Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KAWIH SUNDA

Disusun Oleh: Dhivani Ayunda Prasetyo

JL. ADHIJAKSA, RT.02/RW.02, Leuwimalang, Kec. Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
16750
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada kehadirat tuhan yang maha kuasa yang telah
memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga makalah mengenai Kawih Sunda ini dapat saya
selesaikan.

Dalam makalah ini disajikan informasi mengenai kawih sunda yang akan dijelaskan
secara rinci untuk pememuhan tugas seni budaya peminatan kawih sunda.

Tentunya, tidak ada gading yang tidak retak, makalah ini tentu masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu , kritik dan saran selalu penulis harapkan agar menjadi pedoman di masa yang
akan datang.

Dan semoga apa yang ada didalam makalahi ini semoga menjadi bahan pengetahuan
yang dapat bermanfaat baik bagi saya sendiri maupun pembaca

Akhir kata saya ucapkan terima kasih atas perhatiannya.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 1

1.3 Tujuan............................................................................................. 1

1.4 Manfaat.......................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................. 3

2.1 Pengertian Karawitan ..................................................................... 3

2.2 Perkembangan Karawitan.............................................................. 3

2.3 Nilai-nilai Karawitan ..................................................................... 3

2.4 Macam-macam Karawitan.............................................................. 3

2.5 Fungsi Karawitan ...........................................................................

2.6 Perbedaan Kawih & Tembang ....................................................... 3

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 5

3.1 Kesimpulan..................................................................................... 5

3.2 Saran .............................................................................................. 5

3.3 Daftar Pustaka................................................................................. 6


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya seni Sunda yang berkembang di Jawa Barat tidak dapat dipisahkan dari
masyarakatnya yaitu suku Sunda. Hal tersebut merupakan wujud dari berbagai unsur
diantaranya: gagasan, perilaku dan hasil kegiatan masyarakat dalam berbagai bidang antara
lain bahasa, kesusatraaan, kesenian, ilmu, teknologi sistem kemasyarakatan, mata
pencaharian serta sistem religi. Salah satu karya seni yang sampai saat ini menjadi sorotan
yaitu seni karawitan, khususnya karawitan Sunda. Dari sekian banyak kesenian karawitan
Sunda, salah satu jenisnya yaitu vokal Sunda. Vokal Sunda lebih dikenal dengan sebutan
sekar yang dimaksudkan adalah penyajian lagu-lagu dengan media suara manusia.

Sekar di Jawa Barat terdiri dari beberapa genre diantaranya: Kawih, Cianjuran,
Cigawiran, Ciawian, Beluk dll. Genre vokal tersebut memiliki ciri dan karakteristik
tersendiri yang sangat khas. Kawih merupakan salah satu genre dalam seni vokal/sekar
Sunda yang sudah lama dikenal oleh masyarakat Jawa Barat. Istilah kawih terdapat dalam
naskah kuna Sisksakandang Karesian yang ditulis pada tahun 1518 Masehi (Sumardjo,
1996: 120). Di dalam naskah tersebut dijelaskan ada 14 jenis, diantaranya 11 memakai kata
kawih dan tiga lagu tidak memakai kata kawih. 11 lagu yang memakai kata kawih
dantaranya: kawih bwatuha, kawih panjang, kawih lalanguan, kawih panyaraman, kawih
sisindiran, kawih pangpeledan, bangbang kaso, pererane, porod eurih, kawih babahanan,
kawih bangbarongan, kawih tangtung, kawih sasambatan dan kawih igel-igelan. Dari 14
nama lagu yang terdapat dalam naskah tersebut tidak ada yang tahu bagaimana
menyajikannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Sejauh Mana Perkembangan kawih sunda di era masyarakat?
2. Seberapa banyak orang yang masih mengapresiasi kawih sunda?
3. membedakan kawih sunda dengan tembang
1.3 Tujuan
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka ada beberapa tujuan yang akan diperoleh dari
penyusunan makalah ini. Tujuan – tujuan tersebut antara lain

1. Memenuhi tugas IPK 14 KD 4.4

2. Mengetahui sejarah dan perkembangan kawih sunda


3. Mengetahui nilai-nilai dan fungsi yang terdapat dalam karawitan

1.4 Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang sebesar – besarnya, yaitu
antara lain
1.Bagi Pembaca
Sebelumnya para pembaca yang belum mengenal seni terutama seni musik yaitu kawih sunda
akan lebih mengenal dan diupayakan akan lebih mencintai apa yang dikatakan sebagai seni.
Sehingga diharapkan dengan mencintai seni maka dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara akan menjadi lebih harmonis, dan saling menghargai perbedaan
persepsi, bukan hanya diseni kawih sunda saja tapi dalam segi aspek kehidupannya
2.Bagi Pencinta Seni Musik
Bagi yang sudah mencintai seni musik, diharapkan akan menambah wawasan tentang seni
musik yang ada di Indonesia, sehingga dapat menambah pengetahuan, yang nantinya dapat
digunakan untuk bekal mengarungi dunia ini
3. Bagi Penulis
Diharapkan dengan adanya makalah ini bukan hanya makalah ini saja yang akan disusun
oleh penulis, tetapi diharapkan akan muncul makalah – makalah yang lain yang lebih
berguna lagi bagi semua pihak yang membacanya, terutama bagi para pembaca ataupun
pencinta seni terutama seni musik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kawih Sunda/Karawitan

Kawih adalah istilah yang ada dalam bahasa Sunda. Kawih adalah lagu Sunda bebas,
yang tidak terikat oleh suatu aturan, baik lagunya maupun liriknya. Tetapi meskipun
demikian kawih adalah merupakan sebuah lagu yang mempunyai unsur seni, yaitu unsur semi
musik dan seni sastra.

Kawih pada mulanya sama dengan sisindenan, tetapi perkembangan memecah kedudukan
yang berbeda antara kawih dan sisindenan. Perbedaan itu bukan hanya terletak pada pergelaran
dan teknik-teknik bernyanyi saja, melainkan juga lingkungannya. Kawih mempunyai “sejak”
yang tersendiri. Laras-laras kawih dalam lagu lagu remaja kebanyakan berlaras pelog dan
madenda.

Karawitan adalah segala bentuk kesenian yang berakar dari kebudayaan tradisional
indonesia atau seni suara daerah yang berpedoman pada laras selog dan selendro, istilah
karawitan pertama di gunakan dalam bahasa jawa, sekitar tahun 1920.

Di bawah ini beberapa pengertian karawitan menurut para ahli :

- Menurut Soeroso

Karawitan adalah sesuatu yang memiliki sifat rumit, halus dan indah.

- Menurut Suhartjarja

Karawitan adalah musik indonesia yang memiliki tangga nada nondiatonic/pentatonic.

2.2 Perkembangan Kawih Sunda

Perkembangan kawih sunda dari masa ke masa mulai terdengar samar-samar. Padahal di
eranya kawih sunda pernah berjaya, dulu kawih sunda merupakan lagu yang di dengar para
gegeden atau orang berpengaruh, terus dengan seiring perkembangan zaman kawih sunda pun
banyak di terima dari semua kalangan di tanah sunda ini, lagu-lagu yang mampu menggetarkan
hati ini, menemukan masa keemasan di eranya, ironisnya saat ini di tengah tengah kemajuan
teknologi dan informasi, kawih sunda mulai terdengar banyak orang yang kurang mengapresiasi
kawih sunda dan hanya generasi tertentu ya g mengapresiasi sehingga minim minat generasi
sekarang terhadap kawih sunda. dan sudah mulai berkurang kondisi ini sangat berbeda jauh
dengan generasi penggemar musik barat, pop, ataupun musik dangdut.

Jumlahnya mencapai ribuan, bahkan jutaan orang namun, ketika di tanya mengenai
kawih sunda, sebagai generasi terutama yang lahir di taun 90-an sampai sekarang, jarang ada
yang hafal. Dan biasanya kawih sunda yang tengah di sukai di kalangan masyarakat yaitu
kakawihan barudak lembur atau kawih murangkalih, yaitu kawih yang biasa di lantunkan atau di
dendangkan oleh anak-anak. Begitu dikenal dan sangat terkenalnya hingga anak-anak di luar
kultur dan rumpun berbahasa sunda pun akan dengan senang hati menyanyikan lagu ini.

Kawih sunda dimiliki serta di sukai masyarakat sunda, kawih sunda harus jadi pribumi di
tempat lahirnya, di miliki masyarakat sunda dimanapun berada, menjadi tameng pengaruh
budaya asing yang tidak bermanfaat serta tidak sesuai dengan kepribadian masyarakat sunda.

2.3 Nilai – nilai Karawitan

1. Nilai Estetik yaitu, nilai keindahan

2. Nilai Historik yaitu, nilai sejarah perjalanan budaya

3. Nilai Budaya yaitu, kebudayaan asli indonesia sebelum adanya pengaruh / masuknya
kebudayaan lain

4.Nilai Spiritual yaitu, syair / liriknya mengandung unsur Nasihat Agama.

2.4 Macam-macam Kawih Sunda

- Mapag
- Rajah

- Papatet

- Dareuda

- Es Lilin

- Mawar Bodas

- Mojang priangan

- Maskumambang

- Kataragan Pahlawan

- Borondong Garing

- Sabilulungan

- Percomah

2.5 Fungsi Kawih Sunda

1. Sebagai pengiring lagu atau nyanyian

2. Untuk mengiringi tarian terutama tari sunda

3. Untuk pengisi suasana dalam suatu adegan sendra tari atau gending karesmen

4. Sebagai ungkapan rasa etika

5. Sebagai pencerminan jiwa

2.6 Perbedaan Kawih dan Tembang

-Kawih

istilah kawih muncul pada naskah Sunda kuno Sanghyang Siksakandang Karesian (SSKK, 1518
M). Seperti yang diungkapkan Saleh dkk. (1987) istilah ‘kawih’ yang terdapat dalam naskah
SSKK diduga kuat memiliki arti sebagai seni suara khas Sunda di mana di dalamnya terdiri atas
berbagai jenis lagu.

Sayang, jenis serta bentuk kawih-kawih yang tertulis pada naskah SSKK tersebut tak lagi
dikenali. Hanya saja, sebagaimana yang diungkapkan Ayatrohaedi (Makalah, 1998:4), beberapa
kawih bisa ditelusuri ihwal amsalnya, semisal kawih sisindiran yang dicurigai sebagai lagu yang
bersumber pada sisindiran (puisi pantun dalam sastra Indonesia), kawih sasambatan yang
dicurigai sebagai lagu bertemakan kepedihan hati hingga harus nyambat (merajuk, memohon)
sambil terisak dan menghiba.

Yang patut digaris bawahi di sini adalah, melalui naskah SSKK, terdapat keterangan bahwa
hingga tahun 1518 M (abad XVI), masyarakat Sunda telah memiliki materi seni suara atau
nyanyian yang dinamakan kawih. Dua naskah Sunda kuno lainnya Kawih Pangeuyeukan
(Kropak 407) dan Kawih Paningkes (Kropak 419) yang oleh para ahli diperkirakan ditulis pada
kisaran abad XVI, bahkan dalam judulnya telah menyebutkan istilah ‘kawih’.

Bahkan pada naskah Kawih Pangeuyeukan yang kemudian diterbitkan oleh Perpustakaan
Nasional Repiublik Indonesia dalam bentuk buku berjudul ‘Kawih pangeuyeukan: Tenun dalam
Puisi Sunda dan Teks-teks Lainnya’, disebutkan bahwa teks naskah kuno tersebut pada masa
lampau diduga sudah biasa dinyanyikan (2014: 6). Dengan kata lain, istilah ‘kawih’ dalam
naskah Sunda kuno memiliki arti lagu atau nyanyian, atau teks puisi untuk dinyanyikan.

-Tembang

Tembang adalah seni suara vokal yang berirama bebas terkait oleh pola pupuh atau syair lainnya.

Tembang sunda adalah musik urban dimana musik rurai sebagai sumber dengan verse melodi
dan etis yang di warnai oleh nilai-nilai tradisi, berdasarkan adiibitum setempat dan kronologi,
ciri khas dalam iringan tembang sunda adalah iringan ka api sulingnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

https://www.unpaders.id/read/2020/08/31/220/istilah-kawih-tembang-dan-cianjuran

Anda mungkin juga menyukai