DISUSUN OLEH:
SINOPSIS
Anggia adalah seorang kepala Desa yang baru saja dilantik sekitar tiga bulan yang lalu.
Anggia terpilih menjadi kepala Desa Bintangkejora berkat visi misinya saat
berkampanye yang sangat menarik hati masyarakat. Isi dari kampanyenya dapat
disimpulkan ingin menyejahterakan masyarakat. Bagaimana mungkin masyarakat tidak
memberikan suaranya? Dalam proses pemilihan kepala Desa Bintangkejora, Anggia
berhasil mendapatkan suara 65% dari seluruh suara yang ada.
Seorang perempuan dengan usianya yang masih sangat muda yaitu 27 tahun ia berhasil
menjadi kepala Desa termuda dalam sejarah desa tersebut. Dengan sifatnya yang sangat
ramah membuat masyarakat terpikat dengannya. Orang tua dari Anggia pun terkenal
ramah dan sangat rajin beribadah.
Karakter:
DIALOG
Helda : Bu, dana bantuan raskin mestinya sudah diberikan kepada yang
bersangkutan kan bu?! (tanya Helda kepada Anggia alias Bu Kades)
Anggia : Ah kamu ini, nggak perlu buru-buru. Nanti kan bisa diurus. Untuk saat
ini saya masih sibuk soal proyek penggarapan jalan di Rw 5 sampe ke Rw 2 itu.
Anggia : Ah kamu, sudah tenang saja, nanti saya urus, tapi bukan sekarang, saya
masih sibuk. (Dengan kesalnya karena terus ditanya masalah dana raskin, ia pergi
dengan muka merah seperti tomat matang. Helda pun sudah tidak berani bertanya
kepada Anggia lagi).
Setelah anggia pergi, helda pun ikut pergi. Eh tapi karena sudah pukul 16.00 waktunya
pulang hehehee
Baru beranjak dari kantor tersebut, bertemulah helda dengan nurputri dan elza. Terlihat
mereka berdua sedang bergosip, helda pun menghampirinya ..
Elza : Ya tidak apa apa bu, kami malah senang kalau kita
berkumpul, soalnya ibu jarang berkumpul sama kami
Helda : Iya bu nanti saya usahakan ya bu, saya juga tidak mau
kalau rakyat saya kesusahan bu.
Helda pulang setelah mendapat telepon dari rosalinda adik sepupunya bahwa dia sudah
dirumah. Dia adalah seorang bidan. Dia bekerja dipuskesmas tempat mereka tinggal.
Setelah helda beranjak pergi, elza dan nurputri melanjutkan acara bergosipnya kali ini
yang dibincangkan adalah helda. (Dasar manusia penggosip)
Rosalinda : Iya kak kebetulan tadi bisa izin pulang duluan, kakak
kenapa kelihatannya pusing sekali sepertinya?
Keesokan harinya helda datang kekantor bersama rosalinda untuk menemui bu kades,
ternyata bu kades sudah duduk manis di singasana kerajaannya dihadapan laptop
kerjanya.
Anggia : Silahkan
Mendengar pertanyaan bidan cerdik tersebut, kepala desa pun kelihatan bingung.
Anggia : Iya bu, dananya masih utuh kok cuma menunggu momen yang tepat
saja untuk membagikannya.
Rosalinda : Momen tepat? Momen tepat bagaimana maksud ibu , itu kan uang
orang ibu? Atau ibu sudah menggunakannya secara pribadi? Ingat bu, jangan
menggunakan yang bukan hak ibu!
Anggia : Saya kan tidak bilang uang itu saya gunakan, dan uang itu masih utuh
kok.
Rosalinda : Terus kenapa tidak juga dibagikan? Kan kasihan warga yang sudah
menunggu! Ingat bu, jangan menunda untuk memberika apa yang sudah menjadi hak
orang lain. Nanti khilaf dan tidak berkah.
Percakapan antar Rosalinda dan Anggia berlangsung selama sekitar 15 menit. Setelah
itu Rosalinda keluar dengan perasaan tidak puas dengan jawaban Anggia. Bahkan
Rosalinda telah berasumsi bahwa bu Anggia alias bu kades benar benar telah berkorupsi
uang tersebut. Sementara itu, Helda berhasil mendapatkan barang bukti transferan dari
rekening desa ke rekening pribadi bu Anggia. Ide rosalinda memang benar benar cerdik.
Helda yang izin hendak mengerjakan laporan ternyata mencari barng bukti di kumpulan
berkas.
Di kantor desa, terdapat beberapa polisi, helda, Rosalinda dan beberapa warga …
Anggia : Saya memang pantas, saya khilaf. Saya sudah tidak jujur waktu
berdebat dengan kamu. Saya harus mempertanggung jawabkan perbuatan saya. Saya
minta maaf ya helda. Kamu sudah mengingatkan saya tapi saya terus tidak peduli.
Helda : Tidak perlu meminta maaf kepada saya bu, semoga ini jadi pelajaran
berharga untuk ibu kedepannya.
Akhirnya karena perbuatannya, Anggia pun di cabut jabatannya sebagai kades dan di
hukum sesuai keputusan pengadilan disisi lain helda pun naik jabatan menjadi kades
baru Bintangkejora.
SELESAI
Selain itu diperlukan adanya Instrumen sebagai dasar hukum untuk memberantas dan
mencegah terjadinya tindak pidana korupsi. Disinilah pentingnya peran serta lembaga
Negara dalam membuat undang-undang tentang, pemberantasan tindak pidana
korupsi dalam memuat ketentuan pidana yaitu :
Ketentuan pidana dapat dibaca dalam UU RI No. 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana
Korupsi pasal 2 :
Ayat (1) Setiap orang yang melakukan tindak pidana korupsi dikenakan sanksi pidana
penjara dan denda. Orang yang melakukan tindak pidana korupsi dipidana dengan
pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4(empat) tahun, dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun, dan denda paling sedikit Rp 200.000.000,- (dua ratus
juta rupiah) dan paling banyak Rp 1.000.000.000,-(satu miliar rupiah).
Instrumen atau peraturan hukum akan edektif (berdaya guna) ketika dilaksanakan oleh
aparat penegak hukum yakni, Kepolisisan, Kejaksaan, dan Pengadilan. Setiap perkara
atu kasus tindak pidana korupsi yang dilaporkan masyarakat harus direspon atau
ditindaklanjuti oleh penegak hukum dan diproses secara adil sesuai dengan aturan
hukum yang berlaku sehingga secara perlahan tindak pidana korupsi berkurang dan
pada akhirnya tindak pidana korupsi di Negara Indonesia tidak terjadi lagi.
Lembaga pengawas seperti Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Badan Pemeriksa Keuangan Profinsi
(BPKP), dan Badan Pengawas Daerah (Bawasda) mempunyai peranan enting dalam
upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di Indonesia. Lembaga
inilah yang secara langsung melakukan pengawasan atau control terhadap pemakaian
keuangan Negara. Apabila tugas dan fungsi lembaga ini berjalan dengan semestinya,
niscaya tindak pidana korupsi di Indonesia dapat dicegah, dan Indonesia bersih dari
praktik korupsi.