Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 1 : Bahasa Indonesia Merangkum

Nama : Elva Sifa Silviani

NIM : 042927016

Fakultas/ Prodi: FHISIP- Sastra Inggris Bidang Minat Terjemahan

Rangkumlah artikel ini menjadi 1-2 paragraf. (Jawaban ada di halaman 3)

Beberapa hari lalu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat


(CDC) telah mengumumkan mengenai aturan pemakaian masker di luar ruangan
meski telah divaksinasi untuk wilayah negara dengan penularan COVID-19 yang
tinggi. Dalam panduan baru tersebut, CDC mengungkapkan kekhawatiran
terhadap varian Delta yang menyebar dengan cepat dan menyebutnya sebagai
jenis yang paling menular di antara varian virus COVID-19 lainnya.

Sebuah dokumen internal CDC bahkan mengatakan varian Delta yang pertama
kali terdeteksi di India dan sekarang dominan di seluruh dunia ini sama
menularnya dengan cacar air. COVID-19 varian Delta ini dapat ditularkan bahkan
oleh orang yang sudah divaksinasi dan dapat menyebabkan penyakit yang lebih
serius dibandingkan varian virus sebelumnya.

Saat ini, varian Delta telah menyumbang sekitar 83 persen kasus COVID-19 di
AS. Sementara berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
(Balitbangkes) ada 1.118 kasus COVID-19 dengan varian Delta di Indonesia
hingga 29 Juli 2021. Itu sebabnya, menurut CDC diperlukan pendekatan baru
untuk membantu masyarakat memahami bahayanya. Termasuk pula memperjelas
bahwa orang yang tidak divaksinasi lebih dari 10 kali mengalami sakit parah atau
meninggal dibandingkan mereka yang divaksinasi.

Lalu apa saja strategi baru dalam menghadapi varian Delta ini?

1/ Vaksinasi Tetap Perlindungan Terbaik


Studi terbaru menunjukkan bahwa vaksin Johnson & Johnson dan vaksin
Pfizer mungkin kurang efektif dalam mencegah infeksi untuk varian Delta
dibandingkan dengan varian sebelumnya. Hal ini menimbulkan beberapa
kekhawatiran, tetapi para ahli mengatakan hal tersebut jangan sampai menjadi
penyebab kepanikan, jadi menghalangi niat Anda untuk divaksinasi, atau
membuat Anda merasa kurang aman.

Para ahli sepakat bahwa vaksin sejauh ini merupakan perlindungan paling efektif
terhadap COVID-19, termasuk varian Delta. Pasalnya, mereka yang tidak
divaksinasi menyebabkan 99,5 persen kematian baru akibat COVID-19 dan 97
persen rawat inap di AS. “Tidak ada vaksin untuk infeksi apa pun yang
memberikan perlindungan 100 persen. Tetapi jika Anda terinfeksi dan
divaksinasi, risiko penyakit parah jauh lebih rendah,” tutur Dr. Inci Yildirim,
seorang spesialis penyakit menular dan ahli vaksin di Yale Medicine.

2/ Kenali Gejalanya
Meski menurut perkiraan CDC, hanya 0,098 persen orang yang divaksinasi
lengkap mengalami kasus simtomatik atau bergejala ringan, namun tetap ada
kemungkinan Anda terjangkit sehingga jangan sampai abai. Memang masih
banyak yang belum diketahui mengenai Long COVID, namun ada beberapa bukti
varian Delta ini menyebabkan gejala yang berlangsung lebih dari enam minggu.

Jika Anda sudah merasakan gejala flu yang cukup berat, segera periksakan diri
dan lakukan isolasi untuk membantu mengurangi penyebaran, terutama jika Anda
tinggal di daerah dengan tingkat vaksinasi yang rendah atau secara teratur
berinteraksi dengan orang yang belum dapat divaksinasi, seperti anak-anak yang
berusia di bawah 12 tahun.

Gejala varian Delta tak jauh berbeda dengan varian COVID-19 sebelumnya,
namun gejala nomor satu yang dilaporkan untuk varian ini adalah sakit kepala.

3/ Lindungi Anak dan Anggota Keluarga Berisiko Lainnya


CDC menyarankan bagi anak-anak antara usia 2 dan 12 tahun yang belum dapat
divaksinasi harus tetap memakai masker di tempat umum dan di dalam ruangan,
tetapi mereka aman untuk menghabiskan waktu bersama anak-anak lain yang
tidak divaksinasi di luar ruangan. Karena tingkat penularan varian Delta sangat
tinggi, dokter menyarankan untuk menjauh dari keramaian, bahkan di luar
ruangan. Hal terpenting yang dapat Anda lakukan untuk melindungi anak-anak
dan orang-orang yang rentan di sekitar Anda adalah dengan vaksinasi. 

(f) femina-online
JAWABAN:
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC)
mengumumkan aturan pemakaian masker dengan ketat. Bahwasanya masker
harus tetap digunakan meski telah divaksin, apalagi di wilayah/ negara dengan
penularan tinggi, dikarenakan kekhawatiran tentang jenis virus varian Delta yang
menyerbar dengan cepat. Varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India,
sama menularnya seperti cacar air. Bahkan jenis ini dapat ditularkan pada orang
yang sudah di vaksinasi dan menyebabkan penyakit yang lebih serius. Di AS
varian Delta menaikkan tingkatan kasus sebanyak 83 persen. Makadari itu CDC
memerlukan pendekatan baru agar masyarakat lebih memahami peraturan
menggunaan masker tersebut. Termasuk memberikan penjelasan pada orang yang
tidak divaksinasi akan bahaya 10 kali lipat sakit parah, bahkan sampai kematian.

Ada tiga strategi yang perlu ditetapkan dalam menghadapi varian Delta ini.
Pertama, melakukan vaksin yang merupakan perlindungan terbaik. Walapun ada
studi terbaru yang menyatakan vaksin Johnson & Johnson dan vaksin Pfizer
menimbulkan kekhawatiran karena  mungkin kurang efektif dalam mencegah
infeksi untuk varian Delta. Tetapi para ahli mengatakan, hal tersebut diharapkan
tidak menghalangi masyrakat untuk mendapatkan vaksin. Pasalnya, menurut Dr.
Inci Yildirim, spesialis penyakit menular dan ahli vaksin di Yale Medicine, vaksin
memang tidak 100 persen menyembuhkan namun, mampu mengurangi gejala
yang membahayakan. Kedua, yaitu dengan mengenali gejalanya. Menurut CDC,
walau hanya 0,098 persen orang yang divaksin memiliki gejala ringan, tetap tidak
boleh lalai. Jika sudah merasakan gejala flu yang cukup berat, atau gejala paling
umum dari varian ini adalah sakit kepala, diharapkan segera melapor dan periksa,
terutama jika tinggal di daerah dengan tingkat vaksinasi yang rendah atau secara
teratur berinteraksi dengan orang yang belum dapat divaksinasi, seperti anak-anak
yang berusia di bawah 12 tahun. Ketiga, Melindungi anak dan anggota keluarga
beresiko lainnya. CDC menyarankan anak dibawah 12 tahun selalu memakai
masker kemanapun, menjauhi keramaian bahkan diluar ruangan. Selian itu juga,
yang terpenting agar tetap melakukan vaksinasi.

Anda mungkin juga menyukai