PROPOSAL
O
L
E
H
CICIH
PESERTA PELATIHAN PRAKERJA LUARSEKOLAH
TEKNIK BUDIDAYA PEMBIBITAN BUAH BATCH 5
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan ................................................................................... 2
7. Penutup ........................................................................................ 40
a. Kesimpulan ................................................................................ 40
1
1. Pendahuluan
Tabel 1.1.
Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Sampai Tahun 2015
2
Masalah rendahnya mutu buah tersebut dapat diatasi dengan penggunaan
bibit berlabel. Bibit berlabel adalah bibit yang telah mendapat sertifikat dari
Instansi Penyelenggara Sertifikasi atau Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih (BPSB) dan telah teruji kebenarannya.
3
2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan
a. Profil Usaha
4
Tabel 2.1.
Luas Areal Tanam dan Produksi Bibit Berlabel di Kabupaten Buleleng Bali
Tahun Luas Areal Tanam (ha) Produksi Bibit Berlabel
2000 5,65 431.776
2001 4,61 143.568
2002 5,99 316.858
2003 5,98 399.092
2004 17,20 217.315
2005* 22,87 281.288
Sumber : Dinas Pertanian Kab. Buleleng Bali, 2005
Keterangan : * Data sementara
Pada Tabel 2.1. menunjukkan perkembangan luas areal tanam dan produksi
bibit berlabel dari tahun 2000–2005 di Kecamatan Sawan dan
Kabutambahan. Luas areal tanam usaha pembibitan tanaman buah-buahan
dari tahun 2000 hingga tahun 2005 cenderung terus meningkat. Pada tahun
2000 luas areal tanam sekitar 5,65 ha dan pada tahun 2005 luas areal tanam
meningkat menjadi 22,87 ha. Peningkatan luas areal tanam ini ternyata tidak
diikuti oleh peningkatan produksi bibit berlabel. Pada tahun 2000, produksi
bibit berlabel mencapai 431.776 bibit dan cenderung terus berkurang pada
tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2005, produksi bibit berlabel hanya
mencapai 281.288 bibit.
5
penangkarmenggunakan mata tempel dan biji untuk batang bawah yang
tidakbersertifikat. Akibatnya bibit yang dihasilkan pun tidak berlabel.
b. Pola Pembiayaan
Jenis kredit yang disalurkan bank BNI adalah Kredit Modal Kerja (KMK)
dengan total jumlah plafond kredit yang telah disalurkan kepada tiga debitur
perorangan di dua kecamatan adalah Rp 170.000.000 terdiri dari Rp
100.000.000 Rp 50.000.000 dan Rp 20.000.000 dengan bunga pinjaman
menurun sebesar 15,75% dan jangka waktu pinjaman 1 tahun dengan
review setiap tahun serta tidak diberlakukan masa grace period untuk usaha
ini.
Layanan Kredit Modal Kerja (KMK) diberikan untuk pembiayaan modal kerja
perusahaan, baik perusahaan perorangan maupun yang berbadan hukum.
Pengajuan kredit ini misalnya untuk pembelian bahan baku, pembayaran
tenaga kerja dan sarana produksi. Manfaat KMK untuk membantu
meningkatkan atau memperlancar pembeliaan bahan baku, biaya produksi
dan biaya pemasaran.
6
Proses penyaluran kredit setelah persyaratan kredit terpenuhi oleh debitur
hingga pencairan kredit sekitar dua minggu. Pencairan kredit dilakukan
sekaligus dan sistem pencairan melalui rekening koran. Hal ini dikarenakan
bank tidak memperkenankan debitur mengajukan pinjaman di tempat lain
dan dimaksudkan agar debitur menjalankan aktivitas keuangannya lewat
bank yang bersangkutan. Selain memberikan kredit, bank juga memberikan
bantuan berupa teknis administrasi kredit dan monitoring usaha.
7
3. Aspek Pemasaran
- Permintaan
Tabel 3.1.
Daerah Penjualan Bibit Tanaman Buah
Daerah
Penjualan Nama Daerah Persentase
Dalam Kabupaten
Buleleng 2%
8
Tabel 3.2.
Luas Areal Tanam Kebun Buah di Indonesia (ha)
Tahun Durian Mangga Rambutan
2000 23.021 44.185 48.158
2001 49.812 44.208 63.463
2002 41.033 184.659 69.071
2003 53.770 158.894 90.928
2004 55.536 170.811 105.185
2005 57.301 182.728 119.441
Sumber : www.deptan.go.id
Keterangan : * Data estimasi
- Penawaran
Penawaran bibit tananam buah dapat didekati dengan jumlah produksi bibit.
Menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng (Tabel 2.1), pada tahun
2005 penawaran bibit tanaman buah berlabel di wilayah ini berjumlah
281.288 bibit terdiri dari durian 105.879 bibit, rambutan 141.282 bibit dan
mangga 34.127 bibit. Dengan asumsi bahwa 1 ha kebun mangga
membutuhkan 300 bibit, 1 ha kebun durian membutuhkan 100 bibit dan 1 ha
kebun rambutan membutuhkan 300-500 bibit maka jika melihat Tabel 3.2.,
jumlah bibit tanaman buah berlabel buah di wilayah ini masih kurang untuk
mencukupi luas areal kebun buah di Indonesia.
9
Seperti telah dijelaskan pada Tabel 1.1. di atas bahwa permintaan buah pada
tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 14 juta ton dan pada tahun 2015
diperkirakan akan mencapai 20 juta ton. Jumlah ini harus dipenuhi oleh
produksi buah dalam negeri. Sebagai gambaran, menurut BPS produksi buah
Indonesia pada tahun 2001 mencapai 9,96 juta ton, apabila kerusakan pasca
panen hanya 20 % (perkiraan yang sangat optimis) dan ekspor buah 80 ribu
ton maka buah yang mencapai meja makan adalah 7,17 juta ton, ditambah
buah impor sebanyak 233 ribu ton. Jadi buah yang tersedia mencapai 7,40
juta ton masih jauh dari total konsumsi buah nasional.
Harga
Berdasarkan hasil penelitian, pada tahun 2005 harga jual bibit secara
borongan diambil secara rata-rata, untuk durian Kani ukuran 30-40 cm dijual
Rp 4000 per bibit, mangga Arumanis ukuran 30-40 cm dijual Rp 2500 per
bibit dan mangga Lalijiwa ukuran 30-40 cm dijual Rp 3500 per bibit
sedangkan rambutan baik itu Binjai, Rapiah maupun Lebak Bulus ukuran 30-
40 cm dijual Rp 2000 per bibit.
10
Tabel 3.3.
Perkembangan Harga Jual Bibit Tanaman Buah-buahan
Ukuran 30-40 cm dari tahun 2000-2005
Harga Jual Bibit (dalam rupiah) pada
Komoditi Tahun
2000 2001 2002 2003 2004 2005
Durian Kani 5.000 2.500 3.500 3.500 5.000 4.000
Mangga
Arumanis
2.000 2.000 2.000 3.000 3.000 2.500
Lalijiwa
3.500 3.500 3.500 3.500 3.000 3.500
Rambutan
Binjai
1.800 1.800 1.750 1.500 1.500 2.000
Rapiah
1.800 1.800 1.750 1.500 1.500 2.000
Lebak Bulus
1.800 1.800 1.750 1.500 1.500 2.000
c. Pemasaran
11
Pemasaran bibit tanaman buah dilakukan melalui dua cara, yaitu penjualan
secara langsung ke konsumen (perorangan) dan penjualan melalui pedagang
(perantara, pengecer) kemudian ke konsumen (lembaga, perusahaan,
kelompok atau perorangan). Penjualan sebagian besar melalui pedagang
(perantara, pengecer) dan hanya sebagian kecil saja yang dijual secara
langsung ke konsumen. Penjualan secara langsung ke konsumen dilakukan
penangkar dari showroom yang umumnya berada di pinggir jalan. Bibit yang
dijual umumnya melewati karantina dari BPSB terlebih dahulu agar bibit
tersebut memperoleh label dan terjamin mutunya.
(a) Transportasi pemasaran dalam Bali (b) Transportasi pemasaran di luar Bali
Foto 3.1.
Sistem transportasi pemasaran bibit di dalam Bali hanya menggunakan
kendaraan pick up karena kecilnya pesanan (a), sedangkan gambar (b)
pemasaran bibit di luar pulau yang menggunakan truk
12
Kendala Pemasaran
13
4. Aspek Produksi
Lokasi Usaha
Fasilitas produksi lainnya yakni kebun buah yang berfungsi sebagai pohon
induk penghasil mata tempel dan juga dapat berfungsi sebagai sumber mata
pencaharian tambahan. Pohon induk tersebut adalah pohon induk (tanaman
buah) yang telah diobservasi dan varietasnya telah dilepas oleh Menteri
Pertanian serta layak sebagai penghasil mata tempel. Kelayakan pohon induk
penghasil mata tempel meliputi keadaan pohon induk dan perkiraan jumlah
mata tempel. Pohon tersebut merupakan pohon induk utama yang akan
diperbanyak secara vegetatif dan sumber penghasil mata tempel atau bahan
sambung untuk perbanyakan selanjutnya.
14
(a) (b)
Foto 4.1.
Pohon induk tunggal yang digunakan penangkar sebagai sumber mata tempel
(a) Pohon induk durian Kani (b) Pohon induk rambutan Lebak Bulus.
(a) (b)
Foto 4.2.
Peralatan untuk okulasi dan pendongker: (a) Gunting (atas) dan pisau okulasi
(bawah) peralatan penting untuk okulasi, (b) Pendongker, alat yang
15
digunakan untuk mengambil bibit pada saat panen
Bahan Baku
Biji atau seedling yang digunakan sebagai batang bawah harus berasal dari
pohon induk yang telah dideterminasi oleh Instansi Penyelenggara Sertifikasi
dan dinyatakan layak sebagai pohon induk/penghasil benih sumber. Pohon
induk tersebut harus jelas varietasnya, telah direkomendasikan sebagai
penghasil batang bawah dan telah terdaftar di Instansi Penyelenggara
Sertifikasi, diketahui lokasinya, mempunyai batas-batas/daerah yang jelas
dan diberi identitas. Akan lebih baik lagi apabila pohon induk tersebut
terisolasi dari pohon lainnya yang sejenis. Pohon induk tersebut dapat
berasal dari biji (hasil perbanyakan generatif) atau dari hasil perbanyakan
vegetatif.
Biji yang digunakan untuk batang bawah adalah biji mangga Sanih,
rambutan Si Nyonya dan durian Kerikil. Syarat biji yang dipakai adalah
perakaran yang kuat dan menyebar merata, kompatibel dengan batang atas,
tahan terhadap organisme pengganggu tanaman, mempunyai daya adaptasi
yang luas, tidak berpengaruh buruk terhadap kuantitas dan kualitas buah.
Tenaga kerja
16
kerja tidak tetap yakni masyarakat sekitar dengan jumlah tenaga kerja
berkisar antara 15-20 orang.
Tenaga kerja tetap/keluarga biasanya melibatkan kedua orang tua dan anak-
anaknya yang telah dewasa. Selain tenaga kerja keluarga juga digunakan
tenaga kerja tidak tetap/borongan yang berasal dari luar keluarga. Tenaga
kerja keluarga digunakan untuk kegiatan pemasaran seperti menjaga
showroom dan kegiatan pengolahan tanah, pembuatan bedengan/guludan,
penanaman biji/penyemaian dan pemeliharaan tanaman, sedangkan tenaga
kerja borongan biasanya untuk kegiatan okulasi, pendongkeran dan
pengangkutan bibit ke showroom
c. Teknologi
17
Pembibitan tanaman buah-buahan di daerah survei (Buleleng) masih secara
konvensional dan terbatas pada pembibitan durian, mangga dan rambutan.
Hal ini dikarenakan ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel yang
terbatas pada durian Kani; mangga Arumanis dan Lalijiwa; rambutan Binjai,
Lebak Bulus dan Rapiah.
18
d. Penanaman
Sebelum penanaman biji dibuat terlebih dahulu lubang tanam dengan tugal
pada bedengan. Biji ditanam dalam lubang tanam dengan kedalaman ±10
cm. Setiap lubang diisi satu butir biji. Jarak tanam antar lubang sekitar 15-
20 cm, dan jarak antar barisan 15-20 cm. Setelah biji ditanam, lubang
19
ditutup kembali dengan tanah. Satu-dua minggu kemudian biji akan tumbuh
dan untuk biji yang tidak tumbuh dilakukan penyulaman.
Pemeliharaan
Agar bibit okulasi nantinya bisa menjadi tanaman yang sehat, maka batang
bawah sebaiknya dipelihara dengan baik. Pemeliharaan terdiri dari
penyiangan, pemangkasan, pemupukan urea, pengairan dan pengendalian
Hama Penyakit Tanaman (HPT). Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tinggi tanaman sekitar 20 cm dengan tangan atau dengan alat bantu
cangkul/kored. Hal ini dilakukan untuk menghindari persaingan nutrisi antara
tanaman dan gulma.
Pemupukan dimulai saat umur tanaman 1-2 bulan setelah penanaman biji
dan dilanjutkan 1-2 bulan setelah okulasi. Urea yang diperlukan sebanyak
400 kg/ha. Pada tahap awal pemupukan buatlah alur melingkari tanaman.
Garis tengah alur disesuaikan dengan lebarnya tajuk bibit. Kedalaman alur
dibuat 2-3 cm. Pengairan dilakukan setiap hari apabila tidak turun hujan. Biji
yang baru ditanam membutuhkan pengairan satu kali sehari, tapi tanah tidak
boleh tergenang terlalu lama atau sampai terlalu basah.
Hal yang lebih penting batang bawah jangan sampai memiliki cabang di
bawah ketinggian 30 cm. Cara mengatasinya dengan melakukan
pemangkasan bila ada tunas yang tumbuh di bagian tersebut. Dan juga perlu
dijaga agar batang tetap tegak lurus sehingga akan memudahkan
pengokulasian dan akan diperoleh bentuk batang okulasi yang baik.
Okulasi
Tempel atau enten atau okulasi (bahasa Belanda) atau budding (bahasa
Inggris) melibatkan menyatunya bagian-bagian tanaman dengan jalan
regenerasi, yang berhasil mencapai penyatuan fisik dan tumbuh menjadi
satu tanaman tunggal. Bagian yang memberi akar disebut batang bawah
(rootstock) dapat berupa sepotong akar atau tanaman utuh, bagian yang
ditambahkan disebut batang atas (scion atau entrijs) berupa mata tempel.
Syarat batang bawah yang siap diokulasi adalah pertumbuhan batang bawah
tegak dan lurus, tinggi batang 30-50 cm, jumlah ruas 8-10 ruas untuk
rambutan, 2 ruas untuk mangga dan durian dan kesehatan tanaman bebas
hama dan penyakit utama. Umur dari semai 6-8 bulan. Syarat mata tempel
yakni asal mata tempel pohon induk yang telah ditetapkan, varietas telah
dilepas, kondisi pohon induk sehat dan bebas hama dan penyakit utama,
tinggi penempelan 20-30 cm dari permukaan tanah.
20
Secara umum okulasi terdiri dari pengirisan batang bawah, pengambilan dan
penyisipan mata, pengikatan tempelan dan pemotongan batang bawah.
Waktu yang baik untuk melakukan okulasi adalah pada saat kulit batang
bawah maupun batang atas muda dikelupas dari kulitnya. Saat ini terjadi
pada waktu pembelahan sel dalam kambium berlangsung secara aktif. Setiap
tanaman mempunyai waktu pembelahan yang berbeda, ada yang aktif di
musim kemarau atau saat musim hujan.
Untuk tanaman durian, mangga dan rambutan okulasi dilakukan saat musim
kemarau (Juni-Agustus). Hal ini untuk menghindari jamur/cendawan. Sebab
jika okulasi dilakukan saat musim hujan maka mata tempel yang ditempel
akan musnah terserang jamur/cendawan sehingga okulasi gagal. Kulit
batang bawah disayat, tepat di atas matanya (± 1 cm). Dipilih mata tempel
yang berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
21
a. Kulit kayu batang bawah dikelupas b. Mengambil mata tempel c. Mata
tempel yang bagus terdapat bintil di kulit kayu d. Tempelkan mata tempel di
bagian batang bawah e. Ikat tempelan dengan plastik f. Tanaman yang
berhasil diokulasi (stump)
Pemeliharaan
Panen/Transplanting
a. Pendongkeran
22
Lahan yang siap dipanen diairi terlebih dahulu selama 1-2 hari. Hal ini
dimaksudkan agar tanah dan tanaman mudah dicabut/diambil dan
ridak hancur.
Pendongker ditusuk/dimasukkan ke dalam tanah disekeliling tanaman
sedalam kurang lebih 20 cm. Baru kemudian tanaman diangkat dan
dimasukkan ke sobekan karung atau keranjang.
b. Pengangkutan
23
Pemberian label
Gambar 4.6. Contoh label benih yang digunakan penangkar pada bibit
mangga Lalijiwa
e. Proses Produksi
24
Produksi optimum
Kendala Produksi
3. Okulasi
4. Pendongkeran
25
5. Aspek Keuangan
a. Asumsi
Pola usaha yang dipilih adalah pola usaha polikultur sesuai dengan pola
usaha di daerah survei dengan menggunakan teknik konvensional yakni
pembibitan di lahan sawah. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan harus
memperhatikan ketersediaan air sepanjang tahun, pohon induk penghasil
mata tempel dan biji untuk batang bawah.
Tanaman yang ditangkar yakni durian Kani, mangga Arumanis dan Lalijiwa,
rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah. Produk dari usaha ini adalah bibit
yang berlabel dengan tinggi 30-40 cm. Ukuran ini adalah ukuran untuk partai
besar/borongan. Bibit yang tidak laku terjual akan ditanam kembali dan
dapat dijual kembali bila sewaktu-waktu ada yang memerlukannya
Asumsi
26
Proses pembibitan tanaman buah-buahan mulai dari pengolahan tanah
sampai dengan panen mencapai 14 bulan (1 musim tanam). Asumsi total
kehilangan hasil sebesar 30% (saat okulasi 20% ditambah 10% setelah
okulasi). Produksi bibit buah ditentukan oleh jumlah order/pesanan dan
ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel dengan produksi bibit
setiap tahun adalah sama yaitu 70.000 bibit.
Bibit yang berhasil dijual tiap tahun sebesar 80 % dari total produksi bibit
tiap tahun. Bibit yang tidak laku terjual dapat dijual kembali pada tahun
berikutnya. Tenaga kerja tetap, termasuk didalamnya tenaga kerja
manajerial berjumlah 8 orang dengan upah Rp 500.000 per orang per bulan.
Dari hasil survei, pemilik usaha pembibitan tanaman buah-buahan sekaligus
bertindak sebagai tenaga kerja manajerial yang gajinya sama dengan tenaga
kerja tetap. Asumsi dan parameter yang digunakan dalam analisis keuangan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1
Tabel 5.1.
Asumsi Analisis Keuangan
No Asumsi Satuan Jumlah
1 Periode proyek Tahun 3
Luas lahan pembibitan durian, mangga
2 Hektar 1
dan rambutan
Kebutuhan batang bawah durian,
3 Bibit 110.000
mangga dan rambutan per musim
Kebutuhan mata tempel durian, mangga
4 Buah 140.000
dan rambutan per musim
Produksi bibit hasil okulasi durian,
5 Bibit 70.000
mangga dan rambutan per musim
6 Harga jual bibit
a. Durian Kani Rp/bibit 4.000
b. Mangga : • Arumanis Rp/bibit 2.500
• Lalijiwa Rp/bibit 3.000
c. Rambutan Binjai, Rapiah dan Lebak
Rp/bibit 2.000
Bulus
7 Penjualan bibit hasil okulasi
a. Tahun pertama Bibit 56.000
b. Tahun kedua Bibit 67.200
27
c. Tahun ketiga Bibit 69.440
d. Sisa Penjualan Bibit 17.360
8 • Hari kerja per bulan Hari 25
• Bulan kerja per tahun Bulan 12
9 Penggunaan tenaga kerja
• Tenaga manajerial Orang
• Tenaga kerja tetap Orang 8
• Tenaga kerja borongan Orang 15
10 Upah tenaga kerja
• Tenaga kerja tetap Rp/orang/hari 20.000
• Tenaga kerja borongan Rp/bibit 100
11 Sarana produksi
• Plastik Bal 33
• Karung/keranjang Buah 70.000
• Pestisida Liter 40
• Pupuk urea Kg 400
• Pupuk kandang Ton 20
12 Harga sarana produksi
• Biji batang bawah durian, mangga dan
Rp/buah 150
rambutan
• Mata tempel
a. Durian Rp/buah 70
b. Mangga Rp/buah 125
c. Rambutan Rp/buah 70
• Plastik Rp/bal 4.000
• Karung/keranjang Rp/buah 100
• Pestisida Rp/liter 60.000
• Pupuk urea Rp/kg 1.100
• Pupuk kandang Rp/ton 200.000
13 Biaya sertifikasi bibit Rp/bibit 165
14 Bunga Kredit Modal Kerja Persen 15,75
28
Proporsi kredit dan dana sendiri untuk
15
Modal Kerja
• Kredit Persen 35
• Dana sendiri Persen 65
16 Jangka waktu pinjaman Tahun 1
Sumber: Lampiran 1
Tabel 5.2.
Jadwal Kegiatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
No Bulan Uraian Kegiatan
1 Desember Pengolahan tanah
2 Januari Pembuatan bedengan
3 Februari Penyemaian biji untuk batang bawah sebanyak 100.000 biji
4 Maret-Juni Pemeliharaan batang bawah
Okulasi tahap I sebanyak 100.000 mata tempel untuk
100.000batang bawah. Dengan tingkat keberhasilan 60% maka
5 Juli
jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi sebanyak
60.000 bibit
Okulasi tahap II sebanyak 40.000 mata tempel untuk
40.000batang bawah. Dengan tingkat keberhasilan 50% maka
6 Agustus jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi sebanyak
20.000 bibit. Jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi
tahap I dan II yaitu 80.000 bibit
September- Pemeliharaan bibit hasil okulasi. Pada tahap ini
7
Desember diperkirakanjumlah kematian bibit sebanyak 10.000 bibit
Panen terdiri dari pendongkeran dan pengangkutan bibit
8 Januari hasilokulasi sebanyak 70.000 bibit (tingkat keberhasilan sampai
dengan panensebesar 70%)
29
b. Biaya
Biaya Investasi
Tabel 5.3.
Kebutuhan Biaya Investasi Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
No Uraian Jumlah Biaya (Rp)
1 Perijinan 1.000.000
2 Sewa Lahan 1 Hektar 36.000.000
3 Bangunan dan Peralatan
a. Bangunan 25.620.000
b. Peratalan 3.000000
Jumlah 62.620.000
Biaya Operasional
30
cost) yang terdiri dari biaya bahan baku, sarana produksi, tenaga kerja
borongan dan biaya sertifikasi bibit. Selain biaya tidak tetap, biaya
operasional juga meliputi juga biaya overhead yang merupakan biaya tetap
yang harus dikeluarkan setiap bulannya dan sifatnya tidak langsung. Biaya
overhead meliputi biaya listrik, biaya telepon dan tenaga kerja tetap.
Tabel 5.4.
Kebutuhan Biaya Operasional per Tahun
No Uraian Jumlah Biaya (Rp)
1 Biaya Variabel
a. Biaya bahan baku 44.340.000
b. Biaya saprotan 13.972.000
c. Tenaga kerja borongan 26.000.000
d. Biaya sertifikasi bibit 11.550.000
2 Biaya Overhead
a. Biaya listrik 600.000
b. Biaya telepon 1.200.000
c. Biaya tenaga kerja tetap 48.000.000
Jumlah 131.162.000
Upah tenaga kerja tetap yang terlibat dalam usaha ini tidak mengalami
kenaikan karena menyesuaikan dengan upah minimum provinsi. Tenaga
kerja borongan bersifat tidak tetap yang diupah Rp 100 untuk setiap bibit
sehingga besarnya upah tidak tergantung jumlah tenaga kerja yang
digunakan. Kegiatan yang dilakukan tenaga kerja borongan meliputi okulasi,
pendongkeran dan pengangkutan bibit ke showroom. Tenaga kerja borongan
tergantung pada jumlah produksi bibit. Biaya listrik dan telepon juga
diasumsikan tetap tiap tahunnya. Kebutuhan biaya operasional yang
dibutuhkan dalam usaha pembibitan tanaman buah-buahan per tahun secara
rinci dapat dilihat pada Lampiran 3.
31
c. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja
Dari tabel 5.5. dapat diketahui bahwa untuk kebutuhan investasi dibutuhkan
dana sebesar Rp 65.620.000 sedangkan untuk kebutuhan modal kerja
dibutuhkan dana sebesar Rp 131.162.000terdiri dari kredit modal kerja
sebesar Rp 45.906.700 atau 35% dan dana sendiri sebesar Rp 85.255.300
atau 65%.
Tabel 5.5.
Kebutuhan Modal Investasi dan Modal Kerja
No Uraian Persentase Total Biaya (Rp)
1 Dana Investasi
a. Kredit 0% 0
b. Dana Sendiri 100% 65.620.000
Jumlah Dana Investasi 65.620.000
2 Dana Modal Kerja
a. Kredit 35% 45.906.700
b. Dana Sendiri 65% 85.255.300
Jumlah Dana Modal Kerja 131.162.000
3 Total Dana Proyek
a. Kredit 23,33% 45.906.700
b. Dana Sendiri 76,67% 150.875.300
Jumlah Dana Proyek 196.782.000
Dana yang berasal dari bank yaitu KreditModal Kerja akan dikembalikan
dalam jangka waktu 1 tahun dengan bunga15,75% dengan angsuran
dibayarkan setiap bulan (Tabel 5.6.)
Tabel 5.6.
Angsuran Pokok dan Angsuran Bunga.
Periode Angsuran Angsuran Bunga Total Angsuran Saldo Akhir
32
Pokok
45.906.700
Bulan 1 3.825.558 602.525 4.428.084 42.081.142
Bulan 2 3.825.558 552.315 4.377.873 38.255.583
Bulan 3 3.825.558 502.105 4.327.663 34.430.025
Bulan 4 3.825.558 451.894 4.277.452 30.604.467
Bulan 5 3.825.558 401.684 4.227.242 26.778.908
Bulan 6 3.825.558 351.476 4.177.032 22.953.350
Bulan 7 3.825.558 301.263 4.126.821 19.127.792
Bulan 8 3.825.558 251.052 4.076.611 15.302.233
Bulan 9 3.825.558 200.842 4.026.611 11.476.675
Bulan 10 3.825.558 150.631 3.976.190 7.651.117
Bulan 11 3.825.558 100.210 3.925.979 3.825.558
Bulan 12 3.825.558 50.210 3.875.769 0
Total 1
45.906.700 3.916.415 49.823.115
Tahun
Bibit tanaman durian, mangga dan rambutan diproduksi setahun sekali. Total
kehilangan hasil pembibitan diasumsikan 30% dan sama setiap tahunnya
sehingga jumlah total produksi bibit tiap tahun 70.000 bibit terdiri dari durian
Kani 24.500 bibit, mangga 14.000 bibit terdiri dari Arumanis 10.500 bibit dan
Lalijiwa 3.500 bibit, rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah masing-masing
10.500 bibit sebagaimana terlihat pada Tabel 5.7.
Bibit yang dihasilkan berukuran 30-40 cm dan dijual secara borongan dengan
harga jual bibit durian Kani Rp 4000/bibit, mangga Arumanis Rp 2500/bibit
dan mangga Lalijiwa Rp 3000/bibit. Sedangkan untuk rambutan baik itu
rambutan Binjai, Lebak Bulus maupun Rapiah dijual dengan harga Rp
2000/bibit. Jumlah bibit terjual diasumsikan 80% dari total produksi bibit dan
bibit yang tidak terjual dapat dijual kembali pada tahun berikutnya. Pada
tahun ke-1, bibit yang terjual adalah 56.000 dari produksi 70.000 bibit
sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp 158.200.000. Pada tahun ke-2,
bibit yang terjual adalah 67.200 bibit dari produksi 70.000 bibit ditambah
sisa produksi bibit tahun pertama sehingga diperoleh pendapatan Rp
189.840.000. Pada tahun ke-3, bibit yang terjual adalah 69.440 bibit dari
33
produksi 70.000 bibit ditambah sisa produksi bibit tahun kedua sehingga
diperoleh pendapatan Rp 196.168.000. Secara rinci proyeksi produksi dan
pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 6.
Tabel 5.7.
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
Produksi (bibit)
a. Durian Kani 24.500 24.500 24.500
b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa 14.000 14.000 14.000
c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus
31.500 31.500 31.500
dan Rapiah
Jumlah 70.000 70.000 70.000
Pendapatan
Bibit :
a. Durian Kani 19.600 23.520 24.304
b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa 11.200 13.440 13.888
c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus
25.200 30.240 31.248
dan Rapiah
Jumlah 56.000 67.200 69.440
Nilai (Rupiah)
a. Durian Kani 78.400.000 94.080.000 97.216.000
b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa 29.400.000 35.250.000 36.456.000
c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus
50.400.000 60.480.000 62.946.000
dan Rapiah
Jumlah 158.200.000 189.840.000 196.168.000
34
meningkat dari tahun ke tahun hingga tahun ketiga memperoleh keuntungan
bersih Rp 37.235.100 dengan profit on sales sebesar 18,98% dan BEPRp
121.317.074 (Tabel 5.8.)
Tabel 5.8.
Proyeksi Laba Rugi Usaha dan Break Even Point per Tahun
No Uraian Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3
A Total Pendapatan 158.200.000 189.840.000 198.168.000
B Total Pengeluaran 156.278.415 152.362.000 152.362.000
C L/R Sebelum Pajak 1.921.585 37.478.000 43.806.000
D Pajak (15%) 288.238 5.621.700 6.570.900
E Laba Setelah Pajak 1.633.347 31.856.300 37.235.100
F Profit on Sales 1,03% 16,78% 18,98%
G BEP : Rupiah 154.243.693 124.252.291 121.317.074
35
Tabel 5.9.
Kelayakan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
No KriteriaKelayakan Nilai Justifikasi Kelayakan
1 NPV (15,75%) Rp 34.769.916 >0
2 IRR 41,93% > 15,75%
3 Net B/C Ratio 1,53 > 1,00
4 PBP (Tahun) 2,08 <3
f. Analisis Sensivitas
36
Tabel 5.10.
Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario I
Pendapatan Turun
No Kriteria Kelayakan
8% 9%
1 NPV (15,75%) Rp 2.381.228 - Rp 1.667.358
2 IRR 17,62% 14,43%
3 Net B/C Ratio 1,04 0,97
4 PBP (Tahun) 2,91 3,06
Tabel 5.11.
Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario II
Biaya Variabel Naik
No Kriteria Kelayakan
18% 19%
1 NPV (15,75%) Rp 1.743.247 - Rp 91.568
2 IRR 17,10% 15,68%
3 Net B/C Ratio 1,03 1,00
4 PBP (Tahun) 2,94 3,00
37
besar dari tingkat suku bungayang berlaku, Net B/C Ratio berada di atas 1
dan PBP sebesar 2,94tahun. Tetapi pada kenaikan biaya variabel sampai
19% proyek ini tidaklayak dilaksanakan karena nilai NPV negatif, IRR berada
di bawahtingkat suku bunga yang berlaku.
Tabel 5.12.
Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario III
Pendapatan Turun dan Biaya Variabel Naik
No Kriteria Kelayakan
5% 6%
1 NPV (15,75%) Rp 5.352.911 - Rp 530.490
2 IRR 19,92% 15,33%
3 Net B/C Ratio 1,08 0,88
4 PBP (Tahun) 2,81 3,02
38
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan
b. Dampak Lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara sampai saat ini belum diketahui secara pasti
dampak negatif yang disebabkan dari usaha ini. Menurut masyarakat sekitar
usaha ini berdampak positif bagi lingkungan sekitar terutama sekitar
showroom karena lingkungan menjadi asri dan indah.
39
7. Penutup
a. Kesimpulan
40
24%, dengan asumsi biaya investasi, biaya tetap dan pendapatan
adalah tetap. Pada tingkat kenaikan biaya variable tersebut proyek
ini tidak layak untuk dilaksanakan.
9. Analisis sensitivitas terhadap perubahan pendapatan sekaligus
kenaikan biaya variabel menunjukkan bahwa proyekini sensitif
terhadap penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variable sampai
dengan 8% dengan asumsi biaya tetap dan biaya investasi
tetap.Pada tingkat penurunan pendapatan dan kenaikan biaya
variabel sampai 8%, proyek ini tidak layak untuk dilaksanakan.
10. Hasil analisis keuangan tersebut menunjukkan bahwa pembibitan
tanaman buah-buahan merupakan proyek yangmenguntungkan,
antara lain bagi penangkar, masayarakat dan pedagang. Disamping
secara sosial memiliki manfaat, secara ekonomi usaha ini
jugamemiliki masa depan yang cerah dan layak dibiayai perbankan.
11. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan memberikan usaha
tambahan yakni kebun buah bagi penangkar dan peluang kerja dan
usaha bagi masyarakat setempat.
12. Usaha pembibitan tidak menimbulkan pencemaran dan limbah
berbahaya
41