Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

BENTUK TATA RUANG DAN BANGUNAN


RUMAH ADAT KALUPPINI KABUPATEN ENREKANG

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah


Arsitektur Etnis
Dosen Pengampuh : Nurhikmah Paddiyatu, ST.,MT.,IAP

Oleh Kelompok 4
NORMAN MANSYUR / 105831104618
MUHAMMAD ILHAM PASIORI / 105831105718

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb. Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat
serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul ‘Bentuk Tata Ruang Dan
Bangunan Rumah Adat Kaluppini Kabupaten Enrekang’ dapat selesai.

Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Besar mata kuliah
Arsitektur Etnis dari ibu Nurhikmah Paddiyatu,ST.MT. Selain itu, penyusunan
makalah ini bertujuan menambah wawasan kepada pembaca tentang bentuk-bentuk
dari rumah adata kaluppini Enrekang

Penulis menyadari bahwa penyusunan Makalah ini masih jauh dari sempurna
karena pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, saran
dan kritik dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan proposal di masa
mendatang.

Makassar, 19 Mei 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Enrekang adalah salah satu Kawasan Tingkat
II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak
di Kota Enrekang. Kabupaten ini memiliki lebar wilayah 1.786,01 km² dan
berpenduduk sebanyak ± 190.579 jiwa.
Ditinjau dari segi sosial budaya, masyarakat Kabupaten Enrekang
memiliki kekhasan tersendiri. Hal tersebut dikarenakan karena budaya
Enrekang (Massenrempulu') berada di selang budaya Bugis, Mandar dan
Tana Toraja. Bahasa kawasan yang digunakan di Kabupaten Enrekang
secara garis luhur terbagi atas 3 bahasa dari 3 rumpun etnik yang berlainan
di Massenrempulu', yaitu bahasa Duri, Enrekang dan Maiwa. Bahasa Duri
dikatakan oleh penduduk di Disktrik Alla', Baraka, Malua, Buntu Batu,
Masalle, Baroko, Curio dan beberapa penduduk di Disktrik Anggeraja.
Bahasa Enrekang dikatakan oleh penduduk di Disktrik Enrekang, Cendana
dan beberapa penduduk di Disktrik Anggeraja. Bahasa Maiwa dikatakan
oleh penduduk di Disktrik Maiwa dan Disktrik Bungin. Melihat dari kondisi
sosial budaya tersebut, karenanya beberapa masyarakat mengasumsikan
perlu keadaan penggantian nama Kabupaten Enrekang dijadikan Kabupaten
Massenrempulu', sehingga terjadi keterwakilan dari sisi sosial budaya.
Rumah adat kaluppini sebagai suatu sebagai suatu karya estetis
memiliki bentuk sedemikina rupa yang dijadikan sebagai tempat tinggal
oleh pemiliknya. Selain sebagai karya fungsional, rumah adat Enrekang
juga memiliki falsafah yang terwujud dalam bentuk vangunan dan ragam
hias yang melekat padanya.
Rumah adata Enrekang menyimpan jejak nilai yang untuk dikaji oleh
kalngan yang sadar akan pentingnya melestarikan nilai hiidup yang
terbangun terbangun sejak lama dalam masyarakat. Bentuk rumah adat
kaluppini dan ragam hiasnya tentunya memiliki pesan dalam bentuk
symbol yang seyogyanya dipahami sebagi suatu nilai.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana Bentuk tata ruang rumah adat Kaluppini
2. Bagaiman bentuk bangunan rumah adat kaluppini
C. Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mendisktipsikan tentang brntuk tata ruang rumah adat kaluppini
2. Mendiskiripsikan bentuk bangunan runah adat kaluppini Enrekang
BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk Rumah Adat Kaluppini


Rumah adat kaluppini merupakan rumha adat kabupaten Enrekang
yang terdiri atas tiga bagian yaitu kepala, Tengah ( Badana ), serta Bawah
( Kaki ). Elemen-elemen penunjang yang berada dirumah adat kaluppini
berdasarkan unsur kelengkapan rumah adat tersebut dan dimodifikasi sesuai
dengan usur budaya didesa kaluppini kabupaten Enrekang. Tapa rumah
kaluppini berbentuk segitiga yang memanjang kebelakang yang menutupi
seluruh bagian atas rumah. Pada bagian depan didnding yang mempunyai 3
jendelaa . disamping sebelah Kannan ada tiga jendela. Dibawa atap terdapat
ruang yang diberi lantai rumah yang disebut lego-lego.
Rumah Adat kaluppini memiliki ukuran yang berbeda-beda. Rumah
berdenah dasar persegi dengan ukuran 12,40 m x 10,20 m. bangunan ini
berbentuk rumah panggung, seg=hingga pada bagian bawah dijadikan
tempat peristirahatan pemilik rumah. Pada petak bagian tengah memiliki
ukuraan ayng lebih besar dibandingkan dengan petak-petak lainnya.
Sedangkan pada petak bagian depan berukuran lebih lebar dari pada petak
bagian belakang. Pada rumah adat ini terapat petak yang lantainya klebih
redah yang disebut legi-lego. Letanya selalu di pinggir, mulai dari pintu
depan kebelakang. runagan ini merupan tempat lalu lalng anggota keluarga.
oleh karena itu, lantai papan dipasang tidak rapat antara satu dengan lainnya.
Tujuannya agar pasir dan debu lebih mudah jatuh ketanah. Selain itu,
ruangan ini jga berfungsi untuk menerima tamu dar kalangan masyarakat.

Bagian lain dari rumah adat enrekang ini adalah Bi’de atau dinding.
Didning pada bagian depan dilengkapi dengan tiga bah jendela, sedangkan
pada bagian samping terdapat 3 jendela pula. Pada sisi kiri jendea depan
terdapat satu bua pintu.

Oada rumah adat kaluppini ini terdapat bangunan yang menjadi


pelnegkap bangunan induk yaitu bangunan yang berada dibagian belakang
rumah yang disebut dengan n Dapo ( dapur )
Panjang bangunan dapo minimal sama dengan lebar bangunan induk
dann lebarnya minimal satu petang bangunan. Pada dapo juga dilengkapi
dengan tempat buang air kecil yang disebut tudangan cia dan di tempati untk
mencuci pakainan dan alat rumah tangga.
Rumah data kaluppini memliki 2 buah adeng atau tangga, yaitu tangga
depan dan tangga belakang. Setiap tangga memiliki anak tangga yang selalu
berjmlah ganjil. Jumlah anak tangga disesuaikan dengan ketinggian
rumah.tangga depan tangga yang pertama bersentuhan denan tanah
berukuran lebih besar daripada tangga yang kedua.

Bagian ketiga disebut awa bola (kolom rumah) yang letaknya paling
bawah. Pada kolom rumah ini terdapat tiang yang menjadi penyangngah
bangunan rumah adat. Tiang-tiang pada rumah adat Kaluppini dan rumah-
rumah lainnya berbentuk segi empat. Biasanya tiang yang digunakan pada
bangunan induk rumah adat Kaluppini meliputi 5 buah tiang yang berjejer
pada bagian depan dan lempat buah tiang yang berjejer ke belakang. Akan
tetapi, jumlah tiang tersebut tidaklah mutlak menjadi acuan terhadap
pembangunan rumah adat Kaluppini, sebab keadaan demikian kondisional.

Yakni dikondisikan terhadap seberapa besar bangunan rumah yang


akan dibangun.

B. Bentuk Tata Ruang Rumah Adat Kaluppini


Didalam rumah adata Kaluppini terdapat tiga pembagian area, yaitu
ruang tamu, kamar ganti (area privat), dan dapur. Ruang tamu, tempat tidur
(tanpa sekat), serta kamar ganti berada dalam satu elevasi, dimana
elevasinya lebih tinggi sekitar 30-40 cm dari area dapur. Perbedaan elevasi
ini berfungsi sebagai pembatas dan pembeda ruang antara area dapur, ruang
bersama/ruang tamu, dan kamar.
Untuk memasuki rumah Adat Kaluppini, terlebih dahulu menaiki anak
tangga yang kurang lebih berjumlah sembilan. Pintu rumah Adat Kaluppini
terlihat berbeda dari rumah pada umumnya. Pintu utama terbuat dari kayu,
memiliki satu bukaan, dan memiliki ukuran tinggi yang sama dengan tinggi
dinding. Saat memasuki rumah, pembagian area atau ruang terlihat dengan
jelas. Ruang tamu/ruang bersama, tempat tidur, serta kamar ganti (area
privat) berada di sisi barat, sedangkan dapur berada di sisi timur.
Di tengah-tengah rumah bersama, terdapat tiang yang memiliki ukiran
(posibola), dan berbeda dengan tiang/kolom rumah yang lainnya. Di tiang
tersebut biasa dilakukan ritual-ritual oleh pemuka-pemuka adat. Di ruang
bersama/ruang tamu terdapat pula kayu yang disebut kayu Patagallaci yang
tidak boleh diduduki.
Di sisi barat ruang bersama terdapat sebuah tempat tidur dengan
badcover dan sarung bantal semuanya berwarna putih. Tempat tidur tersebut
diletakkan di dekat jendela, dan tidak memiliki sekat sama sekali dengan
ruang bersama/ruang tamu. Di sebelah tempat tidur terdapat ruang atau
kamar dimana kamar tersebut merupakan kamar ganti, dan merupakan area
privat. Pada area ini pula tempat disimpannya simbol dari tomanurung
berupa parang. Di rumah Adat Kaluppini sama sekali tidak memiliki lemari
atau sejenisnya, namun tempat penyimpanan barang atau bahan makanan
disimpan pada tempat yang tinggi
Pada sturuktur atas rumah teradapat balok (pa’dongko) yang diletakkan
memanjang Utara-Selatan pada bagian tengah rumah. Pada balok tersebut
terdapat kayu pengunci yang berjumlah sembilan buah dengan ukiran yang
berbeda-beda. Adapun kesembilan bentuk ukiran tersebut berupa
perwujudan dari tomanurun yang menurut cerita , kesembilan anak itu
menyebar, ada tiga yang tinggal di Kaluppini yaitu Tarrodi Palli, Torrodi
Latimojong, dan Torrodi Laikan gunung daerah Matakali Maiwa serta enam
orang lainnya keluar dari Desa Kaluppini yaitu Marradia ke Mandar,
Mangkau ke Bone, Milla ke Wajo, Opu’ ke Luwu, Malepong bulan di
Tangsa Tana Toraja, Indo Silele’ di Bulu Kerasa daerah Lette Pinrang
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini yakni sebagai berikut :
1. Rumah adat kaluppini merupakan rumha adat kabupaten Enrekang
yang terdiri atas tiga bagian atas yaitu kepala, Tengah ( Badana ),
serta Bawah ( Kaki ). Elemen-elemen penunjang yang berada
dirumah adat kaluppini berdasarkan unsur kelengkapan rumah adat
tersebut dan dimodifikasi sesuai dengan usur budaya didesa
kaluppini kabupaten Enrekang.
2. Di dalam rumah adat Kaluppini terdapat tiga pembagian area, yaitu
ruang tamu, kamar ganti (area privat), dan dapur. Ruang tamu,
tempat tidur (tanpa sekat), serta kamar ganti berada dalam satu
elevasi, dimana elevasinya lebih tinggi sekitar 30-40 cm dari area
dapur. Perbedaan elevasi ini berfungsi sebagai pembatas dan
pembeda ruang antara area dapur, ruang bersama/ruang tamu, dan
kamar.
DAFTAR PUSTAKA

https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/2998-Full_Text.pdf
https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/nucturenature/article/view/4249
https://sulselprov.go.id/pages/info_lain/5
https://regional.kompas.com/read/2022/02/21/220735878/7-fakta-enrekang-dari-
julukan-kota-danke-hingga-penghasil-kopi-arabika-yang?page=all

Anda mungkin juga menyukai