Anda di halaman 1dari 56

SIMULASI PEMBELAJARAN TATAP MUKA DENGAN PROTOKOL

KESEHATAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 4


PURWOKERTO DENGAN TEKNIK LIVE SHOOT DAN ANIMASI

LAMAN JUDUL

Skripsi

Disusun oleh

Abdurrahman Al Ghofiqi
17.11.0231

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS AMIKOM PURWOKERTO
PURWOKERTO
2020
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Simulasi

a. Pengertian Simulasi

Simulasi merupakan salah satu cara untuk memecahkan

berbagai persoalan yang dihadapi di dunia nyata (real world). Banyak

metode yang dibangun dalam Operations Research dan System

Analyst untuk kepentingan pengambilan keputusan dengan

menggunakan berbagai analisis data. Pendekatan yang digunakan

untuk memecahkan berbagai masalah yang tidak pasti dan

kemungkinan jangka panjang yang tidak dapat diperhitungkan dengan

seksama adalah dengan simulasi.

Simulasi adalah suatu peniruan sesuatu yang nyata, keadaan

sekelilingnya (state of affairs), atau proses. Aksi melakukan simulasi

sesuatu secara umum mewakilkan suatu karakteristik kunci atau

kelakuan dari sistem-sistem fisik atau abstrak. (Wikipedia, 2009).

b. Struktur Dasar Model Simulasi

Setiap model umumnya akan memiliki unsur-unsur berikut

ini :

5
1) Komponen-komponen model, yaitu entitas yang membentuk

model, didefinisikan sebagai objek sistem yang menjadi perhatian

pokok.

2) Variabel, yakni nilai yang selalu berubah.

3) Parameter, yakni nilai yang tetap pada suatu saat, tapi bisa

berubah pada waktu yang berbeda.

4) Hubungan fungsional, yakni hubungan antar komponen-

komponen model.

5) Konstrain, yakni batasan dari permasalahan yang dihadapi.

c. Langkah-langkah Simulasi

Dalam melakukan simulasi terdapat langkah-langkah yang


perlu dilakukan :
1) Pendefinisian Sistem, menentukan batasan sistem dan

identifikasi variabel yang signifikan.

2) Formulasi Model, yakni merumuskan hubungan antar komponen


model.

3) Pengambilan Data, yakni identifikasi data yang diperlukan

model sesuai tujuan pembuatannya.

4) Pembuatan Model, yakni menyesuaikan penyusunan model

dengan jenis bahasa simulasi yang digunakan.

5) Verifikasi Model, yakni proses pengecekan terhadap model

apakah sudah bebas dari kesalahan. Dalam tahap ini perlu

disesuaikan dengan bahasa simulasi yang digunakan.


6) Validasi Model, yakni proses pengujian terhadap model apakah

sudah sesuai dengan sistem nyatanya.

7) Skenariosasi, penyusunan skenario terhadap model. Setelah

model dianggap valid, maka berikutnya adalah membuat

beberapa skenario atau eksperimen untuk memperbaiki kinerja

sistem sesuai dengan keinginan. Secara umum jenis-jenis

skeanrio ini adalah :

a) Skenario parameter dilakukan dengan mengubah nilai

parameter model. Skenario jenis ini mudah dilakukan

karena kita hanya melakukan perubahan terhadap nilai

parameter model dan melihat dampak terhadap output.

b) Skenario struktur dilakukan dengan mengubah struktur

model. Skenari jenis ini memerlukan pengetahuan yang

cukup tentang sistem agar struktur baru yang diusulkan dan

dieksperimenkan dapat memperbaiki kinerja sistem.

8) Interpretasi Model, yakni proses penarikan kesimpulan dari hasil

output model simulasi.

9) Implementasi, yakni penerapan model pada sistem nyata.

10) Dokumentasi, yakni proses penyimpanan hasil output model.

d. Kelabihan dan Kekurangan Simulasi

Kelebihan dari uji coba dengan menggunakan simulasi adalah

sebagai berikut :

7
1) Mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan

atau kegagalan sebelum dilakukan implementasi ke dalam sistem

yang sesungguhnya.

2) Dengan simulasi kita dapat memberikan gambaran yang jelas

tentang sistem yang akan dibuat.

3) Dengan simulasi kita dapat melakukan evaluasi sistem dalam

jangka waktu yang singkat. Contohnya, jika dalam sistem yang

sebenarnya diperlukan waktu beberapa hari untuk mengetahui

hasil dari sistem tersebut namun dengan simulasi kita dapat

mempercepatnya hanya dalam beberapa menit saja.

Kekurangan dari uji coba dengan menggunakan simulasi

adalah sebagai berikut :

1) Hasil dari simulasi kadang-kadang tidak sepenuhnya sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya.

2) Untuk melakukan suatu simulasi kadang-kadang membutuhkan

biaya yang mahal dan waktu.

2. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tak terpisahkan dari

kehidupan manusia. Dengan belajar manusia bisa mengembangkan

potensi-potensi yang dibawa sejak lahir. Tanpa belajar manusia tidak

mungkin dapat memenuhi kebutuhannya tersebut. Kebutuhan belajar

dan pembelajaran dapat terjadi dimana-mana, misalnya di lingkungan

keluarga, sekolah, dan masyarakat. Kebutuhan manusia akan belajar


tidak akan pernah berhenti selama manusia ada di muka bumi ini. Hal

itu disebabkan karena dunia dan isinya termasuk manusia selalu

berubah.

Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan seseorang agar

dapat mencapai kompetensi yang diinginkan. Melalui proses belajar

seseorang dapat memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap

yang lebih baik. Proses belajar pada dasarnya dilakukan untuk

meningkatkan kemampuan atau kompetensi personal (Pribadi, 2009).

Definisi pembelajaran menurut Sadiman, dkk., (1986) “Belajar

(learning) adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua

orang dan berlangsung seumur hidup, sejak ia masih bayi sampai ke

liang lahat nanti.” Belajar dapat terjadi di rumah, di sekolah, di tempat

kerja, di tempat ibadah, dan di masyarakat, serta berlangsung dengan

cara apa saja, dari apa, bagaimana, dan siapa saja. Salah satu tanda

seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam

dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan

pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor), dan perubahan sikap

atau tingkah laku (afektif).

Menurut Pribadi (2009) menjelaskan bahwa, “Pembelajaran

adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya

aktivitas belajar dalam individu. Sedangkan pembelajaran menurut.”

Sedangkan menurut Gegne (dalam Pribadi, 2009) menjelaskan

9
“pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang sengaja diciptakan

dengan maksud untuk memudahkan terjadinya proses belajar.”

Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat

peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta

didik (Warsita, 2008). Dalam pengertian lain, pembelajaran adalah

usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber

belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik (Sadiman

dkk, 1986).

Sedangkan menurut Depdiknas (dalam Warsita, 2008) “Dalam

UU No.20 Tahun 2003 tentang Sikdiknas Pasal 1 Ayat 20,

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Dari semua pendapat

mengenai pembelajaran menurut para ahli dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan suatu interaksi aktif antara guru yang

memberikan bahan pelajaran dengan siswa sebagai objeknya. Proses

pembelajaran merupakan kegiatan yang didalamnya terdapat sistem

rancangan pembelajaran hingga menimbulkan sebuah interaksi antara

pemateri (guru) dengan penerima materi (murid/siswa). Adapun

beberapa rancangan proses kegiatan pembelajaran yang harus

diterapkan adalah dengan melakukan pendekatan pembelajaran, strategi

pembelajaran serta metode pembelajaran.


a. Sistem Pembelajaran

Sistem pembelajaran pada dasarnya merupakan cara-cara

untuk mencapai tujuan pembelajaran yaitu tercapainya hasil belajar

secara maksimal oleh peserta didik dalam kegiatan belajar. Hasil

belajar merupakan faktor penting dalam proses belajar mengajar.

Melalui hasil belajar yang dicapai oleh siswa dapat diketahui

kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan guru

dan dapat menentukan keberhasilan siswa dalam belajarnya.

Sementara bagi guru, hasil belajar siswa dapat memberikan

gambaran keberhasilan dan kualitas guru dalam mengajar.

Sudjana (2004) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar dapat diketahui setelah

evaluasi. Hasil evaluasi memperlihatkan tentang tinggi atau

rendahnya hasil belajar siswa. Harapan setiap siswa atau guru,

siswa memperoleh hasil belajar tinggi.

Pembelajaran yang dilaksanakan seorang pendidik, pada

dasarnya adalah sebuah sistem, karena pembelajaran adalah suatu

kegiatan yang bertujuan, yaitu kegiatan untuk membelajarkan

peserta didik. Proses pembelajaran merupakan rangkaian kegiatan

yang melibatkan berbagai berbagai komponen.Hal ini perlu

dipahami, karena melalui pemahaman terhadap sistem

pembelajaran, minimal guru akan memahami tentang tujuan

11
pembelajaran atau hasil yang diharapkan, proses kegiatan

pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatan setiap komponen

dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai

dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut

Sistem pembelajaran terdiri atas sekumpulan komponen-

komponen yang saling berhubungan yang bekerja bersama-sama,

secara efektif dan reliabel (dapat dipercaya), dalam sebuah

kerangka khusus untuk memberikan kebutuhan aktivitas-aktivitas

belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.

1) Sistem Pembelajaran Tatap Muka

Pada sistem pembelajaran tatap muka, teori

belajar behavioristik dapat dilaksanakan dan

dikembangkan dengan pola interaksi antara guru dan

siswa secara langsung (direct) / berhadapan langsung.

Pelaksanaan sistem tatap muka dengan menggunakan

teori belajar behavioristik dapat diterapkan baik pada

kegiatan pembelajaran yang bersifat paedagogis maupun

andragogis. “Guru menyajikan materi dalam bentuk

terpisah dan berurutan, memberikan kesempatan /

membimbing siswa sesuai dengan kemampuan masing-

masing siswa, dan evaluasi bertingkat pada masing-

masing bagian materi sebelum evaluasi akhir yang


memperlihatkan perubahan perilaku (pengetahuan)

siswa secara holistik”.

Pelaksanaan pendidikan dengan sistem online

adalah contoh pembelajaran jarak jauh. Pelaksanaan dan

pengembangan teori belajar behavioristik pada sistem

pembelajaran jarak jauh kurang lebih sama dengan

pelaksanaan dan pengembangan pembelajaran dengan

sistem tatap muka, yakni dengan melaksanakan tahapan-

tahapan sesuai dengan implikasi dan bentuk teori belajar

behavioristik namun dengan bantuan sarana teknologi

informasi dan komunikasi. Bentuk penguatan pada

belajar jarak jauh bisa dilakukan dengan secepatnya

memberikan nilai pada masing-masing bagian materi

ketika batas waktu telah terlampaui. Tutor/ pembimbing

juga diharuskan ikut masuk dan aktif dalam bentuk-

bentuk diskusi dan semua kegiatan yang terintegrasi

dalam pembelajaran jarak jauh. Teori belajar

behavioristik dengan sistem jarak jauh akan efektif

dilaksanakan pada pembelajaran yang bersifat

andragogis.

Ciri-ciri pembelajaran yang dilaksanakan dengan

menggunakan teori belajar kognitif adalah adanya

penyediaan pengalaman belajar dengan dikaitkan pada

13
proses pembentukan pengetahuan; penyediaan alternatif

pengalaman yang sewaktu-waktu bisa dilaksanakan

sesuai jalannya proses pembelajaran; pengintegrasian

pembelajaran dengan situasi realistik, relavan dan

kongkret; pengintegrasian pembelajaran dengan

interaksi/ kerjasama antar individu dengan lingkungan;

memanfaatkan berbagai sumber media; dan melibatkan

siswa secara emosional dan sosial untuk membangun

suasana belajar yang menarik dan menyenangkan.

Berdasarkan ciri-ciri pembelajaran dengan

menggunakan teori belajar kognitif di atas, maka pada

praktek pembelajaran dengan sistem tatap muka dapat

diterapkan dan dikembangkan dengan menggunakan

teori belajar ini. Contoh kronologi pembelajaran tatap

muka dengan menggunakan teori belajar kognitif adalah

pelaksanaan pembelajaran kelas 5 sekolah dasar (tahap

operasi kongkret) dengan materi sistem gerak tubuh

(kerangka). Guru memberi penjelasan pengertian dan

kegunaan tulang terlebih dahulu dengan menggunakan

peraga torso kerangka manusia dan pemodelan (salah

satu siswa saya jadikan model untuk menjelaskan

kegunaan tulang), selama proses pembelajaran siswa

diberikan kesempatan untuk mengemukakan hal-hal


yang mereka ketahui terkait materi. Penguatan terkait

materi dan diakhiri dengan evaluasi.

Penjelasan dengan menggunakan pemodelan

dilakukan dengan tujuan mengasosiasi pengetahuan

siswa yang diakomodasi dengan interaksi dalam proses

belajar mengajar, penguatan akhir sebelum dilaksanakan

evaluasi berperan sebagai equilibrasi.

Pada sistem pembelajaran jarak jauh yang

kebanyakan dilaksanakan oleh pembelajar yang bersifat

andragogis, akan sangat efektif dilaksanakan karena

berbagai sumber dapat diakses sebagai yang

mencerminkan proses asimilasi, akomodasi dan

equilibrasi dari pengetahuan atau materi yang sedang

dibahas. Namun proses pembelajaran dengan sistem

jarak jauh ini diperlukan tingkat keaktifan yang tinggi

dari peserta pembelajar untuk berkembang dengan

menggunakan berbagai sumber yang ada baik sumber

utama berupa buku modul utama maupun sumber-

sumber lainnya. Keberadaan tutor/ pembimbing hanya

sebagai pengendali, pemicu awal, pengatur jalannya

pembelajaran, dan pengkonfirmasi dari jalannya

pembelajaran supaya tidak melebar dan fokus pada hal-

hal yang menjadi tujuan pembelajaran.

15
Dalam teori belajar sosial, perlu diperhatikan

karakteristik siswa yang meliputi perbedaan individu,

kesiapan, dan motivasi; proses pemindahan pengetahuan

(transfer of learning); dan konteks sosial dalam

pembelajaran. Hal-hal tersebut di atas jika diperhatikan,

dilaksanakan, dan dikembangkan dalam proses

pembelajaran baik dalam sistem tatap muka maupun

jarak jauh akan memberikan hasil yang maksimal sesuai

dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Guru menggunakan beberapa teknik menarik

perhatian siswa untuk mengetahui perbedaan

karakteristik masing-masing siswa disertai dengan

motivasi. Menggunakan berbagai media pendukung

dalam proses pembelajaran yang didesain

menghubungkan interaksi pembelajaran dengan konteks

sosial keseharian siswa. Evaluasi pembelajaran dengan

menggunakan evaluasi yang dikaitkan dengan

keseharian siswa.

Pada contoh kronologi pembelajaran yang dilakukan

dengan sistem tatap muka tersebut, akan sangat

membantu siswa dalam memahami materi yang

diberikan, karena dari awal, siswa mendapatkan

perhatian dari guru sesuai dengan karakteristik masing-


masing dan proses pembelajaran serta evaluasi selalu

dikaitkan / dihubungkan dengan keseharian siswa.

2) Sistem Pembelajaran Jarak Jauh

Pada proses pembelajaran dengan sistem jarak

jauh, hal ini dapat dilaksanakan dan dikembangkan

dengan memberikan forum-forum perkenalan terlebih

dahulu, pemberian / pengungkapan permasalahan yang

terjadi di lingkungan sekitar pembelajar, pemberian

kesempatan untuk mengemukakan pendapat sebagai

solusi alternatif dari permasalahan yang terjadi serta

saling berbagi dan saling memberikan solusi antar

pembelajar yang terbina dengan baik, teratur, dan terus

menerus dengan bantuan / bimbingan dari tutor.

Teori belajar humanistik memiliki tahapan-

tahapan yaitu pendidik mendorong siswa untuk

mengekspresikan perasaan ; penggalian permasalahan

siswa terkait materi; pengembangan umpan balik terkait

solusi dari permasalahan; perencanaan pemecahan

permasalahan dengan klarifikasi pendidik; dan

pelaksanaan solusi pemecahan masalah oleh siswa

17
dengan dukungan pendidik. Hal ini jelas menunjukkan

bahwa siswa bukanlah obyek dari pembelajaran namun

lebih dari itu, siswa adalah subyek yang mampu

menyelesaikan permasalahan (materi) dengan bantuak

subyek pendukung dalam hal ini guru atau pendidik.

Guru menanyakan permasalahan terkait hal-hal

yang belum pahami siswa mengenai materi yang akan

diajarkan untuk kemudian diinventarisir dengan pola

hubungan sederhana ke rumit. Memberikan keleluasaan

dan bimbingan kepada siswa untuk merencanakan solusi

pemecahan terkait materi yang telah diinventarisir.

Pelaksanaan pembelajaran (interaksi) menyeluruh

sebagai bentuk pelaksanaan pemecahan masalah untuk

selanjutnya diberikan evaluasi.

Pada contoh kronologi pembelajaran tersebut di

atas, telah mencerminkan pelaksanaan dan

pengembangan pembelajaran tatap muka dengan

menggukanan teori belajar humanistik. Dalam hal ini

guru tidak memperlakukan siswa sebagai obyek

pembelajaran, namun siswa lebih di”manusiakan”

dengan diberikan keleluasaan untuk menyatakan,

merencanakan, dan melaksanakan solusi atas pemecahan

permasalahan terkait materi yang sedang dibahas. Guru


selanjutnya tidka hanya melihat tanpa bertindak apa-apa,

namun tetap dalam proses pembelajaran guru harus

mengiringi, mengklarifikasi, mengkonfirmasi, dan

memberikan persetujuan atas solusi pemecahan masalah

(materi) yang dilakukan oleh siswa.

Pada pembelajaran sistem jarak jauh, hal ini

sudah dilaksanakan dengan adanya keleluasaan bagi

pembelajar untuk mengemukakan permasalahan-

permasalahan yang timbul di lingkungan sekitar

pembelajar, menyampaikan pendapat sebagai alternatif

solusi dengan didukung dari berbagai pihak baik dari

tutor ataupun pembelajar lainnya. Hal yang penting di

sini adalah peran tutor untuk mengiringi,

mengklarifikasi, mengkonfirmasi, serta memberikan

solusi-solusi alternatif lainnya dalam pemecahan

permasalahan yang dialami oleh pelajar.

3. Protokol Kesehatan

Protokol kesehatan adalah aturan dan ketentuan yang perlu

diikuti oleh segala pihak agar dapat beraktivitas secara aman pada saat

pandemi COVID-19. Protokol kesehatan dibentuk dengan tujuan agar

masyarakat tetap dapat beraktivitas secara aman dan tidak

membahayakan keamanan atau kesehatan orang lain. Jika masyarakat

19
dapat mengikuti segala aturan yang tertera di dalam protokol kesehatan,

maka penularan COVID-19 dapat diminimalisir. Protokol kesehatan

terdiri bari beberapa macam, seperti pencegahan dan pengendalian.

Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan protokol kesehatan

pencegahan dan pengendalian secara spesifik melalui Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan bagi

Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum dalam Rangka Pencegahan

dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Dalam rangka terlaksananya rencana pembangunan jangka

panjang nasional, sumber daya manusia merupakan subjek penting

dalam

pembangunan. Saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan

yang mengharuskan sumber daya manusia beradaptasi dengan situasi

pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Aspek kesehatan,

sosial, dan ekonomi harus berjalan beriringan dan saling mendukung

agar tercapai tujuan yang diharapkan. Untuk itu berbagai kebijakan

percepatan penanganan COVID-19 harus tetap mendukung

keberlangsungan perekonomian dan aspek sosial masyarakat. Tempat

dan fasilitas umum merupakan area dimana masyarakat melakukan

aktifitas kehidupan sosial dan berkegiatan dalam memenuhi kebutuhan


hidupnya. Risiko pergerakan orang dan berkumpulnya masyarakat pada

tempat dan fasilitas umum, memiliki potensi penularan COVID-19 yang

cukup besar. Agar roda perekonomian tetap dapat berjalan, maka perlu

dilakukan mitigasi dampak pandemi COVID-19 khususnya di tempat

dan fasilitas umum. Masyarakat harus melakukan perubahan pola hidup

dengan tatanan dan adaptasi kebiasaan yang baru (new normal) agar

dapat hidup produktif dan terhindar dari penularan COVID-19.

Kedisiplinan dalam menerapkan prinsip pola hidup yang lebih bersih

dan sehat merupakan kunci dalam menekan penularan COVID-19 pada

masyarakat, sehingga diharapkan wabah COVID-19 dapat segera

berakhir.

Masyarakat memiliki peran penting dalam memutus mata rantai

penularan COVID-19 agar tidak menimbulkan sumber penularan

baru/cluster pada tempat-tempat dimana terjadinya pergerakan orang,

interaksi antar manusia dan berkumpulnya banyak orang. Masyarakat

harus dapat beraktivitas kembali dalam situasi pandemi COVID-19

dengan beradaptasi pada kebiasaan baru yang lebih sehat, lebih bersih,

dan lebih taat, yang dilaksanakan oleh seluruh komponen yang ada di

masyarakat serta memberdayakan semua sumber daya yang ada. Peran

masyarakat untuk dapat memutus mata rantai penularan COVID-19

(risiko tertular dan menularkan) harus dilakukan dengan menerapkan

protokol kesehatan. Protokol kesehatan secara umum harus memuat :

a. Perlindungan Kesehatan Individu

21
Penularan COVID-19 terjadi melalui droplet yang dapat

menginfeksi manusia dengan masuknya droplet yang mengandung

virus SARS-CoV-2 ke dalam tubuh melalui hidung, mulut, dan

mata. Prinsip pencegahan penularan COVID-19 pada individu

dilakukan dengan menghindari masuknya virus melalui ketiga pintu

masuk tersebut dengan beberapa tindakan, seperti :

1) Menggunakan alat pelindung diri berupa masker

yang menutupi hidung dan mulut hingga dagu, jika

harus keluar rumah atau berinteraksi dengan orang lain

yang tidak diketahui status kesehatannya (yang

mungkin dapat menularkan COVID-19). Apabila

menggunakan masker kain, sebaiknya gunakan masker

kain 3 lapis.

2) Membersihkan tangan secara teratur dengan cuci

tangan pakai sabun dengan air mengalir atau

menggunakan cairan antiseptik berbasis

alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari menyentuh

mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak

bersih (yang mungkin terkontaminasi droplet yang

mengandung virus). Membersihkan tangan secara

teratur dengan cuci tangan pakai sabun dengan air

mengalir atau menggunakan cairan antiseptik berbasis

alkohol/handsanitizer. Selalu menghindari menyentuh


mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak

bersih (yang mungkin terkontaminasi droplet yang

mengandung virus).

3) Menjaga jarak minimal 1 meter dengan orang lain

untuk menghindari terkena droplet dari orang yang

bicara, batuk, atau bersin, serta menghindari

kerumunan, keramaian, dan berdesakan. Jika tidak

memungkinkan melakukan jaga jarak maka dapat

dilakukan berbagai rekayasa administrasi dan teknis

lainnya. Rekayasa administrasi dapat berupa

pembatasan jumlah orang, pengaturan jadwal, dan

sebagainya. Sedangkan rekayasa teknis antara lain

dapat berupa pembuatan partisi, pengaturan jalur masuk

dan keluar, dan lain sebagainya.

4) Meningkatkan daya tahan tubuh dengan

menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)

seperti mengkonsumsi gizi seimbang, aktivitas fisik

minimal 30 menit sehari dan istirahat yang cukup

(minimal 7 jam), serta menghindari faktor risiko

penyakit. Orang yang memiliki komorbiditas/penyakit

penyerta/kondisi rentan seperti diabetes, hipertensi,

gangguan paru, gangguan jantung, gangguan ginjal,

kondisi immunocompromised / penyakit autoimun,

23
kehamilan, lanjut usia, anak-anak, dan lain lain, harus

lebih berhati-hati dalam beraktifitas di tempat dan

fasilitas umum.

b. Perlindungan Kesehatan Masyarakat

Perlindungan kesehatan masyarakat merupakan upaya yang

harus dilakukan oleh semua komponen yang ada di masyarakat

guna mencegah dan mengendalikan penularan COVID-19. Potensi

penularan COVID-19 di tempat dan fasilitas umum disebabkan

adanya pergerakan, kerumunan, atau interaksi orang yang dapat

menimbulkan kontak fisik. Dalam perlindungan kesehatan

masyarakat peran pengelola, penyelenggara, atau penanggung

jawab tempat dan fasilitas umum sangat penting untuk menerapkan

sebagai berikut :

1) Unsur pencegahan (prevent)

a) Kegiatan promosi kesehatan (promote)

dilakukan melalui sosialisasi, edukasi, dan

penggunaan berbagai media informasi untuk

memberikan pengertian dan pemahaman bagi

semua orang, serta keteladanan dari pimpinan,

tokoh masyarakat, dan melalui media

mainstream.

b) Kegiatan perlindungan (protect) antara lain

dilakukan melalui penyediaan sarana cuci


tangan pakai sabun yang mudah diakses dan

memenuhi standar atau penyediaan

handsanitizer, upaya penapisan kesehatan

orang yang akan masuk ke tempat dan fasilitas

umum, pengaturan jaga jarak, disinfeksi

terhadap permukaan, ruangan, dan peralatan

secara berkala, serta penegakkan kedisplinan

pada perilaku masyarakat yang berisiko dalam

penularan dan tertularnya COVID-19 seperti

berkerumun, tidak menggunakan masker,

merokok di tempat dan fasilitas umum dan lain

sebagainya.

2) Unsur penemuan kasus (detect).

a) Fasilitasi dalam deteksi dini untuk

mengantisipasi penyebaran COVID-19, yang

dapat dilakukan melalui berkoordinasi dengan

dinas kesehatan setempat atau fasilitas

pelayanan kesehatan.

b) Melakukan pemantauan kondisi kesehatan

(gejala demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan,

dan/atau sesak nafas) terhadap semua orang

yang ada di tempat dan fasilitas umum.

3) Unsur penanganan secara cepat dan efektif

25
(respond).

Melakukan penanganan untuk mencegah terjadinya

penyebaran yang lebih luas, antara lain

berkoordinasi dengan dinas kesehatan setempat

atau fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan

pelacakan kontak erat, pemeriksaan rapid test atau

Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR),

serta penanganan lain sesuai kebutuhan. Terhadap

penanganan bagi yang sakit atau meninggal di

tempat dan fasilitas umum merujuk pada standar

yang berlaku sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Substansi protokol kesehatan pada masyarakat harus

memperhatikan titik kritis dalam penularan COVID-19 yang

meliputi jenis dan karakteristik kegiatan/aktivitas, besarnya

kegiatan, lokasi kegiatan (outdor/indoor), lamanya kegiatan, jumlah

orang yang terlibat, kelompok rentan seperti ibu hamil, balita, anak-

anak, lansia, dan penderita komorbid, atau penyandang disabilitas

yang terlibat dan lain sebagainya. Dalam penerapan protokol

kesehatan harus melibatkan peran pihak - pihak yang terkait

termasuk aparat yang akan melakukan penertiban dan pengawasan.

4. Protokol Kesehatan di Sekolah


Memasuki awal tahun 2020, seluruh dunia dikejutkan dengan

kehadiran virus jenis baru, yaitu SARS Cov 2. Virus ini menyebabkan

penyakit Corona Virus Disease 2019 (COVID-19 yang penularannya

dapat terjadi antar manusia. Pada 11 Maret 2020 WHO mengumumkan

COVID-19 sebagai pandemi dunia dikarenakan penyebaran dan

peningkatan jumlah kasusnya yang pesat. WHO menghimbau agar

semua negara meningkatkan upaya pencegahan dan penatalaksanaan

COVID-19, termasuk Indonesia. Berdasarkan data Gugus Tugas

COVID-19 pada tanggal 30 Agustus 2020, dari 1.282.618 kasus dengan

spesimen diperiksa didapat kasus konfirmasi sebanyak 172.053 yang

40.525 diantaranya dalam perawatan, 124.185 kasus sembuh dan 7.343

kasus meninggal.

Salah satu kelompok yang berisiko terjangkit COVID-19 adalah

anak usia sekolah dan remaja. Berdasarkan data dari Gugus Tugas

COVID-19, jumlah kasus terkonfirmasi positif pada kelompok usia 6-18

tahun sebanyak 6,8% atau 9.613 kasus. Untuk meminimalisir penularan

COVID-19 pada satuan pendidikan, pemerintah mengeluarkan

kebijakan belajar di rumah melalui metode daring. Di masa adaptasi

kebiasaan baru, pembelajaran tatap muka sudah mulai di buka kembali.

Berdasarkan SKB4 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan

Pembelajaran Pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru di Masa

Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), pada tahun ajaran

baru yang dimulai Juli 2020, satuan pendidikan berdasarkan keputusan

27
Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 dapat melakukan

pembelajaran tatap muka secara bertahap berdasarkan jenjang

pendidikan dengan menerapkan 2 fase yaitu masa transisi selama 2

bulan dan jika tidak ditemukan kasus COVID-19 baru maka

ditindaklanjuti dengan fase kebiasaan baru.

Pemerintah daerah bertugas memastikan seluruh proses

pembelajaran tatap muka berlangsung secara kondusif dengan

mengutamakan kesehatan dan keselamatan warga satuan pendidikan.

Pada lampiran SKB 4 Menteri tersebut tertuang pula tugas dan

tanggung jawab Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota

yang mana beberapa berkaitan erat dengan peran dari Puskesmas untuk

melaksanakan pengawasan dan pembinaan mengenai pencegahan dan

pengendalian COVID-19 kepada satuan pendidikan di wilayah

kerjanya. Untuk memudahkan Puskesmas dalam menerapkan

pengawasan dan pembinaan, maka perlu disusun buku Panduan

Pengawasan dan Pembinaan Penerapan Protokol Kesehatan di Satuan

Pendidikan yang dipergunakan sebagai acuan.

Sesuai SKB Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri

Kesehatan, Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tentang Panduan

Penyelenggaraan Pembelajaran Pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan

Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Corona Virus Disease

2019 (COVID-19), satuan pendidikan yang membuka pembelajaran

secara tatap muka harus mematuhi dan menerapkan protokol kesehatan


pencegahan penularan COVID-19. Hal yang perlu diperhatikan oleh

sektor kesehatan terkait kebijakan di satuan pendidikan sebagai berikut:

a. Satuan pendidikan yang berada di daerah ZONA ORANYE dan

MERAH melakukan proses pembelajaran dengan cara Belajar

Dari Rumah (BDR).

b. Pembelajaran tatap muka dapat dilakukan di wilayah zona hijau

dan kuning setelah memenuhi semua daftar periksa dan merasa

siap, serta adanya persetujuan dari pemerintah daerah dan

persetujuan dari komite/orang tua.

c. Pembukaan satuan pendidikan dimulai dari jenjang pendidikan

dasar dan menengah (SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA),

kemudian dilanjutkan dengan jenjang PAUD paling cepat 2

(dua) bulan setelah itu.

d. Dilaksanakan melalui dua fase sebagai berikut:

1) Masa transisi selama dua bulan. Jika aman, dilanjutkan

dengan

2) Masa kebiasaan baru apabila daerahnya tetap dikategorikan

sebagai daerah ZONA HIJAU dan KUNING.

e. Sekolah dan madrasah berasrama yang berada di daerah ZONA

HIJAU dan KUNING dapat membuka asrama dan dilakukan

secara bertahap.

f. Wajib menutup kembali bila ditemukan kasus konfirmasi positif

daerahnya berubah menjadi ZONA ORANYE atau MERAH.

29
Ketentuan khusus peserta didik yang tinggal di daerah ZONA

ORANYE atau MERAH dan / atau dalam perjalanannya ke dan dari

satuan pendidikan harus melalui ZONA ORANYE dan/atau MERAH

tetap melanjutkan BDR. Peserta didik yang berasal dari daerah ZONA

ORANYE atau MERAH dan kemudian pindah ke ZONA HIJAU atau

KUNING tempat satuan pendidikan berada harus melakukan isolasi

mandiri selama 14 (empat belas) hari setelah kepindahan dan sebelum

melakukan pembelajaran tatap muka di satuan pendidikan.

a. Materi Protokol Kesehatan di Sekolah

1) Menggunakan Masker

Penggunaan masker bertujuan untuk menghindarkan diri dari

terpapar penyakit khususnya terkait ISPA dan COVID-19.

a) Ketentuan penggunaan masker :

 Masker yang digunakan adalah masker kain 3 (tiga) lapis

atau 2 (dua) lapis yang di dalamnya diisi tisu dengan

baik.

 Masker sebaiknya diganti secara rutin jika sudah dipakai

selama 4 jam atau kotor/basah/lembab.

 Masker wajib digunakan pada saat berada di luar

rumah/tempat tinggal dan pada saat tidak dapat menjaga

jarak minimal 1,5 meter dari orang lain.


 Bagi yang batuk, pilek, sakit tenggorokan, atau yang

memiliki komorbid dianjurkan untuk menggunakan

masker medis.

 Tidak boleh saling bertukar/pinjam meminjam masker.

Masker diberikan tanda/nama pemilik

 Setiap orang memiliki minimal 3 (tiga) buah masker

 Bagi disabilitas rungu dapat menggunakan masker

transparan

b) Cara memakai masker yang benar :

 Pastikan tangan dalam keadaan bersih sebelum memakai

masker

 Saat memakai masker hanya boleh memegang tali

 Pastikan mulut, hidung dan dagu tertutup masker

 Lepas masker yang telah digunakan dengan hanya

memegang tali, dan langsung masukkan masker pada

wadah yang disiapkan misal plastik, untuk kemudian di

bawa kerumah dan dicuci atau langsung dibuang

 Cuci tangan pakai sabun setelah memasukkan masker

yang telah digunakan ke dalam wadah

2) Mencuci Tangan Pakai Sabun

31
a) Manfaat cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir antara

lain membersihkan kotoran dan menghilangkan kuman yang

bisa menimbulkan penyakit.

b) Langkah cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir :

 Basahi tangan seluruhnya dengan air bersih mengalir

 Gosok sabun ke telapak tangan, punggung tangan dan

sela jari

 Bersihkan bagian bawah kuku dan gosok sela jari tangan

 Bilas tangan dengan air bersih mengalir

 Keringkan tangan dengan tisu atau dianginkan

3) Menjaga Jarak

Menjaga jarak bermanfaat untuk menghindarkan diri dari

penularan droplet, juga menghindarkan diri dari penularan

transmisi penyakit dari orang lain baik yang bergejala/tidak

bergejala.

a) Menghindari Kontak Fisik (physical distancing)

 Menjaga jarak dengan warga satuan pendidikan lainnya

minimal 1,5 meter seperti pada saat di kelas, kantin, antri

cuci tangan dan lain lain selama beraktivitas di satuan

pendidikan dan di perjalanan

 Menghindari kontak fisik seperti berjabat tangan / cium

tangan / cium pipi / berpelukan dengan warga satuan


pendidikan lainnya.

b) Menghindari Kontak Sosial (social distancing)

 Cara menghindari kontak sosial bagi warga satuan

pendidikan yaitu dengan tidak mengadakan / menghadiri

pertemuan yang mengundang orang

banyak/mengakibatkan orang berkumpul seperti

pertemuan komite/orang tua, orientasi mahasiswa secara

langsung, studi wisata.

 Sedapat mungkin tetap tinggal di rumah kecuali ada

keperluan yang penting seperti membeli bahan makanan,

obat, bekerja, dan bersekolah.

4) Etika Batuk dan Bersin

Etika batuk/bersin merupakan tata cara batuk/bersin yang benar

agar jika terdapat bakteri / virus tidak menyebar ke udara dan

menular pada ke orang lain yang dianjurkan untuk diterapkan

pada setiap saat ketika batuk / bersin dimana saja.

a) Penerapan etika batuk :

 Gunakan masker atau

 Tutup mulut dan hidung dengan lengan atas bagian

dalam atau

 Tutup mulut dan hidung dengan tisu

 Tisu yang telah digunakan agar dibuang ke tempat

sampah

33
 Cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air

mengalir

b. Materi Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

1) Makan Makanan Bergizi Seimbang

a) Makan makanan bergizi seimbang pada masa pandemi

COVID-19 bermanfaat untuk menjaga kondisi tubuh agar

tetap sehat dan memiliki daya imunitas yang baik

b) Sebelum dan sesudah makan mencuci tangan

c) Porsi makan : 1/3 makanan pokok, 1/3 sayuran, 1/3 lauk

pauk dan buah buahan

d) Minum air putih minimal 7-8 gelas/hari atau lebih

disesuaikan dengan aktivitas

e) Melakukan aktivitas fisik minimal 30 menit/hari

2) Menjaga Kebugaran

a) Aktivitas fisik/berolahraga bermanfaat untuk meningkatkan

imunitas tubuh yang sangat diperlukan pada masa pandemic

COVID-19

b) Pada masa transisi pembelajaran tatap muka, kegiatan

olahraga di satuan pendidikan tidak diperbolehkan.

Puskesmas mendorong satuan pendidikan untuk

menjadwalkan atau menginstruksikan agar warga satuan

pendidikan melakukan aktivitas fisik minimal 30

menit/haridi rumah/tempat tinggal masing masing


c) Pada adaptasi kebiasaan baru pembelajaran tatap muka,

kegiatan olahraga di satuan pendidikan diperbolehkan

dengan penerapan protokol kesehatan

d) Protokol kesehatan pelaksanaan olahraga di satuan

pendidikan :

 Mencuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah

berolah raga

 Gunakan perlengkapan olahraga dan peralatan mandi

pribadi.

 Melakukan jaga jarak minimal 1,5 meter dengan orang

lain

 Memilih olahraga yang tidak bersentuhan langsung

dengan orang lain ataupun yang bersentuhan tidak

langsung melalui alat olahraga yang digunakan bersama

(melalui bolanya, alat pemukulnya, dan sebagainya)

 Melakukan olahraga dengan intensitas ringan (berjalan,

jalan santai) atau intensitas sedang (jalan cepat, jogging,

senam dan lain-lain),

 Olahraga menggunakan masker hanya dilakukan pada

olahraga dengan intensitas ringan sampai sedang dengan

indikator pada saat olahraga masih bisa berbicara

 Hindari olahraga dengan intensitas tinggi (indikator tidak

dapat/sulit berbicara pada saat olah raga) karena setelah

35
olahraga intensitas tinggi justru dapat menurunkan

imunitas dan meningkatkan risiko terpapar infeksi

 Dianjurkan mandi dan berganti pakaian setelah

berolahraga. Simpan pakaian kotor dalam kantong yang

sudah dibawa dari rumah.

3) Menjaga Kesehatan Mental

a) Menjaga kesehatan mental dengan selalu berpikir positif dan

menjaga suasana hati bermanfaat untuk menjaga imunitas

b) Perilaku-perilaku yang dapat menjaga kesehatan mental

antara lain :

 Beristirahat yang cukup dan tidak begadang

 Tidak merokok dan tidak mengonsumsi NAPZA

 Makan makanan bergizi seimbang

 Berolahraga / aktivitas fisik di rumah

 Mengembangkan hobi

 Meningkatkan kepedulian dengan cara berempati dan

tidak mendiskriminasi

 Menghilangkan stigma pada orang yang terkena penyakit

 Kurangi kegiatan yang membuat cemas / stress seperti

menonton, membaca berita tentang COVID-19 secara

berlebihan yang bukan dari sumber resmi

 Mengurangi aktivitas luar rumah jika tidak sangat

mendesak
 Hindari penggunaan gadget secara berlebihan

 Kontak layanan dukungan psikososial : pusat panggilan

119 ext 8.

c. Sarana Prasarana di Lingkungan Satuan Pendidikan

1) Sarana Cuci Tangan Pakai Sabun

2) Pengaturan Kelas :

a) Pengaturan Kelas dengan meja/bangku Berjarak sesuai

dengan amanah agar warga satuan pendidikan sering

mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir yang

tercantum pada SKB 4 Menteri tentang Penyelenggaraan

Pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Akademik Baru pada

Masa Pandemi COVID-19

b) Pengaturan ini bertujuan untuk meminimalisir penularan

COVID-19 dengan menjaga jarak antar peserta didik

masing-masing 1,5 meter

c) Pada setiap kelas agar memiliki ventilasi yang baik agar

sirkulasi udara di kelas dalam berjalan baik

d) Kelas juga disarankan memiliki pencahayaan yang baik

untuk memudahkan peserta didik dalam membaca, sesuai

dengan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007

3) Kantin Sehat :

a) Selama masa transisi pembelajaran tatap muka di satuan

37
pendidikan, kantin tidak diperbolehkan untuk dibuka /

beroperasi

b) Pada masa tatanan kebiasaan baru, kantin diperbolehkan

untuk dibuka / beroperasi

c) Semua warga satuan pendidikan agar menggunakan masker

selama di berada di kantin kecuali ketika sedang makan

d) Semua warga satuan pendidikan agar mencuci tangan pakai

sabun dengan air yang mengalir atau hand sanitizer setiap

akan memasuki kantin

e) Semua penjamah pangan atau pekerja yang kontak langsung

dengan pangan untuk mengenakan alat pelindung diri

(APD) lengkap yang terdiri dari masker, penutup kepala,

celemek, sepatu (safety shoes) dan pakaian kerja khusus

pada saat persiapan, pengolahan, dan penyajian pangan

f) Semua penjamah pangan atau pekerja yang kontak langsung

dengan pangan untuk menggunakan sarung tangan atau

penjepit pada saat menyentuh pangan siap saji

g) Penjamah pangan / pekerja agar menerapkan pembersihan

dan sanitasi lingkungan di kantin :

 Melakukan pembersihan dan sanitasi secara berkala

minimal 2 kali sehari (saat sebelum buka dan tutup)

menggunakan pembersih dan disinfektan yang sesuai

 Meningkatkan frekuensi pembersihan dan sanitasi


(misalnya minimal setiap 4 jam sekali) terutama pada

permukaan area dan peralatan yang sering disentuh /

dilewati orang seperti meja dan kursi di ruang makan,

kenop / gagang pintu, sakelar, kran, meja kasir, mesin

penghitung uang / kasir, lantai ruang makan, dll

 Menutup alat makan yang diletakkan di meja makan

(sendok, garpu, pisau dibungkus misalnya dengan tissue).

 Tidak meletakkan saus, sambal, garam, merica, dll di atas

meja makan atau menggantinya dalam bentuk kemasan

sekali pakai/sachet atau diberikan kepada pengunjung

apabila diminta.

 Masker dan sarung tangan sekali pakai didisinfeksi dulu,

dirusak / hancurkan sebelum dibuang ke tempat sampah

yang tertutup

h) Penjamah makanan/pekerja agar memasak makanan siap

saji yang bergizi dengan matang sempurna, Makanan ringan

lokal seperti pisang goreng, risoles, tahu isi goreng, dan

lainnya agar dibungkus/buah dengan kertas makanan, dan

pastikan penjamah saat membungkus makanan

menggunakan sarung tangan

i) Semua warga satuan pendidikan agar menerapkan physical

39
distancing / jaga jarak :

 Mengatur jarak minimal 1,5 (satu setengah) meter pada

saat antri membeli makanan

 Beri tanda jaga jarak untuk tempat antrian memesan

makanan atau pada saat melakukan pembayaran

 Mengatur jarak antar meja/kursi pengunjung minimal 1,5

(satu setengah) meter atau ditutup/diberi penyekat untuk

memisahkan antar pengunjung / kursi

j) Pada saat makan, warga satuan pendidikan agar

menghindarkan diri dari berbincang dengan orang lain.

4) Toilet Layak

a) Penyediaan sarana toilet yang layak bertujuan untuk

menghindarkan warga satuan pendidikan dari penyakit,

menjamin privasi dan menghindarkan warga satuan

pendidikan dari kekerasan

b) Berdasarkan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 kondisi

toilet di satuan pendidikan :

 Memiliki atap dan dinding

 Tersedia air bersih

 Mudah dibersihkan
 Dapat dikunci dari dalam

 Memiliki pencahayaan baik

c) Toilet juga disarankan selalu dalam kondisi bersih dan

memiliki ventilasi yang baik

5) Thermo Gun dan Instrumen Pemantauan Kesehatan Harian

Thermo Gun merupakan alat pengukur suhu tubuh secara

perorangan dengan mendekatkan alat dengan jarak tertentu ke

dahi orang yang diukur.

a) Cara penggunaan thermo gun sebagai berikut :

 Nyalakan thermo gun

 Tempatkan thermo gun di depan dahi sesuai dengan jarak

yang tercantum dalam buku petunjuk

 Jarak ukur akan memengaruhi hasil pembacaan. Jarak

pengukuran yang terlalu jauh akan menyebabkan suhu

badan terdeteksi lebih rendah dari yang sebenarnya

 Jika didapatkan suhu tubuh ≥ 37,3oC maka warga satuan

pendidikan dianjurkan untuk pulang / dijemput oleh

orang tua dan menghubungi petugas puskesmas setempat.

b) Instrumen pemantauan kesehatan harian warga satuan

pendidikan berisi keterangan :

 Suhu pada saat memasuki satuan pendidikan

 Gejala terkait COVID-19 : batuk, demam, pilek, sesak,

nyeri tenggorokan

41
 Riwayat kontak dengan orang terkonfirmasi positif

COVID-19 selama 14 hari terakhir

 Riwayat perjalanan ke daerah terjangkit selama 14 hari

terakhir

6) Ruang UKS

a) Setiap satuan pendidikan diharapkan memiliki ruang UKS

sesuai amanah pada Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007

b) Ruang UKS berfungsi untuk memisahkan warga satuan

pendidikan yang sakit dari yang tidak sakit dan memberikan

pertolongan pertama yang sederhana bagi warga satuan

pendidikan yang sakit

c) Spesifikasi ruang UKS : memiliki tempat tidur, kursi dan

meja

d) Peralatan kesehatan pada ruang UKS sebagaimana yang

tercantum pada Buku Pembinaan Tim Pembina dan

Pelaksana UKS Tahun 2019, Kemendikbud.

e) Obat-obatan sederhana yang tersedia di ruang UKS

sebagaimana yang tercantum pada Buku Pembinaan Tim

Pembina dan Pelaksana UKS Tahun 2019, Kemendikbud.

7) Ruang Isolasi Mandiri

a) Terletak terpisah dari ruangan lain.

b) Tersedia sarana untuk melakukan aktivitas sehari-hari seperti

tidur, makan, belajar, dan lainnya.


c) Mempunyai ventilasi dan penerangan yang cukup.

d) Tersedia prosedur pelaksanaan isolasi mandiri

5. Live Shoot

Live shoot adalah serangkaian rekaman tentang orang-orang,

atau makhluk hidup lainnya, paling tidak ada satu atau lebih karakter

yang diperankan oleh seseorang atau beberapa orang yang menciptakan

suatu adegan yang dramatis, yang dipadu dengan kejadian dramatis

lainnya dan disusun pada suatu proses editing (Jatmiko, 2014).

Menurut Tampubolon (2014), Live Shoot dapat diartikan yaitu

pengambilan gambar bergerak secara langsung. Live Shoot juga dapat

dikatakan sebagai video shooting di mana dalam pengerjaannya

diperlukan editing untuk menyempurnakan hasil shooting.

Pengertian live shoot itu sendiri adalah serentetan perekaman

tentang orang-orang, atau makhluk hidup lainnya, paling tidak ada satu

atau lebih karakter yang diperankan oleh seseorang atau beberapa orang

yang kemudian menciptakan suatu adegan yang dramatik, yang dipadu

dengan kejadian dramatik lainnya dan disusun pada saat proses editing,

dan semuanya ini apabila disatukan dapat menciptakan sebuah alur

cerita yang bisa membuat penontonnya terhanyut .

Santoso (2013), menjelaskan type of shoot bisa juga disebut

pembingkaian gambar. Di layar, kita bisa melihat bermacam-macam

tampilan type of shoot, misalnya gambar terlihat sangat luas: dari tepi

43
lautan sampai kaki gunung dan awan biru. Di scene yang lain, hanya

terlihat wajah seseorang yang sedang berbicara dalam satu layar penuh,

atau gambar seseorang yang terlihat dari ujung kepala sampai dada saja.

Berbagai tipe lebar gambar inilah yang disebut dengan type of shoot.

Terdapat beberapa variasi type of shoot yaitu:

a. Extreme Long Shot (ELS)

b. Long Shot (LS)

c. Medium Long Shot (MLS)

d. Medium Shot (MS)

e. Close Up (CU)

f. Big Close Up (BCU)

g. Extreme Close Up (ECU)

6. Style Shooting

Style Shotting merupakan proses pengambilan gambar dalam

membuat sebuah video atau film. Termasuk dalam proses produksi yang

membutuhkan persiapan, pengetahuan dan skill dalam melaksanakan

shooting (Sawa, 2014).

a. Sudut Pengambilan Gambar (Camera Angle)

1) Frog Eye

Teknik pengambilan gambar dengan ketinggian kamera

sejajar dengan dasar (alas) kedudukan obyek atau dengan

ketinggian yang lebih rendah dari dasar (alas) kedudukan obyek.


Dengan teknik ini dihasilkan satu pemandangan objek yang

sangat besar. Biasanya terjadi distorsi perspektif berupa

pengecilan ukuran subyek, sehingga menghasilkan kesan

keangkuhan, keagungan, dan kekokohan.

2) Low Angle

Sudut pengambilan dari arah bawah obyek sehingga kesan

objek jadi membesar.

3) Eye Level

Sudut pengambilan gambar sejajar dengan obyek.

Hasilnya memperlihatkan tangkapan pandangan mata seseorang

yang berdiri atau pandangan mata seseorang yang mempunyai

ketinggian tubuh tepat tingginya sama dengan obyek. Sering

disebut dengan normal shoot.

4) High Angle

Sudut pengambilan dari atas obyek sehingga kesan obyek

jadi mengecil. Selain itu teknik pengambilan gambar ini

mempunyai kesan dramatis, yakni kesan kerdil.

5) Bird Eye

Teknik pengambilan gambar yang dilakukan juru kamera

dengan ketinggian kamera di atas ketinggian obyek yang

direkam. Hasil perekaman teknik ini memperlihatkan lingkungan

yang demikian luas dengan benda-benda lain yang tampak di

bawah demikian kecil.

45
6) Slanted

Jenis shoot ini merupakan perekaman dengan sudut tidak

frontal dari depan atau frontal dari samping obyek, melainkan

dari sudut 45 dari objek, sehingga obyek yang lain ikut masuk

kedalam bingkai rekam.

7) Over Shoulder

Shoot ini merupakan versi close-up dari slanted shoot

sehingga seakan-akan objek lain di shoot dari bahu obyek utama.

b. Ukuran Gambar

Setelah dilihat dari aspek sudut pengambilan gambar,

berikutnya adalah ukuran gambar. Ukuran gambar ini tentunya

dikaitkan dengan tujuan pengambilan gambar, sekaligus

menunjukkan tingkat emosi, situasi, dan kondisi dari objek gambar.

Beberapa jenis teknik pengambilan gambar berdasarkan ukuran

gambar antara lain :

1) Extreme Close Up

Pengambilan gambar sangat dekat sekali, sampai pori-pori

kulit pun terlihat. Memperlihatkan detail suatu obyek secara

jelas.

2) Big Close Up

Pengambilan gambar dari atas kepala hingga dagu obyek.

Menonjolkan obyek untuk menimbulkan ekspresi tertentu.


3) Close Up

Pengambilan gambar dari tepat atas kepala sampai bawah

leher. Untuk memberi gambaran obyek secara jelas.

4) Medium Close Up

Ukuran gambar sebatas kepala hingga dada. Untuk

menegaskan profile seseorang.

5) Medium Shoot

Ukuran gambar sebatas dri kepala hingga pinggang.

Bertujuan untuk memperlihatkan sosok seseorang.

6) One Shoot

Pengambilan gambar satu obyek. Memperlihatkan

seseorang dalam in frame.

7) Two Shoot

Pengambilan gambar dua obyek. Biasanya

memperlihatkan adegan dua orang sedang bercakap.

8) Group Shoot

Pengambilan gambar sekelompok orang. Misalnya ada

adegan pasukan sedang berbaris atau lainnya.

9) Long Shoot

Pengambilan gambar melebihi full shoot. Menunjukan

obyek dengan latar belakangnya.

10) Full Shoot

Pengambilan gambar penuh dari atas kepala hingga kaki.

47
Memperlihatkan obyek secara keseluruhan.

c. Camera Movement

Dalam dunia cinematography setiap kita menggerakan

kamera, biasanya disebut dengan istilah “Camera Movement /

Pergerakan Kamera” mempunyai istilah tersediri, hal ini agar

diantara insan cinematography (film / video) terdapat kesamaan

istilah. Di setiap pergerakan kamera memiliki tujuan/maksud/makna

jadi harus di usahakan untuk tidak melakukan pergerakan kamera

yang tanpa tujuan. Teknik Camera Movement antara lain :

1) Panning

Pergerakan kamera menoleh ke kiri atau ke kanan

bertumpu pada tripod.

2) Tilting

Pergerakan kamera dimana kamera menunduk atau

mendonga/menengadah bertumpu pada tripod.

3) Tracking

Pergerakan kamera mendekati atu menjauhi obyek

(obyek diam) bertumpu pada tripod/dolly.

4) Crab

Pergerakan kamera dimana kamera di geser ke kiri


maupun ke kanan bertumpu pada tripod.

5) Zooming

Dalam zoom ini yang bergerak bukan nya kamera tetapi

lensa kamera yang bergerak maju atau mundur. Fungsinya :

a) Merubah lebar sudut pandang

b) Mengarahkan mata ke suatu objek tertentu

c) Menciptakan efek dramatik

d) Memperjelas tujuan

6) Focusing

Gerakan ring focus lensa tujuannya adalah untuk

memperjelas dan mempertajam gambar atau sebaliknya dengan

mengatur posisi focal lenght lensa. Teknik melakukan focusing

adalah dengan cara zoom in ke arah objek / subjek sedekat

mungkin, lalu atur ring focus hingga gambar telihat jelas dan

tajam kemudian zoom out sesuai dengan ukuran yang diinginkan

7. Animasi

Menurut Munir (2013) mendefinisikan “animasi sebagai satu

teknologi yang dapat menjadikan gambar yang diam menjadi bergerak

kelihatan seolah-olah gambar tersebut hidup, dapat bergerak, beraksi,

dan berkata”.

Menurut Munir (2013) “animasi merupakan suatu kegiatan

menghidupkan, menggerakan benda mati. Suatu benda mati diberi

dorongan, kekuatan, semangat dan emosi untuk menjadi hidup atau

49
hanya berkesan hidup”.

Sedangkan menurut Ariyati dan Misriati (2016) “animasi adalah

usaha untuk membuat presentasi statis menjadi hidup”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan animasi adalah

pengolahan gambar dan menyusun gambar-gambar yang terpisah

menjadi satu bagian, sehingga gambar tersusun dan membentuk sebuah

gerakan yang beraturan dan dapat juga menggabungkan audio

didalamnya sehingga seoalah gambar memiliki daya hidup.

Karakter animasi sendiri sekarang telah berkembang yang dulu

mempunyai prinsip sederhana namun sekarang menjadi beberapa jenis

animasi yaitu:

a. Animasi 2D (2 Dimensi)

Animasi 2 dimensi (Dwi-matra) dikenal juga dengan nama flat

animation. Animasi 2 dimensi biasa disebut dengan film kartun. Film

kartun biasanya kebanyak film yang lucu dan menghibur yang

banyak disukai anak-anak. Contoh dari film kartun seperti Scooby

Doo, Tom and Jerry, dan Doraemon.

b. Animasi 3D (3 Dimensi)

Animasi 3D adalah pengembangan dari animasi 2D. Karakter

dalam animasi 3D yang diperlihatkan semakin hidup dan nyata,

mendekati wujud manusia aslinya. Kualitas Film 3D akan semakin

bagus dan nyata jika menggunakan bantuan alat kaca mata khusus

seperti yang di terapkan dalam menonton layar12 lebar. Contoh film


animasi 3 dimensi seperti Toy Story 3, Adit & Sopo Jarwo dan Si

Entong. Penciptaan animasi 3D terdiri dari 3 tahap yaitu:

1) Tahap pemodelan

Tahap ini adalah fase, dimana 3D mesh, model atau bentuk objek

dibuat sesuai dengan karater yang diinginkan.

2) Tahap layout dan animasi

Tahap ini adalah layout dan animasi 3D yang dikirim untuk

gerakan.

3) Tahap rendering

Pada tahap ini, 3D objek dikonversi ke dalam gambar.

c. Stop Motion Animation

Animasi ini dikenali sebagai claymation karena animasi ini

menggunakan clay (tanah liat) sebagai objek yang digunakan.

Animasi ini memakai plasticin, bahan lentur seperti permen karet.

Stop motion animation merupakan teknik membuat potongan-

potongan objek mati seolah-olah objek tersebut terhubung satu sama

lain sehingga membentuk suatu gerakan-gerakan. Contoh film dari

stop motion animation seperti Chicken Run dan Shaun The Sheep.

d. Animasi Tanah Liat (Clay Animation)

Animasi ini menggunakan clay (tanah liat) sebagai objek yang

digunakan. Animasi ini memakai plasticin, bahan lentur seperti

permen karet. Contoh animasi tanah liat seperti Shaun the Sheep dan

Chicken Run.

51
e. Animasi Jepang (Anime)

Anime sebutan tesendiri untuk film animasi di jepang. Anime

biasanya menggunakan tokoh-tokoh karakter dan background yang

digambarkan menggunakan tangan dan sedikit bantuan komputer.

Anime jepang tidak semuanya dibuat hanya untuk anak-anak tetapi

juga untuk orang dewasa. Cerita anime biasa bermacam-macam jenis

yaitu seperti anventure, horror, action, romance, mediefal fantasy,

science, fiction dan drama. Anime juga tidak hanya dituangkan

dalam sebuah film tapi juga dituangkan kedalam sebuah buku, yang

sering dikenal dengan komik. Contoh dari film animasi anime seperti

Naruto dan One Piece.

f. Animasi File GIF

Animasi GIF (Graphics Interchange Format) merupakan teknik

animasi sederhana. Gambar-gambar yang saling terhubung dibuat

menjadi sebuah gerakan.

8. Perangkat Lunak

a. Corel Draw

Corel draw menurut Awaly dan Sulartopo (2015), “Corel

Draw

merupakan sebuah aplikasi garis berbasis vector”. Format vector

adalah gambar yang membentuk sejumlah objek garis dan kurva

berdasarkan rumusan matematis.


Sementara menurut Putra (2016), “Mengemukakan bahwa

seperti halnya aplikasi atau softwere yang banyak ditawarkan oleh

banyak produsen untuk membuat sebuah desain. Corel merupakan

sebuah aplikasi (software) yang menawarkan sebuah teknologi

desain yang cukup baik”.

Jadi dalam seni mendesain sebuah gambar juga diperlukan

sebuah aplikasi pendukung yang dapat membantu seorang desainer

baik sebagai pemula maupun profesional.

b. Adobe After Effects

Adobe After Effect adalah produk piranti lunak yang

dikembangkan oleh adobe dan digunakan untuk film dan pasca

produksi pada video. Pada awalnya piranti lunak ini merupakan

produk dari macromedia, yang sekarang sudah menjadi salah satu

produk adobe.

Adobe after effect adalah piranti lunak yang sangat

profesional untuk kebutuhan desain grafis gerak atau disebut motion

graphic. Dengan peraduan dari bermacam-macam piranti lunak

desain yang telah ada, adobe after effect menjadi salah satu piranti

lunak desain yang handal. Efek-efek yang mencapai sekitar 50

macam lebih sangat bisa digunakan untuk mengubah dan

menganimasikan

objek. Di samping itu, pembuatan animasi dengan adobe after

effect juga bisa dilakukan dengan hanya mengetikkan beberapa kode

53
skrip yang bisa disebut expression untuk menghasilkan pergerakan

yang lebih dinamis (Atep, 2012).

c. Wondershare Filmora 9

Wondershare Filmora merupakan salah satu dari sekian

banyak dari editor video yang berkembang di seluruh dunia.

(sumber: Nur, 2016:1). Filmora atau lengkapnya Wondershare

Filmora Video Editor adalah sebuah aplikasi atau program yang

dikeluarkan oleh Wondershare yang dirancang untuk memproses /

mengedit video. Proses pengeditan video dengan Filmora relatif

cukup mudah dan sederhana tapi memiliki kualitas yang cukup

powerful.

d. Adobe Audition

Aplikasi ini adalah milik Adobe system Incorporated yang

khusus digunakan untuk melakukan berbagai pengolahan audio.

Adobe Auditioon menyediakan lebih banyak tool, fitur dan

kemudahan pengoprasian. Tidak perlu repot-repot seperti halnya

editing pada perangkat konvensional, dengan aplikasi ini semua

proses tinggal klik dan drag, dan hasilnya langsung dapat dimainkan

(Wahana Komputer, 2009).

Adobe Audition yaitu Tools profesional untuk bekerja dengan

file audio, dengan tujuan untuk profesional dibidang produk audio

dan video. Adobe audition menawarkan kesempatan tak terbatas

untuk menggabungkan, mengedit, menciptakan salinan master dan


pemrosesan efek suara. Produk yang menggabungkan fleksibilitas

dan memungkinkan untuk berbagi produk audio berkualitas.

Software ini berfungsi untuk merekam suara atau dubbing (pengisi

suara) juga utuk mengedit suara juga dialog, dengan menyesuaikan

naik turunnya suara yang akan diterapkan pada karakter moderator.

B. Penelitian Sebelumnya

Penelitian yang dilakukan oleh Aldilla Yulandina (2018) dengan

judul “Optimalisasi Unsur Live Shoot dan Motion Graphic Untuk Promosi

Digital Lembaga Paud” penelitian Aldilla ini bertujuan untuk mempermudah

penyampaian informasi dalam video profil, dimana fasilitas, kegiatan belajar

dan prestasi dapat dilihat secara nyata serta mempermudah penyampaian

informasi penerimaan murid baru tahun pelajaran 2017/2018 di dalam video

profil. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara,

observasi, dan studi pustaka. Metode pengembangan yang digunakan adalah

Multimedia Versi Luther-Sutopo yang dikemukakan oleh Sutopo, yang

terdiri

dari enam tahapan yaitu: concept, design, material collecting, assembly,

testing, dan distribution.

Penelitian sebelumnya dikemukakan oleh Arif Deska Setiawan

(2016) dengan judul "Analisis Dan Pembuatan Iklan Dengan Teknik Live

Shot Dipadukan Animasi 2D Sebagai Media Promosi Iklan Tv Pada Toko

55
Walang” penelitian Arif ini bertujuan untuk periklanan dapat digolongkan

menurut sasarannya, yaitu memberi informasi, persuasi, meningkatkan para

pembeli, menambah nilai dan membantu aktivitas lain perusahaan. Metode

pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi

pustaka. Metode pengembangan yang digunakan adalah pra produksi,

produksi, dan pasca produksi.

Penelitian sebelumnya dikemukakan oleh Gatot Susilo (2014)

dengan judul skripsi “Perancangan Dan Pembuatan Iklan Animasi Dengan

Teknik Hyperlapse dan Motion Graphic Pada BARDIMAN Caffe dan

Resto”. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada

konsumen dan memperluas pemasaran. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi pustaka. Metode

pengembangan yang digunakan adalah pra produksi, produksi, dan pasca

produksi.

Penelitian sebelumnya dikemukakan oleh Indra Setiawan (2016)

yang berjudul “Pembuatan Media Promosi Oblong Van Jogja Menggunakan

Teknik Live Shoot dan Motion Graphic”. Tujuan penelitia ini adalah untuk

membatu bagi konsumen dalam mendapatkan informasi dan rekomendasi

buah tangan khas Jogja dan membantu memberikan solusi dari

permasalahan

promosi yang belum meluas dari Oblong Van Jogja. Video promosi ini

menggunakan konsep perpaduan antara motion graphic dan juga video live

shoot. Metode pengembangan yang digunakan adalah tahap pra produksi,

tahap produksi, tahap pasca produksi.


Penelitian sebelumnya dikemukakan oleh Wicaksono Ragiliyanti

(2017) dengan judul “Pembuatan Iklan Televisi Menggunakan Teknik Live

Shoot dan Motion Graphic Sebagai Media Promosi Pada Fortunate Coffee

Yogyakarta”. Tujuan penelitian adalah untuk membantu memfasilitasi usaha

lain perusahaan dalam proses komunikasi perusahaan. Metode pengumpulan

data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi pustaka.

Metode

pengembangan yang dilakukan adalah pra produksi, produksi, dan pasca

produksi.

Penelitian sebelumnya dikemukakan oleh Widdhia Atmayanti

dan Tonny Hidayat (2017) yang berjudul “Perancangan dan Pembuatan

Iklan

Animasi dengan Motion Graphic dan Teknik Hyperlapse pada Il Mondo

Pizza Resto”. Tujuan penelitian ini adalah dapat memberikan informasi

konsumen dan dapat memperluas pemasaran. Metode pengumpulan data

yang digunakan adalah wawancara, observasi, dan studi pustaka. Metode

pengembangan yang dilakukan adalah pra produksi, produksi, dan pasca

produksi. Hasil penelitian ini berupa video promosi berhasil diciptakan

sesuai

perancangan dan ke media elektronik komersil yakni stasiun televisi RBTV

Yogyakarta sehingga tujuan pembuatan dan perancangan iklan animasi

dengan Hyperlapse dan Motion Graphic dapat tersampaikan ke khalayak

umum.

57
Table 2.1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu

Metode
Nama
No Judul Pengembangan Persamaan Perbedaan
(Tahun)
Sistem
Penelitian sebelumnya untuk
mempermudah penyampaian
Optimalisasi Unsur Live Multimedia Versi Sama-sama
Aldilla informasi penerimaan murid
Shoot Dan Motion Luther-Sutopo menggunakan media
1. Yulandina baru, sedangkan penulis
Graphic Untuk Promosi yang dikemukakan berupa video dengan
(2018) bertujuan untuk membuat
Digital Lembaga Paud oleh Sutopo 2003 teknik Live Shoot
simulasi pembelajaran tatap
muka di satuan pendidikan
Analisis Dan Pembuatan
Penelitian sebelumnya
Iklan Dengan Teknik Pra Produksi
Sama-sama menggunakan teknik Live Shoot
Arif Deska Live Shot Dipadukan Produksi
menggunakan media dan 2D untuk membuat video
2. Setiawan Animasi 2D Sebagai Pasca Produksi
berupa video dengan promosi, sedangkan penulis
(2016) Media Promosi Menurut
teknik Live Shoot menggunakan teknik Live Shoot
Iklan Tv Pada Toko (M.Suyanto)
dan Animasi
Walang
Perancangan Dan Penelitian sebelumnya
Pembuatan Iklan Pra Produksi menggunakan teknik Hyperlapse
Gatot Animasi Dengan Teknik Produksi Sama-sama dan Motion Graphic untuk
3. Susilo Hyperlapse dan Motion Pasca Produksi menggunakan media membuat vidio promosi,
(2014) Graphic Pada Menurut berupa video. sedangkan penulis
BARDIMAN Caffe dan (M.Suyanto) menggunakan teknik Live Shoot
Resto dan Animasi
Table 2.1 Perbandingan dengan Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

Metode
Nama
No Judul Pengembangan Persamaan Perbedaan
(Tahun)
Sistem
Penelitian sebelumnya
Pra Produksi membuat video untuk
Pembuatan Media Promosi Sama-sama
Indra Produksi sarana promosi untuk
Oblong Van Jogja menggunakan media
4. Setiawan Pasca Produksi Oblong Van Jogja,
Menggunakan Teknik Live berupa video dengan
(2016) Menurut sedangkan Penulis untuk
Shoot dan Motion Graphic teknik Live Shoot
(M.Suyanto) membuat simulasi pembelajaran
tatap muka di satuan pendidikan
Pembuatan Iklan Televisi Penelitian sebelumnya
Pra Produksi
Menggunakan Teknik Live Sama-sama membuat video untuk
Wicaksono Produksi
Shoot dan Motion Graphic menggunakan media sarana promosi di televisi,
5. Ragiliyanti Pasca Produksi
Sebagai Media Promosi berupa video dengan sedangkan penulis sebagai
(2017) Menurut
Pada Fortunate Coffee teknik Live Shoot sarana simulasi di satuan
(M.Suyanto)
Yogyakarta pendidikan
Penelitian sebelumnya
Widdhia Perancangan dan Pra Produksi
Sama-sama membuat video untuk
Atmayanti Pembuatan Iklan Animasi Produksi
menggunakan media sarana promosi di televisi,
6. dan Tonny dengan Motion Graphic dan Pasca Produksi
berupa sedangkan penulis sebagai
Hidayat Teknik Hyperlapse pada Il Menurut
video. sarana simulasi di satuan
(2017) Mondo Pizza Resto (M.Suyanto)
pendidikan

Anda mungkin juga menyukai