MAMUJU TENGAH”
OLEH
NELWAN
B 111 11 292
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
EFEKTIVITAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014
TENTANG DESA KAITANNYA DENGAN PARTISIPASI
MASYARAKAT DI DESA BOJO KECAMATAN BUDONG-
BUDONG KABUPATEN MAMUJU TENGAH
(SUATU KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Tugas Akhir Dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana pada
Departemen Hukum Masyarakat dan Pembangunan
Program Studi Ilmu Hukum
NELWAN
B111 11 292
pada
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSTAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
i
ii
iii
: NELWAN
: B 111 11 292
: Ilmu Hukum
: Hukum Masyarakat dan Pembangunan
: Efektivitas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Kaitannya dengan
Partisipasi Masyarakat Di Desa Bojo Kecamatan Budong-Budong Kabupaten Mamuju
Tengah (Suatu Kajian Sosiologi Hukum)
Oktober 2017
iv
ABSTRAK
v
ABSTRACT
This study aims to determine how the application and extent of the
factors that affect Act No. 6 of 2014 About Desa associated with
community participation Bojo Village, District Budong-budong, Mamuju
Central.
The results of this study are as follows (1) In application of Law No.
6 of 2014 On The village can be said to be the effective in the village
community Bojo Budong-budong Subdistrict, Mamuju Central. During the
enactment of the Act Village are still many people who do not know about
the existence and content of the Law Village, and is still very minimal
participation in the various activities carried out in the village of Bojo. (2) In
the implementation of the Act Village No. 6 of 2016 has several factors
that influence the effectiveness of the entry into force, one of which is the
condition of society are largely farmers and plantation workers cause
frequent Village activities are not open to the public for reasons more
concerned to do the work in order to meet the necessities of life.
vi
KATA PENGANTAR
mereka menjadi orang tua terbaik dan sumber inspirasi penulis. Begitu
pula kepada saudaraku Elvis beserta Istri dan Keponakanku Lirgi, Bretlin
dan Jerolin, Kakakku Elis beserta Suami dan Keponakanku Igin, serta Ibu
vii
2. Dekan Fakultas Hukum UNHAS, Prof. Dr. Farida Patittingi,
II Dr. Muh. Hasrul, S.H., M.H. Penguji Dr. Andi Tenri Famauri,
viii
Hukum Universitas Hasanuddin, teman-teman Mahkamah
Dan masih banyak lagi yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Terkhusus buat Jeanie Tola, terima kasih telah hadir dalam hidup penulis,
terima kasih buat setiap pengorbanan dan bantuannya selama ini kepada
penulis.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
B. Rumusan Masalah........................................................................... 10
b. Asas Pengaturan........................................................................ 39
x
c. Bentuk-bentuk partisipasi masyarakat ........................................42
A. Kesimpulan ................................................................................... 64
B. Saran............................................................................................. 65
xi
DAFTAR TABEL
xii
BAB I
PENDAHULUAN
Ibu Kota Provinsi, Kotamadya, dan Kabupaten, sekitar 500 kota. Jumlah
minim pembangunan.
1
Moch Mushofa ihsan, 2015, Ketahanan Masyarakat Desa, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, Jakarta Pusat Hlm. 1
1
Perdebatan akademik yang tidak selesai, tarik menarik politik yang keras,
pertanyaan: desa mau dibawa kemana? Apa manfaat desa yang hakiki
jika desa hanya menjadi tempat bermukim dan hanya unit administratif
hukum adat dalam UUD 1945 Pasal 18 B ayat (2) serta kedudukan desa
desa atau sebutan lain seperti nagari, gampong, marga, kampung, negeri
dan lain-lain. Mereka semua telah ada jauh sebelum NKRI lahir. Debat
2
menjadikan desa sebagai pemerintahan semu (shadow government).
frasa “kesatuan masyarakat hukum” dan adat melekat pada defnisi desa,
Karena itu para pemikir dan pegiat desa di berbagai kota terus-menerus
serta mendorong kelahiran UU Desa yang jauh lebih baik, kokoh dan
berkelanjutan 2
Desa bertujuan:
2
Sutoro Eko , 2015, Regulasi baru, Desa baru, ide, misi dan semangat Undang-Undang
Desa,Kementrian Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia,
Jakarta Pusat, Hlm 12
3
b. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa
Desa;
bersama;
4
lokal, mengaktifkan peran masyarakat serta membangun kemandirian
kesejahteraan.3
dengan Desa Baru juga berbeda. Desa lama mengunakan asas atau
3
Moch. Solekhan,2014 , Penyelenggaraan pemerintahan Desa berbasis Partisipasi Masyarakat,
Setara Press, Malang hlm. 9
4
Mochammad Zaini Mustakim, 2015, Kepemimpinan Desa, Jakarta Pusat: Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia. Hlm. 9.
5
hanya menerima sisa tanggung jawab termasuk anggaran dari urusan
yang diusung oleh UU Desa hadir dengan asas atau prinsip umum
masyarakat yang aktif dalam dinamika hidup berdesa. Warga desa yang
5
Ibid, hlm. 10
6
pemerintahan desa yang demokratis khususnya dalam musyawarah desa
Desa yang kuat ditopang oleh partisipasi yang sejati yaitu adanya
6
Moch Mushofa ihsan, Opcit, Hlm. 8.
7
Ibid, Hlm 9
7
musyawarah mufakat setiap warga desa berkesempatan untuk
mereka.8
harapkan (das solen) dengan apa yang terjadi didalam masyarakat desa
dan perangkat desa, disebabkan karena perangkat Desa Bojo tidak ada
8
Ibid, Hlm 10
8
pengaturan desa bertujuan untuk mendorong prakarsa, gerakan, dan
hadir hanya Kepala Desa beserta perangkat Desa, kepala dusun, Badan
dilakukan di desa. Hal ini bisa didasari karena rasa kebersamaan yang
dengan peran masyarakat dalam hal hak dan kewajiban, masih banyak
9
undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang desa pun tidak diketahui, sehingga
hal ini juga menjadi persoalan kenapa masyarakat tidak melakukan hak
pembangunan di desa.
mini”. Dengan banyaknya suku yang ada di Desa Bojo berarti juga
sehingga hal ini kadang menjadi polemik di dalam desa ketika terjadi
diketahui sebab pendidikan yang rendah dari masyarakat desa itu sendiri
B. Rumusan Masalah
Tengah ?
10
C. Tujuan Dan Manfaat Penulisan
Tengah.
1. Manfaat Akademik
2. Manfaat Hukum
3. Manfaat Sosial
11
Memberikan pemahaman kepada masyarakat Desa akan manfaat
untuk membangun masyarakat desa dari segi fisik dan juga potensi
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
setaraf. Sosiologi hukum tidak menilai antara satu dengan yang lain,
maupun soal bekerjanya dengan tertib sosial yang lebih luas. Apabila
9
Achmad Ali,1998,Menjelajahi Kajian Empiris Terhadap Hukum,Jakarta:Chandra Pratama,hlm 11
10
Satjipto Rahardjo, 2014, Ilmu Hukum, Semarang:PT.Citra Aditya Bakti, hlm 372-374
13
dapat dipakai istilah sebab-sebab sosial, maka sebab-sebab yang
11
Achmad Ali, op. Cit, hlm 19-32.
14
sehingga memungkinkan pengendalian sosial dilaksanakan
secara efektif.
alatnya.12
12
Ibid
15
hukum pun menjadi salah satu topik bahasan sosiologi hukum.13Jadi
fungsi hukum itu pasif, yaitu mempertahankan status quo sebagai a tool of
social control, sebaliknya hukum pun dapat berfungsi aktif sebagai a tool
sebagai alat rekayasa sosial lebih banyak mengacu pada konsep ilmu
13
Ibid hlm 98-103.
14
Fuady Munir, 2007, Sosiologi Hukum Kontemporer, Interaksi Hukum, Kekuasaan dan
Masyarakat, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, hlm.199 dan 414
16
Selanjutnya dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, bahwa kegunaan
sosial.
sosial tertentu.
sebagai berikut:
penegakan hukum.
15
Soerjono Soekanto, 2012, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Rajawali Pers,hlm.26.
17
c. Lembaga-lembaga manakah yang sangat berpengaruh di dalam
hukum-hukum tertentu.
masyarakat.
masyarakat, maka perlu diketahui terlebih dahulu apa fungsi, tujuan dan
16
ibid
18
daripada itu perlu juga diketahu bagaimana perubahan-perubahan sosial
pengakuan).
17
Ibid 113
18
Acmad Ruslan,Teori dan panduan praktik pembentukan peraturan perundang-undangan di
Indonesia Rangkang Education,Yogyakarta,hlm 76
19
3) Kaidah hukum berlaku secara filosofis, artinya sesuai dengan
(1) Bila suatu kaidah hukum hanya berlaku secara yuridis, maka
mati(Dode Regel).
(dwangmatregel).
(ius constituendum)
kaidah hukum yang disebut terakhir (politis) menjadi tolak ukur dapat
20
2. Fungsi Hukum Dalam Masyarakat
19
Soerjono Soekanto, op.cit,hlm.74.
21
perundang-undangan termasuk didalamnya peraturan daerah adalah
22
mempengaruhi masyarakat dengan sistem yang teratur dan
social planning.20
20
Ibid hlm. 122
23
hakikat hukum, juga perlu diketahui adalah batas-batas di dalam
terorganisasikan dengan resmi. Disamping itu, ada juga tata cara informal
yang tidak resmi sifatnya. Inilah yang merupakan salah satu batas di
oleh :21
21
Ibid,hlm 136
24
b. Ada tidaknya pengaruh dari unsur-unsur kebudayaan lainnya, yang
c. Sebagai suatu unsur yang baru, maka hukum tadi mungkin akan
unsur lama.
25
disebutkan, misalnya pertambahan penduduk atau berkurangnya
22
Ibid, hlm 112
26
ekonomi, pendidikan, agama dan seterusnya. Lembaga kemasyarakatan
kemasyarakatan tersebut.
B. Efektivitas Hukum
mana ketika semua faktor bekerja dengan baik maka dapatlah dikatakan
masing:
27
c. Kultur Hukum, yaitu opini-opini, kepercayaan-kepercayaan
23
Achmad Ali,2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence),Kencana Prenada Media
Group,Jakarta,204
28
tersebut berkarakter akomodatif, dan dengan demikian proses tersebut
Tak hanya itu John Baldoni dalam kata pengantar bukunya berjudul Great
“so in every real sense, leadership effectivennes, both for presidents and
dalam suatu sistem hukum. Dengan kata lain, komunikasi hukum dan
hukum.
24
Achmad Ruslan,op.cit,hlm88
25
Achmad Ali, Loc.cit,hlm.204
26
Ibid,hlm 204
29
Menurut Crosmann (Tjipta lesmana,2008: xiii)- seorang ahli
masyarakat:
trust a man, it does not matter much what he does or says.”(Eigen &
Siegel, 1993:354).27
bahwa the legal culture provides fuel for the motor of justice, yaitu
27
Ibid,205.
30
masyarakat. Komponen kultur hukum dapat diartikan sikap dan nilai-nilai
yang ada hubungannnya dengan hukum dan sistem hukum, yaitu sikap
perundang-undangan.29
sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum, dengan kata lain
masyarakat, maka kita berbicara sejauh mana aturan hukum itu ditaati
atau tidak ditaaati untuk dapat mengatakan bahwa hukum berlaku efektif
berikut:
28
L.M Friedman, On Legal Development, (Rutgers Law Review,1969), hlm.28
29
Achmad Ruslan, op.cit, hlm 89.
30
L.M. Friedman, American Law An Introduction (Penerjemah Wisnu Basuki), (Jakarta-Indonesia:
PT. Tanusa,2001), hlm 8-9.
31
Achmad Ali,Op.cit, Hlm. 375.
31
ketaatan jenis ini, karena ia membutuhkan pengawasan yang terus
menerus.
32
Ibid, Hal.348.
33
Achmad Ruslan,Op.Cit,hlm 80
32
Berdasarkan ketiga hal diatas tersebut, maka efektifitas hukum
apa yang sebaiknya dilakukan oleh para subjek hukum tadi, dan hukum
semakin efektif apabila peranan yang dijalankan oleh para subjek hukum
hukum
tersebut.34
C. Undang-Undang Desa
Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum
34
Soerjono Soekanto, Kegunaan Sosiologi Hukum Bagi Kalangan Hukum,cet.II
(Bandung:Alumni,1979), hlm.14.
33
keberadaannya, Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar Negara
Oleh sebab itu, keberadaannya wajib tetap diakui dan diberikan jaminan
nama lain, tidak menjadi penghalang bagi para pendiri bangsa (founding
34
ayat (7) yang menegaskan bahwa “Susunan dan tata cara
Hal itu berarti bahwa Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara
ketentuan dalam Pasal 18B ayat (2) yang berbunyi “Negara mengakui dan
35
Daerah, dan terakhir dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
Desa yang hingga saat ini sudah berjumlah sekitar 73.000 (tujuh puluh
tiga ribu) Desa dan sekitar 8.000 (delapan ribu) kelurahan. Selain itu,
pelaksanaan pengaturan Desa yang selama ini berlaku sudah tidak sesuai
hukum adat sesuai dengan ketentuan Pasal 18B ayat (2) untuk diatur
ini merupakan bagian dari wilayah Desa, ditata sedemikian rupa menjadi
Desa dan Desa Adat. Desa dan Desa Adat pada dasarnya melakukan
36
tugas yang hampir sama. Sedangkan perbedaannya hanyalah dalam
Kabupaten/Kota. Dalam posisi seperti ini, Desa dan Desa Adat mendapat
sebab itu, di masa depan Desa dan Desa Adat dapat melakukan
Dalam status yang sama seperti itu, Desa dan Desa Adat diatur secara
37
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
pemerintahan negara Indonesia. Desa yang memiliki hak asal usul dan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (7) dan Pasal 18B
yaitu:
38
3) melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya
masyarakat Desa;
bersama;
B. Asas Pengaturan
masyarakat Desa;
39
tetap mengindahkan sistem nilai bersama dalam kehidupan
Desa;
kemampuan sendiri;
40
10) partisipasi, yaitu turut berperan aktif dalam suatu kegiatan;
Desa.
dan Lembaga Adat Desa, serta Pembinaan dan Pengawasan. Selain itu,
41
Undang-Undang ini juga mengatur dengan ketentuan khusus yang hanya
nasional
makhluk Tuhan Yang Maha Esa diakui, ditata, dan dijamin.35 Ini
prinsip umum itu adalah, (1) menolak anggapan atau klaim bahwa
35
Naeni Amanulloh, 2015, Demokratisasi Desa, Jakarta Pusat : Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, hlm. 16
42
Sebaliknya masyarakat Desa memiliki hak untuk setuju atau tidak setuju,
tidak bisa dilepaskan dari unsur partisipasi masyarakat sebagai faktor vital
(2) Partisipasi yang biasa dilakukan pada satu atau beberapa fase
36
Ibid, hlm. 17
37
Moch. Solekhan loc.cit. hlm 152.
43
Lebih daripada itu, partisipasi warga juga terefleksikan dalam
decision making)
38
Ibid
44
pengambilan kebijakan atas nama kepentingan bersama. Oleh karena itu,
pemberdayaan masyarakat;
Desa;
39
Ibid
40
Wahyudin Kessa, 2015, Perencanaan Pembangunan Desa, Jakarta Pusat : Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, Hlm. 10
45
f. Kewenangan lokal berskala Desa yang telah diatur dalam
kabupaten/kota.
yang baik akan melahirkan pelaksanaan program yang baik, dan pada
41
Ibid, hlm.11
46
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
47
Data Sekunder terdiri dari:Pertama, bahan hukum primer dimana
penulis akan mencari data dari sumber lain seperti dari peraturan
a. Studi pustaka
b. Penelitian lapangan
lakukan karena dalam judul ini menitik beratkan pada efektifitas undang-
observasi.
D. Analisis Data
48
BAB IV
di Desa Bojo
2783 jiwa terdiri dari 548 Kepala keluarga, dari sebelas dusun dan satu
rukun tetangga, dengan Dusun Tanah Merah sebagai Ibukota Desa yang
42
Data Sekretaris Desa Bojo, Abdal. Diambil pada saat wawancara tanggal 5 Oktober 2016
49
Peran partisipasi masyarakat dalam membangun Desa sangatlah
Desa akan menghasilkan capaian yang kering akan visi dan semangat
Bojo dalam hal partisipasi masyarakat dapat kita lihat dari tingkat
43
Moch Solekhan, Loc.cit , Hlm.141
50
Tabel 1.1
(bangun jembatan)
(timbun jalanan)
untuk menonton
51
musyawarah pembangunan desa ( Musrembang Desa), data yang penulis
orang, dari total 2783 jiwa warga. Juga yang hadir hanya warga dusun
Sipatuo, warga dusun lainnya tidak satupun yang hadir. Juga dalam
ternyata warga yang hadir hanya 7 orang, diluar dari Kepala Desa dan
yang menghubungkan Desa Bojo dengan desa lainnya. Juga pada saat
masyarakat. Pada saat pelatihan pertanian, disini juga warga yang hadir
sangat sedikit, hanya 12 orang yang hadir, padahal sebagian besar warga
desa adalah petani. Dan kegiatan perayaan 17 agustus ( HUT RI), hanya
pada kegiatan inilah banyak sekali warga yang hadir, sebagian besar
yang mengikuti kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa jika di kaji dari
52
Penulis juga melakukan wawancara terkait partisipasi masyarakat
Desa ini, apalagi untuk mengetahui isi dan tujuan dari Undang-Undang
adanya Undang Desa hanya sebesar 30% , yang pernah baca mungkin
44
Alamsyah Arifin,A.Md,Kep. Anggota DPRD Kab. Mamuju Tengah
45
Zulkifli,S.Sos. Kepala BPMPD Kab. Mamuju Tengah, pada wawancara 31 September 2016
53
sampai 10 orang Kepala Desa yang lulusan sarjana, demikian juga di
Desa Bojo yang Kepala Desanya, bahkan seluruh aparatur Desa tidak ada
yang bergelar sarjana, bagaimana mereka bisa mengerti dan paham akan
yang juga kebanyakan petani yang tidak bersekolah. Saya melihat di Desa
Bojo bahwa dari sekian banyak hal yang diatur dalam Undang-Undang
karena kalau tidak, Kepala Desa tidak bisa mencairkan dana Desanya.
54
mengawasi dan melaporkan ketika ada pekerjaan yang tidak sesuai
Mamuju Tengah, Pemerintah Desa Bojo dan juga dari Dewan Perwakilan
Indonesia dimulai dari Desa dengan cara ikut terlibat langsung dalam
Desa), dan ketika itu tidak ditanggapi, maka Kantor DPRD Kab. Mamuju
55
Tengah. Kami selalu memberikan pemahaman kepada Pemerintah Desa
dana yang sudah diterima, setidaknya langkah ini merupakan upaya yang
alasan untuk tidak berperan aktif dalam kegiatan di Desa, namun ketika
tidak berat. Khususnya dalam hal rapat atau musyawarah Desa, sangat
46
Yonathan T, Kepala Desa Bojo, Kecamatan Budong-Budong, Kab. Mamuju Tengah. Wawancara
4 Oktober 2016
56
tetap tidak mau mengikuti rapat. Kebanyakan masyarakat hanya mau
bidang ini adalah, apabila terjadi apa yang dinamakan oleh Gunnar Myrdal
57
diketahui adalah batas-batas di dalam penggunaan hukum sebagai
dipergunakan.47
mana ketika semua faktor bekerja dengan baik maka dapatlah dikatakan
masing:
47
Soerjono Soekanto, 2012, Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, Jakarta: Rajawali Pers,hlm.136
58
c. Kultur Hukum, yaitu opini-opini, kepercayaan-kepercayaan
masyarakat, maka kita berbicara sejauh mana aturan hukum itu ditaati
atau tidak ditaaati untuk dapat mengatakan bahwa hukum berlaku efektif
berikut:
menerus.
48
Achmad Ali,2010, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) & Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence),Kencana Prenada Media
Group,Jakarta,204
49
Achmad Ali,Op.cit, Hlm. 375.
59
c. Ketaatan yang bersifat Internalization, yaitu jika seseorang menaati
Desa dengan pejelasan partisipasi yaitu turut berperan aktif dalam suatu
kegiatan .
tenteram di Desa
50
Ibid, Hal.348.
60
d. Memelihara dang mengembangkan nilai permusyawaratan,
dan
61
bertanya karena banyak yang tidak paham bahasa Indonesia
kegiatan di Desa.
serta rendahnya Sumber Daya Masyarakat dalam hal Baca tulis dan
62
tujuan Undang-Undang Desa serta motivasi yang dimiliki kurang baik
63
BAB V
A. Kesimpulan
kegiatan di Desa.
Desa.
isi, maksud dan tujuan dari undang-undang ini, serta manfaat dari
64
2. Bahwa sifat masyarakat yang sangat pasif dalam mengikuti
masing-masing.
B. Saran
Tentang Desa di Desa Bojo agar dapat berjalan efektif adalah sebagai
berikut :
65
apa hak dan kewajiban masyarakat dan agar mereka dapat
66
DAFTAR PUSTAKA
67
Suparto Wijoyo, Pelayanan Publik dari Dominasi ke Partisipasi, Surabaya :
Airlangga University Press, 2006
Sutoro Eko, Regulasi baru, Desa baru, ide, misi dan semangat Undang-
Undang Desa, Jakarta Pusat, Kementrian Desa Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Republik Indonesia, 2015
Sumber lain :
Kemendes.go.id
68