Kewarganegaraan Kel 3-1
Kewarganegaraan Kel 3-1
Di susun oleh :
Kelompok 3
Dina Arifah
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah.puji syukur kami panjatkan kehadirat allah swt yang atas rahmat dan karunia-
nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “ Memahami Negara Dan Konstitusi ”
ini tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terrima kasih yang sebesar-besarnya kepada bapak
Ubaid. Selaku dosen mata kulaih kewarganegaraan, yang telah memberikan tugas kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kekurangan, oleh
karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar dapat menyembubkan
tugas selanjutnya. Semoga apa yang disajikan dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara umum Negara dan konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan
satu sama lain. Bahkan, setelah abad pertengahan yang ditandai dengan ide demokrasi dapat di
katakan tampa konstitusi Negara tidak mungkin terbentuk. Konstitusi merupakan hukum dasar
nya suatu Negara. Dasar-dasar penyelenggaraaan bernegara didasarkan pada konstitusi sebagai
hokum dasar. Negara yang berlandaskan kepada suatu konstitusi dinamakan Negara
konstitusional. Akan tetapi, untuk dapat dikatakan secara ideal sebagai Negara konstitusional
maka konstitusi Negara tersebut harus memenuhi sifat-sifat dan cirri-ciri dari konstitusionalisme.
Jadi Negara tersebut harus menganut gagasan tenttang konstitusionalisme. Konstitusionalisme
sendiri merupakan suatu ide, gagasan, atau paham.
B. Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Bangsa dan Negara?
2. Apa Pengetian Konstitusi?
3. Bagaimana Peranan Konstitusi Dalam Kehidupan Bernegara ?
C. Tujuan masalah
1. Untuk Mengetahui Pengetian Bangsa dan Negara
2. Untuk Mengetahui Pengetian Konstitusi
3. Untuk mengetahui Peranan Konstitusi Dalam keghidupan Bernegara
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. BANGSA DAN NEGARA
1. Pengetian Bangsa Negara
Secara historis pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan
kondisi masyarakat pada saat itu. Pada zaman Yunani Kuno para ahli filsafat
negara merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup
pada tahun 384-322 S.M., merumuskan negara dalam bukunya Politica, yang
disebutnya sebagai negara polis. Yang pada saat itu masih dipahami negara dalam
suatu wilayah yang kecil. Dalam pengertian itu negara disebut sebagai negara
hukum, yang didalamnya terdapat sejumlah warga negara yang ikut dalam
permusyawaratan. Oleh karena itu menurut Aristoteles keadilan merupakan syarat
mutlak bagi terselenggarannya negara yang baik, demi terwujudnya cita-cita
seluruh warganya1.
1
Kaelan, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Pergerian Tinggi ( Yogyakarta: Paradigma, 2016 ), hlm. 99
4
Bangsa dan negara memiliki kaitan yang sangat erat satu sama lain.
Menurut Ernest Renan, seorang guru besar Universitas Sorbone bangsa adalah
suatu kesatuan solidaritas, kesatuan yang terdiri dari orangorang yang saling
merasa setia kawan dengan satu sama lain.
5
Pemerintah sebagai penyelenggara negara dalam menjalankan tugasnya tidak lepas
dari berbagai kepentingan, seperti kepentingan golongan, kepentingan kelompok,
bahkan juga kepentingan pribadi, di samping kepentingan bangsa dan negara yang
semestinya diutamakan.
Menurut Roger H. Soltau, tujuan negara adalah memungkinkan rakyatnya
“berkembang serta menyelenggarakan daya ciptanya sebebas mungkin” (the freest
possible development and creative self-expression of its member). Sedangkan
menurut Harold J. Laski tujuan negara adalah “menciptakan keadaan di mana
rakyatnya dapat mencapai keinginankeinginan secara maksimal” (creation of those
conditions under which the members of the state may attain the maximum
satisfaction of their desires).2
Tujuan negara Indonesia sesuai dengan Alinea IV Pembukaan UUD 1945,
adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia;
memajukan kesejahteraan umum; mencerdaskan kehidupan bangsa; dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial. Tujuan negara tersebut hendak diwujudkan di atas landasan
Ketuhanan yang Maha Esa; kemanusiaan yang adil dan beradab; persatuan Indonesia;
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan; serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Namun setiap negara, apapun ideologi yang dianutnya menyelenggarakan fungsi
minimum yang mutlak sifatnya, yaitu; (Budiardjo, 2010:55) :
1) Melaksanakan penertiban (law and order). Untuk mencapai tujuan
bersama dan mencegah bentrokan-bentrokan dalam masyarakat,
negara harus melaksanakan penertiban. Dapat dikatakan bahwa
negara bertindak sebagai stabilisator.
2) Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya. Fungsi
ini dianggap sangat penting, terutama bagi negara-negara baru di
mana tingkat kesejahteraan masyarakat masih sangat
membutuhkan perhatian dari pemerintah;
3) Pertahanan. Fungsi ini untuk mempertahankan negara dari
kemungkinan serangan dari luar, sehingga negara harus dilengkapi
dengan alat-alat pertahanan;
2
Maulana Arafat Lubis, Pembelajaran PPKn di SD/MI ( Medan: AKASHA SAKTI, 2018), hlm. 33.
6
4) Menegakkan keadilan. Untuk mewujudkan keadilan negara
memiliki badan-badan peradilan.
B. KONSTITUSI
1. Pengertian konstitusi
Konstitusi atau undang-undang dasar dalam negara adalah sebuah norma
sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintahan negara biasanya
dikodifikasikan sebagai dokumen tertulis. Hukum ini tidak mengatur hal-hal yang
terperinci, melainkan hanya menjabarkan prinsip-prinsip ang menajdi dasar bagi
peraturan-peraturan lainnya. Dalam kasus bentukan negara, kontitusi memuat
aturan dan prinsip-prinsip entitas politik dan hukum, istilah ini merujuk secara
khusus untuk menetapkan konstitusi nasional sebagai prinsip-prinsip dasar politik,
7
prinsip-prinsip dasar hukum termasuk dalam bentuk struktur, prosedur, wewenang
dan kewajiban pemerintahan negara pada umumnya. Konstitusi merujuk
umumnya merujuk pada pinjaman hak kepada warga masyarakatnya. Istilah
konstitusi dapat diterapkan kepada seluruh hukum yang mendefinisikan fungsi
pemerintahan negara. Konstitusi pada dasarnya memiliki pengertian luas, yaitu
keseluruhan peraturan baik tertulis maupuntidak tretulis yang mengatur secara
mengikat mengenai cara penyelenggaraan suatu pemerintahan. Istilah konstitusi
pada umumnya menggambarkan keseluruhan sistem ketatanegaraan suatu negara.
Sistem itu berupa kumpulanm peraturan yang membentuk, mengatur atau
memenuhi negara. Peraturan perundang-undangan tersebut ada yang tretulis
sebagai keputusan badan yang berwenang dan ada yang tidak tertulis yang berupa
kebiasaan dalam praktik penyelenggaraan negara. Dengan demikian, pengertian
konstitusi sampai dewasa ini dapat menunjuk pada peraturan ketatanegaraan baik
yang tertulis maupun tidak tertulis.
Konstitusi atau undang-undang dapat dianggap sebagai perwujudan dari
hukum tertinggi yang harus ditaati oleh negara dan pejabat-pejabat negara
sekalipun. Hal ini sesuai dengan dalil “Goverment by law, not by men”
( pemerintahan berdasarkan hukum, bukan oleh manusia). Pada permulaan abad
ke-19 dan awal abad ke 20, gagasan mengenai konstitusionalisme,
(kekuasaanterbatas dan jaminan hak dasar warga negara). Mendapatkan
perumusan secara yuridis.3
Tujuan Negara sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, Negara berkewajiban
mensejahterakan seluruh warga negaranya dari kondisi kefakiran dan kemiskinan
sebagaimana diamanatkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
3
Effendi Suryani dan Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa ( Bandung: PT Refika Aditama, 2015 ), hlm. 141.
8
Republik Indonesia Tahun 1945. Kewajiban Negara dalam membebaskan dari
kondisi tersebut dilakukan melalui upaya penghormatan, perlindungan, dan
pemenuhan hak atas kebutuhan dasar. Upaya tersebut harus dilakukan oleh
Negara sebagai prioritas utama dalam pembangunan nasional termasuk untuk
mensejahterakan fakir miskin4.
4
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin diPelihara Oleh Negara, H.27
5
Winarno, Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan Kuliah di Perguruan Tinggi ( Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2007), hlm. 71-81.
6
M Solly Lubis, Hukum Tata Negara, (Bandung: Mandar Maju), 2008, hal 37
9
a. Cara pengaturan berbagai jenis institusi;
b. Jenis kekuasaan yang diberikan kepada institusi-institusi tersebut;
c. Dengan cara bagaimana kekuasaan tersebut dilaksanakan.7
7
Astim Riyanto, Teori Konstitusi, (Bandung: Yapemdo, 2000), hal 17.
10
1. Keinginan warga negara untuk mengamankan haknya sendiri ketika
terancam dan menahan tindakan penguasa.
2. Keinginan pihak yang di perintah atau penguasa yang ingin
menyenangkan rakyatnya untuk menetapkan bentuk sisitem yang ada
dalam pemerintahan sampai sekarang dalam bentuk hang tidak terbatas
dalam istilah positif agar di masa depan tidak akan ada kemungkinan
tindakan sewenang-wenang.
3. Keinginan mereka hang menciptakan komunitas politik baru untuk
mengamankan metode pemerintahan dalam bentuk yang permanen dan
dapat di pahami oleh rakyat.
4. Keinginan untuk mengamankan tindakan bersama yang efektif dengan
cara memisahkan komunitas-komunitas yang ada pada saat yang sama
ingin mempertahankan hak dan kepentingan tertentu untuk diri mereka
sendiri secara terpisah.8
Atas dasar pendapat di atas dapatlah dinyatakan bahwa peranan konstitusi
bagi kehidupan negara adalah untuk memberikan landasan dan pedoman dasar
bagi penyelenggaraan ketatanegaraan suatu negara, membatasi tindakan
pemerintah agar tidak bertindak sewenang-wenang, dan memberikan jaminan
atas hak asasi bagi warga negara.
8
Ibid, hlm 34
11
BAB III
PENUTUP
D. Kesimpulan
12
DAFTAR PUSTAKA
Suryani Effendi dan Kaswan, Pancasila dan Ketahanan Jati Diri Bangsa, Bandung: PT
Refika Aditama, 2015
13