Anda di halaman 1dari 43

POLA PEMBIAYAAN USAHA KECIL (PPUK)

USAHA PEMBIBITAN TANAMAN BUAH-BUAHAN

BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id

DAFTAR ISI
1. Pendahuluan ................................ ................................ ............... 2
2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan ................................ ............... 4
a. Profil Usaha................................ ................................ ............... 4
b. Pola Pembiayaan................................ ................................ ........ 6
3. Aspek Pemasaran................................ ................................ ........ 8
a. Permintaan & Penawaran................................ ............................. 8
b. Pasar dan Harga ................................ ................................ ........ 9
c. Pemasaran ................................ ................................ .............. 11
4. Aspek Produksi ................................ ................................ ..........14
a. Lokasi & Fasilitas ................................ ................................ ..... 14
b. Bahan Baku & Tenaga Kerja................................ ....................... 16
c. Teknologi ................................ ................................ ................ 17
d. Penanaman ................................ ................................ ............. 19
e. Proses Produksi ................................ ................................ ....... 24
5. Aspek Keuangan ................................ ................................ ........26
a. Asumsi ................................ ................................ ................... 26
b. Biaya ................................ ................................ ..................... 30
c. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja ................................ .......... 32
d. Produksi dan Pendapatan ................................ .......................... 33
e. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point ................................ ..... 34
f. Analisis Sensivitas ................................ ................................ .... 36
6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan .......................... 39
a. Aspek Sosial Ekonomi ................................ ............................... 39
b. Dampak Lingkungan ................................ ................................ . 39
7. Penutup ................................ ................................ ..................... 40
a. Kesimpulan ................................ ................................ ............. 40
b. Saran ................................ ................................ ..................... 41
LAMPIRAN ................................ ................................ ..................... 42

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

1. Pendahuluan
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan adalah usaha memperbanyak
tanaman buah-buahan dengan menggunakan perbanyakan secara vegetatif
seperti stek, cangkok, okulasi (tempel), grafting (sambung) dan kultur
jaringan. Keuntungan perbanyakan secara vegetatif antara lain sifat tanaman
yang sesuai dengan sifat tanaman induknya, mempercepat tanaman berbuah
atau memperpendek masa juvenil(masa tanaman belum menghasilkan).
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan banyak terdapat di Indonesia,
sebagai contoh Majalengka terkenal sebagai sentra produksi bibit mangga,
rambutan dan jeruk, Lampung terkenal sebagai sentra produksi bibit
rambutan dan Bogor terkenal sebagai sentra produksi bibit durian. Untuk
Kawasan Indonesia Tengah, Bali merupakan salah satu sentra produksi bibit
tanaman buah-buahan. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan yang terus
berkembang ini diharapkan dapat memenuhi permintaan pekebun buah
terhadap bibit buah-buahan sehingga produksi buah meningkat dan dapat
memenuhi konsumsi buah dalam negeri.
Tabel 1.1.
Perkiraan Permintaan Buah-buahan di Indonesia Sampai Tahun 2015

Tahun

Populasi
(juta) *

Peningkatan

Konsumsi

Total

Konsumsi per 5

/Kapita

Konsumsi

Tahun (%) **

(kg)

(ribu ton)

30,00

6.000

1995

200

2000

213

30,5

36,76

7.000

2005

227

32,5

45,70

10.375

2010

240

34,5

57,92

13.900

2015

254
44,5
78,74
20.000
Sumber : * BPS, ** Departemen Pertanian (1992)

Untuk memenuhi kebutuhan buah dalam negeri, pemerintah berusaha


meningkatkan produksi buah-buahan dengan cara mengembangkan
agribisnis buah-buahan. Namun peningkatan produksi saja tidaklah cukup
tanpa dibarengi dengan peningkatan mutu buah-buahan.
Dalam agribisnis, mutu buah-buahan sangatlah penting dan menentukan
keberhasilan usaha. Masalah mutu yang dihadapi diantaranya penampilan
buah yang kotor, memar-memar, tidak higiene, warna yang tidak merata
dan citarasa buah yang tidak sama antar buah yang diperdagangkan.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

Masalah rendahnya mutu buah tersebut dapat diatasi dengan penggunaan


bibit berlabel. Bibit berlabel adalah bibit yang telah mendapat sertifikat dari
Instansi Penyelenggara Sertifikasi atau Balai Pengawasan dan Sertifikasi
Benih (BPSB) dan telah teruji kebenarannya.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di daerah Buleleng Bali merupakan
usaha untuk memenuhi permintaan pekebun terhadap bibit terutama bibit
berlabel. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di daerah Buleleng Bali
mulai marak sejak tahun 1979 dan menjadi sentra produksi bibit bagi
Propinsi Bali khususnya dan umumnya bagi Kawasan Tengah Indonesia.
Tanaman buah-buahan yang dibibitkan di daerah Buleleng Bali yakni
mangga, rambutan dan durian.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan ini telah menjadi kebanggaan
wilayah Buleleng dan menjadi salah satu ikon dagang bagi kabupaten ini.
Dalam rangka menunjang pengembangan usaha pembibitan tanaman buahbuahan perlu dilakukan studi kelayakan usaha yang dapat digunakan sebagai
informasi dan pengetahuan serta bahan pertimbangan bank dalam
membiayai pengembangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan.
Buku ini akan menyajikan informasi yang mencakup aspek-aspek teknik
produksi, pemasaran, keuangan, dan sosial-ekonomi yang terkait dengan
pengembangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

2. Profil Usaha dan Pola Pembiayaan


a. Profil Usaha
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kabupaten Buleleng berada di
wilayah Kecamatan Sawan dan Kabutambahan. Usaha ini telah berkembang
sejak tahun 1979 dan merupakan usaha milik perorangan serta dikelola
secara sederhana. Pembibitan tanaman buah-buahan di wilayah ini telah
mendapatkan pembinaan dari Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng sehingga
penangkar bibit memperoleh sertifikat sebagai Pengedar Benih dari Balai
Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Denpasar Bali.
Berdasarkan hasil wawancara, luas lahan pembibitan tanaman buah-buahan
yang dimiliki penangkar di Kecamatan Sawan dan Kabutambahan berkisar
antara 0,4 ha hingga 3 ha. Produksi bibit yang dihasilkan dapat mencapai
257.000 bibit untuk luas lahan pembibitan 3 ha. Selain lahan pembibitan
penangkar juga memiliki kebun buah untuk pohon induk penghasil mata
tempel. Jumlah pohon induk penghasil mata tempel yang dimiliki penangkar
berbeda-beda. Penangkar bibit di wilayah Kecamatan Kabutambahan ada
yang memiliki 40 pohon induk mangga Arumanis dan 10 pohon induk
mangga Lalijiwa. Sedangkan jumlah pohon induk yang dimiliki salah satu
penangkar di Kecamatan Sawan yaitu 20 pohon durian Kani, 3 pohon
mangga Arumanis, 4 pohon mangga Lalijiwa dan rambutan masing-masing 5
pohon untuk Binjai, Rapiah dan Lebak Bulus.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kabupaten Buleleng dipengaruhi
oleh ketersediaan air sepanjang tahun, ketersediaan pohon induk penghasil
mata tempel untuk batang atas dan ketersediaan biji untuk batang bawah.
Irigasi di wilayah ini menggunakan sistem subak sehingga memungkinkan air
tersedia sepanjang tahun. Pada wilayah ini pohon induk penghasil mata
tempel yang tersedia adalah durian Kani, mangga Arumanis dan Lalijiwa,
rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah. Oleh karena itu jenis tanaman
buah yang dapat ditangkarkan di wilayah ini adalah Mangga (Mangifera
indica) yang terdiri dari dua kultivar Arumanis dan Lalijiwa, Durian (Durio
zibethinus) kultivar Kani dan Rambutan (Nephelium lappaceum) kultivar
Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kabupaten Buleleng terkenal
karena bibit yang dihasilkan adalah bibit berlabel. Data pada Dinas Pertanian
Kabupaten Buleleng menyebutkan pada tahun 2005, jumlah penangkar bibit
yang memperoleh sertifikat sebagai Pengedar Benih berjumlah 19 penangkar
terdiri dari 15 penangkar di Kecamatan Sawan dan 4 penangkar di
Kecamatan Kabutambahan. Sedangkan penangkar bibit yang tidak
bersertifikat sebagai Pengedar Benih diperkirakan berjumlah lebih kurang 15
penangkar.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

Tabel 2.1.
Luas Areal Tanam dan Produksi Bibit Berlabel di Kabupaten Buleleng Bali
Tahun

Luas Areal Tanam (ha)

Produksi Bibit Berlabel

2000

5,65

431.776

2001

4,61

143.568

2002

5,99

316.858

2003

5,98

399.092

2004

17,20

217.315

2005*

22,87
281.288
Sumber : Dinas Pertanian Kab. Buleleng Bali, 2005
Keterangan : * Data sementara

Pada Tabel 2.1. menunjukkan perkembangan luas areal tanam dan produksi
bibit berlabel dari tahun 20002005 di Kecamatan Sawan dan
Kabutambahan. Luas areal tanam usaha pembibitan tanaman buah-buahan
dari tahun 2000 hingga tahun 2005 cenderung terus meningkat. Pada tahun
2000 luas areal tanam sekitar 5,65 ha dan pada tahun 2005 luas areal tanam
meningkat menjadi 22,87 ha. Peningkatan luas areal tanam ini ternyata tidak
diikuti oleh peningkatan produksi bibit berlabel. Pada tahun 2000, produksi
bibit berlabel mencapai 431.776 bibit dan cenderung terus berkurang pada
tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2005, produksi bibit berlabel hanya
mencapai 281.288 bibit.
Penurunan produksi ini mungkin dikarenakan mahalnya biaya sertifikasi bibit
yaitu Rp 165 per bibit, sehingga bibit yang diproduksi tidak semuanya
berlabel. Biaya sertifikasi bibit terdiri dari biaya pemeriksaan lapang untuk
pemeriksaan batang bawah Rp 5 per bibit, untuk bibit yang dinyatakan lulus
dan telah diokulasi, dikenakan biaya tambahan Rp 45 per bibit dan biaya
untuk pembelian label yang terbuat dari plastik sebesar Rp 115 per bibit.
Selain karena biaya sertifikasi yang mahal, faktor lain yang menyebabkan
penurunan produksi bibit berlabel adalah ketersediaan mata tempel dan biji
batang bawah yang bersertifkat dari Instansi Penyelenggara Sertifikasi tidak
mencukupi kebutuhan penangkar pada saat musim tanam. Akibatnya
penangkar menggunakan batang bawah dan batang atas yang tidak
bersertifikat.
Untuk menghasikan bibit berlabel, makadiperlukan mata tempel yang telah
lulus sertifikasi dari InstansiPenyelenggara Sertifikasi dan berasal dari pohon
induk yang telahdiobservasi dan telah dilepas varietasnya oleh Menteri
Pertanian. Bijiatau seedling yang digunakan sebagai batang bawah harus
berasal daripohon induk yang telah dideterminasi oleh Instansi
PenyelenggaraSertifikasi
dan
dinyatakan
layak
sebagai
pohon
induk/penghasil benihsumber. Namun, jumlah mata tempel dan biji untuk
batang bawahbersertifikat yang tersedia sangat terbatas, sehingga

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

penangkarmenggunakan mata tempel dan biji untuk batang bawah yang


tidakbersertifikat. Akibatnya bibit yang dihasilkan pun tidak berlabel.
b. Pola Pembiayaan
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan di Kecamatan Sawan dan
Kabutambahan Kabupaten Buleleng telah mendapatkan kredit sejak tahun
1985 yaitu dari Bank Perniagan Umum Singaraja dengan plafond kredit Rp
500.000 dan tahun 1986 dari BPD Bali dengan plafond kredit Rp 3.000.000
tingkat suku bunga kredit 1% per bulan dan jangka waktu pinjaman selama
3 tahun. Setelah itu, sejak tahun 1995 pemberian kredit dilakukan oleh BNI
Cabang Singaraja.
Jenis kredit yang disalurkan bank BNI adalah Kredit Modal Kerja (KMK)
dengan total jumlah plafond kredit yang telah disalurkan kepada tiga debitur
perorangan di dua kecamatan adalah Rp 170.000.000 terdiri dari Rp
100.000.000 Rp 50.000.000 dan Rp 20.000.000 dengan bunga pinjaman
menurun sebesar 15,75% dan jangka waktu pinjaman 1 tahun dengan
review setiap tahun serta tidak diberlakukan masa grace period untuk usaha
ini.
Layanan Kredit Modal Kerja (KMK) diberikan untuk pembiayaan modal kerja
perusahaan, baik perusahaan perorangan maupun yang berbadan hukum.
Pengajuan kredit ini misalnya untuk pembelian bahan baku, pembayaran
tenaga kerja dan sarana produksi. Manfaat KMK untuk membantu
meningkatkan atau memperlancar pembeliaan bahan baku, biaya produksi
dan biaya pemasaran.
Adapun persayaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh kredit ini
adalah :

Maksimum kredit disesuaikan dengankebutuhan modal kerja dan


kemampuan membayar kembali usaha yangbersangkutan.
Memiliki izin usaha dan izin lainnya.
Jangka waktu paling lama 1 tahun dan dapatdiperpanjang sesuai
dengan kebutuhan.
Jaminan adalah barang-barang yang dibiayaidan jaminan tambahan
lainnya.

Prosedur dalam mendapatkan kredit meliputi permohonan kredit oleh debitur


yang dilanjutkan dengan peninjauan dan analisa oleh pihak bank dan jika
memenuhi persyaratan maka kredit dapat segera dikucurkan. Persyaratanpersyaratan yang diajukan diantaranya adanya jaminan dari debitur, adanya
perijinan dalam mendirikan usaha seperti SIUP, TDP dan NPWP. Pada saat
awal pengajuan kredit calon debitur harus menanggung biaya administrasi
seperti provisi, notaris, pengikatan jaminan, biaya aministrasi dan asuransi
resiko.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

Proses penyaluran kredit setelah persyaratan kredit terpenuhi oleh debitur


hingga pencairan kredit sekitar dua minggu. Pencairan kredit dilakukan
sekaligus dan sistem pencairan melalui rekening koran. Hal ini dikarenakan
bank tidak memperkenankan debitur mengajukan pinjaman di tempat lain
dan dimaksudkan agar debitur menjalankan aktivitas keuangannya lewat
bank yang bersangkutan. Selain memberikan kredit, bank juga memberikan
bantuan berupa teknis administrasi kredit dan monitoring usaha.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

3. Aspek Pemasaran
a. Permintaan & Penawaran
- Permintaan
Berdasarkan hasil survei pada usaha pembibitan tanaman buah-buahan di
Kabupaten Buleleng (Tabel 3.1.), dapat diketahui bahwa 90% bibit tanaman
buah dipasarkan di luar Propinsi Bali dan hanya 10 % yang dipasarkan di
dalam provinsi, sedangkan untuk ekspor tidak ada. Permasaran bibit di luar
provinsi sebagian besar berada di Kawasan Indonesia Tengah seperti
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, NTB dan NTT,
sedangkan bibit yang dipasarkan di pulau Jawa hanya sebagian kecil saja.
Tabel 3.1.
Daerah Penjualan Bibit Tanaman Buah
Daerah
Nama Daerah

Penjualan
Dalam Kabupaten
Luar Kabupaten

Buleleng
Tabanan, Gianyar, Badung,
Karangasem, Klungkung, Negara

Luar Provinsi

Jatim, Jabar, Jateng, Kaltim, SUlteng,


Sultra, Sulsel, NTB, NTT
Sumber: Dinas Pertanian Kab. Buleleng Bali, 2005

Persentase
2%
8%
90%

Permintaan bibit tanaman buah-buahan dapat didekati dengan dengan luas


areal tanam kebun buah di Indonesia (Tabel 3.2). Luas areal tanam di
Indonesia untuk durian, pada tahun 2000 sebesar 23.021 ha meningkat
menjadi 57.301 ha pada tahun 2005. Demikian juga untuk mangga dan
rambutan, pada tahun 2000 luas areal tanam sebesar 44.185 ha dan 48.158
ha meningkat menjadi 182.728 ha dan 119.441 ha pada tahun 2005. Dengan
asumsi bahwa semakin luas areal tanam durian, mangga dan rambutan
maka semakin banyak permintaan terhadap bibit terutama bibit berlabel.
Oleh karena itu prospek pengembangan usaha pembibitan tanaman buahbuahan masih cukup menjanjikan.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

Tabel 3.2.
Luas Areal Tanam Kebun Buah di Indonesia (ha)

Tahun

Durian

Mangga

Rambutan

2000

23.021

44.185

48.158

2001

49.812

44.208

63.463

2002

41.033

184.659

69.071

2003

53.770

158.894

90.928

2004

55.536

170.811

105.185

2005

57.301
182.728
Sumber : www.deptan.go.id
Keterangan : * Data estimasi

119.441

Penawaran

Penawaran bibit tananam buah dapat didekati dengan jumlah produksi bibit.
Menurut data Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng (Tabel 2.1), pada tahun
2005 penawaran bibit tanaman buah berlabel di wilayah ini berjumlah
281.288 bibit terdiri dari durian 105.879 bibit, rambutan 141.282 bibit dan
mangga 34.127 bibit. Dengan asumsi bahwa 1 ha kebun mangga
membutuhkan 300 bibit, 1 ha kebun durian membutuhkan 100 bibit dan 1 ha
kebun rambutan membutuhkan 300-500 bibit maka jika melihat Tabel 3.2.,
jumlah bibit tanaman buah berlabel buah di wilayah ini masih kurang untuk
mencukupi luas areal kebun buah di Indonesia.
b. Pasar dan Harga
Persaingan dan Peluang Pasar
Persaingan pasar bibit tanaman buah di Kabupaten Buleleng belum terasa
menyulitkan para penangkar bibit saat ini. Penangkar bibit bersertifikat
umumnya tidak takut kehilangan pelanggan karena bibit yang dijual adalah
bibit berlabel dan terjamin kualitasnya. Jumlah penangkar bibit bersertifikat
di wilayah Buleleng cukup banyak namun persaingan tidak terlihat. Hal ini
disebabkan adanya sistem kekeluargaan yang terjalin erat antar sesama
penangkar. Sebagai contoh apabila terdapat permintaan dalam jumlah besar
dan tidak dapat dipenuhi oleh penangkar maka penangkar tersebut akan
meminta suplai dari penangkar lain.
Menurut para penangkar, bibit tanaman buah di wilayah Buleleng masih
diminati oleh konsumen. Bibit yang diproduksi penangkar umumnya terjual
70-100% dari total produksi bibit dan apabila terdapat bibit yang tidak
terjual pada tahun tersebut, bibit masih dapat dipasarkan pada tahun
berikutnya.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

Seperti telah dijelaskan pada Tabel 1.1. di atas bahwa permintaan buah pada
tahun 2010 diperkirakan akan mencapai 14 juta ton dan pada tahun 2015
diperkirakan akan mencapai 20 juta ton. Jumlah ini harus dipenuhi oleh
produksi buah dalam negeri. Sebagai gambaran, menurut BPS produksi buah
Indonesia pada tahun 2001 mencapai 9,96 juta ton, apabila kerusakan pasca
panen hanya 20 % (perkiraan yang sangat optimis) dan ekspor buah 80 ribu
ton maka buah yang mencapai meja makan adalah 7,17 juta ton, ditambah
buah impor sebanyak 233 ribu ton. Jadi buah yang tersedia mencapai 7,40
juta ton masih jauh dari total konsumsi buah nasional.
Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu dilakukan
penambahan luas areal tanam dan peningkatan mutu buah dengan cara
penggunaan bibit berlabel. Namun jumlah penangkar bibit yang bersertifikat
belum banyak, sebagai gambaran dapat dilihat pada lampiran 16, mengenai
jumlah penangkar bibit yang mendapatkan pembinaan dari Departemen
Pertanian RI. Oleh karena itu peluang pasar untuk usaha pembibitan
tanaman buah-buahan saat ini cukup terbuka lebar.
Harga
Harga bibit tanaman buah-buahan ditentukan oleh tinggi tanaman dan
sistem penjualan, eceran atau borongan. Semakin tinggi tanaman maka
semakin mahal harga jualnya. Sebagai contoh harga jual bibit mangga
Arumanis ukuran 30-40 cm adalah Rp 2500 sedang untuk bibit ukuran 60-70
cm harganya dapat mencapai Rp 7500. Apabila sistem penjualan bibit
tanaman buah-buahan secara eceran maka harga bibit dapat meningkat
sampai tiga kali lipat dibandingkan borongan/partai besar. Konsumen yang
membeli eceran adalah konsumen perorangan dan konsumen yang membeli
borongan/partai besar adalah pedagang (pengecer, perantara).
Berdasarkan hasil penelitian, pada tahun 2005 harga jual bibit secara
borongan diambil secara rata-rata, untuk durian Kani ukuran 30-40 cm dijual
Rp 4000 per bibit, mangga Arumanis ukuran 30-40 cm dijual Rp 2500 per
bibit dan mangga Lalijiwa ukuran 30-40 cm dijual Rp 3500 per bibit
sedangkan rambutan baik itu Binjai, Rapiah maupun Lebak Bulus ukuran 3040 cm dijual Rp 2000 per bibit.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

10

Tabel 3.3.
Perkembangan Harga Jual Bibit Tanaman Buah-buahan
Ukuran 30-40 cm dari tahun 2000-2005
Harga Jual Bibit (dalam rupiah) pada
Tahun

Komoditi

Durian Kani

2000

2001

2002

2003

2004

2005

5.000

2.500

3.500

3.500

5.000 4.000

2.000

2.000

2.000

3.000

3.000 2.500

3.500

3.500

3.500

3.500

3.000 3.500

1.800

1.800

1.750

1.500

1.500 2.000

1.800

1.800

1.750

1.500

1.500 2.000

1.800

1.800

1.750

1.500

1.500 2.000

Mangga

Arumanis

Lalijiwa

Rambutan

Binjai

Rapiah

Lebak Bulus

Sumber : Data Primer

Pada tabel di atas menunjukkan harga jual bibit tanaman buah-buahan


cukup berfluktuasi. Hal ini dikarenakan harga ditentukan oleh banyaknya
permintaan. Pada saat permintaan bibit tinggi maka penangkar menaikkan
harganya sedangkan jika permintaan berkurang maka penangkar
menurunkan harga. Pada tahun 2000 harga durian Kani dapat mencapai Rp
5000,- per bibit namun pada tahun 2001 harga jualnya langsung jatuh
hingga Rp 2500,- per bibit. Hal ini dikarenakan sedikitnya permintaan dan
melimpahnya produksi bibit durian Kani.

c. Pemasaran
Jalur Pemasaran Produk
Dalam hal pemasaran produk, pemasaran bibit tanaman buah tidak
menemukan kendala. Penangkar umumnya tidak melakukan promosi. Hal ini
dikarenakan pembeli biasanya datang sendiri ke penangkar atau meminta
bantuan kepada Dinas Pertanian untuk mencarikan penangkar bibit tanaman
buah.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

11

Pemasaran bibit tanaman buah dilakukan melalui dua cara, yaitu penjualan
secara langsung ke konsumen (perorangan) dan penjualan melalui pedagang
(perantara, pengecer) kemudian ke konsumen (lembaga, perusahaan,
kelompok atau perorangan). Penjualan sebagian besar melalui pedagang
(perantara, pengecer) dan hanya sebagian kecil saja yang dijual secara
langsung ke konsumen. Penjualan secara langsung ke konsumen dilakukan
penangkar dari showroom yang umumnya berada di pinggir jalan. Bibit yang
dijual umumnya melewati karantina dari BPSB terlebih dahulu agar bibit
tersebut memperoleh label dan terjamin mutunya.
Sistem pembayaran dilakukan secara kontan atau cicilan tergantung dari
kesepakatan.
Namun
umumnya
penangkar
menggunakan
sistem
pembayaran kontan. Hal ini dikarenakan pengalaman buruk yang menimpa
penangkar. Untuk pembayaran cicilan, penangkar mensyaratkan kepada
calon pembeli untuk memberikan uang muka 50 % dari total penjualan bibit
dan sisanya harus dibayar lunas saat barang tiba di calon pembeli.

Gambar 3.1. Jalur pemasaran bibit tanaman buah-buahan

(a) Transportasi pemasaran dalam Bali (b) Transportasi pemasaran di luar Bali
Foto 3.1.
Sistem transportasi pemasaran bibit di dalam Bali hanya menggunakan
kendaraan pick up karena kecilnya pesanan (a), sedangkan gambar (b)
pemasaran bibit di luar pulau yang menggunakan truk

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

12

Kendala Pemasaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan penangkar bibit, masalah yang
dihadapi adalah ketergantungan pemasaran bibit terhadap order/pesanan.
Seperti telah disebutkan di atas bahwa sebagian besar pemasaran bibit
melalui pedagang pengecer/pedagang perantara dan hal ini menimbulkan
kesulitan-kesulitan lain. Kesulitan tersebut antara lain harga jual bibit yang
tidak ditentukan oleh penangkar tetapi oleh pedagang. Selain itu informasi
permintaan yang diterima tidak langsung ke penangkar tetapi melewati
pedagang pengecer/pedagang perantara terlebih dahulu.
Hal-hal tersebut seringkali menjadi kendala bagi sebagian penangkar
mengenai kelanjutan usaha di masa-masa yang akan datang apabila terjadi
penurunan jumlah pesanan. Seperti diketahui bahwa bibit tanaman buah
yang dijual secara langsung kepada pembeli di showroom hanya berkisar
10%.
Untuk mengatasi masalah tersebut, pembentukan asosiasi penangkar bibit
perlu dilakukan, meskipun terdapat sistem kekeluargaan antar penangkar
namun keterikatan tersebut tidak tertulis dan tidak mempunyai kekuatan
hukum. Asosiasi berfungsi menyediakan informasi mengenai permintaan bibit
dan perkembangan harga bibit buah-buahan, mengadakan promosi untuk
memperkenalkan penangkar bibit kepada pembeli melalui pameran, bazar
atau media lainnya.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

13

4. Aspek Produksi
a. Lokasi & Fasilitas
Lokasi Usaha
Lokasi usaha pembibitan tanaman buah-buahan dipengaruhi oleh faktor
ketersediaan air sepanjang tahun dan ketersediaan pohon induk penghasil
mata tempel untuk batang atas dan biji untuk batang bawah. Ketersediaan
air mutlak diperlukan untuk pembibitan karena bibit tanaman sangat
memerlukan air untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Penangkar bibit umumnya mempunyai sendiri pohon induk penghasil mata
tempel sedang biji batang bawah diperoleh dari pedagang biji atau
penangkar membeli dari petani buah di sekitar lokasi usaha pembibitan
Fasilitas Produksi dan Peralatan
Fasilitas produksi usaha pembibitan tamanan buah-buahan yaitu lahan
pembibitan, biasanya berada pada lahan terbuka seperti di sawah dan
showroom yang terletak di tepi jalan raya, terpisah dari lokasi pembibitan.
Luas showroom biasanya kecil hanya lebih kurang 10% dari lokasi
pembibitan. Showroom merupakan bangunan tempat memamerkan bibit
tanaman buah, biasanya berupa dangau tanpa dinding yang beratapkan daun
kelapa dengan rangka terbuat dari bambu.
Fasilitas produksi lainnya yakni kebun buah yang berfungsi sebagai pohon
induk penghasil mata tempel dan juga dapat berfungsi sebagai sumber mata
pencaharian tambahan. Pohon induk tersebut adalah pohon induk (tanaman
buah) yang telah diobservasi dan varietasnya telah dilepas oleh Menteri
Pertanian serta layak sebagai penghasil mata tempel. Kelayakan pohon induk
penghasil mata tempel meliputi keadaan pohon induk dan perkiraan jumlah
mata tempel. Pohon tersebut merupakan pohon induk utama yang akan
diperbanyak secara vegetatif dan sumber penghasil mata tempel atau bahan
sambung untuk perbanyakan selanjutnya.
Pohon induk yang dimiliki penangkar berjumlah banyak, sebagai contoh
jumlah pohoh induk yang dimiliki salah satu penangkar di Kecamatan Sawan
terdiri dari 20 pohon durian Kani, 3 pohon mangga Arumanis, 4 pohon
mangga Lalijiwa dan rambutan masing-masing 5 pohon untuk Binjai, Rapiah
dan Lebak Bulus. Ada pula penangkar di Kecamatan Kabutambahan yang
memiliki 50 pohon induk mangga terdiri dari 40 pohon mangga Arumanis dan
10 pohon mangga Lalijiwa. Mata tempel yang diproduksi tergantung dari
umur pohon, besarnya kanopi/luas tajuk tanaman dan kesuburan tanah.
Untuk pohon yang berumur 5-6 tahun dan luas kanopi/tajuk 2-3 m dapat
menghasilkan lebih kurang 3000 mata tempel.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

14

(a)

(b)

Foto 4.1.
Pohon induk tunggal yang digunakan penangkar sebagai sumber mata tempel
(a) Pohon induk durian Kani (b) Pohon induk rambutan Lebak Bulus.

Peralatan yang digunakan untuk pembibitan tanaman buah-buahan adalah


peralatan standar yang digunakan untuk berkebun. Adapun peralatan yang
digunakan oleh penangkar bibit mencakup peralatan berkebun dan okulasi
(cangkul, gunting, pisau, hand sprayer) dan peralatan panen yakni
pendongker dan karung atau keranjang.

(a)

(b)

Foto 4.2.
Peralatan untuk okulasi dan pendongker: (a) Gunting (atas) dan pisau okulasi
(bawah) peralatan penting untuk okulasi, (b) Pendongker, alat yang

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

15

digunakan untuk mengambil bibit pada saat panen

b. Bahan Baku & Tenaga Kerja


Bahan Baku
Bahan baku dalam usaha pembibitan tanaman buah-buahan adalah mata
tempel untuk batang atas dan biji untuk batang bawah. Mata tempel untuk
batang atas harus lulus sertifikasi dari Instansi Penyelenggara Sertifikasi dan
berasal dari pohon induk yang telah diobservasi dan telah dilepas varietasnya
oleh Menteri Pertanian (Foto 4.1).
Biji atau seedling yang digunakan sebagai batang bawah harus berasal dari
pohon induk yang telah dideterminasi oleh Instansi Penyelenggara Sertifikasi
dan dinyatakan layak sebagai pohon induk/penghasil benih sumber. Pohon
induk tersebut harus jelas varietasnya, telah direkomendasikan sebagai
penghasil batang bawah dan telah terdaftar di Instansi Penyelenggara
Sertifikasi, diketahui lokasinya, mempunyai batas-batas/daerah yang jelas
dan diberi identitas. Akan lebih baik lagi apabila pohon induk tersebut
terisolasi dari pohon lainnya yang sejenis. Pohon induk tersebut dapat
berasal dari biji (hasil perbanyakan generatif) atau dari hasil perbanyakan
vegetatif.
Biji yang digunakan untuk batang bawah adalah biji mangga Sanih,
rambutan Si Nyonya dan durian Kerikil. Syarat biji yang dipakai adalah
perakaran yang kuat dan menyebar merata, kompatibel dengan batang atas,
tahan terhadap organisme pengganggu tanaman, mempunyai daya adaptasi
yang luas, tidak berpengaruh buruk terhadap kuantitas dan kualitas buah.
Kebutuhan mata tempel dalam usaha pembibitan tanaman buah-buahan
dapat berasal dari kebun buah milik penangkar, namun seiring dengan
berjalannya waktu jumlah mata tempel yang tersedia semakin menipis
sehingga penangkar membeli dari luar kebunnya. Sedangkan kebutuhan biji
untuk batang bawah penangkar umumnya membeli biji dari pedagang biji
atau penangkar membeli langsung ke petani buah.
Sarana produksi yang digunakan adalah plastik, keranjang/ polybag/karung,
pestisida, pupuk urea dan pupuk kandang. Penangkar umumnya tidak
memperoleh kesulitan dalam memperoleh sarana produksi, karena
ketersediaan sarana produksi di wilayah ini melimpah
Tenaga kerja
Tenaga kerja yang bekerja pada usaha pembibitan tanaman buah-buahan
umumnya dapat digolongkan menjadi tenaga kerja tetap yang merupakan
anggota keluarga dengan jumlah tenaga kerja sekitar 8 orang dan tenaga

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

16

kerja tidak tetap yakni masyarakat sekitar dengan jumlah tenaga kerja
berkisar antara 15-20 orang.
Tenaga kerja tetap/keluarga biasanya melibatkan kedua orang tua dan anakanaknya yang telah dewasa. Selain tenaga kerja keluarga juga digunakan
tenaga kerja tidak tetap/borongan yang berasal dari luar keluarga. Tenaga
kerja keluarga digunakan untuk kegiatan pemasaran seperti menjaga
showroom dan kegiatan pengolahan tanah, pembuatan bedengan/guludan,
penanaman biji/penyemaian dan pemeliharaan tanaman, sedangkan tenaga
kerja borongan biasanya untuk kegiatan okulasi, pendongkeran dan
pengangkutan bibit ke showroom

c. Teknologi
Pembibitan tanaman buah-buahan umumnya dilakukan selama setahun (satu
musim tanam). Budidaya pembibitan tanaman buah-buahan dapat dibagi dua
teknik yaitu pembibitan di polybag dan pembibitan secara konvensional yakni
pembibitan di lahan. Tahap pembibitan di polybag adalah sebagai berikut :
1. Persiapan media tanam : media tanam yang digunakan sangat
beragam. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu penangkar
bibit di daerah Bogor, media tanam yang digunakan adalah campuran
serbuk kayu atau kompos, pupuk kandang dan guano, dengan
perbandingan 1:1:1 satuan volume. Media tanam tersebut dicampur
merata dan dimasukkan ke dalam polybag bervolume sekitar 40 liter.
Polybag diletakkan di bawah naungan seperti di bawah paranet atau di
bawah pohon besar.
2. Persiapan bibit batang bawah : biji untuk batang bawah disemaikan
dulu di bedengan, sesudah biji berkecambah, tiap-tiap bibit ditanam di
polybag yang telah tersedia, satu bibit satu polybag.
3. Okulasi : sesudah bibit batang bawah berumur 46 bulan dapat
dilakukan okulasi. Setelah 46 bulan berikutnya atau sesudah daun
tanaman okulasi tua (warna daun hijau tua) bibit sudah dapat dijual.
Teknik pembibitan di polybag memiliki keuntungan yaitu waktu okulasi tidak
mengenal musim, lebih mudah dilakukan, efektif dan cepat menghasilkan
bibit jual. Kendalanya, teknik pembibitan ini membutuhkan biaya yang lebih
banyak.
Teknik pembibitan yang lain adalah teknik pembibitan secara konvensional
yakni pembibitan di lahan terbuka seperti sawah. Teknik ini banyak dilakukan
oleh penangkar di daerah Buleleng. Keuntungan teknik ini adalah biaya yang
diperlukan lebih murah, sedang kendalanya adalah pada saat okulasi yang
hanya dilakukan saat musim-musim tertentu saja.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

17

Pembibitan tanaman buah-buahan di daerah survei (Buleleng) masih secara


konvensional dan terbatas pada pembibitan durian, mangga dan rambutan.
Hal ini dikarenakan ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel yang
terbatas pada durian Kani; mangga Arumanis dan Lalijiwa; rambutan Binjai,
Lebak Bulus dan Rapiah.
Teknik pembibitan ini didapatkan penangkar tidak secara turun-menurun
tetapi belajar sendiri dan atau dari pembinaan/pelatihan Dinas Pertanian
setempat. Pada Gambar 4.1. di bawah ini dijelaskan tentang teknik budidaya
bibit tanaman buah-buahan mulai dari pengolahan tanah dengan bajak
hingga panen atau transplanting bibit.
Tahapan-tahapan pembibitan tanaman buah-buahan terdiri dari pengolahan
tanah, pembuatan guludan/bedengan, penyemaian biji batang bawah,
pemeliharaan, okulasi, pemeliharaan dan panen. Berikut akan diuraikan
tahapan-tahapan dalam teknik budidaya pembibitan buah-buahan :

Gambar 4.1. Teknik budidaya dalam usaha pembibitan tanaman buahbuahan

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

18

d. Penanaman

Pengolahan tanah dengan bajak


Tanah yang digunakan untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahan pada
wilayah ini merupakan bekas pertanaman padi, sehingga tanah harus diolah
terlebih dahulu. Pengolahan tanah biasanya dilakukan pada bulan
Desember/Januari. Sebelum pengolahan tanah, lahan diairi terlebih dahulu
agar mudah dibajak. Kemudian tanah dibajak dengan menggunakan
sapi/kerbau. Pada jenis tanah ringan, pembajakan dilakukan satu kali saja,
sedangkan pada tanah berat, pembajakan dilakukan dua kali dengan jangka
waktu satu minggu. Setelah dibajak, tanah didiamkan selama seminggu agar
air berkurang.
Pembuatan bedengan atau guludan
Dalam membuat bedengan tanah dicangkul terlebih dahulu sedalam 20-30
cm. Hal ini dimaksudkan agar tanah menjadi gembur dan rata. Bedengan
yang dibuat berukuran lebar 40-50 cm dan tinggi 20 cm. Jarak antar
bedengan 30-40 cm. Panjang bedengan tergantung dari luas areal kebun.
Bedengan dibuat memanjang dari timur ke barat agar mendapat banyak
sinar matahari. Diantara bedengan perlu dibuat parit sebagai saluran air.
Lebar parit sekitar 15-20 cm, dengan kedalaman 10-20 cm. Selanjutnya di
atas bedengan diberi pupuk dasar berupa pupuk kandang atau kompos.
Pupuk kandang yang diberikan sebaiknya sudah dingin atau sudah dibiarkan
beberapa minggu. Pemupukan sebaiknya dilakukan satu minggu sebelum
tanam

Gambar 4.2. Bedengan untuk pembibitan tanaman buah-buahan

Penanaman biji untuk batang bawah


Sebelum penanaman biji dibuat terlebih dahulu lubang tanam dengan tugal
pada bedengan. Biji ditanam dalam lubang tanam dengan kedalaman 10
cm. Setiap lubang diisi satu butir biji. Jarak tanam antar lubang sekitar 1520 cm, dan jarak antar barisan 15-20 cm. Setelah biji ditanam, lubang

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

19

ditutup kembali dengan tanah. Satu-dua minggu kemudian biji akan tumbuh
dan untuk biji yang tidak tumbuh dilakukan penyulaman.
Pemeliharaan
Agar bibit okulasi nantinya bisa menjadi tanaman yang sehat, maka batang
bawah sebaiknya dipelihara dengan baik. Pemeliharaan terdiri dari
penyiangan, pemangkasan, pemupukan urea, pengairan dan pengendalian
Hama Penyakit Tanaman (HPT). Penyiangan pertama dilakukan pada saat
tinggi tanaman sekitar 20 cm dengan tangan atau dengan alat bantu
cangkul/kored. Hal ini dilakukan untuk menghindari persaingan nutrisi antara
tanaman dan gulma.
Pemupukan dimulai saat umur tanaman 1-2 bulan setelah penanaman biji
dan dilanjutkan 1-2 bulan setelah okulasi. Urea yang diperlukan sebanyak
400 kg/ha. Pada tahap awal pemupukan buatlah alur melingkari tanaman.
Garis tengah alur disesuaikan dengan lebarnya tajuk bibit. Kedalaman alur
dibuat 2-3 cm. Pengairan dilakukan setiap hari apabila tidak turun hujan. Biji
yang baru ditanam membutuhkan pengairan satu kali sehari, tapi tanah tidak
boleh tergenang terlalu lama atau sampai terlalu basah.
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara terkendali sampai
tanaman siap panen atau transplanting. Jenis pestisida yang digunakan
adalah acinol, colatrol dan dushband dengan jumlah total sebanyak 40 liter
per ha.
Hal yang lebih penting batang bawah jangan sampai memiliki cabang di
bawah ketinggian 30 cm. Cara mengatasinya dengan melakukan
pemangkasan bila ada tunas yang tumbuh di bagian tersebut. Dan juga perlu
dijaga agar batang tetap tegak lurus sehingga akan memudahkan
pengokulasian dan akan diperoleh bentuk batang okulasi yang baik.
Okulasi
Tempel atau enten atau okulasi (bahasa Belanda) atau budding (bahasa
Inggris) melibatkan menyatunya bagian-bagian tanaman dengan jalan
regenerasi, yang berhasil mencapai penyatuan fisik dan tumbuh menjadi
satu tanaman tunggal. Bagian yang memberi akar disebut batang bawah
(rootstock) dapat berupa sepotong akar atau tanaman utuh, bagian yang
ditambahkan disebut batang atas (scion atau entrijs) berupa mata tempel.
Syarat batang bawah yang siap diokulasi adalah pertumbuhan batang bawah
tegak dan lurus, tinggi batang 30-50 cm, jumlah ruas 8-10 ruas untuk
rambutan, 2 ruas untuk mangga dan durian dan kesehatan tanaman bebas
hama dan penyakit utama. Umur dari semai 6-8 bulan. Syarat mata tempel
yakni asal mata tempel pohon induk yang telah ditetapkan, varietas telah
dilepas, kondisi pohon induk sehat dan bebas hama dan penyakit utama,
tinggi penempelan 20-30 cm dari permukaan tanah.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

20

Secara umum okulasi terdiri dari pengirisan batang bawah, pengambilan dan
penyisipan mata, pengikatan tempelan dan pemotongan batang bawah.
Waktu yang baik untuk melakukan okulasi adalah pada saat kulit batang
bawah maupun batang atas muda dikelupas dari kulitnya. Saat ini terjadi
pada waktu pembelahan sel dalam kambium berlangsung secara aktif. Setiap
tanaman mempunyai waktu pembelahan yang berbeda, ada yang aktif di
musim kemarau atau saat musim hujan.
Untuk tanaman durian, mangga dan rambutan okulasi dilakukan saat musim
kemarau (Juni-Agustus). Hal ini untuk menghindari jamur/cendawan. Sebab
jika okulasi dilakukan saat musim hujan maka mata tempel yang ditempel
akan musnah terserang jamur/cendawan sehingga okulasi gagal. Kulit
batang bawah disayat, tepat di atas matanya ( 1 cm). Dipilih mata tempel
yang berjarak 20 cm dari permukaan tanah.
Adapun urutan okulasi adalah :
1. Pada batang bawah, dibuat sayatan melintang sepanjang 1 cm, dari
ujung irisan melintang ini kulit dikupas ke bawah sepanjang 2-3 cm
sehingga mirip lidah.
2. Kulit yang mirip lidah dipotong menjadi 2/3-nya.
3. Mata tempel diambil dengan cara irisan segi empat. Besarnya kulit
mata ini harus lebih kecil, karena jika ukuran kulit mata sama atau
lebih besar maka okulasi akan gagal.
4. Kulit mata yang telah dilepas dari kayunya, didalamnya ada kambium
dan di luar ada matanya, ditempelkan pada irisan batang bawah.
Setelah tempelan pas benar, kemudian diikat dengan plastik.
5. Dalam waktu 2-3 minggu kemudian ikatan dibuka. Bila matanya masih
hijau, berarti okulasi berhasil, jika coklat, berarti okulasi gagal dan
perlu dilakukan penyulaman.
Tingkat keberhasilan okulasi cukup rendah, sebagai contoh pada 100.000
bibit yang diokulasi hanya 60% saja yang tumbuh yaitu 60.000 bibit
sehingga perlu dilakukan penyulaman okulasi sebanyak 40.000 bibit. Pada
penyulaman ini hanya 50% yang tumbuh yaitu 20.000 bibit. Dengan
demikian total tanaman yang berhasil hidup setelah okulasi (stump) adalah
sebanyak 80.000 bibit atau 80%.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

21

a. Kulit kayu batang bawah dikelupas b. Mengambil mata tempel c. Mata


tempel yang bagus terdapat bintil di kulit kayu d. Tempelkan mata tempel di
bagian batang bawah e. Ikat tempelan dengan plastik f. Tanaman yang
berhasil diokulasi (stump)
Sumber foto : Rini Wudianto dan pribadi
Foto 4.3. Tahapan okulasi

Pemeliharaan
Pemeliharaan setelah okulasi sama dengan pemeliharaan sebelum okulasi,
yaitu berupa penyiangan, pemangkasan, pemupukan urea, pengairan dan
pengendalian Hama Penyakit Tanaman (HPT).
Panen/Transplanting
Panen atau transplanting dilakukan setelah stump (tanaman hasil okulasi)
berumur 6-7 bulan. Panen atau transplanting dilakukan pada Desember atau
Januari dan terdiri dari dua tahap yakni :
a. Pendongkeran
Pendongkeran adalah mencabut tanaman dari lapang dan dipindahkan ke
karung atau keranjang (Foto 4.4.). Alat yang digunakan yaitu pendongker.
Langkah-langkah pendongkeran yaitu

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

22

Lahan yang siap dipanen diairi terlebih dahulu selama 1-2 hari. Hal ini
dimaksudkan agar tanah dan tanaman mudah dicabut/diambil dan
ridak hancur.
Pendongker ditusuk/dimasukkan ke dalam tanah disekeliling tanaman
sedalam kurang lebih 20 cm. Baru kemudian tanaman diangkat dan
dimasukkan ke sobekan karung atau keranjang.

Foto 4.4. Cara pendongkeran atau pencabutan bibit

b. Pengangkutan
Setelah pendongkeran bibit dimasukkan ke sobekan karung atau keranjang,
kemudian karung diikat dengan tali rafia agar tanah tidak jatuh dan rusak
sehingga bibit dapat mati. Setelah itu bibit diangkut ke showroom dan
dibiarkan selama 3-4 minggu untuk adaptasi dan mengetahui kepastian
tumbuhnya baru setelah diketahui kepastian hidup bibit dapat dipasarkan

Foto 4.5. Bibit yang selesai ditransplanting kemudian di bawa ke showroom

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

23

Pemberian label
Pemberian label dilakukan oleh BPSB Denpasar Kantor Perwakilan Singaraja
dan pengawasan dimulai mulai dari penanaman batang bawah hingga
transplanting. Tanaman hasil okulasi (stump) yang siap dilabel yaitu jumlah
cabang tunas mata tempel minimum satu jumlah daun pada mata tempel
pasca aklimatisasi 8 helai, panjang tunas mata tempel (minimum) dan atau
jumlah ruas pada tunas mata tempel yakni 30-40 cm /2 ruas, kondisi fisik
bibit sehat bebas hama dan penyakit utama, umur bibit sejak penempelan
(minimum) 6 bulan. Pemberian label dapat dilihat pada lampiran 15.

Gambar 4.6. Contoh label benih yang digunakan penangkar pada bibit
mangga Lalijiwa

e. Proses Produksi
Jenis dan Mutu Produksi
Jumlah produksi bibit tanaman buah-buahan tergantung pada iklim dan
cuaca, karena jika hujan yang terus menerus terjadi akan menyebabkan
kemunduran waktu okulasi bahkan jika dipaksakan akan menyebabkan
kegagalan okulasi dan penangkar mengalami kerugian. Selain itu luas lahan
untuk pembibitan yang digunakan penangkar umumnya sewa jadi jika lahan
pembibitan berkurang maka produksi pun menurun. Kehilangan hasil
produksi berkisar 20-30 % dan okulasi merupakan tahap yang kritis.
Menurut mutu, bibit tanaman buah-buahan dapat dibedakan berdasarkan
jenis dan tinggi tanaman. Harga bibit durian adalah yang paling mahal,
diikuti oleh mangga dan terakhir rambutan. Tinggi bibit tanaman 30-40 cm
adalah yang paling murah sedangkan tinggi bibit hingga 1 meter dapat
mencapai Rp 10.000,- per bibit untuk durian Kani. Untuk mangga baik itu
Arumanis maupun Lalijiwa ukuran bibit 60-70 cm harga bibit Rp 7500,- per
bibit, demikian juga untuk rambutan

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

24

Produksi optimum
Berdasarkan hasil wawancara dengan penangkar dan Dinas Pertanian,
produksi optimum pembibitan tanaman buah-buahan dengan luas satu
hektar adalah 100.000 bibit. Kapasitas produksi optimum tersebut dapat
dicapai jika tahapan-tahapan kritis dalam pembibitan tanaman buah-buahan
dapat ditekan seminimal mungkin
Kendala Produksi
Banyak faktor yang mempengarui usaha pembibitan tanaman buah-buahan
di Kecamatan Sawan dan Kabutambahan Kabupaten Buleleng yakni
ketersediaan mata tempel, ketersediaan biji atau seedling, kondisi iklim dan
cuaca pada saat okulasi dan pendongkeran. Faktor-faktor tersebut adalah
1. Ketersediaan mata tempel
Ketersediaan mata tempel mempengaruhi jenis dan jumlah produksi
bibit. Pohon induk penghasil mata tempel yang dapat tumbuh baik di
Kecamatan Sawan dan Kabutambahan adalah mangga, durian dan
rambutan.
2. Ketersediaan biji atau seedling
Ketersediaan biji atau seedling mempengaruhi jenis dan jumlah
produksi bibit. Jika jumlah biji yang diperlukan tidak tersedia maka
penangkar membatasi produksi. Penangkar umumnya membeli biji
dari pedagang biji atau penangkar membeli langsung ke petani buah.
3. Okulasi
Saat yang tepat melakukan okulasi untuk durian, rambutan dan
mangga adalah saat musim kemarau karena pada waktu tersebut
curah hujan berkurang. Saat ini akibat efek dari pemanasan global
terjadi perubahan iklim dan cuaca akibatnya petani sulit memprediksi
kapan musim kemarau akan berlangsung dan kapan musim hujan
akan berlangsung
4. Pendongkeran
Pendongkeran yang tidak hati-hati akan mengakibatkan akar akan
terputus sehingga bibit tanaman akan mati. Hujan yang terjadi ketika
pendongkeran akan menyebabkan tanah mudah runtuh/hancur
sehingga akan menyebabkan kematian bibit.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

25

5. Aspek Keuangan
a. Asumsi
Pemilihan Pola Usaha
Pola usaha yang dipilih adalah pola usaha polikultur sesuai dengan pola
usaha di daerah survei dengan menggunakan teknik konvensional yakni
pembibitan di lahan sawah. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan harus
memperhatikan ketersediaan air sepanjang tahun, pohon induk penghasil
mata tempel dan biji untuk batang bawah.
Tanaman yang ditangkar yakni durian Kani, mangga Arumanis dan Lalijiwa,
rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah. Produk dari usaha ini adalah bibit
yang berlabel dengan tinggi 30-40 cm. Ukuran ini adalah ukuran untuk partai
besar/borongan. Bibit yang tidak laku terjual akan ditanam kembali dan
dapat dijual kembali bila sewaktu-waktu ada yang memerlukannya
Asumsi
Analisis keuangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan perlu dilakukan
untuk
mengetahui
gambaran
umum
mengenai
pendapatan
dan
pengeluaran/biaya, kemampuan melunasi kredit, serta kelayakan usaha
ditinjau dari beberapa kriteria kelayakan finansial seperti Net Present Value
(NPV), Internal Rate of Return (IRR), Pay back Period (PBP) dan Net
Benefit/Cost Ratio (Net B/C). Untuk melakukan analisis keuangan tersebut
digunakan beberapa asumsi dan parameter keuangan yang didasarkan pada
hasil pengamatan di lapangan, masukan dari instansi terkait dan pustaka
yang mendukung sehingga akan diperoleh gambaran secara utuh tentang
aspek keuangan usaha pembibitan tanaman buah-buahan. Asumsi-asumsi
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 5.1
Pemilihan periode proyek 3 tahun disebabkan oleh umur ekonomis peralatan
yang digunakan rata-rata mencapai 3 tahun. Luas lahan pembibitan tanaman
buah-buahan adalah 1 ha terdiri dari 0,35 ha pembibitan durian; 0,20 ha
pembibitan mangga terdiri dari 2/3 mangga Arumanis dan 1/3 mangga
Lalijiwa dan 0,45 ha pembibitan rambutan (untuk Binjai, Lebak Bulus dan
Rapiah masing-masing 0,15 ha).
Biaya dalam analisis keuangan berdasarkan harga bahan baku, sarana
produksi dan upah tenaga kerja pada tahun 2004/2005 (musim tanam
2004). Harga jual bibit berdasarkan harga jual tahun 2005 (Tabel 3.3) dan
diasumsikan harga sama pada tahun berikutnya. Mata tempel dan biji untuk
batang bawah dibeli dari petani buah. Jenis kredit yang digunakan adalah
Kredit Modal Kerja (KMK) dengan jangka waktu pengembalian kredit adalah
12 bulan (1 tahun).

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

26

Proses pembibitan tanaman buah-buahan mulai dari pengolahan tanah


sampai dengan panen mencapai 14 bulan (1 musim tanam). Asumsi total
kehilangan hasil sebesar 30% (saat okulasi 20% ditambah 10% setelah
okulasi). Produksi bibit buah ditentukan oleh jumlah order/pesanan dan
ketersediaan pohon induk penghasil mata tempel dengan produksi bibit
setiap tahun adalah sama yaitu 70.000 bibit.
Bibit yang berhasil dijual tiap tahun sebesar 80 % dari total produksi bibit
tiap tahun. Bibit yang tidak laku terjual dapat dijual kembali pada tahun
berikutnya. Tenaga kerja tetap, termasuk didalamnya tenaga kerja
manajerial berjumlah 8 orang dengan upah Rp 500.000 per orang per bulan.
Dari hasil survei, pemilik usaha pembibitan tanaman buah-buahan sekaligus
bertindak sebagai tenaga kerja manajerial yang gajinya sama dengan tenaga
kerja tetap. Asumsi dan parameter yang digunakan dalam analisis keuangan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1
Tabel 5.1.
Asumsi Analisis Keuangan
No

Asumsi

1 Periode proyek
2

Luas lahan pembibitan durian, mangga


dan rambutan
Kebutuhan batang bawah durian,
mangga dan rambutan per musim
Kebutuhan mata tempel durian, mangga
dan rambutan per musim
Produksi bibit hasil okulasi durian,
mangga dan rambutan per musim

Satuan

Jumlah

Tahun

Hektar

Bibit

110.000

Buah

140.000

Bibit

70.000

6 Harga jual bibit


a. Durian Kani

Rp/bibit

4.000

b. Mangga : Arumanis

Rp/bibit

2.500

Lalijiwa

Rp/bibit

3.000

Rp/bibit

2.000

c. Rambutan Binjai, Rapiah dan Lebak


Bulus
7 Penjualan bibit hasil okulasi
a. Tahun pertama

Bibit

56.000

b. Tahun kedua

Bibit

67.200

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

27

c. Tahun ketiga

Bibit

69.440

d. Sisa Penjualan

Bibit

17.360

Hari

25

Bulan

12

8 Hari kerja per bulan


Bulan kerja per tahun
9 Penggunaan tenaga kerja
Tenaga manajerial

Orang

Tenaga kerja tetap

Orang

Tenaga kerja borongan

Orang

15

10 Upah tenaga kerja


Tenaga kerja tetap
Tenaga kerja borongan

Rp/orang/hari
Rp/bibit

20.000
100

11 Sarana produksi
Plastik

Bal

33

Karung/keranjang

Buah

70.000

Pestisida

Liter

40

Pupuk urea

Kg

400

Pupuk kandang

Ton

20

12 Harga sarana produksi


Biji batang bawah durian, mangga dan

Rp/buah

150

a. Durian

Rp/buah

70

b. Mangga

Rp/buah

125

c. Rambutan

Rp/buah

70

rambutan
Mata tempel

Plastik

Rp/bal

4.000

Karung/keranjang

Rp/buah

100

Pestisida

Rp/liter

60.000

Pupuk urea

Rp/kg

1.100

Pupuk kandang

Rp/ton

200.000

13 Biaya sertifikasi bibit

Rp/bibit

165

14 Bunga Kredit Modal Kerja

Persen

15,75

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

28

15

Proporsi kredit dan dana sendiri untuk


Modal Kerja
Kredit

Persen

35

Dana sendiri

Persen

65

Tahun

16 Jangka waktu pinjaman

Sumber: Lampiran 1
Jadwal kegiatan usaha pembibitan tanaman buah-buahan seluas 1 hektar
dengan pola usaha polikultur (durian, mangga dan rambutan) mulai dari
pengolahan tanah, pembuatan bedengan hingga panen berlangsung selama
14 bulan untuk satu musim tanam. Secara rinci jadwal kegiatan usaha
pembibitan tanaman buah-buahan dapat dilihat pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2.
Jadwal Kegiatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
No

Bulan

Uraian Kegiatan

1 Desember

Pengolahan tanah

2 Januari

Pembuatan bedengan

3 Februari

Penyemaian biji untuk batang bawah sebanyak 100.000 biji

4 Maret-Juni

Pemeliharaan batang bawah


Okulasi tahap I sebanyak 100.000 mata tempel untuk

5 Juli

100.000batang bawah. Dengan tingkat keberhasilan 60% maka


jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi sebanyak
60.000 bibit
Okulasi tahap II sebanyak 40.000 mata tempel untuk
40.000batang bawah. Dengan tingkat keberhasilan 50% maka

6 Agustus

jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi sebanyak


20.000 bibit. Jumlah bibit yangberhasil hidup setelah okulasi
tahap I dan II yaitu 80.000 bibit

September-

Pemeliharaan bibit hasil okulasi. Pada tahap ini

Desember

diperkirakanjumlah kematian bibit sebanyak 10.000 bibit


Panen terdiri dari pendongkeran dan pengangkutan bibit

8 Januari

hasilokulasi sebanyak 70.000 bibit (tingkat keberhasilan sampai


dengan panensebesar 70%)

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

29

b. Biaya
Biaya Investasi dan Operasional
Struktur biaya yang diperlukan untuk usaha pembibitan tanaman buahbuahanterdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya
investasiadalah
biaya
awal
yang
diperlukan
sebelum
kegiatan
operasionaldilakukan. Sedangkan biaya operasional diperlukan pada saaat
prosesproduksi mulai dilakukan
Biaya Investasi
Biaya investasi diperlukan untuk memulai usaha pembibitan tanaman buahbuahan meliputi biaya perizinan, sewa lahan, bangunan dan peralatan. Biaya
investasi ini bersifat tetap (fixed) dan harus dikeluarkan pada tahun ke-0
sebelum melakukan usaha. Jumlah investasi yang dibutuhkan untuk usaha
pembibitan tanaman buah-buahan adalah Rp 65.620.000 Secara rinci jenis
investasi dan kebutuhan biaya masing-masing investasi dapat dilihat pada
Tabel 5.3 berikut.
Selama periode proyek, terdapat komponen investasi yang harus melakukan
reinvestasi pada tahun-tahun berikutnya yakni sewa lahan sedangkan biaya
perizinan dikeluarkan sekali saja pada awal usaha. Biaya perizinan meliputi
Tanda Daftar Pedagang (TDP), NPWP dan SIUP. Komponen biaya investasi
usaha pembibitan tanaman buah-buahan secara rinci terdapat pada
Lampiran 2.
Tabel 5.3.
Kebutuhan Biaya Investasi Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
No

Uraian

Perijinan

Sewa Lahan 1 Hektar

Bangunan dan Peralatan

Jumlah Biaya (Rp)


1.000.000
36.000.000

a. Bangunan

25.620.000

b. Peratalan

3.000000

Jumlah

62.620.000

Biaya Operasional
Biaya operasional merupakan biaya yang diperlukan dalam memproduksi
bibit tanaman buah-buahan. Besarnya biaya operasional ini tergantung pada
luas areal tanah. Semakin luas areal tanam maka biaya operasional semakin
tinggi. Biaya operasional umumnya merupakan biaya tidak tetap (variabel

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

30

cost) yang terdiri dari biaya bahan baku, sarana produksi, tenaga kerja
borongan dan biaya sertifikasi bibit. Selain biaya tidak tetap, biaya
operasional juga meliputi juga biaya overhead yang merupakan biaya tetap
yang harus dikeluarkan setiap bulannya dan sifatnya tidak langsung. Biaya
overhead meliputi biaya listrik, biaya telepon dan tenaga kerja tetap.
Total biaya operasional yang dibutuhkan pada tahun pertama sejumlah Rp
131.162.000 dan pada tahun selanjutnya diasumsikan konstan karena luas
areal tanam tetap, jumlah bahan baku, sarana produksi dan biaya sertifkasi
bibit juga tetap. Biaya operasional usaha pembibitan tanaman buah-buahan
dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut ini.

Tabel 5.4.
Kebutuhan Biaya Operasional per Tahun
No
1

Uraian

Jumlah Biaya (Rp)

Biaya Variabel
a. Biaya bahan baku

44.340.000

b. Biaya saprotan

13.972.000

c. Tenaga kerja borongan

26.000.000

d. Biaya sertifikasi bibit

11.550.000

Biaya Overhead
a. Biaya listrik
b. Biaya telepon
c. Biaya tenaga kerja tetap
Jumlah

600.000
1.200.000
48.000.000
131.162.000

Upah tenaga kerja tetap yang terlibat dalam usaha ini tidak mengalami
kenaikan karena menyesuaikan dengan upah minimum provinsi. Tenaga
kerja borongan bersifat tidak tetap yang diupah Rp 100 untuk setiap bibit
sehingga besarnya upah tidak tergantung jumlah tenaga kerja yang
digunakan. Kegiatan yang dilakukan tenaga kerja borongan meliputi okulasi,
pendongkeran dan pengangkutan bibit ke showroom. Tenaga kerja borongan
tergantung pada jumlah produksi bibit. Biaya listrik dan telepon juga
diasumsikan tetap tiap tahunnya. Kebutuhan biaya operasional yang
dibutuhkan dalam usaha pembibitan tanaman buah-buahan per tahun secara
rinci dapat dilihat pada Lampiran 3.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

31

c. Kebutuhan Investasi dan Modal Kerja


Sumber dana untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahan berasal dari
dana sendiri dan kredit perbankan. Dana investasi seluruhnya berasal dari
dana sendiri, sedangkan dana modal kerja berasal dari kredit bank dan dana
sendiri dengan perbandingan 35% kredit bank dan 65% dari dana sendiri.
Untuk mendapatkan kredit, pihak bank mensyaratkan bahwa penangkar
harus mempunyai dana investasi sendiri. Secara keseluruhan besarnya dana
untuk investasi dan modal kerja usaha pembibitan tanaman buah-buahan
mencapai Rp 196.782.000.
Dari tabel 5.5. dapat diketahui bahwa untuk kebutuhan investasi dibutuhkan
dana sebesar Rp 65.620.000 sedangkan untuk kebutuhan modal kerja
dibutuhkan dana sebesar Rp 131.162.000terdiri dari kredit modal kerja
sebesar Rp 45.906.700 atau 35% dan dana sendiri sebesar Rp 85.255.300
atau 65%.
Tabel 5.5.
Kebutuhan Modal Investasi dan Modal Kerja
No
1

Uraian

Persentase

Total Biaya (Rp)

0%

100%

65.620.000

Dana Investasi
a. Kredit
b. Dana Sendiri
Jumlah Dana Investasi

65.620.000

Dana Modal Kerja


a. Kredit

35%

45.906.700

b. Dana Sendiri

65%

85.255.300

Jumlah Dana Modal Kerja


3

131.162.000

Total Dana Proyek


a. Kredit

23,33%

45.906.700

b. Dana Sendiri

76,67%

150.875.300

Jumlah Dana Proyek

196.782.000

Dana yang berasal dari bank yaitu KreditModal Kerja akan dikembalikan
dalam jangka waktu 1 tahun dengan bunga15,75% dengan angsuran
dibayarkan setiap bulan (Tabel 5.6.)
Tabel 5.6.
Angsuran Pokok dan Angsuran Bunga.
Periode

Angsuran

Angsuran Bunga Total Angsuran

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

Saldo Akhir

32

Pokok
45.906.700
Bulan 1

3.825.558

602.525

4.428.084

42.081.142

Bulan 2

3.825.558

552.315

4.377.873

38.255.583

Bulan 3

3.825.558

502.105

4.327.663

34.430.025

Bulan 4

3.825.558

451.894

4.277.452

30.604.467

Bulan 5

3.825.558

401.684

4.227.242

26.778.908

Bulan 6

3.825.558

351.476

4.177.032

22.953.350

Bulan 7

3.825.558

301.263

4.126.821

19.127.792

Bulan 8

3.825.558

251.052

4.076.611

15.302.233

Bulan 9

3.825.558

200.842

4.026.611

11.476.675

Bulan 10

3.825.558

150.631

3.976.190

7.651.117

Bulan 11

3.825.558

100.210

3.925.979

3.825.558

Bulan 12

3.825.558

50.210

3.875.769

3.916.415

49.823.115

Total 1
Tahun

45.906.700

d. Produksi dan Pendapatan


Bibit tanaman durian, mangga dan rambutan diproduksi setahun sekali. Total
kehilangan hasil pembibitan diasumsikan 30% dan sama setiap tahunnya
sehingga jumlah total produksi bibit tiap tahun 70.000 bibit terdiri dari durian
Kani 24.500 bibit, mangga 14.000 bibit terdiri dari Arumanis 10.500 bibit dan
Lalijiwa 3.500 bibit, rambutan Binjai, Lebak Bulus dan Rapiah masing-masing
10.500 bibit sebagaimana terlihat pada Tabel 5.7.
Bibit yang dihasilkan berukuran 30-40 cm dan dijual secara borongan dengan
harga jual bibit durian Kani Rp 4000/bibit, mangga Arumanis Rp 2500/bibit
dan mangga Lalijiwa Rp 3000/bibit. Sedangkan untuk rambutan baik itu
rambutan Binjai, Lebak Bulus maupun Rapiah dijual dengan harga Rp
2000/bibit. Jumlah bibit terjual diasumsikan 80% dari total produksi bibit dan
bibit yang tidak terjual dapat dijual kembali pada tahun berikutnya. Pada
tahun ke-1, bibit yang terjual adalah 56.000 dari produksi 70.000 bibit
sehingga diperoleh pendapatan sebesar Rp 158.200.000. Pada tahun ke-2,
bibit yang terjual adalah 67.200 bibit dari produksi 70.000 bibit ditambah
sisa produksi bibit tahun pertama sehingga diperoleh pendapatan Rp
189.840.000. Pada tahun ke-3, bibit yang terjual adalah 69.440 bibit dari

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

33

produksi 70.000 bibit ditambah sisa produksi bibit tahun kedua sehingga
diperoleh pendapatan Rp 196.168.000. Secara rinci proyeksi produksi dan
pendapatan dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 6.
Tabel 5.7.
Proyeksi Produksi dan Pendapatan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
Uraian

Tahun 1

Tahun 2

Tahun 3

a. Durian Kani

24.500

24.500

24.500

b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa

14.000

14.000

14.000

31.500

31.500

31.500

70.000

70.000

70.000

a. Durian Kani

19.600

23.520

24.304

b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa

11.200

13.440

13.888

25.200

30.240

31.248

56.000

67.200

69.440

a. Durian Kani

78.400.000

94.080.000

97.216.000

b. Mangga Arumanis dan Lalijiwa

29.400.000

35.250.000

36.456.000

50.400.000

60.480.000

62.946.000

158.200.000

189.840.000

196.168.000

Produksi (bibit)

c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus


dan Rapiah
Jumlah
Pendapatan
Bibit :

c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus


dan Rapiah
Jumlah
Nilai (Rupiah)

c. Rambutan Binjai, Lebak Bulus


dan Rapiah
Jumlah

e. Proyeksi Laba Rugi dan Break Even Point


Proyeksi laba rugi merupakan suatu gambaran potensi keuntungan atau
kerugian yang akan diperoleh dari suatu usaha atau proyek. Perhitungan
proyeksi laba dan rugi menunjukkan bahwa pada tahun pertama usaha
pembibitan tanaman buah-buahan memperoleh keuntungan sebesar Rp
1.633.347 dengan profit on sales sebesar 1,03% dan Break Even Point (BEP)
dalam rupiah adalah Rp 154.243.693. Potensi keuntungan tersebut terus

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

34

meningkat dari tahun ke tahun hingga tahun ketiga memperoleh keuntungan


bersih Rp 37.235.100 dengan profit on sales sebesar 18,98% dan BEPRp
121.317.074 (Tabel 5.8.)
Tabel 5.8.
Proyeksi Laba Rugi Usaha dan Break Even Point per Tahun
No

Uraian

Tahun 1

Tahun 2

Tahun 3

Total Pendapatan

158.200.000

189.840.000

198.168.000

Total Pengeluaran

156.278.415

152.362.000

152.362.000

L/R Sebelum Pajak

1.921.585

37.478.000

43.806.000

Pajak (15%)

288.238

5.621.700

6.570.900

Laba Setelah Pajak

1.633.347

31.856.300

37.235.100

Profit on Sales

1,03%

16,78%

18,98%

BEP : Rupiah

154.243.693

124.252.291

121.317.074

Rata-rata keuntungan bersih selama 3 tahun mencapai Rp 23.030.467 per


tahun sedangkan profit on sales rata-rata mencapai 12,26% per tahun.
Sementara rata-rata Break Even Point (BEP) dalam rupiah selama 3 tahun
mencapai Rp 133.271.019 per tahun. Secara rinci ptoyeksi laba dan rugi dan
BEP dapat dilihat pada Lampiran 7.
Proyeksi Arus Kas dan Kelayakan Proyek
Proyeksi arus kas dilakukan untuk mengetahui kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban keuangannya ke pihak lain dan tetap
mendapatkan keuntungan (proyeksi arus kas masuk dan arus kas keluar).
Dalam analisis arus kas juga dilakukan perhitungan kelayakan usaha yaitu
Net Benefit/Cost Ratio (Net B/C Ratio), Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR) dan Pay Back Period (PBP). Proyeksi arus kas secara
rinci dapat dilihat pada Lampiran 8.
Hasilperhitungan menunjukkan bahwa usaha pembibitan tanaman buahbuahanmerupakan usaha yang menguntungkan secara finansial karena pada
tingkatsuku bunga 15,75% per tahun memiliki NPV positif yaitu sebesar
Rp34.769.916, IRR yang lebih tinggi dari tingkat suku bunga yaitusebesar
41,93% dan Net B/C ratio lebih besar dari 1 yaitu 1,53.Sementara PBP
adalah 2,08 tahun yang menunjukkan investasi usahaPembibitan Tanaman
Buah-buahan yang besarnya mencapai Rp 65.620.000dapat tertutup kembali
selama 2 tahun usaha berjalan. Dengan demikianusaha Pembibitan Tanaman
Buah-buahan layak dilaksanakan sampai tingkatsuku bunga 41,93%. Secara
ringkas, kriteria kelayakan dan nilainyadapat dilihat pada Tabel 5.9.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

35

Tabel 5.9.
Kelayakan Usaha Pembibitan Tanaman Buah-buahan
No

KriteriaKelayakan

Nilai

Justifikasi Kelayakan

Rp 34.769.916

>0

41,93%

> 15,75%

NPV (15,75%)

IRR

Net B/C Ratio

1,53

> 1,00

PBP (Tahun)

2,08

<3

f. Analisis Sensivitas
Analisis sensitivitas kelayakan usahaperlu dilakukan untuk mengetahui
sampai seberapa besar (dalam persen)perubahan dari pengeluaran dan atau
pendapatan, sehingga proyek initidak layak dilaksanakan. Dalam pengertian
NPV negatif, Net B/C ratiolebih kecil dari satu dan IRR di bawah tingkat suku
bunga. Hal inidisebabkan karena proyeksi pendapatan dan pengeluaran
didasarkan padaasumsi yang memiliki ketidakpastian. Analisis sensitivitas
dilakukanpada 3 skenario atau kondisi perubahan yaitu :
1. Skenario I : Penurunan pendapatan
Pada skenario ini terjadi penurunan pendapatan sementara biaya investasi
dan operasional tetap. Penurunan pendapatan dapat terjadi karena harga
jual bibit tanaman buah-buahan mengalami penurunan ataupun penurunan
volume penjualan. Pada saat terjadi penurunan pendapatan usaha
pembibitan tanaman buah-buahan menjadi sensitif terhadap penurunan
pendapatan pada kisaran 8-9%. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan
pendapatan sabagaimana terlihat pada tabel 5.10 dan Lampiran 9 dan
Lampiran 10.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

36

Tabel 5.10.
Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario I
No

Kriteria Kelayakan

Pendapatan Turun
8%

9%

Rp 2.381.228

- Rp 1.667.358

17,62%

14,43%

3 Net B/C Ratio

1,04

0,97

4 PBP (Tahun)

2,91

3,06

1 NPV (15,75%)
2 IRR

Dari tabel tersebut dapat diketahuibahwa jika pendapatan turun sampai 8%


maka proyek tersebut masih layakuntuk dilaksanakan karena nilai NPV masih
positif, IRR lebih besar daritingkat suku bunga yang berlaku yakni 15,75%
dan Net B/C di atas 1, danjangka waktu pengembalian investasi (PBP)
sebesar 2,91 tahun. Tetapijika pendapatan turun sampai 9%, proyek
tersebut tidak layak untukdilaksankan karena NPV negatif, IRR berada di
bawah tingkat suku bungayang berlaku yakni 15,75%, Net B/C berada di
bawah 1 dan jangka waktupengembalian investasi (PBP) melebihi umur
proyek.
2. Skenario II : Kenaikan biaya variabel (produksi)
Pada skenario ini, biaya variabel mengalami kenaikan sedangkan biaya
investasi, biaya overhead dan pendapatan dianggap tetap. Kenaikan biaya
variabel dapat terjadi apabila harga input meningkat seperti bahan baku
bibit, sarana produksi, tenaga kerja borongan dan biaya sertifikasi bibit. Pada
saat terjadi peningkatan biaya variabel usaha pembibitan tanaman buahbuahan menjadi sensitif pada kisaran 18-19%. Hasil analisis sensitivitas
akibat kenaikan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 5.11 dan Lampiran
11 dan Lampiran 12.
Tabel 5.11.
Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario II
No

Kriteria Kelayakan

Biaya Variabel Naik


18%

19%

Rp 1.743.247

- Rp 91.568

17,10%

15,68%

3 Net B/C Ratio

1,03

1,00

4 PBP (Tahun)

2,94

3,00

1 NPV (15,75%)
2 IRR

Pada kenaikan biaya variabel sampai 18%mengindikasikan proyek tersebut


masih layak untuk dilaksanakan karenanilai NPV masih positif, IRR lebih

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

37

besar dari tingkat suku bungayang berlaku, Net B/C Ratio berada di atas 1
dan PBP sebesar 2,94tahun. Tetapi pada kenaikan biaya variabel sampai
19% proyek ini tidaklayak dilaksanakan karena nilai NPV negatif, IRR berada
di bawahtingkat suku bunga yang berlaku.
3. Skenario III : Penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel
(produksi)
Pada skenario ini terjadi penurunan pendapatan sekaligus terjadi
peningkatan biaya varibel pada saat yang bersamaan dengan persentase
yang sama. Pada saat terjadi penurunan pendapatan dan peningkatan biaya
variabel usaha pembibitan tanaman buah-buahan menjadi sensitif pada
kisaran 5-6%. Hasil analisis sensitivitas akibat penurunan pendapatan dan
peningkatan biaya variabel dapat dilihat pada Tabel 5.12 dan Lampiran 13
dan Lampiran 14.
Tabel 5.12.
Hasil Analisis Sensitivitas Proyek Skenario III
No

Kriteria Kelayakan

Pendapatan Turun dan Biaya Variabel Naik


5%

6%

Rp 5.352.911

- Rp 530.490

19,92%

15,33%

3 Net B/C Ratio

1,08

0,88

4 PBP (Tahun)

2,81

3,02

1 NPV (15,75%)
2 IRR

Jika pendapatan turun dan biaya variabel naik masing-masing 5% maka


proyek tersebut masih layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV masih
positif, IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 15,75%,
Net B/C Ratio masih berada di atas 1 dan PBP selama 2,8 tahun. Tetapi jika
penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variabel adalah 6%, proyek
tersebut tidak layak untuk dilaksanakan karena nilai NPV negatif, IRR berada
di bawah tingkat suku bunga yang berlaku, Net B/C kurang dari satu dan
jangka waktu pengembalian investasi (PBP) lebih dari umur proyek.
Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa penurunan pendapatan lebih
sensitif dibandingkan dengan kenaikan biaya variabel. Hal ini terbukti dengan
penurunan pendapatan 9% proyek sudah tidak layak, sedangkan pada
kenaikan biaya variabel sebesar 18% proyek masih layak dilaksanakan. Dari
hasil analisis keuangan secara keseluruhan dapat diketahui bahwa usaha
pembibitan tanaman buah-buahan cukup menguntungkan dan layak untuk
dilaksanakan.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

38

6. Aspek Sosial Ekonomi dan Dampak Lingkungan


a. Aspek Sosial Ekonomi
Dalam pelaksanaan studi lapangan diketahui bahwa sebagian besar
penangkar bibit di Kecamatan Sawan dan Kabutambahan dapat menyisihkan
pendapatan dari usaha ini dalam bentuk tanah, kendaraan bermotor dan
rumah. Penangkar juga mempunyai usaha lain yang mendukung usaha
pembibitan yakni kebun buah. Bagi masyarakat sekitar, usaha pembibitan ini
menyebabkan berkembangnya usaha-usaha baru seperti buruh angkut,
pembuatan keranjang, pedagang biji-bijian, pedagang batang bawah dan
pedagang mata tempel atau entres.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan mampu menyerap tenaga kerja
cukup tinggi dan mengurangi pengangguran. Dari sisi pendapatan daerah
usaha ini hanya memiliki kontribusi 1% meskipun demikian usaha ini mampu
menjadi ikon bagi daerah Buleleng sehingga kabupaten ini terkenal sebagai
pusat pembibitan tanaman buah-buahan di daerah Bali.
b. Dampak Lingkungan
Berdasarkan hasil wawancara sampai saat ini belum diketahui secara pasti
dampak negatif yang disebabkan dari usaha ini. Menurut masyarakat sekitar
usaha ini berdampak positif bagi lingkungan sekitar terutama sekitar
showroom karena lingkungan menjadi asri dan indah.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

39

7. Penutup
a. Kesimpulan

1.

Usaha pembibitan tanaman buah-buahan dilakukan di lahan


persawahan (konvensional) dengan teknologisederhana, dikelola
sederhana dan merupakan usaha perseorangan.

2.

Peluang pasar bibit tanaman buah-buahan masih terbuka dan


berpotensi memberikan peluang bagi pengembangan agribisnis
buah-buahan. Dilihat dari potensi sumber daya alam dan sumber
daya manusia, peluang pengembangan usaha pembibitan tanaman
buah-buahan di Indonesia masih banyak tersedia di berbagai daerah.

3.

Kendala yang dihadapi penangkar dalampengembangan usaha


pembibitan tanaman buah-buahan adalah ketergantunganpasar
terhadap pesanan dari pedagang besar. Masalah ini, disebabkanoleh
minimnya informasi yang diperoleh penangkar mengenai jumlah
permintaan dan adanya permainan harga yang dilakukan oleh
pedagang atau pengumpul yang bermodalkan besar.

4.

Kendala produksi pembibitan tanaman buah-buahan adalah


ketersediaan mata tempel, ketersediaan biji atauseedling, kondisi
iklim dan cuaca pada saat okulasi dan pendongkeran.

5.

Sumber dana untuk usaha pembibitan tanaman buah-buahan berasal


dari dana sendiri dan kredit dari bank. Dana investasi seluruhnya
berasal dari dana sendiri, sedangkan dana modal kerja berasal dari
kredit bank dan dana sendiri dengan perbandingan 35% kredit bank
dan 65% dana sendiri.

6.

Berdasarkan hasil analisis kelayakan usahapembibitan tanaman


buah-buahan, dengan kemampuan mendatangkan hasilpenjualan
yang tinggi para pengrajin mampu mengembalikan modal dalam
waktu 2,08 tahun, maka usaha pembibitan tanaman buah-buahan
dinilai LAYAK untuk dijalankan. Hal ini tercermin pula dari nilai IRR
yang mencapai 41,93% dengan NPV Rp 34.769.916,- dan Net B/C
Ratio 1,53.

7.

Analisis sensitivitas terhadap perubahanpendapatan menunjukkan


bahwa proyek ini sensitif terhadap penurunansampai dengan 11%
dengan asumsi biaya investasi dan operasional adalah tetap. Pada
tingkat penurunan pendapatan tersebut proyek ini tidaklayak untuk
dilaksanakan.

8.

Analisis sensitivitas terhadap perubahanbiaya variabel menunjukkan


bahwa proyek ini sensitif terhadap kenaikanbiaya variabel sampai

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

40

24%, dengan asumsi biaya investasi, biaya tetap dan pendapatan


adalah tetap. Pada tingkat kenaikan biaya variable tersebut proyek
ini tidak layak untuk dilaksanakan.
9.

Analisis sensitivitas terhadap perubahan pendapatan sekaligus


kenaikan biaya variabel menunjukkan bahwa proyekini sensitif
terhadap penurunan pendapatan dan kenaikan biaya variable sampai
dengan 8% dengan asumsi biaya tetap dan biaya investasi
tetap.Pada tingkat penurunan pendapatan dan kenaikan biaya
variabel sampai 8%, proyek ini tidak layak untuk dilaksanakan.

10. Hasil analisis keuangan tersebut menunjukkan bahwa pembibitan


tanaman buah-buahan merupakan proyek yangmenguntungkan,
antara lain bagi penangkar, masayarakat dan pedagang. Disamping
secara sosial memiliki manfaat, secara ekonomi usaha ini
jugamemiliki masa depan yang cerah dan layak dibiayai perbankan.
11. Usaha pembibitan tanaman buah-buahan memberikan usaha
tambahan yakni kebun buah bagi penangkar dan peluang kerja dan
usaha bagi masyarakat setempat.
12. Usaha pembibitan tidak menimbulkan pencemaran dan limbah
berbahaya

b. Saran
1. Untuk menjaga kestabilan harga baik harga bibit dan harga sarana
produksi serta harga jual bibit, penangkar harus mengoptimalkan
fungsi asosiasi atau perkumpulan penangkar bibit, baik di tingkat
daerah atau nasional.
2. Perlu diadakannya diversifikasi bibit mengingat beragamnya buah
unggulan Indonesia.
3. >Usaha pembibitan tanaman buah-buahan perlu menggunakan
alternatif teknik budidaya yang baru dan lebih menguntungkan seperti
kultur jaringan
4. Pihak-pihak yang terkait usaha ini perlu untuk mengambil inisiatif agar
bibit dari Indonesia dapat menembus pasar luar negeri.
5. Meskipun usaha ini layak dibiayai oleh bank, namun bank perlu untuk
melakukan analisis kredit yang lebih komprehensif berdasarkan prinsip
kehati-hatian bank.

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

41

LAMPIRAN

Bank Indonesia Usaha Pembibitan Tanaman Buah-Buahan

42

Anda mungkin juga menyukai