Anda di halaman 1dari 146

ANALISIS PERBANDINGAN KEAKURATAN CAPITAL

ASSET PRICING MODEL DAN ARBITRAGE PRICING


THEORY DALAM MEMPREDIKSI RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN PERTANIAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA (PERIODE 2017-2021)
COMPARISON ANALYSIS THE ACCURACY OF CAPITAL ASSET
PRICING MODEL AND ARBITRAGE PRICING THEORY IN
PREDICTING STOCK RETURNS IN AGRICULTURAL COMPANIES
LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE (PERIOD 2017-2021)

SKRIPSI SARJANA

Oleh:

IHSANNUL PRA ZELLI

Nomor BP: 1810003530141

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
2022
ANALISIS PERBANDINGAN KEAKURATAN CAPITAL
ASSET PRICING MODEL DAN ARBITRAGE PRICING
THEORY DALAM MEMPREDIKSI RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN PERTANIAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA (PERIODE 2017-2021)
COMPARISON ANALYSIS THE ACCURACY OF CAPITAL ASSET
PRICING MODEL AND ARBITRAGE PRICING THEORY IN
PREDICTING STOCK RETURNS IN AGRICULTURAL COMPANIES
LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE (PERIOD 2017-2021)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbandingan keakuratan Capital


Asset Pricing Model dan Arbitrage Pricing Theory dalam memprediksi return
saham perusahaan sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Periode penelitian adalah dari tahun 2017-2021 dengan jumlah sampel sebanyak
10 perusahaan dari total 22 perusahaan yang terdaftar pada sektor pertanian
melalui teknik purposive sampling. Perbandingan keakuratan kedua model
menggunakan analisis Mean Absolut Deviation (MAD), sedangkan pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode paired sampel t-test. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa model CAPM lebih akurat dibandingkan model
APT dengan empat faktor makro ekonomi yang didasarkan pada nilai MAD
CAPM (0,06628) sedangkan nilai MAD APT (0,11827). Berdasarkan hasil
pengujian hipotesis, terdapat perbedaan yang signifikan antara model CAPM dan
APT dalam memprediksi return saham perusahaan sektor Pertanian.

Kata Kunci: CAPM, APT, Return ,Beta.

i
ANALISIS PERBANDINGAN KEAKURATAN CAPITAL
ASSET PRICING MODEL DAN ARBITRAGE PRICING
THEORY DALAM MEMPREDIKSI RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN PERTANIAN YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA (PERIODE 2017-2021)
COMPARISON ANALYSIS THE ACCURACY OF CAPITAL ASSET
PRICING MODEL AND ARBITRAGE PRICING THEORY IN
PREDICTING STOCK RETURNS IN AGRICULTURAL COMPANIES
LISTED ON THE INDONESIA STOCK EXCHANGE (PERIOD 2017-2021)

ABSTRACT

This study aims to analyze the comparison of the accuracy of the Capital Asset
Pricing Model and Arbitrage Pricing Theory in Predicting Stock Returns of
Agricultural Sector Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX).
The research period is from 2017-2021 with a total sample of 10 companies from
a total of 22 companies registered in the agricultural sector companies through
purposive sampling technique. Comparison of the accuracy of the two models
using Mean Absolute Deviation (MAD) analysis, while hypothesis testing is
carried out using the paired sample t-test method. The results showed that the
CAPM model was more accurate than the APT model with four macroeconomic
faktors based on the MAD CAPM value (0,06628) while the MAD APT value
(0,11827). Based on the results of hypothesis testing, there are significant
differences between the CAPM and APT models in predicting stock returns of
agriculture sector companies.

Keyword: CAPM, APT, Return, Beta

ii
HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING SKRIPSI

JUDUL :ANALISIS PERBANDINGAN


KEAKURATAN
CAPITAL ASSET PRICING MODEL DAN
ARBITRAGE PRICING THEORY DALAM
MEMPREDIKSI RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN PERTANIAN YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
(PERIODE 2017-2021)

NAMA : IHSANNUL PRA ZELLI


NOMOR BP : 1810003530141
FAKULTAS : EKONOMI
JURUSAN : MANAJEMEN
SK PEMBIMBING : Nomor: 035/PBS/FE-UNES/IX/2021
Tanggal: 20 September 2021

Disetujui Oleh:
Komisi Pembimbing

Rina Asmeri, SE., M.Si. Delory Nancy Melya, SE., MM.


Pembimbing I Pembimbing II

Mengetahui:
Ketua Program Studi Manajemen

Dr. H. Agussalim M., SE., MS.

iii
Hari / Tanggal Seminar Proposal: Sabtu / 28 Mei 2022

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI PROPOSAL

JUDUL :ANALISIS PERBANDINGAN


KEAKURATAN CAPITAL ASSET PRICING
MODEL DAN ARBITRAGE PRICING
THEORY DALAM MEMPREDIKSI RETURN
SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTANIAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (PERIODE 2017-2021)

NAMA : IHSANNUL PRA ZELLI


NOMOR BP : 1810003530141
FAKULTAS : EKONOMI
JURUSAN : MANAJEMEN
SK PENGUJI : Nomor: 043/FE-UNES/UP-M/V/2022
Tanggal: 23 Mei 2022

Disetujui Oleh:
Komisi Penguji

Ketua Tim Penguji : Rina Asmeri, SE., M.Si, (…………………)

Sekretrais Tim Penguji : Delory Nancy Melya, SE., MM. (…………………)

Anggota Tim Penguji : Novi Yanti, SE., MM. (…………………)

Mengetahui:
Ketua Program Studi Manajemen

iv
Dr. H. Agussalim M., SE., MS.
Hari / Tanggal Seminar Proposal : Sabtu / 28 Mei 2022

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI PRASKRIPSI

JUDUL :ANALISIS PERBANDINGAN


KEAKURATAN CAPITAL ASSET PRICING
MODEL DAN ARBITRAGE PRICING
THEORY DALAM MEMPREDIKSI RETURN
SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTANIAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (PERIODE 2017-2021)

NAMA : IHSANNUL PRA ZELLI


NOMOR BP : 1810003530141
FAKULTAS : EKONOMI
JURUSAN : MANAJEMEN
SK PENGUJI : Nomor: 010 /FE-UNES/SHP-M/XI/2022
Tanggal: 12 November 2022

Disetujui Oleh:
Komisi Penguji

Ketua Tim Penguji : Rina Asmeri, SE., M.Si, (…………………)

Sekretrais Tim Penguji : Delory Nancy Melya, SE., MM. (…………………)

Pembahas 1 : Novi Yanti, SE., MM. (…………………)


Pembahas 2 : Dr. Ir. Teti Chandrayanti, MBA. (…………………)

Mengetahui:
Ketua Program Studi Manajemen

v
Dr. H. Agussalim M., SE., MS.
Hari / Tanggal Seminar Hasil : Jum’at / 18 November 2022

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI SKRIPSI

JUDUL :ANALISIS PERBANDINGAN


KEAKURATAN CAPITAL ASSET PRICING
MODEL DAN ARBITRAGE PRICING
THEORY DALAM MEMPREDIKSI RETURN
SAHAM PADA PERUSAHAAN PERTANIAN
YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (PERIODE 2017-2021)

NAMA : IHSANNUL PRA ZELLI


NOMOR BP : 1810003530141
FAKULTAS : EKONOMI
JURUSAN : MANAJEMEN
SK PENGUJI : Nomor: 018/FE-UNES/US-M/I/2023
Tanggal: 02 Januari 2023

Disetujui Oleh:
Komisi Penguji

Ketua Penguji : Rina Asmeri, SE., M.Si, (…………………)

Penguji 1 : Dr. Ir. Teti Chandrayanti, MBA (…………………)


Penguji 2 : Novi Yanti, SE., MM. (…………………)

Mengetahui:
Dekan Fakultas Ekonomi
vi
Dr. Salfadri, SE., M.Si.
Hari / Tanggal Ujian Komprehensif : Selasa / 10 Januari 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat allah SWT. berkat hidayah dan taufiknya

penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan judul “Analisis

Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model dan Arbitrage

Pricing Theory dalam Memprediksi Return Saham pada Perusahaan

Pertanian yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2017-2021)”,

yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan

memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Ekasakti.

Selanjutnya penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada, Mama tercinta Nelli beserta Papa Zelmi, dan Abang Anugrah

Perdana dan Surya Dwi Putra serta adikku Muhammad Zahron, berkat

doa tulus dan dorongan mereka penulis mendapatkan kemudahan dalam

menyelesaikan tugas-tugas dan skripsi ini tepat pada waktunya.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Dr. Otong Rosadi. SH., M.Hum. selaku rektor Universitas

Ekasakti beserta jajarannya.

2. Bapak DR. Salfadri, SE., M.Si. selaku dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Ekasakti beserta jajaran.


vii
3. Bapak DR. H. Agussalim. M. SE., M.S., MCE. Selaku ketua

program studi Manajemen beserta jajarannya.

4. Penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari ibu

Rina Asmeri, SE. dan ibu Delori Nancy Meyla, SE., MM atas segala

bantuan dan bimbingan yang telah beliau berikan, penulis

mengucapkan terima kasih yang setulusnya.

5. Ibu Novi Yanti, SE., MM. selaku tim penguji proposal dan tim

pembahas seminar hasil.

6. Ibu Dr. Ir. Teti Chandrayanti. selaku tim pembahas seminar hasil.

7. Teruntuk sahabat-sahabat yang selalu memberikan support dan

semangat.

Kepada semua pihak yang telah berkenan memberikan bantuan,

baik moril maupun materil hingga skripsi ini dapat diselesaikan, penulis tak

lupa menyampaikan terima kasih.

Akhirnya penulis mengharapkan ridho Allah SWT. Berkenan

memberikan balasan atas segala bantuannya.

Padang, November 2022

(Ihsannul Pra Zelli)

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PEMBIMBING SKRIPSI...................iii

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI PROPOSAL....................iv

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI PRASKRIPSI...................v

HALAMAN PERSETUJUAN KOMISI PENGUJI SKRIPSI..........................vi

KATA PENGANTAR...................................................................................vii

DAFTAR ISI.................................................................................................ix

DAFTAR TABEL..........................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR.....................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..........................................................................8

1.3 Tujuan dan Kegunaan penelitian....................................................9

1.4 Sistematika Penulisan...................................................................10

1.5 Time Schedule dan Biaya Penelitian............................................12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................13

2.1 Investasi........................................................................................13

2.2 Saham...........................................................................................14

2.3 Risiko.............................................................................................18

2.4 Return............................................................................................22

2.5 Capital Asset Pricing Model (CAPM)............................................25

2.6 Arbitrase Pricing Theory (APT).....................................................32

ix
2.7 Metode ARIMA..............................................................................44

2.8 Mean Absolut Deviation (MAD).....................................................47

2.9 Kerangka Konseptual....................................................................48

2.10 Penelitian Terdahulu.....................................................................49

2.11 Hipotesis........................................................................................55

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN METODE

PENELITIAN..............................................................................................57

3.1 Lokasi Penelitian...........................................................................57

3.2 Metode Penelitian..........................................................................58

3.3 Sumber Data.................................................................................62

3.4 Defenisi Operasional Variabel.......................................................63

3.5 Metode Analisis.............................................................................63

3.6 Metode Pengujian Hipotesis.........................................................68

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...................................70

4.1 Capital Asset Pricing Model..........................................................70

4.2 Arbitrage Pricing Theory...............................................................87

4.3 Perbandingan Penghitungan Expected Return Menggunakan


CAPM dan APT...........................................................................109

4.4 Uji Normalitas Data.....................................................................113

4.5 Uji Hipotesis................................................................................114

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian.....................................................115

BAB V PENUTUP....................................................................................122

5.1 Kesimpulan..................................................................................122

5.2 Saran...........................................................................................123

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. 1 Time Schedule..........................................................................12

Tabel 2. 1 Penelitian
Terdahulu.................................................................49

Tabel 3. 1 Perusahaan Sektor Pertanian..........................................…….59


Tabel 3. 2 Purposive Sampling Sektor Pertanian......................................61
Tabel 3. 3 Sampel Perusahaan Sektor Pertanian.....................................62
Tabel 3. 4 Definisi Operasional Variabel...................................................64

Tabel 4. 1 Return Aset Bebas Risiko (Rf) Periode 2017-2021..............70

Tabel 4. 2 Return Market (Rm) Periode 2017-2021..................................73


Tabel 4. 3 Return Saham Perusahaan Sektor Pertanian Periode 2017-
2021........................................................................................77
Tabel 4. 4 Risiko Sistematis atau Beta Saham (CAPM) Periode 2017-
2021........................................................................................79
Tabel 4. 5 Rata-Rata Risiko Sistematis Setiap Tahun..............................81
Tabel 4. 6 Expected Return CAPM Setiap Tahun Periode 2017-2021.....82
Tabel 4. 7 Rata-Rata Return dan Expected Return CAPM Setiap
Tahun......................................................................................85
Tabel 4. 8 Δ Inflasi Aktual, Δ Inflasi yang Diharapkan, dan Δ Inflasi yang
Tidak diharapkan Periode 2017-2021....................................88
Tabel 4. 9 Δ Kurs Aktual, Δ Kurs yang Diharapkan, dan Δ Kurs yang Tidak
diharapkan Periode 2017-2021..............................................92
Tabel 4. 10 Δ SBI Aktual, Δ SBI yang Diharapkan, dan Δ SBI yang Tidak
diharapkan Periode 2017-2021..............................................95
Tabel 4. 11 Δ JUB Aktual, Δ JUB yang Diharapkan, dan Δ JUB yang Tidak
diharapkan Periode 2017-2021..............................................99
Tabel 4. 12 Risiko Sistematis (β) Faktor APT..........................................102
Tabel 4. 13 Rata-Rata Risiko Sistematis (β) Faktor APT.......................104
Tabel 4. 14 Expected Return Model APT Setiap Tahun Periode
2017-2021.............................................................................105
Tabel 4. 15 Rata-Rata Return dan Expected Return APT
Setiap Tahun.........................................................................107
Tabel 4. 16 MAD CAPM dan APT Pertahun Pada Periode
2017-2021.............................................................................110

xi
Tabel 4. 17 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov..........................................113
Tabel 4. 18 Paired Sample Statistics.......................................................114
Tabel 4. 19 Tabel Paired Samples Test..................................................115

DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Diagram Alir..................................................................48

xii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

Lampiran 1 Return Aset Bebas Risiko (Rf) Periode 2017-2021.....128


Lampiran 2 Return Market (Rm) Periode 2017-2021.....................129
Lampiran 3 Return Saham Perusahaan Sektor Pertanian Periode
2017-2021....................................................................130
Lampiran 4 Risiko Sistematis atau Beta Saham (CAPM) Periode
2017-2021....................................................................141
Lampiran 5 Rata-Rata Risiko Sistematis Setiap Tahun..................142
Lampiran 6 Expected Return Model CAPM Setiap Tahun Periode
2017-2021....................................................................143
Lampiran 7 Rata-Rata Return dan Expected Return CAPM Setiap
Tahun...........................................................................144
Lampiran 8 Δ Inflasi Aktual, Δ Inflasi yang Diharapkan, dan
Δ Inflasi yang Tidak diharapkan Periode 2017-2021...145

Lampiran 9 Δ Kurs Aktual, Δ Kurs yang Diharapkan, dan


Δ Kurs yang Tidak diharapkan.....................................147
Lampiran 10 Δ SBI Aktual, Δ SBI yang Diharapkan, dan Δ SBI yang
Tidak diharapkan Periode 2017-2021..........................149
Lampiran 11 Δ JUB Aktual, Δ JUB yang Diharapkan, dan Δ JUB
yang Tidak diharapkan Periode 2017-2021.................151
Lampiran 12 Risiko Sistematis (β) Faktor APT...............................153
Lampiran 13 Rata-Rata Risiko Sistematis (β) Faktor APT.............165
Lampiran 14 Expected Return Model APT Pertahun 2017-2021...166
Lampiran 15 Rata-Rata Expected Return Model APT Pertahun
2017-2021..................................................................167
Lampiran 16 MAD CAPM dan APT.................................................168
Lampiran 17 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov...............................170
Lampiran 18 Paired Sample Statistics............................................171
Lampiran 19 Paired Sample Test....................................................172

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ekonomi global saat ini telah mendorong para investor untuk

berinvestasi di pasar modal. Keberadaan pasar modal di suatu negara bisa menjadi

acuan untuk melihat tentang bagaimana kegairahan atau dinamisnya bisnis negara

yang bersangkutan dalam menggerakkan berbagai kebijakan ekonominya seperti

kebijakan fiskal dan moneter(Fahmi, 2017) Pasar modal menjalankan dua fungsi

utama, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sarana bagi

perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor), kedua

sebagai sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan

seperti saham, obligasi, reksadana, dan instrumen-instrumen lainnya (Fahmi,

2017).

Salah satu jenis investasi yang dilakukan investor di pasar modal adalah

investasi pada saham. Saham adalah tanda bukti penyertaan kepemilikan modal

atau dana pada suatu perusahaan(Fahmi, 2017). Saham merupakan sekuritas yang

cukup populer yang diperjualbelikan di pasar modal. Investor yang melakukan

investasi saham akan mengharapkan keuntungan berupa capital gain maupun

pembagian dividen oleh perusahaan. Capital gain adalah keuntungan pada saat

saham yang dimiliki dijual kembali dengan harga yang lebih mahal(Fahmi, 2017).

Sedangkan dividen merupakan pembagian dari laba yang dibagikan kepada

pemegang saham (Susanti & Putra, 2019).

1
2

Untuk mendapatkan keuntungan dari investasi yang dilakukannya, investor

tidak terlepas dari risiko, karena kondisi di masa depan merupakan suatu

ketidakpastian. Terdapat trade off antara risiko dengan keuntungan. Artinya,

investasi yang mempunyai risiko tinggi biasanya menjanjikan tingkat keuntungan

yang tinggi, sebaliknya sebuah investasi dengan tingkat risiko yang rendah

biasanya akan menghasilkan tingkat keuntungan yang rendah pula(Susanti &

Putra, 2019). Karenanya, untuk mengurangi risiko investasi, investor perlu

membentuk suatu portofolio investasi. Portofolio dinyatakan sebagai sekumpulan

aset yang dimiliki untuk tujuan ekonomis tertentu. Tujuannya yaitu melakukan

diversifikasi aset sedemikian rupa sehingga mampu mengurangi risiko dari suatu

tingkat return tertentu (Mamduh M, 2021).

Sektor pertanian di Indonesia menjadi salah satu penopang kegiatan

perekonomian masyarakat di Indonesia. Tidak hanya menjadi sumber pangan

untuk masyarakat sehari-hari, namun juga sebagai sumber devisa untuk negara.

Sektor pertanian di Indonesia juga menjadi andalan dalam penyerapan tenaga

kerja dari waktu ke waktu. Menurut World Bank peran pertanian yaitu

berkontribusi pada pembangunan sebagai sebuah aktivitas ekonomi, sebagai mata

pencaharian, dan sebagai cara untuk melestarikan lingkungan sehingga membuat

sektor ini menjadi unik dalam menjadi instrumen pembangunan bagi negara.

Namun, perusahaan-perusahaan di sektor pertanian juga harus memperhatikan

keberlangsungan usahanya. Ketika perusahaan merasa kurang mampu dalam

memenuhi kebutuhan modalnya, perusahaan dapat menjual sahamnya ke publik

untuk mendapatkan modal tambahan. Serta hal tersebut juga dapat memperluas
3

cakupan pasar yang dimiliki oleh perusahaan tersebut apabila

melakukan go publik.

Sejak akhir tahun 2019 terdapat resesi keuangan global dari fenomena yang

membuat penurunan stamina perekonomian nasional yang diakibatkan meluasnya

wabah Covid-19. Peluasan wabah pandemi Covid-19 di Indonesia saat ini juga

memberikan dampak pada hampir seluruh sektor kehidupan yang ada, khususnya

pada sektor pertanian yang merupakan salah satu sumber perekonomian. Pada

masa awal pandemi sektor pertanian mendapat tantangan yang besar, karena

terdapat beberapa dampak yang mempengaruhi sektor pertanian. Beberapa

diantaranya yaitu mulai dari rantai pasokan pangan melambat, kesehatan petani,

keselamatan pekerja, sumber alat pelindung diri, kerusakan sumber pangan,

sampai harga pasar yang meningkat. Harga pasar pertanian yang tinggi tentunya

akan mempengaruhi permintaan dan penawaran sumber daya sampai hasil

pangan. Apabila permintaan dan penawaran terganggu, tentunya akan

mempengaruhi penjualan-penjualan di sektor pertanian, yang bisa membuat

keadaan menjadi lebih sulit sampai mengakibatkan penurunan untuk perusahaan

yang penjualannya mengalami kesulitan tentunya akan berdampak juga terhadap

kondisi perusahaan itu sendiri, yang mana akan mempengaruhi nilai yang dimiliki

suatu perusahaan di mata investor.

CAPM secara empiris pada sektor pertanian ternyata cukup baik tapi masih

jauh jika dibandingkan portofolio bulanan semua sampel. Bahkan error yang

ditemukan menjadi lebih besar, dengan nilai 48.1%. CAPM sebenarnya hanya
4

mampu menangkap risiko pasar secara keseluruhan tapi tidak secara spesifik pada

perusahaan tertentu. Model CAPM ada baiknya jika mulai dibandingkan dengan

model yang lain seperti APT, Fama French ataupun Carhart Four Faktor Model

pada sektor pertanian. Faktor size, value atau momentum yang lebih baik dalam

menerangkan varian return saham dibandingkan market premium. Hal ini

tentunya akan erat kaitannya dengan teori tentang behavioral finance (Kiky,

2015).

Dalam portofolio investasi terdapat dua model yang sering digunakan investor

dalam memprediksi tingkat keuntungan (expected return), yaitu menggunakan

model Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan model Arbitrage Pricing Theory

(APT). Dengan menggunakan model ini, investor dapat memprediksi tingkat

pengembalian dari suatu portofolio investasi, sehingga dapat meminimalkan risiko

yang mungkin terjadi akibat investasi tersebut (Wibowo et al., 2021).

Model Capital Asset Pricing Model (CAPM) diperkenalkan oleh Sharpe,

Lintner, dan Mossin pada pertengahan tahun 1960-an. CAPM merupakan model

keseimbangan yang menggambarkan hubungan risiko dan return secara lebih

sederhana dan hanya menggunakan satu variabel (variabel beta) untuk

menggambarkan risiko. Asumsi-asumsi dalam CAPM memang sulit ditemui di

dunia nyata, namun model ini mampu menggambarkan atau memprediksi realitas

3 di pasar yang bersifat kompleks, meskipun bukan kepada realitas asumsi-asumsi

yang digunakan(Tandelilin. Eduardus, 2017). Sedangkan model Arbitrage Pricing

Theory (APT) dikemukakan oleh Ross pada tahun 1976. Teori ini menjelaskan
5

hubungan antara imbal hasil yang diharapkan dari suatu sekuritas, dengan asumsi

tidak adanya peluang untuk menghasilkan keuntungan dari investasi arbitrase

tanpa risiko (Riantani, 2017).

Kedua model ini masih diperdebatkan oleh para ahli terkait mana yang lebih

akurat dalam memprediksi tingkat pengembalian saham. Penelitian sebelumnya

menunjukkan hasil yang berbeda-beda tentang model manakah yang lebih akurat

dalam memprediksi tingkat pengembalian saham. Karena itu peneliti tertarik

melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui ketepatan kedua model ini.

Beberapa penelitian empiris terdahulu mengenai perbandingan keakuratan

Capital Asset Pricing Model dan Arbitrage Pricing Theori dalam memprediksi

return saham diantaranya dilakukan oleh penelitian yang dilakukan (Hasan et al.,

2019) Analisis Capital Asset Pricing Model (CAPM) Sebagai Dasar Pengambilan

Keputusan Berinvestasi Saham, menunjukkan bahwa CAPM lebih akurat

dibandingkan APT dalam menjelaskan return saham pada pasar modal di

Indonesia. Adapun peneliti lainnya (Abdillah & Putra, 2021)yang melakukan

penelitian tentang perbandingan keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM)

dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam investasi saham pada Bank Umum

Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di BEI, menemukan bahwa model

Arbitrage Pricing Theory (APT) dengan tiga faktor makro ekonomi lebih akurat

dalam memprediksi return saham dibandingkan model Capital Asset Pricing

Model (CAPM). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil penelitian
6

terkait dengan keakuratan diantara model Capital Asset Pricing Model (CAPM)

dengan model Arbitrage Pricing Theory (APT).

Peneliti memilih perusahan sektor pertanian sebagai objek penelitian. Hal ini

didasarkan sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam

perekonomian Indonesia. Pada tahun 2021 kontribusi sektor pertanian dalam

pembentukkan produk domestik bruto (PDB) adalah 14,14%, menempati posisi

ketiga sesudah sektor perdagangan, dan sektor industri pengolahan (BPS). Dalam

hal penyerapan tenaga kerja, sektor pertanian memiliki peranan yang sangat

strategis, dimana 272, 68 juta penduduk yang bekerja sekitar 38,78 persen

merupakan tenaga kerja di sektor pertanian (BPS). Selain itu sektor pertanian

merupakan penyedia bahan baku penting bagi keperluan industri, khususnya

industri pengolahan makanan dan minuman (agroindustri). Sektor pertanian juga

merupakan pilar utama dalam menopang ketahanan pangan negara melalui

sumbangannya terhadap kecukupan konsumsi dari sebagian besar rakyat

Indonesia khususnya dalam kebutuhan pangan. Sektor pertanian merupakan

sektor yang memiliki peranan yang signifikan dalam pembangunan perekonomian

Indonesia. Selain sebagai sektor yang mampu menyediakan pangan bagi

penduduk Indonesia, pertanian juga mampu menyerap 29,59 persen dari total

angkatan kerja di Indonesia.

Kinerja saham pertanian di bursa saham menunjukan pertumbuhan yang

cepat, hal ini ditunjukan dengan grafik pergerakan indeks sektor pertanian yang

tinggi di bursa saham bila dibandingkan dengan sektor yang lain ataupun dengan
7

pergerakan IHSG dalam rentan waktu yang sama. Perusahaan-perusahan pertanian

cenderung menghasilkan return yang lebih besar dibandingkan dengan

perusahaan ataupun emiten yang lain. Sehingga kelayakan akan berinvestasi di

sektor pertanian khususnya dalam bentuk saham akan berdampak kepada hasil

investasi yang dihasilkan(Kiky, 2015).

Berdasarkan penelitian Mhd Rivan Ramadhan, (Ibrahim et al., 2017)

mengenai Analisis Keakuratan Dari Capital Asset Pricing Model (CAPM) Dan

Arbitrage Pricing Theory (APT) Dalam Memprediksi Return Saham Pada

Perusahaan Sektor Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2015-2018

hasilnya menunjukkan bahwa menemukan bahwa terdapat perbedaan akurasi

antara Capital Asset Pricing Model (CAPM) dengan Arbitrage Pricing Theory

(APT) dalam memprediksi return saham perusahaan.

Dalam memprediksi return saham dapat digunakan metode Kalman Filter dan

Metode Recurrent Neural Network dan banyak model lainnya. Namun

penggunaan model lain ini hanya melihat kinerja perusahaan dari tahun ke tahun

dan memprediksikan tahun kedepannya tanpa mempertimbangkan variabel

ekonomi dan makroekonomi lainnya yang seharusnya mempengaruhi kinerja

perusahaan dan mempengaruhi return saham secara keseluruhan

Peneliti Memilih CAPM sebagai salah satu model dalam penelitian ini karena

CAPM dapat melihat gambaran risiko dari setiap asset. Lebih tepatnya, dengan

menggunakan CAPM, maka akan tergambar suatu keadaan yang mana hubungan

dari risiko untuk setiap asset terlihat dalam kondisi yang seimbang dengan
8

memperkiran hubungan risiko dengan return. Sedangkan menjadikan APT sebagai

model pembanding karena APT lebih mempertimbangkan banyak variabel

makroekonomi dibandingkan model CAPM dengan didasari pandangan bahwa

return harapan untuk suatu sekuritas dipengaruhi oleh beberapa faktor risiko yang

menunjukkan kondisi perekonomian secara umum.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas maka penulis tertarik

untuk meneliti “Analisis Perbandingan Keakuratan Capital Asset Pricing Model

dan Arbitrage Pricing Theory dalam memprediksi return saham pada perusahaan

pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Periode 2017-2021) “.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah prediksi return saham pada perusahaan sektor Pertanian

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021 dengan

menggunakan model Capital Asset Pricing Model (CAPM)?

2. Bagaimanakah prediksi return saham pada perusahaan sektor Pertanian

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021 dengan

menggunakan model Arbitrage Pricing Theory (APT)?

3. Apakah terdapat perbedaan akurasi antara Capital Asset Pricing Model

(CAPM) dan model Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam memprediksi

return saham sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2017-2021?
9

1.3 Tujuan dan Kegunaan penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini maka tujuan

dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah prediksi return saham pada

perusahaan sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dengan menggunakan model Capital Asset Pricing Model (CAPM)

2. Untuk mengetahui bagaimanakah prediksi return saham pada

perusahaan sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dengan menggunakan Arbitrage Pricing Theory (APT).

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan akurasi antara Capital

Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT)

dalam memprediksi return saham sektor Pertanian yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021.

1.3.2 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ada 3, yaitu:

1. Bagi Peneliti

Harapan peneliti, penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi

pengembangan ilmu Manajemen Keuangan mengenai analisis

perbandingan keakuratan Capital Asset Pricing Model dengan


10

Arbitrage Pricing Theory dalam memprediksi expected return saham

sektor pertanian di BEI.

2. Bagi Objek Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk perusahaan

sektor pertanian untuk meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat

menarik perhatian investor dan akan menjadi incaran investor dan

calon investor untuk berinvestasi.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian,

pertimbangan, dan pengembangan ke arah yang lebih baik bagi peneliti

selanjutnya.

1.4 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab, yang disusun

sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis menjelaskan latar belakang permasalahan

yang diteliti, lalu rumusan dari permasalahan tersebut, hingga

tujuan penelitian dan kegunaan penelitan dan sistematika dalam

penulisan penelitian, serta perencanaan jadwal kegiatan dan

rancangan biaya penelitian.

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai investasi, saham,

risiko, return, Capital Asset Pricing Model (CAPM), Arbitrase


11

Pricing Theory (APT), Metode ARIMA. Selanjutnya akan

diuraikan pula kerangka pemikiran penulis dengan teori yang

relevan, akan dijabarkan tentang hasil penelitian terdahulu dan

hipotesis.

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN

METODE PENELITIAN

Pada bab ini dikemukan mengenai gambaran umum lokasi

penelitian diadakan. Selanjutnya juga membahas metode

penelitian, jenis dan sumber data, populasi dan sampel, defenisi

operasional variabel serta metode analisis dan pengujian hipotesis.

BAB IV: ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini berisi tentang deskripsi data, analisis data dan

pembahasan mengenai pengujian hipotesis. uji normalitas data.

pengujian hipotesis metode paired t-test.

BAB V: PENUTUP

Pada Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisis yang dilakukan,

keterbatasan penelitian dan saran.


12

1.5 Time Schedule dan Biaya Penelitian


1.5.1 Time Schedule
Tabel 1. 1 Time Schedule

BULAN KEGIATAN
TAHAP-TAHAP
2022
KEGIATAN
Mei Juni Juli Agustus September Oktober November
Konsultasi Proposal
Penelitian
Ujian Seminar Proposal
Penelitian
Penjilidan Proposal
Konsultasi Hasil Penelitian
Ujian Seminar Hasil
Ujian Komprehensif
Penggandaan Skripsi
Penulisan Jurnal

1.5.2 Biaya Penelitian


Biaya penelitian yang dikeluarkan dalam melakukan penulisan skripsi hingga

selesai adalah sebesar dua juta enam ratus ribu rupiah (Rp. 2.600.000,-) terdiri

dari:

a. Biaya administrasi Rp. 200.000,-


b. Biaya kertas dan tinta printer Rp. 350.000,-
c. Biaya ujian proposal penelitian Rp. 300.000,-
d. Biaya ujian seminar hasil Rp. 350.000,-
e. Biaya ujian komprehensif Rp. 900.000,-
f. Biaya pernerbitan dalam jurnal Rp. 200.000,-
g. Biaya penggandaan dan penjilidan Rp. 200.000,-
13

h. Biaya lain-lain, Rp. 100.000,-


Jumlah Rp. 2.600.000,-
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Investasi

Investasi pada hakekatnya merupakan penempatan sejumlah dana

pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa

mendatang(Abdul Halim, 2018). Menurut (Krisanti, 2012)investasi

merupakan suatu pengorbanan dari beberapa nilai sekarang (certain

present value), untuk nilai masa datang (future value) yang belum bisa

dijamin kepastiannya (uncertain).

Menurut (Abdul Halim, 2018), investasi dapat dikelompokkan ke

dalam dua ketegori, yaitu:

a. Investasi pada aset-aset finansial (financial Asset), berupa sertifikat

deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya.

b. Investasi pada aset-aset rill (real Asset), berbentuk pembelian aset

produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan

perkebunan, dan lainnya.

Tujuan melakukan investasi adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan

moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini

ditambah nilai pendapatan mendatang (Tandelilin. Eduardus, 2017).

13
14

Dalam pengelolaan portofolio, ada dua pendekatan yang dapat

dilakukan, yaitu strategi pasif dan strategi aktif. Bentuk investasi aktif

(active investment style), yaitu bentuk investasi yang didasarkan pada

asumsi bahwa pasar modal melakukan kesalahan dalam penentuan harga

(mispriced). Bentuk investasi pasif (passive investment style), yaitu bentuk

investasi yang didasarkan pada asumsi bahwa harga-harga sekuritas di

pasar sudah ditentukan secara tepat sesuai dengan nilai intrinsiknya atau

pasar modal tidak melakukan kesalahan dalam penentuan harga (I Made

Adnyana, 2020).

Investasi merupakan suatu kegiatan menempatkan dana pada satu

atau lebih dari satu jenis aset selama periode tertentu dengan harapan dapat

memperoleh penghasilan atau peningkatan nilai investasi dimasa

mendatang dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan

investor dengan harapan dapat memberikan manfaat terhadapnya ataupun

bermanfaat terhadap publik.Setiap keputusan yang diambil pasti memiliki

resiko, begitu pula investasi. Oleh karena itu, sangat perlu untuk dilakukan

manajemen dalam menangani risiko. Investasi perlu digalakkan agar

pembangunan ekonomi dapat berjalan lancer (Hidayati et al., 2017).

2.2 Saham
Untuk meningkatkan modal, salah satu cara yang dilakukan

perusahaan adalah dengan menerbitkan sekuritas. Salah satu jenis sekuritas

yang diterbitkan 10 perusahaan tersebut adalah saham. Menurut Fahmi

(2017) beberapa pengertian saham yaitu:


15

a. Tanda bukti penyertaan kepemilikan modal/dana pada suatu

perusahaan

b. Kertas yang tercantum dengan jelas nilai nominal, nama perusahaan

dan diikuti dengan hak dan kewajiban yang dijelaskan kepada setiap

pemegangnya.

c. Persediaan yang siap untuk dijual.

Nilai suatu saham dapat berbeda tergantung sudut pandang

penilaiannya. Menurut (Fahmi, 2017), nilai dari suatu saham dapat

memiliki empat konsep, yaitu:

a. Nilai nominal, merupakan nilai per lembar saham yang berkaitan

dengan akuntansi dan hukum. Nilai ini diperlihatkan pada neraca

perusahaan dan merupakan modal disetor penuh dibagi dengan jumlah

saham yang sudah diedarkan.

b. Nilai buku per lembar saham, menunjukkan nilai aktiva bersih per

lembar saham yang merupakan nilai ekuitas dibagi dengan jumlah

lembar saham.

c. Nilai pasar, merupakan nilai suatu saham yang ditentukan oleh

permintaan dan penawaran yang terbentuk di bursa saham.

d. Nilai intrinsik, merupakan harga wajar saham yang mencerminkan

harga saham yang sebenarnya. Nilai intrinsik ini merupakan nilai

sekarang dari semua arus kas di masa mendatang (yang berasal dari

capital gain dan dividen).


16

Terdapat dua jenis saham yang biasa diperdagangkan, yaitu:

1) Saham biasa (common stock)

Saham biasa menunjukkan bagian kepemilikan di sebuah perusahaan.

Masing-masing lembar saham biasa mewakili satu suara tentang segala

hal dalam pengurusan perusahaan. Pemegang saham dapat

menggunakan suara tersebut dalam rapat tahunan perusahaan dan

pembagian keuntungan (Armereo, 2018).

Karakteristik saham biasa menurut (Fahmi, 2017)adalah:

a. Berhak atas pendapatan perusahaan berupa dividen. Dividen yang

dibagikan dapat berupa dividen tunai maupun dividen saham.

b. Berhak atas harta perusahaan jika perusahaan dilikuidasi di urutan

yang terakhir. Jaminan investor dapat dilihat dari nilai buku per

lembar saham. Memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS).

c. Tanggung jawab terbatas, tanggung jawab pemegang saham hanya

sebatas nilai saham yang dimiliki dan tidak memiliki tanggung

jawab pribadi yang menjadikan harta pribadi sebagai jaminan.

2) Saham preferen

Saham preferen merupakan saham yang akan menerima dividen

dalam jumlah yang tetap, serta pemegang saham tidak mempunyai hak

dalam RUPS (Mamduh M, 2021). Karena risiko yang lebih rendah,


17

maka tingkat pengembalian yang diperoleh oleh pemegang saham

peferen lebih rendah dibanding pemegang saham biasa (common

stock).

Dalam pembagian dividen, dividen saham preferen biasanya

bersifat kumulatif. Artinya, pembayaran dividen diakumulasikan dan

harus dibayar penuh sebelum dividen untuk pemegang saham biasa

dibayarkan (Weni Susanti, 2018).

Harga–harga saham dapat berfluktuasi naik atau turun.

Pembentukan harga saham terjadi karena adanya supply (permintaan)

dan demand (penawaran) atas saham tersebut. Supply dan demand

disebabkan banyak faktor, misalnya: Faktor mikro ekonomi, seperti

kinerja perusahaan, kinerja industri ketika peruahaan tersebut bergerak,

perubahan manajemen perusahaan, produktivitas karyawan, harga

bahan baku, ketersediaan bahan baku, prospek penjualan. Faktor

makro-ekonomi seperti tingkat suku bunga, inflasi, nilai tukar rupiah,

dan kondisi ekonomi dunia. Kemudian faktor selanjutnya yaitu faktor

non-ekonomi seperti kondisi sosial politik dan lainnya(Moh. Asra,

2020).

Saham-saham yang telah diterbitkan oleh perusahaan akan

diperdagangkan pada suatu bursa saham. Di Indonesia dikenal dengan

Bursa Efek Indonesia . Terdapat tiga jenis transaksi yang dilakukan di

bursa saham menurut (Brigham. E, 2019), yaitu:


18

a. Pasar sekunder, perdagangan saham yang beredar oleh perusahaan

terbuka yang telah ditetapkan. Sehingga saham-saham yang

diperjual belikan merupakan saham-saham perusahaan yang telah

tercatat oleh Bursa Efek Indonesia .

b. Pasar primer, tambahan saham yang dijual oleh perusahaan terbuka

yang telah ditetapkan. Tujuannya adalah untuk mendapatkan modal

atau ekuitas yang baru.

c. Pasar IPO, penawaran perdana kepada publik oleh perusahaan

terbuka, artinya penawaran saham perusahaan yang dilakukan

untuk pertama kali kepada publik.

2.3 Risiko
Dalam konteks manajemen investasi, risiko merupakan besarnya

penyimpangan antara tingkat pengembalian yang diharapkan (expected

return) dengan tingkat pengembalian aktual (actual return). Semakin

besar penyimpangannya berarti semakin besar tingkat risiko (Abdul

Halim, 2018).

Menurut (Tandelilin. Eduardus, 2017)dalam manajemen investasi

modern, risiko dibagi ke dalam dua jenis, yaitu risiko sistematis

(systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk):

a. Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar, merupakan risiko

yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara

keseluruhan. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas


19

return suatu investasi. Risiko ini disebut juga risiko yang tidak dapat

didiversifikasi (undiversiable risk).

b. Risiko tidak sistematis atau dikenal dengan risiko spesifik adalah

risiko yang tidak terkait dengan perubahan pasar secara keseluruhan.

Risiko ini dapat dihilangkan dengan diversifikasi karena hanya ada

dalam satu perusahaan atau industri

Menurut(Brigham. E, 2019), risiko yang dapat didiversifikasi

(unsystematic risk) disebabkan oleh kejadian acak seperti perkara hukum,

pemogokan, program pemasaran yang sukses dan tidak sukses, kalah atau

menang kontrak, serta kejadian unik lainnya pada perusahaan tertentu.

Karena kejadian-kejadian ini terjadi secara acak, maka pengaruhnya

terhadap portofolio dapat dieliminasi oleh diversifikasi kejadian buruk

dalam satu perusahaan akan diimbangi oleh kejadian yang baik lainnya.

Sedangkan, risiko yang tetap ada setelah diversifikasi merupakan

risiko pasar, atau risiko yang melekat pada pasar, dan hal ini dapat diukur

oleh suatu tingkatan di mana saham tertentu cenderung bergerak ke atas

dan ke bawah pasar (Brigham. E, 2019). Penyebabnya yaitu dari faktor-

faktor yang mempengaruhi perusahaan secara sistematis seperti perang,

inflasi, resesi, dan suku bunga yang tinggi.

Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap Risiko

Investasi. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung

parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai

pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih


20

baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang

bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi.

Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi

tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan

perekonomian dirasakan lesu(Sumarlin, 2020)

Sumber-sumber risiko menurut (Bodie. Z, 2019)yaitu:

a. Risiko tingkat suku bunga

Variabilitas return sekuritas akibat perubahan tingkat suku bunga

disebut risiko tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga lebih

berpengaruh langsung terhadap obligasi dibandingkan saham biasa,

namun memiliki pengaruh terhadap keduanya sehingga sangat penting

untuk dipertimbangkan oleh investor.

b. Risiko pasar

Variabilitas return akibat fluktuasi pasar secara keseluruhan.

Semua sekuritas berhubungan dengan risiko pasar terutama saham

biasa. Risiko pasar mencakup berbagai faktor eksternal yang

berpengaruh terhadap sekuritas seperti resesi, perang, perubahan

struktur ekonomi, dan perubahan preferensi konsumen.

c. Risiko inflasi

Faktor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah risiko kekuatan

daya beli, atau risiko kemungkinan penurunan kekuatan daya beli.

Ketidakpastian inflasi akan berkaitan dengan risiko return yang akan

diperoleh investor. Risiko ini berhubungan dengan risiko tingkat suku


21

bunga, dimana kenaikan tingkat suku bunga mengindikasikan

terjadinya peningkatan inflasi, karena pemberi pinjaman menuntut

premi lebih tinggi untuk menutupi kerugian akibat penurunan kekuatan

daya beli.

d. Risiko bisnis

Risiko menjalankan bisnis pada suatu industri atau lingkungan

bisnis disebut dengan risiko bisnis. Seperti perusahaan telepon akan

berhadapan dengan risiko perubahan industri telekomunikasi yang

semakin cepat.

e. Risiko keuangan

Risiko keuangan berkaitan dengan penggunaan kebijakan hutang

oleh suatu perusahaan. Semakin besar proporsi aset yang dibiayai

dengan hutang maka semakin besar pula risiko keuangan yang

dihadapi perusahaan.

f. Risiko likuiditas

Risiko likuiditas berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang

diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder.

Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin liquid

sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak liquid suatu

sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi

perusahaan.

g. Risiko nilai tukar


22

Variabilitas pengembalian dari sekuritas akibat fluktuasi nilai tukar

mata uang. Risiko ini dikenal dengan risiko mata uang (currency risk)

atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).

h. Risiko negara

Risiko negara mengacu pada risiko politik. Bagi investor yang

melakukan investasi secara internasional, kondisi politik, stabilitas

ekonomi,dan kelangsungan ekonomi suatu negara merupakan hal yang

harus dipertimbangkan untuk menghindari risiko negara yang terlalu

tinggi.

2.4 Return
Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor

berinvestasi dan juga merupakan imbalan atas keberanian investor

menanggung risiko atas investasi yang dilakukannya (Tandelilin.

Eduardus, 2017). Menurut (Bodie. Z, 2019), terdapat dua komponen

return dari investasi, yaitu:

a. Yield, merupakan komponen utama yang dipikirkan investor ketika

membicarakan return investasi yaitu aliran kas secara periodik

(income) dari sebuah investasi. Yield atau cash flow akan berpengaruh

terhadap harga sekuritas, seperti harga beli atau harga pasar dari suatu

aset.

Yield biasa disebut dengan dividen, dapat dibayarkan dalam bentuk

tunai (cash), pemberian saham, bahkan dalam bentuk pemberian


23

properti. Menurut Fahmi (2017), ada beberapa jenis dividen yang

merupakan realisasi dari pembayaran dividen, yaitu:

1. Dividen tunai (cash dividens), dinyatakan dan dibayarkan pada

jangka waktu tertentu dan dividen tersebut berasal dari dana yang

diperoleh secara legal. Dividen ini dapat bervariasi dalam jumlah

tergantung keuntungan perusahaan.

2. Dividen properti (property dividens), yaitu suatu distribusi

keuntungan perusahaan dalam bentuk properti atau barang.

3. Dividen likuidasi (liquidating dividens), yaitu distribusi kekayaan

perusahaan kepada pemegang saham dalam hal perusahaan tersebut

dilikuidasi.

b. Capital gain (loss), secara sederhana mengacu pada perubahan harga,

yaitu perbedaan antara harga pembelian dengan harga penjualan aset.

Capital gain merupakan keuntungan pada saat saham yang dimiliki

dijual kembali pada harga yang lebih mahal.

Capital gain yang diperoleh investor dipengaruhi oleh naik

turunnya harga saham yang diperdagangkan di pasar. Menurut (Fahmi,

2017), terdapat beberapa faktor yang menentukan fluktuasi harga

saham, yaitu:

1. Kondisi mikro dan makro ekonomi

2. Kebijakan perusahaan dalam memutuskan untuk ekspansi

(perluasan usaha).
24

3. Pergantian direksi secara tiba-tiba

4. Adanya direksi atau pihak komisaris perusahaan yang terlibat

tindak pidana dan kasusnya sudah masuk ke pengadilan

5. Kinerja perusahaan yang terus mengalami penurunan dalam setiap

waktunya

6. Risiko sistematis, yaitu bentuk risiko yang terjadi secara

menyeluruh dan telah ikut menyebabkan perusahaan ikut terlibat

7. Efek dari psikologi pasar yang ternyata mampu menekan kondisi

teknikal jual beli saham

Jadi total return yang diperoleh oleh pemegang saham dapat ditentukan

dengan persamaan:

Total return = dividen + capital gain.

Nilai Return on Assets (ROA) yang tinggi akan dapat menarik

investor untuk berinvestasi sehingga menyebabkan meningkatnya harga

saham. Sebaliknya jika Return on Assets (ROA) menurun, dapat

menurunkan returm saham pada perusahaan di Bursa Efek Indonesia.

Return on Equity berpengaruh positif dan signifikan terhadap Return

saham. Hal ini berarti semakin meningkat ROE akan semakin

meningkatkan Return saham pada Perusahaan di Bursa Efek Indonesia.

Dengan kata lain meningkatnya nilai Return on Equity (ROE) akan

dapat menarik investor untuk berinvestasi yang berpengaruh dalam

meningkatnya harga saham. Sebaliknya jika Return on equity (ROE)


25

menurun, dapat menurunkan returm saham pada di Bursa Efek

Indonesia (Almira & Wiagustini, 2020).

Dalam penelitian ini keuntungan yang diperoleh investor hanya

dihitung dengan menggunakan variabel capital gain. Hal ini karena

tidak semua perusahaan membagikan dividen kepada pemegang

sahamnya. Sehingga untuk menentukan return saham digunakan

persamaan (Ibrahim et al., 2017)

Ri = Pt – Pt-1 / Pt-1

Dimana: Ri = aktual return saham

Pt = harga saham pada waktu t

Pt-1 = harga saham pada waktu sebelumnya

2.5 Capital Asset Pricing Model (CAPM)


CAPM merupakan model untuk menentukan harga suatu aset pada

kondisi ekuilibrium. Tujuannya adalah untuk menentukan tingkat

pengembalian yang diisyaratkan (required rate of return) minimum dari

suatu investasi beresiko (Abdul Halim, 2018). Sedangkan menurut

(Mamduh M, 2021) CAPM merupakan model keseimbangan untuk

menjelaskan hubungan suatu saham tertentu dengan keseluruhannya atau

pasar.

Model CAPM tidak terlepas dari perkembangan teori-teori

portofolio sebelumnya. Harry Markowitz pada tahun 1952 meletakkan

fondasi manajemen portofolio medern, dimana nasehat Markowitz tentang

investasi adalah “jangan menginvestasikan semua dana pada satu aset


26

saja”. Dengan melekatnya risiko pada setiap alternatif investasi, maka

seorang investor tidak dapat menghindarkan risiko. Model penetapan

harga aset modal, hampir selalu disebut sebagai CAPM, adalah salah satu

pusat ekonomi keuangan modern. Model ini memberi kita prediksi yang

tepat tentang hubungan yang harus kita amati antara risiko aset dan

pengembalian yang diharapkan. Hubungan ini melayani dua fungsi vital.

Pertama, ini memberikan tingkat pengembalian patokan untuk

mengevaluasi kemungkinan investasi. Kedua, model tersebut membantu

kita untuk membuat tebakan terpelajar tentang pengembalian yang

diharapkan atas aset yang belum diperdagangkan di pasar (Bodie. Z,

2019).

Pada tahun 1963, William Sharpe melakukan penyederhanaan

perhitungan model Markowitz dan menyediakan parameter input untuk

perhitungan Markowitz yang dikenal dengan model indeks tunggal (single

index models). Model indeks tunggal merupakan suatu model imbal hasil

saham dengan menggunakan indeks pasar seperti IHSG untuk

menunjukkan faktor-faktor risiko umum atau sistematis. Dengan model ini

tingkat imbal hasil aktual atau yang diterima atas sekuritas dapat

dipisahkan ke dalam komponen makro (sistematis) dan komponen mikro

atau spesifik perusahaan (Bodie. Z, 2019). Kedua model inilah yang

mendasari pengembangan model CAPM oleh Sharpe, Lintner, dan Mossin

pada pertengahan tahun 1960-an.


27

CAPM merupakan suatu persamaan yang menyamakan tingkat

pengembalian yang diharapkan atas saham dengan tingkat bebas risiko

ditambah premi asuransi untuk risiko sistematis saham. Walaupun tetap

dikritik, CAPM menjadi suatu pendekatan yang intuitif untuk

mempertimbangkan pengembalian yang dikehendaki seorang investor

pada investasinya (Brigham. E, 2019)

Dalam perhitungan CAPM, risiko yang diperhitungkan adalah

risiko sistematis yang diukur dengan beta (β). Sedangkan risiko yang tidak

sistematis dianggap tidak relevan karena risiko ini dapat dihilangkan

melalui diversifikasi (Abdul Halim, 2018)Terdapat beberapa asumsi dalam

CAPM, yaitu (Tandelilin. Eduardus, 2017):

a. Semua investor mempunyai distribusi probabilitas tingkat return di

masa depan yang identik, karena mempunyai harapan atau ekspektasi

yang hampir sama. Semua investor menggunakan sumber informasi

seperti tingkat return, varians return, dan matriks korelasi yang sama

dalam kaitannya dalam pembentukan portofolio efisien.

b. Semua investor mempunyai satu periode waktu yang sama, misalnya

satu tahun.

c. Semua investor dapat meminjam (borrowing) atau meminjamkan

(lending) uang pada tingkat return yang bebas risiko (risk-free rate of

return).

d. Tidak ada biaya transaksi.

e. Tidak ada pajak pendapatan.


28

f. Tidak ada inflasi.

g. Terdapat banyak sekali investor, dan tidak ada satupun investor yang

dapat mempengaruhi harga sekuritas. Semua investor adalah price-

taker.

h. Pasar dalam keadaan seimbang (equilibrium)

Untuk menghitung pendapatan yang diharapkan dengan model CAPM

digunakan persamaan (Sunarya, 2020):

E(Ri) = Rf + βi [ E (Rm) – Rf]

Dimana:

E(Ri) = tingkat keuntungan yang diharapkan investor

Rf = tingkat return bebas risiko

βi = koefisien beta sekuritas

E (Rm)= return portofolio pasar yang diharapkan

Dari persamaan Capital Asset Pricing Model (CAPM), terdapat

beberapa variabel yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Tingkat return bebas risiko (Rf)

Tingkat return bebas risiko (Rf) merupakan tingkat pengembalian

atas investasi bebas risiko, seperti tingkat bunga pada surat berharga

jangka pendek pemerintah (Brigham. E, 2019). Untuk menentukan Rf

digunakan ukuran tingkat suku bunga SBI yaitu dari besarnya tingkat

suku bunga SBI setiap bulannya.

Rf= Suku Bunga Bank Indonesia / 100


29

b. Return pasar yang diharapkan (E(Rm)

Return pasar yang diharapkan merupakan return yang diperoleh dari

perbandingan indeks saham yang aktif diperdagangkan. Sehingga,

untuk menentukannya dapat digunakan persamaan (Indra, 2018):

E(Rm) = (IHSG t – IHSG t-1) / IHSG t-1

Dimana:

E(Rm) = return pasar yang diharapkan IHSG

t = Indeks Harga Saham Gabungan pada akhir periode t

IHSG t-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada akhir

periode sebelumnya

Untuk mengestimasi besarnya koefisien beta (βi), digunakan market

model dengan persamaan dapat dituliskan sebagai berikut (Sunarya,

2020):

Ri = i + βi Rm + ei

Dimana:

Ri = return sekuritas

Rm = return indeks pasar

i = intersep

βi = slope

ei = random residual error


30

Pengestimasian market model dapat dilakukan dengan meregresi

return sekuritas yang akan dinilai dengan return indeks pasar. Regresi

tersebut akan menghasilkan nilai:

a. Ri, yaitu ukuran return sekuritas i yang tidak terkait dengan

return pasar.

b. βi yaitu peningkatan return yang diharapkan pada sekuritas i

untuk setiap kenaikan return pasar sebesar 1%, yang disebut

dengan beta (risiko sistematis).

Untuk menjelaskan hubungan antara risiko dan tingkat

keuntungan dari suatu aset keuangan dapat dijelaskan melalui garis pasar

(market line) yang terdiri dari:

a. Security Market Line (SML)

Tingkat pengembalian yang diinginkan investor dapat dipisahkan

ke dalam dua komponen dasar, yaitu pengembalian bebas risiko dan

premi risiko. Hal ini dapat dinyatakan dengan persamaan (Brigham. E,

Houston. J., 2019):

K = krf + krp

Dimana:

k = tingkat pengembalian yang diinginkan investor

krf = tingkat pengembalian bebas risiko

krp = premi risiko


31

Tingkat pengembalian bebas risiko (krf) merupakan tingkat

pengembalian atas investasi bebas risiko, seperti tingkat bunga pada

surat berharga jangka pendek pemerintah. Sedangkan premi risiko

(krp) merupakan pengembalian tambahan yang diharapkan sebagai

kompensasi atas investasi pada aset beresiko yang dilakukan investor.

Semakin tinggi risiko, semakin tinggi tingkat pengembalian yang

dituntut. Risiko sekuritas ditunjukkan dengan beta, karena pada pasar

yang seimbang portofolio yang terbentuk sudah terdiversifikasi dengan

baik, sehingga risiko yang relevan adalah risiko sistematis (beta). Beta

merupakan ukuran risiko sistematis suatu sekuritas yang tidak dapat

dihilangkan dengan diversifikasi. Dengan demikian persamaan SML

dapat dirumuskan sebagai berikut (Tandelilin. Eduardus, 2017):

SML = RF + β (RM – RF)

Dimana:

SML = garis pasar sekuritas

RF = return saham atas investasi bebas risiko

β = koefisien beta

RM = return pasar yang diharapkan

Menurut (Abdul Halim, 2018), beta saham mengindikasikan

tingkat kepekaan suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum.

Jika beta suatu saham lebih besar dari satu , berarti saham tersebut

memiliki risiko lebih tinggi dari risiko rata-rata pasar, dan saham

tersebut termasuk saham agresif. Sebaliknya, jika beta suatu saham


32

lebih kecil dari satu, berarti saham tersebut memiliki risiko lebih

rendah dari risiko rata-rata pasar, dan saham tersebut termasuk saham

defensif.

b. Capital Market Line (CML)

Garis pasar modal (capital market line), menggambarkan

hubungan antara return yang diharapkan dengan risiko total dari

portofolio effisien pada pasar seimbang (Tandelilin. Eduardus,

2017).CML persamaan CML dapat dirumuskan dengan (Tandelilin.

Eduardus, 2017)

E(RP) = Rf + (((E(RM) – Rf) / M) p)

Dimana:

E(RP) = tingkat return yang diharapkan untuk suatu portofolio

yang efisien pada CML

Rf = tingkat return pada aset bebas risiko

E(RM) = tingkat return portofolio pasar

M = standar deviasi return pada portofolio pasar

p = standar deviasi portofolio efisien yang ditentukan

2.6 Arbitrase Pricing Theory (APT)


Arbitrage Pricing Theory diperkenalkan oleh Ross pada tahun

1976. APT adalah suatu model untuk memprediksi laba atau rugi dari

potensial aset dengan menggunakan ukuran risiko dari variabel-variabel


33

ekonomi, dimana risiko ini tidak bisa dihilangkan dengan diversifikasi

(Tandelilin. Eduardus, 2017).

Disamping itu, APT juga tidak menggunakan asumsi-asumsi yang

dipakai CAPM, seperti (Tandelilin. Eduardus, 2017):

a. Adanya satu periode tertentu, misalnya satu tahun

b. Tidak ada pajak

c. Investor bisa meminjam dan menginvestasikan dananya pada tingkat

return bebas risiko (Rf)

d. Investor memilih portofolio berdasarkan return yang diharapkan dan

variannya

Asumsi-asumsi CAPM yang masih digunakan adalah (Tandelilin.

Eduardus, 2017):

a. Investor mempunyai kepercayaan yang bersifat homogen

b. Investor adalah risk averse yang berusaha untuk memaksimalkan

utilitas

c. Pasar dalam kondisi sempurna

d. Return diperoleh dengan menggunakan model faktorial

Pada dasarnya, CAPM merupakan model APT yang hanya

mempertimbangkan satu faktor risiko yaitu risiko sistematis pasar (Indra,

2018). Untuk menentukan pendapatan aktual untuk sekuritas i digunakan

rumus berikut (Tandelilin, 2017):

Ri, t = E(Ri) + bi1 F1t + bi2 F2t + .... .... + bik Fkt + eit
34

Dimana:

Ri, t = tingkat pendapatan sekuritas i pada periode t

E(Ri) = return yang diharapkan untuk sekuritas i

bik = sensitivitas pendapatan sekuritas i terhadap faktor k

Fkt = faktor k yang mempengaruhi pendapatan

eit = error

Model faktorial diatas tidak memberikan penjelasan mengenai

kondisi keseimbangan, sehingga persamaan tersebut perlu diubah menjadi

model keseimbangan. Maka persamaan yang terbentuk untuk menghitung

return yang diharapkan adalah (Tandelilin. Eduardus, 2017):

E (Ri) = Ri + βinflasi Finflasi + βKurs FKurs + βSBI FSBI + βJUB

FJUB

Dimana:

E(Ri) = tingkat pendapatan yang diharapkan sekuritas i pada periode t

Ri = Return Sekuritas i

βik = sensitifitas pendapatan sekuritas i terhadap faktor (Inflasi, Kurs, SBI,

JUB) pada periode t

Fkt = tingkat faktor (Inflasi, Kurs, SBI, JUB) yang tidak diharapkan pada

pada periode t

Dengan model APT, beberapa faktor makro ekonomi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Inflasi
35

Menurut (Abdul Halim, 2018) inflasi adalah suatu gejala dimana

tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Sehingga

kenaikan harga umum yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat

dikatakan sebagai inflasi.

Berdasarkan definisi tersebut setidaknya ada tiga hal penting yang

ditekankan yaitu:

a. Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti

bisa saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau

naik dibandingkan dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan

tendensi yang meningkat.

b. Bahwa kenaikan harga tersebut berlangsung secara terus menerus

(sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan

tetapi bisa beberapa waktu lamanya.

c. Tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga umum,

yang berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan

hanya pada satu atau beberapa komuditi saja, akan tetapi untuk

harga barang secara umum.

Kenaikan harga-harga dalam inflasi diukur dengan indeks harga.

Beberapa indeks harga yang sering digunakan dalam mengukur inflasi

adalah (Purnama & Juliana, 2019):

a. Indeks biaya hidup (consumer price index)

Mengukur biaya atau pengeluaran untuk membeli sejumlah barang

dan jasa yang digunakan untuk keperluan hidup.


36

b. Indeks harga perdagangan besar (wholesale price index)

Indeks ini menitikberatkan pada sejumlah barang pada tingkat

perdagangan besar. Ini berarti harga bahan mentah, harga bahan

baku atau setengah jadi masuk dalam perhitungan indeks harga.

c. GNP deflator

GNP deflator mencakup jumlah barang dan jasa yang masuk

perhitungan GNP.

Inflasi memiliki tingkatan yang berbeda-beda antara satu negara

dengan negara lain. Menurut (Haryo Kuncoro, 2020), atas dasar

besarnya laju inflasi, maka inflasi dapat dibedakan menjadi:

a. Inflasi merayap (creeping inflation), ditandai dengan laju inflasi

yang rendah (kurang dari 10% per tahun), kenaikan harga berjalan

lambat, dengan presentase yang kecil serta dalam rangka relatif

lama.

b. Inflasi menengah (gallopoing inflation), ditandai dengan kenaikan

harga yang cukup besar dan kadang kala berjalan dalam waktu

yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi.

c. Inflasi tinggi (hyper inflation), merupakan inflasi yang sangat

parah, dimana harga-harga naik sampai lima atau enam kali. Hal

ini menyebabkan merosotnya nilai uang dengan tajam, perputaran

uang yang semakin cepat serta harga naik secara akselerasi.


37

Untuk mengukur tingkat perubahan inflasi dapat menggunakan

formula (Indra, 2018):

P inflasi = inflasi t – inflasi t-1 / inflasi t-1

Dimana:

P inflasi = perubahan tingkat inflasi

inflasi t = tingkat inflasi pada periode t

inflasi t-1 = tingkat inflasi pada periode sebelum t

b. Nilai Tukar (Kurs)

Menurut (Abdul Halim, 2018), nilai tukar atau kurs mata uang

asing menunjukkan harga atau nilai mata uang suatu negara dinyatakan

dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta asing dapat juga

didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang dibutuhkan, yaitu

banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu unit mata

uang asing.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kurs, yaitu (Abdul

Halim, 2018):

a. Perubahan dalam citarasa masyarakat

Perubahan citarasa akan mengubah corak konsumsi

masyarakat atas barang-barang yang diproduksi di dalam negeri

maupun diimpor. Hal ini akan berpengaruh terhadap permintaan

dan penawaran valuta asing.


38

b. Perubahan harga barang ekspor dan impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting

yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor atau

diekspor. Hal ini akan menyebabkan perubahan dalam jumlah

ekspor maupun impor, sehingga permintaan dan penawaran kurs

akan mengalami perubahan.

c. Kenaikan harga umum (inflasi)

Inflasi sangat besar pengaruhnya kepada kurs pertukaran

valuta asing. Inflasi yang terjadi pada umumnya cenderung untuk

menurunkan nilai suatu valuta asing.

d. Perubahan tingkat suku bunga dan tingkat pengembalian investasi

Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang

rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri mengalir

ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan pengembalian investasi

yang tinggi akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke negara

tersebut. Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih

banyak modal negara dialirkan ke luar negeri karena tingkat suku

bunga dan pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara-

negara lain.
39

e. Pertumbuhan ekonomi

Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi

kepada nilai mata uangnya tergantung pada corak pertumbuhan

ekonomi yang terjadi. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan

oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang

negara itu bertambah lebih cepat dari penawarannya sehingga nilai

mata uang negara tersebut menjadi naik. Akan tetapi, jika

kemajuan tersebut menyebabkan impor berkembangnya lebih cepat

daripada ekspor, penawaran mata uang negara tersebut lebih cepat

bertambah daripada permintaannya, sehingga nilai mata uang

negara tersebut akan merosot.

Untuk menentukan tingkat perubahan kurs dapat digunakan

persamaan sebagai berikut (Abdillah & Putra, 2021):

P kurs = kurs t – kurs t-1 / kurs t-1

Dimana:

P kurs = perubahan kurs

Kurs tengah t = kurs tengah pada periode t

Kurs tengah t-1 = kurs tengah pada periode sebelum t

c. Tingkat Suku Bunga Bank Indonesia

Menurut situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id), BI rate adalah

suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan

moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada


40

publik. BI rate diumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia

setiap Rapat Dewan Gubernur bulanan dan diimplementasikan pada

operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia melalui pengelolaan

likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai

sasaran operasional kebijakan moneter. Dengan mempertimbangkan

pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, Bank Indonesia pada

umumnya akan menaikkan BI rate apabila inflasi ke depan

diperkirakan melampaui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya

Bank Indonesia akan menurunkan BI rate apabila inflasi ke depan

diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

Menurut (Bodie. Z, 2019), faktor-faktor penting yang menentukan

tingkat suku bunga adalah:

a. Suplai dana dari para penabung, terutama sektor rumah tangga.

b. Permintaan terhadap dana dari sektor bisnis untuk keperluan

pembiayaan investasi dalam bentuk pabrik, peralatan dan

persediaan (aset rill atau pembentukan modal).

c. Penawaran dan permintaan bersih pemerintah terhadap dana yang

terlihat dari tindakan-tindakan bank sentral.

Untuk menghitung tingkat perubahan BI rate digunakan

persamaan sebagai berikut (Abdillah & Putra, 2021):

P SBI = SBI rate t / n

Dimana:
41

P SBI = tingkat perubahan SBI

SBI t = SBI pada periode t

n = jumlah bulan dalam setahun

d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

IHSG merupakan salah satu Indeks Harga Saham yang terdapat

pada Bursa Efek Indonesia. Menurut (Abdul Halim, 2018), Indeks

Harga Saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan

kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, tidak hanya

tentang kejadian-kejadian ekonomi, namun juga berhubungan dengan

kejadian sosial, politik, dan keamanan. IHS dapat dijadikan barometer

kesehatan suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik

atau kondisi pasar terakhir (current market).

Indek Harga Saham adalah suatu indikator yang menunjukkan

pergerakan harga saham. Indeks berfungsi sebagai indikator tren pasar,

artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu

saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu (Fahmi, 2017).Investor dapat

mengetahui tren harga pasar apakah sedang naik, stabil, atau turun.

Sehingga pergerakan indeks harga saham merupakan indikator penting

dalam membuat keputusan dalam membeli, menahan, atau menjual

saham.

Menurut Irham (Fahmi, 2017), di Bursa Efek Indonesia terdapat

enam jenis indeks, yaitu:


42

a. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing

saham terhadap harga dasarnya, atau indeks masing-masing saham

yang tercatat di BEI.

b. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang

termasuk dalam masing-masing sektor, misalnya sektor keuangan,

pertambangan, dan lain-lain.

c. Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG (companies stock price

index), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai

komponen perhitungan indeks.

d. Indeks LQ 45, yaitu indeks yang terdiri dari 45 saham pilihan

dengan mengacu pada dua variabel, yaitu likuiditas perdagangan

dan kapitalisasi pasar.

e. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index). JII merupakan

indeks yang terdiri 30 saham mengakomodasi syariat investasi

dalam islam atau indeks yang berdasarkan syariah.

f. Indeks papan utama dan papan pengembangan, merupakan indeks

harga saham yang secara khusus didasarkan pada kelompok saham

yang tercatat di BEI, yaitu kelompok papan utama dan papan

pengembangan.

Untuk menentukan tingkat perubahan IHSG digunakan

persamaan (David G. Mc. Milan, 2017):

PIHSG = IHSG t – IHSG t-1 /IHSG t-1


43

Dimana:

PIHSG = tingkat pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan

IHSG t = Indeks Harga Saham Gabungan pada akhir periode

t IHSG t-1 = Indeks Harga Saham Gabungan pada periode

sebelumnya.

e. Jumlah uang beredar

Uang didefinisikan sebagai benda-benda yang disetujui masyarakat

sebagai alat perantaraan untuk mengadakan tukar menukar atau

perdagangan. Uang diciptakan dalam perekonomian dengan tujuan

untuk melancarkan kegiatan tukar menukar dan kegiatan perdagangan

(Abdul Halim, 2018).

Uang beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit dan dalam arti

luas. Dalam arti sempit meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat

dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan dalam arti luas

meliputi uang kartal, uang giral, uang kuasi (mencakup tabungan,

simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta

asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang

dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai

dengan satu tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi uang beredar

adalah:

a. Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Assets)


44

b. Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic Assets). Aktiva dalam

negeri bersih antara lain terdiri dari tagihan bersih kepada

pemerintah pusat (net claims on central government) dan tagihan

kepada sektor lainnya (sektor swasta, pemeritah daerah, lembaga

keuangan dan perusahaan bukan keuangan) terutama dalam bentuk

pinjaman yang diberikan.

Untuk menghitung tingkat perubahan jumlah uang beredar

digunakan persamaan :

P JUB = JUB t – JUB t-1 /JUB t-1

Dimana:

P JUB = jumlah uang beredar

JUB t = jumlah uang beredar pada periode t

JUB t-1 = jumlah uang beredar pada periode t-1

2.7 Metode ARIMA


Model Autoregresif Integrated Moving Average (ARIMA) adalah

model yang secara penuh mengabaikan independen variabel dalam

membuat peramalan. ARIMA menggunakan nilai masa lalu dan sekarang

dari variabel dependen untuk menghasilkan peramalan jangka pendek

yang akurat. ARIMA cocok jika observasi dari deret waktu (time series)

secara statistik berhubungan satu sama lain (Indra, 2018).

Secara harfiah, ARIMA (autoregresive integrated moving average)

dapat diartikan sebagai gabungan dua model, yaitu model autoregresi (AR)

dan moving average (MA). Model ini tidak mempunyai suatu variabel
45

berbeda sebagai variabel bebas, tetapi menggunakan informasi dalam

series yang sama dalam membentuk model, yang pada akhirnya sangat

bermanfaat untuk peramalan (Muhammad Firdaus, 2018).

Pada data harga saham sering terjadi nilai trend relatif kecil, sehingga

cocok digunakan metode Time Series Box-Jenkins atau yang biasa disebut

dengan metode ARIMA. Metode ini meramalkan data deret waktu yang

didasarkan pada teori statistik yang telah berkembang dengan menemukan

pola dalam deret data kemudian mengekstrapolasikannya ke masa depan.

Dilihat dari segi aplikasi ilmu statistik, metode ARIMA lebih berat dari

pada metode lainnya karena metode ARIMA bisa memberikan ketepatan

peramalan yang cukup akurat untuk peramalan jangka pendek (Ayu

Rezaldi, 2021).

Model AR berbentuk hubungan antara variabel terikat Y dengan

variabel bebas yang merupakan nilai Y pada waktu sebelumnya. Sedang

model MA menunjukkan ketergantungan variabel terikat Y terhadap nilai-

nilai residual pada waktu sebelumnya secara berurutan. Gabungan kedua

model inilah yang sangat berguna dalam menganalisis data time series,

dengan sebutan ARIMA (Muhammad Firdaus, 2018).

Peramalan dengan model ARIMA untuk peramalan Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG) dapat diambil kesimpulan bahwa Estimasi

menghasilkan model Arima 2.1.2, Semua parameter signifikan dan

residual memenuhi asumsi white noise. Evaluasi menggunakan mean

absolute error (MAE) dan mean absolute percent error (MAPE)


46

menunjukan peramalan dengan mengunakan metode statistic forecast lebih

baik dibandingkan peramalan dengan metode dynamic forecast. Dan

Peramalan mengunakan metode dynamic forecast menghasilkan nilai yang

selisishnya sebesar -7.05799 terhadap nilai actual pada tanggal 17 Juli

2019 dan metode statistic forecast menghasilkan nilai yang selisihnya

6.043909 dari nilai actual pada tanggal 17Juli 2019. menggunakan metode

ARIMA baik digunakan untuk peramalan pasar modal IHSG sehingga

bagi investor ataupun masyarakat yang ingin melakukan investasi dipasar

modal dapat menggunakan metode ini untuk dapat meramalkan atau

memperkirakan pasar modal yang akan terjadi pada priode selanjutnya.

Namun, metode ARIMA ini hanya cocok untuk digunakan dalam

meramalkan dalam jangka waktu pendek tidak untuk jangka panjang.

Disamping itu, untuk peramalan model statistic forecast, jenis data yang

digunakan akan lebih baik bila menggunakan data frekuensi

harian(Purnama & Juliana, 2019)

Peramalan dengan menggunakan Auto Regressive Integrated Moving

Average atau ARIMA untuk data laju inflasi memberikan hasil peramalan

sebesar 0,6285% atau 6,285. Berdasarkan grafik data terlihat bahwa hasil

peramalan menggunakan metode ARIMA mampu mengikuti pergerakkan

data aktual dari laju inflasi. Selain itu, berdasarkan hasil estimasi diperoleh

nilai Sum Squared Error sebesar 23,22. Selanjutnya berdasarkan hasil

diagnostic checking yakni dengan uji normalitas diperoleh data tidak

berdistribusi normal namun untuk uji heteroskedastik memberikan hasil


47

bahwa data bersifat heteroskedastis, dan uji autokorelasi menunjukkan

bahwa data tidak mengandung masalah autokorelasi (Hartati, 2017)

Permodelan dan peramalan menggunakan ARIMA sering

dihubungkan dengan dua nama, yaitu G.E.P Box dan G.M Jenkins. Hal itu

diakibatkan jasa kedua statistisi tersebut dalam memperkenalkan

metodologi untuk identifikasi, penaksiran, pengujian, dan peramalan

model, sehingga mudah dipahami. Model ARIMA umumnya dituliskan

dengan notasi ARIMA (p,d,q). P adalah derajat proses AR, d adalah orde

perbedaan, dan q adalah derajat proses MA. Adanya nilai pembedaan (d)

pada model ARIMA disebabkan aspek-aspek AR dan MA hanya dapat

diterapkan pada data time series yang stasioner (Muhammad Firdaus,

2018).

2.8 Mean Absolut Deviation (MAD)


Konsep portofolio MAD adalah mengukur rata-rata nilai mutlak

penyimpangan (Mean Absolute Deviation) dari realized return terhadap

expected return. Model portofolio MAD mengubah masalah optimasi yang

sudah berbentuk kuadratik menjadi model linear yang mudah diselesaikan

(Ibrahim et al., 2017). Tidak semua saham dapat dibentuk portofolio MAD

karena sahamsaham tersebut harus memenuhi beberapa asumsi, yaitu

(Ibrahim et al., 2017)1. Waktu yang digunakan hanya satu periode 2.

Tidak ada biaya transaksi 3. Preferensi investor hanya berdasarkan pada

return yang diharapkan dan risiko dari portofolio 4. Tidak ada simpanan

dan pinjaman bebas risiko 5. Realized return berditribusi normal Tujuan


48

utama dari portofolio MAD adalah meminimalkan nilai risiko yang

ditanggung investor pada tingkat return tertentu. Secara garis besar,

perhitungan nilai risiko menggunakan model MAD adalah menentukan

rata-rata nilai mutlak penyimpangan (Mean Absolute Deviation) dari

tingkat realized return terhadap expected return. Fungsi tujuan model

portofolio MAD dirumuskan sebagai berikut (Ahmad Muhsin

Ma’ari,2017)):

Model analisis Mean Absolut Deviation (MAD), dengan menggunakan


persamaan:
MAD =  [Ri – E(Ri)] / n

Dimana:

MAD = rata-rata penyimpangan absolut untuk model CAPM atau

APT

Ri = return saham i yang sesungguhnya

E(Ri) = return saham i yang diharapkan (dengan model CAPM atau

model APT)

n = jumlah data

2.9 Kerangka Konseptual

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tinjauan literatur, penelitian

terdahulu dan pengembangan hipotesis, maka dapat digambarkan kerangka

pemikiran dalam penelitian ini sebagai berikut:


49

Gambar 2. 1 Diagram Alir


Dalam memprediksi return saham sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia Tahun 2017-2021 dikenal dengan dua model yaitunya

Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory (APT)

,untuk mengetahui mana yang lebih akurat maka dilakukan perbandingan

nilai Mean Absolute Deviation (MAD) dari kedua model tersebut.

Setelah memperoleh nilai Absolute Deviation masing-masing model dan

dilakukan uji normalitas data, langkah selanjutnya adalah membandingkan

kedua nilai Absolute Deviation dengan melakukan uji parametrik Paired

Sample T-Test.

2.10 Penelitian Terdahulu

Berikut ini beberapa penelitian terdahulu mengenai perhitungan perolehan

return saham dengan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage

Pricing Theory (APT), seperti terlihat dalam tabel berikut:

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu


Variabel Metode Hasil
No Penulis Judul
Penelitian Penelitian Penelitian
1 (Abdillah & Analisis a. Return a. Uji beda Ca pital Asset
50

Variabel Metode Hasil


No Penulis Judul
Penelitian Penelitian Penelitian
Putra, Perbandinga saham (Ri) b. sampel Pricing Model
2021) n Keakuratan Return pasar berpasangan (CAPM) lebih
CAPM Dan (Rm), c. (Paired baik
APT Dalam Return aset Samples Test) dibandingkan
Upaya bebas risiko b. Standar Arbitrage
Pengambilan (Rf), d. deviasi Pricing Theory
Keputusan Perubahan (APT)
Investasi Tingkat, pengambilan
Saham inflasi, e. keputusan
Sektor Perubahan investasi
Perbankan tingkat SBI f. saham pada
Perubahan sektor
tingkat kurs perbankan di
Bursa Efek
Indonesia.
Tidak
terdapat
perbedaan
signifikan
antara Capital
Asset Pricing
Model
(CAPM)
dengan
Arbitrage
Pricing Theory
(APT) dalam
pengambilan
keputusan
investasi
saham pada
sektor
perbankan di
Bursa Efek
Indonesia.
2 (Ami Analisis Metode CAPM Penulis Terdapat
Rosyidah, Keakuratan dan APT menghitung perbedaan
2018) CAPM dan return saham yang
APT dalam yang berbeda signifikan
Memprediksi yaitu kelompok terhadap
Return saham idx 30 model CAPM
Saham pada dan APT
Perusahaan dalam
yang memprediksi
Terdaftar return saham
51

Variabel Metode Hasil


No Penulis Judul
Penelitian Penelitian Penelitian
dalam yang terdaftar
Jakarta di JII
Islamic Index
(JII) Periode
Tahun 2015 –
2017
3 (Wibowo et Pengaruh Tingkat dilaksanakan Pengujian
al., 2021) Efesiensi dari Pengembalian guna yang
Capital Asset (Retrun), mungaraikan dilakukan
Pricing Tingkat bagaimana ketika harga
Model atau pengembalian penerapan pasar
CAPM Pasar, Tingkat Capital Asset mengalami
Sebagai pengembalian Pricing Model kenaikan
Dasar untuk saham (CAPM) dalam maka harga
Pengambilan Individu (Ri) memilih saham saham
Keputusan untuk individu akan
pembelian diinvestasikan. mengalami
Saham kenaikan juga
tetapi
melebihi
kenaikan
harga pasar.
4 (Gunardi et Pengaruh Variabel- Analisis data Nilai tukar
al., 2020) Nilai Tukar variabel menggunakan memiliki
Terhadap dalam kuantitatif pengaruh
Harga Saham penelitian ini deskriptif yaitu terhadap
Sektor terdiri dari hasil penelitian harga saham
Keuangan variabel yang pada sektor
yang independen menunjukkan keuangan
Terdaftar di dan variabel adanya yang terdaftar
Bursa Efek dependen, pengaruh atau di Bursa Efek
Indonesia yaitu. Variabel tidak, Indonesia.
Independen kemudian
yaitu variabel dianalisis
bebas yang secara
keberadaanny deskriptif
a tidak dengan
dipengaruhi perbandingan
oleh pada negara
variabelvariab maju,
el lain. emerging
Variabel market lainnya.
bebas dalam
penelitian ini
yaitu nilai
52

Variabel Metode Hasil


No Penulis Judul
Penelitian Penelitian Penelitian
tukar (X).
Sedangkan,
variabel
dependen
merupakan
variabel yang
keberadaanny
a tidak bebas
dipengaruhi
oleh variabel-
variabel lain.
Variabel
dependen
dalam
penelitian ini
yaitu Harga
Saham (Y).
5 (Safitri et Analisis a. CAPM:-risk a. Terdapat
al., 2019) Keakuratan free rate,- Menggunakan perbedaanyan
Dari Capital market metode survey g signifikan
Asset Pricing return,-stock b. antara
Model liquidity,- Koefisienkorela keakuratan
(CAPM) Dan market si pearson c. CapitalAsset
Arbitrage liquidity,- Analisisregresi Pricing Model
Pricing adjusted beta d. Fisher test (CAPM)
Theory (APT) b. APT:- dengan
Dalam inflation,-price Arbitrage
Memprediksi of gold- Pricing Theory
Return foreign (APT) dalam
Saham Pada exchange memprediksi
Perusahaan rate,-price of returnsaham
Sektor crude oil- perusahaan–
Perbankan Di index of stock perusahaan
Bursa Efek exchange- LQ-
Indonesia bank of 45.Perbedaan
Tahun 2015- interest rate :Penulis
2018 menghitung
return
sahamyang
berbeda yaitu
kelompok
saham IDX30.
Model Capital
AssetPricing
Model(CAPM)
53

Variabel Metode Hasil


No Penulis Judul
Penelitian Penelitian Penelitian
lebih akurat
dibandingkan
modelArbitra
ge
PricingTheory
(APT) dalam
memprediksi
return saham
perusahaan–
perusahaan
LQ-45
6 (Sunarya, Perbandinga a. Model a. Estimation Model CAPM
2020) n keakuratan CAPM period b. Test lebih akurat
Capital Asset menggunakan period daripada
Pricing variabel menggunakan model APT
Model dan Rf,Rm, dan β metode dalam
Arbitrage b. Model APT ARIMAuntuk memprediksi
Pricing menggunakan perhitungan return saham
Theory suku suku pada industri
dalam bunga,inflasi, bunga,inflasi manufaktur
memprediksi dan kurs dan kursc. sebelum dan
MAD selama krisis
7 (Hasan et Analisis Model CAPM, Menghitung Terdapat
al., 2019) Capital Asset menggunakan tingkat hubungan
Pricing , variabel Rf, keuntungan nonlinear
Model Model CAPM yang antara risiko
(CAPM) diharapkan sistematis
Sebagai menurut CAPM dengan
Dasar E(Ri) = Rf + βi tingkat
Pengambilan [E(Rm)-Rf] pengembalian
Keputusan saham yang
Berinvestasi diharapkan
Saham
8 (Baleo Pengukuran 1. return a. Analisis kinerja
Pasaribu et Kinerja saham,2.retur Regresi, portofolio
al., 2018) Portofolio n pasar. b.Model APT, dengan
Optimal 3.expected c. menggunakan
Capital Asset return pasar. Pembentukan The Sharpe
Pricing 4. Menghitung bobot optimal Index
Model nilai β. 5. diperoleh
(CAPM) Dan Menghitung hasil bahwa
Arbitrage expected portofolio
Pricing return dengan model
Theory (APT) CAPM lebih
baik
54

Variabel Metode Hasil


No Penulis Judul
Penelitian Penelitian Penelitian
dibanding
dengan model
APT
9 (Indra, Perbandinga Variabel dan a. Pengukuran Model yang
2018) n Keakuratan definisi variabilitas lebih akurat
Capital Asset operasional (standar dalam
Pricing dalam deviasi) b. memprediksi
Model Dan penelitian ini Koefisien return saham
Arbitrage adalah : 1. adjusted ISSI dimasa
Pricing Expected determinasi yang akan
Theory Return (R2) datang adalah
Dalam Expected model Capital
Memprediksi Return adalah Asset Pricing
Return tingkat return Model
Saham (Studi yang (CAPM) lebih
Pada diantisipasi tepat
Perusahaan investor di dibandingkan
Sektor masa yang Arbitrage
Barang akan datang. Pricing Theory
Konsumsi Arbitrage (APT), karena
Dan Sektor Pricing Theory nilai
Pertambanga (APT) MADCAPM
n Yang (0,0835) lebih
Terdaftar Di kecil
Indeks dibandingkan
Saham nilai MADAPT
Syariah (0,5070).
Indonesia
(Issi) Periode
2013-2016)
10 (Susanti & Penerapan Risk Grafik Security antara beta
Putra, Asset Pricing market(Rm), Market Line dengan
2019) Model Risk free (Rf), (SML) Grafik expected
(CAPM) dan beta (β) SML adalah return terjadi
Terhadap adalah sebuah hubungan
Keputusan indicator pengambaran yang
Investasi untuk dati model berbanding
Pada Indeks menentukan CAPM, Grafik terbalik,
Lq 45 Periode [E(Ri)] Security dimana jika
2012- 2016 market line nilai beta
(SML) tinggi maka
menggambarka tingkat
n hubungan pengembalian
[E(Ri)] dengan saham
risiko (return) akan
55

Variabel Metode Hasil


No Penulis Judul
Penelitian Penelitian Penelitian
sistematis (β). rendah,
begitu
sebaliknya
11 (Riantani, Penggunaan Variabel yang a.Uji Asumsi Hasil
2017) Arbitrage digunakan Klasik, b. penelitian
Pricing dalam Pengujian mencerminka
Theory Untuk penelitian ini Model, c. n bahwa
Menganalisis terdiri dari Pengujian kemampuan
Return variabel Hipotesis aplikasi model
Saham return saham APT dalam
Syariah sebagai menganalisis
variabel return saham
dependen, Syariah masih
dan variabel lemah.
makro
ekonomi yang
terdiri dari
inflasi, nilai
tukar dan
suku bunga
yang diubah
dalam bentuk
return sebagai
variabel
independen
sesuai dengan
prosedur APT
12 (Wahyuny Comparative The variabels Data analysis in The results of
& Gunarsih, Analysis Of used in this this study uses data analysis
2020) Accuracy study consist Mean Absolute show that the
Between of market risk Deviation CAPM model
Capital Asset premium, (MAD) by is more
Pricing inflation, comparing the precise or
Model exchange Capital Asset accurate than
(CAPM) And rates (Rp / Pricing Model the APT
Arbitrage USD), interest (CAPM) and model in
Pricing rates, and Arbitrage predicting
Theory (APT) stock returns Pricing Theory stock returns.
In Predicting (APT)
Stock Return
(Case Study:
Manufacturi
ng
Companies
Listed On The
56

Variabel Metode Hasil


No Penulis Judul
Penelitian Penelitian Penelitian
Indonesia
Stock
Exchange For
The 2015-
2018 Period)

2.11 Hipotesis
Perbedaan antara CAPM dan APT adalah bahwa CAPM hanya

mendasarkan pada satu faktor, yaitu beta yang mewakili risiko sistematis.

Sedangkan APT, memungkinkan dimasukkannya lebih dari satu faktor

untuk menentukan return suatu aset. Faktor-faktor inilah (disebut faktor

loading) yang menampung seluruh risiko sistematis dari aset yang

dianalisis. Hanya saja kelemahan APT adalah bahwa model ini tidak

memberi spesifikasi tentang faktor sistematis apa saja yang mempengaruhi

return sehingga operasionalisasi APT menjadi sulit (Mamduh M. Hanafi,

2021).

Penelitian terdahulu terkait CAPM dan APT diantaranya dilakukan

oleh I Wayan Sunarya (2020) tentang perbandingan keakuratan Penerapan

Asset Pricing Model (CAPM) Terhadap Keputusan Investasi Pada Indeks

LQ45 Periode 2017- 2020. Hasil penelitiannya menemukan bahwa model

CAPM lebih akurat daripada model APT yang menggunakan faktor suku

bunga, inflasi, dan kurs sebagai variabel makroekonomi dalam

memprediksi return saham.. Penelitian lainnya dilakukan oleh Ery Indah

Setyowati, Husnurrosyidah (2021) yang meneliti CAPM, Indeks Tunggal


57

Dan Treynor Sebagai Analisis Portofolio Pada Saham Syariah penelitian

ini menyimpulkan bahwa Berdasarkan perhitungan Capital Asset Pricing

Model menunjukkan tingkat return individu yang lebih besar di banding

tingkat return yang diharapkan (Rᵢ > E(Rᵢ)), menunjukkan tingkat return

individu yang lebih kecil dibanding return yang diharapkan (Rᵢ < E(Rᵢ))

sehingga keputusan yang diambil oleh investor adalah menjual saham.

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H0: Diduga tidak terdapat perbedaan akurasi yang signifikan antara model

CAPM dan model APT dalam memprediksi return saham perusahaan

sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia

H1: Diduga terdapat perbedaan akurasi yang signifikan antara model

CAPM dan model APT dalam memprediksi return saham perusahaan

sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia


BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN METODE

PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian yang dilakukan adalah Galeri Bursa Efek Bank Indonesia

Universitas Negeri Padang (Gibei UNP). Agar ruang lingkup penelitian tidak

terlalu luas maka ditentukan beberapa batasan dalam penelitian ini. Sampel yang

dipilih adalah perusahaan sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

periode 2017-2021. Sedangkan model yang digunakan adalah Capital Asset

Pricing Model (CAPM), dan Arbitrage Pricing Theory (APT) untuk mengukur

tingkat expected return saham.

Variabel-variabel yang digunakan adalah: untuk model CAPM

menggunakan variabel tingkat suku bunga SBI untuk mengukur return bebas

risiko (Rf), dan IHSG untuk mengukur return pasar (Rm). Sedangkan untuk

model APT variabel yang digunakan adalah inflasi, kurs, SBI dan jumlah uang

yang beredar. Expected return dengan menggunakan model CAPM, diukur

dengan model persamaan CAPM, sedangkan untuk mengetahui expected return

pada model APT menggunakan metode ARIMA. Untuk membandingkan

keakuratan kedua model tersebut diuji dengan analisis Mean Absolut Deviation

(MAD). Sedangkan alat statistik yang digunakan adalah IBM SPSS Statistic 25,

EViews 10 dan Microsoft Excel.

57
58

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif yaitu

membandingkan keakuratan model CAPM dengan APT dalam

memprediksi return saham. Berdasarkan horizon waktu penelitian,

penelitian ini termasuk ke dalam jenis studi longitudinal. Studi

longitudinal adalah penelitian yang dilakukan pada lebih dari satu batas

waktu dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran, 2019).

Sedangkan sampel analisis penelitian adalah perusahaan sektor Pertanian

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3.2.2 Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu kelompok dari elemen penelitian, dimana

elemen adalah bagian dari populasi yang diharapkan dapat mewakili

populasi penelitian (Kuncoro, 2020). Populasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah perusahaan sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia .

Tabel 3. 1 Perusahaan Sektor Pertanian


No Kode Perusahaan
1 AALI Astra Agro Lestari Tbk.
2 ANDI Andira Agro Tbk.
3 ANJT Austindo Nusantara Jaya Tbk.
4 BISI BISI International Tbk.
5 BTEK Bumi Teknokultura Unggul Tbk.
6 BWPT Eagle High Plantations Tbk.
7 CSRA Cisadane Sawit Raya Tbk.
8 DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk.
9 GOLL Golden Plantation Tbk.
10 GZCO Gozco Plantations Tbk.
59

No Kode Perusahaan
11 JAWA Jaya Agra Wattie Tbk.
12 LSIP PP London Sumatra Indonesia Tbk.
13 MAGP Multi Agro Gemilang Plantation Tbk.
14 MGRO Mahkota Group Tbk.
15 PALM Provident Agro Tbk.
16 PSGO Palma Serasih Tbk.
17 SGRO Sampoerna Agro Tbk.
18 SIMP Salim Ivomas Pratama Tbk.
19 SMAR Smart Tbk.
20 SSMS Sawit Sumbermas Sarana Tbk.
21 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk.
22 UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk.

Sampel (sample) adalah subkelompok atau sebagian dari populasi. Sampel

terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi (Sekaran, 2019). Dari

banyak perusahaan yang terdaftar pada sektor Pertanian periode 2017-2020,

sampel yang dipilih adalah sebanyak 10 perusahaan. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Metode purposive

sampling adalah metode pengambilan sampel yang bertujuan untuk

mendapatkan informasi yang diinginkan atau memenuhi beberapa kriteria yang

ditentukan oleh peneliti (Sekaran, 2019). Pengambilan sampel dengan metode

purposive sampling didasarkan pada ketentuan-ketentuan berikut:

a. Perusahaan yang dipilih merupakan perusahaan sektor Pertanian yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

b. Perusahaan yang dipilih hanya bergerak pada Sektor Pertanian

c. Perusahaan terpilih menyediakan informasi yang lengkap selama tahun

2017-2021 sesuai dengan variabel penelitian yang diteliti.


60

Tabel 3. 2 Kriteria Penetapan Sampel Sektor Pertanian

Hanya Menyediakan
Bergerak Informasi
Terdaftar
No Kode Perusahaan Pada sesuai Sampel
di BEI
Sektor Variabel
Pertanian Pertanian
Astra Agro
1 AALI v v v V
Lestari Tbk.
Andira Agro
2 ANDI v v x
Tbk.
Austindo
3 ANJT Nusantara v x v
Jaya Tbk.
BISI
4 BISI International v x v
Tbk.
Bumi
5 BTEK Teknokultura v x x
Unggul Tbk.
Eagle High
6 BWPT Plantations v v v V
Tbk.
Cisadane
7 CSRA Sawit Raya v v x
Tbk.
Dharma Satya
8 DSNG Nusantara v v v V
Tbk.
Golden
9 GOLL Plantation v x v
Tbk.
Gozco
10 GZCO Plantations v v v V
Tbk.
Jaya Agra
11 JAWA v v x
Wattie Tbk.
PP London
Sumatra
12 LSIP v v v V
Indonesia
Tbk.
Multi Agro
Gemilang
13 MAGP v v x
Plantation
Tbk.
14 MGRO Mahkota v v v
61

Hanya Menyediakan
Bergerak Informasi
Terdaftar
No Kode Perusahaan Pada sesuai Sampel
di BEI
Sektor Variabel
Pertanian Pertanian
Group Tbk.
Provident
15 PALM v v x
Agro Tbk.
Palma Serasih
16 PSGO v v x
Tbk.
Sampoerna
17 SGRO v v v V
Agro Tbk.
Salim Ivomas
18 SIMP v v v V
Pratama Tbk.
19 SMAR Smart Tbk. v v x
Sawit
20 SSMS Sumbermas v v v V
Sarana Tbk.
Tunas Baru
21 TBLA v v v V
Lampung Tbk.
Bakrie
Sumatera
22 UNSP v v v V
Plantations
Tbk.

Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut maka diperoleh 10 perusahaan sektor

Pertanian yang memenuhi kriteria pemilihan sampel penelitian seperti terlihat

pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3. 3 Sampel Perusahaan Sektor Pertanian

No Kode Perusahaan
1 AALI Astra Agro Lestari
2 BWPT PT Eagle High Plantations Tbk
3 DSNG Dharma Satya Nusantara Tbk.
4 GZCO PT Gozco Plantations Tbk
5 LSIP PT Perusahaan Perkebunan London Sumatra
Indonesia Tbk
6 SGRO Sampoerna Agro Tbk.
7 SIMP Salim Ivomas Pratama
8 SSMS PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk
62

No Kode Perusahaan
9 TBLA Tunas Baru Lampung
10 UNSP Bakrie Sumatera Plantations Tbk.
Sumber : Data peusahaan sektor pertanian diolah metode purposive
sampling tahun 2022

3.3 Sumber Data

Data-data dalam penelitian ini merupakan data yang berasal dari

Galeri Bursa Efek Indonesia Universitas Negeri Padang yang bersumber dari

data sekunder https://www.idx.co.id/ untuk memperoleh data mengenai harga

saham bulanan dari perusahaan Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia dan data IHSG. Data mengenai kurs,Inflasi, dan suku bunga Bank

Indonesia diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia yaitu

http://www.bi.co.id. Sedangkan data jumlah uang beredar diperoleh dari situs

Kementerian Dalam Negeri atau melalui http://www.kemendag.go.id. Selain

itu data-data juga didapatkan dari buku-buku, artikel dan internet, untuk

memperoleh teori penunjang dalam penelitian ini.


63

3.4 Defenisi Operasional Variabel

Berikut ini merupakan definisi variabel-variabel yang digunakan

dalam penelitian:

Tabel 3. 4 Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Indikator


Persamaan yang
menyamakan tingkat
pengembalian yang
CAPM diharapkan atas saham E(Ri) = Rf + βi [ E (Rm)
dengan tingkat bebas – Rf]
risiko ditambah premi
asuransi untuk risiko
sistematis saham
APT adalah suatu model
untuk memprediksi laba
atau rugi dari potensial
aset dengan
menggunakan ukuran E (Ri) = Ri + β1 F1 + β2
APT
risiko dari variabel- F2 + ....... + βi Fk
variabel ekonomi,
dimana risiko ini tidak
bisa dihilangkan dengan
diversifikasi
Uji beda diantara CAPM
dan APT dengan
menggunakan Mean
Absolute Deviation.
Uji beda Mean Absolute MAD = Σ [Ri – E(Ri)] /
DImana MAD adalah
Deviation (MAD) n
mean dari nilai mutlak
penyimpangan setiap
nilai pengamatan
Ri(t)terhadap E(Ri).

3.5 Metode Analisis

3.5.1 Analisis Statistik Desktriptif

Analisis statitik deskriptif digunakan yaitu untuk menganalisis

keakuratan model Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan menganalisis


64

model Arbitrage Pricing Theory (APT) dengan memberikan gambaran

atau deskripsi suatu data dari penelitian. (Ghozali, 2012). Dalam penelitian

ini peneliti memberikan gambaran mengenai nilai minimum, maksimum,

mean dan standar deviasi dari variabel penelitian.

3.5.2 Metode Analisis CAPM

Untuk mengetahui keakuratan model Capital Asset Pricing Model

(CAPM) Persamaan yang menyamakan tingkat pengembalian yang

diharapkan atas saham dengan tingkat bebas risiko ditambah tingkat

pengembalian pasar untuk risiko sistematis saham digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan model analisis Capital Asset

Pricing Model (CAPM), dengan menggunakan persamaan:

E(Ri) = Rf + βi [ E (Rm) – Rf]

Dimana:

E(Ri) = return saham i yang diharapkan (dengan model CAPM)

Ri = return saham i yang sesungguhnya

Rf = Risk Free

βi = Risiko Sistematis

Rm = Return Market

Sebelum menggunakan model analisis ini, dilakukan langkah

langkah sebagai berikut:


65

a) Menentukan periode estimasi (estimation period) yang akan

digunakan, yaitu dari dari Januari 2017 sampai dengan Desember 2021

b) Menghitung Risk Free (Rf)

c) Menghitung return pasar dengan menggunakan data IHSG

d) Menghitung return aktual dari perusahaan-perusahaan Pertanian

e) Menghitung beta saham (β) dengan menggunakan rumus market model

yang meregresikan antara pendapatan saham yang sesungguhnya

(actual return) dengan pendapatan pasar (market return)

3.5.3 Metode Analisis APT

Untuk mengetahui keakuratan model Arbitrage Pricing Theory

(APT) Persamaan yang menyamakan tingkat pengembalian yang

diharapkan atas saham dengan ditambah risiko sistematis variabel

makroekonomi berupa Inflasi, Kurs, Suku Bunga Bank Indonesia dan

Jumlah Uang Beredar. Return saham diharapkan yang digunakan dalam

penelitian ini adalah dengan menggunakan model analisis Arbitrage

Pricing Theory (APT), dengan menggunakan persamaan:

E (Ri) = Ri + β1 F1 + β2 F2 + ....... + βi Fk

Dimana:

E(Ri) = return saham i yang diharapkan (dengan model CAPM)

Ri = return saham i yang sesungguhnya


66

βi = Risiko Sistematis

F = perubahan return yang tidak diharapkan pada variabel

makroekonomi (Inflasi, Kurs, SBI, JUB)

Sebelum menggunakan model analisis ini, dilakukan langkah

langkah sebagai berikut:

a) Menentukan periode estimasi (estimation period) yang akan

digunakan, yaitu dari dari Januari 2017 sampai dengan Desember 2021

b) Menghitung return aktual dari perusahaan-perusahaan Pertanian

c) Menghitung unexpected return Inflasi

d) Menghitung unexpected return Kurs

e) Menghitung unexpected return SBI

f) Menghitung unexpected return JUB

g) Menghitung beta saham (β) dengan menggunakan rumus market

model yang meregresikan antara pendapatan saham yang

sesungguhnya (actual return) dengan variabel makroekonomi.

3.5.4 Perbandingan keakuratan CAPM dan APT

Untuk mengetahui model yang lebih akurat dalam memprediksi

return saham pada sektor Pertanian, maka dihitung nilai MAD dari kedua

model tersebut. Model yang mempunyai nilai MAD lebih kecil

menunjukkan bahwa model tersebut lebih akurat dibandingkan model


67

yang memiliki nilai MAD lebih besar. Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model

analisis Mean Absolut Deviation (MAD), dengan menggunakan

persamaan:

MAD =  [Ri – E(Ri)] / n

Dimana:

MAD = rata-rata penyimpangan absolut untuk model CAPM atau APT

Ri = return saham i yang sesungguhnya

E(Ri) = return saham i yang diharapkan (dengan model CAPM atau

model APT)

n = jumlah data

Sebelum menggunakan model analisis ini, dilakukan langkah

langkah sebagai berikut:

a) Menentukan periode estimasi (estimation period) yang akan

digunakan, yaitu dari dari Januari 2017 sampai dengan Desember 2021

b) Menghitung Risk Free (Rf)

c) Menghitung return pasar dengan menggunakan data IHSG

d) Menghitung return aktual dari perusahaan-perusahaan Pertanian


68

e) Menghitung beta saham (β) dengan menggunakan rumus market

model yang meregresikan antara pendapatan saham yang

sesungguhnya (actual return) dengan pendapatan pasar (market

return)

f) Menghitung expected return dengan model persamaan CAPM

g) Menghitung Unexpected Return Inflasi, Kurs, Suku Bunga Bank

Indoensia dan Jumlah Uang Beredar dengan menggunakan Metode

ARIMA melalu Eviews

h) Menghitung β Inflasi, β Kurs, β SBI dan β JUB untuk model APT

i) Menghitung expected return dengan model persamaan APT

j) Melakukan analisis Mean Absolut Deviation (MAD)

Keakuratan model dalam penelitian ini diukur dengan

menggunakan Mean Absolut Deviation (MAD), dimana model yang

mempunyai MAD yang lebih kecil berarti lebih akurat dibandingkan

model yang mempunyai MAD yang lebih besar.

3.6 Metode Pengujian Hipotesis

Sebelum melakukan pengujian hipotesis, maka terlebih dahulu

dilakukan uji normalitas data. Uji normalitas dilakukan untuk melihat

apakah nilai residual antara Absolute Deviation CAPM dan MAD APT

terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah model

regresi yang memiliki nilai residual yang terdistribusi normal yaitunya


69

nilai memiliki hasil test distribusi normal menggunakan uji One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Apabila data terdistribusi secara normal, maka

untuk pengujian hipotesis digunakan metode paired t-test, namun apabila

tidak terdistribusi secara normal maka digunakan metode Wilcoxon.

a. Metode paired sample t-test

Uji paired sampel t-test dilakukan dengan membandingkan

nilai Absolute Deviation CAPM dan nilai Absolute Deviation APT,

sehingga diketahui hasil pengujian terhadap hipotesis, apakah

hipotesis H0 diterima atau sebaliknya. Apabila nilai signifikansi

lebih besar dari 0,05 atau 5 %, maka H0 diterima, yang berarti

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara akurasi kedua

model. Sebaliknya, apabila nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05

atau 5 %, maka terdapat perbedaan signifikansi antara kedua model

tersebut, dan H0 ditolak.

b. Metode Wilcoxon

Apabila data tidak terdistribusi secara normal maka metode

yang digunakan adalah metode Wilcoxon. Nilai signifikansi dalam

uji normalitas akan menunjukkan nilai < 0,05 yang menunjukkan

bahwa data tidak terdistribusi secara normal. Dalam metode ini

apabila nilai p value < batas kritis 0,05 maka terdapat perbedaan

bermakna antara kedua model atau yang berarti H1 diterima


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Capital Asset Pricing Model

4.1.1 Return Aset Bebas Risiko (Rf)

Return aset bebas risiko (Rf ) adalah return yang diperoleh dari aset bebas

risiko yang dasar pengukurannya menggunakan suku bunga Sertifikat Bank

Indonesia (SBI). Return aset bebas risiko dihitung dengan membagi suku bunga

SBI dengan jumlah bulan dalam setahun (12 bulan). Return Aset Bebas Risiko

(Rf) Periode 2017-2021 bersumber dari website Bank Indonesia

https://www.bi.go.id/id/statistik/indikator/bi-7day-rr.aspx .

Rf= (Suku Bunga Bank Indonesia) / 100

dimana untuk (Rf) Januari adalah 4,75 % dan dikonversi menjadi decimal

menjadi (Rf) Januari = 4,75/100 = 0.0475.

Return aset bebas risiko periode 2017 sampai dengan 2021 dapat dilihat

pada Tabel 4.1.

Tabel 4. 1 Return Aset Bebas Risiko (Rf) Periode 2017-2021

Risk Free
Tahun Bulan Rata-Rata
(Rf)
2017 Januari 0,0456
0,0475
Februari 0,0475
Maret 0,0475
April 0,0475
Mei 0,0475
Juni 0,0475

70
71

Risk Free
Tahun Bulan Rata-Rata
(Rf)
Juli 0,0475
Agustus 0,0450
September 0,0425
Oktober 0,0425
November 0,0425
Desember 0,0425
Januari 0,0425
Februari 0,0425
Maret 0,0425
April 0,0425
Mei 0,0450
2018 Juni 0,0525
0,0508
Juli 0,0525
Agustus 0,0550
September 0,0575
Oktober 0,0575
November 0,0600
Desember 0,0600
2019 Januari 0,0563
0,0600
Februari 0,0600
Maret 0,0600
April 0,0600
Mei 0,0600
Juni 0,0600
Juli 0,0575
Agustus 0,0550
September 0,0525
Oktober 0,0500
November 0,0500
72

Risk Free
Tahun Bulan Rata-Rata
(Rf)
Desember 0,0500
Januari 0,0500
Februari 0,0475
Maret 0,0450
April 0,0450
Mei 0,0450
Juni 0,0425
2020 0,0425
Juli 0,0400
Agustus 0,0400
September 0,0400
Oktober 0,0400
November 0,0375
Desember 0,0375
Januari 0,0375
Februari 0,0350
Maret 0,0350
April 0,0350
Mei 0,0350
Juni 0,0350
2021 0,0352
Juli 0,0350
Agustus 0,0350
September 0,0350
Oktober 0,0350
November 0,0350
Desember 0,0350
Rata-Rata 2017-2021 0,0461
Sumber: Data Primer dari Bank Indonesia diolah tahun 2022 (Lampiran 1)

Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa rata-rata return aset bebas

risiko 2017-2021 adalah sebesar 0,0461 atau 4,61 persen. Return aset bebas
73

risiko tertinggi selama periode 2017 sampai dengan 2021 adalah sebesar 0,060

atau 6 persen. Sedangkan Return aset bebas risiko terendah yaitu sebesar 0,0350

atau 3,5 persen.Rata-Rata Return aset bebas risiko 2019 dan 2021 menunjukkan

nilai yang sejalan dengan inflasi tahun 2019 hingga tahun 2021. Dimana ketika

terjadi penurunan inflasi ,Bank indonesia akan menurunkan tingkat suku bunga

acuan.

Data per tahun rata-rata return aset bebas risiko periode 2017-2021

berfluktuasi atau berubah-ubah dimana ditahun 2017 ke tahun 2018 dan tahun

2019 rata-rata Rf naik. Dimana pada tahun 2017 rata-rata return aset bebas

risiko sebesar 0,0456 naik menjadi 0,0508 pada tahun 2018 dan 0,0563 pada

tahun 2019. Sementara dari Tahun 2019 ke tahun 2020 turun menjadi 0,0425

dan turun lagi ditahun 2021 menjadi 0,0352. Turunnya suku bunga ditahun 2020

dan 2021 merupakan kebijakan Bank Indonesia demi mendorong aktivitas

perekonomian yang sedang dilanda Pandemi Covid-19.

4.1.2 Return Market (Rm)

Return market (Rm) dapat dihitung berdasarkan selisih antara harga

penutupan IHSG bulan saat ini (IHSGt) dengan harga penutupan IHSG bulan

sebelumnya (IHSGt-1) dibagi dengan harga penutupan IHSG bulan sebelumnya

(IHSGt-1) .

(Rm) = (IHSG t – IHSG t-1) / IHSG t-1

(Rm) Feb = (5.386,69-5.294,10)/5.294,10

(Rm) Feb = 0,0175


74

Rata-rata return market tahun 2017 sampai dengan tahun 2021 disajikan

dalam Tabel 4.2.

Tabel 4. 2 Return Market (Rm) Periode 2017-2021

Return Market
Tahun Bulan Rata-Rata
(Rm)
Januari -
Februari 0,0175
Maret 0,0337
April 0,0210
Mei 0,0093
Juni 0,0160
2017 0,01693
Juli 0,0019
Agustus 0,0040
September 0,0063
Oktober 0,0178
November - 0,0089
Desember 0,0678
Januari 0,0393
Februari - 0,0013
Maret - 0,0619
April - 0,0314
Mei - 0,0018
2018 Juni - 0,0308
-0,00169
Juli 0,0237
Agustus 0,0138
September - 0,0070
Oktober - 0,0242
November 0,0385
Desember 0,0228
75

Return Market
Tahun Bulan Rata-Rata
(Rm)
Januari 0,0546
Februari - 0,0137
Maret 0,0039
April - 0,0021
Mei - 0,0381
Juni 0,0241
2019 0,00180
Juli 0,0050
Agustus - 0,0097
September - 0,0252
Oktober 0,0096
November - 0,0348
Desember 0,0479
Januari - 0,0571
Februari - 0,0820
Maret - 0,1676
April 0,0391
Mei 0,0079
Juni 0,0319
2020 -0,00153
Juli 0,0498
Agustus 0,0173
September - 0,0703
Oktober 0,0530
November 0,0944
Desember 0,0653
2021 Januari 0,00840
- 0,0195
Februari 0,0647
Maret - 0,0411
April 0,0017
Mei - 0,0080
76

Return Market
Tahun Bulan Rata-Rata
(Rm)
Juni 0,0064
Juli 0,0141
Agustus 0,0132
September 0,0222
Oktober 0,0484
November - 0,0087
Desember 0,0073
Rata-Rata 0,0045
Sumber: Data Indeks Harga Saham Gabungan diolah tahun 2022
(Lampiran 2)
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata return market periode 2017

sampai dengan 2021 dapat dilihat bahwa return market setiap bulannya

mengalami fluktuasi. Rata-rata IHSG selama periode 2017 sampai dengan

2021 menghasilkan tingkat pengembalian pasar sebesar 0,0045 atau 0,45

persen. Tingkat pengembalian pasar tertinggi terjadi pada bulan November

2020 dengan (Rm) sebesar 0,0944 atau 9,44 persen yang berarti bahwa pada

saat itu pasar sedang bullish dan tingkat pengembalian pasar terendah terjadi

pada bulan Maret 2020 dengan (Rm) sebesar -0,1670 atau -16,7 persen yang

berarti pada saat itu pasar sedang bearish atau mengalami kelesuan.

Perhitungan rata-rata return market pertahunnya dimana dari tahun

2017 sebesar 0,0169 turun menjadi -0,00169 pada tahun 2018. Hal ini

kemungkinan dapat terjadi karena kebijakan Bank Indonesia yang menaikkan

suku bunga acuan ditahun 2018 sehingga investor lebih memilih berinvestasi

pada sektor perbankan dengan tingkat risiko yang rendah. Pada tahun 2019

terjadi peningkatan menjadi 0,0018 dan turun kembali pada tahun 2020
77

menjadi -0,00153. Hal ini dapat terjadi karena pandemic covid-19 sehingga

investor lebih memilih untuk menyimpan uang dalam bentuk aset pasti.

Namun pada tahun 2021 terjadi kenaikan menjadi 0,00840. Peningkatan ini

terjadi karena kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan lagi suku bunga

acuan dan pandemic mulai terkendali sehingga investor kembali lagi

berinvestasi pada pasar modal.

4.1.3 Return Saham Perusahaan Sektor Pertanian

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data harga

penutupan (closing price) bulanan saham-saham perusahaan sektor pertanian

periode Januari 2017 sampai dengan Desember 2021. Return saham (Ri)

dapat dihitung berdasarkan selisih antara harga penutupan saham bulan saat

ini dengan harga penutupan saham bulan sebelumnya dibagi dengan harga

penutupan saham bulan sebelumnya .

Perhitungan (Ri) Saham Perusahaan Astra Agro Lestari (AALI)

sebagai berikut.

(Ri) = (Harga Saham t – Harga Saham t-1) / Harga Saham t-1

(Ri) Feb 2017= (Harga Penutupan Saham Bulan Februari 2017 -

Harga Penutupan Saham Bulan Januari 2017)/ Harga

Penutupan Saham Bulan Januari 2017

(Ri) Feb 2017 = (14950-15775)/15775

(Ri) Feb 2017 = -0.0523

(Ri) AALI 2017 = Rata-Rata Return Saham AALI selama tahun 2017
78

(Ri) AALI 2017 = -0.01607

Rata-rata return saham perusahaan sampel (Ri) dari periode 2017

sampai dengan 2021 disajikan dalam Tabel 4.3.

Tabel 4. 3 Return Saham Perusahaan Sektor Pertanian Periode 2017-2021


Kode Tahun Rata-
No
Saham 2017 2018 2019 2020 2021 Rata
1 AALI -0,01607 -0,00451 0,02146 0,00631 -0,01770 -0,0018
2 BWPT -0,05125 -0,00039 0,01581 0,01261 -0,04848 -0,0135
3 DSNG -0,01675 0,00162 0,01225 0,03059 -0,01336 0,0031
4 GZCO -0,05014 -0,01522 0,00050 0,00000 0,02973 -0,0062
5 LSIP -0,00623 -0,00226 0,01950 0,00512 -0,00873 0,0016
6 SGRO 0,02427 -0,00648 0,00140 -0,02755 0,02038 0,0020
7 SIMP -0,00524 0,00169 -0,00024 0,01191 0,01182 0,0041
8 SSMS -0,00531 -0,01415 -0,03053 0,05376 -0,01385 -0,0019
9 TBLA 0,00948 -0,02126 0,01545 0,00782 -0,01250 -0,0004
10 UNSP 0,38551 -0,01886 -0,00004 0,02602 -0,00289 0,0715
Sumber: Data Diolah dari Harga Penutupan Saham https://www.idx.co.id
(lampiran 3)
Berdasarkan hasil perhitungan rata-rata return saham masing-masing

perusahaan sampel tahun 2017 sampai dengan tahun 2021, sebanyak 5 saham

bernilai positif ( Ri>0) dan sebanyak 5 saham bernilai negatif (Ri<0). Saham

yang memiliki tingkat return tertinggi Selama tahun 2017 sampai dengan tahun

2021 yaitu saham Bakrie Sumatera Plantations Tbk. (UNSP) dengan tingkat

pengembalian saham rata-rata sebesar 0,0715 atau 7,15 persen dan tingkat

pengembalian saham terendah yaitu saham PT. Eagle High Plantations Tbk.

(BWPT) dengan tingkat pengembalian saham rata-rata sebesar -0,0135 atau -

1,35 persen.

Dapat dinilai nilai Ri secara keseluruhan pertahun berfluktuasi. Saham

GZCO melihatkan perkembangan yang positif secara konsisten dari tahun 2017-

2021. Dimana Pada tahun 2017 nilai Ri GZCO sebesar -0,05014 dan menjadi
79

0,02973 pada tahun 2021. Dengan melandainya pandemi covid-19 sehingga

Indeks Harga Sahan Gabungan pada tahun 2021 mengalami peningkatan namun

belum terlihat efektif pada peningkatan return saham perusahaan pertanian

diantaranya AALI, BWPT, DSNG, LSIP, SIMP, SSMS, TBLA dan UNSP.

Namun untuk saham GZCO dan SGRO telah melihatkan perubahan yang positif

sejalan dengan Indeks Harga Sahan Gabungan.

4.1.4 Risiko Sistematis (Beta) CAPM

Risiko sistematis dari suatu saham dapat diukur dengan menggunakan

beta. Beta mengukur sampai sejauh mana harga saham naik dan turun bersamaan

dengan naik dan turunnya harga pasar. Dalam CAPM, beta suatu saham

mengukur kepekaan suatu saham terhadap pasar. Nilai beta saham diperoleh dari

hasil kovarian antara return sekuritas i dengan return pasar yang dibagi dengan

varian return pasar. Nilai beta saham positif menunjukkan apabila terjadi

kenaikan return pasar maka akan mengakibatkan kenaikan return saham.

Sebaliknya, nilai beta saham negatif menunjukkan apabila terjadi kenaikan

return pasar maka akan mengakibatkan penurunan return saham.

Perhitungan (β) Beta Saham Perusahaan Astra Agro Lestari (AALI)

tahun 2017 sebagai berikut.

(β) AALI 2017 = kovarian (Ri 2017, Rm 2017)/varian (Rm 2017)

(β) AALI 2017 = -0,39711

Risiko sistematis atau beta saham sektor pertanian 2017-2021 dapat dilihat

pada Tabel 4.4.

Tabel 4. 4 Risiko Sistematis atau Beta Saham (CAPM) Periode 2017-2021


80

No Saham Tahun Beta Rata-Rata


2017 -0,39711
2018 1,01686 1,26162
1 AALI 2019 1,54969
2020 2,12182
2021 2,01685
2017 -2,12447
2018 1,49941 1,94510
2 BWPT 2019 5,93096
2020 2,25730
2021 2,16228
2017 -0,49981
2018 -1,06401 0,16199
3 DSNG 2019 0,28004
2020 1,08220
2021 1,01152
2017 -0,96115
2018 0,82833 -0,01696
4 GZCO 2019 0,61026
2020 0,00000
2021 -0,56224
2017 0,45550
2018 0,94070 0,98190
5 LSIP 2019 0,95629
2020 1,53134
2021 1,50830
2017 -0,79041
2018 -0,04058 0,08429
6 SGRO 2019 0,73555
2020 -0,11267
2021 0,62958
2017 0,90396
2018 0,35948 1,39629
7 SIMP 2019 2,64270
2020 1,94122
2021 1,13409
2017 0,76230
2018 0,12575 0,69629
8 SSMS 2019 -0,53469
2020 0,32107
2021 2,80701
9 TBLA 2017 -1,62696 0,93028
81

No Saham Tahun Beta Rata-Rata


2018 1,24256
2019 1,95965
2020 1,76713
2021 1,30900
2017 20,71857
2018 0,49670 5,13438
10 UNSP 2019 2,24855
2020 1,48061
2021 0,72745
Rata-Rata 1,25752
Sumber: Data Primer diolah dari Covarian Return Individual terhadap

return market (Lampiran 4)

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat bahwa hampir seluruh beta saham Sektor

Pertanian bernilai positif, hal ini menunjukkan bahwa kenaikan return pasar

akan mengakibatkan kenaikan return saham pada saham Sektor Pertanian. Rata-

rata beta saham Sektor Pertanian tahun 2017 - 2021 adalah sebesar 1.2157 (beta

> 1), hal ini berarti bahwa rata-rata return saham Sektor Pertanian memiliki

tingkat kepekaan yang tinggi terhadap return pasar. Saham dengan risiko

sistematis atau beta tertinggi adalah saham Bakrie Sumatera Plantations Tbk.

(UNSP) dengan beta sebesar 5.13438 (beta > 1), hal ini menunjukkan bahwa

return saham UNSP paling sensitif terhadap return market dibandingkan dengan

return saham lainnya yang dijadikan sampel pada penelitian ini. Sedangkan

saham dengan beta terendah adalah saham PT. Gozco Plantations Tbk. (GZCO)

dengan beta sebesar -0,01696 (beta < 1), hal ini berarti bahwa return saham

GZCO kurang sensitif terhadap return market dan return saham GZCO

cenderung bertolak belakang dengan pergerakan return market.

Tabel 4. 5 Rata-Rata Risiko Sistematis Setiap Tahun


82

No Tahun Rata-Rata
1 2017 1,644042
2 2018 0,540520
3 2019 1,637900
4 2020 1,239002
5 2021 1,274384
Sumber: Data Primer diolah dari Covarian Return Individual terhadap return
market (Lampiran 5)

Saham yang memiliki beta > 1 merupakan saham dengan tingkat kepekaan

tinggi terhadap perubahan pasar (saham agresif), artinya apabila return market

naik sebesar n persen maka return saham akan naik lebih dari n persen.

Sedangkan saham yang memiliki beta < 1 merupakan saham dengan tingkat

kepekaan rendah terhadap perubahan pasar (saham defensif), artinya apabila

return market naik sebesar n persen maka return saham akan naik kurang dari n

persen.

4.1.5 Penghitungan Expected Return Menggunakan CAPM

Expected return dengan CAPM dapat dihitung dengan memasukkan

beberapa faktor yaitu, return saham individu (Ri ), return pasar ( Rm), return

aset bebas risiko Rf ), dan risiko sistematis saham (β).

E(Ri) = Rf + βi [ E (Rm) – Rf]

E(Ri) CAPM AALI 2017 = Rf + (β (Rm-Rf)

E(Ri) CAPM AALI 2017 = 0,04563 + (-0,397111(0,0693-0,04563)

E(Ri) CAPM AALI 2017= 0,05702


83

Expected return CAPM periode Januari 2017 sampai dengan Desember


2021 untuk setiap tahunnya dapat dilihat pada Tabel 4.6.
Tabel 4. 6 Expected Return CAPM Setiap Tahun Periode 2017-2021

No Saham Tahun Ri Beta Rf Rm E(Ri)


2017 -0,01607 -0,39711 0,04563 0,01693 0,05702
2018 -0,00451 1,01686 0,05083 -0,00169 -0,00257
1 AALI 2019 0,02146 1,54969 0,05625 0,00180 -0,02814
2020 0,00631 2,12182 0,04250 -0,00153 -0,05091
2021 -0,01770 2,01685 0,03521 0,00840 -0,01887
2017 -0,05125 -2,12447 0,04563 0,01693 0,10658
2018 -0,00039 1,49941 0,05083 -0,00169 -0,02792
2 BWPT 2019 0,01581 5,93096 0,05625 0,00180 -0,26672
2020 0,01261 2,25730 0,04250 -0,00153 -0,05688
2021 -0,04848 2,16228 0,03521 0,00840 -0,02277
2017 -0,01675 -0,49981 0,04563 0,01693 0,05997
2018 0,00162 -1,06401 0,05083 -0,00169 0,10672
3 DSNG 2019 0,01225 0,28004 0,05625 0,00180 0,04100
2020 0,03059 1,08220 0,04250 -0,00153 -0,00514
2021 -0,01336 1,01152 0,03521 0,00840 0,00809
2017 -0,05014 -0,96115 0,04563 0,01693 0,07320
2018 -0,01522 0,82833 0,05083 -0,00169 0,00733
4 GZCO 2019 0,00050 0,61026 0,05625 0,00180 0,02302
2020 0,00000 0,00000 0,04250 -0,00153 0,04250
2021 0,02973 -0,56224 0,03521 0,00840 0,05028
2017 -0,00623 0,45550 0,04563 0,01693 0,03256
2018 -0,00226 0,94070 0,05083 -0,00169 0,00143
5 LSIP 2019 0,01950 0,95629 0,05625 0,00180 0,00418
2020 0,00512 1,53134 0,04250 -0,00153 -0,02492
2021 -0,00873 1,50830 0,03521 0,00840 -0,00523
2017 0,02427 -0,79041 0,04563 0,01693 0,06830
2018 -0,00648 -0,04058 0,05083 -0,00169 0,05296
6 SGRO 2019 0,00140 0,73555 0,05625 0,00180 0,01620
2020 -0,02755 -0,11267 0,04250 -0,00153 0,04746
2021 0,02038 0,62958 0,03521 0,00840 0,01833
2017 -0,00524 0,90396 0,04563 0,01693 0,01969
2018 0,00169 0,35948 0,05083 -0,00169 0,03195
7 SIMP 2019 -0,00024 2,64270 0,05625 0,00180 -0,08766
2020 0,01191 1,94122 0,04250 -0,00153 -0,04296
2021 0,01182 1,13409 0,03521 0,00840 0,00480
2017 -0,00531 0,76230 0,04563 0,01693 0,02375
8 SSMS
2018 -0,01415 0,12575 0,05083 -0,00169 0,04423
84

No Saham Tahun Ri Beta Rf Rm E(Ri)


2019 -0,03053 -0,53469 0,05625 0,00180 0,08537
2020 0,05376 0,32107 0,04250 -0,00153 0,02836
2021 -0,01385 2,80701 0,03521 0,00840 -0,04006
2017 0,00948 -1,62696 0,04563 0,01693 0,09230
2018 -0,02126 1,24256 0,05083 -0,00169 -0,01443
9 TBLA 2019 0,01545 1,95965 0,05625 0,00180 -0,05046
2020 0,00782 1,76713 0,04250 -0,00153 -0,03530
2021 -0,01250 1,30900 0,03521 0,00840 0,00011
2017 0,38551 20,71857 0,04563 0,01693 -0,54882
2018 -0,01886 0,49670 0,05083 -0,00169 0,02475
10 UNSP 2019 -0,00004 2,24855 0,05625 0,00180 -0,06619
2020 0,02602 1,48061 0,04250 -0,00153 -0,02268
2021 -0,00289 0,72745 0,03521 0,00840 0,01570
Sumber : Data diolah menggunakan excel (Lampiran 6)
Return yang diharapkan pertahunnya dari tahun 2017 hingga tahun 2021

pada Tabel 4.6 melihatkan nilai berfluktuasi. Pada perusahaan GZCO dan SGRO

melihatkan nilai Expected Return yang naik turun namun tetap dalam keadaan

baik atau positif. Dimana nilai ini lebih baik dari delapan perusahaan lainnya

terutama pada perusahaan AALI yang memiliki nilai Expected Return yang

negative atau menurun. Dengan adanya faktor return market dan risk free dapat

terlihat pengaruhnya ketika nilai risiko sistematis >1 maka return yang diharapkan

menjadi negatif.

Nilai Expected Return E(Ri) yang terdapat pada Tabel 4.6 melihatkan

Nilai yang beragam. Apabila suatu Expected Return bernilai 0 maka return yang

sudah ada sesuai dengan return yang diinginkan namun ini sangat jarang terjadi

karena berubah terusnya harga saham di pasar. Expected Return saham yang

bernilai negatif menyatakan kecendrungan jika pergerakan harga saham yang

tidak baik sementara jika bernilai positif menyatakan kecendrungan jika

pergerakan saham yang ada bernilai baik. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa besarnya
85

tingkat expected return saham [E(Ri)] sejalan dengan besarnya tingkat risiko

sistematis (beta) saham. Dari sini dapat disimpulkan bahwa semakin rendah risiko

sistematis yang akan ditanggung dari suatu saham maka semakin tinggi pula

return yang diharapkan dari saham tersebut. Selain itu, nilai expected return juga

dapat digunakan untuk melihat mana saham yang undervalued dan mana saham

yang overvalued. Pada CAPM saham undervalued adalah saham dengan tingkat

return individu yang lebih kecil daripada expected returnnya [ E(Ri)], sedangkan

saham overvalued adalah saham dengan tingkat return individu lebih besar

daripada expected returnnya [ < E(Ri)].

Dapat dilihat pada tabel 4.6 untuk keterkaitan sebab-akibat antara risk free

atau suku bunga acuan dengan indeks harga saham gabungan bahwa pada tahun

2018 rata-rata suku bunga acuan naik menyebabkan beralihnya investor untuk

menyimpan dana di bank yang mengakibatkan turunnya tingkat investasi pada

indeks harga saham gabungan secara umum. Namun faktor naik turunnya SBI

kurang sejalan pada tahun 2019 dan 2020, kembali sejalan lagi pada tahun 2021

ketika suku bunga turun menyebabkan investor beralih kembali lagi berinvestasi

pada sektor pasar modal.

Perhitungan Rata-Rata Return dan Expected Return CAPM pada

Tahun 2017 sebagai berikut.

Ri (2017) = Ri(AALI+BWPT+DSNG+GZCO+ LSIP+SGRO+


SIMP+SSMS+TBLA+UNSP)/10
Ri (2017) = 0,026827

ERi (2017) = Ri (AALI+BWPT+DSNG+GZCO+LSIP+SGRO+


SIMP+SSMS+TBLA+UNSP)/10
ERi (2017) = -0,001550
86

Rata-Rata Return dan Expected Return CAPM setiap tahun selama

2017-2021 terangkum pada tabel 4.7.

Tabel 4. 7 Rata-Rata Return dan Expected Return CAPM Setiap Tahun


2017 2018 2019 2020 2021
No Saham
Ri E(Ri) Ri E(Ri) Ri E(Ri) Ri E(Ri) Ri E(Ri)
1 AALI -0,01607 0,05702 -0,00451 -0,00257 0,02146 -0,02814 0,00631 -0,05091 -0,0177 -0,01887
2 BWPT -0,05125 0,10658 -0,00039 -0,02792 0,01581 -0,26672 0,01261 -0,05688 -0,04848 -0,02277
3 DSNG -0,01675 0,05997 0,00162 0,10672 0,01225 0,041 0,03059 -0,00514 -0,01336 0,00809
4 GZCO -0,05014 0,0732 -0,01522 0,00733 0,0005 0,02302 0 0,0425 0,02973 0,05028
5 LSIP -0,00623 0,03256 -0,00226 0,00143 0,0195 0,00418 0,00512 -0,02492 -0,00873 -0,00523
6 SGRO 0,02427 0,0683 -0,00648 0,05296 0,0014 0,0162 -0,02755 0,04746 0,02038 0,01833
7 SIMP -0,00524 0,01969 0,00169 0,03195 -0,00024 -0,08766 0,01191 -0,04296 0,01182 0,0048
8 SSMS -0,00531 0,02375 -0,01415 0,04423 -0,03053 0,08537 0,05376 0,02836 -0,01385 -0,04006
9 TBLA 0,00948 0,0923 -0,02126 -0,01443 0,01545 -0,05046 0,00782 -0,0353 -0,0125 0,00011
10 UNSP 0,38551 -0,54882 -0,01886 0,02475 -0,00004 -0,06619 0,02602 -0,02268 -0,00289 0,0157
Rata-Rata 0,026827 -0,001545 -0,007982 0,022445 0,005556 -0,03294 0,012659 -0,012047 -0,005558 0,001038

Sumber : Data diolah menggunakan excel (Lampiran 7)


Pada tabel 4.7 dapat dilihat rata rata return saham keseluruhan perusahan

pertahun berfluktiatif, Pada tahun 2018 menunjukan Ri menurun(-) hal ini

menandakan terdapat hubungan yang sejalan dengan Rf (SBI) dimana ditahun

2018 tingkat Rf (SBI) meningkat menyebabkan investor berpindah berinvestasi di

bank menyebabkan Ri Menurun. Pada tahun 2019 rata rata Ri naik sejalan dengan

menguatan IHSG,ditahun selanjutnya 2020 menampilkan hasil Ri yang lebih baik

menandakan nillai yang sejalan tingkat Rf (SBI),dimana ditahun ini dinlai SBI

menurun menyebabkan meningkatnya investasi dalam bentuk saham dan juga

dapat dilihat ditahun ini pandemi covid-19 belum berdampak buruk pada 10

perusahan sektor pertanian ini,namun pada th 2021 turunya tingkat sbi tidak

berdampak baik kepada tingkat RI hal ini kemungkinan disebabkan oleh covid-19

yang membuat penurunan kinerja perusahaan pertanian.


87

Untuk nilai rata-rata E(RI) 10 perusahaan pertanian berfluktuatif, Di

tahun 2018 E(Ri) bernilai baik sejalan dengan Beta (risiko sistematis)dimana nilai

beta ditahun 2018< 1 yang menandakan return saham tidak peka/sejalan terhadap

perubahan pasar,diman ditahun tersebut IHSG menurun,Pada tahun 2019

melihatkan penurunan nilai E(RI) hal ini kemungkinan disebabkan oleh nilai SBI

yang meningkat.ditahun 2020 Nilai E(Ri) mulai membaik tetapi masih negative

hail ini sejalan dengan nilai rata rata beta yang > 1 menandkan tingkat kepekaan

return saham yang tinggi terhdap perubahan pasar,dimana pasar ditahun tersebut

masih dalam keadaan lesu.di tahun 2021 E(RI) bernilai baik sejalan dengan beta

yang > 1 menandakan tingginya kepekaan RI terhadap Rm(IHSG) dimana

Rm(IHSG) meningkat,juga didorong dengan melemahnya SBI membuat investor

kembali beralih kepasar modal.Nilai Ri Dan E(Ri) sejalan ditahun 2021 ,dimana

sama-sama menghasilkan nilai Ri dan E(Ri) Yang membaik namun E(RI) masih

menunjukkan nilai negatif

Virus Covid-19 menyebabkan pada tahun 2020 membuat Bank Indonesia

menurunkan tingkat suku bunga acuan untuk mendorong aktivitas perkonomian

yang dilanda virus Covid -19. Namun ketika seharusnya Indeks Harga Saham

Gabungan meningkat justru masih melihatkan tren pasar modal yang turun

diakibatkan pandemi covid-19 dan diberlakukannya Pembatasan Sosial Berskala

Besar (PSBB). Dengan melandainya kasus Covid-19 ditambah dengan penurunan

tingkat suku bunga acuan pada 2021 sektor pasar modal kembali bergairah dengan

terlihat Indeks Harga Saham Gabungan kembali meningkat. Pada tahun 2021

dengan membaiknya ekonomi sejalan dengan membaiknya IHSG, dan Saham


88

seperti GZCO, SGRO dan SIMP melihatkan tren positif, namun pada saham-

saham sektor pertanian lainnya masih melihatkan tren yang belum baik

menandakan faktor pandemic masih berpangaruh buruk pada perusahaan tersebut.

4.2 Arbitrage Pricing Theory

4.2.1 Variabel Makroekonomi

Variabel makroekonomi yang digunakan untuk model APT dalam

penelitian ini adalah perubahan tingkat inflasi yang tidak diharapkan, perubahan

kurs yang tidak diharapkan, perubahan suku bunga SBI yang tidak diharapkan,

dan perubahan jumlah uang beredar (JUB) yang tidak diharapkan, dimana nilai

tersebut diperoleh dari selisih antara actual value variabel makroekonomi dengan

expected value variabel makroekonomi.

4.2.2 Perubahan Tingkat Inflasi

Perubahan tingkat inflasi yang digunakan untuk model APT adalah

perubahan tingkat inflasi yang tidak diharapkan yang diperoleh dari selisih antara

perubahan tingkat inflasi aktual dengan perubahan tingkat inflasi yang

diharapkan.

Δ inflasi yang tidak diharapkan = Δ inflasi aktual – Δ inflasi yang

diharapkan
89

Adapun perkembangan perubahan tingkat inflasi aktual, perubahan

tingkat inflasi yang diharapkan, dan perubahan tingkat inflasi yang tidak

diharapkan dapat dilihat pada Tabel 4.8.

Tabel 4. 8 Δ Inflasi Aktual, Δ Inflasi yang Diharapkan, dan Δ Inflasi yang


Tidak diharapkan Periode 2017-2021

Δ Inflasi Δ Inflasi yang Δ Inflasi yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
Aktual (%)
Januari 15,56 -0,36 15,92
Februari 9,74 -0,50 10,25
Maret -5,74 -0,83 -4,91
April 15,51 -0,77 16,28
Mei 3,84 -0,65 4,48
Juni 0,92 -0,68 1,60
2017 Juli -11,21 -0,74 -10,48
Agustus -1,55 -0,73 -0,82
September -2,62 -0,72 -1,90
Oktober -3,76 -0,72 -3,04
November -7,82 -0,74 -7,08
Desember 9,39 -0,74 10,13
Rata-Rata 1,86 -0,68 2,54
2018 Januari -9,97 -0,74 -9,23
Februari -2,15 -0,75 -1,41
Maret 6,92 -0,76 7,68
April 0,59 -0,76 1,35
Mei -5,56 -0,76 -4,79
Juni -3,41 -0,77 -2,63
Juli 1,92 -0,78 2,70
Agustus 0,63 -0,79 1,41
September -10,00 -0,79 -9,21
90

Δ Inflasi Δ Inflasi yang Δ Inflasi yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
Aktual (%)
Oktober 9,72 -0,80 10,52
November 2,22 -0,80 3,02
Desember -3,10 -0,81 -2,29
Rata-Rata -1,02 -0,78 -0,24
Januari -9,90 -0,81 -9,09
Februari -8,87 -0,82 -8,04
Maret -3,50 -0,83 -2,67
April 14,11 -0,84 14,95
Mei 17,31 -0,85 18,16
Juni -1,20 -0,85 -0,35
2019 Juli 1,22 -0,86 2,08
Agustus 5,12 -0,87 5,99
September -2,87 -0,87 -1,99
Oktober -7,67 -0,88 -6,79
November -4,15 -0,89 -3,26
Desember -9,33 -0,90 -8,44
Rata-Rata -0,81 -0,86 0,05
2020 Januari -1,47 -0,91 -0,56
Februari 11,19 -0,91 12,11
Maret -0,67 -0,92 0,25
April -9,80 -0,93 -8,87
Mei -17,98 -0,94 -17,04
Juni -10,50 -0,95 -9,55
Juli -21,43 -0,95 -20,47
Agustus -14,29 -0,97 -13,32
September 7,58 -0,98 8,55
Oktober 1,41 -0,99 2,40
November 10,42 -1,00 11,41
Desember 5,66 -1,01 6,67
91

Δ Inflasi Δ Inflasi yang Δ Inflasi yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
Aktual (%)
Rata-Rata -3,32 -0,95 -2,37
Januari -7,74 -1,02 -6,72
Februari -10,97 -1,03 -9,94
Maret -0,72 -1,04 0,31
April 3,65 -1,04 4,69
Mei 18,31 -1,06 19,37
Juni -20,83 -1,07 -19,76
2021 Juli 14,29 -1,08 15,37
Agustus 4,61 -1,09 5,70
September 0,63 -1,11 1,74
Oktober 3,75 -1,12 4,87
November 5,42 -1,13 6,55
Desember 6,86 -1,15 8,00
Rata-Rata 1,44 -1,08 2,52
Rata-Rata -0,37 -0,87 0,50
Sumber: Data diolah dari Data Primer Bank Indonesia tahun 2022
(lampiran 8)
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa rata-rata perubahan tingkat inflasi aktual

tahun 2017-2021 sebesar -0,37 persen, dimana perubahan tingkat inflasi

aktual terendah terjadi pada bulan Juli 2020 yaitu sebesar -21,43 persen dan

perubahan tingkat inflasi aktual tertinggi terjadi pada bulan Mei 2021 yaitu

sebesar 18,31 persen. Rata-rata perubahan tingkat inflasi yang diharapkan

tahun 2017-2021 adalah sebesar-0,87 persen dan cenderung stabil sedangkan

rata-rata perubahan tingkat inflasi yang tidak diharapkan tahun 2017-2021

adalah sebesar 0,50 persen dimana perubahan tingkat inflasi yang tidak

diharapkan terendah terjadi pada bulan Juli 2020 yaitu sebesar -20,47 persen
92

dan perubahan tingkat inflasi yang tidak diharapkan tertinggi terjadi pada

bulan Mei 2021 yaitu sebesar 19,37 persen. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa perubahan tingkat inflasi aktual terendah dan tertinggi dengan

perubahan tingkat inflasi yang tidak diharapkan terendah dan tertinggi terjadi

pada waktu yang bersamaan.

Dapat dilihat rata rata perubahan inlasi actual dan inflasi yang tidak

diharapkan pertahunya berfluktuasi. Perubahan tingkat inflasi aktual tahun

2017 senilai (1,86) pada tahun 2018 turun menjadi (-1,02) sedangkan pada

tahun 2019 naik senilai (-0,81) dan kembali turun pada tahun 2020 (-3,32)

dan pada tahun 2022 naik menjadi (1,44). Pada inflasi yang tidak diharapkan

pada tahun 2017 (2,54) di tahun 2018 turun menjadi (0,24) dan kembali turun

ditahun 2019 menjadi (0,05) turun lagi menjadi (-2,37) pada tahun 2020 dan

kembali naik 2021 (2,52). Sementara untuk nilai yang diharapkan

menunjukan nilai konsisten menurun dari tahun 2017 bernilai (-0,68) menjadi

(-1,08) pada tahun 2021.

4.2.3 Perubahan Kurs

Perubahan Kurs yang digunakan untuk model APT adalah perubahan

Kurs yang tidak diharapkan yang diperoleh dari selisih antara perubahan Kurs

aktual dengan perubahan Kurs yang diharapkan.

Δ kurs yang tidak diharapkan = Δ kurs aktual – Δ kurs yang

diharapkan
93

Adapun perkembangan perubahan Kurs aktual, perubahan Kurs yang

diharapkan, dan perubahan Kurs yang tidak diharapkan dapat dilihat pada

Tabel 4.9

Tabel 4. 9 Δ Kurs Aktual, Δ Kurs yang Diharapkan, dan Δ Kurs yang Tidak
diharapkan Periode 2017-2021

Δ Kurs Δ Kurs yang Δ Kurs yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
Aktual (%)
Januari -0,692 0,095 -0,787
Februari 0,030 0,328 -0,298
Maret -0,195 -0,172 -0,022
April 0,045 0,177 -0,132
Mei -0,045 0,015 -0,060
Juni -0,015 0,363 -0,378
2017 Juli 0,030 0,119 -0,089
Agustus 0,210 0,231 -0,021
September 1,056 -0,011 1,067
Oktober 0,593 0,158 0,435
November -0,427 0,080 -0,507
Desember 0,252 0,248 0,004
Rata-Rata 0,070 0,136 -0,066
2018 Januari -0,996 0,130 -1,126
Februari 2,192 0,184 2,008
Maret 0,357 0,067 0,290
April 0,880 0,149 0,731
Mei 0,533 0,111 0,423
Juni 3,247 0,192 3,055
Juli 0,062 0,135 -0,072
Agustus 2,068 0,161 1,907
September 1,482 0,104 1,378
94

Δ Kurs Δ Kurs yang Δ Kurs yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
Aktual (%)
Oktober 1,996 0,143 1,853
November -5,832 0,125 -5,957
Desember 0,990 0,164 0,826
Rata-Rata 0,582 0,139 0,443
Januari -2,824 0,136 -2,961
Februari -0,071 0,149 -0,220
Maret 1,294 0,121 1,173
April -0,204 0,140 -0,344
Mei 1,196 0,131 1,065
Juni -1,696 0,150 -1,846
2019 Juli -0,813 0,136 -0,950
Agustus 1,504 0,142 1,362
September -0,443 0,129 -0,572
Oktober -1,171 0,138 -1,309
November 0,671 0,134 0,537
Desember -1,425 0,143 -1,568
Rata-Rata -0,332 0,137 -0,469
2020 Januari -1,719 0,136 -1,855
Februari 4,187 0,139 4,048
Maret 14,985 0,132 14,853
April -7,393 0,136 -7,529
Mei -2,797 0,134 -2,932
Juni -2,925 0,139 -3,064
Juli 2,454 0,135 2,319
Agustus -0,676 0,136 -0,812
September 2,501 0,133 2,368
Oktober -1,528 0,135 -1,664
November -3,826 0,134 -3,960
Desember -0,163 0,136 -0,299
95

Δ Kurs Δ Kurs yang Δ Kurs yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
Aktual (%)
Rata-Rata 0,258 0,136 0,123
Januari -0,149 0,134 -0,283
Februari 1,030 0,135 0,895
Maret 2,411 0,133 2,277
April -0,817 0,134 -0,951
Mei -1,114 0,133 -1,247
Juni 1,749 0,134 1,615
2021 Juli -0,550 0,133 -0,683
Agustus -1,079 0,133 -1,212
September 0,105 0,133 -0,028
Oktober -1,047 0,133 -1,180
November 1,051 0,132 0,919
Desember -0,293 0,133 -0,426
Rata-Rata 0,108 0,133 -0,025
Rata-Rata 0,137 0,136 0,001
Sumber: Data diolah dari Data Primer Bank Indonesia tahun 2022
(lampiran 9)
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa rata-rata perubahan kurs aktual tahun

2017-2021 sebesar 0,137 persen, dimana perubahan kurs aktual terendah

terjadi pada bulan April 2020 yaitu sebesar -7,39 persen dan perubahan kurs

aktual tertinggi terjadi pada bulan Maret 2020 yaitu sebesar 14,985 persen.

Rata-rata perubahan kurs yang diharapkan tahun 2017-2021 adalah sebesar

0,136 persen dan cenderung stabil sedangkan rata-rata perubahan kurs yang

tidak diharapkan tahun 2017-2021 adalah sebesar 0,001 persen dimana

perubahan kurs yang tidak diharapkan terendah terjadi pada bulan April 2020

yaitu sebesar – 7,539 persen dan perubahan kurs yang tidak diharapkan
96

tertinggi terjadi pada bulan Maret 2020 yaitu sebesar 14,853 persen. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa perubahan kurs aktual terendah dan tertinggi

dengan perubahan kurs yang tidak diharapkan terendah dan tertinggi terjadi

pada waktu yang bersamaan.

Dapat dilihat rata rata perubahan kurs actual,kurs yang diharapkan dan

kurs yang tidak diharapkan pertahunya berfluktuasi. Perubahan tingkat kurs

actual pada tahun 2017 (0,070) pada tahun 2018 naik menjadi (0,582)

kembali turun pada tahun 2019 menjadi (-0,332) naik pada tahun 2020

menjadi (0,258) dan pada tahun 2021 turun menjadi (0,108). Namun untuk

nilai kurs yang diharapkan pada tahun 2017 senilai (0,139) sampai tahun

2021 senilai (0,133) konsisten mengalami penurunan.

4.2.4 Perubahan Tingkat SBI

Perubahan tingkat SBI yang digunakan untuk model APT adalah

perubahan tingkat SBI yang tidak diharapkan yang diperoleh dari selisih

antara perubahan tingkat SBI aktual dengan perubahan tingkat SBI yang

diharapkan.

Δ SBI yang tidak diharapkan = Δ SBI aktual – Δ SBI yang

diharapkan

Adapun perkembangan perubahan tingkat SBI aktual, perubahan tingkat

SBI yang diharapkan, dan perubahan tingkat SBI yang tidak diharapkan dapat

dilihat pada Tabel 4.10

Tabel 4. 10 Δ SBI Aktual, Δ SBI yang Diharapkan, dan Δ SBI yang Tidak
diharapkan Periode 2017-2021
97

Δ SBI Aktual Δ SBI yang Δ SBI yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
(%)
Januari 0,40 0,38 0,02
Februari 0,40 0,38 0,02
Maret 0,40 0,37 0,02
April 0,40 0,37 0,03
Mei 0,40 0,37 0,03
Juni 0,40 0,36 0,03
2017 Juli 0,40 0,36 0,04
Agustus 0,38 0,36 0,02
September 0,35 0,35 0,00
Oktober 0,35 0,35 0,00
November 0,35 0,35 0,00
Desember 0,35 0,35 0,01
Rata-Rata 0,38 0,36 0,02
Januari 0,35 0,34 0,01
Februari 0,35 0,34 0,01
Maret 0,35 0,34 0,01
April 0,35 0,34 0,02
Mei 0,38 0,34 0,04
Juni 0,44 0,33 0,10
2018
Juli 0,44 0,33 0,11
Agustus 0,46 0,33 0,13
September 0,48 0,33 0,15
Oktober 0,48 0,32 0,16
November 0,50 0,32 0,18
Desember 0,50 0,32 0,18
Rata-Rata 0,42 0,33 0,09
2019 Januari 0,50 0,32 0,18
Februari 0,50 0,31 0,19
98

Δ SBI Aktual Δ SBI yang Δ SBI yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
(%)
Maret 0,50 0,31 0,19
April 0,50 0,31 0,19
Mei 0,50 0,31 0,19
Juni 0,50 0,30 0,20
Juli 0,48 0,30 0,18
Agustus 0,46 0,30 0,16
September 0,44 0,30 0,14
Oktober 0,42 0,29 0,12
November 0,42 0,29 0,12
Desember 0,42 0,29 0,13
Rata-Rata 0,47 0,30 0,17
Januari 0,42 0,29 0,13
Februari 0,40 0,28 0,11
Maret 0,38 0,28 0,09
April 0,38 0,28 0,10
Mei 0,38 0,28 0,10
Juni 0,35 0,28 0,08
2020 Juli 0,33 0,27 0,06
Agustus 0,33 0,27 0,06
September 0,33 0,27 0,07
Oktober 0,33 0,27 0,07
November 0,31 0,26 0,05
Desember 0,31 0,26 0,05
Rata-Rata 0,35 0,27 0,08
2021 Januari 0,31 0,26 0,05
Februari 0,29 0,26 0,04
Maret 0,29 0,25 0,04
April 0,29 0,25 0,04
Mei 0,29 0,25 0,04
99

Δ SBI Aktual Δ SBI yang Δ SBI yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
(%)
Juni 0,29 0,25 0,05
Juli 0,29 0,24 0,05
Agustus 0,29 0,24 0,05
September 0,29 0,24 0,05
Oktober 0,29 0,24 0,06
November 0,29 0,23 0,06
Desember 0,29 0,23 0,06
Rata-Rata 0,29 0,25 0,05
Rata-Rata 0,38 0,30 0,08
Sumber: Data diolah dari Data Primer Bank Indonesia tahun 2022
(lampiran 10)
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa rata-rata perubahan tingkat SBI aktual

tahun 2017-2021 sebesar 0,38 persen, dimana perubahan tingkat SBI aktual

terendah terjadi pada bulan Februari-Desember 2021 yaitu sebesar 0,29

persen dan perubahan tingkat SBI aktual tertinggi terjadi pada bulan

November 2018 sampai dengan Juni 2019 yaitu sebesar 0,50 persen. Rata-

rata perubahan tingkat SBI yang diharapkan tahun 2017-2021 adalah sebesar

0,30 persen sedangkan rata-rata perubahan tingkat SBI yang tidak diharapkan

tahun 2017-2021 adalah sebesar 0,08 persen dimana perubahan tingkat SBI

yang tidak diharapkan terendah terjadi pada bulan September-November

2017 yaitu sebesar kecil dari 0,01 persen dan perubahan tingkat SBI yang

tidak diharapkan tertinggi terjadi pada bulan Juni 2019 yaitu sebesar 0,20

persen.

Dapat dilihat rata-rata SBI pada tahun 2017 senilai (0,38) sampai tahun

2019 naik menjadi (0,42) namun pada tahun 2020 dan 2021 mengalami
100

penurunan menjadi (0,35) dan (0,29). Namun untuk nilai SBI yang

diharapkan dari tahun 2017 dengan nilai (0,36) hingga tahun 2021 menjadi

(0,25) konsisten mengalami penurunan.

4.2.5 Perubahan JUB

Perubahan JUB yang digunakan untuk model APT adalah perubahan

JUB yang tidak diharapkan yang diperoleh dari selisih antara perubahan JUB

aktual dengan perubahan JUB yang diharapkan.

Δ JUB yang tidak diharapkan = Δ JUB aktual – Δ JUB yang

diharapkan

Adapun perkembangan perubahan JUB aktual, perubahan JUB yang

diharapkan, dan perubahan JUB yang tidak diharapkan dapat dilihat pada

Tabel 4.11.

Tabel 4. 11 Δ JUB Aktual, Δ JUB yang Diharapkan, dan Δ JUB yang Tidak
diharapkan Periode 2017-2021

Δ JUB Δ JUB yang Δ JUB yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
Aktual (%)
2017 Januari -3,7282 1,4913 -5,2196
Februari 0,3808 1,4142 -1,0334
Maret 1,6571 1,2829 0,3742
April 2,4732 1,3668 1,1064
Mei 2,4050 1,3527 1,0524
Juni 5,1696 1,3377 3,8319
Juli -3,6231 1,3264 -4,9495
Agustus -1,4252 1,3034 -2,7286
September 2,3196 1,2864 1,0333
101

Δ JUB Δ JUB yang Δ JUB yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
Aktual (%)

Oktober 1,6398 1,2698 0,3699


November 0,9339 1,2536 -0,3197
Desember 3,9356 1,2384 2,6972
Rata-Rata 1,0115 1,3270 -0,3155
Januari -4,6063 1,2232 -5,8295
Februari 1,8478 1,2085 0,6394
Maret 0,7310 1,1941 -0,4631
April 0,8405 1,1799 -0,3394
Mei 2,3351 1,1662 1,1689
Juni 3,3979 1,1527 2,2451
2018
Juli -4,7407 1,1396 -5,8803
Agustus 0,0551 1,1268 -1,0717
September 1,9800 1,1142 0,8657
Oktober -0,0776 1,1019 -1,1795
November -0,3767 1,0899 -1,4666
Desember 3,6922 1,0782 2,6141
Rata-Rata 0,4232 1,1479 -0,7247
2019 Januari -5,5598 1,0667 -6,6264
Februari 0,7408 1,0554 -0,3147
Maret 3,0496 1,0444 2,0052
April 1,7970 1,0336 0,7634
Mei 3,6968 1,0230 2,6737
Juni 0,3634 1,0127 -0,6493
Juli -1,6992 1,0025 -2,7017
Agustus -0,8239 0,9926 -1,8164
September 2,2550 0,9828 1,2722
Oktober -0,3090 0,9732 -1,2822
November 3,2562 0,9639 2,2923
102

Δ JUB Δ JUB yang Δ JUB yang Tidak


Tahun Bulan Diharapkan (%) Diharapkan (%)
Aktual (%)
Desember 0,7923 0,9547 -0,1624
Rata-Rata 0,6299 1,0088 -0,3789
Januari -5,1704 0,9456 -6,1160
Februari 1,4140 0,9368 0,4773
Maret 9,5143 0,9281 8,5862
April -4,3842 0,9195 -5,3037
Mei 4,8898 0,9112 3,9786
Juni -0,9558 0,9029 -1,8587
2020 Juli 2,7810 0,8949 1,8862
Agustus 4,8679 0,8869 3,9810
September 0,8770 0,8791 -0,0021
Oktober 0,0858 0,8715 -0,7856
November 0,9419 0,8639 0,0780
Desember 3,1509 0,8565 2,2944
Rata-Rata 1,5010 0,8997 0,6013
Januari -5,0330 0,8493 -5,8823
Februari 1,2749 0,8421 0,4328
Maret 2,3884 0,8351 1,5534
April 1,2893 0,8282 0,4611
Mei 0,5843 0,8214 -0,2370
Juni 2,8823 0,8147 2,0677
2021 Juli 0,9325 0,8081 0,1245
Agustus 0,2637 0,8016 -0,5379
September 1,5500 0,7952 0,7548
Oktober 5,2317 0,7890 4,4428
November 2,0896 0,7828 1,3069
Desember 7,9206 0,7767 7,1439
Rata-Rata 1,7812 0,8120 0,9692
Rata-Rata 1,0694 1,0391 0.0303
103

Sumber: Data diolah dari Data Primer Kementrian Perdagangan tahun


2022 (lampiran 11)
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa rata-rata perubahan JUB aktual tahun

2017-2021 sebesar 1,0694 persen, dimana perubahan JUB aktual terendah

terjadi pada bulan Januari 2019 yaitu sebesar -5,5598 persen dan perubahan

JUB aktual tertinggi terjadi pada bulan Maret 2020 yaitu sebesar 9,5143

persen. Rata-rata perubahan JUB yang diharapkan tahun 2017-2021 adalah

sebesar 1,0391 persen dan cenderung stabil sedangkan rata-rata perubahan

JUB yang tidak diharapkan tahun 2017-2021 adalah sebesar 0,0303 persen

dimana perubahan JUB yang tidak diharapkan terendah terjadi pada bulan

Januari 2019 yaitu sebesar -6,6264 persen dan perubahan JUB yang tidak

diharapkan tertinggi terjadi pada bulan Maret 2020 yaitu sebesar 8,5862

persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa perubahan JUB aktual terendah

dan tertinggi dengan perubahan JUB yang tidak diharapkan terendah dan

tertinggi terjadi pada waktu yang bersamaan.

Dapat dilihat rata rata perubahan JUB aktual dan JUB yang tidak

diharapkan pertahunya berfluktuasi. Rata-rata perubahan JUB aktual pada

tahun 2017 senilai (1,0115) turun menjadi (0,4232) pada tahun 2018. Pada

Tahun 2019 hingga tahun 2021 mengalami kenaikan dari (0,6299) menjadi

(1,7812). Namun untuk nilai JUB yang diharapkan tahun 2017 hingga tahun

2021 konsisten mengalami penurunan dari (1,3270) menjadi (0,8120).

4.2.6 Risiko Sistematis (Beta) APT


104

Risiko sistematis yang dimiliki model APT berbeda dengan risiko

sistematis pada CAPM, pada model APT risiko sistematis diperoleh dari

sensitivitas return sekuritas terhadap perubahan return suatu faktor.

Perhitungan (βInf) Beta Inflasi Saham Perusahaan Astra Agro Lestari

(AALI) tahun 2017 sebagai berikut.

(βInf) AALI 2017 = kovarian (Ri 2017, Inf 2017)/varian (Inf 2017)

(βInf) AALI 2017 = -0,00141

Perhitungan (F Inf) Beta Inflasi Saham Perusahaan Astra Agro Lestari

(AALI) tahun 2017 sebagai berikut.

(FInf) AALI 2017 = Rata-Rata Perubahan Inflasi selama 2017

(FInf) AALI 2017 = 2,54

(β*F Inf) AALI 2017 = (βInf) AALI 2017 * (FInf) AALI 2017

= (-0,00141)*(2,54)

= -0,00358

Adapun risiko sistematis (Beta) setiap faktor APT terdapat pada Tabel

4.12.

Tabel 4. 12 Risiko Sistematis (β) Faktor APT

No Saham Tahun β*F Inflasi β*F Kurs β*F SBI β*F JUB
2017 -0,00358 -0,00116 0,00627 -0,00004
2018 0,00002 0,00558 0,00363 -0,00080
1 AALI 2019 -0,00018 0,01621 -0,24566 0,00625
2020 0,01784 -0,00329 -0,19918 -0,00818
2021 0,00680 0,00096 -0,19930 0,00342
2017 -0,00469 -0,01153 -0,01600 0,00540
2 BWPT 2018 0,00095 -0,00109 -0,05761 0,02190
2019 -0,00033 0,04383 -0,21863 0,00892
105

No Saham Tahun β*F Inflasi β*F Kurs β*F SBI β*F JUB
2020 0,01268 -0,00192 -0,30361 -0,00191
2021 0,00548 0,00039 -0,43966 0,01097
2017 -0,00180 -0,00079 0,00123 0,00110
2018 -0,00110 0,01532 0,01254 -0,01320
3 DSNG 2019 -0,00017 0,00328 -0,25736 -0,00171
2020 -0,00054 -0,00139 -0,18587 -0,00268
2021 -0,00033 0,00012 -0,20243 0,00517
2017 -0,00711 -0,00340 -0,00775 0,00572
2018 0,00024 -0,00077 -0,04464 0,01193
4 GZCO 2019 -0,00005 0,00756 0,00211 0,00397
2020 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
2021 0,00271 -0,00042 -0,07838 0,00365
2017 -0,00249 -0,00447 -0,00864 0,00127
2018 -0,00104 0,00909 0,03925 0,00046
5 LSIP 2019 0,00006 0,01097 -0,15773 0,00628
2020 0,00477 -0,00087 -0,28211 0,00312
2021 0,00562 0,00082 -0,05367 0,00230
2017 -0,00180 -0,00535 -0,01956 0,00055
2018 0,00002 0,00142 0,01699 -0,00094
6 SGRO 2019 -0,00015 0,00250 -0,05938 0,00001
2020 -0,00791 0,00031 0,00800 0,00200
2021 0,00095 0,00045 0,16662 -0,00609
2017 -0,00348 -0,00058 0,00817 -0,00046
2018 -0,00010 -0,00637 -0,04034 0,00917
7 SIMP 2019 -0,00037 0,02558 -0,25507 0,00749
2020 0,01349 -0,00197 -0,26257 -0,00511
2021 0,00227 0,00002 -0,24453 0,00676
2017 0,00506 0,00002 -0,00512 -0,00287
2018 0,00021 0,00347 0,02792 -0,00139
8 SSMS 2019 0,00005 -0,00187 -0,01803 -0,00328
2020 -0,00899 0,00119 -0,17343 0,01157
2021 0,00279 0,00026 -0,61718 0,01312
2017 0,00084 0,00318 0,02932 0,00141
2018 -0,00023 -0,00004 -0,00832 0,00736
9 TBLA 2019 -0,00004 0,00990 -0,08384 0,00507
2020 0,01739 -0,00166 -0,25342 -0,00227
2021 0,00063 0,00034 -0,09390 0,00283
2017 -0,14432 0,06497 0,26103 -0,01002
2018 0,00096 0,00459 -0,20268 0,02587
10 UNSP
2019 -0,00023 0,01829 -0,05479 0,01211
2020 -0,00467 -0,00210 -0,28939 -0,00715
106

No Saham Tahun β*F Inflasi β*F Kurs β*F SBI β*F JUB
2021 -0,00360 -0,00040 -0,08486 0,00071
Sumber: Data diolah dari Covarian Return Individual terhadap variabel
makroekonomi (lampiran 12)
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa rata-rata beta faktor APT bernilai

negatif. jika nilai Beta faktor APT yang bernilai negatif mengindikasikan

bahwa perubahan return saham Sektor Pertanian tidak searah atau berbanding

terbalik dengan perubahan faktor APT seperti perubahan inflasi, perubahan

kurs, dan perubahan Jumlah Uang Beredar (JUB).

Tabel 4. 13 Rata-Rata Risiko Sistematis (β) Faktor APT


No Tahun β*F Inflasi β*F Kurs β*F SBI β*F JUB
1 2017 -0,016337 0,004089 0,024895 0,000206
2 2018 -0,000007 0,003120 -0,025326 0,006036
3 2019 -0,000141 0,013625 -0,134838 0,004511
4 2020 0,004406 -0,001170 -0,194158 -0,001061
5 2021 0,002332 0,000254 -0,184729 0,004284
Sumber: Data diolah dari Covarian Return Individual dan Perubahan
variabel makroekonomi (lampiran 13)
Dimana jika faktor APT seperti inflasi, kurs, dan JUB mengalami

kenaikan maka return saham Sektor Pertanian akan mengalami penurunan.

Sedangkan beta faktor APT yang bernilai positif mengindikasikan bahwa

perubahan return saham Sektor Pertanian searah dengan perubahan faktor

tersebut.

4.2.7 Penghitungan Expected Return Menggunakan APT

Expected return saham dengan model APT dapat dihitung dengan

memasukkan beberapa faktor yaitu, return saham individu (Ri), return aset

bebas risiko (Rf), risiko sistematis saham (β), dan variabel makroekonomi
107

seperti perubahan tingkat inflasi, perubahan kurs, perubahan tingkat suku

bunga SBI, dan perubahan Jumlah Uang Beredar (JUB).

Tabel 4. 14 Expected Return Model APT Setiap Tahun Periode 2017-2021

No Saham Tahun Ri β*F Inflasi β*F Kurs β*F SBI β*F JUB E(Ri)
2017 -0,01607 -0,00358 -0,00116 0,00627 -0,00004 -0,01458
2018 -0,00451 0,00002 0,00558 0,00363 -0,00080 0,00392
1 AALI 2019 0,02146 -0,00018 0,01621 -0,24566 0,00625 -0,20191
2020 0,00631 0,01784 -0,00329 -0,19918 -0,00818 -0,18650
2021 -0,01770 0,00680 0,00096 -0,19930 0,00342 -0,20581
2017 -0,05125 -0,00469 -0,01153 -0,01600 0,00540 -0,07807
2018 -0,00039 0,00095 -0,00109 -0,05761 0,02190 -0,03624
2 BWPT 2019 0,01581 -0,00033 0,04383 -0,21863 0,00892 -0,15040
2020 0,01261 0,01268 -0,00192 -0,30361 -0,00191 -0,28214
2021 -0,04848 0,00548 0,00039 -0,43966 0,01097 -0,47129
2017 -0,01675 -0,00180 -0,00079 0,00123 0,00110 -0,01702
2018 0,00162 -0,00110 0,01532 0,01254 -0,01320 0,01517
3 DSNG 2019 0,01225 -0,00017 0,00328 -0,25736 -0,00171 -0,24371
2020 0,03059 -0,00054 -0,00139 -0,18587 -0,00268 -0,15989
2021 -0,01336 -0,00033 0,00012 -0,20243 0,00517 -0,21084
2017 -0,05014 -0,00711 -0,00340 -0,00775 0,00572 -0,06268
2018 -0,01522 0,00024 -0,00077 -0,04464 0,01193 -0,04846
4 GZCO 2019 0,00050 -0,00005 0,00756 0,00211 0,00397 0,01408
2020 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000 0,00000
2021 0,02973 0,00271 -0,00042 -0,07838 0,00365 -0,04270
2017 -0,00623 -0,00249 -0,00447 -0,00864 0,00127 -0,02056
2018 -0,00226 -0,00104 0,00909 0,03925 0,00046 0,04550
5 LSIP 2019 0,01950 0,00006 0,01097 -0,15773 0,00628 -0,12092
2020 0,00512 0,00477 -0,00087 -0,28211 0,00312 -0,26996
2021 -0,00873 0,00562 0,00082 -0,05367 0,00230 -0,05365
2017 0,02427 -0,00180 -0,00535 -0,01956 0,00055 -0,00189
2018 -0,00648 0,00002 0,00142 0,01699 -0,00094 0,01099
6 SGRO 2019 0,00140 -0,00015 0,00250 -0,05938 0,00001 -0,05562
2020 -0,02755 -0,00791 0,00031 0,00800 0,00200 -0,02514
2021 0,02038 0,00095 0,00045 0,16662 -0,00609 0,18231
2017 -0,00524 -0,00348 -0,00058 0,00817 -0,00046 -0,00159
2018 0,00169 -0,00010 -0,00637 -0,04034 0,00917 -0,03595
7 SIMP 2019 -0,00024 -0,00037 0,02558 -0,25507 0,00749 -0,22261
2020 0,01191 0,01349 -0,00197 -0,26257 -0,00511 -0,24425
2021 0,01182 0,00227 0,00002 -0,24453 0,00676 -0,22366
8 SSMS 2017 -0,00531 0,00506 0,00002 -0,00512 -0,00287 -0,00822
108

No Saham Tahun Ri β*F Inflasi β*F Kurs β*F SBI β*F JUB E(Ri)
2018 -0,01415 0,00021 0,00347 0,02792 -0,00139 0,01606
2019 -0,03053 0,00005 -0,00187 -0,01803 -0,00328 -0,05367
2020 0,05376 -0,00899 0,00119 -0,17343 0,01157 -0,11591
2021 -0,01385 0,00279 0,00026 -0,61718 0,01312 -0,61486
2017 0,00948 0,00084 0,00318 0,02932 0,00141 0,04423
2018 -0,02126 -0,00023 -0,00004 -0,00832 0,00736 -0,02249
9 TBLA 2019 0,01545 -0,00004 0,00990 -0,08384 0,00507 -0,05346
2020 0,00782 0,01739 -0,00166 -0,25342 -0,00227 -0,23214
2021 -0,01250 0,00063 0,00034 -0,09390 0,00283 -0,10260
2017 0,38551 -0,14432 0,06497 0,26103 -0,01002 0,55717
2018 -0,01886 0,00096 0,00459 -0,20268 0,02587 -0,19012
10 UNSP 2019 -0,00004 -0,00023 0,01829 -0,05479 0,01211 -0,02464
2020 0,02602 -0,00467 -0,00210 -0,28939 -0,00715 -0,27729
2021 -0,00289 -0,00360 -0,00040 -0,08486 0,00071 -0,09105
Sumber: Data diolah dari sensitifitas dan perubahan variabel
makroekonomi terhadap return individual (lampiran 14)
Dari Tabel 4.14 dapat terlihat bahwa return individual dan return yang
diharapkan oleh saham GZCO dan UNSP lebih stabil dibandingkan dengan
saham-saham lainnya. Pada Tabel 4.14 kita dapat melihat bahwa variabel
makroekonomi saling mempengaruhi dalam mendapatkan nilai return saham
yang yang diharapkan namun tidak ada salah satu variabel yang cendrung
mempengaruhi. Dan varibel lain
Dapat dilihat perhitungan Nilai Expected Return E(Ri) menggunakan
APT diperoleh nilai E(Ri) secara keseluruhan berfluktuasi dan cenedrung
negatif.Tabel 4.14 melihatkan Nilai yang beragam. Nilai Expected Return
E(Ri) yang terdapat menandakan apabila suatu Expected Return bernilai 0
maka return yang sudah ada sesuai dengan return yang diinginkan namun ini
sangat jarang terjadi karena berubah terusnya harga saham di pasar. Expected
Return saham yang bernilai negatif menyatakan kecendrungan jika
pergerakan harga saham yang tidak baik sementara jika bernilai positif
menyatakan kecendrungan jika pergerakan saham yang ada bernilai baik.
Tabel 4.14 menunjukkan bahwa pada model APT nilai variabel
makroekonomi mempengaruhi posiitif apabila risiko sistematis dan
perubahan variabel ekonomi bernilai positif dan apabila risiko sistematis dan
109

perubahan variabel makroekonomi bernilai negative maka return yang


diharapkan akan lebih rendah dibanding dengan return individual.
Perhitungan Rata-Rata Return dan Expected Return APT pada Tahun

2017 sebagai berikut.

Ri (2017) = Ri(AALI+BWPT+DSNG+GZCO+ LSIP+SGRO+


SIMP+SSMS+TBLA+UNSP)/10
Ri (2017) = 0,026827

ERi (2017) = Ri (AALI+BWPT+DSNG+GZCO+LSIP+SGRO+


SIMP+SSMS+TBLA+UNSP)/10
ERi (2017) = 0,039679

Rata-Rata Return dan Expected Return APT setiap tahun selama 2017-

2021 terangkum pada table 4.15.

Tabel 4. 15 Rata-Rata Return dan Expected Return APT Setiap Tahun


2017 2018 2019 2020 2021
No Saham
Ri E(Ri) Ri E(Ri) Ri E(Ri) Ri E(Ri) Ri E(Ri)
1 AALI -0,01607 -0,01458 -0,00451 0,00392 0,02146 -0,20191 0,00631 -0,1865 -0,0177 -0,20581
2 BWPT -0,05125 -0,07807 -0,00039 -0,03624 0,01581 -0,1504 0,01261 -0,28214 -0,04848 -0,47129
3 DSNG -0,01675 -0,01702 0,00162 0,01517 0,01225 -0,24371 0,03059 -0,15989 -0,01336 -0,21084
4 GZCO -0,05014 -0,06268 -0,01522 -0,04846 0,0005 0,01408 0 0 0,02973 -0,0427
5 LSIP -0,00623 -0,02056 -0,00226 0,0455 0,0195 -0,12092 0,00512 -0,26996 -0,00873 -0,05365
6 SGRO 0,02427 -0,00189 -0,00648 0,01099 0,0014 -0,05562 -0,02755 -0,02514 0,02038 0,18231
7 SIMP -0,00524 -0,00159 0,00169 -0,03595 -0,00024 -0,22261 0,01191 -0,24425 0,01182 -0,22366

8 SSMS -0,00531 -0,00822 -0,01415 0,01606 -0,03053 -0,05367 0,05376 -0,11591 -0,01385 -0,61486

9 T BLA 0,00948 0,04423 -0,02126 -0,02249 0,01545 -0,05346 0,00782 -0,23214 -0,0125 -0,1026
10 UNSP 0,38551 0,55717 -0,01886 -0,19012 -0,00004 -0,02464 0,02602 -0,27729 -0,00289 -0,09105
Rata-Rata 0,026827 0,039679 -0,007982 -0,024162 0,005556 -0,111286 0,012659 -0,179322 -0,005558 -0,183415

Sumber: Data diolah menggunakan Microsoft Excel (lampiran 15)


Dapat dilihat nilai E(Ri) berfluktuatif tetapi cenderung negatif,nilai Ri

dan E(Ri) pada tahun 2017 melihatkan hasil yang sama-sama baik(+),ditahun

2018 nilai Ri dan E(Ri) bernilai (-) menunjukkan nila yang sejalan dengan

Beta JUB, dimana nilai beta JUB (+) menandakan Ri sejalan dengan

JUB ,dimana disaat itu JUB meningkat mengindikasikan kecenderungan


110

orang menarik uang dari instrument investasi.Pada tahun 2019 Ri

membaik(+) namun E(Ri) Pada tahun 2019 menurun (-) sejalan dengan Beta

Inflasi yang (-) menandakan Ri berbanding terbalik dengan Inflasi ,dimana

inflasi ditahun tersebut menurun yang seharusnya Ri naik namun karena

ketidaksejalanan antara Ri dengan Inflasi,menghasilkan Ri Menurun(-) ,

sejalan dengan JUB meningkat beta(+) mengindikasikan kecenderungan

orang menarik uang dari instrument investasi.

Ditahun 2021 nilai RI dan E(Ri) menunjukkan penurunan(-) ini

disebabkan oleh inflasi yang menigkat dengan beta inflasi (+) yang

menandakakan Ri sejalan dengan inflasi,dimana inflasi meningkat

menyebakan penurunanya Ri.juga sejaln dengan nilai SBI yang menurun

dengan Beta SBI (-) menandakan Ri berbanding terbalik dengan SBI,dimana

nilai SBI menurun seharsunya nilai Ri dan E(Ri) meningkat namun karena

ketidak sejalanan antara Ri dan E(Ri) dengan SBI menghasilkan nilai Ri dan

E(Ri) yang menurun(-),juga sejalan dengan JUB dimana nilai JUB yang

meningkat dengan beta(+) menandakan Ri sejalan dengan JUB,meningkatnya

JUB mengindikasikan kecenderungan orang menarik uang dari instrument

investasi.

Variabel Makroekonomi pada model APT yang menggabungankan

inflasi, kurs, suku bunga bank Indonesia dan jumlah uang beredar

berpengaruh pada return saham perusahaan sektor pertanian namun tidak

lebih baik dari faktor risk free dan indeks harga saham gabungan pada model

CAPM. Hal ini dapat terjadi karena CAPM dengan Return Market memiliki
111

hubungan Keterikan langsung dengan return saham mengngat nilai

keseluruhan retrun market (IHSG) juga diperoleh langsung dari nilai return

saham sector pertanian sedangkan varibael pada model APT merupakan

pemengaruh return saham namun tidak memiliki hubungan keterikan secara

nilai dan angka dengan return saham. . Pandemi Covid-19 juga membuat

terjadinya anomali dikarena ketika inflasi turun dan suku bunga juga turun

namun yang seharusnya pasar modal naik dikarenakan ketakutan untuk

berinvestasi disaat pandemi mengakibatkan pasar saham belum membaik. Hal

ini menujukkan Variabel makroekonomi kurang sejalan dengan return

individual pada saat pandemic covid (tahun 2020).

4.3 Perbandingan Penghitungan Expected Return Menggunakan

CAPM dan APT

Untuk melihat model mana yang lebih akurat dalam memprediksi

expected return saham dapat diketahui dengan menghitung nilai MAD

masing-masing model. Model yang memiliki nilai MAD yang lebih kecil

berarti lebih akurat dibandingkan dengan model yang memiliki nilai MAD

yang lebih besar.

Perhitungan AD CAPM Saham Perusahaan Astra Agro Lestari

(AALI) Tahun 2017 sebagai berikut.

AD CAPM AALI 2017 = |Return Individual Aktual periode t - Return

Individual yang diinginkan CAPM periode

t|
112

AD CAPM AALI 2017= |-0.01610 – 0,05702|

AD CAPM AALI 2017= 0,07312

Perhitungan AD APT Saham Perusahaan Astra Agro Lestari (AALI)

sebagai berikut.

AD PT AALI 2017 = |Rertun Individual Aktual-Return Individual

yang diinginkan APT|

AD APT AALI 2017 = |-0.01607 – (-0,01458)|

AD APT AALI 2017 = 0,00152

Nilai MAD didapatkan dengan merata-ratakan Nilai AD dari masing-

masing model. Nilai MAD Saham Sektor Pertanian Periode 2017-2021 dapat

dilihat pada table 4.16

Tabel 4. 16 MAD CAPM dan APT Pertahun Pada Periode 2017-2021

E(Ri) Error Absolute Absolute


No Saham Tahun Ri E(Ri)APT Error APT
CAPM CAPM Deviation Deviation

1 AALI -0,01610 0,05702 -0,07312 0,07312 -0,01458 -0,00152 0,00152


2 BWPT -0,05130 0,10658 -0,15788 0,15788 -0,07807 0,02677 0,02677
3 DSNG -0,01680 0,05997 -0,07677 0,07677 -0,01702 0,00022 0,00022
4 GZCO -0,05010 0,07320 -0,12330 0,12330 -0,06268 0,01258 0,01258
5 LSIP -0,00620 0,03256 -0,03876 0,03876 -0,02056 0,01436 0,01436
2017
6 SGRO 0,02427 0,06830 -0,04403 0,04403 -0,00189 0,02616 0,02616
7 SIMP -0,00520 0,01969 -0,02489 0,02489 -0,00159 -0,00361 0,00361
8 SSMS -0,00530 0,02375 -0,02905 0,02905 -0,00822 0,00292 0,00292
9 TBLA 0,00948 0,09230 -0,08282 0,08282 0,04423 -0,03475 0,03475
10 UNSP 0,38551 -0,54880 0,93431 0,93431 0,55717 -0,17166 0,17166
1 AALI -0,00450 -0,00260 -0,00190 0,00190 0,00392 -0,00842 0,00842
2 BWPT -0,00040 -0,02790 0,02750 0,02750 -0,03624 0,03584 0,03584
2018
3 DSNG 0,00162 0,10672 -0,10510 0,10510 0,01517 -0,01355 0,01355
4 GZCO -0,01520 0,00733 -0,02253 0,02253 -0,04846 0,03326 0,03326
113

E(Ri) Error Absolute Absolute


No Saham Tahun Ri E(Ri)APT Error APT
CAPM CAPM Deviation Deviation

5 LSIP -0,00230 0,00143 -0,00373 0,00373 0,04550 -0,04780 0,04780


6 SGRO -0,00650 0,05296 -0,05946 0,05946 0,01099 -0,01749 0,01749
7 SIMP 0,00169 0,03195 -0,03026 0,03026 -0,03595 0,03764 0,03764
8 SSMS -0,01420 0,04423 -0,05843 0,05843 0,01606 -0,03026 0,03026
9 TBLA -0,02130 -0,01440 -0,00690 0,00690 -0,02249 0,00119 0,00119
10 UNSP -0,01890 0,02475 -0,04365 0,04365 -0,19012 0,17122 0,17122
1 AALI 0,02146 -0,02810 0,04956 0,04956 -0,20191 0,22337 0,22337
2 BWPT 0,01581 -0,26670 0,28251 0,28251 -0,15040 0,16621 0,16621
3 DSNG 0,01225 0,04100 -0,02875 0,02875 -0,24371 0,25596 0,25596
4 GZCO 0,00050 0,02302 -0,02252 0,02252 0,01408 -0,01358 0,01358
5 LSIP 0,01950 0,00418 0,01532 0,01532 -0,12092 0,14042 0,14042
2019
6 SGRO 0,00140 0,01620 -0,01480 0,01480 -0,05562 0,05702 0,05702
7 SIMP -0,00020 -0,08770 0,08750 0,08750 -0,22261 0,22241 0,22241
8 SSMS -0,03050 0,08537 -0,11587 0,11587 -0,05367 0,02317 0,02317
9 TBLA 0,01545 -0,05050 0,06595 0,06595 -0,05346 0,06891 0,06891
10 UNSP -0,00040 -0,06620 0,06580 0,06580 -0,02464 0,02424 0,02424
1 AALI 0,00631 -0,05090 0,05721 0,05721 -0,18650 0,19281 0,19281
2 BWPT 0,01261 -0,05690 0,06951 0,06951 -0,28214 0,29475 0,29475
3 DSNG 0,03059 -0,00510 0,03569 0,03569 -0,15989 0,19048 0,19048
4 GZCO 0,00000 0,04250 -0,04250 0,04250 0,00000 0,00000 0,00000
5 LSIP 0,00512 -0,02490 0,03002 0,03002 -0,26996 0,27508 0,27508
2020
6 SGRO -0,02760 0,04746 -0,07506 0,07506 -0,02514 -0,00246 0,00246
7 SIMP 0,01191 -0,04300 0,05491 0,05491 -0,24425 0,25616 0,25616
8 SSMS 0,05376 0,02836 0,02540 0,02540 -0,11591 0,16967 0,16967
9 TBLA 0,00782 -0,03530 0,04312 0,04312 -0,23214 0,23996 0,23996
10 UNSP 0,02602 -0,02270 0,04872 0,04872 -0,27729 0,30331 0,30331
1 AALI -0,01770 -0,01890 0,00120 0,00120 -0,20581 0,18811 0,18811
2 BWPT -0,04850 -0,02280 -0,02570 0,02570 -0,47129 0,42279 0,42279
3 DSNG -0,01340 0,00809 -0,02149 0,02149 -0,21084 0,19744 0,19744
4 GZCO 0,02973 0,05028 -0,02055 0,02055 -0,04270 0,07243 0,07243
5 LSIP -0,00870 -0,00520 -0,00350 0,00350 -0,05365 0,04495 0,04495
2021
6 SGRO 0,02038 0,01833 0,00205 0,00205 0,18231 -0,16193 0,16193
7 SIMP 0,01182 0,00480 0,00702 0,00702 -0,22366 0,23548 0,23548
8 SSMS -0,01390 -0,04010 0,02620 0,02620 -0,61486 0,60096 0,60096
9 TBLA -0,01250 0,00011 -0,01261 0,01261 -0,10260 0,09010 0,09010
10 UNSP -0,00290 0,01570 -0,01860 0,01860 -0,09105 0,08815 0,08815
Sum of Absolute Deviation 3,31403     5,91353

MAD 0,06628     0,11827


114

Sumber: Data diolah dari Return Individual (lampiran 16)


Berdasarkan hasil perhitungan Mean Absolute Deviation (MAD) pada

Tabel 4.16 menunjukkan bahwa rata-rata MAD CAPM adalah sebesar

0,06628 sedangkan rata-rata MAD APT adalah sebesar 0,11827. Hal ini

menunjukkan bahwa model CAPM lebih akurat dibandingkan dengan model

APT dalam memprediksi expected return saham perusahaan pertanian pada

periode 2017 sampai dengan 2021, hal ini dikarenakan nilai MAD CAPM

lebih mendekati nilai = 0 dibandingkan dengan nilai MAD APT.

Variabel Makroekonomi pada model APT yang menggabungankan

inflasi, kurs, suku bunga bank Indonesia dan jumlah uang beredar

berpengaruh pada return saham perusahaan sektor pertanian namun tidak

lebih baik dari faktor risk free dan indeks harga saham gabungan pada model

CAPM. Hal ini dapat terjadi karena variabel CAPM berkemungkinan lebih

berpengaruh kepada return saham dari pada APT dengan empat variabel

Makroekonomi dan Pandemi Covid-19 juga membuat terjadinya anomali

dikarena ketika inflasi turun dan suku bunga juga turun namun yang

seharusnya pasar modal naik dikarenakan ketakutan untuk berinvestasi disaat

pandemi mengakibatkan pasar saham belum membaik. Hal ini menujukkan

Variabel makroekonomi kurang sejalan dengan return individual pada saat

pandemic covid (tahun 2020).

4.4 Uji Normalitas Data

Sebelum dilakukan uji Independent Sample T-test, Absolute Deviation

CAPM dan Absolute Deviation APT perlu dilakukan uji normalitas data. Uji
115

normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data penelitian berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan pada penelitian ini adalah

uji Normalitas Kolmogorov pada software SPSS 25. Hasil dari uji normalitas

Kolmogorov dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Tabel 4. 17 Hasil Uji Normalitas Kolmogorov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized Residual
N 50
Normal Parameters a,b
Mean .0000000
Std. Deviation .12698891
Most Extreme Differences Absolute .187
Positive .187
Negative -.176
Test Statistic .187
Asymp. Sig. (2-tailed) .000c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber: Data diolah dari MAD CAPM dan APT menggunakan SPSS
(lampiran 17)
Dari Tabel 4.17 dapat dilihat bahwa Berdasarkan hasil uji normalitas

kolmogrov diketahui data terdistribusi normal maka dapat disimpulkan bahwa

nilai residual berdistribusi normal. Sehingga dapat dilakukan uji parametrik

Paired Sample T-test.

4.5 Uji Hipotesis

Setelah memperoleh nilai Absolute Deviation masing-masing model

dan dilakukan uji normalitas data, langkah selanjutnya adalah

membandingkan kedua nilai Absolute Deviation dengan melakukan uji

parametrik Paired Sample T-Test. Dasar pengambilan keputusan dalam uji


116

Paired Sample T-Test adalah jika nilai signifikansi (asymp. Sig.) ≤ 0,05 maka

H1 diterima, dan sebaliknya jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka

H0 diterima. Hasil uji paired sample statistik T-Test dapat dilihat pada Tabel

4.18 dan Tabel 4.19.

Tabel 4. 18 Paired Sample Statistics

Paired Samples Statistics


Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 X .0662806 50 .13407206 .01896065
Y .1182706 50 .12702045 .01796340

Paired Samples Correlations


N Correlation Sig.
Pair 1 x&y 50 .022 .878

Sumber: Data diolah dari MAD CAPM dan APT menggunakan SPSS
(lampiran 18)
Berdasarkan Tabel 4.18 (Paired Sample Statistics) dapat dilihat bahwa

mean rank MAD CAPM adalah sebesar .0662806, sementara mean rank

MAD APT adalah sebesar .1182706. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa terdapat perbedaan mean rank MAD CAPM dan APT. Pada Paired

Samples Correlations didapatkan nilai signifikasi 0.878 dimana nilai ini besar

dari 0.05 berarti tidak terdapat hubungan antara CAPM dan APT.Selanjutnya

untuk membuktikan apakah perbedaaan tersebut berarti signifikan (nyata)

atau tidak maka dapat dilihat pada tabel hasil uji Paired Sample Test berikut.

Tabel 4. 19 Tabel Paired Samples Test


117

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the Sig.

Std. Error Difference (2-

Mean Std. Deviation Mean Lower Upper t df tailed)

Pair 1 x–y -.05199000 .18262107 .02582652 -.10389033 -.00008967 -2.013 49 .050

Sumber: Data diolah dari MAD CAPM dan APT menggunakan SPSS
(lampiran 19)
Berdasarkan Tabel 4.15 dapat dilihat bahwa hasil uji hipotesis paired

sample t-test diketahui nilai signifikansi 0,50 ≤ 0,5 dapat disimpulkan bahwa

H1 diterima yaitu diduga terdapat perbedaan akurasi yang signifikan antara

model CAPM dan APT dalam memprediksi return saham perusahaan sektor

pertanian di bursa efek Indonesia.

4.6 Pembahasan Hasil Penelitian

1. Akurasi Model Capital Asset Pricing Model (CAPM) terhadap Return


Saham Sektor Pertanian

CAPM merupakan model yang digunakan untuk memprediksi returm

saham dengan menggunakan variabel tingkat suku bunga Bank Indonesia

untuk mengukur return bebas risiko (Rf), dan Indeks Harga Saham Gabungan

untuk mengukur return pasar (Rm).Penghitungan Return saham pada

perusahaan sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun

2017-2021 dengan menggunakan model Capital Asset Pricing Model

(CAPM) didapatkan hasil Nilai Expected Return E(Ri) yang yang beragam.

Apabila suatu Expected Return bernilai 0 maka return yang sudah ada sesuai

dengan return yang diinginkan namun ini sangat jarang terjadi karena berubah

terusnya harga saham di pasar.


118

Expected Return saham yang bernilai negatif menyatakan

kecendrungan jika pergerakan harga saham yang tidak baik sementara jika

bernilai positif menyatakan kecendrungan jika pergerakan saham yang ada

bernilai baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa besarnya tingkat expected

return saham [E(Ri)] sejalan dengan besarnya tingkat risiko sistematis (beta)

saham. Dimana ketika nilai risiko sistematis besar dari 1 maka return yang

diharapkan bernilai negatif maka return yang diharapkan bernilai positif yang

dapat kita lihat pada Tabel 4. 5 Expected Return menggunakan CAPM.

Penelitian Expected Return CAPM pertahun dan Expected Return

CAPM dalam periode lima tahun melihatkan keakurasian model ini dimana

nilai Expected Return CAPM yang diharapkan konsisten terpengaruh oleh

risiko sistematis berupa return market dan risk free. Dari sini dapat

disimpulkan bahwa semakin tinggi risiko sistematis yang akan ditanggung

dari suatu saham maka semakin rendah pula return yang diharapkan dari

saham tersebut. Selain itu, nilai expected return juga dapat digunakan untuk

melihat mana saham yang undervalued dan mana saham yang overvalued.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Isnurhadi (2014) dimana berdasarkan penelitiannya terdapathasil akurasi yang

signifikan pada Capital Asset Pricing Model (CAPM) dalam memprediksi

return saham Syariah di Jakarta Islamic Index (JII) dan return saham

konvensional di Bursa Efek Indonesia (LQ 45). Sesuai dengan teori (Bodie.

Z, 2019)Capital Asset Pricing Model sudah luas digunakan karena Capital


119

Asset Pricing Model mempunyai tingkat akurasi yang cukup tinggi pada

aplikasi tingkat pengembalian sebuah saham.

2. Akurasi Model Arbitrage Pricing Theory (APT) terhadap Return


Saham Sektor Pertanian

APT merupakan model yang digunakan untuk memprediksi return

saham yang variabelnya berasal dari unsur makroekonomi,dalam penelitian

ini variabel makroekonomi yang digunakan ialah. inflasi, kurs, suku bunga

bank indonesia dan jumlah uang yang beredar.Penghitungan Return saham

pada perusahaan sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Tahun 2017-2021 dengan menggunakan model Arbitrage Pricing Theory

(APT) melihatkan nilai yang beragam. Nilai Expected Return E(Ri) yang

terdapat menandakan apabila suatu Expected Return bernilai 0 maka return

yang sudah ada sesuai dengan return yang diinginkan namun ini sangat

jarang terjadi karena berubah terusnya harga saham di pasar. Expected Return

saham yang bernilai negatif menyatakan kecendrungan jika pergerakan harga

saham yang tidak baik sementara jika bernilai positif menyatakan

kecendrungan jika pergerakan saham yang ada bernilai baik. Hasil

menunjukkan bahwa pada model APT memberikan expected return yang

dipengaruhi variabel makroekonomi dimana ketika variabel makroekonomi

secara kumulatif melihatkan nilai yang positif maka expected return yang

diharapkan akan lebih besar dibandingkan dengan return individualnya.

Sebaliknya ketika secara kumulatif variabel makroekonomi memberikan nilai

yang negative maka expected return yang diharapkan akan lebih kecil

dibandingkan dengan return individualnya dapat dilihat pada Tabel 4.11


120

Expected Return Model APT Periode 2017-2021. Nilai Negatif dan Positif

yang sama pada Ri dan E(Ri) mengindikasikan bahwa Faktor Makroekonomi

Inflasi, Kurs, SBI dan JUB mempengaruhi dan sejalan dengan return yang

didapat oleh suatu saham.

Penelitian Expected Return APT pertahun dan Expected Return APT

dalam periode lima tahun melihatkan keakurasian model ini dalam

menghitung Expected Return yang diharapkan. Namun dengan metode APT

kita tidak dapat mengetahui secara persis variabel mana yang paling

mempengaruhi.Nilai Kurs akan memperkuat saham sektor pertanian karena

dengan menguatnya rupiah melihatkan kepercayaan terhadap keuangan dalam

negeri berbanding terbalik dengan inflasi yang akan mempengaruhi investasi

ke aset yang minim pengaruh seperti logam mulia, suku bunga yang

meningkat menarik investor untuk berinvestasi dalam bentuk uang dan

jumlah uang beredar menggambarkan bahwa ketidak percayaan investor

dalam berinvestasi pada sektor saham.

Hasil Penelitian ini sesuai dengan Penelitian Hani Aghnia Rahmani

(2016) bahwa Variabel Makroekonomi Terhadap Penaksiran Return Saham

Dan Risiko Menggunakan Model Arbitrage Pricing Theory memiliki

pengaruh yang ada tapi tidak selalu menentukan tingkat pengembalian suatu

saham. Selain Penelitian Mayfi dan Rudianto (2014) tentang pengaruh inflasi,

nilai tukar juga diduga memiliki hubungan yang erat dengan return saham.

Nilai tukar menunjukkan jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan

untuk mendapatkansatu unit mata uang asing. Haryanto (2007), berpendapat


121

bahwa eksposur fluktuasi nilai tukar akan memberikan dampak besar

terhadap nilai perusahaan.

3. Perbedaan akurasi antara Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan


Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam memprediksi return saham
sektor Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2017-2021?

Perbandingan Penghitungan Return saham pada perusahaan sektor

Pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-2021 dengan

menggunakan model Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan model

Arbitrage Pricing Theory (APT) didapatkan nilai MAD CAPM yang lebih

kecil (0,06628) dibandingan MAD APT (0,11827) yang dapat dilihat pada

Tabel 4.12 MAD CAPM dan APT Periode 2017-2021 .maka dapat

disimpulkan bahwa CAPM lebih akurat dibandingkan dengan APT. Ini

menggambarkan bahwa variabel Risk free dan Return Market lebih

baik/sejalan dalam memprediksi return saham dari pada APT dengan

gabungan empat makroekonomi seperti inflasi, kurs, suku bunga dan jumlah

uang beredar.CAPM lebih akurat daari model APT juga disebabkan karena

pada model CAPM variable yang digunakan adalah Return Market ( IHSG )

yang mana nilai terbentukanya IHSG juga diperoleh dari nilai return saham

sector petanian,artinya CAPM dengan veariabel return market(IHSG)

memiliki keterkaitan nilai secara langsung dengan return saham(return saham

pertanian merupakan bagian pembentuk return market)t,berbeda dengan

varibel makroekonomi yang memang memengaruhi return saham namun

tidak memiliki keterkaitan angka secara langsung dengan return saham.


122

Berdasarkan hasil uji paired sample t-test dengan membandingkan nilai

mad CAPM dan mad APT pada Tabel 4. 15 nilai Sig. (2-tailed) = 0,50 ≤ 0,05

maka dapat ditarik kesimpulan diduga terdapat perbedaan yang signifikan

antara Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory

(APT) dalam memprediksi return saham sektor Pertanian yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia

Model CAPM Dalam Memprediksi Expected Return. Darihasil

penelitian yangtelah dilakukan menunjukkan bahwa nilai MAD CAPM

lebih kecil dibandingkan dengan nilai MAD APT. yang artinya metode

Capital Asset Pricing Model lebih akurat dibandingkan dengan model

Arbitrage Pricing Theory dalam memprediksi expected return saham. Uji

normalitas sampel berpasangan antara MAD CAPM dan MAD APT memiliki

nilai sig = 0.05, yang menunjukkan bahwa antara Capital Asset Pricing

Models dengan Arbitrage Pricing Theory terdapat perbedaan akurasi yang

signifikan. Hal ini sama dengan beberapa penelitian sebelumnya yang

mengatakan bahwa model CAPM dan APT terdapat perbedaan yang

signifikan dalam memprediksi expected return. Penelitian ini menggunakan

objek penelitian industri pertambangan, yang memiliki harga saham

yang mudah berfluktuasi.. Variabel APT yang digunakan dalam penelitian

ini adalah perubahan tingkat inflasi, perubahan tingkat SBI, perubahan kurs

Rupiah terhadap USD dan jumlah uang beredar untuk kegiatan

perekonomian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model APT tidak

akurat dalam memprediksi expected return. Hal tersebut dibuktikan dengan


123

nilai MAD APT yang lebih besar dari MAD CAPM. Sedangkan hasil uji

beda sampel berpasangan antara CAPM dan APT memiliki nilai sig =

0.000, yang menunjukkan bahwa antara Capital Aset Pricing Models dan

Arbitrage Pricing Theory terdapat perbedaan yang disignifikan.

Untuk CAPM sendiri faktor yang mempengaruhi yaitu faktor

internal yakni return market dari perusahaan itu sendiri. Sedangkan untk

APT faktor yang mmpengaruhi yaitu faktor eksternal seperti : inflasi,

suku bunga Sbi, Kurs, dan jumlah uang beredar. Jadi dapat terlihat

dengan jelas bahwa diantara dua metode tersebut terdapat perbedaan

yang sgnifikan dan dibuktikandari uji sampel beda berpasangan yang

menunjukkan nilai sig = 0.000 yang artinya ada perbedaan antara CAPM

dan APT dalam memprediksi expected return saham.

Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu oleh Dwi Ayu Putri (2017)

yang meneliti perbandingan keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM)

dan Arbitrage Pricing Theory (APT) dalam memprediksi tingkat pendapatan

saham Sektor Barang Konsumsi dan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di

Indeks Saham Syariah Indonesia. Hasil perhitungan MAD pada penelitiannya

menunjukkan bahwa model CAPM lebih akurat dibandingkan dengan model

APT dalam memprediksi pendapatan saham industri manufaktur sebelum dan

semasa krisis ekonomi. Hasil Independent Sample T-test juga menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan akurasi yang signifikan antara model CAPM

dengan model APT dalam memprediksi pendapatan saham industri

manufaktur sebelum dan semasa krisis. Hasil penelitian ini konsisten dengan
124

hasil penelitian Premananto dan Madyan (2004) yang membuktikan ada

perbedaan yang signifikan antara CAPM dan APT.

Hasil Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Irawan dan Sanusi (2017) dimana berrdasarkan hasil uji didapatkan

signifikansi sebesar 0,216> 0,05 artinya tidak ada perbedaan yang signifikan

antara return saham model CAPM dengan return saham model APT, hal ini

dapat dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis menggunakan uji paired

sample t-test.

.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan uji statistik terkait

perbandingan keakuratan Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan

Arbitrage Pricing Theort (APT) dalam memprediksi expected return

saham pada Sektor Pertanian di Bursa Efek Indonesia maka dapat

disimpulkan:

1. Capital Asset Pricing Model (CAPM) dalam memprediksi return

saham sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun

2017-2021 menghasilkan nilai yang berfluktuasi ,pada perusahaan

GZCO dan SGRO memperlihatkan nilai E(RI) yang lebih baik dari

perusahaan lainya.Setiap nilai Risiko Sistematis > 1 maka return yang

diharapkan dari perusahaan tersebut bernilai negative

2. Arbitrage Pricing Theort (APT) dalam memprediksi return saham

sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-

2021 menghasilkan nilai yang berfluktuasi dan cenderung

negative.perusahaan GZCO dan UNSP memperlihatkan nilai RI dan

E(RI) yang lebih sejalan dari perusahaan lainya.

3. Capital Asset Pricing Model (CAPM) dalam memprediksi return

saham lebih baik dari Arbitrage Pricing Theort (APT) dikarenakan

122
123

nilai pengukur ketepatan ramalan / Mean Absolute Deviation (CAPM)

0,06628 < 0,11827 Mean Absolute Deviation (APT)

4. Berdasarkan Uji Hipotesis Paired Sample Test Nilai signifikansi 0,05 ≤

0,05 yang berarti diduga terdapat perbedaan akurasi yang signifikan

antara Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing

Theory (APT) dalam memprediksi return saham perusahaan sektor

pertanian di bursa efek Indonesia.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini, maka

saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Investor/Calon Investor yang hendak berinvestasi,disarankan

untuk tidak berinvestasi pada perusahan sector pertanian yang ada di

Indonesia disebabkan dari 10 sampel perusahaan pertanian yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia Memperlihatkan nilai RI dan E(RI)

2017-2021 cenderung negative (Menurun)

2. Bagi Investor/Calon Investor hendaknya tidak berinvestasi hanya

kepada satu jenis instrument investasi,melainkan menerapakan

Protofolio investasi guna mencapai keuntungan yang maksimal dan

megurangi resiko-resiko yang dapat terjadi.

3. Bagi Perusahaan Sector Pertanian Diindonesia Hendaknya lebih

meningkatkan Kinerja Perusahaanya agar lebih menarik minat investor

untuk berinvestasi.
124

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, A., & Putra, A. K. (2021). Analisis Perbandingan Keakuratan


CAPM Dan APT Dalam Upaya Pengambilan Keputusan Investasi
Saham Sektor Perbankan. JURNAL AKUNTANSI DAN BISNIS :
Jurnal Program Studi Akuntansi, 7(1), 42–50.
https://doi.org/10.31289/jab.v7i1.4336
Abdul Halim. (2018). Teori Ekonomi Makro. Mitra Wacana Media.
Ahmad Muhsin Ma’ari, R. S. (2017). PENYUSUNAN INTEGRATED
PROGRAMMING UNTUK PEMBENTUKAN. 2014, 1–6.
Almira, N. P. A. K., & Wiagustini, N. L. P. (2020). RETURN ON ASSET,
RETURN ON EQUITY, DAN EARNING PER SHARE
BERPENGARUH TERHADAP RETURN SAHAM. E-Jurnal
Manajemen Universitas Udayana, 9(3), 1069.
https://doi.org/10.24843/ejmunud.2020.v09.i03.p13
Ami Rosyidah. (2018). Analisis Keakuratan CAPM dan APT dalam
Memprediksi Return Saham pada Perusahaan yang Terdaftar dalam
Jakarta Islamic Index (JII) Periode Tahun 2015 – 2017. Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis.
Armereo, C. (2018). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning
Ratio Sebagai Dasar Penilaian Saham. Jurnal Kompetitif, 7(1), 41–56.
http://www.univ-tridinanti.ac.id/ejournal/index.php/ekonomi/article/
view/444
Ayu Rezaldi, D. (2021). PRISMA, Prosiding Seminar Nasional Matematika
Peramalan Metode ARIMA Data Saham PT. Telekomunikasi
Indonesia. Peramalan Metode ARIMA Data Saham PT.
Telekomunikasi Indonesia. PRISMA, Prosiding Seminar Nasional
Matematika, 4, 611–620.
https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/prisma/
Baleo Pasaribu, D., Asih Maruddani, D. I., Statistika, D., & Sains dan
Matematika, F. (2018). PENGUKURAN KINERJA PORTOFOLIO
OPTIMAL CAPITAL ASSET PRICING MODEL (CAPM) DAN
ARBITRAGE PRICING THEORY (APT) (Studi Kasus : Saham-saham
LQ45). 7(4), 419–430.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/gaussian/
Bodie. Z, K. A. M. A. (2019). Investments. Salemba Empat.
125

Brigham. E, H. J. (2019). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan 2. Salemba


Empat.
Fahmi, I. (2017). Analisis Laporan Keuangan. Alfabeta.
Gunardi, G., Nugraha, N., & Sugiyanto, S. (2020). Pengaruh Nilai Tukar
terhadap Harga Saham Sektor Keuangan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Coopetition: Jurnal Ilmiah Manajemen, 11(juli), 129–
134. https://www.neliti.com/publications/325687/pengaruh-nilai-tukar-
terhadap-harga-saham-sektor-keuangan-yang-terdaftar-di-burs
Hartati. (2017). Penggunaan Metode Arima Dalam Meramal Pergerakan
Inflasi. Jurnal Matematika, Saint, Dan Teknologi, 18(1), 1–10.
Haryo Kuncoro. (2020). Ekonomi Moneter:Studi Kasus Indonesia. Bumi
Aksara.
Hasan, N., Pelleng, F. A. O., Mangindaan, J. V, Ilmu, J., Program, A., Ilmu,
S., & Bisnis, A. (2019). Analisis Capital Asset Pricing Model (CAPM)
Sebagai Dasar Pengambilan Keputusan Berinvestasi Saham (Studi
pada Indeks Bisnis-27 di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Administrasi
Bisnis, 8(1).
Hidayati, A. N., Jurnal, M. :, & Islam, E. (2017). INVESTASI: ANALISIS
DAN RELEVANSINYA DENGAN EKONOMI ISLAM. 8(2).
I Made Adnyana. (2020). MANAJEMEN INVESTASI DAN PORTOFOLIO.
Ibrahim, M. I., Titaley, J., & Manurung, T. (2017). Analisis Keakuratan
Capital Asset Pricing Model (CAPM) dan Arbitrage Pricing Theory
(APT) dalam Memprediksi Expected Saham pada LQ45.
D’CARTESIAN, 6(1), 30. https://doi.org/10.35799/dc.6.1.2017.15837
Indra, Y. A. (2018). Perbandingan Keakuratan Metode Capital Asset
Pricing Model dan Arbitrage Pricing Theory dalam Memprediksi
Return Saham (Studi pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi dan
Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Indeks Saham Syariah
Indonesia (ISSI) Peri. Journal of Economic, Bussines and Accounting
(COSTING), 1(2), 233–240. https://doi.org/10.31539/costing.v1i2.223
Kiky, A. (2015). ANALISIS SEKTOR INDUSTRI PERTANIAN PADA
MODEL CAPM. In Analisis Sektor Industri Pertanian pada Model
CAPM Ultima Management (Vol. 7, Issue 1).
Krisanti, R. (2012). Pengaruh Pengetahuan Akuntansi dan Jiwa
Kewirausahaan terhadap Penggunaan Informasi Akuntansi dalam
Pembuatan Keputusan Investasi. 1–18.
Mamduh M, H. (2021). Teori Portofolio Dan Analisis Investasi. UGM
126

Press.
Moh. Asra. (2020). Saham dalam Perspektif Ekonomi Syari’ah. Istidlal:
Jurnal Ekonomi Dan Hukum Islam, 4(1), 35–44.
https://doi.org/10.35316/istidlal.v4i1.208
Muhammad Firdaus. (2018). Ekonometrika : Suatu Pendekatan Aplikatif.
Bumi Aksara.
Purnama, J., & Juliana, A. (2019). ANALISA PREDIKSI INDEKS HARGA
SAHAM GABUNGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA.
Riantani, S. (2017). PENGGUNAAN ARBITRAGE PRICING THEORY
UNTUK MENGANALISIS RETURN SAHAM SYARIAH (Vol. 9, Issue
1).
Safitri, E., Utami, D., & Intan Sari, P. (2019). Perbandingan Keakuratan
Capital Assets Pricing Model (Capm) Dan Arbitrage Pricing Theory
(Apt) Dalam Menentukan Pilihan Berinvestasi Pada Saham Jakarta
Islamic Index (Jii). Jurnal Ilmu Manajemen, 8(1), 59.
https://doi.org/10.32502/jimn.v8i1.1557
Sumarlin, A. K. (2020). ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR
RISIKO INVESTASI TERHADAP PERUSAHAAN FARMASI YANG
LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA Analysis of the Effect of
Investment Risk Factors on Pharmaceutical Companies Listing on the
Indonesia Stock Exchange. In Accounting, Accountability and
Organization System Journal (AAOS) E-ISSN (Vol. 1, Issue 2).
https://journal.unifa.ac.id/index.php/aaos
Sunarya, I. W. (2020). PENERAPAN ASSET PRICING MODEL (CAPM)
TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA INDEKS LQ45
PERIODE 2017- 2019. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi Dan Bisnis, 4(1),
40. https://doi.org/10.24912/jmieb.v4i1.7529
Susanti, N., & Putra, O. E. (2019). PENERAPAN ASSET PRICING
MODEL (CAPM) TERHADAP KEPUTUSAN INVESTASI PADA
INDEKS LQ 45 PERIODE 2012-2016. Jurnal Muara Ilmu Ekonomi
Dan Bisnis, 2(2), 366. https://doi.org/10.24912/jmieb.v2i2.1556
Tandelilin. Eduardus. (2017). Pasar Modal : Manajemen Portofolio Dan
Investasi. PT. Kanisius.
Wahyuny, T., & Gunarsih, T. (2020). Comparative Analysis of Accuracy
Between Capital Asset Pricing Model (Capm) and Arbitrage Pricing
Theory (Apt) in Predicting Stock Return (Case Study: Manufacturing
Companies Listed on the Indonesia Stock Exchange for the 2015-
2018 Period). Journal of Applied Economics in Developing Countries,
5(1), 23–30. www.bi.go.id
127

Weni Susanti, M. D. I. (2018). Jrnal Akuntansi Unihaz - JAZ Desember. 2,


50–64.
Wibowo, A. S., Aras Deswita, L., Wahyuningsih, S., Ekonomi, F., &
Manajemen, P. (2021). Journal: Marketing, Finance and Human
Resources. 1(14).

Anda mungkin juga menyukai