BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id
DAFTAR ISI
1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2
2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan ................................ ............... 4
a. Profil Usaha................................ ................................ ............... 4
b. Pola Pembiayaan................................ ................................ ........ 6
3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ........ 8
a. Permintaan & Penawaran................................ ............................. 8
b. Pasar dan Harga ................................ ................................ ........ 9
c. Pemasaran ................................ ................................ .............. 11
4. Aspek Produksi ................................ ................................ ..........14
a. Lokasi & Fasilitas ................................ ................................ ..... 14
b. Bahan Baku & Tenaga Kerja................................ ....................... 16
c. Teknologi ................................ ................................ ................ 17
d. Penanaman ................................ ................................ ............. 19
e. Proses Produksi ................................ ................................ ....... 24
5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........26
a. Asumsi ................................ ................................ ................... 26
b. Biaya ................................ ................................ ..................... 30
c. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja ................................ .......... 32
d. Produksi dan Pendapatan ................................ .......................... 33
e. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ................................ ..... 34
f. Analisis Sensivitas ................................ ................................ .... 36
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 39
a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ............................... 39
b. Dampak Lingkungan ................................ ................................ . 39
7. Penutup ................................ ................................ ..................... 40
a. Kesimpulan ................................ ................................ ............. 40
b. Saran ................................ ................................ ..................... 41
LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 42
1. Pendahuluan
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan adalah usaha memperbanyak
tanaman buah-buahan dengan menggunakan perbanyakan secara vegetatif
seperti stek, cangkok, okulasi (tempel), grafting (sambung) dan kultur
jaringan. Keuntungan perbanyakan secara vegetatif antara lain sifat tanaman
yang sesuai dengan sifat tanaman induknya, mempercepat tanaman berbuah
atau memperpendek masa juvenil(masa tanaman belum menghasilkan).
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan banyak terdapat di Indonesia,
sebagai contoh Majalengka terkenal sebagai sentra produksi bibit mangga,
rambutan dan jeruk, Lampung terkenal sebagai sentra produksi bibit
rambutan dan Bogor terkenal sebagai sentra produksi bibit durian. Untuk
Kawasan Indonesia Tengah, Bali merupakan salah satu sentra produksi bibit
tanaman buah-buahan. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan yang terus
berkembang ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pekebun buah
terhadap bibit buah-buahan sehingga produksi buah meningkat dan dapat
memenuhi konsumsi buah dalam negeri.
Tabel 1.1.
Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Sampai Tahun 2015
Tahun
Populasi
(juta) *
Peningkatan
Konsumsi
Total
Konsumsi per 5
/Kapita
Konsumsi
Tahun (%) **
(kg)
(ribu ton)
30,00
6.000
1995
200
2000
213
30,5
36,76
7.000
2005
227
32,5
45,70
10.375
2010
240
34,5
57,92
13.900
2015
254
44,5
78,74
20.000
Sumber : * BPS, ** Departemen Pertanian (1992)
Tabel 2.1.
Luas Areal Tanam dan Produksi Bibit Berlabel di Kabupaten Buleleng Bali
Tahun
2000
5,65
431.776
2001
4,61
143.568
2002
5,99
316.858
2003
5,98
399.092
2004
17,20
217.315
2005*
22,87
281.288
Sumber : Dinas Pertanian Kab. Buleleng Bali, 2005
Keterangan : * Data sementara
Pada Tabel 2.1. menunjukkan perkembangan luas areal tanam dan produksi
bibit berlabel dari tahun 20002005 di Kecamatan Sawan dan
Kabutambahan. Luas areal tanam usaha pembibitan tanaman buah-buahan
dari tahun 2000 hingga tahun 2005 cenderung terus meningkat. Pada tahun
2000 luas areal tanam sekitar 5,65 ha dan pada tahun 2005 luas areal tanam
meningkat menjadi 22,87 ha. Peningkatan luas areal tanam ini ternyata tidak
diikuti oleh peningkatan produksi bibit berlabel. Pada tahun 2000, produksi
bibit berlabel mencapai 431.776 bibit dan cenderung terus berkurang pada
tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2005, produksi bibit berlabel hanya
mencapai 281.288 bibit.
Penurunan produksi ini mungkin dikarenakan mahalnya biaya sertifikasi bibit
yaitu Rp 165 per bibit, sehingga bibit yang diproduksi tidak semuanya
berlabel. Biaya sertifikasi bibit terdiri dari biaya pemeriksaan lapang untuk
pemeriksaan batang bawah Rp 5 per bibit, untuk bibit yang dinyatakan lulus
dan telah diokulasi, dikenakan biaya tambahan Rp 45 per bibit dan biaya
untuk pembelian label yang terbuat dari plastik sebesar Rp 115 per bibit.
Selain karena biaya sertifikasi yang mahal, faktor lain yang menyebabkan
penurunan produksi bibit berlabel adalah ketersediaan mata tempel dan biji
batang bawah yang bersertifkat dari Instansi Penyelenggara Sertifikasi tidak
mencukupi kebutuhan penangkar pada saat musim tanam. Akibatnya
penangkar menggunakan batang bawah dan batang atas yang tidak
bersertifikat.
Untuk menghasikan bibit berlabel, makadiperlukan mata tempel yang telah
lulus sertifikasi dari InstansiPenyelenggara Sertifikasi dan berasal dari pohon
induk yang telahdiobservasi dan telah dilepas varietasnya oleh Menteri
Pertanian. Bijiatau seedling yang digunakan sebagai batang bawah harus
berasal daripohon induk yang telah dideterminasi oleh Instansi
PenyelenggaraSertifikasi
dan
dinyatakan
layak
sebagai
pohon
induk/penghasil benihsumber. Namun, jumlah mata tempel dan biji untuk
batang bawahbersertifikat yang tersedia sangat terbatas, sehingga
3. Aspek Pemasaran
a. Permintaan & Penawaran
- Permintaan
Berdasarkan hasil survei pada usaha pembibitan tanaman buah-buahan di
Kabupaten Buleleng (Tabel 3.1.), dapat diketahui bahwa 90% bibit tanaman
buah dipasarkan di luar Propinsi Bali dan hanya 10 % yang dipasarkan di
dalam provinsi, sedangkan untuk ekspor tidak ada. Permasaran bibit di luar
provinsi sebagian besar berada di Kawasan Indonesia Tengah seperti
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, NTB dan NTT,
sedangkan bibit yang dipasarkan di pulau Jawa hanya sebagian kecil saja.
Tabel 3.1.
Daerah Penjualan Bibit Tanaman Buah
Daerah
Nama Daerah
Penjualan
Dalam Kabupaten
Luar Kabupaten
Buleleng
Tabanan, Gianyar, Badung,
Karangasem, Klungkung, Negara
Luar Provinsi
Persentase
2%
8%
90%
Tabel 3.2.
Luas Areal Tanam Kebun Buah di Indonesia (ha)
Tahun
Durian
Mangga
Rambutan
2000
23.021
44.185
48.158
2001
49.812
44.208
63.463
2002
41.033
184.659
69.071
2003
53.770
158.894
90.928
2004
55.536
170.811
105.185
2005
57.301
182.728
Sumber : www.deptan.go.id
Keterangan : * Data estimasi
119.441
Penawaran
Penawaran bibit tananam buah dapat didekati dengan jumlah produksi bibit.
Menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng (Tabel 2.1), pada tahun
2005 penawaran bibit tanaman buah berlabel di wilayah ini berjumlah
281.288 bibit terdiri dari durian 105.879 bibit, rambutan 141.282 bibit dan
mangga 34.127 bibit. Dengan asumsi bahwa 1 ha kebun mangga
membutuhkan 300 bibit, 1 ha kebun durian membutuhkan 100 bibit dan 1 ha
kebun rambutan membutuhkan 300-500 bibit maka jika melihat Tabel 3.2.,
jumlah bibit tanaman buah berlabel buah di wilayah ini masih kurang untuk
mencukupi luas areal kebun buah di Indonesia.
b. Pasar dan Harga
Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan pasar bibit tanaman buah di Kabupaten Buleleng belum terasa
menyulitkan para penangkar bibit saat ini. Penangkar bibit bersertifikat
umumnya tidak takut kehilangan pelanggan karena bibit yang dijual adalah
bibit berlabel dan terjamin kualitasnya. Jumlah penangkar bibit bersertifikat
di wilayah Buleleng cukup banyak namun persaingan tidak terlihat. Hal ini
disebabkan adanya sistem kekeluargaan yang terjalin erat antar sesama
penangkar. Sebagai contoh apabila terdapat permintaan dalam jumlah besar
dan tidak dapat dipenuhi oleh penangkar maka penangkar tersebut akan
meminta suplai dari penangkar lain.
Menurut para penangkar, bibit tanaman buah di wilayah Buleleng masih
diminati oleh konsumen. Bibit yang diproduksi penangkar umumnya terjual
70-100% dari total produksi bibit dan apabila terdapat bibit yang tidak
terjual pada tahun tersebut, bibit masih dapat dipasarkan pada tahun
berikutnya.
Seperti telah dijelaskan pada Tabel 1.1. di atas bahwa permintaan buah pada
tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 14 juta ton dan pada tahun 2015
diperkirakan akan mencapai 20 juta ton. Jumlah ini harus dipenuhi oleh
produksi buah dalam negeri. Sebagai gambaran, menurut BPS produksi buah
Indonesia pada tahun 2001 mencapai 9,96 juta ton, apabila kerusakan pasca
panen hanya 20 % (perkiraan yang sangat optimis) dan ekspor buah 80 ribu
ton maka buah yang mencapai meja makan adalah 7,17 juta ton, ditambah
buah impor sebanyak 233 ribu ton. Jadi buah yang tersedia mencapai 7,40
juta ton masih jauh dari total konsumsi buah nasional.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dilakukan
penambahan luas areal tanam dan peningkatan mutu buah dengan cara
penggunaan bibit berlabel. Namun jumlah penangkar bibit yang bersertifikat
belum banyak, sebagai gambaran dapat dilihat pada lampiran 16, mengenai
jumlah penangkar bibit yang mendapatkan pembinaan dari Departemen
Pertanian RI. Oleh karena itu peluang pasar untuk usaha pembibitan
tanaman buah-buahan saat ini cukup terbuka lebar.
Harga
Harga bibit tanaman buah-buahan ditentukan oleh tinggi tanaman dan
sistem penjualan, eceran atau borongan. Semakin tinggi tanaman maka
semakin mahal harga jualnya. Sebagai contoh harga jual bibit mangga
Arumanis ukuran 30-40 cm adalah Rp 2500 sedang untuk bibit ukuran 60-70
cm harganya dapat mencapai Rp 7500. Apabila sistem penjualan bibit
tanaman buah-buahan secara eceran maka harga bibit dapat meningkat
sampai tiga kali lipat dibandingkan borongan/partai besar. Konsumen yang
membeli eceran adalah konsumen perorangan dan konsumen yang membeli
borongan/partai besar adalah pedagang (pengecer, perantara).
Berdasarkan hasil penelitian, pada tahun 2005 harga jual bibit secara
borongan diambil secara rata-rata, untuk durian Kani ukuran 30-40 cm dijual
Rp 4000 per bibit, mangga Arumanis ukuran 30-40 cm dijual Rp 2500 per
bibit dan mangga Lalijiwa ukuran 30-40 cm dijual Rp 3500 per bibit
sedangkan rambutan baik itu Binjai, Rapiah maupun Lebak Bulus ukuran 3040 cm dijual Rp 2000 per bibit.
10
Tabel 3.3.
Perkembangan Harga Jual Bibit Tanaman Buah-buahan
Ukuran 30-40 cm dari tahun 2000-2005
Harga Jual Bibit (dalam rupiah) pada
Tahun
Komoditi
Durian Kani
2000
2001
2002
2003
2004
2005
5.000
2.500
3.500
3.500
5.000 4.000
2.000
2.000
2.000
3.000
3.000 2.500
3.500
3.500
3.500
3.500
3.000 3.500
1.800
1.800
1.750
1.500
1.500 2.000
1.800
1.800
1.750
1.500
1.500 2.000
1.800
1.800
1.750
1.500
1.500 2.000
Mangga
Arumanis
Lalijiwa
Rambutan
Binjai
Rapiah
Lebak Bulus
c. Pemasaran
Jalur Pemasaran Produk
Dalam hal pemasaran produk, pemasaran bibit tanaman buah tidak
menemukan kendala. Penangkar umumnya tidak melakukan promosi. Hal ini
dikarenakan pembeli biasanya datang sendiri ke penangkar atau meminta
bantuan kepada Dinas Pertanian untuk mencarikan penangkar bibit tanaman
buah.
11
Pemasaran bibit tanaman buah dilakukan melalui dua cara, yaitu penjualan
secara langsung ke konsumen (perorangan) dan penjualan melalui pedagang
(perantara, pengecer) kemudian ke konsumen (lembaga, perusahaan,
kelompok atau perorangan). Penjualan sebagian besar melalui pedagang
(perantara, pengecer) dan hanya sebagian kecil saja yang dijual secara
langsung ke konsumen. Penjualan secara langsung ke konsumen dilakukan
penangkar dari showroom yang umumnya berada di pinggir jalan. Bibit yang
dijual umumnya melewati karantina dari BPSB terlebih dahulu agar bibit
tersebut memperoleh label dan terjamin mutunya.
Sistem pembayaran dilakukan secara kontan atau cicilan tergantung dari
kesepakatan.
Namun
umumnya
penangkar
menggunakan
sistem
pembayaran kontan. Hal ini dikarenakan pengalaman buruk yang menimpa
penangkar. Untuk pembayaran cicilan, penangkar mensyaratkan kepada
calon pembeli untuk memberikan uang muka 50 % dari total penjualan bibit
dan sisanya harus dibayar lunas saat barang tiba di calon pembeli.
(a) Transportasi pemasaran dalam Bali (b) Transportasi pemasaran di luar Bali
Foto 3.1.
Sistem transportasi pemasaran bibit di dalam Bali hanya menggunakan
kendaraan pick up karena kecilnya pesanan (a), sedangkan gambar (b)
pemasaran bibit di luar pulau yang menggunakan truk
12
Kendala Pemasaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan penangkar bibit, masalah yang
dihadapi adalah ketergantungan pemasaran bibit terhadap order/pesanan.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sebagian besar pemasaran bibit
melalui pedagang pengecer/pedagang perantara dan hal ini menimbulkan
kesulitan-kesulitan lain. Kesulitan tersebut antara lain harga jual bibit yang
tidak ditentukan oleh penangkar tetapi oleh pedagang. Selain itu informasi
permintaan yang diterima tidak langsung ke penangkar tetapi melewati
pedagang pengecer/pedagang perantara terlebih dahulu.
Hal-hal tersebut seringkali menjadi kendala bagi sebagian penangkar
mengenai kelanjutan usaha di masa-masa yang akan datang apabila terjadi
penurunan jumlah pesanan. Seperti diketahui bahwa bibit tanaman buah
yang dijual secara langsung kepada pembeli di showroom hanya berkisar
10%.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pembentukan asosiasi penangkar bibit
perlu dilakukan, meskipun terdapat sistem kekeluargaan antar penangkar
namun keterikatan tersebut tidak tertulis dan tidak mempunyai kekuatan
hukum. Asosiasi berfungsi menyediakan informasi mengenai permintaan bibit
dan perkembangan harga bibit buah-buahan, mengadakan promosi untuk
memperkenalkan penangkar bibit kepada pembeli melalui pameran, bazar
atau media lainnya.
13
4. Aspek Produksi
a. Lokasi & Fasilitas
Lokasi Usaha
Lokasi usaha pembibitan tanaman buah-buahan dipengaruhi oleh faktor
ketersediaan air sepanjang tahun dan ketersediaan pohon induk penghasil
mata tempel untuk batang atas dan biji untuk batang bawah. Ketersediaan
air mutlak diperlukan untuk pembibitan karena bibit tanaman sangat
memerlukan air untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Penangkar bibit umumnya mempunyai sendiri pohon induk penghasil mata
tempel sedang biji batang bawah diperoleh dari pedagang biji atau
penangkar membeli dari petani buah di sekitar lokasi usaha pembibitan
Fasilitas Produksi dan Peralatan
Fasilitas produksi usaha pembibitan tamanan buah-buahan yaitu lahan
pembibitan, biasanya berada pada lahan terbuka seperti di sawah dan
showroom yang terletak di tepi jalan raya, terpisah dari lokasi pembibitan.
Luas showroom biasanya kecil hanya lebih kurang 10% dari lokasi
pembibitan. Showroom merupakan bangunan tempat memamerkan bibit
tanaman buah, biasanya berupa dangau tanpa dinding yang beratapkan daun
kelapa dengan rangka terbuat dari bambu.
Fasilitas produksi lainnya yakni kebun buah yang berfungsi sebagai pohon
induk penghasil mata tempel dan juga dapat berfungsi sebagai sumber mata
pencaharian tambahan. Pohon induk tersebut adalah pohon induk (tanaman
buah) yang telah diobservasi dan varietasnya telah dilepas oleh Menteri
Pertanian serta layak sebagai penghasil mata tempel. Kelayakan pohon induk
penghasil mata tempel meliputi keadaan pohon induk dan perkiraan jumlah
mata tempel. Pohon tersebut merupakan pohon induk utama yang akan
diperbanyak secara vegetatif dan sumber penghasil mata tempel atau bahan
sambung untuk perbanyakan selanjutnya.
Pohon induk yang dimiliki penangkar berjumlah banyak, sebagai contoh
jumlah pohoh induk yang dimiliki salah satu penangkar di Kecamatan Sawan
terdiri dari 20 pohon durian Kani, 3 pohon mangga Arumanis, 4 pohon
mangga Lalijiwa dan rambutan masing-masing 5 pohon untuk Binjai, Rapiah
dan Lebak Bulus. Ada pula penangkar di Kecamatan Kabutambahan yang
memiliki 50 pohon induk mangga terdiri dari 40 pohon mangga Arumanis dan
10 pohon mangga Lalijiwa. Mata tempel yang diproduksi tergantung dari
umur pohon, besarnya kanopi/luas tajuk tanaman dan kesuburan tanah.
Untuk pohon yang berumur 5-6 tahun dan luas kanopi/tajuk 2-3 m dapat
menghasilkan lebih kurang 3000 mata tempel.
14
(a)
(b)
Foto 4.1.
Pohon induk tunggal yang digunakan penangkar sebagai sumber mata tempel
(a) Pohon induk durian Kani (b) Pohon induk rambutan Lebak Bulus.
(a)
(b)
Foto 4.2.
Peralatan untuk okulasi dan pendongker: (a) Gunting (atas) dan pisau okulasi
(bawah) peralatan penting untuk okulasi, (b) Pendongker, alat yang
15
16
kerja tidak tetap yakni masyarakat sekitar dengan jumlah tenaga kerja
berkisar antara 15-20 orang.
Tenaga kerja tetap/keluarga biasanya melibatkan kedua orang tua dan anakanaknya yang telah dewasa. Selain tenaga kerja keluarga juga digunakan
tenaga kerja tidak tetap/borongan yang berasal dari luar keluarga. Tenaga
kerja keluarga digunakan untuk kegiatan pemasaran seperti menjaga
showroom dan kegiatan pengolahan tanah, pembuatan bedengan/guludan,
penanaman biji/penyemaian dan pemeliharaan tanaman, sedangkan tenaga
kerja borongan biasanya untuk kegiatan okulasi, pendongkeran dan
pengangkutan bibit ke showroom
c. Teknologi
Pembibitan tanaman buah-buahan umumnya dilakukan selama setahun (satu
musim tanam). Budidaya pembibitan tanaman buah-buahan dapat dibagi dua
teknik yaitu pembibitan di polybag dan pembibitan secara konvensional yakni
pembibitan di lahan. Tahap pembibitan di polybag adalah sebagai berikut :
1. Persiapan media tanam : media tanam yang digunakan sangat
beragam. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu penangkar
bibit di daerah Bogor, media tanam yang digunakan adalah campuran
serbuk kayu atau kompos, pupuk kandang dan guano, dengan
perbandingan 1:1:1 satuan volume. Media tanam tersebut dicampur
merata dan dimasukkan ke dalam polybag bervolume sekitar 40 liter.
Polybag diletakkan di bawah naungan seperti di bawah paranet atau di
bawah pohon besar.
2. Persiapan bibit batang bawah : biji untuk batang bawah disemaikan
dulu di bedengan, sesudah biji berkecambah, tiap-tiap bibit ditanam di
polybag yang telah tersedia, satu bibit satu polybag.
3. Okulasi : sesudah bibit batang bawah berumur 46 bulan dapat
dilakukan okulasi. Setelah 46 bulan berikutnya atau sesudah daun
tanaman okulasi tua (warna daun hijau tua) bibit sudah dapat dijual.
Teknik pembibitan di polybag memiliki keuntungan yaitu waktu okulasi tidak
mengenal musim, lebih mudah dilakukan, efektif dan cepat menghasilkan
bibit jual. Kendalanya, teknik pembibitan ini membutuhkan biaya yang lebih
banyak.
Teknik pembibitan yang lain adalah teknik pembibitan secara konvensional
yakni pembibitan di lahan terbuka seperti sawah. Teknik ini banyak dilakukan
oleh penangkar di daerah Buleleng. Keuntungan teknik ini adalah biaya yang
diperlukan lebih murah, sedang kendalanya adalah pada saat okulasi yang
hanya dilakukan saat musim-musim tertentu saja.
17
18
d. Penanaman
19
ditutup kembali dengan tanah. Satu-dua minggu kemudian biji akan tumbuh
dan untuk biji yang tidak tumbuh dilakukan penyulaman.
Pemeliharaan
Agar bibit okulasi nantinya bisa menjadi tanaman yang sehat, maka batang
bawah sebaiknya dipelihara dengan baik. Pemeliharaan terdiri dari
penyiangan, pemangkasan, pemupukan urea, pengairan dan pengendalian
Hama Penyakit Tanaman (HPT). Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tinggi tanaman sekitar 20 cm dengan tangan atau dengan alat bantu
cangkul/kored. Hal ini dilakukan untuk menghindari persaingan nutrisi antara
tanaman dan gulma.
Pemupukan dimulai saat umur tanaman 1-2 bulan setelah penanaman biji
dan dilanjutkan 1-2 bulan setelah okulasi. Urea yang diperlukan sebanyak
400 kg/ha. Pada tahap awal pemupukan buatlah alur melingkari tanaman.
Garis tengah alur disesuaikan dengan lebarnya tajuk bibit. Kedalaman alur
dibuat 2-3 cm. Pengairan dilakukan setiap hari apabila tidak turun hujan. Biji
yang baru ditanam membutuhkan pengairan satu kali sehari, tapi tanah tidak
boleh tergenang terlalu lama atau sampai terlalu basah.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terkendali sampai
tanaman siap panen atau transplanting. Jenis pestisida yang digunakan
adalah acinol, colatrol dan dushband dengan jumlah total sebanyak 40 liter
per ha.
Hal yang lebih penting batang bawah jangan sampai memiliki cabang di
bawah ketinggian 30 cm. Cara mengatasinya dengan melakukan
pemangkasan bila ada tunas yang tumbuh di bagian tersebut. Dan juga perlu
dijaga agar batang tetap tegak lurus sehingga akan memudahkan
pengokulasian dan akan diperoleh bentuk batang okulasi yang baik.
Okulasi
Tempel atau enten atau okulasi (bahasa Belanda) atau budding (bahasa
Inggris) melibatkan menyatunya bagian-bagian tanaman dengan jalan
regenerasi, yang berhasil mencapai penyatuan fisik dan tumbuh menjadi
satu tanaman tunggal. Bagian yang memberi akar disebut batang bawah
(rootstock) dapat berupa sepotong akar atau tanaman utuh, bagian yang
ditambahkan disebut batang atas (scion atau entrijs) berupa mata tempel.
Syarat batang bawah yang siap diokulasi adalah pertumbuhan batang bawah
tegak dan lurus, tinggi batang 30-50 cm, jumlah ruas 8-10 ruas untuk
rambutan, 2 ruas untuk mangga dan durian dan kesehatan tanaman bebas
hama dan penyakit utama. Umur dari semai 6-8 bulan. Syarat mata tempel
yakni asal mata tempel pohon induk yang telah ditetapkan, varietas telah
dilepas, kondisi pohon induk sehat dan bebas hama dan penyakit utama,
tinggi penempelan 20-30 cm dari permukaan tanah.
20
Secara umum okulasi terdiri dari pengirisan batang bawah, pengambilan dan
penyisipan mata, pengikatan tempelan dan pemotongan batang bawah.
Waktu yang baik untuk melakukan okulasi adalah pada saat kulit batang
bawah maupun batang atas muda dikelupas dari kulitnya. Saat ini terjadi
pada waktu pembelahan sel dalam kambium berlangsung secara aktif. Setiap
tanaman mempunyai waktu pembelahan yang berbeda, ada yang aktif di
musim kemarau atau saat musim hujan.
Untuk tanaman durian, mangga dan rambutan okulasi dilakukan saat musim
kemarau (Juni-Agustus). Hal ini untuk menghindari jamur/cendawan. Sebab
jika okulasi dilakukan saat musim hujan maka mata tempel yang ditempel
akan musnah terserang jamur/cendawan sehingga okulasi gagal. Kulit
batang bawah disayat, tepat di atas matanya ( 1 cm). Dipilih mata tempel
yang berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
Adapun urutan okulasi adalah :
1. Pada batang bawah, dibuat sayatan melintang sepanjang 1 cm, dari
ujung irisan melintang ini kulit dikupas ke bawah sepanjang 2-3 cm
sehingga mirip lidah.
2. Kulit yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
3. Mata tempel diambil dengan cara irisan segi empat. Besarnya kulit
mata ini harus lebih kecil, karena jika ukuran kulit mata sama atau
lebih besar maka okulasi akan gagal.
4. Kulit mata yang telah dilepas dari kayunya, didalamnya ada kambium
dan di luar ada matanya, ditempelkan pada irisan batang bawah.
Setelah tempelan pas benar, kemudian diikat dengan plastik.
5. Dalam waktu 2-3 minggu kemudian ikatan dibuka. Bila matanya masih
hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat, berarti okulasi gagal dan
perlu dilakukan penyulaman.
Tingkat keberhasilan okulasi cukup rendah, sebagai contoh pada 100.000
bibit yang diokulasi hanya 60% saja yang tumbuh yaitu 60.000 bibit
sehingga perlu dilakukan penyulaman okulasi sebanyak 40.000 bibit. Pada
penyulaman ini hanya 50% yang tumbuh yaitu 20.000 bibit. Dengan
demikian total tanaman yang berhasil hidup setelah okulasi (stump) adalah
sebanyak 80.000 bibit atau 80%.
21
Pemeliharaan
Pemeliharaan setelah okulasi sama dengan pemeliharaan sebelum okulasi,
yaitu berupa penyiangan, pemangkasan, pemupukan urea, pengairan dan
pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT).
Panen/Transplanting
Panen atau transplanting dilakukan setelah stump (tanaman hasil okulasi)
berumur 6-7 bulan. Panen atau transplanting dilakukan pada Desember atau
Januari dan terdiri dari dua tahap yakni :
a. Pendongkeran
Pendongkeran adalah mencabut tanaman dari lapang dan dipindahkan ke
karung atau keranjang (Foto 4.4.). Alat yang digunakan yaitu pendongker.
Langkah-langkah pendongkeran yaitu
22
Lahan yang siap dipanen diairi terlebih dahulu selama 1-2 hari. Hal ini
dimaksudkan agar tanah dan tanaman mudah dicabut/diambil dan
ridak hancur.
Pendongker ditusuk/dimasukkan ke dalam tanah disekeliling tanaman
sedalam kurang lebih 20 cm. Baru kemudian tanaman diangkat dan
dimasukkan ke sobekan karung atau keranjang.
b. Pengangkutan
Setelah pendongkeran bibit dimasukkan ke sobekan karung atau keranjang,
kemudian karung diikat dengan tali rafia agar tanah tidak jatuh dan rusak
sehingga bibit dapat mati. Setelah itu bibit diangkut ke showroom dan
dibiarkan selama 3-4 minggu untuk adaptasi dan mengetahui kepastian
tumbuhnya baru setelah diketahui kepastian hidup bibit dapat dipasarkan
23
Pemberian label
Pemberian label dilakukan oleh BPSB Denpasar Kantor Perwakilan Singaraja
dan pengawasan dimulai mulai dari penanaman batang bawah hingga
transplanting. Tanaman hasil okulasi (stump) yang siap dilabel yaitu jumlah
cabang tunas mata tempel minimum satu jumlah daun pada mata tempel
pasca aklimatisasi 8 helai, panjang tunas mata tempel (minimum) dan atau
jumlah ruas pada tunas mata tempel yakni 30-40 cm /2 ruas, kondisi fisik
bibit sehat bebas hama dan penyakit utama, umur bibit sejak penempelan
(minimum) 6 bulan. Pemberian label dapat dilihat pada lampiran 15.
Gambar 4.6. Contoh label benih yang digunakan penangkar pada bibit
mangga Lalijiwa
e. Proses Produksi
Jenis dan Mutu Produksi
Jumlah produksi bibit tanaman buah-buahan tergantung pada iklim dan
cuaca, karena jika hujan yang terus menerus terjadi akan menyebabkan
kemunduran waktu okulasi bahkan jika dipaksakan akan menyebabkan
kegagalan okulasi dan penangkar mengalami kerugian. Selain itu luas lahan
untuk pembibitan yang digunakan penangkar umumnya sewa jadi jika lahan
pembibitan berkurang maka produksi pun menurun. Kehilangan hasil
produksi berkisar 20-30 % dan okulasi merupakan tahap yang kritis.
Menurut mutu, bibit tanaman buah-buahan dapat dibedakan berdasarkan
jenis dan tinggi tanaman. Harga bibit durian adalah yang paling mahal,
diikuti oleh mangga dan terakhir rambutan. Tinggi bibit tanaman 30-40 cm
adalah yang paling murah sedangkan tinggi bibit hingga 1 meter dapat
mencapai Rp 10.000,- per bibit untuk durian Kani. Untuk mangga baik itu
Arumanis maupun Lalijiwa ukuran bibit 60-70 cm harga bibit Rp 7500,- per
bibit, demikian juga untuk rambutan
24
Produksi optimum
Berdasarkan hasil wawancara dengan penangkar dan Dinas Pertanian,
produksi optimum pembibitan tanaman buah-buahan dengan luas satu
hektar adalah 100.000 bibit. Kapasitas produksi optimum tersebut dapat
dicapai jika tahapan-tahapan kritis dalam pembibitan tanaman buah-buahan
dapat ditekan seminimal mungkin
Kendala Produksi
Banyak faktor yang mempengarui usaha pembibitan tanaman buah-buahan
di Kecamatan Sawan dan Kabutambahan Kabupaten Buleleng yakni
ketersediaan mata tempel, ketersediaan biji atau seedling, kondisi iklim dan
cuaca pada saat okulasi dan pendongkeran. Faktor-faktor tersebut adalah
1. Ketersediaan mata tempel
Ketersediaan mata tempel mempengaruhi jenis dan jumlah produksi
bibit. Pohon induk penghasil mata tempel yang dapat tumbuh baik di
Kecamatan Sawan dan Kabutambahan adalah mangga, durian dan
rambutan.
2. Ketersediaan biji atau seedling
Ketersediaan biji atau seedling mempengaruhi jenis dan jumlah
produksi bibit. Jika jumlah biji yang diperlukan tidak tersedia maka
penangkar membatasi produksi. Penangkar umumnya membeli biji
dari pedagang biji atau penangkar membeli langsung ke petani buah.
3. Okulasi
Saat yang tepat melakukan okulasi untuk durian, rambutan dan
mangga adalah saat musim kemarau karena pada waktu tersebut
curah hujan berkurang. Saat ini akibat efek dari pemanasan global
terjadi perubahan iklim dan cuaca akibatnya petani sulit memprediksi
kapan musim kemarau akan berlangsung dan kapan musim hujan
akan berlangsung
4. Pendongkeran
Pendongkeran yang tidak hati-hati akan mengakibatkan akar akan
terputus sehingga bibit tanaman akan mati. Hujan yang terjadi ketika
pendongkeran akan menyebabkan tanah mudah runtuh/hancur
sehingga akan menyebabkan kematian bibit.
25
5. Aspek Keuangan
a. Asumsi
Pemilihan Pola Usaha
Pola usaha yang dipilih adalah pola usaha polikultur sesuai dengan pola
usaha di daerah survei dengan menggunakan teknik konvensional yakni
pembibitan di lahan sawah. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan harus
memperhatikan ketersediaan air sepanjang tahun, pohon induk penghasil
mata tempel dan biji untuk batang bawah.
Tanaman yang ditangkar yakni durian Kani, mangga Arumanis dan Lalijiwa,
rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah. Produk dari usaha ini adalah bibit
yang berlabel dengan tinggi 30-40 cm. Ukuran ini adalah ukuran untuk partai
besar/borongan. Bibit yang tidak laku terjual akan ditanam kembali dan
dapat dijual kembali bila sewaktu-waktu ada yang memerlukannya
Asumsi
Analisis keuangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan perlu dilakukan
untuk
mengetahui
gambaran
umum
mengenai
pendapatan
dan
pengeluaran/biaya, kemampuan melunasi kredit, serta kelayakan usaha
ditinjau dari beberapa kriteria kelayakan finansial seperti Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay back Period (PBP) dan Net
Benefit/Cost Ratio (Net B/C). Untuk melakukan analisis keuangan tersebut
digunakan beberapa asumsi dan parameter keuangan yang didasarkan pada
hasil pengamatan di lapangan, masukan dari instansi terkait dan pustaka
yang mendukung sehingga akan diperoleh gambaran secara utuh tentang
aspek keuangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan. Asumsi-asumsi
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.1
Pemilihan periode proyek 3 tahun disebabkan oleh umur ekonomis peralatan
yang digunakan rata-rata mencapai 3 tahun. Luas lahan pembibitan tanaman
buah-buahan adalah 1 ha terdiri dari 0,35 ha pembibitan durian; 0,20 ha
pembibitan mangga terdiri dari 2/3 mangga Arumanis dan 1/3 mangga
Lalijiwa dan 0,45 ha pembibitan rambutan (untuk Binjai, Lebak Bulus dan
Rapiah masing-masing 0,15 ha).
Biaya dalam analisis keuangan berdasarkan harga bahan baku, sarana
produksi dan upah tenaga kerja pada tahun 2004/2005 (musim tanam
2004). Harga jual bibit berdasarkan harga jual tahun 2005 (Tabel 3.3) dan
diasumsikan harga sama pada tahun berikutnya. Mata tempel dan biji untuk
batang bawah dibeli dari petani buah. Jenis kredit yang digunakan adalah
Kredit Modal Kerja (KMK) dengan jangka waktu pengembalian kredit adalah
12 bulan (1 tahun).
26
Asumsi
1 Periode proyek
2
Satuan
Jumlah
Tahun
Hektar
Bibit
110.000
Buah
140.000
Bibit
70.000
Rp/bibit
4.000
b. Mangga : Arumanis
Rp/bibit
2.500
Lalijiwa
Rp/bibit
3.000
Rp/bibit
2.000
Bibit
56.000
b. Tahun kedua
Bibit
67.200
27
c. Tahun ketiga
Bibit
69.440
d. Sisa Penjualan
Bibit
17.360
Hari
25
Bulan
12
Orang
Orang
Orang
15
Rp/orang/hari
Rp/bibit
20.000
100
11 Sarana produksi
Plastik
Bal
33
Karung/keranjang
Buah
70.000
Pestisida
Liter
40
Pupuk urea
Kg
400
Pupuk kandang
Ton
20
Rp/buah
150
a. Durian
Rp/buah
70
b. Mangga
Rp/buah
125
c. Rambutan
Rp/buah
70
rambutan
Mata tempel
Plastik
Rp/bal
4.000
Karung/keranjang
Rp/buah
100
Pestisida
Rp/liter
60.000
Pupuk urea
Rp/kg
1.100
Pupuk kandang
Rp/ton
200.000
Rp/bibit
165
Persen
15,75
28
15
Persen
35
Dana sendiri
Persen
65
Tahun
Sumber: Lampiran 1
Jadwal kegiatan usaha pembibitan tanaman buah-buahan seluas 1 hektar
dengan pola usaha polikultur (durian, mangga dan rambutan) mulai dari
pengolahan tanah, pembuatan bedengan hingga panen berlangsung selama
14 bulan untuk satu musim tanam. Secara rinci jadwal kegiatan usaha
pembibitan tanaman buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2.
Jadwal Kegiatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
No
Bulan
Uraian Kegiatan
1 Desember
Pengolahan tanah
2 Januari
Pembuatan bedengan
3 Februari
4 Maret-Juni
5 Juli
6 Agustus
September-
Desember
8 Januari
29
b. Biaya
Biaya Investasi dan Operasional
Struktur biaya yang diperlukan untuk usaha pembibitan tanaman buahbuahanterdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya
investasiadalah
biaya
awal
yang
diperlukan
sebelum
kegiatan
operasionaldilakukan. Sedangkan biaya operasional diperlukan pada saaat
prosesproduksi mulai dilakukan
Biaya Investasi
Biaya investasi diperlukan untuk memulai usaha pembibitan tanaman buahbuahan meliputi biaya perizinan, sewa lahan, bangunan dan peralatan. Biaya
investasi ini bersifat tetap (fixed) dan harus dikeluarkan pada tahun ke-0
sebelum melakukan usaha. Jumlah investasi yang dibutuhkan untuk usaha
pembibitan tanaman buah-buahan adalah Rp 65.620.000 Secara rinci jenis
investasi dan kebutuhan biaya masing-masing investasi dapat dilihat pada
Tabel 5.3 berikut.
Selama periode proyek, terdapat komponen investasi yang harus melakukan
reinvestasi pada tahun-tahun berikutnya yakni sewa lahan sedangkan biaya
perizinan dikeluarkan sekali saja pada awal usaha. Biaya perizinan meliputi
Tanda Daftar Pedagang (TDP), NPWP dan SIUP. Komponen biaya investasi
usaha pembibitan tanaman buah-buahan secara rinci terdapat pada
Lampiran 2.
Tabel 5.3.
Kebutuhan Biaya Investasi Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
No
Uraian
Perijinan
a. Bangunan
25.620.000
b. Peratalan
3.000000
Jumlah
62.620.000
Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang diperlukan dalam memproduksi
bibit tanaman buah-buahan. Besarnya biaya operasional ini tergantung pada
luas areal tanah. Semakin luas areal tanam maka biaya operasional semakin
tinggi. Biaya operasional umumnya merupakan biaya tidak tetap (variabel
30
cost) yang terdiri dari biaya bahan baku, sarana produksi, tenaga kerja
borongan dan biaya sertifikasi bibit. Selain biaya tidak tetap, biaya
operasional juga meliputi juga biaya overhead yang merupakan biaya tetap
yang harus dikeluarkan setiap bulannya dan sifatnya tidak langsung. Biaya
overhead meliputi biaya listrik, biaya telepon dan tenaga kerja tetap.
Total biaya operasional yang dibutuhkan pada tahun pertama sejumlah Rp
131.162.000 dan pada tahun selanjutnya diasumsikan konstan karena luas
areal tanam tetap, jumlah bahan baku, sarana produksi dan biaya sertifkasi
bibit juga tetap. Biaya operasional usaha pembibitan tanaman buah-buahan
dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.
Tabel 5.4.
Kebutuhan Biaya Operasional per Tahun
No
1
Uraian
Biaya Variabel
a. Biaya bahan baku
44.340.000
b. Biaya saprotan
13.972.000
26.000.000
11.550.000
Biaya Overhead
a. Biaya listrik
b. Biaya telepon
c. Biaya tenaga kerja tetap
Jumlah
600.000
1.200.000
48.000.000
131.162.000
Upah tenaga kerja tetap yang terlibat dalam usaha ini tidak mengalami
kenaikan karena menyesuaikan dengan upah minimum provinsi. Tenaga
kerja borongan bersifat tidak tetap yang diupah Rp 100 untuk setiap bibit
sehingga besarnya upah tidak tergantung jumlah tenaga kerja yang
digunakan. Kegiatan yang dilakukan tenaga kerja borongan meliputi okulasi,
pendongkeran dan pengangkutan bibit ke showroom. Tenaga kerja borongan
tergantung pada jumlah produksi bibit. Biaya listrik dan telepon juga
diasumsikan tetap tiap tahunnya. Kebutuhan biaya operasional yang
dibutuhkan dalam usaha pembibitan tanaman buah-buahan per tahun secara
rinci dapat dilihat pada Lampiran 3.
31
Uraian
Persentase
0%
100%
65.620.000
Dana Investasi
a. Kredit
b. Dana Sendiri
Jumlah Dana Investasi
65.620.000
35%
45.906.700
b. Dana Sendiri
65%
85.255.300
131.162.000
23,33%
45.906.700
b. Dana Sendiri
76,67%
150.875.300
196.782.000
Dana yang berasal dari bank yaitu KreditModal Kerja akan dikembalikan
dalam jangka waktu 1 tahun dengan bunga15,75% dengan angsuran
dibayarkan setiap bulan (Tabel 5.6.)
Tabel 5.6.
Angsuran Pokok dan Angsuran Bunga.
Periode
Angsuran
Saldo Akhir
32
Pokok
45.906.700
Bulan 1
3.825.558
602.525
4.428.084
42.081.142
Bulan 2
3.825.558
552.315
4.377.873
38.255.583
Bulan 3
3.825.558
502.105
4.327.663
34.430.025
Bulan 4
3.825.558
451.894
4.277.452
30.604.467
Bulan 5
3.825.558
401.684
4.227.242
26.778.908
Bulan 6
3.825.558
351.476
4.177.032
22.953.350
Bulan 7
3.825.558
301.263
4.126.821
19.127.792
Bulan 8
3.825.558
251.052
4.076.611
15.302.233
Bulan 9
3.825.558
200.842
4.026.611
11.476.675
Bulan 10
3.825.558
150.631
3.976.190
7.651.117
Bulan 11
3.825.558
100.210
3.925.979
3.825.558
Bulan 12
3.825.558
50.210
3.875.769
3.916.415
49.823.115
Total 1
Tahun
45.906.700
33
produksi 70.000 bibit ditambah sisa produksi bibit tahun kedua sehingga
diperoleh pendapatan Rp 196.168.000. Secara rinci proyeksi produksi dan
pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 6.
Tabel 5.7.
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
Uraian
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
a. Durian Kani
24.500
24.500
24.500
14.000
14.000
14.000
31.500
31.500
31.500
70.000
70.000
70.000
a. Durian Kani
19.600
23.520
24.304
11.200
13.440
13.888
25.200
30.240
31.248
56.000
67.200
69.440
a. Durian Kani
78.400.000
94.080.000
97.216.000
29.400.000
35.250.000
36.456.000
50.400.000
60.480.000
62.946.000
158.200.000
189.840.000
196.168.000
Produksi (bibit)
34
Uraian
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Total Pendapatan
158.200.000
189.840.000
198.168.000
Total Pengeluaran
156.278.415
152.362.000
152.362.000
1.921.585
37.478.000
43.806.000
Pajak (15%)
288.238
5.621.700
6.570.900
1.633.347
31.856.300
37.235.100
Profit on Sales
1,03%
16,78%
18,98%
BEP : Rupiah
154.243.693
124.252.291
121.317.074
35
Tabel 5.9.
Kelayakan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
No
KriteriaKelayakan
Nilai
Justifikasi Kelayakan
Rp 34.769.916
>0
41,93%
> 15,75%
NPV (15,75%)
IRR
1,53
> 1,00
PBP (Tahun)
2,08
<3
f. Analisis Sensivitas
Analisis sensitivitas kelayakan usahaperlu dilakukan untuk mengetahui
sampai seberapa besar (dalam persen)perubahan dari pengeluaran dan atau
pendapatan, sehingga proyek initidak layak dilaksanakan. Dalam pengertian
NPV negatif, Net B/C ratiolebih kecil dari satu dan IRR di bawah tingkat suku
bunga. Hal inidisebabkan karena proyeksi pendapatan dan pengeluaran
didasarkan padaasumsi yang memiliki ketidakpastian. Analisis sensitivitas
dilakukanpada 3 skenario atau kondisi perubahan yaitu :
1. Skenario I : Penurunan pendapatan
Pada skenario ini terjadi penurunan pendapatan sementara biaya investasi
dan operasional tetap. Penurunan pendapatan dapat terjadi karena harga
jual bibit tanaman buah-buahan mengalami penurunan ataupun penurunan
volume penjualan. Pada saat terjadi penurunan pendapatan usaha
pembibitan tanaman buah-buahan menjadi sensitif terhadap penurunan
pendapatan pada kisaran 8-9%. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan
pendapatan sabagaimana terlihat pada tabel 5.10 dan Lampiran 9 dan
Lampiran 10.
36
Tabel 5.10.
Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario I
No
Kriteria Kelayakan
Pendapatan Turun
8%
9%
Rp 2.381.228
- Rp 1.667.358
17,62%
14,43%
1,04
0,97
4 PBP (Tahun)
2,91
3,06
1 NPV (15,75%)
2 IRR
Kriteria Kelayakan
19%
Rp 1.743.247
- Rp 91.568
17,10%
15,68%
1,03
1,00
4 PBP (Tahun)
2,94
3,00
1 NPV (15,75%)
2 IRR
37
besar dari tingkat suku bungayang berlaku, Net B/C Ratio berada di atas 1
dan PBP sebesar 2,94tahun. Tetapi pada kenaikan biaya variabel sampai
19% proyek ini tidaklayak dilaksanakan karena nilai NPV negatif, IRR berada
di bawahtingkat suku bunga yang berlaku.
3. Skenario III : Penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel
(produksi)
Pada skenario ini terjadi penurunan pendapatan sekaligus terjadi
peningkatan biaya varibel pada saat yang bersamaan dengan persentase
yang sama. Pada saat terjadi penurunan pendapatan dan peningkatan biaya
variabel usaha pembibitan tanaman buah-buahan menjadi sensitif pada
kisaran 5-6%. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan pendapatan dan
peningkatan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 5.12 dan Lampiran 13
dan Lampiran 14.
Tabel 5.12.
Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario III
No
Kriteria Kelayakan
6%
Rp 5.352.911
- Rp 530.490
19,92%
15,33%
1,08
0,88
4 PBP (Tahun)
2,81
3,02
1 NPV (15,75%)
2 IRR
38
39
7. Penutup
a. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
40
b. Saran
1. Untuk menjaga kestabilan harga baik harga bibit dan harga sarana
produksi serta harga jual bibit, penangkar harus mengoptimalkan
fungsi asosiasi atau perkumpulan penangkar bibit, baik di tingkat
daerah atau nasional.
2. Perlu diadakannya diversifikasi bibit mengingat beragamnya buah
unggulan Indonesia.
3. >Usaha pembibitan tanaman buah-buahan perlu menggunakan
alternatif teknik budidaya yang baru dan lebih menguntungkan seperti
kultur jaringan
4. Pihak-pihak yang terkait usaha ini perlu untuk mengambil inisiatif agar
bibit dari Indonesia dapat menembus pasar luar negeri.
5. Meskipun usaha ini layak dibiayai oleh bank, namun bank perlu untuk
melakukan analisis kredit yang lebih komprehensif berdasarkan prinsip
kehati-hatian bank.
41
LAMPIRAN
42