Logistik TPT
Logistik TPT
MODUL 9
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
B. Tujuan Pembelajaran Umum dan Khusus
C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
D. Model pembelajaran
BAB V PENUTUP
A. Latihan Soal
B. Pembahasan
C. Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
Agar target eleminasi TB di Tahun 2030 dapat tercapai, maka cakupan TPT
harus sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh program TBC. Hal
tersebut hanya dapat terlaksana apabila didukung oleh ketersediaan logistik
TPT yang terjamin bagi seluruh Fasyankes. Pengelolaan logistik TPT yang baik
di setiap tingkat mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes),
kabupaten/ kota, provinsi, dan pusat harus dilakukan. Pemahaman pengelolaan
logistik TPT perlu ditingkatkan bukan hanya untuk menjamin ketersediaan obat
TPT tapi juga diperlukan untuk memperkecil kerugian negara yang diakibatkan
oleh logistik TPT yang mengalami kedaluwarsa. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan logistik yaitu perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, distribusi, pencatatan pelaporan, monitoring dan evaluasi
penggunaan logistik TPT. Pengelolaan logistik TPT ini akan berjalan baik
apabila ada dukungan manajemen meliputi sumber daya manusia, organisasi,
pembiayaan, sistem informasi dan jaga mutu yang baik.
B. Tujuan Pembelajaran
2
C. Bahasan
1. Pokok Bahasan
Logistik TPT
2. Sub Pokok Bahasan
a. Jenis Logistik TPT
1) Jenis Paduan Obat
2) Jenis Obat TPT & TST
b. Pengelolaan Logistik TPT
1) Perencanaan
2) Pengadaan
3) Penyimpanan
4) Distribusi dan Permintaan
5) Penggunaan
c. Pencatatan dan pelaporan logistik TPT di SITB
1) Pengiriman
2) Penerimaan
3) Penggunaan/ Pemakaian
4) Stok Obat TPT, Stok Opname, Penyesuaian
D. Model Pembelajaran
3
BAB II
JENIS LOGISTIK TPT
Catatan: tulisan warna merah sesuai dengan juknis (paduan yang diutamakan).
namun mempertimbangkan stok ketersediaan TPT juga dapat digunakan sesuai
dengan tulisan warna hitam
Sesuai dengan pilihan pengobatan tersebut diatas, jenis obat TPT yang
disediakan oleh program TBC sebagai berikut:
1. Isoniasid (H) 100 mg dan 300 mg.
2. Isoniazid (H) 300 mg dan Rifapentine (P) 150 mg (3HP Lepasan)
3. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) 3HP (Isoniazid 300 mg/ Rifapentine 300 mg).
4. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) 3HR (Isoniazid 50 mg/ Rifampisin 75 mg).
5. Levofloxacin (Lfx) 250 mg dan Etambutol 400 mg (Dosis Dewasa)
6. Levofloxacin (Lfx) 100 mg (Dosis Anak)
4
BAB III
PENGELOLAAN LOGISTIK TPT
Pengelolaan logistik TPT yang dibahas dalam modul ini adalah perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, permintaan dan distribusi, penggunaan atau
pemanfaatan obat TPT. Pengelolaan logistik TPT yang baik memerlukan Kerjasama
yang baik antara pengelola program TBC dan pengelola Farmasi sesuai dengan
kebijakan kebijakan “One Gate Policy” (Kebijakan Satu Pintu).
A. Perencanaan
5
Pada dasarnya proses perencanaan perhitungan kebutuhan obat TPT secara
nasional, mengikuti siklus perencanaan logistik OAT dan Non OAT,seperti pada
table dibawah ini :
Perencanaan obat TPT dilakukan pada pada Quartal 1 (Januari – Maret) setiap
tahun, dengan periode perhitungan perencanaan kebutuhan obat selama 2,5 tahun.
Penentuan periode perencanaan obat selam 2,5 tahun dilakukan karena obat yang
diusulkan tahun ini baru akan tersedia obatnya pada tahun selanjutnya. Misal, obat
yang direncanakan Tahun 2023 baru akan diterima obatnya pada Tahun 2024.
6
Dalam proses perencanaan kebutuhan TPT, dilakukan penghitungan kebutuhan
TPT dengan dasar tabel dibawah ini :
7
Keterangan: Contoh perhitungan kebutuhan obat pada tabel diatas digunakan untuk menghitung kebutuhan 1 pasien TPT.
Perhitungan kebutuhan obat tersebut berbasis pada penggolongan umur, berat badan pasien dan dosis sediaan obat. Setiap
fasyankes diharapkan dapat menghitung kebutuhan obat yang akan diberikan kepada pasien TPT mulai dari awal pengobatan
sampai dengan pengobatan lengkap.
Perhitungan perencanaan kebutuhan obat di tingkat Kabupaten Kota dan Provinsi dapat menggunakan format atau tamplate
perencanaan obat dan non obat yang telah disediakan oleh Kemenkes (Tidak dibahas dalam meteri pelatihan ini).
Cara Perhitungan Kebutuhan Tuberkulin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
1
B. Pengadaan
Peraturan terkini perihal pengadaan barang dan jasa mengacu kepada Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Lembaga yang memiliki kewenangan dalam merumuskan perencanaan
dan pengembangan strategi, penentuan kebijakan serta aturan perundangan
pengadaan barang/jasa pemerintah yaitu Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Dalam prakteknya LKPP berkedudukan sebagai Lembaga
Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dan bertanggungjawab langsung kepada
Presiden RI. Pengadaan obat dan non obat dapat dilakukan melalui e-katalog (
https://e-katalog.lkpp.go.id)
Pengadaan obat TBC seperti obat TB sensitive obat, obat TB resistan obat dan obat
TPT dilakukan oleh pemerintah pusat, sedangkan pengadaan non obat seperti TST
diadakan oleh pemerintah daerah dengan mematuhi peraturan perundang-undangan
yang berlaku agar efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel.
Pengadaan non obat yang dilakukan oleh pemerintah pusat masih dapat dilakukan
namun sifatnya hanya sebagai buffer kebutuhan nasional. Pengadaan yang baik harus
dapat memastikan logistik yang diadakan sesuai dengan spesifikasi dan jumlah, serta
tepat waktu sesuai dengan kontrak/perjanjian kerja dan dengan harga yang kompetitif.
Dalam memenuhi kebutuhan obat TPT yang tidak tersedia didalam negeri dan obat
tersebut belum teregistrasi di Indonesia maka proses pengadaan obat tersebut dapat
melalui pengadaan secara impor.
C. Penyimpanan
Penyimpanan bertujuan memelihara obat TPT dan TST secara fisik dan administrasi.
Penyimpanan logistik yang baik dan benar akan menjaga mutu obat, mencegah
penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga keberlangsungan persediaan
serta memudahkan pencarian dan pengawasan.
2. Penataaan Obat:
1
● Genset
● Pest control
● Alat pemadam kebakaran
Kebutuhan Untuk
Jadwal Permintaan Perkiraan Obat TPT
Triwulan Bulan Dikirim
2
Minggu ke-4 bulan Minggu ke-2 bulan
1 Januari s/d Maret
November Desember
Minggu ke-4 bulan Minggu ke-2 bulan Maret
2 April s/d Juni
Februari
Minggu ke-4 bulan Mei Minggu ke-2 bulan Juni
3 Juli s/d September
Minggu ke-4 bulan Minggu ke-2 bulan
4 Oktober s/d
Agustus September
Desember
Distribusi adalah pengeluaran dan pengiriman logistik dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan memenuhi persyaratan baik administratif maupun teknis untuk memenuhi
ketersediaan jenis dan jumlah logistik agar sampai di tempat tujuan. Proses distribusi ini
harus memperhatikan aspek keamanan, mutu, dan manfaat. Distribusi dilaksanakan
berdasarkan permintaan secara berjenjang untuk memenuhi kebutuhan logistik di setiap
tingkat penyelenggara program penanggulangan TBC. Alur distribusi, permintaan, dan
pelaporan adalah sebagai berikut:
Hal-hal dan tahapan yang harus diperhatikan dalam proses pendistribusian obat TPT
adalah sebagai berikut:
1. Distribusi dari Pusat dilaksanakan atas permintaan dari Dinas Kesehatan Provinsi.
3
2. Distribusi dari Provinsi kepada Kabupaten/ Kota atas permintaan Kabupaten/ Kota.
3. Distribusi dari Kabupaten/Kota berdasarkan permintaan Fasyankes.
4. Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan Berita Acara Serah Terima (BAST).
5. Apabila terjadi kelebihan atau kekurangan logistik maka satuan kerja penerima
menginformasikan ke satuan kerja pengirim untuk dilakukan relokasi atau penambahan
logistik tersebut. Relokasi antar Fasyankes dalam 1 Kabupaten/ Kota difasilitasi oleh
Dinkes Kabupaten/ Kota. Relokasi antar Fasyankes antar Kabupaten/ Kota difasilitasi
oleh Dinkes Provinsi. Relokasi antar Fasyankes antar Provinsi difasilitasi oleh
Kemenkes.
6. Proses distribusi ke tempat tujuan harus memperhatikan sarana/transportasi
pengiriman yang memenuhi syarat sesuai ketentuan obat atau logistik lainnya yang
dikirim.
7. Penerimaan logistik dilaksanakan pada jam kerja.
Proses permintaan dan distribusi obat TPT maupun Tuberkulin saat ini harus dilakukan
melalui Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), agar akuntabilitas, aksesbilitas dan
kemudahan bagi semua pihak untuk melalukan pengelolaan logistik menjadi lebih baik.
4
Permintaan Kebutuhan Tuberkulin
5
Gambar. 3.4 Langkah Permintaan Obat TPT
E. Penggunaan
Obat TPT yang diberikan kepada pasien harus diberikan sesuai dengan peruntukannya
mengacu kepada standar pengobatan TPT. Selain itu penggunaan dan pendistribusian
obat TPT harus dipertanggungjawabkan secara administrasi agar prinsip akuntabilitas
dapat tercapai. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prinsip penggunaan obat TPT
yaitu :
1. Tepat diagnosis
2. Tepat pemilihan obat
3. Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat
4. Tepat lama/durasi pemberian obat
5. Waspada terhadap efek samping dan tindak lanjut.
6
6. Harus efektif, aman, bermutu dan berkhasiat
7. Tersedia pada saat yang dibutuhkan
8. Pemberian informasi kepada pasien
9. Kepatuhan Pasien
Penggunaan obat TPT harus sesuai dengan target sasaran yang telah ditentukan oleh
program TBC. Contoh obat dengan paduan Levofloxacin + Etambutol hanya diberikan
kepada pasien TPT dengan kontak indeks pasien TB RO. Paduan obat 3HP tidak boleh
diberikan pada kelompok umur kurang dari 2 tahun. Kementerian Kesehatan dalam
penyediaan obat TPT menggunakan asumsi % seperti pada tabel dibawah ini. Misal obat
3HR meskipun obat tersebut bisa digunakan untuk kelompok semua umur, namun untuk
konteks penyediaan obatnya hanya untuk pasien dengan umur dibawah 2 tahun.
Pemberian obat 3HR kepada semua kelompok umur akan menyebabkan terganggunya
ketersediaan obat. Pemberian paduan obat kepada pasien diwilayah tertentu harus
mempertimbangkan ketersediaan stok yang tersedia agar tidak terjadi overstock dan stok
out. Contoh apabila di fasyankes/Kabupaten Kota saudara, memiliki stok INH yang cukup
banyak dan obat 3HP stoknya sedikit, maka stok INH dapat diprioritaskan untuk diberikan
kepada pasien. Analsis ketersediaan stok harus dilakukan secara regular minimal setiap
3 bulan sekali, agar obat TPT dapat digunakan semaksimal mungkin.
7
Untuk mempermudah proses analisis ketersediaan obat, maka anda diwajibkan mengetahui
cara perhitungan kebutuhan obat TPT dan TST seperti yg sudah dijelaskan pada bab
perencanaan. Berikut ini contoh tabel perhitungan kebutuhan obat yang digunakan untuk
mengobati 1 pasien TPT mulai dari awal pengobatan sampai dengan selesai pengobatan, dan
kebutuhan obat TPT perbulan. Tabel dibawah digunakan agar anda dapat lebih mudah
menghitung kebutuhan obat perbulan dan menganalisis ketersediaan obat. Anda diharapkan
dapat membuat tabel kebutuhan obat untuk 1 pasien dengan berat badan pasien sesuai
dengan kondisi real dilayanan.
Berikut ini contoh analisis ketersediaan obat TPT dengan stok yang dimiliki sebanyak
100 tablet untuk setiap jenis obat.
8
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN LOGISTIK TPT DI SITB
Pencatatan dan pelaporan logistik TPT sangat penting dilakukan oleh semua pemangku
kepentingan, mulai dari Fasyankes, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kementerian Kesehatan agar proses pengelolaan logistik dapat terlaksana dengan
baik. Pencatatan semua transaksi logistik TPT seperti permintaan, pendistribusian,
penerimaan, penyesuaian dan pemakaian stok semuanya harus dicatat menggunakan
software SITB. Pencatatan semua transaksi logistik tersebut harus dilakukan secara real
time setiap saat, untuk memastikan data yang tercatat di software merupakan data terkini
dan valid. Software SITB tersebut dapat diakses di alamat website SITB di
http://sitb.id/sitb/app.
9
Gambar 4.2 Dashboard (Grafik) Obat TPT
Konsep Pencatatan dan Pelaporan Logistik Obat TPT di SITB adalah sebagai
berikut:
● Pencatatan di SITB dilakukan setiap ada transaksi logistik, paling lama 2 hari
setelah transaksi terjadi.
● Sistem pencatatan dan pelaporan dapat menggunakan sistem push dan pull.
● Stok yang dicatat atau dilaporkan hanya yang masih berada di instalasi farmasi
Fasyankes, Dinkes Kabupaten/ Kota, Dinkes Provinsi, dan Substansi TBC dan
ISPA
10
A. Pengiriman Obat TPT di SITB
Di SITB terdapat fungsi yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pengiriman obat
TPT. Fungsi pengiriman dibagi menjadi dua yaitu Pengiriman Masuk dan Pengiriman
keluar. Pengiriman Masuk digunakan untuk melihat notifikasi ada atau tidaknya
transaksi pengiriman logistik dari unit lain ke unit pemilik akun. Sedangkan,
pengiriman keluar digunakan untuk melakukan pengiriman dari unit pemilik akun ke
unit lainnya. Jika terdapat perbedaan antara pengiriman dan penerimaan, pengelola
farmasi dapat melakukan validasi pengiriman.
Penerimaan obat dapat dilakukan jika ada Pengiriman Masuk ke unit pemilik akun.
Penerimaan Obat Pengadaan Mandiri dapat digunakan jika ada pengadaan obat
secara mandiri di fasyankes, Dinkes Kabupaten/ Kota, dan Dinkes Provinsi. Fungsi ini
bisa juga digunakan untuk Fasyankes yang untuk pertama kalinya menggunakan
SITB, dengan tujuan menyamakan stok yang dimiliki dengan stok yang tercatat di
SITB.
11
Gambar 4.4. Tombol Fungsi Penerimaan.
Setiap kali ada transaksi pemberian obat TPT kepada pasien maka pengelola farmasi
harus melakukan pengeluaran obat menggunakan fungsi Pemberian Obat.
Pengeluaran stok tersebut untuk menyeimbangkan stok yang dimiliki di SITB dengan
stok real yang tersedia di Instalasi Farmasi, sehingga jumlah stok selalu update.
12
Tombol Fungsi Stok Obat memberikan gambaran situasi stok obat TPT berdasarkan
sumber dana, yang berisi informasi nama obat, tanggal kedaluwarsa, harga, dan
tanggal transaksi terakhir. Stok Opname dapat digunakan secara rutin setelah
mencocokan stok di SITB dengan stok fisik. Sedangkan Penyesuaian dilakukan jika
ada obat TPT yang rusak, hilang, atau tidak tercatat transaksinya.
Dengan menggunakan software SITB, maka laporan logistik TBC akan tersedia
secara otomatis secara akurat selama semua transaksi logistik dicatat secara real
time. Laporan akan tersedia di sub modul Manajemen Logistik. Semua hal yang
berkaitan dengan laporan dan monitoring logistik TB baik obat dan obat dapat dilihat
pada menu tersebut.
13
14
BAB V
PENUTUP
A. Latihan Soal
1. Lakukanlah perhitungan kebutuhan obat TPT untuk setiap paduan pengobatan per
kategori sasaran usia dari suatu provinsi, berdasarkan data berikut dengan
menggunakan data acuan terlampir:
Keterangan : 3HP KDT digunakan untuk kontak serumah usia>15 tahun, 3HP
Lepasan digunakan untuk kontak serumah usia 2-14 tahun
Jumlah
No. Sasaran Kasus TPT
Tahun 2022
1 Kontak serumah usia < 2 tahun *) 30
2 Kontak serumah usia 2 – 4 tahun 50
3 Kontak serumah usia 5-14 tahun 100
4 Kontak serumah usia >15 tahun 300
5 ODHA 10
6 Kelompok risiko lainnya 10
Kontak serumah semua usia
7 15
dengan kasus indeks TB RO
TOTAL 515
15
Data Acuan
16
Fasyankes B:
B. Referensi
17
Lampiran Contoh Jenis Obat TPT.
Terapi Pencegahan TBC untuk TBC Sensitif Obat (SO)
Isoniazid 300 mg
18
Terapi Pencegahan TBC (TPT) untuk TBC Resisten Obat (RO)
19