknologi komunikasi yang

digunakan untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan,

menyusun, menyimpan ,memanipulasi data dengan mendalam berbagai

cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang

relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan

pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang

strategis untuk pengambilan keputusan.

Kemampuan untuk mentransfer pengetahuan secara efektif dalam

suatu organisasi dapat lebih ditingkatkan dengan: jaringan IT terstruktur

yang memungkinkan individu untuk berbagi pengetahuan (O'Dell dan

Grayson, 1998 dalam Rhodes et al, 2008). Semakin spesifik teknologi,

semakin besar kebutuhan untuk perlindungan; semakin tidak menentu

lingkungan, semakin besar kebutuhan untuk perlindungan terhadap

teknologi tersebut (Jelinek, 1977). Bila tingkat persaingan antara desain

teknologi tinggi, perusahaan tidak dapat mengembangkan kemungkinan

potensi internal. Perusahaan dapat menggunakan kemitraan untuk

memperbesar portofolio teknologi mereka melalui pembentukan aliansi

dengan pesaing (Delmas, 1999).

2) Tujuan Teknologi Informasi


122

Teknologi informasi dewasa ini menjadi hal yang sangat penting

karena sudah banyak organisasi yang menerapkan teknologi informasi

untuk mendukung kegiatan organisasi. Penerapan teknologi informasi

padatiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki tujuan yang

berbeda karena penerapan TI pada suatu organisasi adalah untuk

mendukung kepentingan usahanya. Adapun yang menjadi tujuan dari

adanya teknologi informasi menurut Sutarman (2009), “untuk

memecahkan masalah, membuka kreativitas, dan meningkatkan

efektivitas dan efesiensi dalam melakukan pekerjaan”.

Sedangkan Fungsi Teknologi Informasi menurut Sutarman (2009:

18) ada enam fungsi, yaitu:

1) Menangkap (Capture)

2) Mengolah (Processing). Mengkompilasikan catatan rinci dariaktivitas,

misalnya menerima input dari keyboard, scanner, mic dan

sebagainya. Mengolah/memproses data masukan yang diterima

untuk menjadi informasi. pengolahan/pemrosesan data dapat berupa

konversi (pengubahan data kebentuk lain),analisis (analisis kondisi),

perhitungan (kalkulasi), sintesis (penggabungan) segala bentuk data

dan informasi.

a) Data processing, memproses dan mengolah data menjadi suatu

informasi.
123

b) Information processing, suatu aktivitas computer yang memproses

dan mengolah suatu tipe/bentuk dari informasi dan mengubahnya

menjadi tipe/bentuk yang lain dari informasi.

c) Multimedia system, suatu system komputer yang dapat

memproses berbagai tipe/bentuk dari informasi secara bersamaan

(simultan).

3) Menghasilkan (Generating). Menghasilkan atau mengorganisasikan

informasi ke dalam bentuk yang berguna. Misalnya : laporan, tabel,

grafik dan sebagainya.

4) Menyimpan (Storage). Merekam atau menyimpan dan informasi

dalam suatu media yang dapat digunakan untuk keperluan lainnya.

Misalnya disimpan ke harddisk, tape, disket, compact disc (CD) dan

sebagainya.

5) Mencari kembali (Retrieval). Menelusuri, mendapatkankembali

informasi atau menyalin (copy) data dan informasi yang sudah

tersimpan, misalnya mencari supplier yang sudah lunas dan

sebagainya.

6) Transmisi (Transmission). Mengirimkan data dan informasi darisuatu

lokasi ke lokasi lain melalui jaringan komputer. Misalnya

mengirimkan data penjualan dari user A ke user lainnya dan

sebagainya.

3) Peranan Teknologi Informasi Bagi Organisasi


124

Peranan teknologi informasi bagi perusahaan sangatlah penting.

Teknologi informasi berperan penting untuk meningkatkan kualitas

informasi dan juga sebagai alat bantu maupun strategi yang tangguh

untuk mengintegrasikan dan mengolah data dengan cepat dan akurat

serta untuk penciptaan produk layanan baru sebagai daya saing untuk

menghadapi kompetisi. Selain itu teknologi informasi juga berperan

penting bagi perusahaan untuk mengefisiensi waktu dan biaya yang

secara jangka panjang akan memberikan keuntungan ekonomis yang

sangat tinggi.

Penerapan teknologi informasi pada tiap perusahaan atau

organisasi tentunya memiliki tujuan yang berbeda karena penerapan TI

pada suatu organisasi adalah untuk mendukung kepentingan usahanya.

Apalagi dengan kondisi saat ini, dengan persaingan dan fluktuasi dunia

bisnis yang tinggi sehingga penerapan TI bukan hanya sebagai

supportingtools saja, tetapi menjadi strategic tools, dimana fungsi dan

perannya lebih komprehensif dan lebih luas terkait pada visi, misi dan

tujuan perusahaan.

Peran teknologi informasi bagi suatu perusahaan dapat dilihat

dengan menggunakan kategori yang diperkenalkan oleh G.R. Terry yang

dikutip oleh Perdana (2009), ada 5 peranan mendasar teknologi

informasi di suatu perusahaan, yaitu:

a) Fungsi Operasional akan membuat struktur organisasi menjadi lebih

ramping telah diambil alih fungsinya oleh teknologi informasi. Karena


125

sifat penggunaannya yang menyebar diseluruh fungsi organisasi,

unit terkait dengan manajemen teknologi informasi akan

menjalankan fungsinya sebagai supporting agency dimana teknologi

informasi dianggap sebagai sebuah firm infrastructure.

b) Fungsi Monitoring and Control mengandung arti bahwa keberadaan

teknologi informasi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan

dengan aktivitas di level manajerial embedded di dalam setiap fungsi

manajer, sehingga struktur organisasi unit terkait dengannya harus

dapat memiliki span of control atau peer relationship yang

memungkinkan terjadinya interaksi efektif dengan para manajer di

perusahaan terkait.

c) Fungsi Planning and Decision mengangkat teknologi informasi ke

tataran peran yang lebih strategis lagi karena keberadaannya

sebagai enabler dari rencana bisnis perusahaan dan merupakan

sebuah knowledge generator bagi para pimpinan perusahaan yang

dihadapkan pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan

penting sehariharinya. Tidak jarang perusahaan yang pada akhirnya

memilih menempatkan unit teknologi informasi sebagai bagian dari

fungsi perencanaan dan/atau pengembangan korporat karena fungsi

strategis tersebut di atas.

d) Fungsi Communication secara prinsip termasuk ke dalam firm.

infrastructure dalam era organisasi moderen dimana teknologi

informasi ditempatkan posisinya sebagai sarana atau media individu


126

perusahaan dalam berkomunikasi, berkolaborasi, berkooperasi, dan

berinteraksi.

e) Fungsi Interorganisational merupakan sebuah peranan yang cukup

unik karena dipicu oleh semangat globalisasi yang memaksa

perusahaan untuk melakukan kolaborasi atau menjalin kemitraan

dengan sejumlah perusahaan lain. Konsep kemitraan strategis atau

partnerships berbasis teknologi informasi seperti pada implementasi

Supply Chain Management atau Enterprise Resource Planning

membuat perusahaan melakukan sejumlah terobosan penting dalam

mendesain struktur organisasi unit teknologi informasinya. Bahkan

tidak jarang ditemui perusahaan yang cenderung melakukan

kegiatan pengalihdayaan atau outsourcing sejumlah proses bisnis

terkait dengan manajemen teknologi informasinya ke pihak lain demi

kelancaran bisnisnya.

4) Technology Acceptance Model

Technology Acceptance Model (TAM) dikembangkan untuk

menjelaskan perilaku penggunaan sistem informasi. Tujuan model ini

untuk menjelaskan faktor-faktor utama dari perilaku pemakai teknologi

informasi terhadap penerimaan dan pemanfaatan teknologi itu sendiri.

Terdapat dua perbedaan mendasar dari TAM dengan teori tindakan yang

beralasan (TRA) seperti pendapat Dishaw & Strong (1999)bahwa TAM

menspesifikasikan kemanfaatan dan kemudahan penggunaan sebagai


127

dua variabel eksternal dalam hal ini kayakinan yang kemudian

menentukan sikap terhadap teknologi informasi. TAM tidak

mengikutsertakan norma-norma subjektivitas yang terdapat dalam model

teori TRA.

Sekundera (2006) menjelaskan bahwa TAM mendefinisikan dua

persepsi dari pemakai teknologi informasi yang memiliki suatu dampak

pada penerimaan mereka yang selanjutnya juga berdampak pada

pemanfaatan teknologi tersebut. TAM menekankan pada persepsi

pemakai tentang bagaimana kegunaan sistem untuk saya dan semudah

apakah sistem tersebut digunakan. Secara umum model TAM dapat

menjelaskan persepsi pemakai akan menentukan sikapnya dalam

penerimaan dan kemudian memanfaatkan teknologi informasi.

2.10 Konsep Dasar Data

2.10.1 Definisi Data

Menurut Edi (2009:72), "Data terbentuk dari karakter yang dapat

berupa alfabet, angka, maupun simbol khusus dan merupakan bentuk

yang masih mentah sehingga perlu diolah lebih lanjut melalui suatu

model untuk menghasilkan informasi".

Menurut Sutabri (2012:1), "Data adalah kenyataan yang

menggambarkan suatu kejadian-kejadian dan kesatuan nyata". Kejadian-


128

kejadian adalah sesuatu yang terjadi saat tertentu di dalam dunia bisnis.

Bisnis adalah perubahan dari suatu nilai yang disebut transaksi.

Misalnya, penjualan adalah transaksi perubahan nilai barang menjadi

nilai uang atau nilai piutang dagang. Kesatuan nyata adalah berupa

suatu objek nyata seperti tempat, benda, dan yang betul-betul ada dan

terjadi. Dari definisi dan uraian data tersebut dapat disimpulkan bahwa

data adalah bahan mentah yang diproses untuk menyajikan informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat ditarik

kesimpulan data adalah hal, peristiwa, atau kenyataan lainnya yang

mengandung suatu pengetahuan untuk dijadikan dasar guna

penyusunan keterangan, pembuatan kesimpulan, atau sumber dari

informasi.

2.10.2 Klasifikasi Data

Menurut Sutabri (2012:3), data itu sendiri dapat diklasifikasikan

menurut jenis, sifat, dan sumber. Mengenai penjelasan klasifikasi data

tersebut akan diurai dibawah ini :

a. Klasifikasi data menurut jenis data, yaitu:

1) Data Hitung (Enumeration atau Counting Data)


129

Data hitung adalah hasil penghitungan atau jumlah tertentu. Yang

termasuk data hitung adalah presentase dari suatu jumlah

tertentu.

2) Data Ukur (Measurement Data)

Data ukur adalah data yang menunjukan ukuran mengenai nilai

sesuatu. Angka yang ditunjukan alat barometer atau termometer

adalah hasil proses pengukuran.

b. Klasifikasi data menurut sifat data, yaitu:

1) Data Kuantitatif (Quantitative Data)

Data kuantitatif adalah data mengenai penggolongan dalam

hubungannya dengan penjumlahan.

2) Data Kualitatif (Qualitative Data)

Data kualitatif adalah data mengenai penggolongan dalam

hubungannya dengan kualitas atau sifat sesuatu. Penggolongan

fakultas-fakultas pada universitas negeri menjadi fakultas exacta

dan fakultas non-exacta merupakan pemisahan menurut sifatnya.

c. Klasifikasi data menurut sumber data, yaitu:

1) Data Internal

Data internal adalah data yang asli, artinya data sebagai hasil

observasi yang dilakukan sendiri, bukan data hasil karya orang

lain.

2) Data External
130

Data external adalah data hasil observasi orang lain. Seseorang

boleh saja menggunakan data untuk suatu keperluan, meskipun

data tersebut hasil kerja orang lain. Data external ini terdiri dari 2

(dua) jenis, yaitu:

(a) Data External Primary

Data eksternal primer adalah data dalam bentuk ucapan lisan

atau tulisan dari pemiliknya sendiri, yakni orang yang

melakukan observasi sendiri.

(b) Data External Secondary

Data eksternal sekunder adalah data yang diperoleh bukan

dari orang lain yang melakukan observasi melainkan melalui

seseorang atau sejumlah orang lain.

2.10.3 Pengolahan Data

Data merupakan bahan mentah untuk diolah yang hasilnya

kemudian menjadi informasi. Dengan kata lain, data yang telah diperoleh

harus diukur dan dinilai baik dan buruk, berguna atau tidak dalam

hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Pengolahan data terdiri

dari kegiatan-kegiatan penyimpanan data dan penanganan data.

Menurut Sutabri (2012:6), pengolahan data dapat diuraikan seperti

dibawah ini, yaitu:

a. Penyimpanan Data (Data Storage)

Penyimpanan data meliputi pekerjaan pengumpulan (filing),

pencarian (searching), dan pemeliharaan (maintenance). Data


131

disimpan dalam suatu tempat yang lazim dinamakan "file". File dapat

berbentuk map, ordner, disket, tipe, harddisk, dan lain sebagainya.

Jadi, file diartikan sebagai suatu susunan data yang terbnetuk dari

sejumlah catatan (record) yang berhubungan satu sama lain (sejenis)

mengenai suatu bidang dalam suatu unit usaha. Untuk memperoleh

kemudahan dalam pencarian data (searching) di dalam file maka file

dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu:

1) File Induk (Master File)

File induk ini berisi data-data permanen yang biasanya hanya

dibentuk satu kali saja dan kemudian digunakan untuk

pengolahan data selanjutnya.

2) File Transaksi (Detail File)

File transaksi berisi data-data temporer untuk suatu periode atau

untuk suatu bidang kegiatan atau suatu periode yang

dihubungkan dengan suatu bidang kegiatan.

Pemeliharaan file (file maintenance) juga meliputi "peremajaan

data" (data updating), yaitu kegiatan menambah catatan baru

pada suatu data, mengadakan perbaikan, dan lain sebagainya.

b. Penanganan Data (Data Handling)

Penanganan data meliputi berbagai kegiatan seperti: pemeriksaan,

perbandingan, pemilihan, peringkasan, dan penggunaan.


132

Pemeriksaan data mencakup pengecekan data yang muncul pada

berbagai daftar yang berkaitan atau yang datang dari berbagai

sumber, untuk mengetahui berbagai sumber dan untuk mengetahui

perbedaan atau ketidaksesuaian, pemeriksaan ini dilakukan dengan

kegiatan pemeliharaan file (file maintenance). Pengguna data (data

manipulation) merupakan kegiatan untuk menghasilkan informasi.

2.11 Konsep Dasar Sistem

2.11.1 Definisi Sistem

Menurut Sutabri (2012:10), "Secara sederhana suatu sistem dapat

diartikan sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen,

atau variabel yang terorganisir, saling berinteraksi, saling tergantung satu

sama lain, dan terpadu".

Menurut Mustakini (2009:34), "Sistem dapat didefinisikan dengan

pendekatan prosedur dan dengan pendekatan komponen. Dengan

pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari

prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan tertentu".

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat

ditarik kesimpulan sistem adalah kumpulan komponen-komponen yang

terdiri dari sub-sub sistem yang saling berinteraksi dan bekerja sama

untuk menghasilkan output yang diinginkan.

2.11.2 Karakteristik Sistem


133

Menurut Mustakini (2009:54), suatu sistem mempunyai karakteristik.

Karakteristik sistem adalah sebagai berikut ini:

a. Suatu sistem mempunyai komponen-komponen sistem (components)

atau subsistem-subsistem.

b. Suatu sistem mempunyai batas sistem (boundary).

c. Suatu sistem mempunyai lingkungan luar (environment).

d. Suatu sistem mempunyai penghubung (interface).

e. Suatu sistem mempunyai tujuan (goal).

Sumber: Mustakini (2009:54)

Gambar 2.2 Karakteristik Suatu Sistem

Menurut Sutabri (2012:20), model umum sebuah sistem adalah

input, proses, dan output. Hal ini merupakan konsep sebuah sistem yang

sangat sederhana sebab sebuah sistem dapat mempunyai beberapa


134

masukan dan keluaran. Selain itu, sebuah sistem dapat mempunyai

karakteristik atau sifat-sifat tertentu yang mencirikan bahwa hal tersebut

bisa dikatakan sebagai suatu sistem. Adapun karakteristik yang

dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Komponen Sistem (Components)

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen yang seling berinteraksi,

artinya saling bekerja sama membentuk satu kesatuan. Komponen-

komponen sistem tersebut dapat berupa suatu bentuk subsistem.

Setiap subsistem memiliki sifat dari sistem yang menjalankan suatu

fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.

Suatu sistem dapat mempunyai sistem yang lebih besar atau sering

disebut "super sistem".

b. Batasan Sistem (Boundary)

Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara

sistem dengan sistem yang lain atau sistem dengan lingkungan

luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang

sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

c. Lingkungan Luar Sistem (Environtment)

Bentuk apapun yang ada diluar ruang lingkup atau batasan sistem

yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut lingkungan luar

sistem. Lingkungan luar sistem ini dapat bersifat menguntungkan dan

dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.

d. Penghubung Sistem (Interface)


135

Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem lain disebut

penghubung sistem atau interface. Penghubung ini memungkinkan

sumber-sumber daya mengalir dari satu subsitem ke subsistem lain.

Bentuk keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk

subsistem lain melalui penghubung tersebut. Dengan demikian, dapat

terjadi suatu integritas sistem yang membentuk satu kesatuan.

e. Masukan Sistem (Input)

Energi yang dimasukan ke dalam sistem disebut masukan sistem,

yang dapat berupa pemelihaaran dan sinyal. Contohnya, di dalam

suatu unit sistem komputer, "program" adalah maintenance input

yang digunakan untuk mengoperasikan komputernya dan "data"

adalah signal input untuk diolah menjadi informasi.

f. Keluaran Sistem (Output)

Hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang

berguna. Keluaran ini merupakan masukan bagi subsitem yang lain

seperti sistem informasi. Keluaran yang dihasilkan adalah informasi.

Informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan

keputusan atau hal-hal lain yang menjadi input bagi sub sistem lain.

g. Pengolah Sistem (Proses)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah

masukan menjadi keluaran, contohnya sistem akuntansi. Sistem ini


136

akan mengolah data transaksi menjadi laporan-laporan yang

dibutuhkan oleh pihak manajemen.

h. Sasaran Sistem (Objective)

Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat

deterministic. Kalau suatu sistem tidak memiliki sasaran maka

operasi sistem tidak ada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil

bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan.

2.11.3 Klasifikasi Sistem

Sistem merupakan suatu bentuk integrasi antara satu komponen

dengan komponen lain karena sistem memiliki sasaran yang berbeda

untuk setiap kasus yang terjadi dalam sistem tersebut. Oleh karena itu,

sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang diantaranya :

(Tata Sutabri, 2012:22)

a. Sistem Abstrak (Abstract System) dan Sistem Fisik (Physical System)

Sistem abstrak merupakan sistem yang berupa pemikiran atau ide-

ide yang tidak tampak secara fisik. Misalnya sistem teologi, yaitu

sistem yang berupa pemikiran-pemikiran hubungan antara manusia

dengan Tuhan. Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik.

Misalnya sistem komputer, sistem akuntansi, dan sistem persediaan

barang.

b. Sistem Alamiah (Natural System) dan Sistem Buatan Manusia

(Human Made System)


137

Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak

dibuat manusia. Misalnya sistem perputaran bumi. Sistem buatan

manusia adalah sistem yang melibatkan interaksi manusia dengan

mesin yang disebut human machine system. Misalnya sistem

informasi berbasis komputer.

c. Sistem Tertentu (Deterministic System) dan Sistem Tak Tentu

(Probabilistic System)

Sistem tertentu adalah sistem yang beroperasi dengan tingkah laku

yang dapat diprediksi. Sebagai contoh adalah hasil pertadingan

sepak bola. Sistem tak tentu adalah sistem yang kondisi masa

depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur

probabilitas. Misalnya kematian seseorang.

d. Sistem Tertutup (Closed System) dan Sistem Terbuka (Open System)

Sistem tertutup adalah sistem yang tidak berhubungan dan tidak

terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini bekerja secara

otomatis tanpa adanya campur tangan dari pihak di luarnya. Secara

teoritis sistem tertutup ini ada, tetapi pada kenyataannya tidak ada

sistem yang benar-benar tertutup. Contohnya adalah sistem adat

masyarakat Baduy. Sedangkan sistem terbuka adalah sistem yang

berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya. Sistem ini

menerima masukan dan menghasilkan keluaran untuk lingkungan

luar atau subsistem yang lainnya. Misalnya sistem musyawarah.

2.12 Konsep Dasar Informasi


138

2.12.1 Definisi Informasi

Menurut Sutabri (2012:29), "Informasi adalah data yang telah

diklasifikasikan atau diinterprestasi untuk digunakan dalam proses

pengambilan keputusan".

Menurut zaeAmin (2012:72), "Informasi adalah data yang diolah

menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerima dan

digunakan untuk mengambil keputusan".

Berdasarkan pendapat yang dikemukan di atas dapat ditarik

kesimpulan informasi adalah data yang sudah diolah, dibentuk atau

dimanipulasi sesuai dengan keperluan tertentu.

2.12.2 Fungsi Informasi

Menurut Sutabri (2012:31), fungsi utama informasi adalah

menambah pengetahuan. Informasi yang disampaikan kepada pemakai

mungkin merupakan hasil data yang sudah diolah menjadi sebuah

keputusan. Akan tetapi, dalam kebanyakan pengambilan keputusan yang

kompleks, informasi hanya dapat menambah kemungkinan kepastian

atau mengurangi bermacam-macam pilihan. Informasi yang disediakan

bagi pengambil keputusan memberi suatu kemungkinan faktor resiko

pada tingkat-tingkat pendapatan yang berbeda.

2.12.3 Siklus Informasi

Menurut Sutabri (2012:33), data diolah melalui suatu model

informasi, kemudian si penerima akan menangkap informasi tersebut


139

untuk membuat suatu keputusan dan melakukan tindakan. Tindakan si

penerima menjadi sebuah data baru. Data tersebut akan ditangkap

sebagai input dan diproses kembali lewat suatu model, dan seterusnya

sehingga membentuk suatu siklus. Siklus inilah yang disebut "Siklus

Informasi" (Information Cycle).

Menurut Mustakini (2009:40), telah diketahui bahwa data perlu

diolah untuk dijadikan informasi yang berguna lewat suatu siklus. Siklus

ini disebut dengan siklus pengolahan data (data processing life cycle)

atau disebut juga dengan nama siklus informasi (information life cycle).

Sumber: Mustakini (2009:40)

Gambar 2.3 Siklus Pengolahan Data

Dari gambar di atas terlihat, bahwa untuk melakukan siklus pengolahan

data diperlukan tiga buah komponen, yaitu komponen input, komponen

model, dan komponen output. Dengan demikian, sistem informasi yang

juga melakukan proses pengolahan data juga akan membutuhkan tiga

komponen ini.

Data yang masih belum diolah perlu disimpan untuk pengolahan lebih

lanjut, karena tidak semua data yang diperoleh langsung diolah. Pada

umumnya, data yang diperoleh disimpan terlebih dahulu yang nantinya

setiap saat dapat diambil untuk diolah menjadi informasi. Data ini
140

disimpan di simpanan (storage) dalam bentuk database. Data yang ada

di basis data ini yang nantinya akan digunakan untuk menghasilkan

informasi. Siklus pengolahan data yang dikembangkan ini disebut

dengan extended data processing life cycle.

Sumber : Mustakini (2009:41)

Gambar 2.4 Siklus Pengolahan Data Yang Dikembangkan

Dari siklus ini data yang dikembangkan, terlihat bahwa untuk melakukan

pengolahan data, maka diperlukan tambahan sebuah komponen lagi,

yaitu komponen basis data. Dengan demikian, komponen-komponen

sistem informasi yaitu komponen input, komponen model, dan komponen

output sekarang bertambah sebuah komponen lagi, yaitu komponen

basis data.

2.12.4 Jenis-jenis Informasi

Menurut Sutabri (2012:34), dapat disimpulkan bahwa informasi

dalam manajemen diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek seperti

yang akan dipaparkan berikut ini:


141

a. Informasi berdasarkan persyaratan

Suatu informasi harus memenuhi persyaratan sebagaimana

dibutuhkan oleh seorang manajer dalam rangka pengambilan

keputusan yang harus segera dilakukan. Berdasarkan persyaratan itu

informasi dalam manajemen diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Informasi yang tepat waktu

Pada hakekatnya makna informasi yang tepat waktu adalah

sebuah informasi yang tiba pada manajer sebelum suatu

keputusan diambil sebab seperti telah diterangkan di muka,

informasi adalah bahan pengambilan keputusan.

2) Informasi yang relevan

Sebuah informasi yang disampaikan oleh seoarang manajer

kepada bawahan harus relevan, yakni ada kaitannya dengan

kepentingan pihak penerima sehingga informasi tersebut akan

mendapat perhatian.

3) Informasi yang bernilai

Yang dimaksud informasi yang bernilai adalah informasi yang

berharga untuk suatu pengambilan keputusan. Seperti yang telah

dijelaskan di depan, suatu keputusan adalah hasil pilihan dari

sejumlah alternatif tersebut, informasi ini akan mempunyai nilai

pendukung yang amat berharga dan memliki manfaat bagi suatu

pengambilan keputusan.
142

4) Informasi yang dapat dipercaya

Suatu informasi harus dapat dipercaya (realiable) dalam

manajemen karena hal ini sangat penting menyangkut citra

organisasi, terlebih bagi organisasi dalam bentuk perusahaan

yang bergerak dalam persaingan bisnis.

b. Informasi berdasarkan dimensi waktu

Informasi berdasarkan dimensi waktu ini iklasifikasikan menjadi 2

(dua) macam, yaitu:

1) Informasi masa lalu

Informasi jenis ini adalah mengenai peristiwa lampau yang

meskipun amat jarang digunakan, namun dalam penyimpanannya

pada data storage perlu disusun secara rapih dan teratur.

2) Informasi masa kini

Dan sifatnya sendiri suah jelas bahwa makna dari informasi masa

kini ialah informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi

sekarang (current event). Berkat teknologi canggih dalam bentuk

komputer, pengelolaan informasi jenis ini dapat dilakukan dengan

cepat.

c. Informasi berdasarkan sasaran

Informasi berdasarkan sasaran adalah informasi yang ditunjukan

kepada seorang atau kelompok orang, baik yang terdapat di dalam

organisasi maupun di luar organisasi. Informasi jenis ini

diklasifikasikan sebagai berikut :


143

1) Informasi individual

Informasi individual (individual information) ialah informasi yang

ditunjukan kepada seseorang yang mempunyai fungsi sebagai

pembuat kebijaksaan (policy maker) dan pengambil keputusan

(decision maker) atau kepada seorang yang diharapkan dari

padanya tanggapan terhadap informasi yang diperolehnya.

2) Informasi komunitas

Informasi komunitas (community information) adalah infromasi

yang ditunjukan kepada khalayak di luar organisasi, suatu

kelompok tertentu di masyarakat.

2.12.5 Nilai Informasi

Menurut Sutabri (2012:37), nilai informasi ditentukan oleh 2 (dua)

hal, yaitu manfaat dan biaya untuk mendapatkannya. Suatu informasi

dikatakan bernilai bila manfaat lebih efektif dibandingkan dengan biaya

mendapatkannya. Pengukuran nilai informasi biasanya dihubungkan

dengan analisis cost effectivess atau cost benefit. Nilai informasi ini

didasarkan atas 10 (sepuluh) sifat, yaitu:

a. Mudah diperoleh

b. Luas dan lengkap

c. Ketelitian

d. Kecocokan

e. Ketepatan waktu

f. Kejelasan
144

g. Keluwesan

h. Dapat dibuktikan

i. Tidak ada prasangka

j. Dapat diukur

2.12.6 Kualitas Informasi

Menurut Sutabri (2012:41), kualitas suatu informasi tergantung dari

3 (tiga) hal, yaitu:

a. Akurat (Accurate)

Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak

menyesatkan. Akurat juga berarti informasi harus jelas mencerminkan

maksudnya.

b. Tepat Waktu (Timeline)

Informasi yang datang pada si penerima tidak boleh terlambat.

Informasi yang sudah usang tidak akan mempunyai nilai lagi karena

informasi merupakan landasan dalam pengambilan keputusan.

c. Relevan (Relevance)

Informasi tersebut mempunyai manfaat untuk pemakainya.

2.13 Konsep Dasar Sistem Informasi

2.13.1 Definisi Sistem Informasi

Menurut Nugroho (2011:128), "Sistem informasi adalah sebuah

sistem yang mempunyai fungsi mengumpulkan, memproses,


145

menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk tujuan

yang spesifik".

Menurut Sutabri (2012:46), "Sistem informasi adalah suatu sistem di

dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan

transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat

manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat

menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang

diperlukan".

Menurut Mustakini (2009:33), "Sistem informasi merupakan suatu

sistem yang tujuannya menghasilkan informasi".

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan diatas dapat

ditarik kesimpulan sistem informasi adalah sebuah sistem yang terdiri

dari pengumpulan, pemasukan, pemrosesan data, penyimpanan,

pengolahan, pengendalian, dan pelaporan sehingga tercapai sebuah

informasi yang mendukung pengambilan keputusan didalam suatu

organisasi untuk dapat mencapai sasaran dan tujuannya.

2.13.2 Komponen Sistem Informasi

Menurut Mustakini (2009:43), input merupakan data yang masuk ke

dalam sistem informasi. Komponen ini perlu ada karena merupakan

bahan dasar dalam pengolahan informasi. Sistem informasi tidak akan

dapat menghasilkan informasi jika tidak mempunyai komponen input.

Jika sistem informasi tidak pernah mendapatkan input, tetapi dapat

menghasilkan output, ini merupakan hal yang ajaib. Input yang masuk ke
146

dalam sistem informasi dapat langsung diolah menjadi informasi atau jika

belum dibutuhkan sekarang dapat disimpan terlebih dahulu di storage

dalam bentuk database.

Sumber Mustakini (2009:43)

Gambar 2.5 Komponen Dari Sistem Informasi

2.13.3 Tujuan Sistem Informasi

Menurut Mustakini (2009:36), "Tujuan dari sistem informasi adalah

menghasilkan informasi". Untuk dapat berguna, maka informasi harus

didukung oleh tiga pilar, sebagai berikut: tepat kepada orangnya atau

relevan (relevance), tepat waktu (timeline), dan tepat nilainya atau akurat

(accurate). Keluaran yang tidak didukung oleh ketiga pilar ini tidak dapat

dikatakan sebagai informasi yang berguna, tetapi merupakan sampah

(garbage).
147

Sumber Mustakini

(2009:36)

Gambar 2.6 Pilar-Pilar Informasi Yang Berguna

2.14 Balanced Scorecard

Balanced Scorecard merupakan konsep manajemen yang

diperkenalkan Robert Kaplan tahun 1992, sebagai perkembangan dari

konsep pengukuran kinerja (performance measurement) yang mengukur

kinerja perusahaan. Robert Kaplan mempertajam konsep pengukuran

kinerja dengan menentukan suatu pendekatan efektif yang seimbang

(balanced) dalam mengukur kinerja strategi perusahaan. Pendekatan

tersebut berdasarkan 4 (empat) perspektif yaitu keuangan, pelanggan,

proses bisnis internal dan pembelajaran dan pertumbuhan.

Keempat perspektif ini menawarkan suatu keseimbangan antara

tujuan jangka pendek dan jangka panjang, hasil yang diinginkan

(outcome) dan pemicu kinerja (performance drivers) dari hasil tersebut,


148

dan tolok ukur yang keras dan lunak serta subjektif. Konsep balanced

scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasinya.

Balanced scorecard terdiri dari dua kata yaitu kata : (1) kartu skor

(scorecard) dan (2) berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang

digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor ini

dapat juga digunakan untuk merencanakan skor yang hendak dicapai

atau yang diwujudkan personel di masa depan. Kata berimbang

dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara

berimbang dari dua aspek: keuangan dan non keuangan, jangka pendek

dan jangka panjang, intern dan ekstern.

Pada awalnya, balanced scorecard ditujukan untuk memperbaiki

sistem pengukuran kinerja eksekutif. Sebelum tahun 1990-an eksekutif

hanya diukur kinerjanya dari aspek keuangan, akibatnya fokus perhatian

dan usaha eksekutif lebih dicurahkan untuk mewujudkan kinerja

keuangan dan kecendrungan mengabaikan kinerja non keuangan. Pada

tahun 1990, Nolan Norton Institute, bagian riset kantor akuntan publik

KPMG, mensponsori studi tentang “Mengukur Kinerja Organisasi Masa

Depan”. Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu ukuran

kinerja keuangan yang digunakan oleh semua perusahaan untuk

mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai.

Balanced scorecard digunakan untuk menyeimbangkan usaha

dan perhatian eksekutif ke kinerja keuangan dan nonkeuangan, serta

kinerja jangka pendek dan kinerja jangka panjang. Hasil studi tersebut
149

menyimpulkan bahwa untuk mengukur kinerja eksekutif masa depan,

diperlukan ukuran yang komprehensif yang mencakup empat perspektif

yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan

pertumbuhan. Ukuran ini disebut dengan balanced scorecard. Balanced

Scorecard merupakan seperangkat ukuran kinerja yang diturunkan dari

strategi manajemen. Balanced Scorecard merupakan seperangkat

ukuran yang tidak hanya terdiri dari ukuran keuangan tetapi juga ukuran

non keuangan yang sebenarnya menjadi pemicu dari prestasi keuangan

yang tampak.

2.14.1 Perspektif-Perspektif Dalam Balanced Scorecard (BSC)

Menurut Kaplan dan Norton (2000) dalam BSC pengukuran

kinerja suatu perusahaan dikelompokan ke dalam 4 (empat) perspektif,

yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis

internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

1) Perspektif Keuangan

Perspektif keuangan tetap menjadi perhatian dalam Balanced

Scorecard karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi

ekonomi yang terjadi akibat keputusan dan tindakan ekonomi yang

diambil. Tujuan pencapaian kinerja keuangan yang baik merupakan

fokus dari tujuan-tujuan yang ada dalam tiga perspektif lainnya. Sasaran-

sasaran perspektif keuangan dibedakan pada masing-masing tahap

dalam siklus bisnis yang oleh Kaplan dan Norton dibedakan menjadi tiga
150

tahap yaitu, tahap pertumbuhan (Growth), tahap bertahan (Sustain) dan

tahap menuai (Harvest).

a) Tahap Pertumbuhan (Growth). Perusahaan yang berada pada

tahap awal pertumbuhan memiliki produk (barang atau jasa)

yang bertumbuh secara signifikan memiliki pertumbuhan

terbaik. Tujuan keuangan keseluruhan perusahaan dalam

tahap pertumbuhan adalah persentase tingkat pertumbuhan

pendapatan, dan tingkat pertumbuhan penjualan diberbagai

pasar sasaran, kelompok pelanggan dan wilayah.

b) Tahap Bertahan (Sustain). Tahap dimana perusahaan masih

melakukan investasi dan reinvestasi dengan mempersyaratkan

tingkat pengembalian yang terbaik. Dalam tahap ini

perusahaan berusaha mempertahankan pangsa pasar yang

ada dan mengembangkannya apabila mungkin. Investasi yang

dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan

kemacetan, mengembangkan kapasitas dan meningkatkan

perbaikan operasional secara konsisten. Pada tahap ini

perusahaan tidak lagi bertumpu pada strategi-strategi jangka

panjang.

c) Menuai (Harvest). Tahap ini merupakan tahap kematangan,

suatu tahap dimana perusahaan melakukan panen terhadap

investasi mereka. Perusahaan tidak lagi melakukan investasi

lebih jauh kecuali hanya untuk memelihara dan perbaikan


151

fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi atau membangun

suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah

memaksimumkan arus kas yang masuk ke perusahaan.

2) Perspektif Pelanggan

Perspektif pelanggan memfokuskan pada bagaimana organisasi

memperhatikan pelanggannya agar berhasil. Saat ini banyak perusahaan

yang mempunyai kebijakan korporat dengan memfokuskan kepada

pelanggan. Untuk menjadi nomor satu, perusahaan harus memberikan

nilai lebih bagi pelanggan. Kaplan dan Norton (2000) mengemukakan

bahwa perusahaan biasanya memiliki dua kelompok pengukuran dalam

perspektif pelanggan yaitu customer core measurement dan customer

value prepositions.

a) Customer core measurement. Customer core

measurement memiliki beberapa kelompok pengukuran terdiri

dari pangsa pasar, akuisisi pelanggan, retensi pelanggan,

kepuasan pelanggan dan profitabilitas pelanggan.

 Pangsa Pasar. Mengukur seberapa besar porsi segmen

pasar tertentu yang dikuasai oleh perusahaan atas

keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi antar lain jumlah

penjualan, dan volume unit penjualan.

 Akuisisi Pelanggan. Mengukur tingkat dimana suatu unit

bisnis mampu menarik pelanggan- pelanggan baru atau

memenangkan bisnis baru. Akuisisi pelanggan dapat diukur


152

dengan banyaknya jumlah pelanggan baru atau jumlah

penjualan baru pada segmen pasar sasaran.

 Retensi Pelanggan. Mengukur tingkat dimana perusahaan

dapat mempertahankan pelangan-pelanggan lama.

 Kepuasan Pelanggan. Mengukur seberapa jauh pelanggan

merasa puas terhadap layanan perusahaan.

 Profitabilitas pelanggan. Mengukur laba bersih dari seorang

pelanggan atau segmen setelah dikurangi biaya yang

khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut

b) Customer value preposition. Customer value

preposition memiliki beberapa kelompok ukuran terdiri dari

atribut produk/jasa, hubungan pelanggan , citra dan reputasi.

 Atribut produk/ Jasa. Atribut produk / jasa meliputi fungsi,

harga, dan mutu produk / jasa. Pelanggan memiliki

preferensi yang berbeda-beda atas produk yang

ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk,

kualitas atau harga yang murah

 Hubungan Pelanggan (customer relationship). Hubungan

pelanggan ini mencakup penyampaian produk/jasa kepada

pelanggan dan bagaimana perasaan pelanggan setelah

membeli produk/jasa dari perusahaan yang bersangkutan.

Perasaan konsumen ini sangat dipengaruhi oleh


153

responsibilitas dan komitmen perusahaan terhadap

pelanggan berkaitan dengan masalah waktu penyampaian.

 Citra dan Reputasi (image and reputation). Citra dan

reputasi ini menggambarkan faktor-faktor tak berwujud

yang membuat pelanggan tertarik pada suatu perusahaan.

Membangun citra dan reputasi dapat dilakukan melalui

iklan dan menjaga kualitas seperti yang dijanjikan.

3) Perspektif Proses Bisnis Internal

Kaplan dan Norton ( 2000) membagi proses bisnis internal ke

dalam tiga proses bisnis utama, yaitu proses inovasi, proses operasi dan

proses pelayanan purna jual.

a) Proses Inovasi. Dalam proses ini, unit bisnis menggali

pemahaman tentang kebutuhan laten dari pelanggan dan

menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan.

b) Proses Operasi. Proses operasi adalah proses untuk membuat

dan menyampaikan produk/jasa. Pengukuran proses operasi

dapat menggunakan pengukuran-pengukuran seperti: waktu,

kualitas, dan biaya.

c) Proses Pelayanan Purna Jual. Proses ini merupakan jasa

pelayanan kepada pelanggan setelah penjualan produk/jasa

tersebut dilakukan. Pengukuran yang digunakan dalam

layanan purna jual sama ini dengan pengukuran pada proses

operasi, yaitu: waktu, kualitas dan biaya.


154

4) Perspektif Pembejalaran dan Pertumbuhan

Proses pembelajaran dan pertumbuhan bersumber dari faktor

sumber daya manusia, sistem dan prosedur organisasi. Aktivitas yang

termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya

perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan

organisasi. Tujuan dimasukkannnya kinerja ini adalah mendorong badan

usaha menjadi organisasi yang mampu berkembang melalui

pembelajaran (learning organization). Ada tiga hal yang perlu

diperhatikan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan yaitu:

a) Kapabilitas Pekerja. Pengukuran kapabilitas pekerja dilakukan

dengan mengukur kepuasan pekerja, kesetiaan pekerja, dan

produktivitas pekerja. Kepuasan pekerja merupakan penentu

dari kedua pengukuran berikutnya. Pengukuran kepuasan

pekerja dapat dilakukan dengan menggunakan angka indeks

dengan skala tertentu. Sedangkan untuk kesetiaan pekerja

dapat diukur lewat rasio perputaran pekerja, dan untuk

produktivitas pekerja dapat menggunakan rasio pendapatan

perusahaan per pekerja.

b) Kapabilitas Sistem Informasi. Informasi merupakan suatu

sarana penunjang untuk meningkatkan kemampuan pekerja.

Dengan adanya informasi, maka pekerja dapat mengetahui


155

perkembangan di dalam dan di luar perusahaan. Pengukuran

kapabilitas sistem informasi dapat dilakukan dengan mengukur

seberapa besar informasi yang tersedia dibandingkan dengan

kebutuhan yang diantisipasikan.

c) Organization Capital. Pekerja membutuhkan motivasi yang

dapat membuatnya bekerja lebih giat dan mencapai hasil yang

lebih baik. Pengukuran terhadap motivasi ini dapat dilakukan

melalui penghitungan jumlah usulan yang diberikan dengan

yang diimplementasikan, jumlah perbaikan, keselarasan antara

individu dengan organisasi, dan kinerja kelompok/tim.

2.14.2 Tolok Ukur Kinerja Dalam Balanced Scorecard

Menurut Kaplan dan Norton ( 2000 ) berbagai ukuran kinerja yang

digunakan pada masing-masing perspektif antara lain pengukuran

kinerja pada perspektif keuangan, pengukuran kinerja pada perspektif

pelanggan, pengukuran kinerja pada perspektif proses bisnis internal dan

pengukuran kinerja pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan.

1) Pengukuran Kinerja pada Perspektif Keuangan

Ukuran-ukuran kinerja yang digunakan pada perspektif keuangan

adala ukuran-ukuran kinerja yang digunakan pada perspektif keuangan

adalah Pertumbuhan Pendapatan, Return On Investment (ROI), Rasio

Efisiensi dan Net Profit Margin. Penjelasan dari masing- masing ukuran

kinerja keuangan pada perspektif keuangan adalah sebagai berikut:


156

a) Pertumbuhan pendapatan. Ukuran ini digunakan untuk

mengetahui pertumbuhan pendapatan yang diperoleh dari

tahun ke tahun. Data perusahaan yang digunakan dalam

ukuran ini adalah jumlah realisasi pendapatan yang diperoleh

oleh perusahaan.

b) Return on Investment (ROI). Ukuran ini digunakan untuk

mengukur efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan

seluruh sumber dayanya. Nilai persentase ROI yang semakin

tinggi menunjukan bahwa kinerja perusahaan semakin baik.

c) Rasio Efisiensi. Rasio Efesiensi bertujuan untuk melihat

penurunan biaya operasi dalam hubungannya dengan

penjualan yang diukur dengan membandingkan pendapatan

dengan aktiva lancar.

d) Net Profit Margin. Ukuran ini digunakan untuk menggambarkan

kesuksesan dari suatu operasi perusahaan dan ukuran ini

biasa digunakan untuk memproyeksikan profitabilitas dalam

suatu rencana bisnis. Semakin tinggi nilai persentase laba

bersih dibandingkan dengan penjualan bersih, menunjukan

bahwa kinerja perusahaan semakin baik.

2) Pengukuran Kinerja pada Perspektif Pelanggan

Ukuran-ukuran kinerja yang digunakan pada perspektif pelanggan

adalah jumlah pelanggan perusahaan, rata-rata laba per pelanggan, dan


157

customer acquition. Penjelasan dari masing- masing ukuran kinerja pada

perspektif pelanggan adalah sebagai berikut:

a) Jumlah Pelanggan Perusahaan. Ukuran ini digunakan untuk

mengetahui pertumbuhan jumlah pelanggan perusahaan dari

tahun ke tahun.

 Rata-rata Laba per Pelanggan. Ukuran ini mencerminkan

rata-rata pendapatan yang diperoleh oleh perusahaan

dalam melayani seorang pelanggan.

 Customer acquisition (CA). CA menunjukkan ketertarikan

pasar untuk memilih membeli produk pada perusahaan.

Pengukuran ini digunakan untuk membandingkan jumlah

pelanggan baru dengan jumlah seluruh pelanggan yang

ada saat itu. Semakin meningkatnya CA menunjukkan

bahwa perusahaan telah berhasil melakukan ekspansi

pasar.

3) Pengukuran Kinerja pada Perspektif Proses Bisnis Internal

Ukuran-ukuran kinerja yang digunakan pada perspektif proses

bisnis internal adalah margin laba operasional, dan rasio beban operasi

terhadap pendapatan. Penjelasan dari masing-masing ukuran kinerja

pada perspektif proses bisnis internal adalah sebagai berikut :


158

a) Margin Laba Operasional. Ukuran ini digunakan untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam melakukan

efisiensi biaya dalam proses operasi.

b) Rasio Beban Operasi Terhadap Pendapatan. Ukuran ini untuk

mengetahui efisiensi beban-beban operasi perusahaan

sehubungan dengan proses operasi perusahaan

4) Pengukuran Kinerja pada Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan

Ukuran-ukuran kinerja yang digunakan pada perspektif

pembelajaran dan pertumbuhan adalah jumlah karyawan yang mengikuti

pelatihan dan pengembangan, rasio beban pelatihan dan

pengembangan karyawan terhadap laba operasi, tingkat perputaran

karyawan dan produktivitas karyawan. Penjelasan dari masing-masing

ukuran kinerja pada perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah

sebagai berikut :

a) Jumlah Karyawan yang Mengikuti Pelatihan dan

Pengembangan. Ukuran ini digunakan untuk mengetahui

konsistensi perusahaan dalam memberikan kesempatan bagi

para karyawan untuk mengembangkan pengetahuan dan

keahliannya.

b) Rasio Beban Pelatihan dan Pengembangan Karyawan

Terhadap. Ukuran ini digunakan untuk mengukur kontribusi

atas pelatihan dan pengembangan karyawan yang dilakukan

oleh perusahaan terhadap laba operasi.


159

c) Tingkat Perputaran Karyawan. Ukuran ini digunakan untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam mempertahankan

karyawannya. Ukuran ini digunakan untuk mengukur

kemampuan karyawan dalam menghasilkan pendapatan bagi

perusahaan.

2.14.3 Balanced Scorecard sebagai Sistem Manajemen Strategis

BSC berfungsi sebagai solusi dalam mengatasi hambatan-

hambatan yang terjadi dalam penerapan strategi. Menurut Niven (2003)

dan Gaspersz (2006), hambatan-hambatan yang sering terjadi dalam

penerapan strategi antara lain:

1) Visi. Tidak banyak orang dalam suatu organisasi yang

mengerti strategi organisasinya.

2) Manusia. Insentif dalam jangka pendek dapat meningkatkan

fokus organisasi. Insentif juga memiliki sisi buruk, terutama

apabila dalam bentuk finansial, yaitu manajer sering kali

mengorbankan pertumbuhan jangka panjang organisasi untuk

meraih tujuan jangka pendek yang berkaitan dengan insentif

yang didapat.

3) Manajemen. Manajemen yang baik seharusnya membina

komunikasi yang baik dengan karyawan, sehingga dapat


160

dipastikan terjadi komunikasi dua arah sehingga bermanfaat

untuk kedua belah pihak. Kenyataan yang terjadi adalah

sebaliknya, komunikasi dua arah tersebut jarang terjadi.

Manajemen jarang mengadakan pertemuan untuk membahas

strategi dengan para karyawan, sehingga tidak ada umpan

balik dari karyawan terhadap strategi organisasi.

4) Sumber daya. Organisasi sering kali tidak mengaitkan

anggaran dengan strategi. Selain itu, waktu, energi, dan uang

tidak dialokasikan pada hal-hal yang kritis. Bagi beberapa

organisasi, anggaran disusun berdasarkan anggaran tahun

sebelumnya ditambah kenaikan akibat faktor tertentu. Hal

tersebut sangat mengganggu pelaksanaan strategi di dalam

organisasi.

BSC dapat menjadi solusi untuk menyingkirkan hambatan-

hambatan tersebut dengan cara sebagai berikut:

1) Menerjemahkan strategi sebagai cara untuk menyingkirkan hambatan

visi. Proses penyusunan BSC meliputi penerjemahan strategi menjadi

sasaran (objectives), ukuran (measures), target, dan inisiatif. Pada

proses tersebut, istilah-istilah yang sering sulit untuk dimengerti dapat

diterjemahkan melalui inisiatif yang ditentukan. Penerjemahan

strategi diharapkan dapat menjadi jembatan untuk menyatukan visi

seluruh organisasi.
161

2) Cascading sebagai cara untuk menyingkirkan hambatan manusia.

Cascading adalah menurunkan corporate scorecard ke department

scorecard yang selaras dengan corporate scorecard. Cascading BSC

merupakan salah satu cara agar karyawan mengerti kontribusi

aktivitasnya sehari-hari terhadap keberhasilan organisasi mencapai

tujuan, sehingga kinerja karyawan tidak hanya berorientasi pada

insentif.

3) Alokasi sumber daya yang strategis sebagai cara untuk

menyingkirkan hambatan sumber daya. Penyusunan BSC tidak

hanya meliputi penyusunan sasaran, ukuran, target dari masing-

masing perspektif, akan tetapi yang sangat penting untuk ditinjau

ulang adalah inisiatif. Kebutuhan akan sumber daya manusia dan

finansial untuk memenuhi kebutuhan pelanggan harus menjadi dasar

penyusunan anggaran tahunan. Hal ini akan membantu karyawan

untuk mengerti strategi organisasi serta untuk memilih inisiatif yang

sesuai dengan kebutuhan pelanggan serta sesuai dengan anggaran

yang terbatas.

4) Strategic learning sebagai cara untuk menyingkirkan hambatan

manajemen. Penilaian kinerja dari keempat perspektif BSC dapat

memberikan informasi penyebab tercapai atau tidak tercapainya

suatu tujuan dan akan secara tidak langsung memaksa manajemen

untuk memikirkan penyebabnya. Hal tersebut akan membuat

manajemen lebih dekat kepada pencapaian strategi.


162

2.15 Penelitian Pendukung

a) Nanda Ayu Wiyanti, Renno Pratama dan Bayu Dwijayanto K(2013).

Analisis dan Perancangan EIS Logistik pada PT. Multi Terminal

Indonesia. Hasil penelitian ini menjelaskan tentang prototipe EIS

Logistik yang dapat membantu perusahaan untuk meningkatkan

efektifitas kegiatan, efisiensi penggunaan peralatan serta

optimalisasi pemakaian lapangan penumpukan dan gudang

penyimpanan.

b) Ridha Maulana Sy (2011). Analisa Strategi Pengembangan


Pelabuhan. Hasil penelitian ini menjelaskan strategi yang dilakukan

untuk meningkatkan kinerja pengelolaan pelabuhan di Indonesia

agar lebih berdaya guna.

c) Tamara Aulia(2011).Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap

Kepuasan Pengguna Jasa Pada PT. Pelabuhan Indonesia IV

(Persero) Cabang Terminal Petikemas Di Makassar. Hasil

penelitian ini menjelaskan pengaruh kualitas layanan terhadap

tingkat kepuasan yang dirasakan oleh pengguna jasa yang

menggunakan jasa PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero) Cabang

Terminal Petikemas.

d) Wirata (2008). Kajian Prospek Perluasan Pelabuhan Jambi. Hasil

penelitianmenjelaskan mengenaipelabuhan merupakan salah satu


163

lokasi strategis untuk dikembangkan demi pertumbuhan ekonomi

yang berkesinambungan.

2.16 Kerangka Pikir

Penciptaan sistem transportasi yang efisien dan efektif menjadi

tujuan PT. Pelabuhan Indonesia IV (Persero). Efisiensi biaya operasional

menjadi hal yang wajar dilihat dari tarif yang wajar dan aspek pelayanan

sistem transportasi dapat menjangkau ke seluruh wilayah di nusantara

serta didukung oleh fasilitas pendukung berupa teknologi informasi

dalam mengelola kegiatan pelayaran.

Pengembangan teknologi informasi menjadi instrumen yang

efektif dalam meminimalisir berbagai permasalahan yang kerap muncul

pada pelayanan jasa kepelabuhanan, serta meningkatkan pendapatan

pelabuhan. Untuk mengidentifikasi alur penelitian secara komprehensif,

maka disusunlah gambar kerangka pikir sebagai berikut:

Issue Penelitian

Data Sekunder Pengumpulan Data Data Primer


Penelitian
Analisis Kelayakan Executive Information
System

Analisis BSC

Hasil Penelitian

Rekomendasi

Gambar 2.7 Kerangka Pikir Penelitian

Anda mungkin juga menyukai