Anda di halaman 1dari 30

MODUL PELATIHAN

INFEKSI LATEN TUBERKULOSIS (ILTB) DAN


TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS (TPT)

MODUL 9

LOGISTIK TERAPI PENCEGAHAN


TUBERKULOSIS (TPT)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT
TAHUN 2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Singkat
B. Tujuan Pembelajaran Umum dan Khusus
C. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
D. Model pembelajaran

BAB II PENGELOLAAN LOGISTIK


A. Jenis Logistik TPT
B. Pengelolaan Logistik TPT
1. Perencanaan
2. Pengadaan
3. Penyimpanan
4. Permintaan dan Distribusi
5. Penggunaan

BAB IV PENCATATAN DAN PELAPORAN LOGISTIK DI SITB


A. Pengiriman Obat TPT
B. Penerimaan Obat TPT
C. Penggunaan Obat TPT
D. Stok Obat TPT, Stok Opname, dan Penyesuaian
E. Laporan Manajemen Logistik

BAB V PENUTUP
A. Latihan Soal
B. Pembahasan
C. Referensi

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Deskripsi Singkat

Agar target eleminasi TB di Tahun 2030 dapat tercapai, maka cakupan TPT
harus sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh program TBC. Hal
tersebut hanya dapat terlaksana apabila didukung oleh ketersediaan logistik
TPT yang terjamin bagi seluruh Fasyankes. Pengelolaan logistik TPT yang baik
di setiap tingkat mulai dari fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes),
kabupaten/ kota, provinsi, dan pusat harus dilakukan. Pemahaman pengelolaan
logistik TPT perlu ditingkatkan bukan hanya untuk menjamin ketersediaan obat
TPT tapi juga diperlukan untuk memperkecil kerugian negara yang diakibatkan
oleh logistik TPT yang mengalami kedaluwarsa. Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pengelolaan logistik yaitu perencanaan, pengadaan,
penyimpanan, distribusi, pencatatan pelaporan, monitoring dan evaluasi
penggunaan logistik TPT. Pengelolaan logistik TPT ini akan berjalan baik
apabila ada dukungan manajemen meliputi sumber daya manusia, organisasi,
pembiayaan, sistem informasi dan jaga mutu yang baik.

B. Tujuan Pembelajaran

1. Tujuan Pembelajaran Umum.


Peserta memiliki pemahaman mengenai pengelolaan logistik TPT yang baik,
diwilayah kerjanya masing masing.

2. Tujuan Pembelajaran Khusus


a. Peserta memiliki pemahaman mengenai jenis logistik TPT
b. Peserta memiliki pemahaman mengenai permintaan logistik TPT
c. Peserta memiliki pemahaman mengenai pencatatan dan pelaporan
logistik TPT di SITB

2
C. Bahasan

1. Pokok Bahasan
Logistik TPT
2. Sub Pokok Bahasan
a. Jenis Logistik TPT
1) Jenis Paduan Obat
2) Jenis Obat TPT & TST
b. Pengelolaan Logistik TPT
1) Perencanaan
2) Pengadaan
3) Penyimpanan
4) Distribusi dan Permintaan
5) Penggunaan
c. Pencatatan dan pelaporan logistik TPT di SITB
1) Pengiriman
2) Penerimaan
3) Penggunaan/ Pemakaian
4) Stok Obat TPT, Stok Opname, Penyesuaian

D. Model Pembelajaran

Model pembelajaran modul ini dalam bentuk sistem pemaparan langsung


dimana fasilitator memberikan materi secara interaktif dengan peserta dan
berdiskusi aktif mengenai materi, sebagai berikut:
1. Pemaparan materi dan diskusi
Narasumber:memberikan materi
Peserta :mendengarkan, memahami materi, dan berdiskusi interaktif
dengan fasilitator
2. Praktik Penggunaan SITB
Fasilitator : memandu pengisian SITB
Peserta : melakukan pemasukan data logistik obat TPT

3
BAB II
JENIS LOGISTIK TPT

A. Jenis Paduan Obat TPT

Pilihan paduan pengobatan TPT berdasarkan kelompok sasaran dan usia


adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Jenis Paduan Pengobatan TPT


No Sasaran
3HP 3HR 6H 6Lfx+E
1 Kontak serumah usia < 2 tahun √ √

2 Kontak serumah usia 2 – 5 tahun √ √ √

3 Kontak serumah usia > 5 tahun √ √ √

4 ODHA usia < 2 tahun √ √


5 ODHA usia > 2 tahun √ √
6 Kelompok risiko lainnya √ √ √
7 Kontak serumah semua usia dengan kasus √
indeks TB RO

Catatan: tulisan warna merah sesuai dengan juknis (paduan yang diutamakan).
namun mempertimbangkan stok ketersediaan TPT juga dapat digunakan sesuai
dengan tulisan warna hitam

B. Jenis Obat TPT

Sesuai dengan pilihan pengobatan tersebut diatas, jenis obat TPT yang
disediakan oleh program TBC sebagai berikut:
1. Isoniasid (H) 100 mg dan 300 mg.
2. Isoniazid (H) 300 mg dan Rifapentine (P) 150 mg (3HP Lepasan)
3. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) 3HP (Isoniazid 300 mg/ Rifapentine 300 mg).
4. Kombinasi Dosis Tetap (KDT) 3HR (Isoniazid 50 mg/ Rifampisin 75 mg).
5. Levofloxacin (Lfx) 250 mg dan Etambutol 400 mg (Dosis Dewasa)
6. Levofloxacin (Lfx) 100 mg (Dosis Anak)

4
BAB III
PENGELOLAAN LOGISTIK TPT

Pengelolaan logistik TPT yang dibahas dalam modul ini adalah perencanaan,
pengadaan, penyimpanan, permintaan dan distribusi, penggunaan atau
pemanfaatan obat TPT. Pengelolaan logistik TPT yang baik memerlukan Kerjasama
yang baik antara pengelola program TBC dan pengelola Farmasi sesuai dengan
kebijakan kebijakan “One Gate Policy” (Kebijakan Satu Pintu).

A. Perencanaan

Perencanaan merupakan langkah pertama dalam mencapai pengelolaan logistik


yang baik, dimulai dari proses pemilihan jenis obat, jumlah obat yang dibutuhkan,
dan evaluasi harga dari setiap jenis obat yang akan disediakan. Kegiatan
perencanaan logistik TPT dilakukan secara berjenjang dimulai dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi dan Kementerian Kesehatan dengan
menggunakan pendekatan perhitungan kombinasi metode konsumsi dan
epidemiologi oleh Tim perencanaan obat terpadu yang terdiri dari pengelola
program TB (Wasor) dan pengelola/Staf kefarmasian. Perencanaan kebutuhan obat
TPT harus mempertimbangkan beberapa hal berikut:

1. Jumlah target pemberian TPT sesuai kelompok sasaran


2. Jumlah pasien TPT yang sedang dalam pengobatan
3. Sisa stok obat TPT yang tersedia
4. Jumlah obat yang sudah dibeli namun belum diterima/ stock in pipeline
5. Masa tunggu (lead time)
6. Periode perhitungan kebutuhan yang diharapkan
7. Dosis setiap jenis obat yang akan diberikan per kg berat badan.

5
Pada dasarnya proses perencanaan perhitungan kebutuhan obat TPT secara
nasional, mengikuti siklus perencanaan logistik OAT dan Non OAT,seperti pada
table dibawah ini :

Gambar 3.1. Siklus Perencanaan dan Pengadaan Logistik

Perencanaan obat TPT dilakukan pada pada Quartal 1 (Januari – Maret) setiap
tahun, dengan periode perhitungan perencanaan kebutuhan obat selama 2,5 tahun.
Penentuan periode perencanaan obat selam 2,5 tahun dilakukan karena obat yang
diusulkan tahun ini baru akan tersedia obatnya pada tahun selanjutnya. Misal, obat
yang direncanakan Tahun 2023 baru akan diterima obatnya pada Tahun 2024.

Tabel 3.1 Proses Perencanaan obat TPT


Tingkat Pelaksana Sumber data Usulan
pelaksana perencanaan kebutuhan
Kabupaten Tim perencanaan obat 1.Sasaran dan Dikirim ke provinsi
terpadu target TPT.
2. Stok obat di SITB
3. Penemuan kasus
TPT 1 tahun
sebelumnya
Provinsi Tim perencanaan obat Hasil rekapitulasi Dikirim ke:
terpadu perencanaan obat 1.Ditjen
TPT Kab/Kota Pencegahan dan
Pengendalian
Penyakit
2.Ditjen
Kefarmasian dan
Alkes

Pusat Ditjen Pencegahan dan Hasil rekapitulasi Dikirim ke Ditjen


Pengendalian Penyakit perencanaan TPT Kefarmasian dan
provinsi Alkes

6
Dalam proses perencanaan kebutuhan TPT, dilakukan penghitungan kebutuhan
TPT dengan dasar tabel dibawah ini :

Tabel 3.2. Dosis Paduan Pengobatan TPT

Pengobatan Pencegahan TB RO:


a. Obat yang diberikan yaitu
✓ -Levofloxacin (Lfx) + 1 obat sesuai dengan DST kasus indeks
✓ -Lfx + Etambutol (bila kasus indeks tidak resistan Etambutol)
✓ -Lfx saja
b. Dosis:
✓ Lfx 15-20 mg/kg/ hari
✓ E 15-25 mg/kg/hari
✓ Diberikan selama 6 bulan
c. Penggunaan
✓ Lfx saja untuk kontak serumah anak
✓ Lfx + Etambutol untuk kontak serumah dewasa

7
Keterangan: Contoh perhitungan kebutuhan obat pada tabel diatas digunakan untuk menghitung kebutuhan 1 pasien TPT.
Perhitungan kebutuhan obat tersebut berbasis pada penggolongan umur, berat badan pasien dan dosis sediaan obat. Setiap
fasyankes diharapkan dapat menghitung kebutuhan obat yang akan diberikan kepada pasien TPT mulai dari awal pengobatan
sampai dengan pengobatan lengkap.
Perhitungan perencanaan kebutuhan obat di tingkat Kabupaten Kota dan Provinsi dapat menggunakan format atau tamplate
perencanaan obat dan non obat yang telah disediakan oleh Kemenkes (Tidak dibahas dalam meteri pelatihan ini).
Cara Perhitungan Kebutuhan Tuberkulin di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

1
B. Pengadaan

Peraturan terkini perihal pengadaan barang dan jasa mengacu kepada Peraturan
Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2021 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah. Lembaga yang memiliki kewenangan dalam merumuskan perencanaan
dan pengembangan strategi, penentuan kebijakan serta aturan perundangan
pengadaan barang/jasa pemerintah yaitu Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah. Dalam prakteknya LKPP berkedudukan sebagai Lembaga
Pemerintah Non Kementerian (LPNK) dan bertanggungjawab langsung kepada
Presiden RI. Pengadaan obat dan non obat dapat dilakukan melalui e-katalog (
https://e-katalog.lkpp.go.id)

Pengadaan obat TBC seperti obat TB sensitive obat, obat TB resistan obat dan obat
TPT dilakukan oleh pemerintah pusat, sedangkan pengadaan non obat seperti TST
diadakan oleh pemerintah daerah dengan mematuhi peraturan perundang-undangan
yang berlaku agar efisien, efektif, transparan, terbuka, bersaing, adil, dan akuntabel.
Pengadaan non obat yang dilakukan oleh pemerintah pusat masih dapat dilakukan
namun sifatnya hanya sebagai buffer kebutuhan nasional. Pengadaan yang baik harus
dapat memastikan logistik yang diadakan sesuai dengan spesifikasi dan jumlah, serta
tepat waktu sesuai dengan kontrak/perjanjian kerja dan dengan harga yang kompetitif.
Dalam memenuhi kebutuhan obat TPT yang tidak tersedia didalam negeri dan obat
tersebut belum teregistrasi di Indonesia maka proses pengadaan obat tersebut dapat
melalui pengadaan secara impor.

C. Penyimpanan

Penyimpanan bertujuan memelihara obat TPT dan TST secara fisik dan administrasi.
Penyimpanan logistik yang baik dan benar akan menjaga mutu obat, mencegah
penggunaan yang tidak bertanggung jawab, menjaga keberlangsungan persediaan
serta memudahkan pencarian dan pengawasan.

Penyimpanan Obat TPT mempunyai ketentuan penyimpanan sebagi berikut:


1. Ruang penyimpanan :
● Suhu ruang penyimpanan : <25º C
● Ruangan kering (tingkat kelembaban <40%)
● Ruangan mempunyai ventilasi yang cukup dan dilengkapi dengan penghalang
sinar matahari langsung
● Mempunyai alat pengukur suhu (termometer) dan kelembaban (higrometer)
serta formulir pencatatan monitoring suhu dan kelembaban
● Mempunyai alat pengatur suhu ruangan (AC, kipas, exhaust fan)
● Mempunyai lemari pendingin.
● Mempunyai ruangan administrasi.
● mempunyai ruangan untuk menyimpan logistik yang sudah kedaluwarsa/rusak.
● Mempunyai alarm pendeteksi kebakaran dan alat pemadam kebakaran yang
dapat digunakan.

2. Penataaan Obat:

● Obat harus ditempatkan diatas palet atau rak


● Obat ditempatkan berdasarkan jenis, bentuk sediaan dan alfabet
● Obat disusun berdasarkan prinsip FEFO/FIFO
● Obat disusun tidak boleh terlalu rapat dan terbalik
● Obat dalam dus tumpukan sesuai dengan ketentuan yang tertera pada setiap
dus
● Kondisi/tempat penyimpanan obat sesuai dengan yang dipersyaratkan pada
kemasan.
● Obat yang rusak dan kedaluwarsa disimpan tempat terpisah sebelum
dimusnahkan.
3. Administrasi Penyimpanan, antara lain tersedia :
● Sistem Informasi TB (software SITB)
● Kartu Stok
● Buku Stok Induk
● Buku Harian Penerimaan dan Pengeluaran Barang.
● Surat Bukti Barang Keluar (SBBK)
● Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
● Daftar Rencana Distribusi
● Sarana administrasi lain seperti: komputer, formulir, printer, ATK

4. Sarana penunjang dan penyimpanan antara lain


● Forklift/Troli

1
● Genset
● Pest control
● Alat pemadam kebakaran

D. Permintaan dan Distribusi

Untuk menjaga ketersediaan logistik di fasilitas pelayanan Kesehatan, maka permintaan


logistik kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Kota, harus dilakukan sesuai dengan jadwal
yang telah ditentukan. Proses permintaan logistik jangan menunggu stok obat TPT dan
tuberkulin habis terlebih dahulu, hal ini dapat merugikan semua pihak baik bagi pasien,
calon pasien maupun petugas kesehatan unit diatasnya. Proses permintaan tersebut
dilakukan secara secara berjenjang. Proses permintaan logistik dilakukan setiap 3 bulan
sekali baik untuk obat maupun non obat. Proses permintaan kepada unit diatasnya harus
dilakukan atas dasar kebutuhan yang bertanggungjawab dengan mempertimbangkan
penemuan kasus triwulan sebelumnya, target penemuan kasus selama 3 bulan kedepan
dan stok yang tersedia pada saat melakukan permintaan.

Tabel 3.3. Jadwal permintaan dan distribusi obat TPT

Kebutuhan Untuk
Jadwal Permintaan Perkiraan Obat TPT
Triwulan Bulan Dikirim

Fasyankes ke Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota


Januari s/d Maret Minggu ke-2 bulan Minggu ke-4 bulan
1
November tahun Desember tahun
sebelumnya sebelumnya
April s/d Juni Minggu ke-2 bulan Minggu ke-4 bulan Maret
2
Februari
Juli s/d September Minggu ke-2 bulan Mei Minggu ke-4 bulan Juni
3
Oktober s/d Minggu ke-2 bulan Minggu ke-4 bulan
4
Desember Agustus September

Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi


Minggu ke-3 bulan Minggu ke-3 bulan
1 Januari s/d Maret
November Desember
Minggu ke-3 bulan Minggu ke-3 bulan Maret
2 April s/d Juni
Februari
Minggu ke-3 bulan Mei Minggu ke-3 bulan Juni
3 Juli s/d September
Oktober s/d Minggu ke-3 bulan Minggu ke-3 bulan
4
Desember Agustus September
Dinas Kesehatan Provinsi Ke Kemenkes

2
Minggu ke-4 bulan Minggu ke-2 bulan
1 Januari s/d Maret
November Desember
Minggu ke-4 bulan Minggu ke-2 bulan Maret
2 April s/d Juni
Februari
Minggu ke-4 bulan Mei Minggu ke-2 bulan Juni
3 Juli s/d September
Minggu ke-4 bulan Minggu ke-2 bulan
4 Oktober s/d
Agustus September
Desember

Distribusi adalah pengeluaran dan pengiriman logistik dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan memenuhi persyaratan baik administratif maupun teknis untuk memenuhi
ketersediaan jenis dan jumlah logistik agar sampai di tempat tujuan. Proses distribusi ini
harus memperhatikan aspek keamanan, mutu, dan manfaat. Distribusi dilaksanakan
berdasarkan permintaan secara berjenjang untuk memenuhi kebutuhan logistik di setiap
tingkat penyelenggara program penanggulangan TBC. Alur distribusi, permintaan, dan
pelaporan adalah sebagai berikut:

Gambar 3.2. Alur Distribusi, Permintaan, dan Pelaporan Obat TPT

Hal-hal dan tahapan yang harus diperhatikan dalam proses pendistribusian obat TPT
adalah sebagai berikut:
1. Distribusi dari Pusat dilaksanakan atas permintaan dari Dinas Kesehatan Provinsi.

3
2. Distribusi dari Provinsi kepada Kabupaten/ Kota atas permintaan Kabupaten/ Kota.
3. Distribusi dari Kabupaten/Kota berdasarkan permintaan Fasyankes.
4. Membuat Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dan Berita Acara Serah Terima (BAST).
5. Apabila terjadi kelebihan atau kekurangan logistik maka satuan kerja penerima
menginformasikan ke satuan kerja pengirim untuk dilakukan relokasi atau penambahan
logistik tersebut. Relokasi antar Fasyankes dalam 1 Kabupaten/ Kota difasilitasi oleh
Dinkes Kabupaten/ Kota. Relokasi antar Fasyankes antar Kabupaten/ Kota difasilitasi
oleh Dinkes Provinsi. Relokasi antar Fasyankes antar Provinsi difasilitasi oleh
Kemenkes.
6. Proses distribusi ke tempat tujuan harus memperhatikan sarana/transportasi
pengiriman yang memenuhi syarat sesuai ketentuan obat atau logistik lainnya yang
dikirim.
7. Penerimaan logistik dilaksanakan pada jam kerja.

Proses permintaan dan distribusi obat TPT maupun Tuberkulin saat ini harus dilakukan
melalui Sistem Informasi Tuberkulosis (SITB), agar akuntabilitas, aksesbilitas dan
kemudahan bagi semua pihak untuk melalukan pengelolaan logistik menjadi lebih baik.

Permintaan Kebutuhan Obat TPT


Gambar. 3.3 Langkah Permintaan Obat TPT

4
Permintaan Kebutuhan Tuberkulin

5
Gambar. 3.4 Langkah Permintaan Obat TPT

E. Penggunaan

Obat TPT yang diberikan kepada pasien harus diberikan sesuai dengan peruntukannya
mengacu kepada standar pengobatan TPT. Selain itu penggunaan dan pendistribusian
obat TPT harus dipertanggungjawabkan secara administrasi agar prinsip akuntabilitas
dapat tercapai. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam prinsip penggunaan obat TPT
yaitu :
1. Tepat diagnosis
2. Tepat pemilihan obat
3. Cara pemberian dengan interval waktu pemberian yang tepat
4. Tepat lama/durasi pemberian obat
5. Waspada terhadap efek samping dan tindak lanjut.

6
6. Harus efektif, aman, bermutu dan berkhasiat
7. Tersedia pada saat yang dibutuhkan
8. Pemberian informasi kepada pasien
9. Kepatuhan Pasien

Penggunaan obat TPT harus sesuai dengan target sasaran yang telah ditentukan oleh
program TBC. Contoh obat dengan paduan Levofloxacin + Etambutol hanya diberikan
kepada pasien TPT dengan kontak indeks pasien TB RO. Paduan obat 3HP tidak boleh
diberikan pada kelompok umur kurang dari 2 tahun. Kementerian Kesehatan dalam
penyediaan obat TPT menggunakan asumsi % seperti pada tabel dibawah ini. Misal obat
3HR meskipun obat tersebut bisa digunakan untuk kelompok semua umur, namun untuk
konteks penyediaan obatnya hanya untuk pasien dengan umur dibawah 2 tahun.
Pemberian obat 3HR kepada semua kelompok umur akan menyebabkan terganggunya
ketersediaan obat. Pemberian paduan obat kepada pasien diwilayah tertentu harus
mempertimbangkan ketersediaan stok yang tersedia agar tidak terjadi overstock dan stok
out. Contoh apabila di fasyankes/Kabupaten Kota saudara, memiliki stok INH yang cukup
banyak dan obat 3HP stoknya sedikit, maka stok INH dapat diprioritaskan untuk diberikan
kepada pasien. Analsis ketersediaan stok harus dilakukan secara regular minimal setiap
3 bulan sekali, agar obat TPT dapat digunakan semaksimal mungkin.

7
Untuk mempermudah proses analisis ketersediaan obat, maka anda diwajibkan mengetahui
cara perhitungan kebutuhan obat TPT dan TST seperti yg sudah dijelaskan pada bab
perencanaan. Berikut ini contoh tabel perhitungan kebutuhan obat yang digunakan untuk
mengobati 1 pasien TPT mulai dari awal pengobatan sampai dengan selesai pengobatan, dan
kebutuhan obat TPT perbulan. Tabel dibawah digunakan agar anda dapat lebih mudah
menghitung kebutuhan obat perbulan dan menganalisis ketersediaan obat. Anda diharapkan
dapat membuat tabel kebutuhan obat untuk 1 pasien dengan berat badan pasien sesuai
dengan kondisi real dilayanan.

Berikut ini contoh analisis ketersediaan obat TPT dengan stok yang dimiliki sebanyak
100 tablet untuk setiap jenis obat.

8
BAB IV
PENCATATAN DAN PELAPORAN LOGISTIK TPT DI SITB

Pencatatan dan pelaporan logistik TPT sangat penting dilakukan oleh semua pemangku
kepentingan, mulai dari Fasyankes, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan Provinsi
dan Kementerian Kesehatan agar proses pengelolaan logistik dapat terlaksana dengan
baik. Pencatatan semua transaksi logistik TPT seperti permintaan, pendistribusian,
penerimaan, penyesuaian dan pemakaian stok semuanya harus dicatat menggunakan
software SITB. Pencatatan semua transaksi logistik tersebut harus dilakukan secara real
time setiap saat, untuk memastikan data yang tercatat di software merupakan data terkini
dan valid. Software SITB tersebut dapat diakses di alamat website SITB di
http://sitb.id/sitb/app.

Gambar 4.1 Tampilan Muka Sofware SITB

9
Gambar 4.2 Dashboard (Grafik) Obat TPT

Konsep Pencatatan dan Pelaporan Logistik Obat TPT di SITB adalah sebagai
berikut:

● Pencatatan dilakukan oleh pengelola farmasi di fasyankes, Dinkes Kabupaten/


Kota, Dinkes Provinsi, dan Substansi TBC dan ISPA sesuai tupoksi

● Sistem pencatatan berdasarkan transaksi logistik (permintaan, pengiriman,


penerimaan, penggunaan)

● Pencatatan di SITB dilakukan setiap ada transaksi logistik, paling lama 2 hari
setelah transaksi terjadi.

● Sistem pencatatan dan pelaporan dapat menggunakan sistem push dan pull.

● Stok yang dicatat atau dilaporkan hanya yang masih berada di instalasi farmasi
Fasyankes, Dinkes Kabupaten/ Kota, Dinkes Provinsi, dan Substansi TBC dan
ISPA

10
A. Pengiriman Obat TPT di SITB

Di SITB terdapat fungsi yang dapat dimanfaatkan untuk melakukan pengiriman obat
TPT. Fungsi pengiriman dibagi menjadi dua yaitu Pengiriman Masuk dan Pengiriman
keluar. Pengiriman Masuk digunakan untuk melihat notifikasi ada atau tidaknya
transaksi pengiriman logistik dari unit lain ke unit pemilik akun. Sedangkan,
pengiriman keluar digunakan untuk melakukan pengiriman dari unit pemilik akun ke
unit lainnya. Jika terdapat perbedaan antara pengiriman dan penerimaan, pengelola
farmasi dapat melakukan validasi pengiriman.

Gambar 4.3. Tombol Fungsi Pengiriman

B. Penerimaan Obat TPT di SITB

Penerimaan obat dapat dilakukan jika ada Pengiriman Masuk ke unit pemilik akun.
Penerimaan Obat Pengadaan Mandiri dapat digunakan jika ada pengadaan obat
secara mandiri di fasyankes, Dinkes Kabupaten/ Kota, dan Dinkes Provinsi. Fungsi ini
bisa juga digunakan untuk Fasyankes yang untuk pertama kalinya menggunakan
SITB, dengan tujuan menyamakan stok yang dimiliki dengan stok yang tercatat di
SITB.

11
Gambar 4.4. Tombol Fungsi Penerimaan.

C. Penggunaan Obat TPT di SITB

Setiap kali ada transaksi pemberian obat TPT kepada pasien maka pengelola farmasi
harus melakukan pengeluaran obat menggunakan fungsi Pemberian Obat.
Pengeluaran stok tersebut untuk menyeimbangkan stok yang dimiliki di SITB dengan
stok real yang tersedia di Instalasi Farmasi, sehingga jumlah stok selalu update.

Gambar 4.5. Tombol Fungsi Pemberian Obat.

D. Stok Obat, Stok Opname dan Penyesuaian

12
Tombol Fungsi Stok Obat memberikan gambaran situasi stok obat TPT berdasarkan
sumber dana, yang berisi informasi nama obat, tanggal kedaluwarsa, harga, dan
tanggal transaksi terakhir. Stok Opname dapat digunakan secara rutin setelah
mencocokan stok di SITB dengan stok fisik. Sedangkan Penyesuaian dilakukan jika
ada obat TPT yang rusak, hilang, atau tidak tercatat transaksinya.

Gambar 4.6. Stok obat TPT, Stok Opname, Penyesuaian

E. Laporan Manajemen Logistik

Dengan menggunakan software SITB, maka laporan logistik TBC akan tersedia
secara otomatis secara akurat selama semua transaksi logistik dicatat secara real
time. Laporan akan tersedia di sub modul Manajemen Logistik. Semua hal yang
berkaitan dengan laporan dan monitoring logistik TB baik obat dan obat dapat dilihat
pada menu tersebut.

Gambar 4.7. Laporan Manajemen Logistik

13
14
BAB V
PENUTUP

A. Latihan Soal

1. Lakukanlah perhitungan kebutuhan obat TPT untuk setiap paduan pengobatan per
kategori sasaran usia dari suatu provinsi, berdasarkan data berikut dengan
menggunakan data acuan terlampir:
Keterangan : 3HP KDT digunakan untuk kontak serumah usia>15 tahun, 3HP
Lepasan digunakan untuk kontak serumah usia 2-14 tahun

Jumlah
No. Sasaran Kasus TPT
Tahun 2022
1 Kontak serumah usia < 2 tahun *) 30
2 Kontak serumah usia 2 – 4 tahun 50
3 Kontak serumah usia 5-14 tahun 100
4 Kontak serumah usia >15 tahun 300
5 ODHA 10
6 Kelompok risiko lainnya 10
Kontak serumah semua usia
7 15
dengan kasus indeks TB RO
TOTAL 515

Jumlah Pasien per Paduan TPT (lihat pd data


acuan)
NO Sasaran
Tahun 2023
3HP 3HR 6H 6Lfx+E
1 Kontak serumah usia < 2 tahun *)
2 Kontak serumah usia 2 – 4 tahun
3 Kontak serumah usia 5-14 tahun
4 Kontak serumah usia >15 tahun
5 ODHA
6 Kelompok risiko lainnya
Kontak serumah semua usia
7
dengan kasus indeks TB RO

15
Data Acuan

Sasaran % Estimasi Target Nasional Penggunaan Paduan TPT


3HP 3HR 6H 6Lfx+E
1 Kontak serumah usia < 2 tahun *) 95% 5,0%
2 Kontak serumah usia 2 – 4 tahun 95% 5,0%
3 Kontak serumah usia 5-14 tahun 95% 5%
4 Kontak serumah usia >15 tahun 95% 5%
5 ODHA 90% 10%
6 Kelompok risiko lainnya 95% 5%
Kontak serumah semua usia
7 100%
dengan kasus indeks TB RO

Jumlah Obat yg dibutuhkan untuk mengobati 1 pasien TPT


Item Obat : 3HP 3HR 6H 6Lfx+E
H 300 mg 24 56 121
RPT 150 mg 48
Rifampisin 300 mg 84
Levofloxacin 250 mg 269
Etambutol 400 mg 210
3HP KDT, 300 mg/300mg 36
3HR KDT, 50mg/75 252
H 100 mg 364
Lfx 100 672
Etambutol 100mg 840

2. Lakukanlah permintaan di SITB untuk 1 triwulan ke tingkat pusat di SITB dengan


rekapitulasi permintaan dari tingkat fasyankes dan kabupaten/kota, dengan data
berikut: (ambil alih 2 fasyankes dan 1 kabupaten kota di wilayah anda)
Fasyankes A:

No. Perkiraan Jumlah Pasien Perkiraan Perkiraan


Baru yang akan diobati Jumlah berat
dalam 1 triwulan Pasien badan
berikutnya pasien
1. Paduan TPT 3HP KDT 3 15kg
2. Paduan TPT 3HP Lepasan 5 13kg
3. Paduan TPT 3HR KDT 2 10kg
4. Paduan TPT 6H 100mg 2 20kg
(INH)

16
Fasyankes B:

No. Perkiraan Jumlah Pasien Perkiraan Perkiraan


Baru yang akan diobati Jumlah berat
dalam 1 triwulan Pasien badan
berikutnya pasien
1. Paduan TPT 3HP KDT 4 20kg
2. Paduan TPT 3HP Lepasan 3 9kg
3. Paduan TPT 3HR KDT 5 12kg
4. Paduan TPT 6H 100mg 6 20kg
(INH)

B. Referensi

● Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit. 2020. Petunjuk Teknis Penanganan Infeksi Laten
Tuberkulosis (ILTB). Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
● Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit. Panduan Pengelolaan Logistik Program Pengendalian
Tuberkulosis. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

17
Lampiran Contoh Jenis Obat TPT.
Terapi Pencegahan TBC untuk TBC Sensitif Obat (SO)

TPT 3HP FDC 300 mg TPT 3HR 50/75 mg

Rifapentine 150 mg Isoniazid 100 mg

Isoniazid 300 mg

18
Terapi Pencegahan TBC (TPT) untuk TBC Resisten Obat (RO)

Ethambutol 100 mg Levofloxacin 250 mg

Levofloxacin 100 mg Ethambutol 400 mg

19

Anda mungkin juga menyukai